Studi Deskriptif Mengenai Self-Efficacy Pada Mahasiswa Semester 2 Sekolah Tinggi Teologi "X" Jakarta.
i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
Penelitian ini berjudul studi deskriptif mengenai self-efficacy pada
mahasiswa semester 2 Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta. Penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui derajat self-efficacy yang dihubungkan dengan sumber-sumbernya yaitu, mastery experiences, vicarious experiences, verbal persuasions, dan physiological and affective states pada
mahasiswa semester 2 Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta.
Sampel penelitian ini adalah mahasiswa semester 2 Sekolah Tinggi
Teologi “X” Jakarta, yaitu sebanyak 33 orang. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui derajat self-efficacy pada mahasiswa semester 2 Sekolah Tinggi
Teologi “X” Jakarta peneliti susun berdasarkan teori Bandura (2002), yang
terdiri dari 48 item. Pada penelitian digunakan ekspert untuk mengukur validitas, yaitu content validity.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada mahasiswa semester Sekolah
Tinggi Teologi “X” Jakarta terbagi dalam dua kategori, yaitu 54,5% mahasiswa memiliki derajat self-efficacy tinggi, dan sebanyak 45,5% mahasiswa memiliki derajat self-efficacy yang rendah. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sumber-sumber informasi self-efficacy memiliki keterkaitan diantaranya adalah verbal persuasions dan physiological and affective states.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada dosen wali agar menjadikan data self-efficacy sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan kegiatan akademis bersama-sama dengan mahasiswa. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat menggunakan informasi mengenai self-efficacy sebagai sarana
pemahaman diri. Sedangkan bagi Sekolah Tinggi “X” Jakarta dapat menggunakan data self-efficacy untuk membina mahasiswa agar visi dan misi sekolah tinggi tercapai. Peneliti juga menyarankan agar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kontribusi sumber-sumber self-efficacy terhadapa derajat self-efficacy.
(2)
v Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
ABSTRAK………i
KATA PENGANTAR……….ii
DAFTAR ISI……….………..v
DAFTAR SKEMA….………...ix
DAFTAR TABEL………x
DAFTAR LAMPIRAN………...xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………...1
1.2Identifikasi Masalah………...10
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian………..10
1.3.2 Tujuan Penelitian……….………...10
1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis………..10
1.4.2 Kegunaan Praktis……...…………..………...……11
1.5Kerangka Pikir………...………...…..11
1.6Asumsi Penelitian………...20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Pengertian Self-Efficacy……….21
2.1.2 Konsep Reciprocal Determinism dari Bandura …………...21
(3)
vi Universitas Kristen Maranatha
2.1.4 Sumber-sumber Self-Efficacy………...24
2.1.5 Mediating Processes ………....….26
2.4 Dewasa Awal 2.4.1 Pengertian Dewasa Awal………...………...31
2.4.2 Transisi Pada Masa Dewasa Awal……….………...32
2.4.3 Aspek-Aspek Perkembangan Fisik…….………...34
2.4.4 Kesehatan Dewasa Awal………...35
2.4.5 Masalah-masalah Kebiasaaan dan Kesehatan………...36
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian………..………...37
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1 Variabel Penelitian……….………38
3.2.2 Definisi Konseptual……….………...38
3.2.3 Definisi Operasional………...38
3.3 Alat Ukur 3.3.1 Alat Ukur Self-Efficacy…....……….39
3.3.2 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur………..43
3.3.2.1 Validitas Alat Ukur………43 3.3.2.2 Reliabilitas Alat Ukur………44
(4)
vii Universitas Kristen Maranatha 3.4 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel
3.4.1 Populasi Sasaran………...45
3.4.2 Karakteristik Populasi………...46
3.4.3 Teknik Penarikan Sampel……….46
3.5 Teknik Analisa Data………...46
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian 4.1.1 Gambaran Subyek Berdasarkan Umur………47
4.1.2 Gambaran Subyek Berdasarkan Jenis kelamin………48
4.2 Gambaran Hasil Penelitian 4.2.1 Gambaran Tabulasi Silang antara Self-efficacy dengan Aspek…49 4.3 Pembahasan………..50
BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan………...58
5.2 Saran 5.2.1 Saran Ilmiah………..59
(5)
viii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN
(6)
ix Universitas Kristen Maranatha DAFTAR SKEMA
Skema 1.1 Kerangka Pikir………..19 Skema 3.1 Rancangan Penelitian………...37
(7)
x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Aspek dan Indikator …………...………40
Tabel 3.2 Kunci Jawaban ….………..42
Tabel 4.1 Gambaran Subyek Berdasarkan Umur………47
Tabel 4.2 Gambaran Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin………...48
Tabel 4.3 Gambaran Self-efficacy Mahasiswa Teologi………48
(8)
xi Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Alat Ukur
Lampiran II Data Skor Alat Ukur Self-efficacy
Lampiran III Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Self-efficacy Lampiran IV Tabulasi silang Data Penunjang dan Self-efficacy
(9)
1 Universitas Kristen Maranatha
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, kemajuan teknologi semakin cepat dan semakin mempengaruhi kehidupan masyarakat. Masyarakat menjadi semakin dimudahkan dengan adanya alat-alat atau sistem informasi yang digunakan di dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, terdapat perubahan gaya hidup dan cara pandang masyarakat yang disebabkan oleh kemajuan teknologi. Masyarakat akhirnya dihadapkan pada banyak pilihan akibat dari kemajuan teknologi. Dampak negatifnya adalah semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi dan tuntutan yang dibebankan pada individu. Akibatnya, individu mudah merasa tertekan dan banyak menghadapi persoalan hidup. Persoalan yang dihadapi individu pada saat ini menjadi beban hidup dan memerlukan tuntunan keagamaan untuk dapat menghadapinya setiap hari. Tuntunan keagamaan biasanya diperoleh di tempat-tempat peribadahan atau lembaga keagamaan. Biasanya tempat peribadahan atau lembaga keagamaan dipimpin oleh seorang rohaniwan. Tidak terkecuali agama Kristen yang dipimpin oleh seorang pendeta.
Pendeta adalah sebuah profesi. Walaupun banyak orang memandang sebelah mata akan profesi ini, namun segala sesuatu tentang profesi ini membutuhkan komitmen yang kuat. Pendeta adalah individu yang karismatik, dia selalu memengaruhi dan membimbing jemaat untuk kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa
(10)
2
Universitas Kristen Maranatha dan ajaranNya (Hietink, dalam Hommes & Singgih, 1992). Pendeta membantu jemaat memelihara keimanan mereka untuk secara konsisten melakukan ajaran Tuhan dalam memelihara kekudusan hidup mereka sehari-hari, baik dalam menghadapi masalah atau dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka (Soetopo, 2007) Hal ini dilakukan dengan cara menggabungkan petuah yang ada di dalam Kitab Suci dengan lingkungan kehidupan jemaat. Oleh karena itu pendeta juga harus memiliki kemampuan intelektual dan pengetahuan yang baik agar pengajarannya dapat diterima dan berpengaruh bagi jemaatnya. Pendeta cenderung memperhatikan hal-hal yang ada di lingkungan dan fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat, kemudian memberikan arti pada kejadian tersebut menurut kitab suci dan ajaran agama.
Terdapat dua kategori pekerjaan pendeta, yaitu pendeta Parokial dan pendeta Kategorial. Pendeta Parokial adalah pendeta jemaat yang memberikan perhatian penuh bagi kehidupan jemaat (paroki), ia menjadi gembalanya dan bergaul dengan setiap anggota jemaat dengan segala masalah yang menimpa kehidupan jemaatnya dan mengambil bagian dalam permasalahan itu. Pada pendeta parokial terdapat tanggung jawab untuk memimpin jemaat dan berada di tengah-tengah jemaat. Secara fungsional, seorang pendeta parokial memiliki tugas untuk memimpin kotbah, memimpin sakramen, memberikan konseling kepada jemaat dan melakukan kunjungan pada orang sakit dan lansia. Tugas berkotbah dilakukan setiap minggu dan pendeta parokial memiliki tanggung jawab untuk memberikan kotbah yang dapat
(11)
Universitas Kristen Maranatha memberikan pencerahan kepada jemaatnya sedangkan untuk pelayanan sakramen dilakukan pada saat-saat tertentu seperti perjamuan kudus, baptisan, dan pernikahan. (Anthonius, 2006)
Pendeta kategorial adalah pendeta yang memberikan perhatian pada kategori bidang pelayanan tertentu, ada yang khusus memberikan perhatian kepada pembinaan, pengajaran, sekolah minggu, musik gerejawi, organisasi, pendidikan, dan sebagainya. Umumnya selain tugasnya untuk mendampingi bidang kategori yang diembannya, pendeta juga memberi perhatian pada hal-hal konsepsional, metodologi, dan ide-ide demi pertumbuhan dan pengembangan bidang kategori khusus yang diembannya. Tetapi pendeta kategorial juga dapat berada di tengah-tengah sebuah jemaat, bisa juga di lingkup klasis atau sinode sebagai pendeta utusan dalam bidang pelayanan masyarakat tertentu (Anthonius, 2006).
Seorang pendeta dituntut untuk sempurna dalam menjalankan setiap tugasnya. Seorang pendeta dituntut bukan hanya berkotbah tetapi juga menjalankan apa yang dikatakannya ketika berkotbah, dengan kata lain menjadi teladan bagi jemaatnya. Seorang pendeta juga dituntut untuk selalu hidup kudus sebagaimana ajaran Kitab Suci yaitu Alkitab. Selain tuntutan–tuntutan tersebut, terdapat tuntutan yang berasal dari jemaat. Seorang pendeta adalah figur yang harus baik, bijaksana, sabar, tulus, jujur.
Berdasarkan survei terhadap 18 orang jemaat GKI dengan menggunakan data Yuni Setianingrum dalam Ivan Hernandi (2005) menunjukan bahwa seorang pendeta
(12)
4
Universitas Kristen Maranatha haruslah; 72,22% mau melayani, memperhatikan kehidupan dan kebutuhan jemaat, 38,89% mengajar jemaat, 33,33% bertanggung jawab terhadap pertumbuhan iman jemaat, 16,67% memimpin kegiatan rohani, dan 11,11% memberikan penghiburan kepada jemaat yang berdukacita. Selain itu, seorang pendeta diharapkan memiliki sifat; 50% penyabar, 33,33% bertanggung jawab, 27,78% tegas, 22,22% rendah hati, 16,67% jujur, bijaksana, murah hati, 11,11% berdedikasi pada pekerjaan dan posisinya sebagai pendeta dan 5,56% cerdas.
Mengingat tugas dan tuntutan menjadi seorang pendeta, hal yang dilakukan pertama kali oleh seorang yang ingin menjadi pendeta adalah mengikuti program studi S1 Teologi. Di Sekolah Tinggi/Fakultas Teologi seorang mahasiswa teologi diajarkan dan dibina untuk dapat memenuhi tugas dan tuntutannya nanti ketika menjadi seorang pendeta. Hal-hal yang umum diajarkan agar seorang mahasiswa teologi dapat memenuhi tugasnya sebagai pendeta antara lain pemahaman alkitab (biblikal), historikal, pastoral, praktik (berkenalan dengan dunia nyata misalnya pelacur, pengemis, gelandangan), collegium pastorale (latihan praktik di bawah supervisi pendeta). Khusus untuk kegiatan praktik dilakukan pada saat liburan semester.
Pada kuliah praktik, seorang mahasiswa teologi akan pergi ke suatu tempat yang telah ditentukan oleh Sekolah. Kegiatan ini dilakukan pada setiap libur semester genap selama sekitar 2 bulan. Di antara semester 4-5 mereka diutus untuk mengamati fenomena sosial yang ada di masyarakat, di antara semester 6-7 diutus ke gereja
(13)
Universitas Kristen Maranatha untuk melakukan pelayanan dengan supervisi pendeta, dan di antara semester 8-9 diutus ke gereja masing-masing untuk melakukan pelayanan.
Di Sekolah Tinggi, seorang mahasiswa teologi dilatih untuk berpikir kritis, sistematis, dan obyektif yang akan membantu dalam kepemimpinan sebagai pendeta di kemudian hari. Berpikir kritis dan sistematis diperlukan ketika seorang pendeta harus melihat suatu kejadian atau masalah dengan baik dan tidak gegabah dalam menilai kejadian atau masalah tersebut serta terarah pada masalah yang dihadapi. Sikap obyektif diperlukan oleh seorang pendeta ketika mereka dihadapkan pada masalah dan pengambilan keputusan. Obyektif artinya seorang pendeta harus melihat bahwa setiap permasalahan tidak hanya dipandang dari perspektif dirinya tetapi sesuai dengan kenyataan sehingga tidak salah dalam mengambil keputusan.
Hal lain yang tak kalah penting adalah seorang mahasiswa teologi diharapkan memiliki basis hidup bergereja. Yang dimaksud dengan basis hidup bergereja adalah pengalaman nyata yang diperoleh dari dan di dalam kehidupan bergereja. Misalnya ketika masih kecil, seseorang mendapatkan pengenalan mengenai Alkitab dan beribadah di sekolah minggu, ketika remaja memperoleh pengalaman memimpin, melakukan pelayanan aktif di gereja, dan menghayati kehidupan berorganisasi gerejawi. Hal-hal ini lah yang akan membantu seorang calon pendeta dalam melakukan pelayanan (Anthonius K, 2006). Pada proses ini terjadi pembentukan keyakinan akan kemampuan seorang mahasiswa teologi dalam melaksanakan tugas-tugas dan pelayanan sebagai pendeta. Sekolah Tinggi Teologi
(14)
6
Universitas Kristen Maranatha yang merupakan tempat bagi para calon pendeta menuntut ilmu, memberikan pengetahuan intelektual sebagai bekal seorang mahasiswa teologi untuk memenuhi tugas dan tuntutannya kelak. Dengan menghayati basis kehidupan bergereja diharapkan seorang mahasiswa teologi mengetahui situasi yang akan dihadapinya di masa yang akan datang dan mengetahui serta mengasah kemampuan dalam memimpin dan tidak canggung dalam melakukan pelayanan kepada jemaat.
Sekolah Tinggi Teologi ‘X’ Jakarta merupakan salah satu lembaga
pendidikan calon pendeta yang telah ada semenjak tahun 1934 dan menjadi Sekolah Tinggi Teologi pertama di Indonesia yang dikelola oleh orang pribumi. Mahasiswanya berasal dari seluruh Indonesia dan kebanyakan berasal dari gereja-gereja mainstream. Proses penerimaan mahasiswa baru dilakukan melalui ujian masuk yang terdiri dari psikotes, tes kognitif (bahasa Inggris, bahasa Indonesia, pengetahuan umum, dan pengetahuan Alkitab) dan wawancara.
Mahasiswa baru akan mengikuti program martikulasi pada semester pertama dan pada akhir semester dua akan diadakan evaluasi terhadap nilai mahasiswa baru. Nilai minimum IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang harus dicapai di akhir semester 2 adalah 1,80. Bagi mahasiswa yang tidak dapat mencapai nilai minimum akan dinyatakan drop out atau dikeluarkan. Ketentuan ini juga berlaku untuk evaluasi di semester-semster berikutnya dengan batas IPK minimum 2,00 untuk akhir semester 4,8, dan 12.
(15)
Universitas Kristen Maranatha Selain pendidikan di kampus, mahasiswa juga mendapatkan pendidikan di asrama. Mahasiswa baru diwajibkan untuk tinggal di asrama selama satu tahun (dua semester). Di asrama, terdapat kegiatan rutin harian seperti doa pagi, makan pagi,
ibadah pagi ( Kapel STT ”X” Jakarta), makan malam, dan ibadah malam. Sedangkan
kegiatan rutin mingguan antara lain, penelaahan alkitab bersama, kerja bakti bersama, dan waktu bebas. Apabila mahasiswa melanggar tata tertib, ia akan diberikan teguran dan jika mahasiswa tersebut tidak memperbaiki perilakunya, maka akan dikeluarkan dari asrama dan hal ini berkonsekuensi pada dikeluarkannya yang bersangkutan dari
pendidikannya di STT ”X” Jakarta.
Data yang dihimpun peneliti mengenai jumlah total mahasiswa yang masuk
STT “X” Jakarta dari tahun 2005-2010 tercatat 236 orang. Mahasiswa dari luar Jakarta adalah 168 orang dan 81 diantaranya berasal dari luar pulau Jawa. Dari jumlah tersebut terdapat 6 orang (2,54%) yang mengundurkan diri dan 1 orang yang
dikeluarkan dari Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta karena melebihi batas waktu
studi yang telah ditentukan. Pada tahun 2011 terdapat satu orang mengundurkan diri
dan dua orang dikeluarkan dari Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta Dari wawancara
yang dilakukan oleh peneliti kepada Pembantu Ketua III bidang Kemahasiswaan, faktor yang memengaruhi mahasiswa mengundurkan diri dari Sekolah Tinggi Teologi
“X” Jakarta salah satunya adalah keyakinan akan kemampuan diri. Banyak
mahasiswa yang melakukan konsultasi dengan Pembantu Ketua III bidang Kemahasiswaan mengenai keyakinan akan kemampuan diri mereka yang sudah mulai
(16)
8
Universitas Kristen Maranatha luntur dalam menyelesaikan studi S1 Teologi dan berpikir untuk memutuskan keluar
dari Sekolah Tinggi Teologi ‘X’ Jakarta. Salah satunya adalah seorang mahasiswi
semester dua yang mengundurkan diri pada bulan Maret 2011. Ia menyatakan tidak yakin mampu untuk melanjutkan S1 Teologi karena tugas yang diberikan terlalu banyak dan memberatkan dirinya
Keyakinan akan kemampuan diri atau self-efficacy menurut Bandura (2002)adalah
keyakinan akan kemampuan seorang mahasiswa teologi untuk mengorganisasi dan melakukan tindakan untuk menghadapi situasi yang diharapkan. Self-efficacy nantinya akan memengaruhi tingkah laku seorang mahasiswa teologi dalam hal pilihan yang dibuat, seberapa besar usaha yang dikeluarkan, berapa lama seorang mahasiswa teologi dapat bertahan bila dihadapkan pada rintangan-rintangan dan saat dihadapkan dengan kegagalan dan bagaimana seorang mahasiswa teologi memaknakannya. Selain itu, terdapat sumber-sumber yang memengaruhi
self-efficacy mahasiswa teologi yaitu, mastery experiences, vicarious experiences, verbal persuasions, dan physiological and affective states. Sumber-sumber tersebut nantinya
akan diproses secara kognitif
Peneliti melakukan survei awal untuk mengetahui self-efficacy mahasiswa semester dua dengan menggunakan metode wawancara. Sebanyak 4 (80%) orang menyatakan bahwa mereka ingin menjadi pendeta ketika memutuskan masuk STT
“X” Jakarta dan 1(20%) orang menyatakan tidak tahu ingin menjadi apa. Sebanyak 4
(17)
Universitas Kristen Maranatha 1( 20%) orang menyatakan mengerjakan semua tugas. Kemudian peneliti bertanya mengenai keyakinan akan kemampuan untuk menyelesaikan S1 Teologi dan di dapat hasil 1 (20%) orang menyatakan yakin, 3 (60%) orang menyatakan ragu-ragu dan 1 orang menyatakan tidak yakin ( 20%). Peneliti juga melakukan survei terhadap 5 orang responden dari semester empat dan diperoleh data sebanyak 5 (100%) orang menyatakan tidak yakin mengenai kemampuan mereka dalam menyelesaikan S1 Teologi ketika mereka berada di semester dua.
Dari hasil wawancara peneliti terhadap lima orang mahasiswa semester dua
Sekolah Teologi “X” Jakarta dapat disimpulkan bahwa terdapat aspek-aspek
self-efficacy yang rendah pada para mahasiswa teologi tersebut. Artinya, aspek-aspek
yang rendah tersebut berbanding terbalik dengan tuntutan mahasiswa teologi di dalam menjalani kehidupan perkuliahannya yang menuntut aspek-aspek self-efficacy yang tinggi. Berdasarkan uraian di atas, terdapat kesenjangan antara tuntutan seorang mahasiswa teologi dan aspek-aspek self-efficacy yang rendah. Hal ini menarik peneliti untuk melihat gambaran self-efficacy pada mahasiswa Sekolah Tinggi
(18)
10
Universitas Kristen Maranatha 1.2 Identifikasi Masalah
Ingin mengetahui self-efficacy mahasiswa semester 2 Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta.
1.3 Maksud dan Tujuan penelitian 1.3.1 Maksud penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui self-efficacy mahasiswa semester
2 Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta.
1.3.2 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini ialah untuk mendapatkan gambaran mengenai derajat
self-efficacy pada mahasiswa semester 2 Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis
- Memberikan sumbangan informasi bagi ilmu psikologi pendidikan mengenai
self-efficacy pada mahasiswa semester 2 Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta
yang
sedang menempuh studi.
- Memberikan informasi bagi penelitian selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan self-efficacy pada bidang pendidikan.
(19)
Universitas Kristen Maranatha 1.4.2 Kegunaan Praktis
- Memberikan informasi kepada Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta mengenai
self-efficacy mahasiswa yang sedang menempuh studi. Informasi ini diharapkan dapat
dimanfaatkan oleh Sekolah Tinggi Teologi ‘X” Jakarta sebagai pertimbangan dalam
merencanakan program-program pendidikan di Sekolah Tinggi dengan harapan dapat mengembangkan self-efficacy mahasiswa.
- Memberikan informasi kepada mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta mengenai self-efficacy mereka agar menjadi bahan untuk pengenalan diri dan bagi mahasiswa yang memiliki self-efficacy yang rendah diharapkan dapat meningkatkan
self-efficacy mereka.
1.5 Kerangka Pemikiran
Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta berada dalam rentang usia 18 -22 tahun. Pada masa ini, mahasiswa berada dalam tahap perkembangan dewasa awal. Masa dewasa awal (young adulthood) adalah masa peralihan dari masa remaja ke masa dewasa. Pada masa ini seseorang tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa atau matang (maturity), segala tindakannya sudah dapat dikenakan aturan-aturan hukum yang berlaku. Dua kriteria yang diajukan untuk menunjukkan akhir masa remaja dan permulaan dari masa dewasa awal adalah kemandirian ekonomi dan kemampuan dalam membuat keputusan, termasuk membuat keputusan dalam studinya (Santrock, 2002).
(20)
12
Universitas Kristen Maranatha Seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta yang berada dalam tahap perkembangan dewasa awal diharapkan sudah mampu untuk membuat keputusan. Ketika mahasiswa mengakhiri studinya di SMA, mereka memutuskan
untuk masuk ke Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta untuk menjadi seorang pendeta.
Di Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta, para mahasiswa diajarkan untuk menghadapi
tuntutan dan tugas sebagai pendeta. Selain itu, mereka juga diajarkan untuk menaati peraturan yang berlaku di kampus dan asrama. Jika para mahasiswa teologi melanggar aturan-aturan tersebut, akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pendeta adalah seorang pemimpin agama Kristen yang memiliki tugas untuk menyatukan umat dan memimpin ibadah serta berkotbah untuk menumbuhkan iman umatnya. Selain itu terdapat sejumlah tugas lain di antaranya pelayanan pastoral (konseling) dan pelawatan (kunjungan). Sedangkan tuntutan bagi seorang pendeta adalah berkata benar dan kehidupannya mencerminkan keteladanan. Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta menyadari tugas-tugas dan tuntutan tersebut. Tugas-tugas yang standar dilakukan antara lain berkotbah, memimpin jemaat, melakukan konseling, dan mengunjungi orang sakit. Mereka dilatih dan diajarkan untuk dapat memenuhi tugas dan tuntutan mereka nanti ketika mereka menjadi
pendeta. Oleh karena itu, fungsi dari Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta adalah
(21)
Universitas Kristen Maranatha
Self-efficacy menurutBandura (2002) adalah keyakinan akan kemampuan diri seseorang untuk dapat mengorganisir dan melakukan serangkaian tindakan yang diperlukan untuk mencapai keinginannya. Keyakinan akan kemampuan diri seorang
mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta dipengaruhi oleh sumber-sumber yaitu mastery experiences, vicarious experiences, verbal persuasions, dan
physiological and affective states. Mastery experiences merupakan hasil pengalaman
pribadi seorang mahasiswa teologi dalam bertindak menghadapi sesuatu. Pengalaman mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta mengenai keberhasilan dan kegagalan merupakan sumber yang dapat memengaruhi keyakinan akan kemampuan
dirinya. Apabila mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta sering mencapai
keberhasilan dalam mengerjakan tuntutan dan tugas-tugasnya seperti praktik, biblikal, pastoral, dan collegiums pastorale, maka ia akan menjadi yakin bahwa ia mampu dan sanggup mengemban tugas perkuliahannya. Sebaliknya apabila mahasiswa Sekolah
Tinggi Teologi “X” Jakarta seringkali gagal dalam mengerjakan tugas-tugas dan tuntutan perkuliahan, mahasiswa tersebut akan mengembangkan penghayatan ketidakyakinan akan kemampuan dirinya akan proses perkuliahan yang dijalaninya.
Sumber kedua yang dapat memengaruhi keyakinan akan kemampuan diri mahasiswa teologi adalah vicarious experiences. Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi
“X” Jakarta melihat pengalaman atau hasil yang dicapai oleh figur yang signifikan
bagi dirinya, dalam arti serupa dengan dirinya (mahasiswa teologi yang lain). Pengalaman atau hasil yang dicapai figur signifikan tersebut dapat menjadi sumber
(22)
14
Universitas Kristen Maranatha
informasi bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta untuk menilai kemampuan dirinya. Apabila mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta melihat
bahwa orang lain yang serupa dengan dirinya mampu mengerjakan tugas-tugas dan tuntutannya, ia akan menjadi yakin bahwa ia mampu mengemban tugas perkuliahannya. Sebaliknya apabila mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta melihat bahwa orang lain yang serupa dengan dirinya tidak mampu mengerjakan tugas-tugas atau tuntutannya, ia akan menjadi tidak yakin akan kemampuannya dalam mengemban tugas perkuliahannya.
Sumber ketiga yang dapat memengaruhi keyakinan akan kemampuan diri
mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta adalah verbal persuasions. Persuasi
verbal adalah bentuk-bentuk pernyataan verbal yang diberikan oleh figur yang
signifikan kepada mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta. Persuasi verbal
meliputi nasihat atau ejekan, peringatan, kritikan, pujian dan sanjungan. Pengalaman seorang mahasiswa teologi ketika mendapatkan pujian atau sanjungan yang
memberikan penjelasan bahwa mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta
mampu untuk menghadapi tuntutan dan tugas-tugasnya dapat membuat dirinya menjadi yakin akan kemampuan yang dimilikinya dalam mengemban tugas perkuliahannya. Sebaliknya, jika seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta memiliki pengalaman lebih banyak mendapatkan teguran, kritikan atau ejekan yang menyatakan bahwa dia tidak memiliki kemampuan yang cukup dalam
(23)
Universitas Kristen Maranatha menghadapi tugas dan tuntutannya, akan menjadi tidak yakin akan kemampuan yang dimilikinya dalam mengemban tugas perkuliahannya.
Sumber yang keempat adalah physiological and affective states. Mahasiswa
Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta menilai kemampuan mereka berdasarkan sebagian dari informasi somatik yang didapatkan dari keadaan fisik dan emosional.
Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta mendapatkan informasi somatik
seperti pemenuhan fisik, fungsi kesehatan, dan coping terhadap penyebab stress.
Seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta akan menilai keadaan
fisiknya seperti kelelahan, sakit, nyeri, segar atau bugar yang berkaitan dengan kekuatan fisik atau staminanya. Selain itu kondisi perasaan mahasiswa Sekolah
Tinggi Teologi “X” Jakarta juga berpengaruh pada penilaian terhadap keyakinan
dirinya. Jika seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta
menginterpretasi bahwa stamina dan kondisi fisiknya mampu untuk mengerjakan tugas dan tuntutannya serta mampu mengatasi stres, maka mahasiswa Sekolah Tinggi
Teologi “X” Jakarta akan menjadi yakin akan kemampuannya dalam mengemban tugas perkuliahannya. Sedangkan jika seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi
“X” Jakarta menginterpretasi bahwa stamina dan kondisi fisiknya tidak mampu untuk
mengerjakan tugas dan tuntutannya serta tidak mampu mengatasi stress, maka
mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta menjadi tidak yakin akan
(24)
16
Universitas Kristen Maranatha Keempat sumber tersebut akan diproses secara kognitif oleh mahasiswa
Sekolah Tinggi Teologi “X”Jakarta. Informasi yang didapatkan melalui sumber self-efficacy tidak langsung memengaruhi individu. Ada perbedaan antara informasi yang
didapatkan dari pengalaman langsung dan informasi yang dipilih dan ditimbang yang kemudian diintegrasikan menjadi penilaian self-efficacy. Proses kognitif melibatkan dua fungsi yang terpisah, fungsi yang pertama berkaitan dengan jenis informasi yang didapatkan oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta dan digunakan sebagai indikator keyakinan dirinya. Informasi yang didapat tersebut berasal dari masing-masing sumber self-efficacy yang berisi mengenai kemampuan diri
mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta. Misalnya seorang mahasiswa
Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta merasa bahwa mastery experiences merupakan
sumber yang paling memengaruhi dirinya dibandingkan sumber self-efficacy yang lain. Fungsi kedua berkaitan dengan proses pengombinasian atau pengumpulan yang digunakan oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta untuk menyatukan informasi mengenai efficacy dari berbagai sumber di dalam membangun keyakinan diri mereka. Misalnya setelah memilih dan menimbang sumber-sumber yang memengaruhi dirinya, seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X”Jakarta akan mengintegrasikan informasi-informasi tersebut dan membangun self-efficacy mereka
dengan cara yang bisa saja berbeda dengan mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X”
(25)
Universitas Kristen Maranatha Self-efficacy mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta akan tercermin dalam empat aspek yaitu pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkan, daya tahan, dan penghayatan perasaan. Pilihan yang dibuat oleh mahasiswa Sekolah
Tinggi Teologi “X” Jakarta akan dipengaruhi oleh penilaian terhadap kemampuan dirinya. Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta yang memiliki self-efficacy
yang tinggi akan memilih untuk menetapkan target IPK yang tinggi dan menetapkan komitmen mereka pada pilihan tersebut. Sebaliknya, self-efficacy mahasiswa Sekolah
Tinggi Teologi”X” Jakarta rendah kurang yakin dalam menetapkan target IPK yang
tinggi dan kurang berkomitmen pada pilihan tersebut.
Aspek yang kedua adalah usaha yang dikeluarkan oleh mahasiswa Sekolah
Tinggi Teologi “X” Jakarta. Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta yang
memiliki self-efficacy yang tinggi akan menampilkan usaha yang kuat dalam mengerjakan tugas yang sulit dan kegagalan dianggap sebagai usaha yang kurang
memadai. Sebaliknya mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta yang memiliki
self-efficacy yang rendah akan menampilkan usaha yang lemah dalam mengerjakan
tugas yang sulit dan menganggap kegagalan sebagai keterbatasan dirinya.
Aspek yang ketiga adalah daya tahan mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta. Terkadang mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta berada dalam
situasi yang sulit, diperlukan daya tahan yang kuat untuk tetap berusaha mencapai tujuan. Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta yang memiliki self-efficacy
(26)
18
Universitas Kristen Maranatha
situasi yang sulit. Sebaliknya mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta yang
memiliki self-efficacy yang rendah akan cepat menyerah ketika menghadapi kegagalan dan menghindari situasi yang sulit.
Aspek yang terakhir adalah penghayatan perasaan mahasiswa Sekolah Tinggi
Teologi “X” Jakarta. Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta yang memiliki
self-efficacy yang tinggi akan mengontrol kecemasannya dengan tidak memikirkan
hal-hal yang negatif atau membayangkan kegagalan. Sebaliknya jika self-efficacy
mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta rendah, mereka akan sering
memikirkan kekurangan-kekurangan mereka dan akan meningkatkan kecemasan.
Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta yang memiliki self-efficacy
yang tinggi akan merasa yakin untuk memilih sesuatu yang lebih menantang dan berkomitmen pada pilihan tersebut, menampilkan usaha yang kuat dalam mengerjakan tugas yang sulit, gigih dalam menghadapi kegagalan dan bertahan ketika menghadapi situasi yang sulit, serta dapat mengontrol kecemasannya dan tidak memikirkan hal-hal yang negatif seperti membayangkan kegagalan. Mahasiswa
Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta yang memiliki self-efficacy yang rendah akan kurang yakin akan pilihan yang dibuat dan kurang berkomitmen pada pilihan tersebut, menampilkan usaha yang lemah dalam mengerjakan tugas yang sulit dan menganggap kegagalan sebagai keterbatasan dirinya, cepat menyerah ketika menghadapi kegagalan dan menghindari situasi yang sulit, serta kurang mampu mengontrol kecemasan dan sering memikirkan kekurangan-kekurangan mereka.
(27)
Universitas Kristen Maranatha
Mastery Experiences Vicarous Experiences Verbal Experiences Physiological and Affective States
Tinggi
Mahasiswa Teologi
Rendah
Self-Efficacy
- Pilihan yang dibuat
- Usaha yang dikeluarkan
- Daya tahan
- Penghayatan perasaan
Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Proses
(28)
20
Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi Penelitian
1. Self-efficacy pada mahasiswa semester 2 Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta
adalah suatu keyakinan akan kemampuannya dalam memperhatikan materi yang diberikan di dalam kelas, menghadiri kuliah, mengerjakan tugas kuliah, dan persiapan ujian.
2. Pada proses pembentukan self-efficacy mahasiswa semester 2 Sekolah Tinggi
Teologi “X” Jakarta, akan dipengaruhi oleh Mastery experience, Vicarious
experience, Verbal Persuasion, dan Psychological and Affective states yang
nantinya akan menghasilkan self-efficacy yang beragam pada setiap
mahasiswa semester 2 Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta.
3. Semakin tinggi derajat self-efficacy yang dimiliki mahasiswa semester 2 Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta maka keyakinannya semakin terarah dan mantap dalam menjalani proses perkuliahan.
4. Semakin rendah derajat self-efficacy yang dimiliki mahasiswa yang sedang menempuh studi di Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta maka keyakinannya semakin kurang terarah dan kurang mantap dalam menjalani proses perkuliahan.
(29)
58 Universitas Kristen Maranatha KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan maka dapat diraih kesimpulan sebagai berikut:
1. Presentase mahasiswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi dan rendah tidak jauh berbeda.
2. Sebagian besar mahasiswa dengan self-efficacy yang tinggi menunjukkan keyakinan akan kemampuan diri yang tinggi pada aspek pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkan, daya tahan, dan penghayatan perasaan.
3. Sebagian besar mahasiswa dengan self-efficacy yang rendah menunjukkan keyakinan akan kemampuan diri yang rendah pada aspek pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkan, daya tahan, dan penghayatan perasaan.
4. Sumber mastery experiences dan vicarious experiences pada mahasiswa semester 2 Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta kurang terlihat jelas keterkaitannya dengan self-efficacy mahasiswa.
Sumber verbal persuasions dan physiological and affective states pada mahasiswa semester 2 Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta menunjukkan keterkaitan dengan self-efficacy mahasiswa.
(30)
59
Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran
5.2.1 Saran Teoretis
Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kontribusi sumber-sumber
self-efficacy terhadap derajat self-efficacy mahasiswa Sekolah Tinggi
Teologi “X” Jakarta.
5.2.2 Saran Praktis
Dosen wali dapat menggunakan data self-efficacy sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan kegiatan akademis bersama-sama dengan mahasiswa.
Mahasiswa semester 2 Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta dapat menggunakan informasi mengenai self-efficacy sebagai sarana pemahaman diri.
Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta dapat menggunakan data self-efficacy untuk membina mahasiswa agar visi dan misi sekolah tinggi
(31)
Universitas Kristen Maranatha Anastasi, Anne. 1990. Psychological Testing. New York: MacMillan Publishing Company
Bandura, Albert. 2002. Self Efficacy: The Exercise of Control. New York: W.H.Freeman and Company.
Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and Education. New York: McGraw-Hill Book Company, Tokyo: Kogakusa Company
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Hommes, T.G. dan Singgih, E.G. (Eds). 1992. Teologi dan Praksis Pastoral:
Antologi Teologi Pastoral. Yogyakarta: Kanisius, Jakarta: BPK Gunung
Mulia
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Santrock, John. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Penerbit Erlangga
(32)
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN
Afriani, Miskah.2006. Suatu Survey mengenai Self-Efficacy pada Pecandu
NAPZA
yang sedang menjalani program NARCOTIC ANONYMOUS Pasca Perawatan
di Yayasan‘X”Bandung. Metode Penelitian Lanjutan. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Hernandi, Ivan.2005. Suatu Penelitian Deskriptif mengenai Strategi Penanggulangan
Stres pada Pendeta di Gereja-Gereja GKI di Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Kurniasatya, Anthonius.2006. Pendeta dan Kependetaan. Cimahi : GKI Cimahi. Putri,Sellya.2006. Suatu Penelitian mengenai Hubungan antara Self-Efficacy
dengan
Produktivitas Kerja pada Perawat yang Telah Menikah di RS ‘X’ Bandung.
Metode Penelitian Lanjutan. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Maranatha.
(1)
Mastery Experiences Vicarous Experiences Verbal Experiences Physiological and Affective States
Tinggi
Mahasiswa Teologi
Rendah
Self-Efficacy
- Pilihan yang dibuat - Usaha yang dikeluarkan - Daya tahan
- Penghayatan perasaan
Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran
Proses Kognitif
(2)
20
Universitas Kristen Maranatha
1.6 Asumsi Penelitian
1. Self-efficacy pada mahasiswa semester 2 Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta
adalah suatu keyakinan akan kemampuannya dalam memperhatikan materi yang diberikan di dalam kelas, menghadiri kuliah, mengerjakan tugas kuliah, dan persiapan ujian.
2. Pada proses pembentukan self-efficacy mahasiswa semester 2 Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta, akan dipengaruhi oleh Mastery experience, Vicarious
experience, Verbal Persuasion, dan Psychological and Affective states yang
nantinya akan menghasilkan self-efficacy yang beragam pada setiap mahasiswa semester 2 Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta.
3. Semakin tinggi derajat self-efficacy yang dimiliki mahasiswa semester 2 Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta maka keyakinannya semakin terarah dan mantap dalam menjalani proses perkuliahan.
4. Semakin rendah derajat self-efficacy yang dimiliki mahasiswa yang sedang menempuh studi di Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta maka keyakinannya semakin kurang terarah dan kurang mantap dalam menjalani proses perkuliahan.
(3)
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan maka dapat diraih kesimpulan sebagai berikut:
1. Presentase mahasiswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi dan rendah tidak jauh berbeda.
2. Sebagian besar mahasiswa dengan self-efficacy yang tinggi menunjukkan keyakinan akan kemampuan diri yang tinggi pada aspek pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkan, daya tahan, dan penghayatan perasaan.
3. Sebagian besar mahasiswa dengan self-efficacy yang rendah menunjukkan keyakinan akan kemampuan diri yang rendah pada aspek pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkan, daya tahan, dan penghayatan perasaan.
4. Sumber mastery experiences dan vicarious experiences pada mahasiswa
semester 2 Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta kurang terlihat jelas keterkaitannya dengan self-efficacy mahasiswa.
Sumber verbal persuasions dan physiological and affective states pada mahasiswa
semester 2 Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta menunjukkan keterkaitan dengan self-efficacy mahasiswa.
(4)
59
Universitas Kristen Maranatha
5.2 Saran
5.2.1 Saran Teoretis
Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kontribusi sumber-sumber
self-efficacy terhadap derajat self-efficacy mahasiswa Sekolah Tinggi
Teologi “X” Jakarta.
5.2.2 Saran Praktis
Dosen wali dapat menggunakan data self-efficacy sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan kegiatan akademis bersama-sama dengan mahasiswa.
Mahasiswa semester 2 Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta dapat
menggunakan informasi mengenai self-efficacy sebagai sarana pemahaman diri.
Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta dapat menggunakan data self-efficacy untuk membina mahasiswa agar visi dan misi sekolah tinggi
(5)
Company
Bandura, Albert. 2002. Self Efficacy: The Exercise of Control. New York: W.H.Freeman and Company.
Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and Education. New York: McGraw-Hill Book Company, Tokyo: Kogakusa Company
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Hommes, T.G. dan Singgih, E.G. (Eds). 1992. Teologi dan Praksis Pastoral:
Antologi Teologi Pastoral. Yogyakarta: Kanisius, Jakarta: BPK Gunung
Mulia
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Santrock, John. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Penerbit Erlangga
(6)
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN
Afriani, Miskah.2006. Suatu Survey mengenai Self-Efficacy pada Pecandu
NAPZA
yang sedang menjalani program NARCOTIC ANONYMOUS Pasca Perawatan
di Yayasan‘X”Bandung. Metode Penelitian Lanjutan. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Hernandi, Ivan.2005. Suatu Penelitian Deskriptif mengenai Strategi Penanggulangan
Stres pada Pendeta di Gereja-Gereja GKI di Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Kurniasatya, Anthonius.2006. Pendeta dan Kependetaan. Cimahi : GKI Cimahi. Putri,Sellya.2006. Suatu Penelitian mengenai Hubungan antara Self-Efficacy
dengan
Produktivitas Kerja pada Perawat yang Telah Menikah di RS ‘X’ Bandung.
Metode Penelitian Lanjutan. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Maranatha.