Studi Deskriptif Mengenai Adversity Quotient pada Mahasiswa Fakultas Teologi Angkatan 2014 di Sekolah Tinggi Teologi Bethel Indonesia (STTBI) Jakarta.

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui derajat Adversity Quotient pada Mahasiswa Fakultas Teologi Angkatan 2014 di Sekolah Tinggi Teologi Bethel Indonesia (STTBI) Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survey. Populasi penelitian ini sebanyak 40 mahasiswa.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori Stoltz (2000). Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan rumus Pearson dan reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha Croncbach, diperoleh 50 item valid, dengan validitas berkisar antara 0.317-0.846 dan reliabilitas 0,887.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki derajat adversity quotient yang tinggi sebanyak 17,5%, derajat adversity quotient yang sedang sebanyak 62,5% dan derajat adversity quotient yang rendah sebanyak 20%. Terdapat kecenderungan sebagian besar mahasiswa yang memiliki motivasi, optimism dan kesehatan yang tinggi adalah mahasiswa yang memiliki derajat adversity quotient yang sedang.

Saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya adalah agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi adversity quotient pada Mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 di Sekolah Tinggi Teologi Bethel Indonesia (STTBI) Jakarta, sehingga dapat diperoleh data dan gambaran dinamika yang akurat mengenai adversity quotient pada Mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 di Sekolah Tinggi Teologi Bethel (STTBI) Jakarta. Kata Kunci : deskriptif, adversity quotient, mahasiswa fakultas teologi angkatan 2014


(2)

vi

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

This study was conducted to determine the degree of Adversity Quotient at the Faculty of Theology Force in 2014 at the College of Theology Bethel Indonesia (STTBI) Jakarta. The method used in this research is descriptive method with survey techniques. The population of this study were 40 students.

Measuring instrument used is questionnaire has been constructed by the researcher based on Stoltz theory (2000). Based on test validity using the Pearson formula with reliability by using Alpha Croncbach Formula, obtained 50 valid items, with the validity ranged between 0.317-0.846. Then the reability is 0.887.

Based on the results, it can be concluded that the respondents have a high degree of adversity quotient as much as 17.5%, the degree of adversity quotient was 62.5% and a low degree of adversity quotient as much as 20%. There is a tendency of most students who have the motivation, optimism and high health are students who have a degree of adversity quotient being.

Suggestions put forward for further research is in order to conduct further research on the factors that influence adversity quotient at the Faculty of Theology class of 2014 at the College of Theology Bethel Indonesia (STTBI) Jakarta, so as to obtain the data and description of the dynamics that accurately about adversity quotient the Faculty of Theology class of 2014 at the College of Theology Bethel (STTBI) Jakarta.

Keywords: descriptive, adversity quotient, students of the Faculty of Theology force in 2014


(3)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI PENELITIAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.3.1 Maksud Penelitian ... 11

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Kegunaan Penelitian ... 11


(4)

xi

Universitas Kristen Maranatha

1.5 Kerangka Pemikiran ... 12

1.6 Asumsi Penelitian ... 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Adversity Quotient ... 23

2.1.1 Adversity Quotient ... 23

2.1.2 Pengertian Adversity Quotient ... 24

2.1.3 Peran-peran Adversity Quotient ... 25

2.1.4 Ilmu Pengetahuan tentang Adversity Quotient ... 29

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Adversity Quotient ... 32

2.1.6 Derajat Adversity Quotient ... 34

2.1.7 Dimensi Adversity Quotient ... 37

2.2 Mahasiswa ... 39

2.2.1 Karakteristik Mahasiswa ... 39

2.3 Teori tentang Motivasi ... 41

2.4 Teori tentang Optimisme ... 41

2.5 Teori Kecerdasan ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 44

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 44

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 44


(5)

3.3.2 Definisi Operasional ... 45

3.4 Alat Ukur ... 46

3.4.1 Alat Ukur Adversity Quotient ... 46

3.4.2 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 48

3.4.2.1 Data Pribadi ... 48

3.4.2.2 Data Penunjang ... 48

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 48

3.4.3.1 Validitas Alat Ukur ... 48

3.4.3.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 49

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 49

3.5.1 Populasi Sasaran ... 49

3.5.2 Karakteristik Populasi... 49

3.6 Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden ... 51

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 52

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan IPK ... 52

4.2 Gambaran Hasil Penelitian ... 53

4.2.1 Gambaran Derajat Adversity Quotient ... 53


(6)

xiii

Universitas Kristen Maranatha

4.2.2.2 Gambaran Derajat Origin and Ownership ... 54

4.2.2.3 Gambaran Derajat Reach ... 55

4.2.2.4 Gambaran Derajat Endurance ... 55

4.2.3 Tabulasi Silang antara Derajat Adversity Quotient dengan Dimensi Adversity Quotient ... 56

4.3 Pembahasan ... 59

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 69

5.2 Saran ... 70

5.2.1 Saran Teoritis ... 70

5.2.2 Saran Praktis ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

DAFTAR RUJUKAN ... 73 LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur Adversity Quotient ... 46

Tabel 3.2 Sistem Penilaian Kuisioner Adversity Quotient ... 47

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 52

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan IPK ... 52

Tabel 4.4 Gambaran Derajat Adversity Quotinet ... 53

Tabel 4.5 Gambaran Derajat Control ... 53

Tabel 4.6 Gambaran Derajat Origin and Ownership ... 54

Tabel 4.7 Gambaran Derajat Reach ... 55

Tabel 4.8 Gambaran Derajat Endurance ... 55

Tabel 4.9 Tabulasi Silang Derajat Adversity Quotient dengan Control ... 56

Tabel 4.10 Tabulasi Silang Derajat Adversity Quotient dengan Origin and Ownership ... 57

Tabel 4.11 Tabulasi Silang Derajat Adversity Quotient dengan Reach ... 57 Tabel 4.12 Tabulasi Silang Derajat Adversity Quotient dengan Endurance 58


(8)

xv

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran... 21 Bagan 3.1 Skema Rancangan Penelitian ... 44


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Letter of Concent dan Alat Ukur(Kisi-kisi alat ukur, Identitas, Data Utama dan Data Penunjang)

Lampiran B Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Lampiran C Hasil Penelitian


(10)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini telah ditemukan beberapa fakta bahwa jemaat pindah gereja atau tidak memiliki tempat ibadah yang tetap, salah satu faktor yang mempengaruhi jemaat pindah gereja adalah kualitas yang dimiliki oleh pendeta di suatu gereja. Hal tersebut menyebabkan konflik antara jemaat dan pengurus gereja atau gembala sehingga jemaat merasa tidak puas dengan gaya kepemimpinan di gereja, misalnya Bapak dan/atau Ibu Gembala berubah sifat menjadi diskriminatif, tidak peka, materialistis dan lebih mementingkan urusan pribadi dari pada urusan jemaat (dr. Awi Muliadi, 2011).

Berdasarkan wawancara kepada Pdt. Heru Cahyono, M.Th sebagai ketua Departmen Pembinaan Regional mengatakan bahwa penting bagi seorang pendeta untuk memiliki kualitas yang baik. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas seorang pendeta adalah pengetahuannya terhadap bidang Teologi dan memiliki karakter yang kuat seperti karakter Kristus. Gambaran umum mengenai beberapa contoh karakter Kristus adalah seperti bijaksana, rendah hati, menghormati otoritas, bersikap lembut, penuh hikmat, tulus dalam melayani, memiliki kasih, mengampuni orang yang bersalah, dan tegas. Menurutnya, pendidikan Teologi adalah hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh seorang pendeta sehingga akan membantu pendeta tersebut dalam meningkatkan pelayanannya. Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, yang dimaksud dengan Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap,


(11)

kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan ajaran agamanya. Sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 55 tahun 2007 pada bab II pasal 5 disampaikan bahwa (1) kurikulum pendidikan agama dilaksanakan sesuai Standar Nasional Pendidikan; (3) Pendidikan agama mendorong peserta didik untuk taat menjalankan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikan agama sebagai landasan etika dan moral dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; (5) Pendidikan agama membangun sikap mental peserta didik untuk bersikap dan berperilaku jujur, amanah, disiplin, bekerja keras, mandiri, percaya diri, kompetitif, kooperatif, tulus, dan bertanggung jawab. Sehingga diperlukan untuk pendeta memiliki pengatahuan tentang Teologi.

Di indonesia Pendidikan Teologi sudah mulai banyak diselenggarakan, berdasarkan data Bimas Kristen Kemenag RI per Oktober 2015, terdapat 345 Institusi PendidikanTinggi Teologi. Termasuk salah satunya adalah Sekolah Tinggi Teologi Bethel Indonesia atau yang disingkat sebagai STTBI. STTBI memiliki visi yaitu menjadi seperti Kristus dan memiliki misi yaitu menyediakan sarana pendidikan yang berkualitas untuk pengembangan pengetahuan, karakter, dan dedikasi seorang hamba Tuhan. STTBI yang bertempat di Petamburan Jakarta merupakan salah satu pendidikan formal yang berada di Indonesia. Sekolah ini merupakan sekolah Teologi yang didirikan oleh Gereja Bethel Indonesia (GBI) satu-satunya yang ada di Jakarta.


(12)

3

Universitas Kristen Maranatha

Dalam STTBI – Jakarta terdapat beberapa jenjang pendidikan yaitu jenjang Sarjana (S1) yang dibagi menjadi dua jurusan yaitu Sarjana Teologi (S.Th), dalam jurusan ini mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi seorang pemimpin jemaat (gembala) yang unggul, berintegritas dan dapat memberdayakan jemaat menjadi suatu komunitas yang selalu mengandalkan Tuhan dalam hidup mereka. Jurusan yang kedua adalah Sarjana Pendidikan Agama Kristen (S.PAK), mahasiswa yang mengambil jurusan ini adalah mahasiswa yang dipersiapkan untuk menjadi pengajar pendidikan agama Kristen, membina jemaat, dll. Selain itu ada juga pendidikan untuk profesi Magister yang terbagi menjadi tiga jurusan yaitu Magister Teologi (M.Th), Magister Pendidikan Agama Kristen (M.PdK) dan Magister Artium (M.A). Jenjang pendidikan lainnya yaitu Doktor yang dibagi menjadi dua yaitu program adalah Doktor Teologi (D.Th) dan Doktor Ministri (D.Min). Dalam penelitian ini fokusnya adalah Fakultas Teologi, dalam jurusan ini mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi seorang pemimpin jemaat (gembala) yang unggul, berintegritas dan dapat memberdayakan jemaat menjadi suatu komunitas yang selalu mengandalkan Tuhan dalam hidup mereka. Sekolah Tinggi Teologi pada umumnya termasuk STTBI – Jakarta ini memiliki aturan dan tuntutan untuk mahasiswa yaitu disiplin sikap, disiplin waktu, sopan santun, kerapihan dan tata cara berpakaian adalah hal yang wajib untuk ditaati oleh semua mahasiswa. Fakultas Teologi di STTBI ini menekankan tentang penafsiran Alkitab sehingga mahasiswa dituntut untuk mampu menguasai empat bahasa yaitu Bahasa Ibrani, Yunani, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia yang benar. Tanpa menguasai empat bahasa tersebut, mahasiswa akan kesulitan dalam menempuh kegiatan belajar. Mahasiswa dituntut untuk mencapai nilai standar akademik yang telah ditetapkan dengan berbagai macam tugas atau ujian yang


(13)

diberikan oleh setiap dosen, mahasiswa dituntut untuk menyelesaikan tugas tepat waktu dan mengerjakan tugas dengan sebaik mungkin. Sedangkan tugas yang diberikan kepada mahasiswa beragam, terdapat tugas yang harus dilakukan mandiri, ada pula tugas yang harus diselesaikan bersama kelompok, tidak jarang tugas tersebut dikumpulkan pada hari yang sama, sehingga hal ini membuat mahasiswa kesulitan dalam membagi waktu untuk mengerjakan tugas individu dan tugas kelompok. Selain nilai, mahasiswa juga dituntut untuk tunduk terhadap senior, pemimpin dan saling menghormati kepada teman satu angkatan.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap ketua angkatan mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 STTBI – Jakarta didapatkan data bahwa sebagian besar mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 cenderung merasa bahwa senior yang ada bertindak semena-mena dan tidak dapat dijadikan teladan dalam bertingkah laku. Senior dapat memerintah junior seenaknya dengan cara yang kasar seperti berteriak, mengetuk pintu dengan kencang dan perilaku lain yang tidak menunjukkan bahwa para senior tersebut sedang mendidik dan membimbing karakter junior. Hal ini dapat membuat mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 merasa tidak dihargai oleh senior dan menjadi sulit untuk tunduk terhadap senioritas. Selain itu juga mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Teologi mengatakan bahwa aturan yang ada di STTBI – Jakarta lebih ketat dibandingkan dengan Sekolah Tinggi Teologi yang lain. Misalnya pria dan wanita tidak diijinkan untuk menggunakan kalung, gelang, serta kuku tidak boleh diwarnai. Mahasiswa juga diwajibkan untuk menggunakan kemeja, celana panjang berbahan kain hitam, dasi untuk pria, dan rok berbahan kain hitam dibawah lutut untuk wanita, kemeja wajib dimasukkan ke dalam celana atau rok dengan rapi, menggunakan ikat pinggang hitam dan wajib menggunakan sepatu pantofel hitam, serta harus


(14)

5

Universitas Kristen Maranatha

menggunakan nametag setiap hari. Saat memasuki area kampus STTBI – Jakarta, orang luar maupun orang dalam wajib berpakaian rapi. Apabila datang dengan tidak menggunakan pakaian yang rapi, misalnya dengan menggunakan celana pendek dan sandal, maka tidak diperbolehkan untuk masuk ke dalam lingkungan STTBI – Jakarta.

Pada saat awal semester 1, setiap mahasiswa mendapatkan 200 poin. Ketika mahasiswa melanggar aturan yang telah ditetapkan maka poin mahasiswa akan di kurangi. Sebaliknya, apabila mahasiswa berprestasi maka poin mahasiswa tersebut akan ditambahkan. Ketika mahasiswa secara terus menerus melanggar aturan dan poinnya habis sampai dengan nol poin, maka mahasiswa tersebut akan di drop out.

Dalam STTBI – Jakarta, perkuliahan dilakukan setiap hari mulai dari hari senin sampai dengan jumat pukul 07.00 WIB - 13.00 WIB. Mahasiswa juga memiliki jadwal ibadah bersama seluruh mahasiswa setiap hari rabu pukul 09.00-11.00 WIB dan ibadah prodi yaitu ibadah khusus mahasiswa Fakultas Teologi pada hari jumat pukul 07.00-09.00 WIB. Setiap hari sabtu mahasiswa dijadwalkan untuk melakukan pelayanan di gereja yang sudah mereka cari sebelumnya. Mahasiswa diwajibkan untuk memiliki gereja sebagai tempat dimana mahasiswa berlatih menjadi seorang pelayan Tuhan. Kesulitan yang dialami mahasiswa dalam mencari tempat pelayanan adalah salah satunya karena mahasiswa STTBI kebanyakan berasal dari luar kota dan luar daerah sehingga sulit untuk mereka menemukan dimana saja gereja yang ada di Jakarta, mahasiswa merasa kebingungan mencari letak gereja yang tersebar di Jakarta, menggunakan kendaraan apa untuk sampai di tempat pelayanannya, mahasiswa juga harus memikirkan mengenai biaya transportasi yang harus dikeluarkan setiap kali pelayanan dikarenakan biaya transport tersebut harus ditanggung pribadi oleh setiap mahasiswa. Tidak jarang mahasiswa merasa berat


(15)

untuk membayar uang transport karena kebanyakan mahasiswa tidak lagi mendapatkan uang dari orangtua. Ketika mahasiswa mencari tempat pelayanan (gereja) mahasiswa terlebih dahulu harus mengikuti seleksi yang diselenggarakan oleh gereja. Tidak jarang mahasiswa ditolak untuk melayani di gereja tersebut karena tidak memenuhi persyaratan sebagai pelayan Tuhan di gereja tersebut, dalam keadaan seperti itu mahasiswa harus mencari tempat pelayanan yang lain. Dalam pelayanannya di suatu gereja, tidak semua mahasiswa mendapatkan gereja yang sesuai dengan keinginan mereka. Beberapa mahasiswa dapat melayani di gereja yang besar, jemaatnya banyak, fasilitas lengkap dan lainnya yang dapat mendukung pelayanan mahasiswa di tempat tersebut. Namun terdapat pula mahasiswa yang mendapat gereja tempat pelayanannya adalah gereja kecil, lokasi gereja yang jauh dari lokasi rumahnya, fasilitas yang kurang lengkap, bahkan terdapat juga pihak otoritas yang meminta bantuan bukan hanya untuk melayani di atas mimbar gereja, namun melayani kebutuhan rumah tangga dari pihak otoritas tersebut. Hal inilah yang menjadi kesulitan bagi mahasiswa dalam melakukan pelayanannya.

Berdasarkan survey awal dengan metode wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap delapan orang mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 di STTBI – Jakarta didapatkan data bahwa lima mahasiswa diantaranya merasa berat untuk menjalani tuntutan karakter yaitu menjadi serupa dengan Kristus dimana mahasiswa harus rendah hati, mampu mengampuni orang yang bersalah, hormat kepada pihak otoritas yang terkadang bertindak semena-mena, mengerjakan tugas-tugas kuliah dan pelayanan yang diberikan namun merasa mampu mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam perkuliahan dan pelayanan. Hal ini dapat dikatakan bahwa mahasiswa tersebut memiliki kecenderungan control yang terogolong tinggi. Tiga mahasiswa lainnya merasa tidak mampu untuk mengendalikan dirinya tuntutan


(16)

7

Universitas Kristen Maranatha

karakter yaitu menjadi serupa dengan Kristus, mengerjakan tugas-tugas kuliah dan pelayanan yang diberikan serta merasa tidak mampu untuk mengatasi kesulitan di dalam perkuliahan dan pelayanan. Hal ini dapat dikatakan bahwa mahasiswa tersebut memiliki kecenderungan control yang tergolong rendah.

Sebanyak dua mahasiswa mengatakan bahwa hambatan yang ada dalam perkuliahan dan pelayanan, disebabkan oleh dirinya sendiri dan juga dikarenakan oleh faktor lingkungan. Enam mahasiswa lainnya mengatakan bahwa kesulitan yang ada di dalam perkuliahan atau pelayanan, disebabkan oleh dirinya sendiri. Hal ini dapat dikatakan bahwa mahasiswa tersebut memiliki kecenderungan origin yang rendah.

Sebanyak empat mahasiswa merasa berat untuk menjalani tuntutan karakter yaitu menjadi serupa dengan Kristus dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dalam kegiatan perkuliahan dan pelayanan, ketika mahasiswa menemukan hambatan dalam perkuliahan dan pelayanan, mahasiswa merasa bertanggung jawab atas pekerjaan yang tidak sesuai dan segera memperbaikinya. Hal ini dapat dikatakan bahwa mahasiswa tersebut memiliki kecenderungan ownership yang tergolong tinggi. Empat mahasiswa lainnya mengatakan pasrah dengan kesulitan yang dialami selama kuliah dan pelayanan dan tidak berusaha mengatasi kesulitan itu. Hal ini dapat dikatakan bahwa mahasiswa tersebut memiliki kecenderungan ownership yang tergolong rendah.

Sebanyak dua mahasiswa mengatakan mampu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dalam kegiatan perkuliahan dan pelayanan, dan ketika mahasiswa menemukan hambatan atau mengalami masalah lain misalnya seperti masalah dengan keluarga, hal tersebut tidak mempengaruhi kegiatannya dalam mengerjakan tugas kuliah dan pelayanannya. Hal ini dapat dikatakan bahwa mahasiswa tersebut


(17)

memiliki kecenderungan reach yang tergolong tinggi. Enam mahasiswa lainnya mengatakan ketika mendapatkan kesulitan dalam kuliah dan pelayanannya, hal itu akan mengganggu kinerja dalam perkuliahan, pelayanan maupun hubungannya dengan orang lain. Hal ini dapat dikatakan bahwa mahasiswa tersebut memiliki kecenderungan reach yang tergolong rendah.

Sebanyak empat mahasiswa merasa mampu menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Teologi sampai akhir dan mendapatkan gelar sarjana. Setiap ada kesulitan, mahasiswa tersebut akan berusaha semaksimal mungkin agar dapat mematuhi tuntutan-tuntutan yang ada, berusaha untuk tidak melanggar aturan, berusaha untuk mengerjakan tugas dan belajar dengan sebaik mungkin serta tetap bertahan ketika menghadapi kesulitan di dalam perkuliahan. Hal ini dapat dikatakan bahwa mahasiswa tersebut memiliki kecenderungan endurance yang tergolong tinggi. Tiga mahasiswa lainnya merasa kurang mampu menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Teologi STTBI – Jakarta sampai akhir jika mendapatkan nilai dibawah rata-rata secara terus menerus. Ketika mahasiswa mendapatkan kesulitan dalam perkuliahan mahasiswa tidak berusaha secara maksimal untuk mengerjakan tugasnya dan kurang bertahan ketika menghadapi kesulitan. Hal ini dapat dikatakan bahwa mahasiswa tersebut memiliki kecenderungan endurance yang tergolong rendah.

Perlu diketahui bahwa manusia memiliki beberapa bentuk kecerdasan yaitu AQ (Adversity Quotient) merupakan salah satu bentuk kecerdasan selain IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional Quotient), SQ (Spiritual Quotient), ESQ (Emotional Spiritual Quotient) untuk mengatasi kesulitan dalam hidupnya. Menurut Stoltz (1997) “Adversity Quotient” adalah kemampuan seseorang dalam menghadapi berbagai kesulitan di pelbagai aspek kehidupannya. Jika dilihat dari kemampuan AQ yang dimiliki seseorang, dapat diketahui seberapa jauh seseorang dapat menghadapi


(18)

9

Universitas Kristen Maranatha

kesulitan dan mampu mengatasi kesulitan yang dialami, apakah orang tersebut akan mampu bertahan dalam melewati kesulitan tersebut atau akan menyerah ketika menghadapi suatu kesulitan dalam hidupnya.

Dengan adanya kesulitan-kesulitan yang ada saat menjalankan perkuliahan di STTBI-Jakarta, maka mahasiswa membutuhkan Adversity Quotient. Stoltz (2000), mengumpamakan hidup sebagai suatu pendakian. Suatu kesuksesan dalam hidup berbicara tentang sejauh mana individu akan terus melangkah maju, menanjak dan terus mengembangkan diri selama hidupnya meskipun harus menghadapi bermacam-macam kesulitan dalam kehidupan sehari-hari. AQ dapat digunakan oleh individu untuk melatih kemampuan dan komitmennya dalam menghadapi tantangan sambil memegang prinsip dan impiannya yang dijadikan sebagai tujuan dalam hidupnya, kemudian mencari peluang untuk mengubah suatu hambatan menjadi sebuah kesempatan individu untuk sukses.

Apabila mahasiswa memiliki AQ yang tinggi maka mahasiswa akan mampu menjaga sikap, mampu mengatur waktu belajar dan kegiatan-kegiatan lain, dan akan menaati semua aturan, mereka akan bertahan dan dapat bersaing dengan mahasiswa lain. Selain itu, mahasiswa dengan AQ tinggi akan mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama menjalani perkuliahan di STTBI – Jakarta, mengikuti kegiatan-kegiatan lain baik itu di dalam kampus maupun diluar kampus namun tetap berusaha untuk mendapatkan nilai akademik yang baik di kampusnya. Mahasiswa dengan AQ sedang cukup mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi selama menjalankan proses perkuliahan, cukup mampu mengikuti kegiatan-kegiatan baik itu di dalam kampus maupun di luar kampus dan tetap berusaha untuk mendapat nilai akademik yang baik namun jika mahasiswa merasa bahwa kegiatan yang dilakukan terlalu berat dan menyita banyak waktu, mahasiswa akan mengalami penurunan dan


(19)

menjadi kurang mampu mempertahankan nilai akademiknya. Sebaliknya, mahasiswa dengan AQ yang rendah akan cenderung kurang mampu menjaga sikap, mengatur waktu belajar dan kegiatan-kegiatan lain, dan kurang menaati semua aturan, kurang dapat bertahan dan dapat bersaing dengan mahasiswa lain. Mahasiswa dengan AQ rendah juga kurang mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama menjalani perkuliahan di STTBI – Jakarta. Ketika mengikuti kegiatan-kegiatan lain baik itu didalam kampus maupun diluar kampus mahasiswa kurang berusaha untuk mendapatkan nilai akademik yang baik dikampusnya. Oleh karena itu, mahasiswa membutuhkan AQ untuk dapat tetap bertahan dan menjadi lebih baik lagi dalam menjalankan perkuliahannya, sehingga mahasiswa dapat mencapai tujuan hidupnya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari survey awal di atas, diketahui bahwa beberapa mahasiswa memiliki kecenderungan AQ yang tergolong tinggi namun terdapat juga mahasiswa yang memiliki AQ yang tergolong rendah. Padahal berdasarkan wawancara terhadap salah satu dosen di STTBI – Jakarta mengatakan bahwa mahasiswa harus memiliki mental yang kuat dan tetap timbul seperti emas dalam menghadapi kesulitan baik dalam perkuliahan maupun pelayanan, sehingga STTBI – Jakarta dapat menghasilkan calon-calon Pendeta yang berkualitas. Dari hal tersebut dapat terlihat bahwa AQ adalah sesuatu yang penting untuk dimiliki mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 STTBI – Jakarta selama menjalankan perkuliahannya agar tetap bertahan dan berprestasi dalam proses perkuliahan yang kemudian akan membantu mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 menjadi calon Pendeta yang berkualitas.

Dengan demikian, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai gambaran Adversity Quotient pada Mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 di Sekolah Tinggi Teologi Bethel Indonesia (STTBI) Jakarta.


(20)

11

Universitas Kristen Maranatha

1.2 Identifikasi Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui derajat Adversity Quotient (AQ) yang dimiliki oleh mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 di STTBI – Jakarta.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran tentang Adversity Quotient (AQ) yang dimiliki mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 di STTBI – Jakarta.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperjelas mengenai gambaran Adversity Quotient (AQ) yang dimiliki oleh mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 di STTBI – Jakarta yang dilihat dari dimensi-dimensi dasar yaitu Control, Origin and ownership, Reach dan Endurance.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai derajat AQ dalam menghadapi hambatan dan tantangan yang berkaitan dengan bidang Psikologi Pendidikan.

2. Sebagai masukan tambahan atau ide kepada peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengenai AQ.


(21)

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak STTBI – Jakarta mengenai derajat AQ yang dimiliki oleh setiap mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 agar dapat di usahakan untuk memfasilitasi hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan AQ.

2. Memberikan informasi kepada mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 di STTBI – Jakarta mengenai derajat AQ yang dimilikinya, sebagai masukan untuk mengoptimalkan AQ mereka agar dapat tetap bertahan dalam menghadapi kegiatan perkuliahan dan dapat menjalankan pelayanannya dengan optimal.

1.5 Kerangka Pikir

Mahasiswa yang mengambil fakultas Teologi di STTBI adalah mahasiswa yang merasa bahwa dirinya terpanggil/calling untuk melayani Tuhan dan memberikan hidup sepenuhnya untuk Tuhan. Rela mengorbankan sebagian besar waktunya hanya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan Tuhan dan melakukan perintah Tuhan dalam setiap menjalankan kehidupannya. Mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 STTBI – Jakarta yang sedang menjalankan studinya menghayati peraturan sebagai suatu hal yang membuat mahasiswa tersebut tertekan karena berbagai faktor kesulitan yang dialami. Kesulitan yang dialami terutama adalah tuntutan-tuntutan dari Fakultas berupa mahasiswa dituntut untuk memiliki karakter serupa dengan Kristus, diantaranya adalah rendah hati, menghormati otoritas, tulus melayani, memiliki kasih, dan mengampuni orang yang bersalah. Kesulitan yang lain adalah sulit membagi waktu untuk mengerjakan tugas, hal ini dikarenakan setiap dosen di satu mata kuliah memberikan tugas dan deadline di hari yang sama dengan dosen di mata kuliah lainnya. Kesulitan lain yang dialami


(22)

13

Universitas Kristen Maranatha

mahasiswa adalah mengenai aturan yang berlaku di STTBI, seperti misalnya aturan mengenai pakaian yang harus dikenakan setiap hari, menghormati senior yang menurut mahasiswa, senior tersebut tidak mencontohkan karakter yang baik, meskipun dirasa sulit mahasiswa tetap menjalankan peraturan tersebut. Mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 di STTBI – Jakarta dituntut untuk dapat menjalankan perkuliahannya dengan baik dan dapat hidup lebih disiplin dalam menjalani setiap aturan yang berlaku, selain aturan mahasiswa harus beradaptasi dengan lingkungan barunya di kampus dan dikota Jakarta karena sebagian besar mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 di STTBI berasal dari luar kota bahkan luar pulau.

Mahasiswa juga harus melayani di sebuah gereja dimana setiap mahasiswa wajib melayani setiap minggu di gereja yang sudah menerima mahasiswa tersebut untuk melayani. Dalam hal pelayanan bukanlah sesuatu hal yang mudah, mahasiswa harus mempersiapkan diri mereka dengan sebaik-baiknya agar dapat memberikan yang terbaik ketika mahasiswa melayani di gerejanya. Ketika mahasiswa sedang mengalami masalah pribadi, jika mahasiswa harus pelayanan maka permasalahan yang sedang dialami mahasiswa harus di kesampingkan terlebih dahulu dan mengutamakan pelayanannya. Mahasiswa dituntut untuk mampu melayani Tuhan dengan hati yang tulus, hati yang damai, sehingga dalam pelayanannya mampu memberkati setiap jemaat yang hadir pada hari itu. Hal ini tentu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan oleh mahasiswa yang merasa bahwa perkuliahannya sudah sangat berat, banyak tugas yang belum selesai dikerjakan, memiliki masalah dalam relasinya baik itu relasi dalam keluarga maupun relasi di lingkungan kuliahnya, namun harus tetap pelayanan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.


(23)

Menurut Paul G. Stoltz (2000) salah satu faktor yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan dan keberhasilan dalam hidupnya adalah Adversity Quotient (AQ), yaitu kemampuan seseorang untuk mengatasi kesulitan. AQ merupakan pola respon yang ada dalam pemikiran individu untuk mengatasi kesulitan yang mana akan berdampak pada tindakan individu untuk menghadapi kesulitan. AQ menggambarkan pola respon yang ada di dalam pikiran yang dengan cepat akan memproses semua bentuk dan intensitas kesulitan mulai dari kesulitan yang besar sampai kesulitan yang kecil. Semakin sering pola tersebut digunakan maka individu lama kelamaan akan terbiasa dan hal tersebut akan menjadi tindakan yang tidak disadari (Stoltz, 2000).

Menurut Stoltz (2000), AQ memiliki 4 dimensi, yaitu C (Control/Pengendalian), O2 (Origin/ Asal-usul and Ownership/ Kepemilikan), R (Reach/Jangkauan), dan E (Endurance/Daya Tahan). Dimensi Control atau pengendalian memertanyakan seberapa besar mahasiswa merasa mampu mengendalikan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 dengan control tinggi akan merasa mampu mengendalikan kesulitan-kesulitan yang ada. Misalnya ketika mahasiswa mendapatkan nilai ujian yang rendah, mahasiswa berusaha mencari letak kesalahan yang membuat nilainya rendah, kemudian meminta feedback dari dosennya. Mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 dengan control sedang merasa cukup mampu mengendalikan kesulitan-kesulitan yang ada, tetapi jika dihadapkan dengan situasi yang dirasa terlalu berat, mahasiswa tersebut akan mengalami kemunduran dalam mengendalikan kesulitan. Mahasiswa dengan control rendah merasa tidak dapat mengendalikan kesulitan-kesulitan yang terjadi selama proses perkuliahan. Seperti contoh mahasiswa yang


(24)

15

Universitas Kristen Maranatha

mendapatkan nilai ujian rendah, mahasiswa hanya pasrah dan menerima nilainya tersebut.

Origin and Ownership atau asal-usul dan tanggung jawab adalah sejauhmana mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 menentukan siapa atau apa yang menjadi asal usul kesulitan dan bersedia bertanggung jawab atas kesulitan yang terjadi. Mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 dengan origin yang tergolong tinggi, mampu mengetahui bahwa dirinya sebagai penyebab kesalahan yang muncul sewajarnya dan mengetahui bahwa terdapat pengaruh dari faktor eksternal juga sedangkan mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 dengan ownership yang tergolong tinggi, bersedia bertanggung jawab atas kesulitan yang terjadi. Misalnya, mahasiswa yang mendapatkan nilai rendah, mahasiswa menganggap bahwa penyebab dari nilai yang rendah tersebut adalah karena kesalahan dari dirinya yang kurang belajar sehingga untuk ujian selanjutnya mahasiswa akan berusaha belajar lebih giat lagi.

Mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 dengan origin yang sedang mahasiswa kadang-kadang akan mempersalahkan kesulitan sebagai penyebab dari luar dan kadang-kadang berasal dari diri sendiri. Mahasiswa kadang-kadang mempersalahkan dirinya untuk hal yang tidak penting. Mahasiswa dengan ownership yang tergolong sedang adalah mahasiswa yang bersedia bertanggung jawab atas kesulitan yang terjadi jika mahasiswa tersebut menjadi penyebab dari masalah yang muncul. Mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 dengan origin yang tergolong rendah, mahasiswa akan mempersalahkan dirinya secara berlebihan atau menyalahkan orang lain secara berlebihan terhadap masalah yang terjadi. Mahasiswa dengan ownership yang tergolong rendah adalah mahasiswa yang menolak untuk bertanggung jawab atas permasalahan yang terjadi. Misalnya, mahasiswa mendapat


(25)

nilai rendah, mahasiswa menganggap dirinya yang tidak mampu atau merasa dosen yang salah dalam memberi nilai sehingga mahasiswa tidak berusaha untuk lebih giat belajar lagi di ujian selanjutnya.

Reach adalah seberapa besar kemampuan mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 dalam membatasi masalah agar tidak meluas ke aspek kehidupan yang lain. Mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 dengan reach yang tergolong tinggi adalah mahasiswa yang mampu membatasi masalah sehingga tidak memperburuk keadaan yang akan berdampak terhadap kehidupannya di area lain. Misalnya ketika mahasiswa tidak memiliki uang transport ke tempat pelayanan, mahasiswa akan berusaha mencari tumpangan kepada teman untuk tetap pergi ke tempat pelayanan. Mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 dengan reach yang tergolong sedang adalah mahasiswa yang cukup mampu membatasi masalah, namun apabila menemukan kesulitan yang dirasa terlalu berat maka mahasiswa akan menjadi kurang mampu dalam membatasi masalah yang dimilikinya sehingga dapat meluas ke aspek kehidupan lain. Mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 dengan reach yang tergolong rendah adalah mahasiswa yang tidak mampu membatasi masalahnya, misalnya mahasiswa tidak memiliki uang transport untuk ke tempat pelayanan, mahasiswa tidak berusaha mencari cara agar dapat pergi ke tempat pelayanan.

Endurance adalah sejauhmana mahasiswa dapat bertahan dalam situasi yang sulit menganggap kesulitan akan berlangsung lama atau hanya sebentar. Mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 yang memiliki endurance yang tergolong tinggi adalah mahasiswa yang mampu bertahan dan menganggap kesulitan yang terjadi di dalam kegiatan perkuliahan sebagai sesuatu yang terjadi hanya sementara. Hal ini akan menimbukan harapan pada mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 bahwa


(26)

17

Universitas Kristen Maranatha

masalah yang dihadapi akan berlalu. Misalnya, mahasiswa mendapat tempat pelayanan dengan Gembala yang tegas dan keras dalam mendidik. Mahasiswa akan tetap bertahan di tempat pelayanan tersebut dan berpikir bahwa hal ini akan segera berlalu. Mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 yang memiliki endurance yang tergolong sedang adalah mahasiswa yang cukup mampu bertahan dan menganggap kesulitan yang terjadi selama proses prekuliahan sebagai sesuatu yang akan berlalu, namun apabila kesulitan dirasa terlalu berat maka mahasiswa tersebut cenderung menganggap kesulitan yang dihadapi akan berlangsung lama. Mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 yang memiliki endurance yang tergolong rendah adalah mahasiswa yang tidak mampu bertahan dan menganggap kesulitan yang dihadapi sebagai sesuatu yang menetap. Misalnya, mahasiswa yang memiliki tempat pelayanan dengan Gembala yang mendidik dengan keras, mahasiswa tersebut akan keluar dari tempat pelayanan tersebut dan mencari tempat pelayanan yang lain.

Adversity Quotient mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 dalam menjalankan pekuliahan di STTBI-Jakarta yang memiliki aturan sangat ketat dan kegiatan yang padat, dipengaruhi oleh empat faktor menurut Stoltz (2000), faktor pertama dilihat dari Motivasi. Motivasi menurut penelitian yang di lakukan Stoltz adalah seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi mampu menciptakan peluang dalam kesulitan, artinya mahasiswa dengan motivasi yang tinggi akan berusaha untuk menyelesaikan kesulitan dengan menggunakan seluruh kemampuan yang dimiliki.

Faktor kedua adalah optimisme, menurut penelitian Carol Dweck (Stoltz, 2000), mahasiswa yang merespon secara optimis akan banyak belajar dan lebih berprestasi dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki pola pesimis. Individu yang optimis meyakini kesulitan dalam sebuah tantangan yang dapat diatasi sehingga


(27)

individu tersebut akan mampu bertahan hingga kesulitan tersebut dapat di atasi. Pada mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014, dalam menjalankan perkuliahan dan pelayanannya ketika mendapatkan kesulitan atau hambatan, mahasiswa berusaha untuk bangkit dan terus mengevaluasi kesalahan-kesalahan yang membuat mahasiswa terhambat dalam melakukan kegiatan perkuliahan maupun pelayanan.

Faktor yang ketiga adalah kesehatan. Mahasiswa dengan kesehatan yang baik, akan mampu bertahan mengikuti perkuliahan ditengah-tengah persaingan antar mahasiswa dan mampu meyelesaikan setiap masalah yang dihadapi dalam perkuliahan dan pelayanan, tak jarang setiap kegiatan yang dilakukan dalam perkuliahan dan pelayanan akan menjadi menurun karena kondisi fisik yang kurang baik dapat mengalihkan perhatian mahasiswa dari aktivitas perkuliahan dan pelayanannya.

Faktor yang keempat adalah kecerdasan. Kecerdasan dapat dilihat dari 8 tipe kecerdasan menurut Howard Gardner yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis atau logika, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Tipe-tipe kecerdasan diatas dapat juga berperan mempengaruhi AQ yang dimiliki mahasiswa. Bagaimana cara mahasiswa menggunakan masing-masing kecerdasan yang dimiliki untuk menyelesaikan hambatan yang ada dalam kuliah maupun pelayanan.

Menurut Paul G. Stoltz setiap individu memiliki AQ yang berbeda-beda, hal ini juga berlaku untuk mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014. Stoltz membagi AQ menjadi tiga tingkat, yaitu tinggi (Climber), sedang (Camper) dan rendah (Quitter). Mahasiswa dengan AQ tinggi (Climber), merasa mampu mengendalikan kesulitan yang terjadi. Mahasiswa menyadari bahwa kesulitan yang terjadi bukan


(28)

19

Universitas Kristen Maranatha

hanya disebabkan oleh dirinya sendiri namun ada faktor lain yang mengikuti, mampu bertanggung jawab atas kesulitan yang terjadi, mampu membatasi masalah sehingga tidak menyebar ke aspek kehidupan lainnya dan mampu bertahan di tengah kesulitan yang terjadi.

Mahasiswa dengan AQ sedang (Camper) adalah mahasiswa yang merasa cukup mampu mengendalikan dirinya dalam menghadapi situasi yang sulit, cukup mampu bertanggung jawab, cukup mampu membatasi masalah dan cukup mampu bertahan dalam situasi sulit. Namun ketika situasi dirasa semakin berat dan mahasiswa sudah terlalu lelah, maka mahasiswa mulai tidak mampu mengendalikan, mulai menyalahkan orang lain, masalah menjadi melebar ke segala aspek kehidupan dan mahasiswa mulai tidak mampu bertahan dalam keadaan yang sulit. Mahasiswa merasa cukup puas dengan apa yang telah dicapai dan tidak berusaha melihat kemungkinan atau kesempatan yang bisa diraihnya, sehingga potensi yang dikeluarkan belum optimal. Mahasiswa biasanya tidak berani untuk mengambil resiko, menghindari perubahan karena ingin tetap merasa aman dan tidak ada persaingan, sehingga mahasiswa mengalami penurunan dalam setiap aspek yang dikerjakannya.

Mahasiswa dengan AQ rendah (Quitter) merasa tidak dapat mengendalikan kesulitan yang dialami, mahasiswa menyalahkan diri sendiri dan oranglain secara berlebihan, tidak mampu membatasi masalah sehingga akan mempengaruhi aspek kehidupan lainnya dan mahasiswa mudah menyerah dalam menghadapi kesulitan. Mahasiswa dapat mengambil keputusan untuk meninggalkan perkuliahan apabila mahasiswa tetap memiliki pemikiran pesimis terhadap setiap permasalahan yang terjadi.


(29)

Sebagaimana yang diungkapkan Stoltz (2000) AQ sebagai kecerdasan seseorang dalam menghadapi rintangan atau kesulitan secara teratur. AQ membantu mahasiswa STTBI angkatan 2014 memperkuat kemampuan dan ketekunan dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari seraya tetap berpegang teguh pada prinsip dan impian tanpa memerdulikan apa yang sedang terjadi. Hal ini menjadi tugas mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 untuk tetap maju mencapai tujuannya meskipun terdapat banyak hambatan. Bagaimana caranya agar mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 dapat mengatasi hambatan yang terjadi dan mencari jalan keluar dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi baik dalam kondisi belajar pada saat jam kuliah, dalam mengerjakan tugas yang banyak, relasi dengan teman sebaya, dan menaati peraturan yang berlaku.

AQ merupakan bentuk kecerdasan yang melatar belakangi kesuksesan seseorang. Mahasiswa STTBI angkatan 2014 Fakultas Teologi yang memilki AQ, mahasiswa tersebut tidak mudah menyerah dan mempunyai semangat tinggi untuk mencapai tujuan. Mahasiswa yang memiliki keinginan yang kuat untuk berhasil, mereka akan bertahan dan berusaha untuk menghadapi segala tantangan yang terjadi, mahasiswa akan mengusahakan melatih dan mengembangkan bakat yang dimiliki untuk tetap dapat berjalan dan mengatasi kesulitan yang ada, baik itu persaingan antar mahasiswa, bahkan pengembangan diri tersebut dapat digunakan untuk mengoptimalkan pelayanan mahasiswa kepada Tuhan apabila nantinya mahasiswa melakukan pelayanan digereja.

Mahasiswa diharapkan untuk memiliki keyakinan yang kuat terhadap dirinya sendiri bahwa ia mampu untuk menghadapi setiap persoalan yang terjadi. Namun karena tingkat AQ yang dimiliki setiap mahasiswa berbeda-beda, maka masing-masing memiliki respon yang berbeda-beda terhadap suatu masalah.


(30)

21

Universitas Kristen Maranatha

Untuk memperjelas uraian diatas, maka terdapat skema kerangka pemikiran seperti dibawah ini:

Bagan 1.1 Kerangka Pikir Mahasiswa Fakultas

Teologia angkatan 2014

Faktor yang mempengaruhi:  Motivasi

 Optimism  Kesehatan  Kecerdasan

Dimensi: 1. Control

2. Origin & Ownership 3. Reach

4. Endurance Adversity Quotient

Tinggi Sedang Rendah


(31)

1.6 Asumsi

1. Adversity Quotient (AQ) merupakan salah satu faktor yang diperlukan oleh mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 untuk menjalani kehidupan barunya di STTBI sehingga dapat mengatasi setiap kesulitan dan tantangan yang dialaminya.

2. Setiap mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 di STTBI memiliki tingkatan AQ yang berbeda yaitu tinggi, sedang dan rendah.

3. Setiap mahasiswa akan memiliki cara yang berbeda yang dapat dilihat dari dimensi Control, Ownership, Reach dan Endurance dalam menghadapi tantangan atau setiap permasalahan yang terjadi.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Adversity Quotient pada mahasiswa Fakultas Teologia angkatan 2014 di STTBI adalah motivasi, optimisme, kesehatan, kecerdasan.


(32)

69

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa simpulan mengenai adversity quotient pada mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Teologi di STTBI Jakarta sebagai berikut :

1. Mahasiswa angkatan 2014 fakultas Teologi di STTBI Jakarta, sebagian besar yaitu 62,5% memiliki derajat adversity quotient yang tergolong sedang. Sebanyak 20% tergolong rendah dan sebanyak 17,5% yang tergolong tinggi. 2. Mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Teologi di STTBI Jakarta yang memiliki

derajat adversity quotient yang tinggi, seluruhnya memiliki derajat control, origin and ownership, reach dan endurance yang tinggi, pada mahasiswa yang memiliki derajat adversity quotient yang sedang, seluruhnya memiliki derajat control, origin and ownership, reach dan endurance yang sedang, begitu pula dengan mahasiswa yang memiliki derajat adversity quotient yang rendah, sebagian besar memiliki derajat control, origin and ownership, reach dan endurance yang rendah juga.

3. Dimensi yang derajatnya paling tinggi dari seluruh mahasiswa adalah Endurance.

4. Dimensi yang derajatnya paling rendah dari seluruh mahasiswa adalah origin and ownership.


(33)

5. Sebagian besar mahasiswa dengan derajat adversity quotient yang tinggi, berada pada usia 20-40 tahun.

6. Sebagian besar mahasiswa dengan motivasi, optimisme, dan kesehatan yang tinggi adalah mahasiswa yang memiliki derajat adversity quotient yang sedang. 7. Motivasi, optimisme, kesehatan dan kecerdasan cenderung tidak memiliki

pengaruh terhadap adversity quotient mahasiswa.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

1) Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi adversity quotient pada mahasiswa angkatan 2014 fakultas Teologi di STTBI Jakarta, sehingga dapat diperoleh data dan gambaran dinamika yang akurat mengenai adversity quotient pada mahasiswa angkatan 2014 fakultas Teologi di STTBI Jakarta.

2) Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menambahkan pengaruh eksternal termasuk social support terhadap derajat adversity quotient mahasiswa Fakultas Teologi di STTBI Jakarta.

5.2.2 Saran Praktis

1) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 di STTBI Jakarta memiliki derajat adversity quotient yang tergolong sedang dan rendah, hal ini menjadi masukan untuk pihak STTBI agar dapat memberikan pelatihan maupun seminar bagi mahasiswa untuk membantu meningkatkan derajat adversity quotient mahasiswa.


(34)

Universitas Kristen Maranatha

71 2) Hasil penelitian ini menunjukkan mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 di STTBI Jakarta, sebagian besar memiliki tingkat origin dan ownership yang rendah. Hal ini dapat menjadi masukan bagi mahasiswa untuk memperbaiki cara pandang mahasiswa terhadap masalah atau hambatan yang dihadapi selama perkuliahan sehingga mahasiswa mampu memandang penyebab dari masalah tidak hanya dari dirinya melainkan juga faktor dari luar dirinya. Mahasiswa juga mampu untuk bertanggung jawab menyelesaikan masalah yang ditemukan saat menjalani perkuliahan dan pelayanan.


(35)

MAHASISWA FAKULTAS TEOLOGI ANGKATAN 2014 DI SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BETHEL INDONESIA (STTBI) JAKARTA

Diajukan untuk menempuh Sidang Sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

Disusun Oleh : Hana Novia Tantowi

1133005

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG


(36)

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan dibawah ini, Nama : Hana Novia Tantowi

NRP : 1133005

Fakultas : Psikologi

Menyatakan bahwa laporan penelitian ini adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan duplikasi dari orang lain.

Apabila pada masa mendatang diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala konsekuensinya.

Demikianlah pernyataan ini saya buat.

Bandung, Juli 2016


(37)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Nama : Hana Novia Tantowi

NRP : 1133005

Fakultas : Psikologi Dengan ini, saya menyatakan bahwa:

1. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Maranatha Hak Bebas Royalti noneksklusif (Non-Exclusive Royalty-Free Right) atas laporan penelitian saya yang berjudul :

“STUDI DESKRIPTIF MENGENAI ADVERSITY QUOTIENT PADA

MAHASISWA FAKULTAS TEOLOGI ANGKATAN 2014 DI SEKOLAH

TINGGI TEOLOGI BETHEL INDONESIA (STTBI) JAKARTA.”

2. Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

3. Saya bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas Kristen Maranatha Bandung, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana semestinya.

Bandung, Juli 2016 Yang menyatakan,


(38)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan outline penelitian ini yang berjudul “Studi Deskriptif mengenai Adversity Quotient pada Mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 di

Sekolah Tinggi Teologi Bethel Indonesia (STTBI) Jakarta.” Penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas akhir di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung. Dalam menyusun penelitian ini, peneliti banyak mendapat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Irene Prameswari, M.Psi., Psikolog, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Ira Adelina, M.Psi., Psikolog selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktu dan perhatiannya untuk memberikan bimbingan dengan sabar, memberi pengarahan, serta memberi koreksi yang bermanfaat bagi peneliti.

3. Rina Ruth Polla, M.Psi., Psikolog selaku pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktu dan perhatiannya untuk memberikan bimbingan dengan sabar, memberi pengarahan serta memberi koreksi yang bermanfaat bagi peneliti.

4. Missiliana R., M.Psi., Psikolog selaku dosen mata kuliah Usulan Penelitian yang banyak memberikan informasi mengenai penelitian dan banyak memberikan inspirasi sehingga memotivasi peneliti.

5. Bapak Juhara selaku staff Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang selalu siap membantu peneliti dalam pembuatan surat survey awal.


(39)

6. Pdt. Heru Cahyono. M.Th selaku Gembala GBI Cilamaya serta salah satu dosen STTBI yang sudah banyak membantu peneliti dalam hal dukungan doa, motivasi, dan membantu peneliti dalam pengumpulan data yang dibutuhkan oleh peneliti.

7. Pdt. Amos Hosea selaku kepala Kaprodi Fakultas Teologi STTBI Jakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk mengambil data.

8. Bapak Asher selaku sekretariat STTBI Jakarta yang sudah membantu peneliti dalam memberikan data-data yang dibutuhkan.

9. Mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 yang telah bersedia di wawancara pada saat survey awal.

10. Papa dan Mama yang banyak memberikan dukungan melalui fasilitas, perhatian dan doa yang diberikan sehingga menjadi penyemangat bagi peneliti untuk segera menyelesaikan outline ini.

11. Ivan Tantowi selaku kakak peneliti, terima kasih atas dukungan yang selalu diberikan kepada peneliti.

12. Vionna Augrina, Febiola Eka Putri dan Nindy Kelly selaku sahabat dekat dari peneliti yang telah memberikan banyak bantuan, dukungan, selalu memberi masukan kepada peneliti, serta selalu sabar ketika diminta bantuan dalam banyak hal.

13. Adi Mas Purnama selaku teman dekat yang selalu setia memberikan semangat dan dukungan doa kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan outline ini.

14. Amoli Ndraha selaku kakak pembina rohani yang telah membantu banyak hal untuk kepentingan outline ini dan memberikan dukungan motivasi kepada peneliti.


(40)

ix

15. Youth GBI Cilamaya yang setia menemani peneliti dan memberikan semangat selama peneliti melakukan survey awal dan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan.

16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih banyak atas bantuannya kepada peneliti.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk dapat membantu menyempurnakan penelitian ini.

Bandung, Juli 2016


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Adi Rusli, Timotius. (2012). Studi Deskriptif mengenai Adversity Quotient pada Mahasiswa Fakultas Psikologi yang Sedang Menempuh Mata Kuliah Usulan Penelitian Lebih dari 1 Semester di Universitas “X” Bandung.

Anastasia, Yenny. (2014). Studi Deskriptif tentang Adversity Quotient (AQ) pada Mahasiswa yang Menjalani Sistem KBK Fakultas Psikologi di Universitas “X” Bandung.

Augrina, Vionna. (2014). Studi Deskriptif mengenai Work Engagement pada Animal Keeper di Taman Safari Indonesia I.

Chaplin. (2002). Kamus Psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Eka Putri, Febiola. (2015). Hubungan antara Coping Stress dengan Adversity Quotient pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2013 yang Menjalani Sistem KBK di Universitas “X” Bandung.

Kumar, Ranjit. (1999). Research Methodology: A Step-by-step Guide for Beginners. London: Sage

Stoltz, Paul G. (2000). Adversity Quotient at work.

Stoltz, Paul G. (2000). Adversity Quotient, Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.


(42)

73

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Fajrianti, Nurhayati Noram. 2015. Pengaruh Adversity Quotient (AQ) dan Motivasi berprestasi terhadap Prestasi Belajar Matematika. Jurnal Formatif 3(1): 74. http://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Formatif/article/viewFile/110/107. Di akses pada tanggal 29 Agustus 2016.

Pakpahan, Binsar J. Daftar Perguruan Tinggi Teologi/Agama Kristen Terakreditasi BAN PT. http://binsarspeaks.net/?p=2503. Di akses pada tanggal 21 Agustus 2016.

Peraturan Pemerintah RI tahun (2007). kemenag.go.id/file/dokumen/PP5507.pdf . Di akses pada 27 November 2015.

Rahmah, Siti. 2008. Teori Kecerdasan Majemuk Howard Gardner dan Pengembangannya pada Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Bahasa Indonesia, V(1): 91-92.

http://digilib.uin-suka.ac.id/8759/1/SITI%20RAHMAH%20TEORIKECERDASAN%20MAJE MUKHOWARD%20GARDNER%20DAN%20PENGEMBANGANNYA%20 PADA%20METODE%20PEMBELAJARAN%20PENDIDIKAN%20AGAM A%20ISLAM%20UNTUK%20ANAK%20USIA%20SEKOLAH%20DASAR. pdf. Di akses pada tanggal 29 Agustus 2016.

Robbins, Dale A. 1990-2015. What People Ask about the Church. http://www.victorious.org/cbook/chur04-church-mission. Di akses pada tanggal 29 Agustus 2016.

Seminari Bethel. http://seminaribethel.synthasite.com/. Di akses pada tanggal 19 November 2015.

Utami, Istiya Bekti, Hardjono, Nugraha Arif karyanta. 2014. Hubungan Antara Optimisme dengan Adversity Quotient pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS yang mengerjakan Skripsi. Jurnal Bahasa

Indonesia, 2(5): 157.

http://candrajiwa.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/candrajiwa/article/view/69/6 3. Di akses pada tanggal 29 Agustus 2016.

Wijaya, Awi Mulyadi. Inilah Penyebab Jemaat Pindah Gereja.

http://www.infodokterku.com/index.php/en/94-daftar-isi-content/info-khusus/info-kristiani-sebelumnya/169-inilah-penyebab-jemaat-pindah-gereja. Di akses pada 19 November 2015.


(1)

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Nama : Hana Novia Tantowi

NRP : 1133005

Fakultas : Psikologi Dengan ini, saya menyatakan bahwa:

1. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Maranatha Hak Bebas Royalti noneksklusif (Non-Exclusive Royalty-Free Right) atas laporan penelitian saya yang berjudul : “STUDI DESKRIPTIF MENGENAI ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA FAKULTAS TEOLOGI ANGKATAN 2014 DI SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BETHEL INDONESIA (STTBI) JAKARTA.”

2. Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

3. Saya bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas Kristen Maranatha Bandung, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana semestinya.

Bandung, Juli 2016 Yang menyatakan,


(2)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan outline penelitian ini yang berjudul “Studi Deskriptif mengenai Adversity Quotient pada Mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 di Sekolah Tinggi Teologi Bethel Indonesia (STTBI) Jakarta.” Penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas akhir di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung. Dalam menyusun penelitian ini, peneliti banyak mendapat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Irene Prameswari, M.Psi., Psikolog, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Ira Adelina, M.Psi., Psikolog selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktu dan perhatiannya untuk memberikan bimbingan dengan sabar, memberi pengarahan, serta memberi koreksi yang bermanfaat bagi peneliti.

3. Rina Ruth Polla, M.Psi., Psikolog selaku pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktu dan perhatiannya untuk memberikan bimbingan dengan sabar, memberi pengarahan serta memberi koreksi yang bermanfaat bagi peneliti.

4. Missiliana R., M.Psi., Psikolog selaku dosen mata kuliah Usulan Penelitian yang banyak memberikan informasi mengenai penelitian dan banyak memberikan inspirasi sehingga memotivasi peneliti.

5. Bapak Juhara selaku staff Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang selalu siap membantu peneliti dalam pembuatan surat survey awal.


(3)

viii

6. Pdt. Heru Cahyono. M.Th selaku Gembala GBI Cilamaya serta salah satu dosen STTBI yang sudah banyak membantu peneliti dalam hal dukungan doa, motivasi, dan membantu peneliti dalam pengumpulan data yang dibutuhkan oleh peneliti.

7. Pdt. Amos Hosea selaku kepala Kaprodi Fakultas Teologi STTBI Jakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk mengambil data.

8. Bapak Asher selaku sekretariat STTBI Jakarta yang sudah membantu peneliti dalam memberikan data-data yang dibutuhkan.

9. Mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2014 yang telah bersedia di wawancara pada saat survey awal.

10. Papa dan Mama yang banyak memberikan dukungan melalui fasilitas, perhatian dan doa yang diberikan sehingga menjadi penyemangat bagi peneliti untuk segera menyelesaikan outline ini.

11. Ivan Tantowi selaku kakak peneliti, terima kasih atas dukungan yang selalu diberikan kepada peneliti.

12. Vionna Augrina, Febiola Eka Putri dan Nindy Kelly selaku sahabat dekat dari peneliti yang telah memberikan banyak bantuan, dukungan, selalu memberi masukan kepada peneliti, serta selalu sabar ketika diminta bantuan dalam banyak hal.

13. Adi Mas Purnama selaku teman dekat yang selalu setia memberikan semangat dan dukungan doa kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan outline ini.

14. Amoli Ndraha selaku kakak pembina rohani yang telah membantu banyak hal untuk kepentingan outline ini dan memberikan dukungan motivasi kepada peneliti.


(4)

ix

15. Youth GBI Cilamaya yang setia menemani peneliti dan memberikan semangat selama peneliti melakukan survey awal dan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan.

16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih banyak atas bantuannya kepada peneliti.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk dapat membantu menyempurnakan penelitian ini.

Bandung, Juli 2016


(5)

72

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Adi Rusli, Timotius. (2012). Studi Deskriptif mengenai Adversity Quotient pada Mahasiswa Fakultas Psikologi yang Sedang Menempuh Mata Kuliah Usulan Penelitian Lebih dari 1 Semester di Universitas “X” Bandung.

Anastasia, Yenny. (2014). Studi Deskriptif tentang Adversity Quotient (AQ) pada Mahasiswa yang Menjalani Sistem KBK Fakultas Psikologi di Universitas “X” Bandung.

Augrina, Vionna. (2014). Studi Deskriptif mengenai Work Engagement pada Animal Keeper di Taman Safari Indonesia I.

Chaplin. (2002). Kamus Psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Eka Putri, Febiola. (2015). Hubungan antara Coping Stress dengan Adversity Quotient pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2013 yang Menjalani Sistem KBK di Universitas “X” Bandung.

Kumar, Ranjit. (1999). Research Methodology: A Step-by-step Guide for Beginners. London: Sage

Stoltz, Paul G. (2000). Adversity Quotient at work.

Stoltz, Paul G. (2000). Adversity Quotient, Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.


(6)

73

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Fajrianti, Nurhayati Noram. 2015. Pengaruh Adversity Quotient (AQ) dan Motivasi berprestasi terhadap Prestasi Belajar Matematika. Jurnal Formatif 3(1): 74. http://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Formatif/article/viewFile/110/107. Di akses pada tanggal 29 Agustus 2016.

Pakpahan, Binsar J. Daftar Perguruan Tinggi Teologi/Agama Kristen Terakreditasi BAN PT. http://binsarspeaks.net/?p=2503. Di akses pada tanggal 21 Agustus 2016.

Peraturan Pemerintah RI tahun (2007). kemenag.go.id/file/dokumen/PP5507.pdf . Di akses pada 27 November 2015.

Rahmah, Siti. 2008. Teori Kecerdasan Majemuk Howard Gardner dan Pengembangannya pada Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Bahasa Indonesia, V(1): 91-92.

http://digilib.uin-suka.ac.id/8759/1/SITI%20RAHMAH%20TEORIKECERDASAN%20MAJE MUKHOWARD%20GARDNER%20DAN%20PENGEMBANGANNYA%20 PADA%20METODE%20PEMBELAJARAN%20PENDIDIKAN%20AGAM A%20ISLAM%20UNTUK%20ANAK%20USIA%20SEKOLAH%20DASAR. pdf. Di akses pada tanggal 29 Agustus 2016.

Robbins, Dale A. 1990-2015. What People Ask about the Church. http://www.victorious.org/cbook/chur04-church-mission. Di akses pada tanggal 29 Agustus 2016.

Seminari Bethel. http://seminaribethel.synthasite.com/. Di akses pada tanggal 19 November 2015.

Utami, Istiya Bekti, Hardjono, Nugraha Arif karyanta. 2014. Hubungan Antara Optimisme dengan Adversity Quotient pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS yang mengerjakan Skripsi. Jurnal Bahasa

Indonesia, 2(5): 157.

http://candrajiwa.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/candrajiwa/article/view/69/6 3. Di akses pada tanggal 29 Agustus 2016.

Wijaya, Awi Mulyadi. Inilah Penyebab Jemaat Pindah Gereja.

http://www.infodokterku.com/index.php/en/94-daftar-isi-content/info-khusus/info-kristiani-sebelumnya/169-inilah-penyebab-jemaat-pindah-gereja. Di akses pada 19 November 2015.