Pelatihan Fisik PENAMBAHAN CONTRAX RELAX STRETCHING LEBIH EFEKTIF DARIPADA BALLISTIC STRETCHING PADA LATIHAN DEPTH JUMP TERHADAP PENINGKATAN VERTICAL JUMP ATLET BASKET SMA (SLUA) SARASWATI 1 DENPASAR.

Gambar 2.8 otot gluteus medius dan minimus Sumber : Watson, 2002

2.3 Pelatihan Fisik

2.3.1 Pengertian Pelatihan Pelatihan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memperbaiki sistem organ alat-alat tubuh dan fungsinya dengan tujuan untuk mengoptimalkan penampilan atau kinerja atlet Nala, 2008. Menurut Bompa 1990, pelatihan merupakan suatu proses sistematis dari pengulangan, suatu kinerja progresif yang juga menyangkut proses belajar serta memiliki tujuan memperbaiki sistem dan fungsi dari organ tubuh agar penampilan atlet mencapai optimal, secara fisiologis pelatihan fisik merupakan suatu proses pembentukan reflex bersyarat, proses belajar bergerak serta menghafal gerak. Kata kunci yang harus dipahami yaitu pelatihan merupakan suatu proses yang sistematis, repetitif, durasi, progresif dan individual: 1 sistematis adalah cara atau metode pelatihan terencana secara detail; 2 repetitif adalah suatu gerakan berulang yang sama dilakukan lebih dari satu kali; 3 durasi adalah lamanya aktivitas pelatihan termasuk istirahat yang harus dilakukan dalam satu sesi atau sekali pelatihan; 4 progresif adalah peningkatan atau penambahan beban pelatihan yang dilakukan secara bertahap yang diawali dengan pemberian beban yang ringan kemudian ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan kemampuan atlet atau dimulai dengan pelatihan yang mudah sederhana kemudian secara bertahap diberikan pelatihan yang semakin berat Lestari, 2015. Pemberian beban pelatihan tidak dapat disamaratakan untuk setiap atlet, walaupun mereka dalam satu regu cabang olahraga Nala, 1998. Secara garis besar pelatihan dapat dibagi atas : 1 Pelatihan fisik physical training; 2 Pelatihan teknik technical training; 3 Pelatihan taktik atau strategi tactical training; 4 Pelatihan mental atau psikis termasuk rohani psychological training Nala, 2002. 2.3.2 Tujuan Pelatihan Fisik Pelatihan fisik adalah suatu aktivitas fisik yang dilakukan secara sistematis dalam jangka waktu yang lama secara individual dengan kian lama kian bertambah bebannya. Tujuan latihan fisik meningkatkan fungsi potensial yang dimiliki atlet dan mengembangkan kemampuan biomotoriknya sehingga mencapai standar tertentu Nala, 2002. Perkembangan kondisi fisik secara menyeluruh sangatlah penting, oleh karena tanpa kondisi fisik yang baik tidak akan dapat mengikuti pelatihan dengan optimal. Pelatihan fisik diarahkan untuk meningkatkan komponen-komponen kondisi fisik. Dengan demikian pelatihan fisik bertujuan untuk meningkatkan fungsi kerja faal tubuh dan keterampilan kerja Lestari, 2015. Tujuan pelatihan fisik meliputi tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan pelatihan jangka panjang adalah agar tercapainya status juara, sedangkan tujuan pelatihan jangka pendek berisi aspek yang terkait dengan kinerja olahraga seperti peningkatan kekuatan, daya tahan, daya ledak, kecepatan, kelentukan, reaksi, kelincahan dan sebagainya termasuk keterampilan Pamungkas, 2015. Pelatihan fisik bertujuan untuk meningkatkan kapasitas fungsional fisik dan penyesuaian diri terhadap pembebanan sehingga dicapai kinerja yang tinggi. Sukadiyanto 2005 lebih lanjut menjelaskan bahwa sasaran dan tujuan pelatihan secara garis besar antara lain: a meningkatkan kualitas fisik dasar secara umum dan menyeluruh, b mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik yang khusus, c menambah dan menyempurnakan tehnik, d mengembangkan dan menyempurnakan strategi, tehnik dan pola bermain, e meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan dalam bertanding. 2.3.3 Prinsip Pelatihan Fisik Pada dasarnya latihan yang dilakukan pada setiap cabang olahraga harus mengacu dan berpedoman pada prinsip-prinsip latihan. Proses latihan yang menyimpang sering kali mengakibatkan kerugian bagi atlet maupun pelatih. Prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting terhadap aspek fisiologis dan psikologis olahragawan, dengan memahami prinsip-prinsip latihan akan mendukung upaya untuk meningkatkan kualitas latihan Pamungkas, 2015. Ada beberapa prinsip latihan yang perlu dipahami dengan baik dan benar oleh para atlet yang akan meningkatkan prestasinya. Menurut Bomba dalam Harsono 2004 prinsip-prinsip pelatihan tersebut adalah: a. Prinsip beban berlebih the overload principle. Prinsip latihan ini bertujuan untuk mendapatkan pengaruh latihan yang baik, organ tubuh harus mendapat beban yang biasanya diterima dalam aktivitas sehari-hari. Beban yang diterima bersifat individual, tetapi pada prinsipnya diberi beban sampai mendekati maksimal. b. Prinsip beban bertambah the principle of progressive resistance. Prinsip latihan ini adalah beban kerja dalam latihan ditingkatkan secara bertahap dan disesuaikan dengan kemampuan fisiologi dan psikologi setiap atlet. c. Prinsip latihan beraturan the principle of arrangement of exercise. Dalam setiap melaksanakan latihan, ada tiga tahap yang harus dilalui, yaitu : pemanasan, latihan inti dan pendinginan. Latihan hendaknya dimulai dari kelompok otot yang besar, kemudian dilanjutkan pada kelompok otot yang kecil. d. Prinsip khusus the principle of specificity. Kekhususan adalah latihan satu cabang olahraga, mengarah pada perubahan morfologi dan fungsional yang berkaitan dengan kekhususan cabang olahraga tersebut. Kekhususan tersebut meliputi kelompok otot yang dilatih dan latihan yang diberikan harus sesuai dengan keterampilan khusus. e. Prinsip individualisasi the principle of Individuality. Faktor individu mempunyai karakteristik yang berbeda, baik secara fisik maupun secara psikologis. Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah kapasitas kerja serta perkembangan kepribadian, penyesuaian kapasitas fungsional individu dan kekhususan organisme. f. Prinsip kembali asal reversible principle. Kualitas yang diperoleh dari latihan akan dapat menurun apabila tidak melakukan latihan dalam waktu tertentu, demikian harus berkesinambungan. g. Prinsip beragam variety principle. Latihan memerlukan proses panjang yang dilakukan berulang-ulang hal ini sering menimbulkan kebosanan, untuk mengatasinya pelatih harus mampu menciptakan suasana yang menyenangkan serta membuat aneka macam bentuk latihan. Melakukan pelatihan harus sesuai dengan prosedur pelatihan, yaitu sebelum melakukan pelatihan inti perlu dilakukan pemanasan yang berupa gerakan- gerakan ringan selama 5-10 menit termasuk peregangan otot-otot Nala, 1986 dalam Lestari, 2015. Pemanasan adalah suatu latihan yang sangat bersifat fisiologis yang telah secara luas diterima dalam program olahraga. Pemanasan menghasilkan penampilan berupa latihan dengan intensitas ringan sampai sedang sebelum pertandingan dengan intensitas yang lebih tinggi. Pemanasan sangat menguntungkan penampilan karena meningkatkan suhu otot aktif. Kenaikan suhu otot memungkinkan otot berkontraksi dan mengendor lebih Lestari, 2015. Pemanasan juga mempermudah lepasnya oksigen dari hemoglobin dan menaikkan volume oksigen sehingga kebutuhan energi aerobik berkurang pada permulaan latihan keras, lagi pula pemanasan awal dapat mengurangi resiko cedera tendon dan otot. Pemanasan atau warming up sangat perlu dilakukan oleh setiap atlet baik sebelum berlatih maupun sebelum pertandingan. Sistema tubuh pada waktu istirahat berada dalam keadaan inersia atau tidak begitu aktif Nala, 2002. Mengembalikan kondisi tubuh setelah melakukan pelatihan perlu dilakukan pendingan. Pendinginan merupakan kegiatan penutupan berisi kegiatan yang tujuannya untuk menyesuaikan keadaan tubuh secara bertahap agar kembali ke kondisi normal. Kegiatan pendinginan ini bermanfaat untuk mencegah otot terasa pegal dan kaku. Kegiatannya seperti dengan berbaring, duduk dengan kaki lebih tinggi. Bisa juga diakhiri dengan jalan kaki lamban selama 3-5 menit, atau hingga denyut jantung kembali normal Lutan, 2002. Arti fisiologis yang dapat ditelusuri dari latihan penutupan ini ialah gerakan-gerakan ringan itu akan membantu memperlancar sirkulasi mengaktifkan pompa vena, sehingga akan membantu mempercepat pembuangan sampah-sampah sisa olahdaya dari otot-otot yang aktif pada waktu melakukan olahraga sebelumnya Lestari, 2015. Tersingkirnya sampah-sampah sisa olah daya, maka rasa pegal setelah olahraga dapat dicegah atau dikurangi. Itulah arti fisiologis dari latihan pendinginan yang pada hakikatnya berupa auto-massage yaitu memijit oleh diri sendiri Giriwijoyo, 1992. Pendinginan atau cooling down dilakukan setelah selesai melakukan pelatihan atau aktivitas fisik lainnya. Tujuan dari pendinginan adalah menarik kembali secepatnya darah yang terkumpul di otot skeletal yang telah aktif sebelumnya ke peredaran darah sentral dan membersihkan darah dari sisa hasil metabolisme berupa tumpukan asam laktat yang berada di dalam otot dan darah. Latihan pendinginan dilakukan kurang lebih 10 menit. Kegiatan yang dilakukan dalam latihan penutupan ini adalah berjalan kaki lamban selama 3 menit, duduk sambil melakukan peregangan statis dan pelemasan terutama pada anggota gerak tubuh bagian bawah selama 7 menit Lestari, 2015. 2.3.4 Takaran Pelatihan Sebuah hasil latihan yang maksimal harus memiliki prinsip latihan. Tanpa adanya prinsip atau patokan yang harus diikuti oleh semua pihak yang terkait, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pada evaluasi pelatihan akan sulit mencapai hasil yang maksimal Nala, 2011. 1. Intensitas Intensitas pelatihan menunjukan komponen kualitatif yang harus ditetapkan sebelum menentukan volume dan frekuensi suatu pelatihan. Derajat intensitas diukur sesuai dengan tipe pelatihan atau aktivitas yang dilakukan Nala, 2002. Takaran pelatihan yang digunakan adalah intensitas sub-maksimum sampai maksimum. 2. Volume Volume dalam pelatihan merupakan komponen takaran yang paling penting dalam setiap pelatihan. Unsur volume ini merupakan takaran kuantitatif, yakni satu kesatuan yang dapat diukur banyaknya, berapa lama, jauh, tinggi atau jumlah suatu aktivitas Nala, 2011. Pada umumnya volume pelatihan ini terdiri dari atas : durasi atau lama waktu pelatihan, jarak tempuh dan berat beban, serta jumlah repetisi dan set Lestari, 2015. Dalam penelitian ini volume yang digunakan adalah sebagai berikut : a Repetisi dan Set Repetisi adalah jumlah ulangan yang menyangkut suatu beban. Jumlah ulangan yang dimaksud adalah gerak yang dilakukan dalam satu seri pelatihan atau jumlah seri yang dilakukan selama pelatihan. Set adalah suatu rangkaian kegiatan dari suatu repetisi, penggunaan set amat penting dalam meningkatkan kemampuan komponen biomotorik Sajoto, 2002 b Istirahat Waktu istirahat diperlukan dalam setiap set untuk memberikan waktu istirahat kepada otot-otot yang berperan dalam pelatihan. Waktu istirahat yang dianjurkan adalah selama 1-2 menit antar set, untuk mencegah terlalu lamanya waktu istirahat Nala, 2011. c Frekuensi Pelatihan paling sedikit 3 kali perminggu, diselingi dengan satu hari istirahat untuk memberikan kesempatan kepada otot untuk berkembang dan beradaptasi pada hari istirahat tersebut Harsono,1988. Hal ini disebabkan karena ketahanan seseorang akan menurun setelah 48 jam tidak melakukan pelatihan. Jadi sebelum ketahanan menurun harus sudah berlatih lagi Sadoso, 1988. Untuk meningkatkan kapasitas anaerobic frekuensi pelatihan minimal dilakukan 3 kali dalam seminggu dan lama pelatihan 6 minggu atau lebih Fox, 1993.

2.4 Depth Jump

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENAMBAHAN LATIHAN SKIPPING PADA Pengaruh Pengaruh Penambahan Latihan Skipping Pada Plyometrics Depth Jump Terhadap Peningkatan Vertical Jump Pada Pemain Bola Voli.

0 2 15

PENGARUH LATIHAN DYNAMIC STRETCHING DAN DEPTH Pengaruh Latihan Dynamic Stretching Dan Depth Jump Terhadap Peningkatan Vertical Jump Pada Pemain Bola Voli Di Smpn 1 Kauman Ponorogo.

0 5 11

PENGARUH LATIHAN DYNAMIC STRETCHING DAN DEPTH Pengaruh Latihan Dynamic Stretching Dan Depth Jump Terhadap Peningkatan Vertical Jump Pada Pemain Bola Voli Di Smpn 1 Kauman Ponorogo.

0 2 15

PENDAHULUAN Pengaruh Latihan Dynamic Stretching Dan Depth Jump Terhadap Peningkatan Vertical Jump Pada Pemain Bola Voli Di Smpn 1 Kauman Ponorogo.

0 3 5

PENGARUH PEMBERIAN BALLISTIC STRETCHING DAN LATIHAN DEPTH JUMP TERHADAP HASIL Pengaruh Pemberian Ballistic Stretching dan Latihan Depth Jump terhadap Hasil Lompatan Siswa Putra SMP N II Gemolong.

0 1 20

PENDAHULUAN Pengaruh Pemberian Ballistic Stretching dan Latihan Depth Jump terhadap Hasil Lompatan Siswa Putra SMP N II Gemolong.

0 0 5

PENGARUH BALLISTIC DAN STATIC STRETCHING TERHADAP PENINGKATAN VERTICAL JUMP PADA ATLET Pengaruh Ballistic Dan Static Stretching Terhadap Peningkatan Vertical Jump Pada Atlet Bola Basket.

0 6 14

PENDAHULUAN Pengaruh Penambahan Electromyostimulation Pada Latihan Plyometric Terhadap Peningkatan Kemampuan Vertical Jump Pada Atlet Bola Basket.

0 0 7

PENAMBAHAN BALLISTIC STRETCHING PADA LATIHAN KNEE TUCK JUMP LEBIH EFEKTIF DIBANDINGKAN LATIHAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN VOLI LAKI-LAKI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA.

0 2 63

PENGARUH DYNAMIC STRETCHING DAN DEPTH JUMP TERHADAP PENINGKATAN POWER PEMAIN VOLI NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH DYNAMIC STRETCHING DAN DEPTH JUMP TERHADAP PENINGKATAN POWER PEMAIN VOLI - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 13