8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Vertical Jump
2.1.1 Pengertian Vertical Jump Vertical jump adalah suatu kemampuan untuk naik ke atas melawan
gravitasi dengan menggunakan kemampuan otot Ostijic, 2010. Vertical jump juga bisa diartikan gerakan meloncat setinggi-tingginya dengan fokus kekuatan
otot tungkai untuk mencapai loncatan lurus keatas dengan maksimal. Vertical jump ini biasanya banyak digunakan oleh beberapa cabang olahraga misalnya:
bola voli, basket, dan lain sebagainya. Peningkatan vertical jump yaitu proses yang komplit di mana dilihat pada berapa aspek yang berbeda, diperlukan berapa
komponen yang mendukung di antaranya fleksibilitas komponen sendi, kekuatan tendon, keseimbangan dan kontrol motor, kekuatan otot, fleksibilitas otot serta
ketahanan otot Irwansyah, 2012. Pada vertical jump terdiri dari beberapa fase yaitu: countermovement,
propulsion, flight, dan landing. Mekanisme dari gerak vertical jump diawali dengan gerakan countermovement merupakan awal gerakan dimana pada fase ini
diawali dengan berdiri tegak lalu melakukan fleksi hip, knee, dan ankle joint, propulsion merupakan lanjutan dari gerakan countermovement dimana gerakan ini
diawali dengan fleksi hip, knee dan ankle joint menuju gerakan take off, flight fase ini diawali gerakan take off menuju landing, landing terdiri dari gerakan
landing untuk menuju end of movement Grimshaw, 2007.
Otot adalah salah satu komponen pendukung dalam melakukan vertical jump yang dapat menghasilkan gerakan serta kekuatan. Otot yang maksimal
sangatlah penting bagi peningkatan pada vertical jump. Otot skelet merupakan suatu jaringan yang kegiatannya berupa kontraksi, sehingga otot mempunyai
kemampuan ekstensibilitas, elastisitas, dan kontraktilitas. Pada tungkai terdapat beberapa macam otot dan salah satunya adalah quadriceps yang berfungsi sebagai
penopang, pada saat berjalan, berlari, menendang, melompat, naik turun tangga maupun stabilisasi pada saat melakukan aktifitas ataupun latihan Hermakulata,
2011. Otot quadriceps merupakan salah satu otot pada sendi lutut atau knee joint
yang mempunyai fungsi sebagai stabilisator aktif sendi lutut dan juga berperan sebagai penggerak sendi yaitu gerakan saat ekstensi lutut. Dimana otot quadriceps
berperan dalam aktifitas sehari-hari seperti berjalan, berlari, menendang, melompat, dan naik turun tangga. Terkait dengan fungsi dari otot quadriceps yaitu
berperan dalam ekstensi knee maka otot ini merupakan otot yang berperan penting dalam menghasilkan gerakan vertical jump. Agar dapat melakukan gerakan
vertical jump secara maksimal maka memerlukan kekuatan otot quadriceps yang maksimal pula, agar menghasilkan performance otot yang optimal sehingga resiko
cedera saat beraktifitas dapat diminimalisir Hermakulata, 2011. Penggerak flexi lutut pada saat melompat dilakukan otot-otot hamstring.
Selain itu flexi lutut juga dibantu oleh gastrocnemius, popliteus dan gracillis. Lingkup gerak sendi pada saat flexi berkisar antara 120°-130° Kapandji, 1997
dalam Ariyadi 2012. Saat terjadi perubahan menjadi gerakan extensi, berganti
otot-otot quadriceps yang berkontraksi secara eksplosive, dalam kondisi ini terjadi proses peregangan secara mendadak pada otot hamstring. Pada aktivitas olahraga
didapatkan bahwa energi elastik mampu meningkatkan 20 beban maksimum yang diangkat dari energi konsentrik, ini berlaku pada otot quadriceps yang
berkontraksi secara kuat memaksa otot hamstring yang merupakan otot tipe II untuk melakukan peregangan secara cepat. Kemampuan otot hamstring dapat
membantu meningkatkan kemampuan dalam jumping jika mampu melakukan gerakan sefleksibel mungkin dalam mengikuti gerak otot quadriceps yang
berlawanan Radcliffe, 2000. 2.1.2 Vertical Jump pada Basket
Vertical jump dalam permainan adalah kebutuhan mutlak yang harus dimiliki oleh setiap pemain bola basket, karena vertical jump sangat dibutuhkan
oleh setiap pemain untuk melakukan shooting ke keranjang lawan agar bisa mendapatkan point Hermakulata, 2011. Ada beberapa teknik bola basket yang
menggunakan gerakan vertical jump yaitu jump shot, lay up, runner, set and jump shoot, free throw,three point shoot, hook shoot Nugraha, 2012.
Gerakan saat melakukan jump shoot saat shooting pada awal lompatan otot-otot yang bekerja adalah seluruh komponen otot-otot tungkai seperti gerakan
fleksi knee dilakukan oleh kelompok hamstrings, dan gastronocnemius Sohiron, 2009. Pada saat melompat, terjadi tolakan ke atas dengan kedua otot-otot
ekstensor kaki secara eksplosif melakukan kontraksi serta mengayunkan kedua lengan lurus ke atas secara bersamaan. Eksplosif kontraksi oleh otot-otot gluteus
maximus dan minimus, kelompok quadriceps ekstensor, tibia anterior dan otot-
otot pada metatarsal menciptakan ekstensi sendi hip, knee dan ankle Sohiron, 2009. Puncak lompatan pada gerakan ini otot gluteus maximus dan minimus,
kelompok quadriceps ekstensor, tibia anterior dan otot-otot pada metatarsal bertahan dalam posisinya, otot fleksor tungkai mengalami relaksasi Sohiron,
2009. Pengaruh dari kecepatan dan dorongan pada saat melakukan awalan memberikan gaya yang menyebabkan atlet berubah kecepatannya dan pada titik
tolaknya mengubah arah gerakannya dari horisontal menjadi vertikal Lubis, 2009.
Gambar 2.1 Jump Shoot Sumber : Setiadi, 2014
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Vertical Jump Faktor yang mempengaruhi vertical jump dapat dikelompokkan menjadi 2
yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, kebugaran fisik, dan genetik. Faktor eksternal
terdiri dari suhu dan kelembaban relatif udara, kecepatan angin, dan ketinggian tempat Bompa Harf, 2009.
1. Faktor Internal
a Umur
Hampir semua komponen biomotorik dipengaruhi oleh umur. Peningkatan kekuatan otot berkaitan dengan pertambahan umur, dimensi, anatomi atau
diameter otot dan kematangan seksual Astrand dan Ronald, 1986. Kekuatan lebih rendah pada anak-anak dan meningkat pada usia remaja serta mencapai
puncaknya pada umur 20-30 tahun, pengembangan fleksibilitas yang baik pada usia remaja antara 16-18 tahun, puncak prestasi atletik dapat dicapai
antara umur 18-23 tahun Nala, 2002. b
Jenis Kelamin Kekuatan otot laki-laki sedikit lebih kuat daripada kekuatan otot
perempuan pada usia 10-12 tahun. Perbedaan kekuatan yang signifikan terjadi seiring pertambahan umur, di mana kekuatan otot laki-laki jauh lebih kuat
daripada wanita Bompa, 2005. Pengaruh hormon testosteron memacu pertumbuhan tulang dan otot pada laki-laki, ditambah perbedaan pertumbuhan
fisik dan aktivitas fisik wanita yang kurang juga menyebabkan kekuatan otot wanita tidak sebaik laki-laki. Bahkan pada umur 18 tahun ke atas, kekuatan
otot bagian atas tubuh pada laki-laki dua kali lipat daripada perempuan, sedangkan kekuatan otot tubuh bagian bawah berbeda sepertiganya Nala,
2011. c
Indeks Masa Tubuh Indeks masa tubuh IMT secara tidak langsung akan berpengaruh
terhadap hasil lompatan. Pemain basket cenderung memiliki sifat ectomorphy
tinggi kurus lebih banyak dan lebih sedikit yang memiliki sifat endomorphy pendek gemuk Harjanto dkk, 2013. Berat badan merupakan
salah satu faktor yang menentukan pusat gravitasi yang nantinya akan menentukan keseimbangan statik dan keseimbangan dinamik. Keseimbangan
akan mentukan besarnya daya ledak saat terjadi gerakan melompat take off saat di udara dan mendarat Hairy, 2005.
d Kebugaran Fisik
Kebugaran fisik berhubungan erat dengan kapasitas aerobik seseorang. Semakin baik kapasitas aerobik seseorang makin baik pula kebugaran fisiknya
Sukanan, 1986. Kebugaran fisik dari aspek ilmu faal menunjukan kesanggupan atau kempuan dari tubuh manusia untuk melakukan penyesuaian
atau adaptasi terhadap beban fisik yang dihadapinya tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti Griwijoyo and Muchtamaji, 2005.
e Genetik
Pengaruh genetik terhadap kecepatan, kekuatan dan daya tahan pada umumnya berhubungan dengan komposisi serabut otot yang terdiri dari
serabut otot putih dan serabut otot merah. Atlet yang memiliki lebih banyak serabut otot putih lebih mampu untuk melakukan kegiatan yang bersifat
anaerobic, sedangkan atlet yang lebih banyak serabut otot merah lebih tepat untuk melakukan kegiatan yang bersifat aerobic Nala, 2002.
2. Faktor Eksternal
a Cuaca
Cuaca hujan memudahkan pemain jatuh terpeleset karena kondisi lapangan yang becek dan licin, sehingga dapat menimbulkan cedera pada atlet
Setiawan, 2011. Hujan juga menyebabkan suhu menjadi lebih dingin sehingga sangat mempengaruhi kinerja otot, 1 sel-sel otot menjadi lemah
karena terjadi perlambatan laju metabolisme, 2 kemampuan pemendekan otot pada vasokonstriksi dan power otot menurun signifikan, 3 kelelahan
otot terjadi lebih cepat, karena mekanisme kontraksi yang terjadi harus dapat memenuhi dua kebutuhan fisiologis dalam waktu yang bersamaan, yaitu untuk
menghasilkan energi dan menampilkan performa latihan yang baik, dan pemenuhan kebutuhan energi untuk mempertahankan suhu tubuh Jhon,
2015. 2.1.4 Pengukuran Vertical Jump dengan Vertical Jump Test
Vertical jump test dikenal juga dengan nama sargent test. Test ini dikembangkan oleh Dr. Dudley Allen Sargent yang bertujuan untuk mengukur
power otot-otot tungkai dengan mengukur perbedaan jangkauan maksimal pada saat berdiri dan pada saat melompat dengan menggunakan dinding yang berskala
centimeter Quinn, 2013. Vertical jump test didukung oleh peran utama dari otot penggerak tubuh, yaitu kelompok otot quadriceps femoris. Karena itu peningkatan
vertical jump harus bertahap dan diperlukan adaptasi dari otot quadriceps femoris sebagai pengerak utama Sudewa, 2015.
Pada pengukuran vertical jump alat yang di sediakan berupa penghapus papan, penggaris kayu dalam ukuran cm atau meteran dan kapur papan tulis
Sudewa, 2015. Pelaksanaan loncat tegak vertical jump, atlet berdiri di samping dinding atau tembok dengan jari-jari tangan meraih ke atas setinggi mungkin.
Tetap di tempat yang sama atlet mengerahkan tenaga dan meloncat ke atas dengan kedua kaki dan kemudian tangan menyentuh dinding setinggi mungkin. Sebelum
meloncat atlet memegang kapur untuk memberi bekas pada meteran atau penggaris kayu agar memperjelas tinggi lompatan yang dicapai. Setiap individu
melakukan vertical jump sebanyak 3 kali, dari 3 kali vertical jump tersebut diambil lompatan yang paling tinggi kemudian di catat. Skor vertical jump adalah
selisih antara tinggi raihan pada waktu meloncat dengan tinggi raihan pada waktu berdiri Hasanah, 2013.
Gambar 2.2 Vertical Jump Test Sumber : Quinn, 2013
2.2 Kajian Anatomi Otot Tungkai