Ekonomi Keluarga Dampingan GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

2. I

Gusti Ayu Ariani Kawin 45 SLTP Sederajat Buruh Tani Perkebunan Istri

3. I Gusti Ngurah

Darmadi Belum Kawin 23 SLTP Sederajat Penganggura n Anak Pertama

4. I Gusti Ayu Dwi

Aryantini Belum Kawin 16 Tamat SD Sederajat Pelajar Anak Kedua

5. I Gusti Komang

Aryantara Belum Kawin 13 Tamat SD Sederajat Pelajar Anak Ketiga

6. I

Gusti Ayu Ketut Ladri Cerai Mati 68 TidakBlm Sekolah Belum Tidak Bekerja Ibu Kandung

1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan

1.2.1 Pendapatan Keluarga Pak Gusti Ngurah Adnyana dahulu bekerja sebagai tukang parkir di Terminal Ubung dan memutuskan untuk pindah bekerja di Pasar Umum Bangli sedangkan sang istri bekerja sebagai buruh tani dan menjadi tukang ulat sok banten. Saat ini Pak Gusti Ngurah Adnyana dan istri sudah pensiun dari pekerjaannya karena Pak Gusti Ngurah Adnyana terkena penyakit kencing manis komplikasi sehingga pada saat ini Pak Gusti Ngurah Adnyana tidak bisa melihat atau tuna netra. Sang istri pun mengalami penyakit jantung dikarenakan jatuh tertimpa pohon saat bekerja menjadi buruh tani. Saat ini sang istri berhenti menjadi buruh tani dan sekarang bekerja membuat ulatan sok banten dan menjadi tukang cuci baju keliling di tetangga sekitar rumahnya. Putri kedua nya mengalami penyakit kejang atau epilepsi diduga dapat jatuh dari tempat tidur disaat ia masih kecil. Sehari-harinya Pak Gusti Ngurah Adnyana memenuhi kebutuhan hidup dengan mengandalkan pekerjaan sang istri Rp 1.500.000,00. Pak Gusti Ngurah Adnyana bukanlah KK penerima beras miskin dan memiliki kartu kuning, dengan demikian Pak Gusti Ngurah Adnyana harus memenuhi kebutuhan berasnya sendiri. Pak Gusti Ngurah Adnyana bersama istri bertahan dengan penghasilan seminim itu demi membiayai hidup bersama tiga orang anak dan membiayai pendidikan dua orang anaknya yang masih duduk di bangku SD dan SMP, untuk memenuhi kebutuhan makanan, kesehatan, dan upacara keagamaan di Desa Susut sedangkan anak putra sulungnya masih menjadi pengangguran. 1.2.2 Pengeluaran Keluarga a Kebutuhan sehari-hari Perincian untuk kebutuhan sehari-hari keluarga Pak Gusti Ngurah Adnyana adalah sebagai berikut :  Kesehatan : Rp 400.000,-  Makan Sehari-hari : Rp 600.000,-  Listrik dan air : Rp 75.000,-  Hari Raya : Rp 10.000 – 200.000,- b Kesehatan Pak Gusti Ngurah Adnyana memiliki Asuransi Kesehatan Askes untuk pengambilan insulin di RSUD Bangli, selebihnya pengobatan lainnya tidak menggunakan asuransi dikarenakan Pak Gusti Ngurah Adnyana mengidap penyakit kronis, yaitu kencing manis dan darah tinggi. c Sosial Dahulu Pak Gusti Ngurah Adnyana dan sang istri bekerja dan tinggal di Ubung Denpasar bersama istrinya yang pada saat itu berprofesi sebagai tukang cuci baju keliling di daerah dekat kontrakannya. Setelah 10 tahun tinggal di Denpasar, keluarga Pak Gusti Ngurah Adnyana memutuskan untuk tinggal bersama saudara di Desa Susut.

BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

Untuk mengidentifikasi masalah yang dialami keluarga dampingan, yaitu keluarga Pak Gusti Ngurah Adnyana yang didampingi, maka penulis melakukan beberapa kunjungan ke kediaman keluarga dampingan. Selama kunjungan penulis melakukan pendekatan secara interpersonal kekeluargaan dengan keluarga Pak Gusti Ngurah Adnyana, yaitu dengan melakukan obrolan-obrolan ringan mengenai program KKN terutama program KK dampingan, masalah kesehatan yang dialami, problematika dalam bidang perekonomian, serta mengobservasi suasana tempat tinggal Pak Gusti Ngurah Adnyana.

2.1 Permasalahan Keluarga

Dalam waktu satu bulan pendampingan, telah dilakukan 22 kali pertemuan dengan keluarga Pak Gusti Ngurah Adnyana. Dalam jangka waktu tersebut telah diidentifikasi beberapa permasalahan yang dikeluhkan oleh keluarga Pak Gusti Ngurah Adnyana. Beberapa masalah yang dihadapi keluarga ini sesuai dengan hasil wawancara dan pengamatan penulis adalah masalah perekonomian keluarga, masalah kesehatan, dan masalah penataan bangunan. .

2.2 Masalah Prioritas

2.2.1 Masalah Perekonomian Pak Gusti Ngurah Adnyana mengatakan bahwa uang dari penghasilan istrinya sangat cukup memenuhi kebutuhan hidupnya bersama tiga orang anaknya walaupun kadangkala masih sangat kekurangan dikarenakan ada hal yang tidak terduga. Namun karena sakit yang diderita Pak Gusti Ngurah Adnyana dan sang istri menyebabkan uang penghasilan banyak terpakai untuk kontrol ke rumah sakit dan membeli obat. Yang menjadi permasalahan adalah karena obat yang dikonsumsi oleh Pak Gusti Ngurah Adnyana adalah obat seumur hidup, hal ini menyebabkan Pak Gusti Ngurah Adnyana tidak dapat mengontrol keuangan walaupun masih ada sanak saudara yang memberikan bantuan sedikit untuk keluarga Pak Gusti Ngurah Adnyana. Pengeluaran untuk kesehatan dan obat-obatan Pak Gusti Ngurah Adnyana menjadi prioritas sehingga kebutuhan untuk dapur dan hari raya mengandalkan sisa dari uang pengobatan tersebut. Pak Gusti Ngurah Adnyana mengatakan bahwa semenjak sakit, sulit bagi beliau untuk menabung. Uang yang sebelumnya pernah ditabung habis