Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Odontektomi Molar Ketiga Menggunakan Anastesi Lidokain 1:80000 Di Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Periode 2016

DEPARTEMEN BEDAH MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

No.

:

Tanggal

:

PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN ODONTEKTOMI
MOLAR KETIGA MENGGUNAKAN ANASTESI LIDOKAIN 1:80000
DI DEPARTEMEN BEDAH MULUT RSGM-P FKG USU
PERIODE 2016

I.

Data Responden
Nama

Jenis Kelamin
Usia

II.

:
:
:

tahun

Pemeriksaan Tekanan Darah

Tekanan Darah
Tekanan Sistolik
Tekanan Diastolik

Sebelum Anastesi

Setelah Anastesi


Setelah pencabutan

PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN SEBELUM
DAN SESUDAH ODONTEKTOMI MENGGUNAKAN
ANASTESI LIDOKAIN 1:80.000
pasien
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Tekanan darah

setelah anastesi
113/75
120/80
116/75
128/85
124/81
105/70
122/75
120/70
133/80
122/70
114/75
125/80
136/80
118/76
116/80
122/80
118/75
110/70
132/80

124/80
120/75
125/80
122/80
122/75
116/70
132/80
115/70
120/70
117/70
124/80
128/80

Tekanan darah
setelah odontektomi
120/75
122/80
118/75
130/85
125/81

107/70
122/75
122/70
135/80
125/70
114/75
128/80
139/80
120/75
118/80
125/80
118/75
112/70
137/80
126/80
120/75
128/80
125/80
122/75
118/70

135/80
118/70
124/70
119/70
125/80
128/80

32
33
34

114/80
104/70
113/70

117/80
106/70
115/70

30


DAFTAR PUSTAKA

1. Alamsyah, RM, Situmorang N. Dampak gigi molar tiga mandibula impaksi
terhadap kualitas hidup mahasiswa. Universitas Sumatera Barat. Dentika Dental
Journal 2005;10(2):73-4
2. Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah mulut. Alih bahasa: Purwanto, Basoeseno.
Jakarta: ECG, 2012: 29-100
3. Dwipayanti A, Adriatmoko W, Rochim A. Komplikasi post odontektomi gigi
molar ketiga rahang bawah impaksi. Jurnal PDGI. 2009; 58 (2): 20-24
4. Huang CJ, at al. Cardiovascular reactivity, stress and physical activity.
Frontlersin. J 2013; 4:1-13
5. Malamed SF. Medical emergency in the dental office 6 th ed. St.Louise; Mosby El
sevier. 2007; 38-44
6. Carol Davila. Practical Notes of the Physicology. University Of Medicine and
pharmacy, Bucharest 2nd years english medule, 2003 : 205-37
7. Vadapilli A. Goldman D. Popel AS. Calculations of oxygen transport by red
blood cells and hemoglobin solution in capillaries. Departement of Biomedical
Engineer and Center for Computational Medicine and Biology J. 2002 : 30(3):
157-188

8. Assa C, Rondonwu R, Bidjuni H. Perbandingan pengukuran tekanan darah pada
lengan kiri dan lengan kanan pada penderita hipertensi di RSUP Prof. DR. R.D.
kandow Manado. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulango Manado, 2014
: 186-200
9. Chobanian AV, et al. 7th report of the joint national comitte on prevention ,
detection , evaluation , and treatment of high blood. Hypertension 2003 : 180-192
10. Witworth JA. 2003 WHO/ International society of hypertension (ISH) statement
of management of hypertension. Journal of Hypertension 2003: 21 (11): 1-10
11. Celving B. Prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood
pressure. NIH publication 2004: 3-10

31

12. Fluckiger L, et al. Differential effects of aging on heart rate variability and blood
pressure variability. Journal of gentiology. 2007: 54(5): 219-224
13. Gasperih D et. Al. Effect of psychologycal stress on blood pressure increase: A
meta. analysis of cohort studies. Cord. Saude publica 2009: 25(4): 715-726
14. Fragiskos D. Fragiskos. Oral Surgery. Athens,Greece. Springer Science &
Bussiness Media. 2007; 33-46; 155-76
15. Guyton, Arthur C. Buku ajar fisiologi kedokteran. Alih bahasa: Erawati dkk.

Edisi 11. Jakarta: EGC, 2007: 172-3; 182-3; 788-800
16. Chu FCS, dkk. Prevalance impacted and associated phatologies, radiographic
study of Hongkong Chinese Population. Hongkong Med 3 2003; 9(3): 1580163
17. Obimakinde

OS.

Impacted

madibular

third

molar

surgery;

an

overview.Tsitsogianis H. Berlin: Springer; 2007.123-7

18. Peterson LJ. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 4th ed. Mosby
co.Saint Louis. 2003: 44-8
19. Ketabi M, Shamami MS, Alaie M, Shamami MS. Influence of local anesthetics
with or without epinephrine 1/80000 on blood pressure and heart rate: a
randomized double-blind experimental clinical trial. Dent Res J 2012: 9(4): 43740
20. Chaudhry S, et al. Effect blood pressure and pulse rate after administration of an
epinephrine containing dental dental local anaesthetic in hypertensive patients. J
Pak Med Assoc 2011; 61(11): 1088-91.
21. Tsuchihashi T, et al. Blood pressure response during dental surgery. Hypertens
Res 2006; 19(3): 189-194
22. Haghighat A, Kaviani N, Panahi R. Hemodynamic effects of 2% lidocaine with
1/80000 epinephrine in inferior alveolar nerve block. Dent Res J 2006: 3(1): 4-7
23. Alhamdani F. The effect of immediate pre-extraction period on blood pressure
level (prospective study on 100 Iraqi patients). MDJ 2008; 5: 290-5.
24. Wahyuningsih Z, Nugroho S, Mu’ah. Hubungan cemas dengan peningkatan
tekanan darah pada pasien pre operasi di Ruang Bourghenvil RSUD DR.Soegiri
Lamongan. Surya 2011; VIII(01): 53-9.

17

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasi analitik dengan
rancangan penelitian cross-sectional.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Departemen Gigi Mulut RSUP H. Adam Malik
Medan pada bulan Maret-April 2016

3.3 Populasi Dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien klinik di Departemen Gigi
Mulut RSUP H. Adam Malik Medan yang akan dilakukan tindakan odontektomi.
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pasien mahasiswa kepaniteraan klinik
yang dilakukan di Departemen Gigi Mulut RSUP H. Adam Malik Medanpada bulan
Maret-April 2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini.
Besaran sampel diperoleh dengan menggunakan rumus penaksiran proporsi
populasi dengan presisi mutlak.
n = Z2 1-α P (1-P)
d2
n= (1,96)2 0,9(1-0,9)= 34 Orang
(0,1)2
Keterangan :
d = Presisi mutlak (10%)
Z = Skor ditentukan derajat kepercayaan adalah 95% = 1,96
P = Prakiraan proporsi populasi
n = Besarnya sampel

18

Besar sampel untuk mencari prevalensi populasi terbatas minimumnya adalah 96
orang. Peneliti mengambil sampel sebanyak 34 orang sehingga jumlah sampel cukup
untuk analisis data. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling yang
berdasarkan kepada kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Kriteria Inklusi:
1. Pasien yang akan dilakukan tindakan odontektomi di Departemen Gigi Mulut
RSUP H. Adam Malik Medan
2. Pasien yang gigi molar tiganya tidak dapat erupsi dengan sempurna
3. Pasien yang tidak menderita penyakit hipertensi
4. Pasien yang bersedia ikut dalam penelitian
Kriteria Eksklusi:
1. Pasien yang tidak bersedia ikut serta dalam penelitian
2. Pasien yang menderita penyakit hipertensi

3.4 Variabel Dan Definisi Operasional
Tabel 2. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel
Perubahan tekanan darah

Operasional
Tekanan darah adalah daya dorong ke
semua arah pada seluruh permukaan yang
tertutup pada dinding bagian dalam
jantung dan pembuluh darah. Tekanan
darah adalah tekanan yang dihasilkan
oleh darah dari sistem sirkulasi atau
sistem

vaskuler

terhadap

dinding

pembuluh darah.
Darah mengambil oksigen dari dalam
paru-paru.
oksigen

Darah

ini

yang

memasuki

mengandung
jantung

dan

19

kemudian dipompakan keseluruh bagian
tubuh melalui pembuluh darah yang
disebut arteri. Pembuluh darah yang lebih
besar

bercabang-cabang

menjadi

pembuluh-pembuluh darah yang lebih
kecil hingga berukuran mikroskopik,
yang akhirnya membentuk jaringan yang
terdiri dari pembuluh-pembuluh darah
yang sangat kecil yang disebut kapiler.
Jaringan ini mengalirkan darah ke sel-sel
tubuh dan menghantarkan oksigen untuk
menghasilkan energi yang dibutuhkan
demi kelangsungan hidup. Kemudian
darah yang tidak beroksigen kembali ke
jantung melalui pembuluh darah vena,
dan dipompa kembali ke paru-paru untuk
mengambil oksigen lagi
Odontektomi

Operasi bedah mulut untuk mengangkat
gigi karena gigi terhadap erupsinya oleh
struktur keras dan sekelilingnya

 Pengeluaran gigi yang dalam keadaan
tidak dapat bertumbuh

 Pengeluaran gigi yang dalam keadaan
bertumbuh
tersebut

sebagian
tidak

dapat

dimana

gigi

dikeluarkan

dengan menggunakan cara pencabutan
tang biasa melainkan dengan cara
pembukaan jaringan (keras atau lunak)
yang menutupi jalan keluar gigi

20

Tindakan bedah untuk mengeluarkan gigi
yang tertanam di bawah tulang atau
mukosa

3.5 Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan cara mencatat data sekunder pada pasien yang akan
dilakukan tindakan odontektomi di Departemen Gigi Mulut di RSUP H. Adam Malik
Medansesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi pada periode 2016.

3.6 Pengolahan Data
Data diolah menggunakan uji T berpasangan menggunakan program komputer
SPSS

3.7 Analisa Data
Analisis Data Teknik pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini
dilakukan dengan uji T berpasangan, dengan menggunakan program komputer SPSS,
dengan interpretasi hasil sebagai berikut:
1. Jika p value ≤ 0,01 maka uji dinyatakan sangat signifikan.
2. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan.

22

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini subjek yang didapat berjumlah 34 orang yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek penelitian berasal dari pasien yang datang untuk
melakukan Odontektomi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSUP H.
Adam Malik Medan pada bulan Maret-April 2016
4.1.1 Subjek Berdasarkan Usia
Hasil pengamatan terhadap 34 pasien Odontektomi di Departemen Bedah
Mulut dan Maksilofasial RSUP H.Adam Malik Medan pada Maret-April 2016 di
peroleh data umur sebagai berikut :
Tabel 4. Distribusi subjek berdasarkan usia
Usia (Tahun)

n

Persentase(%)

20-29

23

23

30-39

11

11

40-49

6

6

Jumlah

34

34

4.1.2 Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil pengamatan terhadap 34 pasien odontektomi di Departemen Bedah
Mulut dan Maksilofasial RSUP H.Adam Malik Medan pada Maret-April 2016 di
peroleh data jenis kelamin sebagai berikut :
Tabel 5. Distribusi subjek berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin

n

Persentase (%)

Laki-laki

11

11

perempuan

23

23

Jumlah

34

34

23

4.2 Tekanan Darah Sesudah Anastesi dan Sesudah Odontektomi
Dari total 34 subjek yang diperiksa jumlah pasien yang mengalami
peningkatan tekanan darah sistolik yaitu 28 orang (82,3%) dan tidak ada satupun
yang mengalami kenaikan tekanan darah diastolik (0%). Pasien yang tidak
mengalami perubahan tekanan sistolik sebanyak 6 orang (17,7%) dan tekanan
diastolik sebanyak 33 orang (97%). Sedangkan yang mengalami penurunan sistolik
tidak satupun yang ditemukan (0%) dan penurunan tekanan darah distolik sebanyak 1
orang (3%).
Tabel 7. Distribusi perubahan tekanan darah Sesudah Anastesi dan Sesudah
Odontoktemi
Perubahan Tekanan Darah
Tekanan
Meningkat
Tetap
Menurun
darah
n
Persentase
n
Persentase
n
Persentase
Sistolik
28
82,3%
6
17,7%
0
0%
Diastolik
0
0%
33
97%
1
3%
Data dari setiap perlakuan dianalisa secara statistik dengan tingkat kemaknaan
(α = 0,05). Pertama dilakukan uji Shapiro-Wilk untuk melihat apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal maka dilakukan uji T
berpasangan. Hasil uji statistik tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien
odontektomi dengan Uji Shapio-Wilk dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Hasil analisis uji normalitas tekanan darah sesudah anastesi dan sesudah
odontektomi
Tests of Normality

Sistole post anastesi
Sistole post
odontektomi
Diastole post anastesi
Diastole post
odontektomi

Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
*
.085
34
.200
.981
34
.789
.103

34

.200*

.972

34

.515

.273

34

.000

.824

34

.000

.275

34

.000

.822

34

.000

24

Hasil uji normalitas data dengan Shapiro-Wilk karena jumlah sampel 0,05),
maka untuk analisa perbedaan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah
odontektomi dilakukan uji T berpasangan. Sedangkan untuk data variabel tekanan
darah distolik sesudah anastesi dan tekanan darah distolik sesudah odontektomi
adalah tidak berdistribusi normal (p0,05) dimana data tersebut berdistribusi
normal. Hal ini menunjukkan bahwa setelah anastesi mempengaruhi terjadinya
perubahan tekanan darah sistolik sesudah anastesi dan sesudah odontektomi.
Sedangkan untuk data variabel tekanan darah distolik sesudah anastesi dan sesudah
odontektomi adalah tidak berdistribusi normal (p 0,05).
2. Daril hasil uji Shapiro-Wilk, terdapat perubahan tekanan darah distolik
yang tidak berdistribusi normal pada pasien sesudah anastesi dan sesudah dilakukan
odontektomi di Departemen Gigi Mulut RSUP H.Adam Malik Medan pada bulan
Maret-April 2016 (p < 0,05).
3. Dari hasil uji T berpasangan terdapat nilai rata-rata tekanan darah sistolik
sesudah odontektomi (122,44 mmHg) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ratarata tekanan darah sistolik sebelum odontektomi (120,29 mmHg). Secara statistik
menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p0,05).

6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka dapat diajukan beberapa saran
sebagai berikut :
1. Pada penelitian selanjutnya dapat meneliti tanda vital lainnya seperti suhu
tubuh atau frekuensi pernapasan.
2. Untuk mengatasi masalah peningkatan tekanan darah pada pasien
preoperasi sebisa mungkin kita mengatasi cemas pasien agar tidak tejadi sekresi
adrenalin berlebih yang dapat meningkatkan tekanan darah.

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tekanan Darah
Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang
tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. 5 Tekanan darah
adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah dalam sistem sirkulasi atau sistem vaskuler
terhadap dinding pembuluh darah.6
Darah mengambil oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang mengandung
oksigen ini memasuki jantung dan kemudian dipompakan keseluruh bagian tubuh
melalui pembuluh darah yang disebut arteri. Pembuluh darah yang lebih besar
bercabang-cabang menjadi pembuluh-pembuluh darah yang lebih kecil hingga
berukuran mikroskopik, yang akhirnya membentuk jaringan yang terdiri dari
pembuluh-pembuluh darah yang sangat kecil yang disebut kapiler. Jaringan ini
mengalirkan darah ke sel-sel tubuh dan menghantarkan oksigen untuk menghasilkan
energi yang dibutuhkan demi kelangsungan hidup. Kemudian darah yang tidak
beroksigen kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena, dan dipompa kembali
ke paru-paru untuk mengambil oksigen lagi.7
Jantung berdetak lazimnya 60 hingga 70 kali dalam 1 menit pada kondisi
istirahat (duduk atau berbaring), darah dipompa menuju jantung melalui arteri.
Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika jantung berdetak memompa darah, ini
disebut tekanan sistolik. Tekanan darah menurun saat jantung relaks diantara dua
denyut nadi, ini disebut tekanan diastolik. Nomor atas 120 menunjukkan tekanan ke
atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan sistol. Nomor
bawah 80 menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan
disebut tekanan diastolik. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan
sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari
100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 Saat yang
paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat istirahat dan dalam keadaan
duduk atau berbaring.6

5

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan
anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada
dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi
pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah
dalam satu hari juga berbeda, yaitu paling tinggi di pagi hari dan paling rendah pada
saat tidur malam hari.8
Kenaikan tekanan arteri pada usia tua biasanya dihubungkan dengan timbulnya
arteriosklerosis. Pada penyakit ini, tekanan arteri yang terutama meningkat; pada
kira-kira sepersepuluh dari semua orang tua akhirnya meinngkat di atas 200mmHg.9
Tekanan darah seseorang dapat lebih atau kurang dari batasan normal. Jika melebihi
nilai normal, orang tersebut menderita tekanan darah tinggi (hipertensi). Sebaliknya,
jika kurang dari nilai normal, orang tersebut menderita tekanan darah rendah
(hipotensi).7

2.2 Standar Tekanan Darah Normal
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan
tekanan darah. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan
diastolik terus meningkat sampai usia 55–60 tahun, kemudian berkurang secara
perlahan atau menurun drastis.10 Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik
mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan
tekanan diastolik masih dalam keadaan normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada
usia lanjut. 9
Pada pasien penderita diabetes melitus atau penyakit ginjal, penelitian telah
menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai
faktor resiko dan sebaiknya diberikan perawatan.9

6

2.2.1 Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa > 18 Tahun
menurut Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation,
and Treatment of High blood Pressure / JNC VII
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa > 18 tahun Menurut
Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of
High Blood Pressure / JNC VII.
Tekanan Darah

Tekanan Darah

Sistolik (mmHg)

Diastolik (mmHg)

Normal

< 120

< 80

Prehipertensi

120-139

80-89

Derajat 1 (Ringan)

140-159

90-99

Derajat 2 (Berat)

>160

>100

Kategori

Hipertensi

2.3 Teknik dan Metode Pengukuran Tekanan Darah
Untuk mengukur tekanan darah pada manusia, diperlukan berbagai macam
alat yang dapat digunakan untuk mendapatkan bacaan tekanan darah. Secara umum
ada 2 metode atau teknik yang digunakan untuk mendapatkan bacaan tekanan darah,
yaitu metode palpasi atau rabaan, dan metode auskultasi dengan menggunakan
berbagai macam alat dan teknik pengukuran sesuai dengan keragaman jenis alat yang
digunakan.11

2.3.1 Metode Palpasi
Tekanan sistolik dapat ditentukan dengan memompa manset lengan dan
kemudian membiarkan tekanan turun dan tentukan tekanan pada saat denyut radialis
pertama kali teraba. Oleh karena kesukaran menentukan secara pasti kapan denyut
pertama teraba, tekanan yang diperoleh dengan metode palpasi biasanya 2-5 mmHg
lebih rendah dibandingkan dengan yang di ukur dengan metode auskultasi.6
Korotkoff adalah bunyi yang berdetak yang menunjukkan nilai tekanan darah
sistolik. Bunyi korotkoff terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus

7

terdengar dari arteri brachialis sampai tekanan di dalam manset turun di bawah
tekanan diastolik dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang. 6
Metode palpasi adalah dengan meraba denyut radialis ketika memompa manset
selama pengukuran tekanan darah. Bila tekanan manset diturunkan, bunyi Korotkoff
kadang-kadang menghilang pada tekanan di atas tekanan diastolik, kemudian muncul
lagi pada tekanan yang lebih rendah (celah auskultasi). Bila manset dimulai untuk
dipompa sampai denyut radialis menghilang, pemeriksa dapat yakin bahwa tekanan
manset di atas tekanan sistolik, dan nilai tekanan rendah palsu dapat dihindari.6

Gambar 1. pengukuran tekanan darah metode palpasi
(perabaan denyut nadi)

2.3.2 Metode Auskultasi
Metode auskultasi telah menjadi andalan pengukuran tekanan darah klinis
selama ini tetapi secara bertahap digantikan oleh teknik lain yang lebih cocok untuk
pengukuran pengukuran secara otomatis.6

8

Gambar 2. pengukuran tekanan darah metode auskultasi

2.4 Faktor Pengaruh Perubahan Tekanan Darah
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan tekanan darah pada
manusia, baik itu faktor eksternal yang berasal dari lingkungan sekitar yang
menyebabkan perubahan tekanan darah pada subjek ataupun dapat menyebabkan
kesalahan pembacaan tekanan darah, maupun faktor internal yang berasal dari dalam
tubuh subjek tersebut. 11

2.4.1 Faktor Internal
a. Usia
Penuaan dikaitkan dengan kurangnya adaptasi ke posisi berdiri dan resiko yang
lebih besar dari vegal sinkop. Karena variabilitas tekanan darah meningkat dengan
tingkat tekanan darah, ‘’fisiologis’’ usia terkait peningkatan tekanan darah mungkin
menjadi faktor yang membingungkan dalam penentuan umum efek pada tekanan
darah. Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan. Tekanan darah
bayi berkisar antara 65-115/42-80 mmHg, tekanan darah normal anak usia 7 tahun
adalah 87-117/48-64 mmHg. Kisaran normal anak yang berusia 19 tahun, 90
persennya adalah 124-136/77-84 mmHg untuk anak laki-laki dan 124-127/63-74
mmHg untuk anak perempuan. Tekanan darah dewasa cenderung meningkat seiring
dengan pertambahan usia. Standar normal untuk remaja yang tinggi dan di usia baya
adalah 120/80 mmHg. Tekanan darah sistolik lansia biasanya meningkat sejajar
dengan bertambahnya usia, sedangkan tekanan darah sistolik meningkat biasanya
hanya sampai usia 50-an kemudian menurun sehingga pada waktu itu, rumus tekanan
darah adalah usia ditambah 100. Jadi apabila orang berumur 60 tahun maka tekanan
darah sisitolik 160 mmHg dianggap normal. Kardiovaskular pada lansia, terjadi
penebalan katup jantung dan kaku, kemampuan memompa darah menurun
(menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta
meningkatnya resisitensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.
Tekanan darah sangat bervariasi tergantung pada keadaan, akan meningkat saat

9

aktifitas fisik, emosi, dan stress, dan turun selama. Lansia yang terlalu lama berbaring
dapat mengalami penurunan tekanan darah secara mendadak pada saat ia berdiri dan
berjalan. Orang berusia lanjut, tekanan darah saat duduk sangat berbeda dengan saat
berdiri. Oleh karena itu, pengukuran tekanan darah perlu dilakukan dalam posisi
berdiri dan juga pada beberapa keadaan.6,11,13
b. Jenis Kelamin
Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada
laki-laki atau perempuan. Wanita umumnya memiliki tekanan darah lebih rendah dari
pada pria yang berusia sama, hal ini cenderung akibat variasi hormon. Setelah
menopause, wanita umumnya memiliki tekanan darah lebih tinggi dari sebelumnya.11
c. Stres
Ansietas, takut, nyeri dan stress emosi mengakibatkan stimulasi simpatis,
yang meningkatkat frekuensi darah,curah jantung dan tahanan vaskuler perifer.11
d. Medikasi
Banyak medikasi yang secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi
tekanan darah, seperti diuretik dan vasodilator. Golongan lain yang mempengaruhi
tekanan darah adalah analgesik narkotik, yang dapat menurunkan tekanan darah.11

2.4.2 Faktor Eksternal
a. Pengaruh Posisi Tubuh
Pengukuran tekanan darah paling sering dibuat baik dalam duduk atau posisi
terlentang, namun 2 posisi tersebut memberikan pengukuran yang berbeda. Sudah
diterima secara luas bahwa tekanan diastolik diukur saat duduk lebih tinggi dari
ketika diukur terlentang (dengan perbedaan ≥ 5 mmHg), meskipun ada yang kurang
bersepakat tentang perbedaan pada tekanan sistolik. Ketika posisi lengan secara
cermat disesuaikan sehingga manset berada pada selevel atrium kanan di kedua
posisi, tekanan sistolik telah dilaporkan menjadi 8 mm Hg lebih tinggi pada
terlentang daripada posisi tegak.8,11
Pertimbangan lainnya termasuk posisi punggung dan kaki. Jika punggung tidak
didukung (seperti ketika pasien duduk di kursi pemeriksaan), tekanan diastolik dapat

10

meningkat hingga 6 mm Hg. Menyilangkan kaki dapat meningkatkan tekanan
sistolik sekitar 2 sampai 8 mmHg.
Dalam posisi terlentang, atrium kanan berada pada sekitar setengah antara
tempat tidur dan sternum, dengan demikian, jika lengan sedang beristirahat di tempat
tidur, maka posisinya akan berada di bawah permukaan jantung. Untuk alasan ini,
ketika pengukuran dilakukan dalam posisi terlentang lengan harus didukung dengan
bantal. Dalam posisi duduk, tingkat atrium kanan adalah titik tengah sternum atau
ruang intercostal IV. Posisi tubuh mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah
karena terkait dengan perbedaan gravitasi dan jumlah otot yang berkontraksi. 11,13
b.

Pengaruh Posisi Lengan

Posisi lengan dapat memiliki pengaruh besar ketika tekanan darah diukur, jika
lengan atas berada di bawah tingkat atrium kanan (ketika lengan menggantung ke
bawah sementara dalam posisi duduk), pembacaan akan terlalu tinggi. Demikian pula,
jika lengan berada di atas tingkat jantung, pembacaan akan terlalu rendah. Perbedaan
ini dapat disebabkan oleh efek dari tekanan hidrostatik dan mungkin perbedaannya
10 mmHg atau lebih, atau 2 mmHg untuk setiap inci di atas atau di bawah tingkat
jantung.11
Faktor fisiologis lain yang dapat mempengaruhi tekanan darah selama proses
pengukuran termasuk ketegangan otot. Jika lengan diangkat sendiri oleh pasien
(bukan diangkat oleh peneliti), latihan isometrik akan meningkatkan tekanan.11
c. Penempatan Manset dan Stetoskop
Penempatan manset harus didahului dengan pemilihan ukuran manset yang
tepat untuk lingkar lengan subjek. Peneliti harus terlebih dahulu melakukan palpasi
arteri brakialis di fosa antekubital dan menempatkan garis tengah bagian tengah
manset (biasanya ditandai pada manset oleh produsen) sehingga berada di atas pulsasi
arteri di atas lengan pasien.11
Lengan tidak boleh dilipat sedemikian rupa sehingga memiliki efek tourniquet
di atas manset tekanan darah. Ujung bawah manset harus 2 sampai 3 cm di atas fossa
antecubital untuk memungkinkan ruang untuk penempatan stetoskop.Namun, jika
manset yang melingkupi ruang tersebut memiliki panjang bladder yang tidak cukup

11

mengelilingi lengan (setidaknya 80%), manset yang lebih besar harus digunakan,
dengan pertimbangan bahwa jika manset menyentuh stetoskop, kebisingan artifaktual
akan terjadi.11
Manset kemudian ditarik pas di sekitar lengan atas yang tidak tertutup. Baik
peneliti maupun pasien tidak boleh berbicara selama pengukuran. Tahap 1 (sistolik)
dan tahap 5 (diastolik) suara Korotkoff adalah yang terbaik digunakan untuk
mendengar bel / bunyi denyut dari stetoskop di atas arteri brakialis yang teraba di
fosa antekubital, meskipun beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa ada sedikit
perbedaan bila menggunakan bel atau diafragma.11
Kunci untuk pengukuran yang baik adalah penggunaan stetoskop berkualitas
tinggi dengan tabung pendek, karena model murah mungkin memiliki sifat transmisi
suara yang kurang baik yang diperlukan untuk pengukuran auscultatory secara
akurat.11
d. Peneliti
Peneliti adalah komponen yang paling penting dari pengukuran tekanan darah
yang akurat. Untuk pengukuran tekanan darah yang akurat, peneliti harus:11
1) Secara benar terlatih dalam teknik pengukuran tekanan darah
2) Menggunakan perangkat akurat dan terawat dengan baik
3) Mengenali faktor subjek, seperti kecemasan dan penggunaan nikotin
terakhir, yang akan mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah
4) Posisikan subjek dengan tepat
5) Pilih manset yang benar dan posisi dengan benar, dan
6) Melakukan pengukuran dengan menggunakan metode oscillometric
auskultasi atau otomatis dan merekam nilai yang diperoleh secara akurat.
e. Jumlah Pengukuran
Hal ini juga diakui bahwa kekuatan prediksi dari pengukuran beberapa
tekanan darah jauh lebih besar daripada pembacaan tunggal. Salah satu keuntungan
potensial melengkapi bacaan auscultatory dengan pembacaan yang diambil oleh
sebuah perangkat otomatis adalah kemampuan untuk mendapatkan lebih banyak
bacaan.11

12

Ketika serangkaian pembacaan diambil, yang pertama biasanya yang
tertinggi. Minimal 2 pembacaan harus dilakukan dengan interval minimal 1 menit,
dan rata-rata dari bacaan tersebut harus digunakan untuk mewakili tekanan darah
pasien. Jika ada perbedaan > 5 mmHg antara pembacaan pertama dan kedua,
tambahan (1 atau 2) pembacaan harus diperoleh, dan kemudian rata-rata dari
beberapa bacaan tersebut yang digunakan. 11
f. Tekanan panas
Pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan
keringat yang dipercepat dengan pelebaran pembuluh darah yang disertai
meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah, sehingga beban kardiovaskuler
bertambah.8

2.4

Odontektomi

2.5.1 Klasifikasi Odontektomi
Menurut Pell and Gregory, yang meliputi sebagian klasifikasi dari
George B. Winter, diketahui bahwa klasifikasi pada molar tiga mandibula
terpendam, agar operator dapat menentukan klasifikasi suatu gigi molar tiga
mandibula terpendam

dilakukan dengan bantuan Ro-foto dan

posisi

gigi

terpendam itu di tulang rahang. Ro-foto yang diperlukan disini adalah intra oral
radiograf, lateraljaw radiograf, bite wing radiograf, dan oklusal radiografi.14,15

2.5.1.1 Hubungan Gigi dengan Tepi Ramus Antara Mandibula dan Tepi
Distal Molar Dua.16
a. Klas I: Ada cukup ruangan antara ramus dan batas distal molar dua untuk
lebar mesio distal molar tiga.
b. Klas II: Ruangan antara distal molar dua dan ramus lebih kecil dari pada
lebar mesio distal molar tiga.
c. Klas III: Sebagian besar atau seluruh molar tiga terletak di dalam ramus.

13

2.5.1.2 Dalamnya Molar Tiga Terpendam di Tulang Rahang.16
Posisi A : Bagian tertinggi gigi terpendam teletak setinggi atau lebih
tinggi daripada dataran oklusal gigi yang normal.16
Posisi B : Bagian tertinggi dari pada gigi berada di bawah dataran oklusal
tapi lebih tinggi dari pada serviks molar dua (gigi tetangga).16
Posisi C : Bagian tertinggi dari gigi terpendam berada dibawah garis
serviks gigi molar dua.16`

2.5.2 Indikasi dan kontraindikasi
Indikasi:
1. Pembentukan kista
2. Adanya gejala inflamasi
3. Mengalami karies
4. Ada gejala akan menimbulkan karies pada gigi tetangga
5. Menimbulkan gejala neuralgiadisebabkan tekanan gigi pada syaraf
Kontraindikasi:
1. Apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut.
2. Kemungkinan menyebabkan gigi terdekat rusak atau stuktur penting
lainnya. Tindakan odontektomi beresiko tinggi untuk merusak jaringan dengan
membuka flep dan juga merusak tulang yang menghalangi akses terhadap gigi
yang impaksi. Apabila dikhawatirkan kerusakan yang akan diakibatkan

oleh

tindakan odontektomi tidak sebanding dengan manfaat yang didapatkan, maka
sebaiknya odontektomi tidak dilakukan (mempertimbangkan resiko manfaat).
3. Pada pasien yang berusia lanjut, tulang yang menutupi gigi impaksi akan
sangat termineralisasi dan padat sehingga akan menyulitkan dilakukan odontektomi.
Selain itu perlu diperhatikan juga keadaan umum pasien yang mungkin akan
menghambat keberhasilan penyembuhan setelah dilakukannya odontektomi.
4. Pada pasien dengan kesehatan umum yang terganggu misalnya
mengidap penyakit sistemik maka diperlukan konsultasi terlebih dahulu kepada
dokter yang bersangkutan sebelum melakukan tindakan bedah. Sedangkan untuk

14

pasien dengan keadaan mental yang terganggu dapat mengganggu tingkat
kooperatif pasien selama melakukan tindakan pembedahan.

2.5.3 Prosedur Odontektomi
Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi ke dalam lengkung rahang pada
kisaran waktu yang diperkirakan. Suatu gigi mengalami impaksi akibat gigi
tetangga, lapisan tulang yang padat, atau jaringan lunak yang tebal dan
menghambat erupsi. Karena gigi impaksi tidak erupsi, maka akan tertahan seumur
hidup pasien kecuali dilakukan pembedahan untuk mengeluarkannya. Namun,
harus diingat bahwa tidak semua gigi yang tidak erupsi dinyatakan mengalami
impaksi. Jadi, diagnosis impaksi membutuhkan pemahaman tentang kronologi
erupsi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi potensi erupsi.18 Umumnya, suatu
gigi mengalami impaksi akibat panjang lengkung gigi yang kurang adekuat dan
ruangan erupsi lebih kecil dibandingkan dengan panjang total lengkung gigi. Gigigeligi yang seringkali mengalami impaksi adalah gigi molar tiga rahang atas dan
bawah, gigi kaninus rahang atas dan premolar rahang bawah. Gigi molar tiga paling
sering mengalami impaksi karena merupakan gigi yang paling terakhir erupsi,
ruangan

erupsi

yang

dibutuhkannya

kurang

adekuat. Sejumlah

penelitian

mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi potensierupsi gigi molar tiga.
Menurut SOP odontektomi 2 beberapa penelitian longitudinal, gigi yang terlihat
mengalami impaksi pada usia 18 tahun memiliki kesempatan sebesar 30-50%
untuk erupsi sempurna pada usia 25 tahun. Dalam serangkaian penelitian di
Swedia, prevalensi impaksi ditemukan sebesar 45,8% .

2.5.3.1 Cara Pengambilan
a. Pengambilan secara intoto (dalam keadaan utuh)
Dengan cara membuang tulang yang menghalangi dan cara ini membutuhkan
pengambilan tulang yang lebih banyak dan menimbulkan trauma yang lebih besar,
tetapi pengebor tulang lebih mudah dari pada pengebor gigi.15
b. Pengambilan secara inseparasi

15

gigi yang terpendam dibelah dan dikeluarkan sebagian-sebagian. Disini kita akan
menseparasir gigi, kita pisahkan korona dari akar, kalau akar lebih dari satu maka
dipisahkan dan akar yang telah dipisah tersebut diambil satu persatu. Tujuannya
memperkecil pengeboran tulang.15

2.6 Lidokain
Lidokain (Xylocaine/Lignocaine) adalah obat anestesi lokal kuat yang
digunakan secara luas dengan pemberian topikal dan suntikan. Lidokain disintesa
sebagai anestesi lokal amida oleh Lofgren pada tahun 1943. Ia menimbulkan
hambatan hantaran yang lebih cepat, lebih kuat, lebih lama dan lebih ekstensif
daripada yang ditimbulkan oleh prokain. Tidak seperti prokain, lidokain lebih efektif
digunakan secara topikal dan merupakan obat anti disritmik jantung dengan
efektifitas yang tinggi. Untuk alasan ini, lidokain merupakan standar pembanding
semua obat anestesi lokal yang lain. Tiap mL mengandung: 2 – (Dietilamino) –
N – (2,6 – dimetil fenil) asetamida hidroklorida.

Gambar 3. Struktur lidokain
2.6.1 Farmakokinetik
Lidokain mudah diserap dari tempat suntikan, dan dapat melewati sawar darah
otak. Sekitar 70% (55-95%) lidokain dalam plasma terikat protein, hampir semuanya
dengan alfa 1 – acid glycoprotein. Distribusi berlangsung cepat, volume distribusi
adalah 1 liter per kilogram; volume ini menurun pada pasien gagal jantung. Tidak ada
lidokain yang diekskresi secara utuh dalam urin.

16

2.6.2 Farmakodinamik
Selain menghalangi hantaran sistem saraf tepi, lidokain juga mempunyai efek
penting pada sistem saraf pusat, ganglia otonom, sambungan saraf-otot dan semua
jenis serabut otot.

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Gigi impaksi adalah gigi yang gagal untuk erupsi secara utuh pada posisi yang
seharusnya. Hal ini dapat terjadi karena tidak tersedianya ruangan yang cukup pada
rahang untuk tumbuhnya gigi dan angulasi gigi yang tidak benar. Menurut Pedersen
gigi impaksi adalah gigi yang dalam erupsi normalnya terhalang, biasanya oleh gigi
disebelahnya atau jaringan patologis. Gigi molar ketiga rahang bawah tumbuh pada
usia 18-24 tahun dan merupakan gigi yang terakhir tumbuh, hal itulah yang
menyebabkan sering terjadinya impaksi gigi tersebut. Menurut beberapa ahli,
frekuensi impaksi gigi molar ketiga maksila adalah yang terbanyak dibandingkan
dengan molar ketiga mandibula. Fakta di Indonesia berbeda, frekuensi impaksi gigi
molar ketiga mandibula lebih banyak dari pada gigi molar ketiga maksila.1
Saat ini pencabutan bedah gigi molar ketiga yang terpendam dianggap sebagai
operasi rutin. Indikasi pencabutan gigi molar ketiga adalah gigi yang mengalami
kelainan, tidak dapat dipertahankan, dan memungkinkan terjadinya kerusakan
struktur sekitarnya, serta menimbulkan komplikasi lainnya. Upaya mengeluarkan gigi
impaksi terutama pada molar ketiga rahang bawah dilakukan dengan tindakan
pembedahan yang disebut sebagai odontektomi.3
Bagi sebagian pasien, prosedur atau tindakan odontektomi sering menyebabkan
stress atau kecemasan tersendiri. Pada keadaan stres atau cemas, medula kelenjar
adrenal akan mensekresikan nonepinefrin dan epinefrin, yang keduanya akan
menyebabkan vasokonstriksi sehingga meningkatkan tekanan darah. Perubahan
fisiologis dari rasa takut meliputi perubahan sistem saraf otonom termasuk fungsi
kardiovaskuler terutama kenaikan denyut nadi, tekanan darah, pernafasan, dan
aktifitas kelenjar keringat.4
Istilah anestesi diperkenalkan pertama kali oleh O.W. Holmes yang artinya tidak
ada rasa sakit. Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi lokal dan
anestesi umum. Anestesi lokal adalah hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilang

2

kesadaran, dan anestesi umum yaitu hilang rasa sakit disertai hilang kesadaran.
Tindakan anestesi digunakan untuk mempermudah tindakan operasi maupun
memberikan rasa nyaman pada pasien selama operasi.
Anestesi lokal didefinisikan sebagai suatu tindakan yang menyebabkan hilangnya
sensasi rasa nyeri pada sebagian tubuh secara sementara yang disebabkan adanya
depresi eksitasi di ujung saraf atau penghambatan proses konduksi pada saraf perifer.
Anestesi lokal menghilangkan sensasi rasa nyeri tanpa hilangnya kesadaran yang
menyebabkan anestesi lokal berbeda secara dramatis dari anestesi umum.
Anestesi lokal memberikan berbagai pengaruh terhadap sistem kardiovaskular.
Semua anestesi lokal merangsang sistem saraf pusat, menyebabkan kegelisan dan
tremor, yang mungkin dapat berubah menjadi kejang bila dalam dosis yang
berlebihan. Pengaruh utama anestesi lokal pada jantung ialah menyebabkan
penurunan ekstabilitas, kecepatan konduksi, dan kekuatan kontraksi. Menurut
Malamed, adrenalin dalam konsentrasi 1:80.000–1:100.000 tidak akan meningkatkan
tekanan darah secara dramatis.5
Lidokain adalah obat anestesi lokal kuat yang digunakan secara luas dengan
pemberian topikal dan suntikan. Lidokain disintesa sebagai anestesi lokal amida
oleh Lofgren pada tahun 1943. Lidokain menimbulkan hambatan hantaran yang
lebih cepat, lebih kuat, lebih lama dan lebih ekstensif daripada yang ditimbulkan
oleh prokain. Tidak seperti prokain, lidokain lebih efektif digunakan secara topikal
dan merupakan obat anti disritmik jantung dengan efektifitas yang tinggi. Untuk
alasan ini, lidokain merupakan standar pembanding semua obat anestesi lokal
yang lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Abdillah menyebutkan bahwa banyak faktor
seperti usia pasien, jenis kelamin, pendidikan, volume anestesi lokal, lama
pengobatan dan sulitnya prosedur mungkin penentu kuat dari tingkat peningkatan
tekanan darah. Semua parameter yang menunjukkan perubahan yang signifikan
secara statistik hanya dapat meningkat lebih pada pasien dengan medical
compromized dan pasien tersebut mungkin memerlukan tindakan pencegahan

3

lebih dan pemantauan rutin selama operasi. Berdasarkan hal di atas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang perubahan tekanan darah pada pasien
sebelum dan sesudah odontektomi.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, didapatkan
perumusan suatu permasalahan yaitu apakah terdapat perbedaan tekanan darah pada
pasien sebelum dan sesudah dilakukan tindakan odontektomi di Departemen Gigi
Mulut RSUP H. Adam Malik Medan

1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah pada pasien sebelum dan sesudah
dilakukan tindakan odontektomi di Departemen Gigi Mulut RSUP H.Adam Malik
Medan.

1.4 Hipotesis
1. Ada perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien sebelum dan
sesudah odontektomi di Departemen Gigi Mulut RSUP H.Adam Malik Medan.

1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.

Sebagai penelitian pendahuluan tentang perbedaan tekanan darah pada

pasien sebelum dan sesudah dilakukan tindakan odontektomi.
2.

Sebagai pertimbangan bagi operator untuk memperhatikan faktor yang

mempengaruhi tekanan darah pada pasien dan kemungkinan resiko yang dapat
muncul dari perubahan tekanan darah pada odontektomi sehingga dapat
meminimalisir resiko yang dapat muncul.

PERUBAHAN TEKANAN DARAH PASIEN SEBELUM DAN
SESUDAH ODONTEKTOMI DENGAN PENGGUNAAN
ANASTESI KOMBINASI LIDOKAIN 2% DAN
ADRENALIN1:80.000 PADA DEPARTEMEN GIGI MULUT RSUP
H. ADAM MALIK MEDANPADA TAHUN 2016
HASIL PENELITIAN

Oleh:
Martini Indah Amalia
NIM: 100600076

Pembimbing:
Eddy Anwar Ketaren, Drg

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2016

Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial
Tahun 2016

Martini Indah Amalia
Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Odontektomi Molar Ketiga
Menggunakan Anastesi Lidokain 1:80000 Di Departemen Bedah Mulut RSGM-P
FKG USU Periode 2016
x + 31 halaman.
Gigi impaksi adalah gigi yang gagal untuk erupsi secara utuh pada posisi yang
seharusnya.Indikasi pencabutan gigi molar ketiga adalah gigi yang mengalami
kelainan. tidak dapat dipertahankan, dan memungkinkan terjadinya kerusakan
struktur sekitarnya, serta menimbulkan komplikasi lainnya.Tujuan penelitian untuk
mengetahui perbedaan tekanan darah pada pasien sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan odontektomi di Departemen Bedah Mulut Rumah Sakit Gigi Mulut
Pendidikan (RSGMP) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas iSumatera Utara.Jenis
penelitian ini adalah penelitian observasi analitik dengan rancangan penelitian crosssectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien mahasiswa kepaniteraan
klinik

di

Departemen

Bedah

Mulut

yang

akan

dilakukan

tindakan

odontektomi.Penentuan sampel penelitian dengan purposive sampling yang
berdasarkan kepada kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yaitu sebanyak 34 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa data tekanan darah sistolik sebelum
anastesi,sesudah anastesi dan setelah odontektomi berdistribusi normal dimana P
>0.05, sedangan data tekanan darah diastolik sebelum anastesi, sesudah anastesi dan
setelah odontektomi tidak berdistribusi normal dimana P

Dokumen yang terkait

Prevalensi Molar Tiga Padamahasiswa Suku Tionghoa Ditinjau Menggunakan Radiografipanoramik Di Fkg Usu

3 91 56

Perubahan Tekanan Darah dan Denyut Nadi pada Pasien Sebelum dan Sesudah Pencabutan Gigi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU Periode Oktober-November 2013

13 111 67

Prevalensi Odontektomi Molar Tiga Rahang Bawah Di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Pada Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Usia

11 119 48

Tingkat Pengetahuan penggunaan Antibiotik Oleh Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Periode september 2013 – maret 2014

4 77 84

Perbandingan Penggunaan Lidokain Dengan Kombinasi Adrenalin 1:100.000 Dan Artikain Dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000 Pada Perubahan Tekanan Darah Pasien Di Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU Tahun 2016

1 21 68

Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Odontektomi Molar Ketiga Menggunakan Anastesi Lidokain 1:80000 Di Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Periode 2016

0 0 12

Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Odontektomi Molar Ketiga Menggunakan Anastesi Lidokain 1:80000 Di Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Periode 2016

0 0 3

Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Odontektomi Molar Ketiga Menggunakan Anastesi Lidokain 1:80000 Di Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Periode 2016

0 0 13

Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Odontektomi Molar Ketiga Menggunakan Anastesi Lidokain 1:80000 Di Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Periode 2016

0 0 2

Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Odontektomi Molar Ketiga Menggunakan Anastesi Lidokain 1:80000 Di Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Periode 2016

0 0 6