Prevalensi Odontektomi Molar Tiga Rahang Bawah Di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Pada Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Usia

(1)

PREVALENSI ODONTEKTOMI MOLAR TIGA RAHANG BAWAH DI DEPARTEMEN BEDAH MULUT RSGMP FKG USU

PADA TAHUN 2012 BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN USIA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

NADYA ANNISA PUTRI NIM : 090600151

Pembimbing :

Indra Basar Siregar, drg., M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2014

Nadya Annisa Putri

Beberapa penelitian menemukan persentase molar tiga terpendam yang cukup tinggi, dan sering menimbulkan masalah dan penyakit seperti migren, kepala pusing, sakit saat membuka mulut, dan telinga berdengung sehingga harus ditangani dengan tindakan odontektomi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi odontektomi molar tiga rahang bawah berdasarkan jenis kelamin dan untuk mengetahui prevalensi odontektomi molar tiga rahang bawah berdasarkan usia di departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU pada tahun 2012 dengan sampel sebanyak 101 orang dengan kriteria inklusi data rekam medik yang berisi data pasien yang dilakukan tindakan odontektomi molar tiga terpendam rahang bawah di klinik Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU pada tahun 2012 dan data rekam medik yang berisi data pasien dengan molar tiga terpendam rahang bawah pada tahun 2012. Data dianalisa dengan cara menghitung persentase hasil pencatatan data sekunder rekam medik dari pasien yang mengalami pengambilan molar tiga terpendam rahang bawah dengan tindakan odontektomi pada tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin, dan usia di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jenis kelamin responden sebanyak 31,7% laki-laki dan 68,3% perempuan. Usia responden terbanyak adalah 22 tahun sebanyak 11,9%.

Departemen bedah mulut RSGMP FKG USU diharapkan untuk mengadakannya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menyebabkan tingginya persentase odontektomi molar tiga rahang bawah dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan metode yang lebih baik.


(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Hasil Penelitian Ini Telah Disetujui Oleh Dosen Pembimbing Skripsi Untuk Diajukan Ke Seminar Hasil

Medan, 17 Februari 2014

Pembimbing: Tanda tangan

Indra Basar, drg, M.Kes ………....


(4)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi Ini Telah Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Pada Tanggal 20 Februari 2014

TIM PENGUJI SKRIPSI KETUA : Hendry Rusdy, drg., Sp.BM., M.Kes ANGGOTA : 1. Indra Basar Siregar, drg., M.Kes

2. Olivia Avriyani Hanafiah, drg., Sp.BM 3. Rahmi Syafilda, drg., Sp.BM


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa akhirnya skripsi ini telah selesai disusun penulis sebagai syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara di Medan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyal mendapatkan bimbingan, pengarahan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini mengucapkan terimakasih kepada:

1. 1. Eddy Anwar Ketaren, drg, Sp.BM, selaku ketua departemen di departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan masukan dalam penulisan skipsi ini.

2. 2. Indra Basar Siregar, drg, M.Kes, selaku dosen pemimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk memimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. 3. Yendriwati, drg, M.Kes, selaku dosen pemimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Univeristas Sumatera Utara.

4. 4. Seluruh staf pengajar di Bagian Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi USU yang telah ikut memberi masukan dan perbaikan dalam penulisan skripsi ini. 5. 5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran Gigi USU yang telah

mendidik dan membimbing penulis selama menuntut ilmu.

6. 6. Ucapan terima kasih dan penghormatan penulis kepada orang tua tercinta, Drs. H. Bahrumsyah MM dan Dra. Hj. Bidasari Daulay Mpd yang telah membesarkan, mendidik serta memberi dukungan moril dan materil yang tidak terbatas oleh penulis.

7. 7. Terima kasih kepada kakak tersayang, Rumita Ena Sari SKM., MKM dan Arisa Mukharliza S.ip Muhammad Imam Akbar S.Ked dan Efril Handyanto, drg yang telah memberikan banyak dukungan, inspirasi, semangat dan doa kepada penulis.

8. 8. Sahabat-sahabat terbaik penulis Lili, Aidil, Wanda, Syarifah, Sherly, Mira, Filzah, Indira, Langgeng, Wira, Indra, AndrA, Vita dan Annisa Rizki yang telah memberikan doa, semangat, dukungan dan bantuan untuk menyelesaikan skripsi ini.


(6)

Medan, 17 Februari 2014 Penulis

(Nadya Annisa Putri) NIM. 090600151


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Pengertian ... 4

2.2 Etiologi Gigi Terpendam ... 4

2.2.1 Etiologi Gigi Terpendam Menurut Berger ... 5

2.3 Gigi Yang Paling Sering Mengalami Terpendam ... 6

2.4 Pertumbuhan Molar Ketiga Pada Rahang ... 7

2.5 Indikasi Dan Kontra Indikasi Ondontektomi ... 8

2.6 Prosedur Ondontektomi ... 9

2.6.1 Klasifikasi ... 10

2.6.2 Cara Pengambilan ... 10

2.7 Teknik Operasi ... 12

2.8 Komplikasi Pasca Operasi ... 13

2.8.1 Perawatan Pasca Bedah ... 13

BAB III.METODOLOGI PENELITIAN ... 18

3.1 Jenis Penelitian ... 18

3.2 Lokasi dan Waktu Prnrlitian ... 18

3.3 Populasi dan Sampel ... 18

3.3.1 Populasi ... 18

3.3.2 Sampel ... 18

3.4 Variabel dan Definisi Operasional ... 19

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 20

3.6 Pengolahan Data ... 20

3.7 Analisa Data ... 20

BAB IV.HASIL PENELITIAN ... 21

4.1 Prevalensi Ondontektomi ... 21

4.2 Prevalensi Molar Tiga Terpendam Rahang Bawah Berdasarkan Jenis Kelamin ... 21


(8)

BAB V. PEMBAHASAN ... 24

BAB VI.KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

6.1 Kesimpulan ... 26

6.2 Saran ... 26


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Variabel Dan Definisi Operasional ... 19 Tabel 4.2 Prevalensi Ondontektomi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 21 Tabel 4.3 Prevalensi Ondontektomi Berdasarkan Usia ... 22


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Alur Penelitian ... 15 Kerangka Teori ... 16 Kerangka Konsep ... 17


(11)

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 4.2 Prevalensi Ondontektomi Molar Tiga Rahang Bawah

Berdasarkan Jenis Kelamin ... 22

Grafik 4.3 Prevalensi Ondontektomi Molar Tiga Terpendam Rahang Bawah Berdasarkan Usia ... 23


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Jadwal Penelitian ... 29 Anggaran Penelitian ... 31 Riwayat Hidup ... 32


(13)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2014

Nadya Annisa Putri

Beberapa penelitian menemukan persentase molar tiga terpendam yang cukup tinggi, dan sering menimbulkan masalah dan penyakit seperti migren, kepala pusing, sakit saat membuka mulut, dan telinga berdengung sehingga harus ditangani dengan tindakan odontektomi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi odontektomi molar tiga rahang bawah berdasarkan jenis kelamin dan untuk mengetahui prevalensi odontektomi molar tiga rahang bawah berdasarkan usia di departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU pada tahun 2012 dengan sampel sebanyak 101 orang dengan kriteria inklusi data rekam medik yang berisi data pasien yang dilakukan tindakan odontektomi molar tiga terpendam rahang bawah di klinik Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU pada tahun 2012 dan data rekam medik yang berisi data pasien dengan molar tiga terpendam rahang bawah pada tahun 2012. Data dianalisa dengan cara menghitung persentase hasil pencatatan data sekunder rekam medik dari pasien yang mengalami pengambilan molar tiga terpendam rahang bawah dengan tindakan odontektomi pada tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin, dan usia di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jenis kelamin responden sebanyak 31,7% laki-laki dan 68,3% perempuan. Usia responden terbanyak adalah 22 tahun sebanyak 11,9%.

Departemen bedah mulut RSGMP FKG USU diharapkan untuk mengadakannya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menyebabkan tingginya persentase odontektomi molar tiga rahang bawah dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan metode yang lebih baik.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan suatu fase kehidupan manusia antara kanak-kanak menjadi dewasa. Pada masa remaja pun di dalam rongga mulut kita terjadi perkembangan, yaitu tumbuhnya gigi molar tiga. Tumbuhnya gigi molar ketiga, menjadi tanda bahwa seseorang sudah menjadi lebih dewasa. Gigi molar ketiga merupakan gigi yang terakhir tumbuh diantara gigi permanen yang lainnya, yaitu pada usia 18-24 tahun.1

Gangguan erupsi molar ketiga merupakan suatu keadaan dimana gigi tumbuh terhalang atau terblokir, biasanya oleh gigi dekatnya atau jaringan patologis sehingga tidak tumbuh sempurna pada lengkung rahang sehingga kedudukannya terganggu, yang disebut dengan impaksi.2 Penyebab gigi impaksi adalah banyak, tetapi yang paling lazim adalah tidak cukupnya ruang pada rahang untuk menampung semua gigi, dan karenanya gigi yang erupsi lebih dahulu mungkin atau dapat menempati sebagian atau seluruh ruang yang seharusnya ditempati oleh gigi-gigi yang erupsi belakangan, yakni gigi kaninus dan molar ketiga.3

Menurut Hattab, dkk. (1999), dari Fakultas Kedokteran Gigi di Yordania, menemukan bahwa 33,6% pada subjek yang berusia 20 tahun mengalami gigi molar tiga terpendam, sedangkan di Saudi prevalensi gigi molar tiga terpendam adalah 31,9%.2 Sujata, dkk. (2011), pada mahasiswa/i kedokteran gigi molar tiga terpendam mencapai 30%.4

Penanganan gigi terpendam molar ketiga harus ditangani seksama dan sedini mungkin. Penanganan untuk gigi terpendam disebut odontektomi. Odontektomi dilakukan untuk mencegah terjadinya karies pada gigi tetangganya, kelainan periodontal, dan perikoronitis. Dalam melaksanakan perawatan atau tindakan, pasti ditemukan komplikasi-komplikasi akibat dari pencabutan gigi (odontektomi). White dkk melaporkan bahwa 37% dari pasien yang menjalani operasi mengindikasikan bahwa mereka mengalami nyeri sebelumnya dan bengkak, yang berhubungan dengan molar ketiga dan molar ketiga ingin akan dicabut untuk mencegah kambuhnya gejala-gejala ini. Pengangkatan gigi molar ketiga adalah suatu prosedur bedah mulut. Komplikasi pasca operasi seperti nyeri, perdarahan, pembengkakan, infeksi, saraf parastesia memerlukan perhatian segera dari tim klinis.1


(15)

Beberapa penelitian menemukan presentase molar tiga terpendam yang cukup tinggi, dan sering menimbulkan masalah dan penyakit seperti migren, kepala pusing, sakit saat membuka mulut, dan telinga berdengung sehingga harus ditangani dengan tindakan odontektomi. Hal ini lah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini di Medan, khususnya di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan tersebut diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Berapa prevalensi odontektomi molar tiga rahang bawah berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2012 di klinik Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU ?

2. Berapa prevalensi Odontektomi molar tiga rahang bawah berdasarkan usia pada tahun 2012 di klinik Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui prevalensi odontektomi molar tiga rahang bawah berdasarkan jenis kelamin.

2. Untuk mengetahui prevalensi odontektomi molar tiga rahang bawah berdasarkan usia.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan diketahuinya prevalensi odontektomi molar tiga rahang bawah di Departemen Bedah Mulut RSGMP USU pada tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin, dan usia, diharapkan dapat menjadi:

1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai gigi molar tiga terpendam utamanya bagi penulis sendiri.

2. Dasar penelitian lebih lanjut tentang tindakan odontektomi molar tiga rahang bawah di Departemen Bedah Mulut RSGMP USU pada tahun 2012.

3. Informasi dan masukan bagi tenaga kesehatan gigi dan masyarakat tentang masalah gigi terpendam dan tindakan odontektomi serta menambah ilmu pengetahuan itu sendiri.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian

Definisi odontektomi menurut Archer (1975) yaitu pengeluaran satu atau beberapa gigi secara bedah dengan cara membuka flap mukoperiostal, kemudian dilakukan pengambilan tulang yang menghalangi dengan tatah atau bur, menurut Pederson (1996).3

Odontektomi adalah pengeluaran gigi yang dalam keadaan tidak dapat bertumbuh atau bertumbuh sebagian (impaksi) dimana gigi tersebut tidak dapat dikeluarkan dengan cara pencabutan tang biasa melainkan diawali dengan pembuatan flap mukoperiostal, diikuti dengan pengambilan tulang undercut yang meghalangi pengeluaran gigi tersebut, sehingga diperlukan persiapan yang baik dan rencana operasi yang tepat dan benar dalam melakukan tindakan bedah pengangkatan molar bawah yang terpendam, untuk menghindari terjadinya komplikasi-komplikasi yang tidak diinginkan.4

2.2 Etiologi Gigi Terpendam

Pada umumnya gigi susu mempunyai besar dan bentuk yang sesuai dengan lengkung rahang. Tetapi pada saat gigi susu tanggal tidak terjadi celah antar gigi, maka diperkirakan akan tidak cukup ruang bagi gigi permanen penggantinya sehingga bisa terjadi gigi berjejal dan hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya gigi terpendam.6

Gigi terpendam biasanya diartikan untuk gigi yang erupsinya oleh sesuatu sebab terhalang, sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal di dalam deretan susunan gigi geligi.7

Hambatan halangan ini biasanya berupa : 9. a. Hambatan dari sekitar gigi7

Dapat terjadi oleh karena :

1. 1. Tulang yang tebal serta padat 2. 2. Tempat untuk gigi tersebut kurang

3. 3. Gigi tetangga menghalangi erupsi gigi tersebut 4. 4. Adanya gigi desidui yang persistensi


(17)

6. 6. Letak benih abnormal: •- Horizontal

•- Vertikal •- Kaudal

•- Distal dan lain-lain

1. 7. Daya erupsi gigi tersebut kurang a. b. Hambatan dari gigi itu sendiri7

1. Letak benih abnormal •- Horizontal •- Vertikal •- Kaudal •- Distal

2. Daya erupsi gigi yang kurang

2.2.1 Etiologi Gigi Terpendam Menurut Berger7

Etiologi gigi terpendam menurut Berger terbagi atas kausa lokal dan kausa umum, sebagai berikut:

A. Kausa Lokal7

1. 1. Posisi gigi yang abnormal

2. 2. Tekanan terhadap gigi tersebut dari gigi tetangga 3. 3. Penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut 4. 4. Kurangnya tempat untuk gigi tersebut

5. 5. Gigi desidui persistensi ( tidak mau tanggal ) 6. 6. Pencabutan gigi yang prematur

7. 7. Inflamasi yang kronis yang menyebabkan penebalan mukosa sekeliling gigi

8. 8. Adanya penyakit-penyakit yang menyebabkan nekrose tulang karena inflamasi atau abses yang ditimbulkannya

9. 9. Perubahan-perubahan pada tulang karena penyakit eksantem pada anak-anak

B. Kausa Umum7

1. 1. Kausa prenatal a. a. Keturunan


(18)

b. b. Miscegenation 1. 2. Kausa postnatal

Semua keadaan atau kondisi yang dapat mengganggu pertumbuhan pada anak-anak seperti:

a. a. Riketsia b. b. Anemi

c. c. Siphilis kongenital d. d. T.B.C

e. e. Gangguan kelenjar endokrin f. f. Malnutrisi

1. 3. Kelainan Pertumbuhan

a. a. Kleido kranial disostosis b. b. Oksisefali

c. c. Progeria d. d. Akondroplasia e. e. Celah-celah langit

2.3 Gigi Yang Paling Sering Mengalami Terpendam

Gigi impaksi merupakan sebuah fenomena yang sering terjadi di masyarakat. Merupakan potensial yang terus menerus dapat menimbulkan keluhan sejak gigi mulai erupsi. Keluhan utama yang paling sering dirasakan adalah rasa sakit dan pembengkakan yang terjadi di sekeliling gusi gigi bahkan kadang-kadang dapat mempengaruhi estetis.8 Gigi molar tiga adalah gigi yang paling akhir erupsi dalam rongga mulut, yaitu pada usia 18-24 tahun. Keadaan ini kemungkinan menyebabkan gigi molar tiga lebih sering mengalami impaksi dibandingkan gigi yang lain karena sering kali tidak tersedia ruangan yang cukup bagi gigi untuk erupsi. Beberapa penelitian menemukan prevalensi gigi molar tiga terpendam yang cukup tinggi, dan gigi terpendam juga sering menimbulkan masalah bagi penderitanya, yaitu terjadinya kualitas hidup.8

2.4 Pertumbuhan Molar Ketiga Pada Rahang

Rata-rata gigi molar ketiga bawah mengalami kalsifikasi pada usia 9 tahun dan erupsi penuh pada usia 20 tahun. Proses pembentukan akar sempurna terjadi pada usia 22 tahun. Dengan keluarnya gigi molar ketiga, maka selesailah proses


(19)

erupsi aktif gigi tetap. Puncak tonjol mesial dan distal dari gigi ketiga bawah dapat di identifikasi pada usia kurang dari 8 tahun. Kalsifikasi enamel lengkap terjadi pada usia 12 sampai 16 tahun. Erupsi terjadi anatara usia 15 sampai 21 tahun atau lebih dan akar terbentuk lengkap antara usia 18 sampai 25 tahun.9 Molar ketiga bawah klasik mempunyai bentuk mahkota yang sangat mirip dengan kedua bawah, dengan 4 kuspis dan morfologi molar bawah yang khas seperti yang telah diuraikan sebelumnya, tetapi dengan lebih banyak fisura tambahan yang berjalan dari fossa sentral. Seperti pada gigi geraham bungsu atas, bentuk dasarnya menjadi sasaran banyak variasi.10

Bila dilihat dari permukaan oklusal, kecembungan permukaan bukal yang jelas mudah dibedakan dari permukaan lingual yang lebih datar. Bagian oklusal periperal secara keseluruhan serupa dengan molar bawah lain yang secara kasar berbentuk bujur atau empat persegi, tetapi sudutnya cenderung lebih membulat sampai tingkat beberapa molar ketiga bawah mempunyai bagan oklusal hampir bundar. Lebar bukolingual gigi ini terkecil pada ujung distal.10

Pada dasarnya dua akar, satu mesial dan satu distal, mirip dengan molar bawah lain, kecuali bahwa ia lebih pendek dan tidak berkembang baik atau bisa cenderung saling berfusi menjadi satu massa kerucut dalam beberapa kasus. Lengkungan akar selalu ke distal, dan biasanya lebih besar daripada molar kedua bawah. Dengan cara yang sama, lengkungan akar molar kedua bawah distal lebih jelas daripada molar pertama bawah.10

Kronologi Pertumbuhan Gigi Molar Ketiga:9

a. a. Tahap insisi, terjadi pada umur 3.5 – 4 tahun. Tahap insisi adalah permulaan pembentukan kuntum gigi dari jaringan epitel mulut.

b. b. Kalsifikasi dimulai, pada umur 8-10 tahun c. c. Pembentukan mahkota, pada umur 12-16 tahun d. d. Tahap erupsi, pada umur 17-21 tahun

e. e. Pembentukan akar selesai, terjadi pada umur 18-25 tahun.

2.5 Indikasi Dan Kontra Indikasi Odontektomi

Indikasi dan kontraindikasi dilakukan tindakan odontektomi gigi impaksi yaitu:

A. Indikasi :7


(20)

2. 2. Pembentukan kista 3. 3. Ada gejala inflamasi 4. 4. Mengalami karies

5. 5. Ada gejala akan menimbulkan karies pada gigi tetangga

B. Kontraindikasi :11

1. 1. Apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut.

2. 2. Kemungkinan menyebabkan gigi terdekat rusak atau stuktur penting lainnya.

Tindakan odontektomi beresiko tinggi untuk merusak jaringan dengan membuka flap dan juga merusak tulang yang menghalangi akses terhadap gigi yang impaksi. Apabila dikhawatirkan kerusakan yang akan diakibatkan oleh tindakan odontektomi tidak sebanding dengan manfaat yang didapatkan, maka sebaiknya odontektomi tidak dilakukan. (mempertimbangkan resiko manfaat)

1. 3. Penderita usia lanjut.

Pada pasien yang berusia lanjut, tulang yang menutupi gigi impaksi akan sangat termineralisasi dan padat sehingga akan menyulitkan dilakukan odontektomi. Selain itu perlu diperhatikan juga keadaan umum pasien yang mungkin akan menghambat keberhasilan penyembuhan setelah dilakukannya odontektomi.

1. 4. Kondisi fisik atau mental terganggu.

Pada pasien dengan kesehatan umum yang terganggu misalanya mengidap penyakit sistemik maka diperlukan konsultasi terlebih dahulu kepada dokter yang bersangkutan sebelum melakukan tindakan bedah. Sedangkan untuk pasien dengan keadaan mental yang terganggu dapat mengganggu tingkat kooperatif pasien selama melakukan tindakan pembedahan.

2.6 Prosedur Odontektomi Definisi


(21)

kisaran waktu yang diperkirakan. Suatu gigi mengalami impaksi akibat gigi tetangga, lapisan tulang yang padat, atau jaringan lunak yang tebal dan menghambat erupsi. Karena gigi impaksi tidak erupsi, maka akan tertahan seumur hidup pasien kecuali dilakukan pembedahan untuk mengeluarkannya. Namun, harus diingat bahwa tidak semua gigi yang tidak erupsi dinyatakan mengalami impaksi. Jadi, diagnosis impaksi membutuhkan pemahaman tentang kronologi erupsi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi potensi erupsi (Peterson dkk., 2004).13 Umumnya, suatu gigi mengalami impaksi akibat panjang lengkung gigi yang kurang adekuat dan ruangan erupsi lebih kecil dibandingkan dengan panjang total lengkung gigi. Gigi-geligi yang seringkali mengalami impaksi adalah gigi molar tiga rahang atas dan bawah, gigi kaninus rahang atas dan premolar rahang bawah. Gigi molar tiga paling sering mengalami impaksi karena merupakan gigi yang paling terakhir erupsi, ruangan erupsi yang dibutuhkannya kurang adekuat. Sejumlah penelitian mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi potensi erupsi gigi molar tiga. Menurut SOP Odontektomi 2 beberapa penelitian longitudinal, gigi yang terlihat mengalami impaksi pada usia 18 tahun memiliki kesempatan sebesar 30-50% untuk erupsi sempurna pada usia 25 tahun. Dalam serangkaian penelitian di Swedia, prevalensi impaksi ditemukan sebesar 45,8% (Anonim, 1997)

2.6.1 Klasifikasi

Menurut Pell and Gregory, yang meliputi sebagian klasifikasi dari George B. Winter, diketahui bahwa klasifikasi pada molar tiga mandibula terpendam, agar operator dapat menentukan klasifikasi suatu gigi molar tiga mandibula terpendam dilakukan dengan bantuan Ro-foto dan posisi gigi terpendam itu di tulang rahang. Ro-foto yang diperlukan disini adalah intra oral radiograf, lateral jaw radiograf, bite wing radiograf, dan oklusal radiografi.5,7

A. A. Hubungan gigi dengan tepi ramus antara mandibula dan tepi distal molar dua.

Klas I : Ada cukup ruangan antara ramus dan batas distal molar dua untuk lebar mesio distal molar tiga.12

Klas II : Ruangan antara distal molar dua dan ramus lebih kecil dari pada lebar mesio distal molar tiga.12


(22)

ramus.12

A. B. Dalamnya molar tiga terpendam di tulang rahang.

Posisi A : Bagian tertinggi gigi terpendam teletak setinggi atau lebih tinggi dari pada dataran oklusal gigi yang normal.12

Posisi B : Bagian tertinggi dari pada gigi berada di bawah dataran oklusal tapi lebih tinggi dari pada serviks molar dua (gigi tetangga).12 Posisi C : Bagian tertinggi dari gigi terpendam berada dibawah garis

serviks gigi molar dua.12

A. C. Posisi aksis memanjang dari pada gigi molar tiga terhadap aksis molar dua.7

1. 1. Vertikal 2. 2. Horizontal

3. 3. Inveted (terbalik/kaudal) 4. 4. Mesio angular

5. 5. Disto angular 6. 6. Buko angular 7. 7. Linguo angula

A. D. Jumlah atau Keadaan akar7 a. a. Angulasi dan Posisi

1. 1. Vertikal 2. 2. Horizontal 3. 3. Transversal 4. 4. Mesio angular 5. 5. Disto angular

6. 6. Posisi yang menyamping

2.6.2 Cara Pengambilan 1.

1. Pengambilan secara intoto (dalam keadaan utuh), dengan cara membuang tulang yang menghalangi dan cara ini membutuhkan pengambilan tulang yang lebih banyak dan menimbulkan trauma yang lebih besar, tetapi pengebor tulang lebih mudah dari pada pengebor gigi.7

2.

2. Pengambilan secara inseparasi, gigi yang terpendam dibelah dan dikeluarkan sebagian-sebagian. Disini kita akan menseparasir gigi, kita pisahkan korona dari akar, kalau akar lebih dari satu maka dipisahkan dan


(23)

akar yang telah dipisah tersebut diambil satu persatu. Tujuannya memperkecil pengeboran tulang.7

3. 3. Pada rontgen foto harus dapat dibaca: a.

a. Posisi dari gigi terpendam dengan bentuk dan besarnya gigi, relasinya dengan gigi tetangga dan jaringan sekitarnya.7

b.

b. Keadaan akar gigi misalnya jumlah, panjang, besar kurva tura akar, juga harus dilihat ada tidaknya ankilosis, hipersementosis dan bentuk akar.7

c.

c. Banyak dan tebal tulang alveolar yang merintangi gigi tersebut dilihat dari segala pihak, mislanya lingual atau palatinal, labial dan bukal.7

2.7 Teknik Operasi7

Beberapa teknik operasi untuk dilakukannya tindakan odontektomi molar tiga rahang bawah:

1. Membuat insisi untuk pembuatan flap Syarat-syarat flap:

a. a. Harus membuka daerah operasi yang jelas. b. b. Insisi terletak pada jaringan yang sehat.

c. c. Mempunyai dasar atau basis cukup lebar sehingga pengaliran daerah ke flap cukup baik.

2. Pengambilan Tulang

Bila gigi terpendam seluruhnya dilapisi tulang, maka tulang dapat dibuang dengan bur atau pahat. Bur yang dipakai yaitu bur yang bulat dan tajam, ada yang menyukai nomor 3-5 yaitu yang besar, apabila banyak tulang yang harus dibuang. Tetapi harus disediakan juga bur kecil untuk membuang tulang penghalang. Dilakukan irigasi disaat pengeburan dilakukan untuk mengurangi panas yang timbul waktu mengebur, supaya tidak terjadi nekrose tulang. Perlu diperhatikan bahwa tulang bagian lingual tidak diambil, karena ada suatu modifikasi untuk mempercepat pengambilannya dapat dibuat suatu muko osteoflap di sebelah lingual (tidak dilakukan dengan pengambilan lokal anestesi) dan dilakukan bila gigi molar tiga terpendam mengarah ke lingual. Dengan mengembalikan mukosanya maka tulang nya juga dikembalikan. 3. Pengambilan Gigi


(24)

Dapat dilakukan secara:

a. a. Intoto ( utuh ) : gigi dikeluarkan secara bulat ( utuh ). b. b. Separasi ( terpisah ) : gigi dibelah dulu baru dikeluarkan. 4. Pemberisihan Luka7

a. a. Folikel harus di bersihkan atau di buang, karena dapat menyebabkan kista residual.

b. b. Sisa enamel organ harus dibersihkan untuk menghindari terjadinya kista residual.

c. c. Tepi tulang yang runcing harus di haluskan dengan bur atau dengan bone file setelah itu rongga dibersihkan dengna semprotan air garam fisiologis 0,9% agar pecahan partikel-partikel tulang dapat keluar semua dan dihisap dengan suktor.

d. d. Alveolus dapat di isi dengan terragas ( drain ), white head varnish, vasenol, bubuk sulfa.

2.8 Komplikasi Pasca Operasi7 1. 1. Jahitan terbuka.

2. 2. Rasa sakit dan pembengkakan normal apabila terjadi smapai hari ke 5, apabila setelah 5 hari masih sangat sakit, khawatir terjadinya dry socket.

3. 3. Bila nervus terpotong terjadi parastesi yang lama pada seluruh daerah yang di inervasi nervus tersebut. Pada molar ketiga yang dikhawatirkan yaitu terkenanya atau terpotongnya nervus fasialis yang berakibat mulut pasien bisa menjadi merot (miring sebelah).

4. 4. Terlukanya bibir atau mukosa oleh karena tang ekstraksi, respatorium dan alat-alat lain yang dipergunakan sehingga dapat terjadi inflamasi sekitar bibir dan mukosa mulut.

5. 5. Pada waktu operasi terjadi fraktur prosesus alveolaris. 6. 6. Gigi tetangga dapat menjadi:

a. a. Gangren b. b. Nekrose

c. c. Mobiliti (goyah) 7. Dapat terjadi osteomielitis.


(25)

sinus maksilaris, oleh karena itu operator harus hati-hati bekerja.

2.8.1 Perawatan Pasca Bedah7

Bila sudah bersih, flap dikembalikan ke tempatnya dan dijahit. Pada pasien diberikan obat-obatan seperti :

a. a. Antibiotik b. b. Analgetika c. c. Anti Inflamasi

d. d. Vitamin untuk menaikkan daya tahan tubuh Pada pasien diberikan petunjuk tertulis:

a. a. Menggigit tampon

b. b. Pasien dilarang berkumur-kumur selama 24 jam

c. c. Tampon diganti dengan tangan yang bersih bila masih berdarah

d. d. Tampon steril yang dletakkan pada luka harus dubuang setelah 30 menit oleh karena dapat menyebabkan insfeksi

e. e. Pasien harus istirahat yang cukup

f. f. Bila terjadi perdarahan maka dilakukan dengan cara : •- membersihkan luka

•- mencari penyebab •- pemberian hemostatika

a. g. Pasien memakan makanan yang lunak dan bergizi

b. h. Kontrol pasien dilakukan setiap hari sampai jahitan terbuka

c. i. Luka dibersihkan dengan air garam fisiologi atau aquadest kemudian diolesi iodine 1-3% atau gentran ( setelah 5 hari jahitan dibuka )


(26)

Alur Penelitian

Prevalensi odontektomi molar tiga rahang bawah di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU pada tahun 2012 berdasrkan jenis kelamin dan usia

Populasi

Seluruh pasien dengan kasus odontektomi molar tiga rahang bawah di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU pada tahun 2012

Sampel

Seluruh pasien odontektomi molar tiga rahang bawah di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU pada tahun 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

dalam penelitian ini

Variabel a. 1. Odontektomi b. 2. Jenis kelamin c. 3. Usia

Rekam medik

Data diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik

Analisa data

Hitung prevalensi odontektomi molar tiga rahang bawah di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU pada tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin dan usia


(27)

KERANGKA TEORI

DEFINISI ETIOLOGI

ODONTEKTOMI


(28)

KERANGKA KONSEP

ODONTEKTOMI

PREVALENSI

JENIS KELAMIN

USIA


(29)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara survei deskriptif yaitu untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tentang prevalensi odontektomi molar tiga rahang bawah di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU pada tahun 2013.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Medan pada bulan September 2013.

3.3 Populasi Dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang mengalami pengambilan molar tiga terpendam rahang bawah dengan tindakan odontektomi di klinik Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU pada tahun 2013 yang berjumlah 101 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang mengalami pengambilan molar tiga terpendam rahang bawah dengan tindakan odontektomi yang dilakukan diklinik Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU pada tahun 2013 dengan jumlah 101 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini. Kriteria Inklusi:

a. Data rekam medik yang berisi data pasien yang melakukan tindakan odontektomi molar tiga terpendam rahang bawah di klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU pada tahun 2012.

b. Data rekam medik yang berisi data pasien dengan molar tiga terpendam rahang bawah pada tahun 2012.

Kriteria Eksklusi:

a. Data rekam medik yang berisi data pasien dengan gigi molar tiga rahang bawah erupsi sempurna di Departemen Bedah Mulut FKG USU pada tahun 2012.


(30)

3.4 Variabel Dan Definisi Operasional

Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel Definisi operasional

Odontektomi Operasi bedah mulut untuk mengangkat

gigi karena gigi terhadap erupsinya oleh struktur keras dan sekelilingnya

• Pengeluaran gigi yang dalam keadaan tidak dapat bertumbuh

• Pengeluaran gigi yang dalam keadaan bertumbuh sebagian dimana gigi tersebut tidak dapat dikeluarkan dengan menggunakan cara pencabutan tang biasa melainkan dengan cara pembukaan jaringan (keras atau lunak) yang menutupi jalan keluar gigi tersebut

• Tindakan pembedahan untuk

mengeluarkan gigi yang tertanam di bawah tulang atau mukosa

Usia Usia pada status rekam medik pasien

Jenis Kelamin Pasien yang berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara mencatat data sekunder rekam medik pasien di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini pada tahun 2013.

3.6 Pengolahan Data


(31)

3.7 Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan cara menghitung presentase hasil pencatatan data sekunder rekam medik dari pasien yang mengalami pengambilan molar tiga terpendam rahang bawah dengan tindakan odontektomi pada tahun 2012 berdasarkan usia, jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU.


(32)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Prevalensi Odontektomi

Dari hasil penelitian diperoleh prevalensi tindakan odontektomi molar tiga rahang bawah berdasarkan jenis kelamin dan usia yang dilakukan di klinik Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU pada tahun 2012 dengan populasi sebanyak 101 orang dan keseluruhan populasi dijadikan sampel.

4.2 Prevalensi odontektomi molar tiga rahang bawah berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.2. Prevalensi odontektomi molar tiga terpendam rahang bawah di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2013.

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki – laki 32 31,7%

2 Perempuan 69 68,3%

Jumlah 101 100%

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, prevalensi tindakan odontektomi dengan jenis kelamin perempuan adalah yang terbesar sebanyak 68,3%.


(33)

Laki - Laki Perempuan

Grafik 4.2. Prevalensi odontektomi molar tiga rahang bawah berdasarkan jenis kelamin.

4.3 Prevalensi odontektomi molar tiga rahang bawah berdasarkan usia

Tabel 4.3 Prevalensi odontektomi molar tiga terpendam rahang bawah di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU berdasarkan kelompok usia pada tahun 2013.

No Usia Jumlah Persentase

1 16 – 20 29 27,7%

2 21 – 25 43 42,5%

3 26 – 30 12 11,8%

4 31 – 35 11 10%

5 36 – 40 4 4%

6 41 – 45 0 0%

7 > 46 2 2%

Jumlah 101 100%

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, prevalensi tindakan odontektomi terbanyak pada kelompok usia 21 – 25 tahun sebanyak 42,5%, sedangkan prevalensi tindakan odontektomi terbanyak pada usia 22 tahun sebanyak 11,9%.


(34)

(35)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Prevalensi odontektomi molar tiga terpendam rahang bawah berdasarkan jenis kelamin

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa prevalensi odontektomi molar tiga rahang bawah di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU pada tahun 2013 berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebesar 68,3%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Soeprapto A, Latif A, Julia V, bahwa jenis kelamin terbanyak pada kasus odontektomi molar tiga rahang bawah adalah perempuan 57,7%.

Pada tabel 4.1 dan grafik 4.1 menunjukkan bahwa persentase odontektomi molar tiga rahang bawah lebih sering dialami oleh perempuan. Persentase pada perempuan adalah sebesar 68,3% sedangkan laki – laki adalah sebesar 31,7%. Hal ini serupa dengan penelitian – penelitian terdahulu bahwa molar tiga terpendam lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki – laki. Chu, dkk. (2003), dari Universitas Hongkong menemukan rasio antara perempuan dan laki-laki 1,2 : 1.13 Obimakinde (2013), dari University Teaching Hospital, Nigeria, melaporkan bahwa rasio antara perempuan dan laki-laki adalah 1,5 :1.12 Marzola, dkk. (2005), Brazil, melaporkan bahwa persentase molar tiga terpendam lebih tinggi pada perempuan disbanding laki-laki, rasio antara perempuan dan laki-laki adalah 1,8 : 1.17

5.2 Prevalensi odontektomi molar tiga terpendam rahang bawah berdasarkan usia

Pada tabel 4.2 dan grafik 4.2 menunjukan bahwa persentase tertinggi odontektomi molar tiga rahang bawah pada kelompok usia 20-25 tahun sebesar 42,5%, dan persentase usia terbanyak 22 tahun sebesar 10,2%. Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soeprapto A, Latif A, Julia V, dimana mereka meneliti bahwa persentase yang paling tinggi dilakukan pengambilan molar tiga terpendam berdasarkan usia adalah usia 18 – 24 tahun.16

Keseluruhan gigi terpendam adalah gigi molar tiga. Hal ini membuktikan bahwa gigi molar tiga memiliki kecenderungan untuk terpendam lebih tinggi yang dapat 24


(36)

dikaitkan dengan pertumbuhan rahang yang tidak maksimal yang berhubungan dengan perubahan diet dan kebiasaan hidup.18

Hal ini mengakibatkan ruangan untuk erupsi menjadi sempit. Sebagai gigi yang paling terakhir waktu erupsinya gigi molar tiga memiliki kecenderungan terpendam sehingga perlu dilakukannya tindakan bedah yaitu odontektomi. Dimana pengeluaran gigi yang dalam keadaan tidak dapat bertumbuh atau bertumbuh sebagian (impaksi) dimana gigi tersebut tidak dapat dikeluarkan dengan cara pencabutan tang biasa melainkan diawali dengan pembuatan flap mukoperiostal, diikuti dengan pengambilan tulang undercut yang meghalangi pengeluaran gigi tersebut, sehingga diperlukan persiapan yang baik dan rencana operasi yang tepat dan benar dalam melakukan tindakan bedah pengangkatan molar bawah yang terpendam, untuk menghindari terjadinya komplikasi-komplikasi yang tidak diinginkan.4


(37)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai prevalenis odontektomi molar tiga rahang bawah di Departmen Bedah Mulut RSGMP FKG USU pada tahun 2013 berdasarkan jenis kelamin dan usia dapat disimpulkan bahwa:

1. Prevalensi odontektomi molar tiga rahang bawah berdasarkan jenis kelamin diperoleh persentase tertinggi terjadi pada perempuan sebesar 68,3% dan laki – laki sebesar 31,7%.

2. Prevalensi odontektomi molar tiga rahang bawah berdasarkan kelompok usia persentase tertinggi pada usia 21-25 tahun sebanyak 42,5% dan prevalensi odontektomi molar tiga rahang bawah berdasarkan usia terbanyak adalah 22 tahun sebanyak 11,9%.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian prevalensi odontektomi molar tiga rahang bawah di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU pada tahun 2013 berdasarkan jenis kelamin dan usia ternyata memiliki nilai yang tinggi, maka diharapkan untuk diadakannya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menyebabkan tingginya persentase odontektomi molar tiga rahang bawah dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan metode yang lebih baik.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

1. Pederson GW. Buku ajar praktis bedah mulut (oral surgery). Alih bahasa: Purwanto, Basoeseno, Jakarta: EGC; 1996, 60-3.

2. Eben HW. Transplantation of an impacted mandibular third molar (case report). Jurnal PDGI 2002; 468-9.

3. Hattab FN, dkk. Third molar dilemma: an overview. Dental News 1999; 6(3): 44-5.

4. Chanda MH, Zahbia ZN. Pengaruh bentuk gigi geligi terhadap terjadinya impaksi gigi molar ketiga rahang bawah. Dentofasial Jurnal Kedokteran Gigi 2007; 6(2): 65-6.

5. Tjiptono KN, Harahap S, Arnus S. ilmu bedah mulut. Medan; 1985, 151-170.

6. Alamsyah RM, Situmorang N. Dampak gigi molar tiga mandibula impaksi terhadap kualitas hidup mahasiswa universitas sumatera utara. Dentika Dental Journal 2005; 10(2): 73-4.

7. Harshanur IW. Anatomi gigi. Jakarta: EGC; 1991, 221, 239.

8. Beek GCV. Morfologi gigi 2nd ed. Editor: Andrianto P. alih Bahasa: Yuwono L. Jakarta: EGC; 1996,001.

9. Balaji SM. Oral and maxillofacial surgery. Delhi: Elsevier; 2009, 233-5.

10. Archer, W. Harry. ORAL SURGERY : A Step-by-Step Atlas of Operative

Tecnique. 3rd ed. W.B. Saunders Co.Philapdelphia.1961; p. 95-184.

11. Obimakinde OS. Impacted mandibular third molar surgery; an overview. Tsitsogianis H. Berlin: Springer; 2007.123-7.

12. Chu FCS, dkk. Prevalance impacted teeth and associated phatologies, a radiographic study of the Hongkong Chinese population. Hongkong Med 3 2003; 9(3): 158-163

13. Peterson, Ellis, Hup, Tucker. Contemporary Oral and Maxilllofacial Surgery. 3rd ed. Mosby co. Philadelphia. 1998; p.44-8.

14. Fragiskos, D. Fragiskos. Oral Surgery. Athens, Greece. Springer Science & Bussiness Media. 2007; p. 33-46; 155-76

15. Metalita M. Pencabutan gigi molar tiga untuk mencegah terjadinya gigi berdesakan anterior rahang bawah. Available from :URL: Accessed Agustus 1,2012. 27


(39)

16. Soeprapto A, Latif A, Julia V. Profile of Odontectomy Cases in an Indonesian

Teaching Hospital. Available from: URL:

17. Marzola C, Comparin E, Filho JLT. Third molars classofication prevalence in the cities of cunha pora, maravilha and palmitos in the northwest of santa catarina

state in brazil. Available

from:URL:http//www.actiradents.com.br/revista/2007/textos/3RevistaATO-Prevalence_Third_Molars_Positions-2007.pdf Accessed Agustus 1,2012.

18. Testch P, Wagner W. Pencabutan gigi molar ketiga. Alih bahasa: Agus Djaya. Jakarta: EGC; 1992; 1,6,9-1027-36

19. Howe LH. Minor Oral Surgery, 3rd ed. Wright. 1985. p.144-83.

20. Jaffar, Tin-Oo MM. Impacted mandibular third molars among patients attending Hospital University Sains Malaysia. Arch Orofa Sci. 2009;4:7-12.


(40)

LAMPIRAN

DATA REKAM MEDIK PASIEN ODONTEKTOMI DI DEPARTEMEN BEDAH MULUT RSGMP FKG USU PADA TAHUN 2012

N O

NAMA TANGGA

L JEN IS KEL AMI N L / P UMU R REG IO 0 1

M. ISHAK

17-01-2012

L 29

0 2

SRI DEWI

19-01-2012

P 22

0 3

HENDRA SYAHPUTRA

20-01-2012

L 29

0 4

THANA

24-01-2012

P 21

0 5

AMRI

25-01-2012

L 32

0 6

SUSI MALAHAYATI

27-01-2012

P 35

0 7

ABDUL HANIF

28-01-2012

L 23

0 8

FEBRI ANISAH

01-02-2012

P 20

0 9

FITRAWATY

02-02-2012

P 52

1 0

M. RAHMADAN

15-02-2012

L 25

1 1

ROSPITA

17-02-2012

P 35

1 2

SUMI BIN AHMD SAIMAN

17-02-2012

P 25

1 3

AGUSTINA

18-02-2012

P 33

1 4

SUPRIYONO

18-02-2012

L 22

1 5

IRFAN

20-02-2012

L 21

1 6

USMARNI

20-02-2012

P 32

1 7

DIAN MAYASARI

21-02-2012


(41)

1 8

AYUB

24-02-2012

L 20

1 9

HENY

25-02-2012

P 32

2 0

KHAIRANI ARIF

28-02-2012

P 22

2 1

SUGIARTI

28-02-2012

P

2 2

VIRA

28-02-2012

P

2 3

JAYU N

02-03-2012

L 20

2 4

WIWIN HARDIANSYAH

10-03-2012

L 20

2 5

MARDIAH

21-03-2012

P 19

2 6

LENI MARLINA

22-03-2012

P 35

2 7 MELUPA SIMAPTUPANG 24-03-2012

P 31

2 8

RAHMAWATI

28-03-2012

P 26

2 9

RINA

28-03-2012

P 17

3 0

LENI MARLINA

28-03-2012

P 35

3 1

RANY

07-04-2012

P 22

3 2

M. PUTRA

09-04-2012

L 22

3 3

YOSI RIZAL

10-04-2012

L 31

3 4

RAMLITA MANULANG

10-04-2012

P 23

3 5

CAHAYA NORMA SARI

12-04-2012

P 27

3 6

NURANI

13-04-2012

P 23

3 7

MAHARANI

14-04-2012

P 28

3 8

RUTH

16-04-2012

P 21

3 9

T. AHMAD FADLI

16-04-2012

L 17

4 0

IMME

23-04-2012

P 24

4 1

AULIA NURUL R

23-04-2012


(42)

4 2

AGUS

01-05-2012

L 40

4 3

DEVIYANA

03-05-2012

P 23

4 4

SARIPAH ANI

05-05-2012

P 23

4 5

TARZIAH

05-05-2012

P 24

4 6

WAFI HAFIS

08-05-2012

L 18

4 7

MARISKA

08-06-2012

P 25

4 8

THANA LEOKHUMY

09-06-2012

P 20

4 9

ANGGRIANE

12-06-2012

P 25

5 0

ASLAN

13-06-2012

L 22

5 1

KESEVAN

14-06-2012

L 24

5 2

SHAFARAN

14-06-2012

P 21

5 3

DEVIYANA SARI

25-06-2012

P 23

5 4

M. ARIF

06-07-2012

L 21

5 5 NOVA M. SIMANGUNSONG 06-07-2012

P 26

5 6

MOHAMMAD AIMAN

07-07-2012

L 26

5 7

H.S GONTUR

07-07-2012

L 17

5 8

WIDYA ASTUTI

09-07-2012

P 20

5 9

SISKA

09-07-2012

P 18

6 0

AFRIANI ADILA

10-07-2012

P 21

6 1

LISMAYANTI

10-07-2012

P 25

6 2

NADIA

11-07-2012

P 33

6 3

DWI ADIANI

11-07-2012

P 21

6 4

SAIFUL

11-07-2012

L 34

6 5

MORUMPAN ROLAN

12-07-2012


(43)

6 6

YUNI

12-07-2012

P 19

6 7

NIKI EMA RIANTI

14-07-2012

P 27

6 8

ULFA

25-07-2012

P 17

6 9

JOSUA

02-08-2012

L 23

7 0

NAFTALIA P. BARUS

02-08-2012

P 19

7 1

YUKI

02-08-2012

P 19

7 2

ANASTASIA

03-08-2012

P 22

7 3

ANGGI HIDAYAT

04-08-2012

L 23

7 4

DODI MAST

07-08-2012

L 23

7 5

SUMI

07-08-2012

P 26

7 6

M. ALICHADAFI

08-08-2012

L 26

7 7

HELMI

08-08-2012

P 38

7 8

WIRA

09-08-2012

P 19

7 9

FRANCISKA C. BANGUN

14-08-2012

L 20

8 0

SITI RAHMA

05-09-2012

P 28

8 1

EKA SUGIANTI

07-08-2012

P 30

8 2

POSPA MUFTI

08-09-2012

P 23

8 3

ROYANI

11-09-2012

P 22

8 4

RIDWAN

19-09-2012

L 20

8 5

SUPRIYANDI

21-09-2012

L 21

8 6

NOFIA RITA

10-10-2012

P 32

8 7

LINDA MATONDANG

15-10-2012

P 33

8 8

LIBRIARIL T.

01-11-2-12

P 22

8 9

WIWIK LISNA SARI

03-11-2012


(44)

9 0

NURHETY BR. KABAN

08-11-2012

P 46

9 1

SUMIRWATI

10-11-2012

P 29

9 2

BUDI

20-11-2012

L 16

9 3

KIMIN

20-11-2012

P 47

9 4

UPIK ARNI

21-11-2012

P 18

L 9 5

M. HADI

22-11-2012

L 24

9 6

SADLIHATUL HADI

23-11-2012

P 21

9 7

SOFIAN PURBA

24-11-2012

L 38

9 8

SURVERNA SANTI

24-11-2012

P 22

9 9

NITA RAMADHANI

08-12-2012

P 20

1 0 0

NENTY ANGGIANI

11-12-2012

P 21

1 0 1

YEYEN

13-12-2012

P 18

1 0 2

ANNISA AFEIDA

15-12-2012

P 22

1 0 3

LISNAWATI

17-12-2012

P 20

1 0 4

NURHAMIDAH

22-12-2012

P 40

1 0 5

EKO

26-12-2012

L 18

1 0 6

DONOMA

29-12-2012

P 18

1 0 7

MARTINI

29-12-2012

P 18


(45)

(46)

ANGGARAN PENELITIAN

1. Alat dan bahan

Kertas kuarto 1 rim@ Rp. 30000 : Rp. 30.000 Alat tulis ( buku, pulpen, pensil, penghapus ) : Rp. 20.000

2. Biaya pengumpulan literature : Rp. 30.000

Biaya fotokopi literatur : Rp. 80.000

3. Biaya pembuatan proposal : Rp. 70.000 4. Biaya print

Tinta print @ Rp. 20.000 : Rp. 20.000

5. Biaya penjilid dan penggandaan : Rp. 100.000

6. Biaya seminar proposal : Rp. 300.000

7. Biaya lain-lain : Rp. 100.000


(47)

DAFTAR RIWAYAR HIDUP

Nama Lengkap : Nadya Annisa Putri

Tempat/Tanggal Lahir : Sibolga/07 – Desember - 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Karya Setuju No. 35 Medan Orang Tua

Ayah : Drs. H. Bahrumsyah, MM Ibu : Dra. Hj. Bidasari Daulay M.Pd Riwayat Pendidikan

1. 1997 – 2003 : SD N 060837 Medan

2. 2003 – 2006 : SMP Swasta Harapan 2 Medan 3. 2006 – 2009 : SMA Negeri 1 Medan


(48)

(1)

6 6

YUNI

12-07-2012

P 19

6 7

NIKI EMA RIANTI 14-07-2012

P 27

6 8

ULFA

25-07-2012

P 17

6 9

JOSUA

02-08-2012

L 23

7 0

NAFTALIA P. BARUS 02-08-2012

P 19

7 1

YUKI

02-08-2012

P 19

7 2

ANASTASIA

03-08-2012

P 22

7 3

ANGGI HIDAYAT

04-08-2012

L 23

7 4

DODI MAST

07-08-2012

L 23

7 5

SUMI

07-08-2012

P 26

7 6

M. ALICHADAFI

08-08-2012

L 26

7 7

HELMI

08-08-2012

P 38

7 8

WIRA

09-08-2012

P 19

7 9

FRANCISKA C. BANGUN 14-08-2012

L 20

8 0

SITI RAHMA

05-09-2012

P 28

8 1

EKA SUGIANTI

07-08-2012

P 30

8 2

POSPA MUFTI

08-09-2012

P 23

8 3

ROYANI

11-09-2012

P 22

8 4

RIDWAN

19-09-2012

L 20

8 5

SUPRIYANDI

21-09-2012

L 21

8 6

NOFIA RITA

10-10-2012

P 32

8 7

LINDA MATONDANG 15-10-2012

P 33

8 8

LIBRIARIL T.

01-11-2-12

P 22

8 9

WIWIK LISNA SARI 03-11-2012


(2)

9 0

NURHETY BR. KABAN 08-11-2012

P 46

9 1

SUMIRWATI

10-11-2012

P 29

9 2

BUDI

20-11-2012

L 16

9 3

KIMIN

20-11-2012

P 47

9 4

UPIK ARNI

21-11-2012

P 18

L 9 5

M. HADI

22-11-2012

L 24

9 6

SADLIHATUL HADI 23-11-2012

P 21

9 7

SOFIAN PURBA

24-11-2012

L 38

9 8

SURVERNA SANTI

24-11-2012

P 22

9 9

NITA RAMADHANI

08-12-2012

P 20

1 0 0

NENTY ANGGIANI

11-12-2012

P 21

1 0 1

YEYEN

13-12-2012

P 18

1 0 2

ANNISA AFEIDA

15-12-2012

P 22

1 0 3

LISNAWATI

17-12-2012

P 20

1 0 4

NURHAMIDAH

22-12-2012

P 40

1 0 5

EKO

26-12-2012

L 18

1 0 6

DONOMA

29-12-2012

P 18

1 0 7

MARTINI

29-12-2012

P 18


(3)

(4)

ANGGARAN PENELITIAN

1. Alat dan bahan

Kertas kuarto 1 rim@ Rp. 30000 : Rp. 30.000 Alat tulis ( buku, pulpen, pensil, penghapus ) : Rp. 20.000

2. Biaya pengumpulan literature : Rp. 30.000 Biaya fotokopi literatur : Rp. 80.000

3. Biaya pembuatan proposal : Rp. 70.000 4. Biaya print

Tinta print @ Rp. 20.000 : Rp. 20.000 5. Biaya penjilid dan penggandaan : Rp. 100.000 6. Biaya seminar proposal : Rp. 300.000 7. Biaya lain-lain : Rp. 100.000 Rp. 700.000


(5)

DAFTAR RIWAYAR HIDUP

Nama Lengkap : Nadya Annisa Putri

Tempat/Tanggal Lahir : Sibolga/07 – Desember - 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Karya Setuju No. 35 Medan Orang Tua

Ayah : Drs. H. Bahrumsyah, MM Ibu : Dra. Hj. Bidasari Daulay M.Pd Riwayat Pendidikan

1. 1997 – 2003 : SD N 060837 Medan

2. 2003 – 2006 : SMP Swasta Harapan 2 Medan 3. 2006 – 2009 : SMA Negeri 1 Medan


(6)