Perbandingan Penggunaan Lidokain Dengan Kombinasi Adrenalin 1:100.000 Dan Artikain Dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000 Pada Perubahan Tekanan Darah Pasien Di Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU Tahun 2016

(1)

Lampiran 1

CURRICULUM VITAE (CV)

Nama Lengkap : Samueal Durairaj A/L Kanaisan

JenisKelamin : Laki-Laki

Tempat/TanggalLahir : Malaysia / 10 Oktober 1992

Kewarganegaraan : Malaysia

Agama : Hindu

Status Perkahwinan : Belum Menikah

Alamat : No 111, Jl Sei Padang, Medan.

Telepon/HP : 087869410115


(2)

PENDIDIKAN

1999-2004 : Sekolah Kebangsaan Taming Jaya

2005-2009 : Sekolah Menengah Kebangsaan Bandar Damai

Perdana

2010-2011 : Tunku Abdul Rahman University College

2012-Sekarang : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara


(3)

(4)

Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Salam hormat,

Saya yang bernama Samueal Durairaj A/L Kanaisan, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU, ingin melakukan penelitian tentang “Perbandingan Penggunaan Lidokain dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000 dan Artikain dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000 pada Perubahan Tekanan Darah Pasien di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui perbandingan penggunaan Lidokain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 dan Artikain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 pada perubahan tekanan darah pasien di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU.

Anestesi lokal yang digunakan di kedokteran gigi pada umumnya menggunakan anestesi yang mengandung vasokonstriktor, karena memberikan beberapa manfaat yaitu mempunyai efek samping yang relatif sedikit, menambah durasi kerja anestesi lokal serta mengontrol pendarahan selama perawatan. Pengukuran tekanan darah tidak hanya dilakukan terhadap pasien yang diduga hipertensi saja, tetapi dapat dilakukan pada semua pasien bedah mulut. Pemeriksaan ini juga dapat dipakai untuk mencegah kejadian-kejadian yang merugikan sewaktu atau sesudah dilakukan perawatan gigi.

Proses penelitian memerlukan kerjasama yang baik dari Saudara untuk meluangkan sedikit waktunya. Saya akan melakukan pengukuran tekanan darah Saudara saat sebelum dan sesudah pemberian obat anestesi. Pemeriksaan ini hanya membutuhkan waktu kira-kira 10 menit untuk mengukur tekanan darah.

Pertama Saudara akan ditanya mengenai identitas Saudara. Setelah itu, tekanan darah Saudara akan diukur dengan cara memasang manset pada lengan, kemudian saya akan mendengar suara denyutan nadi dengan menggunakan stetoskop. Setelah dilakukan injeksi cairan anestesi lokal tekanan darah Saudara akan saya ukur kembali dengan prosedur yang sama seperti sebelum pemberian anestesi lokal.


(5)

Jika Saudara bersedia, Lembar Persetujuan Menjadi Subjek Penelitian terlampir harap ditandatangani dan dikembalikan. Perlu diketahui bahwa surat ketersediaan tersebut tidak mengikat dan Saudara dapat mengundurkan diri dari penelitian ini selama penelitian berlangsung.

Demikian penjelasan dari saya, atas partisipasi dan ketersediaan waktu Saudara, saya ucapkan terima kasih.

Medan, Februari 2016

Samueal Durairaj A/L Kanaisan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Telp: 087869410115


(6)

Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : ………..

Alamat : ………..

No. Telp/Hp : ………..

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian, resiko, keuntungan dan hak-hak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul : “Perbandingan Penggunaan Lidokain dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000 dan Artikain dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000 pada Perubahan Tekanan Darah Pasien di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016”, secara sadar dan tanpa paksaan, saya bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini yang diketahui oleh Samueal Durairaj sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dengan catatan apabila suatu ketika saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini.

Medan,……… Yang menyetujui, Subjek penelitian


(7)

Lampiran 5

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

“Perbandingan Penggunaan Lidokain dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000 dan Artikain dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000 pada Perubahan Tekanan Darah

Pasien di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016”

Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini sebesar dengan rincian sebagai berikut:

1. Biaya pembelian ampul Rp 350,000

2. Biaya alat tulis, kertas, printer, tinta printer Rp 300,000

3. Biaya penjilidan dan penggandaan proposal Rp 200,000

Total Rp 850,000

Rincian biaya ditanggung oleh peneliti sendiri.

Peneliti,


(8)

Lidokain HC

2% dengan kombinasi adrenalin 1: 100,000

Jenis kelamin pasien Tekanan darah sebelum pemberian anestesi lokal

(mmHg)

Tekanan darah sesudah pemberian anestesi lokal

(mmHg)

1) P 130/80 140/90

2) P 120/80 140/80

3) P 120/80 130/80

4) P 100/60 110/70

5) L 130/90 140/100

6) P 110/70 120/70

7) L 120/80 130/80

8) P 120/90 130/90

9) L 130/80 120/70

10) P 100/60 110/60

11) P 110/60 130/80

12) P 120/90 120/70

13) L 120/80 120/90

14) P 130/80 130/90

15) P 100/50 120/60

16) P 130/70 120/70

17) L 120/70 120/70

18) P 120/60 130/80

19) P 130/70 140/80

20) P 100/60 110/60

21) L 120/80 130/80

22) L 120/80 130/80

23) P 120/80 120/80

24) P 110/70 110/70

25) P 110/80 120/70

26) P 100/60 110/70

27) P 110/70 110/60

28) P 110/80 130/80

29) P 110/60 110/60

30) P 130/70 140/70

31) L 110/60 110/70

32) P 100/60 100/70

33) P 130/70 130/60

34) L 120/80 130/80


(9)

Artikain HC

4% dengan kombinasi adrenalin 1: 100,000

Jenis kelamin Tekanan darah sebelum

pemberian anestesi lokal (mmHg)

Tekanan darah sesudah pemberian anestesi lokal

(mmHg)

1) P 120/80 125/85

2) L 120/90 110/80

3) L 110/65 110/60

4) P 120/70 110/60

5) P 130/70 110/60

6) L 120/55 120/60

7) L 140/90 130/80

8) P 115/80 120/80

9) P 105/70 110/70

10) P 120/75 125/75

11) P 140/90 140/100

12) P 135/80 135/70

13) P 120/80 125/80

14) P 110/70 100/60

15) P 120/75 105/65

16) P 130/85 135/90

17) P 135/70 140/70

18) P 120/80 110/70

19) P 120/60 110/65

20) L 110/70 115/70

21) P 110/70 100/70

22) P 130/80 130/80

23) P 105/60 90/55

24) L 130/80 130/80

25) P 110/70 110/60

26) P 110/80 110/70

27) P 100/60 100/60

28) P 120/70 120/55

29) L 100/65 115/75

30) L 150/90 150/90

31) L 130/80 130/60

32) L 120/80 120/80

33) L 120/65 120/55

34) L 125/80 125/85


(10)

PENGOLAHAN DATA

Jenis kelamin kelompok Lidokain

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Perempuan 27 77,1 77,1 77,1

Laki-laki 8 22,9 22,9 100,0

Total 35 100,0 100,0

Jenis kelamin kelompok Artikain

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Perempuan 24 68,6 68,6 68,6

Laki-laki 11 31,4 31,4 100,0

Total 35 100,0 100,0

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Tekanan darah sistolik sebelum diberikan Lidokain HCl 2% Tekanan darah sistolik sesudah diberikan Lidokain HCl 2% Tekanan darah diastolik sebelum diberikan Lidokain HCl 2% Tekanan darah diastolik sesudah diberikan Lidokain HCl 2% Tekanan darah sistolik sebelum diberikan Artikain HCl 4% Tekanan darah sistolik sesudah diberikan Artikain HCl 4% Tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah diberikan Artikain HCl 4% Tekanan darah diastolik sesudah diberikan Artikain HCl 4%

N 35 35 35 35 35 35 35 35

Normal Parametersa,b

Mean 116,86 122,57 72,29 74,29 120,14 118,43 74,00 71,14 Std,

Deviation

10,508 10,939 10,314 10,371 11,850 13,216 9,762 11,381 Most Extreme

Differences

Absolute ,218 ,180 ,230 ,203 ,191 ,167 ,188 ,151

Positif ,143 ,164 ,169 ,203 ,191 ,167 ,145 ,151

Negatif -,218 -,180 -,230 -,166 -,152 -,119 -,188 -,125 Kolmogorov-Smirnov Z 1,287 1,065 1,360 1,202 1,127 ,987 1,111 ,890 Asymp, Sig, (2-tailed) ,073 ,207 ,059 ,111 ,158 ,285 ,170 ,406 a, Test distribution is Normal,


(11)

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std, Deviation Tekanan darah sistolik

sebelum diberikan Lidokain HCl 2%

35 100 130 116,86 10,508

Tekanan darah

sistoliksesudah diberikan Lidokain HCl 2%

35 100 140 122,57 10,939

Tekanan darah distolik sebelum diberikan Lidokain HCl 2%

35 50 90 72,29 10,314

Tekanan darah distolik sesudah diberikan Lidokain HCl 2%

35 60 100 74,29 10,371

Tekanan darah sistolik sebelum diberikan Artikain HCl 4%

35 100 150 120,14 11,850

Tekanan darah sistolik sesudah diberikan Artikain HCl 4%

35 90 150 118,43 13,216

Tekanan darah distolik sebelum dan sesudah diberikan Artikain HCl 4%

35 55 90 74,00 9,762

Tekanan darah distolik sesudah diberikan Artikain HCl 4%

35 55 100 71,14 11,381

Valid N (listwise) 35

T-Test

Group Statistics

Perlakukan N Mean Std, Deviation Std, Error Mean Tekanan darah sistolik

sebelum dan sesudah diberikan Lidokain HCl 2%

dimension1

Sebelum 35 116,86 10,508 1,776


(12)

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig, t df

Sig, (2-tailed) Mean Differen ce Std, Error Differen ce 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah diberikan Lidokain HCl 2% Equal variances assumed

,055 ,814 -2,229 68 ,029 -5,714 2,564 -10,831 -,598

Equal variances not assumed

-2,229 67,8 90

,029 -5,714 2,564 -10,831 -,598

T-Test

Group Statistics

Perlakukan N Mean Std, Deviation Std, Error Mean Tekanan darah distolik

sebelum dan sesudah diberikan Lidokain HCl 2%

dimens ion1

Sebelum 35 72,29 10,314 1,743

Sesudah 35 74,29 10,371 1,753

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig, t df

Sig, (2-tailed) Mean Differen ce Std, Error Differen ce 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Tekanan darah distolik sebelum dan sesudah diberikan Lidokain HCl 2% Equal variances assumed

,008 ,929 -,809 68 ,421 -2,000 2,472 -6,934 2,934

Equal variances not assumed


(13)

T-Test

Group Statistics

Perlakukan N Mean Std, Deviation Std, Error Mean Tekanan darah sistolik

sebelum dan sesudah diberikan Artikain HCl 4%

dimension1

Sebelum 35 120,14 11,850 2,003

Sesudah 35 118,43 13,216 2,234

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig, t df

Sig, (2-tailed) Mean Differen ce Std, Error Differen ce 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah diberikan Artikain HCl 4% Equal variances assumed

1,189 ,279 ,571 68 ,570 1,714 3,000 -4,273 7,701

Equal variances not assumed

,571 67,2 06


(14)

T-Test

Group Statistics

Perlakukan N Mean Std, Deviation Std, Error Mean Tekanan darah distolik

sebelum dan sesudah diberikan Artikain HCl 4%

dimens ion1

Sebelum 35 74,00 9,762 1,650

Sesudah 35 71,14 11,381 1,924

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig, t df

Sig, (2-tailed) Mean Differen ce Std, Error Differen ce 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Tekanan darah distolik sebelum dan sesudah diberikan Artikain HCl 4% Equal variances assumed

,767 ,384 1,127 68 ,264 2,857 2,535 -2,200 7,915

Equal variances not assumed


(15)

DAFTAR PUSTAKA

1. Gaffen AS, Haas DA. Survey of local anesthetic use by Ontario dentists. J Can Dent Assoc 2009; 75(9): 649.

2. Malamed SF. Reversing local anesthesia. Journal of Inside Dentistry. 2008: 1-3.

3. Howe GL, Whitehead FIH. Anestesi lokal. Alih bahasa: Yuwono L. Edisi 3., Jakarta: Hipokrates., 2012: 10-34.

4. Baart JA, Brand HS. Local anaesthesia in dentistry. Oxford: Wiley-Blackwell, 2009: 31-40.

5. Ketabi M, Shamami MS, Alaie M. Influence of local anesthetics with or without epinephrine 1/80000 on blood pressure and heart rate. Dental Research Journal 2012; 9(4): 437-40.

6. Malamed SF, Gagnon S, Leblanc D. A comparison between articaine HCl and lidocaine HCl in pediatric dental patients. Pediatric Dentistry 2000; 22(4): 307-11.

7. Neves RS, Giorgi DMA, Grupi CJ, César LAM, et al. Effects of epinephrine in local dental anesthesia in patients with coronary artery disease. Arq Bras Cardiol 2007; 88(5): 482-87

8. Ghavimi MA, Yazdeni J, Zadeh AG, Abdolkarimi A. Comparison of heart rate and blood pressure administration of anesthesia agent with and without. IJCRAR 2014: 2(9): 153-58.

9. Nakamura Y, Matsumura K, Miura K, Kurokawa H, et al. Cardiovascular and sympathetic response to dental surgery with local anesthesia. Hypertens Res 2001; 23(3): 209-14.

10. Sham EM, Rao SBH, Sultana N. Evaluation of cardiovascular changes in patients undergoing routine minor oral surgical procedure done under local anesthesia. International Journal of Dental Clinics 2012; 4: 3-10.

11. Malamed SF. Local anesthesia reversal. Dentistry Today 2011; 1-11.

12. Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Basic and clinical pharmacology. 12th ed. New York, NY: McGraw-Hill Companies Inc. 2012: 449-62.

13. Haas, Daniel A. An update on local anesthetics in dentistry: Clinical practice. J Can Dent Assoc 2002; 68(9): 546-51

14. Sherwood L. Fundamentals of human physiology. 4th ed. Belmont, CA: Brooks/Cole, 2012: 261-92.


(16)

15. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 12th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders, 2010: 172-3; 182-3; 788-800.

16. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Alih bahasa: Brahm U. Pendit. Edisi 22. Jakarta: EGC, 2008: 573; 606-9; 630.

17. Sahu D, Bhaskaran M. Palpatory method of measuring diastolic blood pressure. J Anaesthesiol Clin Pharmacol 2010; 26(4): 528–530.

18. Lazeduv J. Minuman untuk mengurangi kondisi hipertensi. http://www.necturajuice.com/minuman-untuk-mengurangi-kondisi-hipertensi/ (Augustus 5.2013)

19. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, et al. Seventh report of the joint national committee on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure. Hypertension, 2003: 10-2

20. OSCE Skills. Blood pressure management. http://www.osceskills.com/e-learning/subjects/blood-pressure-measurement/ (September 10.2015)

21. Sherwood L. Human physiology from cells to systems. 7th ed. Belmont, CA: Brooks/Cole, 2010: 376-80; 343-55.

22. Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Alih bahasa: Syabariyah S. Edisi 10. Jakarta: EGC, 2002: 261-7.

23. Ikhsan M, Mariati NW, Mintjelunga C. Gambaran penggunaan bahan anestesi lokal untuk pencabutan gigi tetap oleh dokter gigi di Kota Manado. Jurnal e-GiGi. 2013: 1(2): 105-14.

24. Ganiswarna SG. Farmakologi dan terapi. Ed 4,. Jakarta: Bagian farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2003: 234-42.

25. Malamed SF. Handbook of local anaesthesia. 5th ed. Mosby. ST. Louis, Missouri. 2004: 28-49.

26. Hawkins JM. Articaine: Efficacy and paresthesia in dental local anesthesia. Acad Dent Ther Stomat. ADA CERP. 2008: 1-8.

27. McLure HA, Rubin AP. Review of local anaesthetic agents. MINERVA ANESTESIOL. 2005; 71(3): 59-74.

28. Edgcombe H, Hocking G. Local anaesthetic pharmacology. http://www.anaesthesiauk.com/documents/LA.pdf (11 Juli 2005).

29. Balaji SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. Elsevier. New Delhi, India. 2007: 167-70


(17)

30. Malamed, SF. Hand book of local anaesthesia. 6th ed. Mosby. ST. Louis, Missouri. 2013: 30-3.

31. Wardah RR. Perbedaan perubahan tekanan darah pasien laki-laki usia 25-39 tahun antara indeks massa tubuh (IMT) gemuk dan normal setelah pemberian anastesikum lokal yang mengandung vasokonstriktor (Pehacaine) (Penelitian eksperimental klinis); 2011. FKG. Universitas Jember.

32. Dahlan MS. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Ed 3. Jakarta: Salemba Medika, 2013: 68.


(18)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik, dengan rancangan penelitian two group pretest-posttest design.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian berlangsung pada tanggal 2-10 Februari 2016.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien yang datang melakukan pencabutan gigi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FGK USU dari 2 Februari 2016 sampai selesai penelitian.

3.3.2 Sampel

Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus :32


(19)

Keterangan :

n : besar sampel

: selisih minimal rerata yang dianggap bermakna σ : standar deviasi

Z : derivat baku alfa Z : derivat baku beta

Z + Z diperoleh dari tabel distribusi normal standar

Dengan demikian, jumlah sampel yang diteliti pada penelitian ini berjumlah 70 orang. Keseluruhan sampel dibagi menjadi 2 kelompok dimana pada kelompok 1, 35 sampel akan diberi anestesi lokal Lidokain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 manakala pada kelopok 2, 35 sampel selebihnya diberi anestesi lokal Artikain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling dengan cara undian dimana sampel dipilih secara acak berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Kriteria Inklusi :

1. Pasien pencabutan gigi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU.

2. Pasien sehat dan tidak dijumpai riwayat hipertensi. 3. Bersedia ikut serta dalam penelitian (kooperatif). 4. Pasien yang tidak mempunyai penyakit sistemik. Kriteria Eksklusi :

1. Tidak bersedia ikut serta dalam penelitian. 2. Mempunyai penyakit sistemik.


(20)

2.4 Variabel dan Definisi Operasional

 Variabel independen : X1 = Pemberian anestesi lokal Lidokain HCℓ 2%

dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000.

X2= Pemberian anestesi lokal Artikain HCℓ 4%

dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000.

 Variabel dependen : Perubahan tekanan darah (Tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik).

 Variabel terkendali : Dosis dan teknik anestesi lokal.

 Variabel tidak terkendali seperti kondisi psikologis pasien, keterampilan operator.

Tabel 2. Variabel dan definisi operasional Variabel Definisi Operasional

Tekanan darah Tekanan darah sisitolik dan tekanan darah diastolik diukur dengan menggunakan sphygmomanometer air raksa. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah pemberian anestesi lokal.

Anestesi lokal Suatu cairan yang menghambat konduksi saraf secara reversibel pada bagian tubuh yang spesifik.

Pemberian anestesi lokal yang mengandung adrenalin

Suatu proses injeksi cairan anestesi lokal yang mengandung adrenalin yang dilakukan sebelum proses perawatan gigi dikendalikan untuk memastikan pasien tidak terasa sakit.


(21)

3.5 Alat dan Bahan 3.5.1 Alat

1. Sphygmomanometer

2. Stetoskop

3. Disposable syringe 4. Karpul

5. Stopwatch

3.5.2 Bahan

1. Larutan Lidokain HCℓ 2% dengan adrenalin 1: 100.000 dalam ampul isi 2 ml 2. Larutan Artikain HCℓ 4% dengan adrenalin 1: 100.00 dalam ampul isi 2 ml. 3. Antiseptik

4. Cotton pellet

3.6 Prosedur Penelitian

1. Pasien diberi informasi (informed consent) meliputi pentingnya tindakan ini dan komplikasi yang mungkin dapat terjadi serta meminta persetujuan bahwa data medik akan digunakan sebagai bahan penelitian.

2. Mengisi lembar isian Nama, Jenis Kelamin, dan Umur dengan cara menanyakan langsung kepada pasien.

3. Dudukkan pasien dan tunggu selama 5 menit supaya pasien mendapat waktu untuk bertenang. Manset selanjutnya dipasang pada lengan dengan ukuran yang sesuai, dengan jarak sisi manset paling bawah 2-3 cm dari siku dan rekatkan dengan baik.

4. Rabalah nadi pada lipatan tangan, pompa alat hingga denyutan nadi tidak teraba lalu dipompa lagi hingga tekanan meningkat sampai 30 mmHg di atas nilai tekanan nadi ketika denyutan nadi tidak teraba.

5. Tempelkan stetoskop pada perabaan denyut nadi, lepaskan pemompa perlahan-lahan dan dengarkan suara bunyi denyut nadi.


(22)

6. 3 menit sebelum pemberian anestesi lokal, catatkan tekanan darah sistolik yaitu nilai tekanan ketika suatu denyut nadi yang pertama terdengar dan tekanan darah diastolik ketika bunyi keteraturan denyut nadi tidak terdengar. 7. Kemudian dilakukan prosedur pemberian anestesi lokal oleh mahasiswa

kepaniteraan klinik.

8. 3 menit setelah pemberian anestesi lokal, diukur kembali tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik sesuai dengan prosedur sebelum pemberian anestesi lokal.

9. Prosedur ini dilakukan pada kelompok 1 dulu kemudian setelah selesai 35 sampel, dilanjutkan kepada kelompok 2.

3.7 Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji statistik Independent T-Test, dengan menggunakan program komputer SPSS versi 17.0, dengan interpretasi hasil sebagai berikut:

1. Jika p value 0,01 maka uji dinyatakan sangat signifikan.

2. Jika p value > 0,01 tetapi 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan. 3. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan.


(23)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada pasien melakukan pencabutan gigi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU dengan memberikan Lidokain HCℓ 2% dan Artikain HCℓ 4%. Pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian anestesi lokal dilakukan pada dua kelompok yaitu kelompok pertama (Lidokain HCℓ 2%) dan kelompok kedua (Artikain HCℓ 4%) dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 menggunakan

sphygmomanometer air raksa pada masing-masing kelompok sejumlah 35 orang subjek penelitian. Data hasil penelitian ini diolah secara manual dan dengan menggunakan program komputer kemudian selanjutnya dianalisis.

4.1 Data Demografis Subjek Penelitian

Data demografis subjek penelitian ini terdiri dari jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Data Demografis Subjek Penelitian

Demogarafi Pengamatan Kelompok Pemberian (Lidokain HC 2%)

Kelompok (Artikain HC 4%)

Jenis Kelamin

a. Perempuan 27 (77,1%)

24 (68,6%)

b. Laki-laki 8 (22,9%)

11 (31,4%)

Total 35 (100%) 35 (100%)

Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa pasien perawatan gigi menjadi subjek penelitian paling banyak perempuan 27 (77,1%) pada kelompok pemberian Lidokain HCℓ 2% dan 24


(24)

orang (68,6%) pada kelompok pemberian Artikain HCℓ 4% di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU.

4.2 Deskriptif Tekanan Darah

Distribusi deskriptif tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah diberikan Lidokain HCℓ 2% dan Artikain HCℓ 4% pada subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Statistik Deskriptif Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum dan

Sesudah diberikan Lidokain HC 2% dan Artikain HC 4% di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU.

Perlakuan N

Minimum (mmHg)

Maksimum (mmHg)

Rata-rata Std. Deviasi

Tekanan Darah Sistolik (Lidokain HCℓ 2%)

Sebelum 35 100 130 116,86 10,508

Sesudah 35 100 140 122,57 10,939

Tekanan Darah Diastolik (Lidokain HCℓ 2%)

Sebelum 35 50 90 72,29 10,314

Sesudah 35 60 100 74,.29 10,371

Tekanan Darah Sistolik (Artikain HCℓ 4%)

Sebelum 35 100 150 120,14 11,850

Sesudah 35 90 150 118,43 13,216

Tekanan Darah Diastolik (Artikain HCℓ 4%)

Sebelum 35 55 90 74,00 9,762


(25)

Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran tekanan darah sistolik pasien sebelum diberikan Lidokain HCℓ 2% dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 memiliki nilai terendah 100 mmHg dan nilai tertinggi 130 mmHg dengan rata-rata 122,57 dan standard deviasi sebesar 10,508. Tekanan darah sistolik pasien sesudah diberikan Lidokain HCℓ 2% memiliki nilai terendah 100 mmHg dan nilai tertinggi 140 mmHg dengan rata-rata 116,86 dan standard deviasi sebesar 10,939. Tekanan darah diastolik pasien sebelum diberikan Lidokain HCℓ 2% dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 memiliki nilai terendah 50 mmHg dan nilai tertinggi 90 mmHg dengan rata-rata 72,2 dan standard deviasi sebesar 10,314. Tekanan darah diastolik pasien sesudah diberikan Lidokain HCl 2% memiliki nilai terendah 60 mmHg dan nilai tertinggi 100 mmHg dengan rata-rata 74,29 dan standard deviasi sebesar 10,371.

Gambar 5. Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah diberikan Lidokain HCℓ 2%.

Gambar 6. Tekanan Darah Diastolik Sebelum dan Sesudah diberikan Lidokain HCℓ 2%.

Tekanan darah sistolik pasien sebelum diberikan Artikain HCℓ 4% dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 memiliki nilai terendah 100 mmHg dan nilai tertinggi 150 mmHg dengan rata-rata 120,14 dan standard deviasi sebesar 11,850. Tekanan darah diastolik sesudah pasien diberikan Artikain HCℓ 4% mengalami penurunan dengan nilai terendah 90

0 50 100 150

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Tekanan darah sistoliksesudah diberikan Lidokain HCl 2%

Tekanan darah sistolik sebelum diberikan Lidokain HCl 2%

0 20 40 60 80 100 120 N

Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Tekanan darah distolik

sesudah diberikan Lidokain HCl 2%

Tekanan darah distolik sebelum diberikan Lidokain HCl 2%


(26)

mmHg dan nilai tertinggi 150 mmHg dengan rata-rata 118,43 dan standard deviasi sebesar 13,216. Tekanan darah diastolik pasien sebelum diberikan Artikain HCℓ 4% dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 memiliki nilai terendah 55 mmHg dan nilai tertinggi 90 mmHg dengan rata-rata 74,00 dan standard deviasi sebesar 9,762. Tekanan darah diastolik pasien sesudah diberikan Artikain HCℓ 4% memiliki nilai terendah 55 mmHg dan nilai tertinggi 100 mmHg dengan rata-rata 71,14 dan standard deviasi sebesar 11,381.

Gambar 6. Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah diberikan Artikain HCℓ 4%.

Gambar 7. Tekanan Darah Distolik Sebelum dan Sesudah diberikan Artikain HCℓ 4%.

4.3 Perubahan Tekanan Darah Sistolik Pasien pada Penggunaan Lidokain HC2% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000

Sebelum dilakukan analisis data dengan menggunakan uji independent t-test, terlebih dahulu diuji apakah data tersebut terdistribusi normal atau tidak. Uji statistik yang digunakan adalah One Kolmogorov-Smirnov, oleh karena nilai p pada uji normalitas lebih besar > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian terdistribusi secara normal disajikan pada tabel 5:

0 50 100 150 200

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Tekanan darah sistolik

sesudah diberikan Artikain HCl 4%

Tekanan darah sistolik sebelum diberikan Artikain HCl 4%

0 50 100 150

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Tekanan darah distolik sesudah diberikan Artikain HCl 4%

Tekanan darah distolik sebelum dan sesudah diberikan Artikain HCl 4%


(27)

Perlakuan Nilai p Tekanan darah sistolik (Lidokain HCl 2%)

Sebelum 0,073

Sesudah 0,207

Tekanan darah diastolik (Lidokain HCl 2%)

Sebelum 0,059

Sesudah 0,111

Tekanan darah sistolik (Artikain HCl 4%)

Sebelum 0,158

Sesudah 0,285

Tekanan darah diastolik (Artikain HCl 4%)

Sebelum 0,170

Sesudah 0,406

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji independent t-test dengan asumsi data berdistribusi normal terhadap perubahan tekanan darah sistolik pasien pada penggunaan lidokain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 seperti pada tabel 6:

Tabel 6. Perubahan Tekanan Darah Sistolik Pasien pada Penggunaan Lidokain HC2% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000 dengan Menggunakan Uji Independent t-test

Tekanan Darah Sistolik (Lidokain HCl 2%)

Rata-rata

Tekanan Darah Nilai p

Sebelum 116,86 0,029

Sesudah 122,57

Hasil pada tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa nilai p dari hasil uji independent t-test


(28)

sistolik pasien sebelum dan sesudah pemberian Lidokain HCℓ 2% dengan kombinasi adrenalin 1:100.000. Ho ditolak, artinya tekanan darah sistolik pasien berbeda nyata sebelum dan sesudah diberikan Lidokain HCℓ 2% dengan kombinasi adrenalin 1:100.000.

4.4Perubahan Tekanan Darah Diastolik Pasien pada Penggunaan Lidokain HC2% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000.

Pengujian hipotesis terhadap perubahan tekanan darah sistolik pasien pada penggunaan Lidokain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 seperti pada tabel 7:

Tabel 7. Perubahan Tekanan Darah Diastolik Pasien pada Penggunaan Lidokain HC 2% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000dengan Menggunakan Uji Independent t-test

Tekanan Darah Diastolik (Lidokain HC 2%)

Rata-rata

Tekanan Darah Nilai p

Sebelum 72,29 0,421

Sesudah 74,29

Hasil pada tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa nilai p dari hasil uji independent t-test

adalah 0,421 atau dengan kata lain nilai p > 0,05. Hal ini berarti tidak ada perubahan tekanan darah diastolik pasien sebelum dan sesudah pemberian Lidokain HCℓ 2% dengan kombinasi adrenalin 1:100.000. Ho diterima, artinya tekanan darah sistolik pasien tidak berbeda nyata sebelum dan sesudah diberikan Lidokain HCℓ 2% dengan kombinasi adrenalin 1:100.000.

4.5 Perubahan Tekanan Darah Sistolik Pasien pada Penggunaan Artikain HC4% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000

Pengujian hipotesis terhadap perubahan tekanan darah sistolik pasien pada penggunaan Artikain HCℓ 4% dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 seperti pada tabel 8:


(29)

Tabel 8. Perubahan Tekanan Darah Sistolik Pasien pada Penggunaan Artikain HC4% dengan Kombinasi Adrenalin 1:100.000 dengan Menggunakan Uji Independent t-test

Tekanan Darah Sistolik (Artikain HC 4%)

Rata-rata

Tekanan Darah Nilai p

Sebelum 120,14 0,570

Sesudah 118,43

Hasil pada tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa nilai p dari hasil uji independent t-test

adalah 0,570 atau dengan kata lain nilai p > 0,05. Hal ini berarti tidak ada perubahan tekanan darah sistolik pasien sebelum dan sesudah pemberian Artikain HCℓ 4% dengan kombinasi adrenalin 1:100.000. Ho diterima, artinya tekanan darah sistolik pasien tidak berbeda nyata sebelum dan sesudah diberikan Artikain HCℓ 4% dengan kombinasi adrenalin 1:100.000.

4.6 Perubahan Tekanan Darah Diastolik Pasien pada Penggunaan Artikain HC4% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000

Pengujian hipotesis terhadap perubahan tekanan darah diastolik pasien pada penggunaan Artikain HCℓ 4% dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 seperti pada tabel 9:

Tabel 9. Perubahan Tekanan Darah Diastolik Pasien pada Penggunaan Artikain HC4% dengan Kombinasi Adrenalin 1:100.000 dengan Menggunakan Uji Independent t-test


(30)

Tekanan Darah Diastolik (Artikain HCl 4%)

Rata-rata

Tekanan Darah Nilai p

Sebelum 74,00 0,264

Sesudah 71,14

Hasil pada tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa nilai p dari hasil uji independent t-test

adalah 0,264 atau dengan kata lain nilai p > 0,05. Hal ini berarti tidak ada perubahan tekanan darah diastolik pasien sebelum dan sesudah pemberian Artikain HCℓ 4% dengan kombinasi adrenalin 1:100.000. Ho diterima, artinya tekanan darah diastolik pasien tidak berbeda nyata sebelum dan sesudah diberikan Artikain HCℓ 4% dengan kombinasi adrenalin 1:100.000.


(31)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1Perubahan Tekanan Darah Sistolik Pasien pada Penggunaan Lidokain HC2% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000

Hasil pengukuran tekanan darah sistolik sebelum diberikan Lidokain HCℓ 2% pada pasien memiliki nilai 100 sampai dengan 130 mmHg dan mengalami peningkatkan tidak signifikan sesudah diberikan Lidokain HCℓ 2%, berkisar 100 sampai dengan 140 mmHg. Hal ini mungkin juga mungkin disebabkan oleh pasien merasa cemas dan takut saat melakukan perawatan gigi.

Dalam praktik kedokteran gigi, keadaan emosi, stres dan kecemasan kadang dijumpai pada pasien yang berkunjung ke dokter gigi.9 Hal ini bisa saja disebabkan oleh pasien yang mungkin pertama kali berkunjung ke dokter gigi atau pasien yang stres atau memiliki ketakutan tertentu terhadap tindakan pencabutan gigi. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut nadi.10

Kenaikan tekanan darah sistolik pasien setelah diberikan Lidokain HCℓ 2% masih tergolong normal yaitu 100-140 mmHg dan diastolik yaitu 60-90 mmHg14, maka penggunaan Lidokain HCℓ 2% pada perawatan gigi masih efektif digunakan karena tidak meningkatkan tekanan darah yang tinggi.

Tekanan sistolik adalah tekanan maksimum dari darah yang mengalir pada arteri yang terjadi pada saat ventrikel jantung berkontraksi, besarnya sekitar 100-140 mmHg. Tekanan diastolik adalah tekanan darah paling rendah pada dinding arteri pada saat jantung relaksasi, besarnya sekitar 60-90 mmHg.19

Hasil uji statistik menunjukkan ada perubahan tekanan darah sistolik pasien pada penggunaan Lidokain HCℓ 2% dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 dengan nilai p 0,029 < 0,05 di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016. Salah satu pengaruh dari pemberian anestesi lokal yang mengandung adrenalin adalah terjadi perubahan tekanan darah antara sebelum dan sesudah pemberian anestesi lokal.3 Penelitian Ketabi M, Shamami M.S dan Alaie M menggunakan anestesi lokal yang mengandung


(32)

adrenalin menunjukkan kenaikan tekanan darah sistolik dan diastolik tetapi peningkatan tekanan darah yang kecil tidak relevan secara klinis dan medikal.5

5.2 Perubahan Tekanan Darah Diastolik Pasien pada Penggunaan Lidokain HC 2% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000

Hasil pengukuran tekanan darah diastolik sebelum diberikan Lidokain HCℓ 2% pada pasien memiliki nilai 50 sampai dengan 90 mmHg dan meningkat sesudah diberikan Lidokain HCℓ 2%, berkisar 60 sampai dengan 100 mmHg. Hal ini mungkin juga disebabkan oleh pasien merasa cemas dan takut saat dilakukan pencabutan gigi sehingga meningkatkan tekanan darahnya.

Pasien merasa cemas atau takut dapat memicu reaksi pertahanan yang ditandai dengan peningkatan aktivitas saraf simpatis yang pada akhirnya akan menghasilkan perubahan tekanan darah dan denyut nadi sebelum dan sesudah dilakukan tindakan anestesi lokal.10 Pusat vasomotor bertanggungjawab atas vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan denyut jantung. Pusat ini terdapat di dua pertiga proksimal medula oblongata dan sepertiga distal pons, sedangkan di bagian medial dan distal medula oblongata terdapat pusat vasodilator atau inhibitory yang mampu menghambat impuls vasokonstriktor dan menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pusat vasomote berhubungan erat dengan hipotalamus, sehingga perubahan-perubahan aktivitas hipotalamus akibat pengaruh emosi, hormonal, stress dan sebagainya akan berdampak pada fungsi kardiovaskuler seperti perubahan tekanan darah dan denyut jantung.22

Selain itu, penggunaan obat bius Lidokain HCℓ 2% dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 dapat meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Meskipun perubahan ini meningkatkan tekanan darah dan denyut nadi, perubahan ini masih di dalam taraf yang normal dan ini tidak akan mengakibatkan masalah.8 Terjadinya peningkatkan tekanan darah karena adrenalin dalam larutan anestesi lokal merangsang organ jantung langsung pada jenis reseptor 1 dan ß1. Perangsangan yang terjadi pada reseptor 1 berhubungan dengan enzim fosfolipase C (PLC) yang menyebabkan terjadinya hidrolisis fosfatidil inositol difosfat (PIP2) menjadi inositol trifosfat (IP3) dan diagliserol (DAG). IP3 akan menstimulasi Ca2+ dari retikulum endoplasma. Maka yang terjadi selanjutnya adalah kontraksi otot jantung yang


(33)

akan mengakibatkan peningkatan kerja jantung sehingga akan terlihat kenaikan pada puncak tekanan sistolik.24,30

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perubahan tekanan darah diastolik pasien pada penggunaan Lidokain HCℓ 2% dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 dengan nilai p 0,421 > 0,05. Sejalan penelitian Neves R.S, Neves R.S, Giorgi D.M.A, Grupi C.J dkk, bahwa tekanan darah sistolik meningkat sebanyak 14 mmHg sedang tekanan darah diastolik meningkat sebanyak 5-7 mmHg pada penggunaan Lidokain HCℓ 2% dengan konsentrasi adrenalin 1: 100.000 tetapi tidak terlihat perubahan tekanan darah yang signifikan pada penggunaan anestesi lokal yang mengandung adrenalin dan anestesi lokal tanpa adrenalin.7

5.3Perubahan Tekanan Darah Sistolik pasien pada Penggunaan Artikain HC4% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000

Hasil pengukuran tekanan darah sistolik sebelum diberikan Artikain HCℓ 4% pada pasien memiliki nilai 100 sampai dengan 150 mmHg dan cenderung menurun sesudah diberikan Artikain HCℓ 4%, berkisar 90 sampai dengan 150 mmHg. Perubahan tekanan setelah dilakukan perlakukan tidak signifikan. Hal ini mungkin juga dikarenakan pasien sudah terbiasa melakukan pencabutan gigi di sarana kesehatan.

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perubahan tekanan darah sistolik pasien pada penggunaan artikain HCl 4% dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 dengan nilai p 0,264 > 0,05.

Penelitian Malamed S.F, Gagnon S dan Leblanc D menunjukkan bahwa artikain HCℓ 4% dengan konsentrasi adrenalin 1: 100.000 dapat ditoleransi dengan baik oleh subjek, efektif dalam mencegah timbulnya nyeri selama prosedur perawatan gigi, memiliki onset

yang cepat dan durasi anestesi yang lama, sehingga lebih aman digunakan pada praktek kedokteran gigi.6


(34)

5.4Perubahan Tekanan Darah Diastolik pasien pada Penggunaan Artikain HC4% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000

Hasil pengukuran tekanan darah diastolik sebelum diberikan Artikain HCℓ 4% pada pasien memiliki nilai 55 sampai dengan 90 mmHg dan cenderung meningkat sesudah diberikan Artikain HCℓ 4% berkisar 55 sampai dengan 100 mmHg. Perubahan tekanan darah setelah dilakukan perlakuan tidak signifikan. Hal ini mungkin disebabkan pasien memiliki riwayat tekanan darah rendah. Selain itu faktor usia juga dapat menigkatkan tekanan darah. Semakin bertambah usia semakin tinggi tekanan darah karena berkurangnya elastisitas pembuluh darah.32

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perubahan tekanan darah diastolik pasien pada penggunaan Artikain HCℓ 4% dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 dengan nilai p

0,264 > 0,05.

Artikain mengandung gugus ester tambahan yang dimetabolisme oleh estearases dalam darah dan jaringan. Artikain dapat digunakan pada konsentrasi yang lebih tinggi, yaitu Artikain HCℓ 4% dengan adrenalin 1: 100.000 atau 1: 200.000. Ada beberapa kekhawatiran, bahwa anestetikum lokal ini apabila digunakan pada konsentrasi tinggi dapat meningkatkan toksisitas lokal yang dapat menyebabkan Duration of Action menjadi lama, parestesia atau


(35)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Ada perubahan tekanan darah sistolik pasien sebelum dan sesudah pemberian lidokain HCℓ 2%.

2. Tidak ada perubahan tekanan darah diastolik pasien sebelum dan sesudah pemberian lidokain HCℓ 2%.

3. Tidak ada perubahan tekanan darah sistolik pasien sebelum dan sesudah pemberian artikain HCℓ 4%.

4. Tidak ada perubahan tekanan darah diastolik pasien sebelum dan sesudah pemberian artikain HCℓ 4%.

6.2 Saran

1. Perlu dokter gigi memberikan dental konseling sebelum diberikan anestesi kepada pasien agar tidak merasa cemas dan takut saat dilakukan pencabutan gigi sehingga tekanan darah tidak mengalami peningkatan yang berarti.

2. Perlu dilakukan pengambilan tekanan darah dengan berulang sebelum dan sesudah dilakukan pemberian anestesi lokal agar pengukuran tekanan darah lebih akurat.

3. Sebagai bahan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya menggunakan sampel yang lebih besar dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang lebih baik untuk meningkatkan keakuratan dalam penelitian tersebut.


(36)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatsis di dalam tubuh. Tekanan darah didefinisikan sebagai daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Tekanan darah timbul dari adanya tekanan arteri yaitu tekanan yang terjadi pada dinding arteri. Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang menetap.14,16,22

Tekanan darah terdiri dari tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan sistolik yaitu tekanan maksimum dari darah yang mengalir pada arteri yang terjadi pada saat ventrikel jantung berkontraksi, besarnya sekitar 100-140 mmHg. Tekanan diastolik yaitu tekanan darah paling rendah pada dinding arteri pada saat jantung relaksasi, besarnya sekitar 60-90 mmHg. Tekanan darah pada umumnya berkisar pada rata-rata nilai normal sekitar 120 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan diastolik. Tekanan darah seseorang dapat lebih atau kurang dari batasan normal. Peningkatan tekanan darah lebih dari normal disebut tekanan darah tinggi atau hipertensi. Sebaliknya, jika kurang dari normal disebut tekanan darah rendah atau hipotensi.14,19

Hipertensi disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan yang lebih penting lagi kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi karena bertambahnya usia lebih besar pada orang yang banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam. Pengaturan gizi dapat menurunkan tekanan darah. Penurunan tersebut akan menstimulasi kerja sistem saraf perifer terutama parasimpatis yang menyebabkan vasodilatasi penampang pembuluh darah akan mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastotik. Tekanan darah sistolik dan diastolik pada wanita muda lebih rendah daripada pria muda sampai usia


(37)

55-65 tahun, namun setelah usia tersebut tekanan darah wanita menjadi setara dengan tekanan darah pria. Tekanan darah juga menurun sebanyak 20 mmHg atau kurang pada saat tidur.14,15,16

2.1.1 Standar Tekanan Darah Normal

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah pada usia dewasa menurut Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure / JNC VII19

Klasifikasi Tekanan Darah pada Usia Dewasa

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik

Normal <120 mmHg <80 mmHg

Pre-Hipertensi 120 – 139 mmHg 80 - 89 mmHg Hipertensi Stadium 1 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg

Hipertensi Stadium 2 160 mmHg 100 mmHg

Pada tabel 1 menunjukkan klasifikasi tekanan darah untuk usia dewasa di atas 18 tahun. Prehipertensi bukan termasuk suatu penyakit, tetapi sesorang yang teridentifikasi berisiko tinggi terkena hipertensi sehingga dokter gigi harus waspada terhadap resiko ini. Seseorang yang prehipertensi juga tidak diharuskan untuk mengikuti terapi dan disarankan untuk mengubah ke gaya hidup sehat untuk mengurangi risiko hipertensi.19

2.1.3 Teknik dan Metode Pengukuran Tekanan Darah

Untuk mengukur tekanan darah maka perlu dilakukan pengukuran tekanan darah secara rutin. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan masalah kesehatan lain. Sedangkan pada pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Kemudian dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi.16


(38)

a. Metode Auskultasi

Pengukuran tekanan darah diukur yang dilakukan dengan metode auskultasi menggunakan alat yaitu sphygmomanometer. Sphygmomanometer terdiri dari manset yang digunakan untuk menghentikan aliran darah arteri brakial, manometer raksa yang digunakan untuk membaca tekanan, bulb sebagi pemompa manset disertai sebuah katup untuk mengeluarkan udara dari manset, dan stetoskop digunakan untuk mendengarkan bunyi tekanan darah yang diletakkan di atas arteri brakialis. Bunyi tekanan darah pertama adalah sistolik dan bunyi yang terakhir adalah diastolik. Tekanan sistolik dan tekanan diastolik diukur dengan cara mendengar (auskultasi) bunyi yang timbul pada arteri brakhialis yang di sebut bunyi Korotkoff. Bunyi ini timbul akibat timbulnya aliran turbulen dalam arteri tersebut.15

Manset dihubungkan pada manometer air raksa (sphygmomanometer) kemudian dililitkan di sekitar lengan. Rabalah arteri brakhialis untuk menentukan tempat meletakkan stetoskop. Kemuduan manset dipompa sampai denyut brakhial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakhialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya denyutan brakhial. Turunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai terdengar suara bunyi berdetak yang menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi yang terdengar tersebut dikenal sebagai bunyi Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung dan akan terus terdengar dari arteri brakhialis sampai tekanan dalam manset turun dibawah tekanan diastolik dan pada titik tersebut bunyi akan menghilang.15,16,22


(39)

Gambar 1. Pengukuran tekanan darah dengan metode auskultasi.18

b. Metode Palpasi

Metode Palpasi adalah metode yang paling sering digunakan tetapi memiliki keterbatasan mengukur tekanan sistolik saja. Metode palpasi juga dapat dilakukan apabila tekanan darah sulit didengarkan. Namun demikian, tekanan diastolik tidak dapat ditentukan dengan akurat menggunakan metode ini.17

Cara pengukurannya yaitu manset yang dililitkan pada lengan dipompa sambil memegang nadi radialis. Pada suatu tekanan tertentu dimana denyut nadi tidak teraba lagi tekanan manset perlahan-lahan diturunkan dengan jari tetap meraba nadi. Pada suatu saat tertentu akan teraba nadi ini lagi yang disebut tekanan sistolik dengan mencatat berapa nilai dalam mmHg.15,16,22

Tekanan yang diperoleh dengan metode palapasi biasanya 2-5 mmHg lebih rendah dibandingkan dengan yang di ukur dengan metode auskultasi oleh karena adanya kesukaran untuk menentukan secara pasti kapan denyut pertama teraba.15,16,22

Gambar 2. Pengukuran tekanan darah dengan metode palpasi.20


(40)

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tekanan darah yaitu:16,21,22

1. Kekuatan jantung memompa darah.

Gerakan jantung terdiri atas dua jenis, yaitu kontrasi dan relaksasi. Kontaksi kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan lebih kuat. Ventrikel kiri memompa lebih kuat karena harus mendorong darah ke seluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah arteri sistemik, ventrikel kanan juga memompa volume darah yang sama, tetapi hanya mendorong darah ke sekitar paru-paru dimana tekanannya jauh lebih rendah.

2. Viskositas (kekentalan) darah

Kekentalan atau visikositas darah mempengaruhi kemudahan aliran darah melewati pembuluh yang kecil, dan visikositas darah ditentukan oleh hematokrit, apabila hematokrit meningkat, aliran darah lambat, tekanan darah arteri naik. Besarnya gesekan yang ditimbulkan oleh cairan terhadap dinding pembuluh yang dilaluinya, berbeda-beda sesuai dengan viskositas cairan. Makin pekat cairan makin besar kekuatan yang diperlukan untuk mendorongnya melalui pembuluh darah dan semakin naiknya tekanan darah.

3. Volume darah

Volume darah total di tubuh sekitar 5 sampai 5,5 liter, kedua belahan jantung memompa darah dalam jumlah yang setara dengan volume darah total tiap menitnya. Dengan kata lain, setiap menit ventrikel kanan memompa 5 liter darah ke paru dan ventrikel kiri memompa 5 liter darah ke sirkulasi sistemik. Sedangkan volume sekuncup (volume darah yang dipompa per denyut) rata-rata adalah 70 ml per denyut. Besarnya volume darah akan menimbulkan efek nyata pada curah jantung dan tekanan darah. Penurunan volume darah akibat perdarahan dapat menyebabkan penurunan tekanan darah.


(41)

4. Tahanan tepi (resistensi perifer)

Tahanan yang dikeluarkan oleh darah mengalir dalam pembuluh darah dalam sirkulasi darah besar yang berada dalam arteriol. Seiring dengan peningkatan resistensi terhadap aliran, darah akan semakin sulit melintasi pembuluh, sehingga aliran berkurang. Apabila resistensi meningkat, tekanan harus meningkat juga agar laju aliran tidak berubah. Dengan demikian, apabila pembuluh memberikan resistensi yang lebih besar terhadap aliran darah, jantung harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan sirkulasi agar adekuat.

5. Aliran balik vena (venous return)

Aliran balik vena mengacu pada volume darah yang masuk ke tiap-tiap atrium per menit dari vena. Besarnya laju aliran melalui suatu pembuluh berbanding lurus dengan tekanan. Stimulasi simpatis menimbulkan vasokonstriksi vena sehingga meningkatkan tekanan vena, hal ini dapat meningkatkan tekanan untuk mendorong lebih banyak darah dari vena ke dalam atrium kanan. Peningkatan aktivitas simpatis dan vasokonstriksi vena yang menyertai olahraga juga meningkatkan aliran balik vena.


(42)

2.2 Anestesi Lokal

Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi lokal dan anestesi umum. Anestesi lokal adalah hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran dan anestesi umum, yaitu hilang rasa sakit disertai hilang kesadaran. Tindakan anestesi digunakan untuk mempermudah tindakan operasi maupun memberikan rasa nyaman pada pasien selama operasi.24

Anestesi lokal menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Obat ini bekerja pada tiap bagian susunan saraf. Pemberian anestesi lokal pada batang saraf menyebabkan paralisis sensorik dan motorik di daerah yang dipersarafinya. Paralisis saraf oleh anestetik lokal bersifat reversibel, tanpa merusak serabut atau sel saraf. Anestesi lokal ialah obat yang menghasilkan blokade konduksi sementara terhadap rangsang transmisi sepanjang saraf, jika digunakan pada saraf sentral atau perifer. Anestesi lokal setelah keluar dari saraf diikuti oleh pulihnya konduksi saraf secara spontan dan lengkap tanpa diikuti oleh kerusakan struktur saraf.24,25

Anestesi lokal adalah hilangnya sensasi sementara termasuk nyeri pada salah satu bagian tubuh yang dihasilkan oleh agen topikal-diterapkan atau disuntikkan tanpa menekan tingkat kesadaran. Larutan anestesi lokal yang ideal sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen, memiliki batas keamanan yang luas, mula kerja harus sesingkat mungkin, durasi kerja harus cukup lama, larut dalam air, dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan.24,25

2.11 Mekanisme Anestesi Lokal

Mekanisme anestesi lokal yaitu dengan menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Bahan ini bekerja pada tiap bagian susunan saraf. Anestesi lokal mencegah terjadi pembentukan dan konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya terutama di membran sel, efeknya pada aksoplasma hanya sedikit saja.

Potensial aksi saraf terjadi karena adanya peningkatan sesaat permeabilitas membran terhadap ion natrium (Na+) akibat depolarisasi ringan pada membran. Proses inilah yang dihambat oleh anestesi lokal, hal ini terjadi akibat adanya interaksi


(43)

langsung antara zat anestesi lokal dengan kanal Na+ yang peka terhadap adanya perubahan voltase muatan listrik. Dengan semakin bertambahnya efek anestesi lokal di dalam saraf, maka ambang rangsang membran akan meningkat secara bertahap, kecepatan peningkatan potensial aksi menurun, konduksi impuls melambat dan faktor pengaman konduksi saraf juga berkurang. Faktor-faktor ini akan mengakibatkan penurunan kemungkinan menjalarnya potensial aksi mengakibatkan kegagalan konduksi saraf.

Anestesi lokal juga mengurangi permeabilitas membran bagi (kalium) K+ dan Na+ dalam keadaan istirahat, sehingga hambatan hantaran tidak disertai banyak perubahan pada potensial istirahat. Pengurangan permeabilitas membran oleh anestesi lokal juga timbul pada otot rangka, baik waktu istirahat maupun waktu terjadinya potensial aksi.

Potensi berbagai anestetikum lokal sama dengan kemampuannya untuk meninggikan tegangan permukaan selaput lipid monomolekuler. Mungkin sekali anestesi lokal dapat meningkatkan tegangan permukaan lapisan lipid yang merupakan membran sel saraf, dengan demikian pori dalam membran menutup sehingga menghambat gerak ion melalui membran. Hal ini akan menyebabkan penurunan permeabilitas membran dalam keadaan istiharat sehingga akan membatasi peningkatan permeabilitas Na+. Dapat disimpulkan bahwa cara kerja utama bahan anestesi lokal adalah dengan bergabung dengan reseptor spesifik yang terdapat pada kanal Na, sehingga mengakibatkan terjadinya blokade pada kanal tersebut, dan hal ini akan mengakibatkan hambatan gerakan ion melalui membran.3,4,11,12

2.2.3 Klasifikasi Anestesi Lokal

Anestesi lokal diklasifikasikan menjadi dua kategori umum sesuai dengan ikatan, yaitu ikatan golongan amida (-NHCO-) dan ikatan golongan ester (-COO-).


(44)

Perbedaan ini berguna karena ada perbedaan ditandai dalam alergenitas dan metabolisme antara dua kategori bahan anestetikum lokal. Secara kimiawi, bahan anestetikum lokal dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu :4,5,12,23

A. Golongan Ester (-COO-) 1. Prokain

2. Tetrakain 3. Kokain 4. Benzokain 5. Kloroprokain

B. Golongan Amida (-NHCO-) 1. Lidokain

2. Mepivakain 3. Bupivacaine 4. Prilokain 5. Artikain 6. Dibukain 7. Ropivakain 8. Etidokain 9. Levobupivakain

Perbedaan klinis yang signifikan antara golongan ester dan golongan amida adalah ikatan kimiawi golongan ester lebih mudah rusak dibandingkan ikatan kimiawi golongan amida sehingga golongan ester kurang stabil dalam larutan dan tidak dapat disimpan lama. Bahan anestetikum golongan amida stabil terhadap panas, oleh karena itu bahan golongan amida dapat dimasukkan kedalam autoklaf, sedangkan golongan ester tidak bisa. Hasil metabolisme golongan ester dapat memproduksi para-aminobenzoate (PABA), yaitu zat yang dapat memicu reaksi alergi, sehingga golongan ester dapat menimbulkan fenomena alergi. Hal inilah yang menjadi alasan bahan anestetikum golongan amida lebih sering digunakan daripada golongan ester.4,5,13,24


(45)

2.2.3 Jenis-Jenis Anestesi Lokal 1. Lidokain

Lidokain disintesis pada tahun 1943 dan pada tahun 1948, anestetikum lokal golongan amida pertama telah dipasarkan. Anestesi terjadi lebih cepat, lebih kuat dan lebih luas daripada yang ditunjukkan oleh prokain pada konsentrasi yang sebanding. Lidokain merupakan aminoetilamid dan merupakan prototik dari anestetikum lokal golongan amida. Penggunaan lidokain sebagai larutan polos dalam konsentrasi sampai 2% memberikan efek anestesi yang pendek pada jaringan lunak. Formulasi tersebut tidak memberikan efek anestesi yang cocok pada pulpa gigi. Ketika vasokonstriktor ditambahkan ke 2% lidokain, maka efek anestesi bertambah pada gigi yang di anestesi. Vasokonstriktor yang paling umum digunakan adalah epinefrin (adrenalin) biasanya sekitar konsentrasi 1:200.000 ke 1:80.000. Oleh karena itu, lidokain cocok untuk anestesi infiltrasi, blok dan topikal. Selain itu, lidokain memiliki keuntungan dari Onset of Action yang lebih cepat, penambahan epinefrin menyebabkan vasokonstriktor dari arteri mengurangi perdarahan dan juga penundaan resorpsi lidokain sehingga memperpanjang masa lama kerja hampir dua kali lipat.4,24,25,30

2. Mepivakain

Mepivakain merupakan anestetikum lokal golongan amida yang bersifat farmakologiknya mirip lidokain. Mepivakain memiliki mula kerja yang lebih cepat daripada prokain dan masa lama kerja yang menengah. Mepivakain menghasilkan vasodilatasi yang lebih sedikit dari lidokain. Mepivakain ketika disuntik dengan konsentrasi 2% dikombinasikan dengan 1:100 000 adrenalin, memberikan efek anestesi yang mirip seperti lidokain 2% dengan adrenalin. Larutan mepivakain 3% tanpa vasokonstriktor akan memberikan efek anestesi yang lebih baik dari lidokain 2% . Mepivakain digunakan untuk anestesi infiltrasi, blok saraf regional dan anestesi spinal.4,24,25,30

3. Prilokain

Anestetikum lokal golongan amida ini efek farmakologiknya mirip lidokain, tetapi mula kerja dan masa kerjanya lebih lama. Efek vasodilatasinya lebih kecil daripada lidokain, sehingga tidak memerlukan vasokonstriktor. Toksisitas terhadap


(46)

sistem saraf pusat (SSP) lebih ringan, penggunaan intravena blok regional lebih aman. Sifat toksik yang unik dari prilokain yaitu dapat menimbulkan methemoglobinemia, hal ini disebabkan oleh adanya metabolit prilokain yaitu orto-toluidin dan nitroso-orto-toluidin yang mempengaruhi masa kerja prilokain. Efek anestesi prilokain kurang kuat dibandingkan lidokain. Prilokain dipasarkan sebagai solusi 4% dengan dan tanpa 1:200.000 adrenalin. Efek toksisitas sistemik prilokain kurang dibandingkan lidokain. Biasanya digunakan untuk mendapatkan anestesi infiltrasi dan blok.4,24,28,30

4. Artikain

Struktur amida dari artikain mirip dengan anestetikum lokal lainnya, tetapi struktur molekulnya berbeda melalui kehadiran cincin thiophene bukan cincin benzena. Artikain mengandung gugus ester tambahan yang dimetabolisme oleh estearases dalam darah dan jaringan. Artikain dapat digunakan pada konsentrasi yang lebih tinggi, yaitu artikain 4% dengan adrenalin 1:100 000 atau 1:200 000. Ada beberapa kekhawatiran, bahwa anestetikum lokal ini apabila digunakan pada konsentrasi tinggi dapat meningkatkan toksisitas lokal yang dapat menyebabkan Duration of Action menjadi lama, parestesia atau dysaesthesia ketika digunakan untuk blok regional. Ada beberapa bukti bahwa infiltrasi bukal menggunakan artikain 4% seefektif anestesi lokal alveolar inferior dengan lidokain 2% pada gigi mandibular orang dewasa. Artikain digunakan baik untuk anestesi infiltrasi maupun blok, dengan teknik blok dapat menghasilkan masa kerja yang lebih lama.6,25,26,30

5. Bupivakain

Bupivakain merupakan anestetikum lokal yang termasuk dalam golongan amida amino. Bupivakain mempunyai masa kerja panjang. Ketika digunakan sebagai injeksi intraoral, bahan ini telah terbukti mengurangi jumlah analgesik yang dibutuhkan untuk mengontrol rasa nyeri pasca operasi setelah pembedahan. Formulasi bupivakain sekitar 0,25-0,75% dengan dan tanpa adrenalin (biasanya 1:200 000). Mula kerjanya lambat tapi masa kerjanya panjang. Digunakan untuk anestesi infiltrasi, blok saraf, epidural dan anestesi intratekal.30


(47)

6. Etidokain

Etidokain dalam konsentrasi 1,5% dengan 1:200.000 adrenalin telah digunakan dalam prosedur bedah mulut. Ia memiliki masa kerja yang lebih lama dari lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000 bila digunakan sebagai anestesi blok tetapi tidak seefektif lidokain dengan adrenalin saat digunakan untuk anestesi infiltrasi.30

7. Ropivakain

Ropivakain dikembangkan setelah bupivakain tercatat dikaitkan dengan serangan jantung, terutama pada wanita hamil. Ropivakain ditemukan memiliki kardiotoksisitas kurang dari bupivakain. Ropivakain diindikasikan untuk anestesi lokal termasuk infiltrasi, blok saraf, epidural dan anestesi intratekal pada orang dewasa dan anak di atas 12 tahun. Karakteristiknya, yaitu memiliki mula kerja dan masa lama kerja yang sama dengan bupivakain, dengan potensinya yang lebih rendah sedikit.27

8. Kokain

Kokain merupakan anestetikum lokal yang pertama digunakan dalam dunia kedokteran. Bahan anestetikum lokal yang alami dan merupakan ester asam benzoat dengan basa yang mengandungi nitrogen (N). Efek kokain yang paling penting bila digunakan secara lokal yaitu menghambat hantaran saraf. Efek sistemik yang paling mencolok yaitu rangsangan susunan saraf pusat (SSP). Berdasarkan efek ini, kokain pernah digunakan secara luas untuk tindakan di bidang optalmologi, tetapi kokain ini dapat menyebabkan terkelupasnya epitel kornea. Maka penggunaan kokain sekarang sangat dibatasi untuk pemakaian topikal, khususnya untuk anestesi saluran nafas atas.12,24

9. Prokain

Prokain disintesis dan diperkenalkan pada tahun 1905 dengan nama dagang novokain. Selama lebih dari 50 tahun obat ini merupakan bahan terpilih untuk anestesi lokal, namun kegunaannya tergantikan oleh anestetikum lain, lidokain yang ternyata lebih kuat dan lebih aman dibanding dengan prokain. Larutan polos 2% prokain tidak memberikan efek anestesi pada pulpa dan efek anestesi pada jaringan lunak 15 sampai 30 menit. Hasilnya didapatkan sifat vasodilatasi yang mendalam. Prokain menghasilkan efek vasodilatasi terbesar dibandingkan dengan anestetikum


(48)

lokal lain. Maka lebih sulit untuk mempertahankan prokain karena meningkatnya perdarahan sewaktu pembedahan. Prokain secara klinis mempunyai masa kerja yang lambat karena daya penetrasinya yang kurang baik. Prokain digunakan untuk anestesi infiltrasi, blok saraf, epidural, kaudal dan spinal.24,30

10. Tetrakain

Tetrakain merupakan anestetikum lokal golongan ester yang mempunyai masa kerja yang lama. Tetrakain adalah derivat asam para-aminobenzoat. Anestetikum lokal ini 10 kali lebih kuat dan lebih toksik daripada prokain. Tetrakain tidak lagi tersedia dalam bentuk injeksi di kedokteran gigi tetapi digunakan untuk anestesi topikal yang paling umum dipasarkan dalam 2% garam hidroklorida berkombinasi dengan 14% benzokain dan 2% butamben dalam larutan semprotan aerosol, gel, dan salep. Tetrakain menjadi salah satu anestesi topikal yang paling efektif. Tetrakain mempunyai mula kerja yang lambat untuk anestesi topikal dan masa kerjanya adalah sekitar 45 menit setelah anestesi topikal.27,30

11. Levobupivakain

Levobupivakain merupakan isomer tunggal bupivakain dan memiliki keuntungan hanya sedikit efek kardiotoksiknya. Telah terbukti bahwa bahan ini seefektif bupivakain dan anestetikum lain. Penggunaannya sebagai injeksi intraoral pada saat anestesi umum dapat mengurangi kebutuhan analgesik pasca operasi setelah pembedahan mulut. Levobupivakain ini tersedia dalam konsentrasi antara 0,25-0,75%.27

2.3 Vasokonstiktor

Sifat anestesi lokal mudah diabsorbsi dari tempat suntikan setelah pemberian ke dalam jaringan. Hal ini dapat menyebabkan Onset of Action dari anestesi lokal terbatas kecuali bila aliran darah ke tempat tersebut dikurangi. Oleh karena itu agar aliran darah berkurang diperlukan suatu penambahan zat vasokonstriktor pada larutan anestesi lokal yang bisa menyebabkan pembuluh darah menjadi vasokonstriksi.4,12 Penambahan vasokonstriktor pada larutan anestesi lokal sebenarnya memiliki keuntungan, antara lain vasokonstriktor mengurangi toksisitas obat anestesi lokal dengan memperpanjang lama absorbsi setelah injeksi, vasokonstriktor juga berperan


(49)

sebagai penghenti perdarahan, mengurangi kehilangan darah pada daerah pembedahan dan menyebabkan daerah tersebut lebih kering, serta vasokonstriktor meningkatkan durasi kerja dan dalamnya anestesi dengan mengurangi absorbsi pada aliran darah.4,5,12

2.3.1 Pengaruh Vasokonstriktor terhadap Kardiovaskular

Vasokonstriktor merupakan suatu agonis simpatomimetik yang bisa menyebabkan terjadinya hal-hal seperti peningkatan tekanan darah dengan bahaya, pendarahan otak, aritmia, fibrilasi ventrikular, hiperglikemia, mual, takikardi, palpitasi, gelisah dan midriasis. Sebagian vasokonstriktor mungkin akan diserap dan bila jumlahnya cukup banyak akan menimbulkan efek samping misalnya, gelisah, takikardi, palpitasi dan nyeri dada. Mungkin pula terjadi perlambatan penyembuhan luka, oedema atau nekrosis. Efek yang terakhir ini dapat terjadi karena amin simpatomimetik menyebabkan peninggian pemakaian oksigen jaringan, dan dengan adanya vasokonstriksi terjadi hipoksia serta kerusakan jaringan setempat.12

2.3.2 Mekanisme Kerja Vasokonstriktor dalam Peningkatan Kerja Jantung

Vasokonstriktor merupakan jenis zat yang bersifat simpatomimetik atau obat pengaktif adrenoseptor. Agonis adrenoseptor sendiri sebenarnya dibedakan menjadi dua. Yang pertama berdasarkan spektrum efeknya, yaitu agonis alfa dan agonis beta, segolongan obat yang bekerja pada reseptor alfa dan beta ( 1 dan 2). Yang kedua berdasarkan mekanisme kerjanya, apakah langsung mengaktifkan adrenoreseptor (mekanisme langsung) atau menyebabkan pelepasan katekolamin endogen (mekanisme tidak langsung).12,30

Adrenalin akan mengaktivasi reseptor 1 di otot jantung, sel pacu jantung dan jaringan konduksi oleh karena adanya vasokonstriktor. Dikatakan pula bahwa adrenalin juga mempercepat depolarisasi fase 4, yaitu depolarisasi lambat sewaktu diastol, dan nodus sino-atrial (SA) dan sel otomatik lainnya, dengan demikian mempercepat firing rate pacu jantung dan merangsang pembentukan fokus ektopik


(50)

dalam ventrikel. Dalam nodus SA, adrenalin juga menyebabkan perpindahan pacu jantung ke sel yang mempunyai firing rate lebih cepat. Adrenalin mempercepat kondisi sepanjang jaringan konduksi, mulai dari atrium ke nodus atrioventrikuler (AV), sepanjang bundle of His dan serat Purkinje sampai ke ventrikel. Adrenalin juga memperkuat kontraksi dan mempercepat relaksasi serta memperpendek waktu sistolik tanpa mengurangi waktu diastolik, akibatnya adrenalin mampu mempercepat denyut jantung dalam, kisaran fisiologis. Akhirnya semua hal tersebut mampu meningkatkan curah dan kerja jantung. Dosis adrenalin yang berlebihan membuat tekanan darah naik sangat tinggi, juga menimbulkan kontraksi ventrikel prematur yang diikuti takikardi ventrikel dan akhirnya fibrilasi ventrikel.24,30

Perangsangan oleh adrenalin terjadi pada reseptor 1 dan 1. Perangsangan yang terjadi pada resptor 1 berhubungan dengan enzim fosfolipase C (PLC) yang, menyebabkan terjadinya hidrolisis fosfatidil inositol difosfat (PIP2) menjadi inositol trifosfat (IP3) dan diagliserol (DAG). IP3 akan menstimulisasi Ca2+ dari retikulum endoplasmik. Maka yang terjadi selanjutnya adalah kontraksi otot jantung yang akan mengakibatkan peningkatan kerja jantung.24,30

Pada reseptor 1, perangsangannya menyebabkan perubahan ATP menjadi cAMP yang melalui protein G stimulasi (G2). Aktivasi reseptor menstimulasi enzim tersebut sehingga kadar cAMP meningkat. cAMP akan berkaitan dengan reseptornya, yakni protein kinase A. Ikatan ini akan mengaktifkan enzim yang selanjutnya akan mengkatalisis fosforilasi berbagai protein seluler dan dapat menimbulkan efek adrenergik . Protein Gs juga dapat secara langsung mengaktifkan kanal Ca2+ pada membran sel otot jantung.24,30

2.3.3 Konsentrasi Aman Vasokonstriktor di dalam Larutan Anestesi Lokal

Bagaimanapun penggunaan anestesi lokal yang mengandung zat vasokonstriktor harus tetap disertai dengan adanya peringatan. Peringatan disini artinya penggunaan dosis minimum vasokonstriktor yang diinjeksikan bersama larutan anestesi lokal. Pasien-pasien dengan riwayat penyakit infarkmiokard, dan penyakit serobrovaskuler perlu mempertimbangkan peringatan ini.8


(51)

2.4 Kerangka Teori Lidokain HCℓ 2% dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000

Perbedaan perubahan tekanan darah

Artikain HCℓ 4% dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000.


(52)

2.5 Kerangka Konsep Pemberian Anestesi Lokal Pencabutan Gigi Sebelum Pemberian Anestesi Lokal Lidokain dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000 Sesudah Pemberian Anestesi Lokal Artikain dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000 Pengukuran Tekanan Sistolik Pengukuran Tekanan Darah Pengukuran Tekanan Diastolik Sebelum Pemberian Anestesi Lokal Artikain dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000 Sesudah Pemberian Anestesi Lokal Lidokain dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000


(53)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anestetikum lokal merupakan salah satu bahan yang paling sering digunakan dalam kedokteran gigi, bahkan menjadi bahan yang mutlak digunakan dalam praktek dokter gigi sehari-hari.1 Menurut Malamed SF, anestesi lokal dapat mengkontrol rasa nyeri dalam bidang kedokteran gigi. Penggunaan bahan anestesi lokal yang spesifik diharapkan dapat memberikan kenyamanan selama pasien menjalani perawatan dalam bidang kedokteran gigi.2 Penggunaan anestesi lokal yang semakin luas dan meningkat dalam bidang kedokteran gigi merupakan cerminan dari efisiensi, kenyamanan dan hasil dari kontraindikasi yang minimal. Perawatan di bedah mulut terutama dalam perawatan pencabutan harus dilakukan pemberian anestesi lokal sebelum tindakan.3 Anestesi lokal yang digunakan di kedokteran gigi pada umumnya menggunakan anestesi yang mengandung vasokonstriktor, karena memberikan beberapa manfaat yaitu mempunyai efek samping yang relatif sedikit, menambah durasi kerja anestesi lokal serta mengontrol pendarahan selama perawatan.4

Adrenalin merupakan suatu alkaloid sintetik yang hampir mirip dengan sekresi medulla adrenalin alami. Salah satu pengaruh dari pemberian anastesi lokal yang mengandung adrenalin adalah terjadi perubahan tekanan darah antara sebelum dan setelah pemberian anastesi lokal. Penentuan tekanan darah dan denyut nadi sangat diperlukan pada pasien bedah mulut. Pengukuran tekanan darah tidak hanya dilakukan terhadap pasien yang diduga hipertensi saja, tetapi dapat dilakukan pada semua pasien bedah mulut. Pemeriksaan ini juga dapat dipakai untuk mencegah kejadian-kejadian yang merugikan sewaktu atau sesudah dilakukan perawatan gigi.3,4,9

Ketabi M dkk melakukan penelitian menggunakan anestesi lokal yang mengandung adrenalin menunjukkan kenaikan tekanan darah sistolik dan diastolik tetapi peningkatan tekanan darah yang kecil tidak relevan secara klinis dan medikal. Malahan satu ampul lidokain yang mengandung adrenalin masih digunakan pada


(54)

pasien dengan penyakit kardiovaskuler karena aman dan mempunyai efek positif yang tinggi seperti kurang toksik, durasi kerja anestesi lokal yang lebih lama dan mengurangi pendarahan.5

Malamed S.F dkk melakukan penelitian untuk membandingkan keamanan dan efektifitas dari artikain HCℓ 4% dengan konsentrasi epinefrin 1: 100.000 dan lidokain 2% dengan konsentrasi epinefrin 1: 100.000. Hasilnya menunjukkan bahwa artikain HCℓ 4% dengan konsentrasi epinefrin 1: 100.000 dapat ditoleransi dengan baik oleh subjek, efektif dalam mencegah timbulnya nyeri selama prosedur perawatan gigi, memiliki onset yang cepat dan durasi anestesi yang lama, sehingga lebih aman digunakan pada praktek kedokteran gigi.6

Berdasarkan penelitian Neves R.S dkk, tekanan darah sistolik meningkat sebanyak 14 mmHg sedang tekanan darah diastolik meningkat sebanyak 5-7 mmHg pada penggunaan lidokain 2% dengan konsentrasi adrenalin 1: 100.000 tetapi tidak terlihat perubahan tekanan darah yang signifikan pada penggunaan anestesi lokal yang mengandung adrenalin dan anestesi lokal tanpa adrenalin.7

Ghavimi M.A dkk melakukan penelitian tentang perbedaan tekanan darah dan denyut nadi menggunakan anestesi lokal yang mengandung adrenalin dan anestesi tanpa adrenalin. Penggunaan obat bius lidokain 2% dengan kombinasi epinefrin 1: 80.000 dapat meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Meskipun perubahan ini meningkatkan tekanan darah dan denyut nadi, perubahan ini masih di dalam taraf yang normal dan ini tidak akan mengakibatkan masalah.8

Dalam praktek kedokteran gigi, keadaan emosi, stres dan kecemasan kadang dijumpai pada pasien yang berkunjung ke dokter gigi.9 Hal ini bisa saja disebabkan oleh pasien yang mungkin pertama kali berkunjung ke dokter gigi atau pasien yang stres atau memiliki ketakutan tertentu terhadap tindakan perawatan gigi. Keadaan ini dapat memicu reaksi pertahanan yang ditandai dengan peningkatan aktivitas saraf simpatis. Tekanan darah dan denyut nadi dapat digunakan sebagai parameter untuk mendeteksi adanya peningkatan aktivitas saraf simpatis tersebut. Hal tersebut pada akhirnya akan menghasilkan perubahan tekanan darah dan denyut nadi sebelum dan sesudah dilakukan tindakan anestesi lokal.10


(55)

Atas dasar tersebut, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai perbandingan penggunaan lidokain dengan kombinasi adrenalin 1:100.000 dan Artikain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 pada perubahan tekanan darah pasien di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016.

2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perubahan tekanan darah sistolik pasien pada penggunaan Lidokain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016?

2. Apakah ada perubahan tekanan darah diastolik pasien pada penggunaan Lidokain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016?

3. Apakah ada perubahan tekanan darah sistolik pasien pada penggunaan Artikain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016?

4. Apakah ada perubahan tekanan darah diastolik pasien pada penggunaan Artikain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016?

3.1 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan penggunaan Lidokain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 dan Artikain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 pada perubahan tekanan darah pasien di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016.


(56)

4.1 Hipotesis

Ho : Tidak ada perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pasien pada penggunaan Lidokain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 dan Artikain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016.

Ha : Ada perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pasien pada penggunaan Lidokain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 dan Artikain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016.

5.1 Manfaat Penilitian

Berikut ini merupakan beberapa manfaat dari penelitian yang akan dilakukan: 1. Sebagai tambahan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat, dokter gigi, dan praktisi mengenai perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pasien pada penggunaan Lidokain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 dan Artikain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU 2016.

2. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi.

3. Sebagai tambahan pengetahuan bagi peneliti dan sebagai bahan perbandingan antara praktik dengan teori yang ada.

4. Sebagai masukan bagi Departmen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU dalam pemberian anestesi lokal yang mengandung adrenalin.


(1)

6. Teman-teman semasa perkuliahan, Sivakumar Yoganathan, Monica Dashni, Vikneswari Asokan, Shalini Rajan, Thivyah Thuruvan, Joey Wong Joe, Koh Sheng Zhe, Raja Malem, Wendy, Rifqy Halim, Vincent Tannius, Prajogo Harkamto dan teman-teman yang lain serta seluruh teman mahasiswa stambuk 2012 atas dukungan, saran dan bantuannya kepada penulis.

7. Teman seperjuangan skripsi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU, Nurhani Harun, Anis Fatin Farhah, Ganesh Dorasamy dan teman-teman lainnya atas dukungan dan semangat untuk kebahagiaan penulis.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat digunakan dan memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, pengembangan ilmu, dan masyarakat.

Medan, Maret 2016

Penulis,

(Samueal Durairaj) NIM: 120600198


(2)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL………

HALAMAN PERSETUJUAN……….

DAFTAR ISI……… iii

DAFTAR TABEL……… v

DAFTAR GAMBAR………... vi

DAFTAR LAMPIRAN……… vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……….. 1

1.2 Rumusan Masalah………. 3

1.3 Tujuan Penelitian……….. 3

1.4 Hipotesis……… 4

1.5 Manfaat Penelitian………. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah……….. 5

2.1.1 Standar Tekanan Darah Normal……….…. 6

2.1.2 Teknik dan Metode Pengukuran Tekanan Darah……… 6

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mepengaruhi Tekanan Darah……….. 9

2.2 Anestesi Lokal ...……….. 11

2.2.1 Mekanisme Anestesi Lokal.……….... 11

2.2.2 Klasifikasi Anestesi Lokal....……….. 12

2.2.3 Jenis-Jenis Anestesi Lokal…….…..………... 14

2.3 Vasokonstriktor……..……….. 17

2.3.1 Pengaruh Vasokonstriktor terhadap Kardiovaskular…………... 18

2.3.2 Mekanisme Kerja Vasokonstriktor dalam Peningkatan Kerja Jantung...………. 18

2.3.3 Konsentrasi Aman Vasokonstriktor di dalam Larutan Anestesi Lokal...………... 20

2.4 Kerangka Teori……… 20


(3)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian………...……… 22

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………. 22

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian………. 23

3.4 Variabel dan Definisi Operasional……….... 24

3.5 Alat dan Bahan Penelitian……….. 24

3.6 Prosedur Penelitian………. 25

3.7 Analisis data………... 26

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Data Demografis Subjek Penelitian……….. 27

4.2 Deskriptif Tekanan Darah………. 28

4.3 Perubahan Tekanan Darah Sistolik Pasien pada Penggunaan Lidokain dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000………. 30

4.4 Perubahan Tekanan Darah Diastolik Pasien pada Penggunaan LidokainHCℓ 2% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000…….. 32

4.5 Perubahan Tekanan Darah Sistolik Pasien pada Penggunaan Artikain HCℓ 4% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000………. 32

4.6 Perubahan Tekanan Darah Diastolik Pasien pada Penggunaan Artikain HCℓ 4% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000……… 33

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Perubahan Tekanan Darah Sistolik Pasien pada Penggunaan Lidokain HCℓ 2% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000………. 35

5.2 Perubahan Tekanan Darah Diastolik Pasien pada Penggunaan Lidokain HCℓ 2% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000………. 36

5.3 Perubahan Tekanan Darah Sistolik pasien pada Penggunaan Artikain HCℓ 4% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000……….. 37

5.4 Perubahan Tekanan Darah Diastolik pasien pada Penggunaan Artikain HCℓ 4% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000………… 38

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN……… 39

6.2 SARAN……….... 39

DAFTAR PUSTAKA……… 40 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL Tabel

Halaman 1. Klasifikasi tekanan darah pada usia dewasa menurut Chobanian

AV…....………. 6

2. Variabel dan definisi operasional………. 24 3. Data Demografis Subjek Penelitian……….. 27 4. Statistik Deskriptif Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum

dan Sesudah diberikan Lidokain HCℓ 2% dan Artikain HCℓ 4% di

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU……….. 28 5. Perubahan Tekanan Darah Sistolik Pasien pada Penggunaan Lidokain

HCℓ 2% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000……… 31 6. Perubahan Tekanan Darah Sistolik Pasien pada Penggunaan Lidokain

HCℓ 2% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000 dengan Menggunakan

Uji Independent t-test………. 31

7. Perubahan Tekanan Darah Diastolik Pasien pada Penggunaan Lidokain HCℓ 2% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000 dengan Menggunakan

Uji Independent t-test……….. 32 8. Perubahan Tekanan Darah Sistolik Pasien pada Penggunaan Artikain

HCℓ 4% dengan Kombinasi Adrenalin 1:100.000 dengan Menggunakan

Uji Independent t-test……….. 33 9. Perubahan Tekanan Darah Diastolik Pasien pada Penggunaan Artikain

HCℓ 4% dengan Kombinasi Adrenalin 1:100.000 dengan Menggunakan


(5)

DAFTAR GAMBAR Gambar

Halaman 1. Pengukuran tekanan darah dengan metode auskultasi ... 8 2. Pengukuran tekanan darah dengan metode palpasi ... 8 3. Skema penentuan tekanan darah ... 10 4. Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah diberikan Lidokain

HCℓ 2% ... 29 5. Tekanan Darah Diastolik Sebelum dan Sesudah diberikan Lidokain

HCℓ 2% ... 29 6. Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah diberikan Artikain

HCℓ 4% ... 30 7. . Tekanan Darah Distolik Sebelum dan Sesudah diberikan Artikain


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Curriculum Vitae

2. Ethical Clearance

3. Lembar Penjelasan kepada Calon Subjek Penelitian

4. Lembar Persetujuan setelah Penjelasan (Informed Consent) 5. Rincian Biaya Penelitian

6. Lembar Pemeriksaan


Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial Rsgm-P Fkg Usu Tentang Cara Penanganan Dental Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis

0 69 86

Tingkat Pengetahuan Mahasiswakepaniteraan Klinik Bedah Mulut Rsgmp Fkg Usu Terhadap Syok Anafilaktik Akibat Anestesi Lokal Periode 8 – 31 Oktober 2014

1 59 72

Perubahan Tekanan Darah dan Denyut Nadi pada Pasien Sebelum dan Sesudah Pencabutan Gigi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU Periode Oktober-November 2013

13 111 67

Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Odontektomi Molar Ketiga Menggunakan Anastesi Lidokain 1:80000 Di Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Periode 2016

1 9 48

Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Odontektomi Molar Ketiga Menggunakan Anastesi Lidokain 1:80000 Di Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Periode 2016

0 0 12

Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Odontektomi Molar Ketiga Menggunakan Anastesi Lidokain 1:80000 Di Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Periode 2016

0 0 3

Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Odontektomi Molar Ketiga Menggunakan Anastesi Lidokain 1:80000 Di Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Periode 2016

0 0 13

Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Odontektomi Molar Ketiga Menggunakan Anastesi Lidokain 1:80000 Di Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Periode 2016

0 0 2

Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Odontektomi Molar Ketiga Menggunakan Anastesi Lidokain 1:80000 Di Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Periode 2016

0 0 6

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial Rsgm-P Fkg Usu Tentang Cara Penanganan Dental Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis

0 0 15