Penentuan Waktu Terbaik Transplantasi Kulit Pada Kaki Depan Kucing Lokal (Felis Catus)

PENENTUAN WAKTU TERBAIK TRANSPLANTASI KULIT
PADA KAKI DEPAN KUCING LOKAL (Felis catus)

ERWIN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Penentuan Waktu Terbaik
Transplantasi Kulit Pada Kaki Depan Kucing Lokal (Felis catus) melalui Kajian Profil
Hematologi, Gambaran Subjektif, Objektif, Histopatologi dan Imunohistokimia adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi
ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016

Erwin
NIM B361130011

RINGKASAN
ERWIN. Penentuan Waktu Terbaik Transplantasi Kulit pada Kaki Depan Kucing
Lokal (Felis catus). Dibimbing oleh GUNANTI, EKOWATI HANDHARYANI
dan DENI NOVIANA.
Keberhasilan transplantasi kulit ditentukan oleh granulasi pada dasar luka.
Granulasi yang baik ditandai dengan warna merah dan terbentuk beberapa hari
setelah luka. Penelitian ini bertujuan menentukan waktu terbaik penempatan kulit
donor ke dasar luka resipien pada luka kaki depan kucing lokal area os radius
ulna melalui kajian profil hematologi, gambaran subjektif dan objektif, gambaran
histopatologi dan imunohistokimia sitokeratin AE1/AE3 pada kulit donor.
Penelitian ini telah mendapat izin etik dari komisi etik Institut Pertanian Bogor
dengan Izin Etik Nomor: 19-2014 IPB.
Sembilan ekor kucing lokal (Felis catus) jantan umur 1 sampai 2 tahun,
berat badan (BB) 3 sampai 4 kg dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan. Semua

kucing diadaptasi selama 2 bulan dalam kandang individu, diberi makan 2 kali
sehari dan air minum ad libitum. Sebelum operasi kucing diberi premedikasi
atropin sulfat 0.25 % [0.04 mg/kg berat badan (BB)] dan kombinasi ketamin 10 %
(10 mg/kg BB) dan xylazin 2 % (1 mg/kg BB) sebagai anastesi umum. Operasi
pertama dengan membuat luka insisi 2 x 2 cm pada lateral kaki depan (os radius
ulna), luka dibalut dengan kasa steril yang dibasahi iodin povidon dan dibiarkan
selama beberapa hari. Operasi kedua adalah pengambilan kulit donor dari area
lateral thorak untuk ditempatkan pada dasar luka resipien dan dijahit dengan
benang silk 3.0 USP pola jahitan sederhana. Operasi kedua dilakukan 2 hari
setelah operasi pertama [kelompok-I (K-I)], 4 hari setelah operasi pertama
[kelompok-II (K-II)] dan 6 hari setelah operasi pertama [kelompok-III (K-III)].
Pengambilan sampel darah melalui vena cephalica anti branchii anterior
hari ke-0 sebelum transplantasi kulit, hari ke-3, 6, 12 dan 18 setelah transplantasi
kulit. Pengamatan subjektif dan objektif kulit donor pada hari ke-3, 6, 9, 12 dan
18 setelah transplantasi kulit. Pengambilan sampel kulit dengan punch biopsy
pada hari ke-24 setelah transplantasi kulit untuk pemeriksaan histopatologi dengan
pewarnaan Mayer’s Hematoksilin-Eosin (HE) dan Masson Trichrome (MT).
Pewarnaan imunohistokimia (IHK) melihat ekspresi sitokeratin AE1/AE3
menggunakan mouse anti-cytokeratine AE1/AE3.
Hasil pengamatan profil hematologi kucing pada hari ke-3 dan ke-6

setelah transplantasi kulit menunjukkan terjadi penurunan jumlah eritrosit dan
konsentrasi hemoglobin, sedangkan jumlah total leukosit terjadi peningkatan.
Jumlah trombosit relatif stabil sebelum dan setelah transplantasi kulit.
Pengamatan subjektif terjadi penurunan skoring warna kulit donor, respon nyeri
dan pendarahan. Hari pertumbuhan rambut dan waktu absorpsi obat lebih cepat
pada K-II dibandingkan K-I dan K-III. Pengujian ukuran kulit donor terjadi
pengecilan dan timbulnya efek obat relatif sama diantara kelompok perlakuan.
Lapisan epidermis kulit donor telah terbentuk sempurna pada K-II dan KIII. Lapisan dermis juga terbentuk sempurna pada semua kelompok, disertai
dengan folikel rambut dan kelenjar keringat. Jumlah folikel rambut dan kelenjar
keringat lebih banyak pada K-II dibandingkan K-III dan K-I. Pewarnaan MT
menunjukkan kepadatan jaringan ikat dengan derajat kepadatan sangat (intensitas

sangat biru) pada K-I, K-II dengan derajat kepadatan kurang (intensitas kurang
biru) dan K-III dengan derajat kepadatan sedang (intenstitas biru).
Ekspresi sitokeratin AE1/AE3 ditemukan pada sel-sel epitel lapisan
epidermis dan dermis kulit donor dengan intensitas warna sangat coklat K-II,
coklat K-III dan kurang coklat K-I. Struktur histopatologi dan ekspresi sitokeratin
AE1/AE3 setelah operasi transplantasi kulit lebih baik pada K-II dan K-III
dibandingkan K-I. Auto skin graft dapat dilakukan pada kucing lokal dan waktu
terbaik penempatan kulit pada luka resipien adalah 4 hari (KII) setelah terjadinya

luka.
Kata Kunci: Transplantasi kulit, kucing lokal dan waktu terbaik.

SUMMARY
ERWIN. Determination of Best Period for Skin Graft in Indonesia Local Cats
(Felis catus). Supervised by GUNANTI, EKOWATI HANDHARYANI and
DENI NOVIANA.
The success of a skin graft in a cat is highly dependent on the granulation
formed by the base of recipient bed. Granulation by the base of recipient bed will
form after several days after injury. The research aimed to observe the process of
skin graft healing on the local cat’s foreleg through hematology profile, clinical
(subjective and objective view) and histopathology and immunohistochemistry
cytokeratin AE1/AE3 of donor’s skin tissue. This study has received ethical
clearance from the ethics committee with Bogor Agricultural University of Ethics
Permit Number: 19-2014 IPB.
Nine local male cats aged 1 to 2 years old with a weight of 3 to 4 kg
were divided into 3 treatment groups. The cats were adapted to individual
cages for 1 month and fed 3 times daily with water ad libitum. They were given
atropine sulfate 0.25 % (0.04 mg/kg BW) as premedication and combination of
ketamine 10 % (10 mg/kg BW) and xylazine 2 % (1 mg/ kg BW) as general

anesthetic. The first surgery for creating defect wound of 2 × 2 cm in size was
performed in the whole group. The wound was left for several days with the
respective interval for each group, respectively: Group I (for 2 days), Group II (for
4 days), and Group III (for 6 days). In the whole group, the second surgery was
done by the harvesting skin of thoracic area which then applied on recipient bed
of respective groups.
Blood sampling was done through the vena cephalica anti branchii anterior
on days 0, 3, 6, 12 and 18. The subjective and objective observation of donor
skin on day 3, 6, 9, 12 and 18 after the skin graft. Skin biopsy on day 24 after skin
graft for further Haematoxylin and Eosin (HE), Masson Trichrome (MT), and
immunohistocymestry (IHC) (sitokeratin AE1/AE3) staining.
The observation of cat hematology profile on day 3 and 6 after skin graft
showed to decrease the erythrocyte count and haemoglobin concentration and
haematocrit, whereas it increase the total leukocyte count several day post
surgery. However the thrombocyte was stabil pre and post surgery. The donor
skin did not show color differences compared to surrounding skin, painless, bright
red in bleeding test had faster both hair growth and drug absorption. Test toward
the size of donor skin and the effect of drugs did not show a significant difference
between each group.
Histopathologic examination showed epidermal layer experienced in group

II and group III. The dermis also formed hair follicles and sweat glands. Follicles
of hair and sweat glands were more in group II than group III and I. The result of
MT staining showed density connective tissue with a very solid in group I, solid
in group III and not solid in group II.
Expression of cytokeratin AE1/AE3 was found in the epithelial cell layers
of the epidermis and dermis skin donor to the intensity of a very brown group II,
brown group III and less brown grop I. Histopathological structure and expression
of cytokeratin AE1 / AE3 after skin transplant surgery is better in the group II and
group III than group I. Auto skin graft can be performed and the best time of skin

graft on the wound bed is 4 days (GII) after an injury on Indonesia Local Cats
(Felis catus).
Key words: Skin graft, Indonesian local cats and with different times.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

PENENTUAN WAKTU TERBAIK TRANSPLANTASI KULIT
PADA KAKI DEPAN KUCING LOKAL (Felis catus)

ERWIN

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Ilmu Biomedis Hewan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016


Penguji pada Ujian Tertutup : Drh R Harry Soehartono, MAppSc PhD
Dr Drh Anita Esfandiari, MSi
Penguji pada Sidang Promosi: Dr Drh Anita Esfandiari, MSi
Dr Drh Sugito, MSi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari sampai Juli 2015 ini ialah
Transplantasi Kulit Secara Autograft pada Kucing Lokal Indonesia, dengan judul
Penentuan Waktu Terbaik Transplantasi Kulit pada Kaki Depan Kucing Lokal
(Felis catus) melalui Kajian terhadap Profil Hematologi, Gambaran Subjektif,
Objektif, Histopatologi dan Imunohistokimia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Drh Gunanti MS, Prof Drh
Ekowati Handharyani MSi PhD dan Bapak Prof Drh Deni Noviana PhD selaku
pembimbing, serta Bapak Drh R Harry Soehartono MAppSc PhD, Ibu Dr Drh
Anita Esfandiari MSi dan Bapak Dr Drh Sugito MSi yang telah banyak memberi
saran pada ujian. Penghargaan penulis sampaikan kepada Kementrian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia yang telah memberi
kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi Doktor melalui Beasiswa
Program Pascasarjana dan Hibah Penelitian Disertasi Doktor. Penghargaan juga

penulis sampaikan kepada Rektor, Dekan dan Kepala Laboratorium Klinik Bedah
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala atas dukungan dan izin
belajar. Terima kasih juga disampaikan kepada Rektor, Dekan Sekolah
Pascasarjana, Dekan dan Direktur Rumah Sakit Hewan Pendidikan Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Teristimewa karya ini penulis persembahkan untuk seluruh keluarga
tercinta, tanpa kasih sayang, doa, keikhlasan dan motivasi yang tulus tidak
mungkin perjalanan panjang dengan penuh suka dan duka bisa penulis selesaikan.
Akhirnya hanya ALLAH SWT pemilik segala kesempurnaan, segala
kekurangan dalam penulisan ini hanyalah keikhlafan penulis, kritk dan saran ke
arah yang lebih baik sangat penulis harapkan dan semoga karya ilmiah ini
bermanfaat.

Bogor, Agustus 2016

Erwin

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI


xi

DAFTAR TABEL

xiii

DAFTAR GAMBAR

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

xiv

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hipotesis

Ruang Lingkup Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Transplantasi Kulit
Penyembuhan Transplantasi Kulit
Profil Hematologi
Pengamatan Subjektif dan Objektif
Histopatologi Kulit

1
1
2
3
3
3
4
5
5
6
8
9
10

3 PROFIL HEMATOLOGI KUCING LOKAL (Felis catus) SELAMA
KESEMBUHAN TRANSPLANTASI KULIT DENGAN WAKTU BERBEDA 13
Abstrak
13
Abstract
13
Pendahuluan
14
Bahan dan Metode
15
Hasil dan Pembahasan
16
Simpulan
23
4 GAMBARAN SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF KESEMBUHAN
TRANSPLANTASI KULIT DENGAN WAKTU BERBEDA PADA KUCING
LOKAL (Felis catus)
24
Abstrak
24
Abstract
24
Pendahuluan
25
Bahan dan Metode
26
Hasil dan Pembahasan
28
Simpulan
34
5 GAMBARAN HISTOPATOLOGI DAN EKSPRESI SITOKERATIN
AE1/AE3 SETELAH TRANSPLANTASI KULIT DENGAN WAKTU
BERBEDA
Abstrak
Abstract

35
35
35

Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

36
37
40
44

6 PEMBAHASAN UMUM

44

7 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

47
47
47

DAFTAR PUSTAKA

48

RIWAYAT HIDUP

75

DAFTAR TABEL
1
2

3

4

5
6
7

8
9
10
11

Rata-rata jumlah eritrosit kucing lokal diantara kelompok perlakuan
dan waktu pengamatan sebelum dan sesudah transplantasi kulit
Rata-rata jumlah total leukosit kucing lokal diantara kelompok
perlakuan dan waktu pengamatan sebelum dan sesudah transplantasi
kulit
Rata-rata persentase diferensial leukosit kucing lokal diantara
kelompok perlakuan dan waktu pengamatan sebelum dan sesudah
transplantasi kulit
Rata-rata konsentrasi hemoglobin kucing lokal diantara kelompok
perlakuan dan waktu pengamatan sebelum dan sesudah transplantasi
kulit
Rata-rata nilai hematokrit kucing lokal diantara kelompok perlakuan
dan waktu pengamatan sebelum dan sesudah transplantasi kulit
Rata-rata jumlah trombosit diantara kelompok perlakuan dan waktu
pengamatan sebelum dan sesudah transplantasi kulit
Rata-rata perubahan warna kulit donor kucing lokal diantara
kelompok perlakuan dan waktu pengamatan setelah transplantasi
kulit
Rata-rata uji respon nyeri kulit donor kucing lokal diantara kelompok
perlakuan dan waktu pengamatan setelah transplantasi kulit
Rata-rata ukuran kulit donor kucing lokal diantara kelompok
perlakuan dan waktu pengamatan setelah transplantasi kulit
Uji pendarahan kulit donor kucing lokal diantara kelompok perlakuan
dan waktu pengamatan setelah transplantasi kulit
Rata-rata waktu pertumbuhan rambut, absorpsi dan timbulnya efek
obat kulit donor kucing lokal diantara kelompok perlakuan dan waktu
pengamatan setelah transplantasi kulit

17
18
19
20
21
22
29
31
33
33
34

DAFTAR GAMBAR
1 Alur Penelitian
4
2 Pembuatan lubang-lubang kecil pada kulit donor (kucing)
6
3 Histologi bagian kulit
11
4 Perubahan warna kulit donor kucing lokal diantara kelompok
perlakuan dan waktu pengamatan setelah transplantasi kulit
30
5 Perubahan struktur morfologi kulit donor kucing lokal diantara
4141
kelompok perlakuan setelah transplantasi kulit
6 Tingkat kepadatan jaringan ikat pada kulit donor kucing lokal
diantara kelompok perlakuan setelah transplantasi kulit
4242
7 Ekspresi sitokeratin AE1/AE3 pada kulit donor kucing lokal diantara
kelompok perlakuan setelah transplantasi kulit
4343

DAFTAR LAMPIRAN
1 Persetujuan atas perlakuan etik
2 Hasil analisis varian dan uji Duncan profil hematologi kucing selama
kesembuhan transplantasi kulit dengan taraf signifikan 5%
3 Hasil analisis varian dan uji Duncan persentase diferensial leukosit
pada masing masing kelompok perlakuan dan waktu pengamatan
4 Hasil analisis varian dan uji Duncan pengamatan subjektif dan
objektif kesembuhan transplantasi kulit pada kucing dengan taraf
signifikan 5%

55
56
63

70

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Luka pada kaki kucing (area os radius ulna dan os tibia fibula) merupakan
suatu masalah jika dilihat dari sudut keindahan, karena area kaki tidak tersedia
banyak kulit untuk merekontruksi luka (Fowler 2006). Luka pada kaki kucing
dapat berukuran besar atau kecil. Luka berukuran besar lebih lama sembuh
dibandingkan dengan luka berukuran kecil, apalagi jika diikuti dengan infeksi dan
penanganan yang tidak baik (Pressler 2010). Luka berukuran besar pada kaki
tidak dapat ditangani dengan retraksi kulit (skin flaps). Namun luka tersebut dapat
sembuh sendiri dengan waktu lama dan meninggalkan jaringan parut
(kesembuhan sekunder) yang dapat mengganggu fleksibilitas motorik kucing.
Pembentukan jaringan ikat yang berlebihan juga dapat mengganggu pertumbuhan
rambut di area bekas luka (Degner 2008).
Luka pada kaki kucing dapat terjadi akibat kecelakaan, pengangkatan tumor,
terbakar, iritasi bahan kimia, gigitan dan akibat injeksi obat-obatan (Degner 2008;
Thannoon et al. 2012). Penanganan luka berukuran besar area kaki kucing,
terutama area os radius ulna dan os tibia fibula adalah dengan transplantasi kulit.
Luka area os humerus dan os femur dengan kehilangan kulit berukuran kecil dapat
ditangani dengan retraksi kulit, namun jika kehilangan kulit sangat besar segera
dilakukan transplantasi kulit agar luka bersih, elastisitas dan granulasi terjaga
(Bristol 2005).
Transplantasi kulit (Autograft) adalah pemindahan bagian dari kulit secara
total dari tubuh yang sehat untuk ditempatkan pada area lain yang mengalami
luka. Pembuluh darah di area luka akan tumbuh dan berkembang, sehingga kulit
donor akan menyatu kembali dengan kulit resipien. Kematian jaringan dapat
terjadi bila pembuluh darah tidak tumbuh antara kulit donor dan kulit resipien.
Kesembuhan transplantasi kulit sangat tergantung dari granulasi pada permukaan
luka, perawatan luka dan aktivitas hewan terutama pada minggu pertama setelah
operasi transplantasi kulit. Akumulasi sel radang, fibroblast dan kolagen
membentuk jaringan bewarna merah yang disebut jaringan granulasi. Granulasi
pada dasar luka akan terbentuk beberapa hari setelah terjadi luka (Degner 2008).
Siegfried et al (2004) melaporkan dibutuhkan waktu 4 sampai 6 hari untuk
pembentukan jaringan granulasi sebelum transplantasi kulit dilakukan. Dokter
hewan tiap hari memeriksa granulasi pada dasar luka untuk menetukan waktu
yang tepat untuk transplantasi kulit. Jika jaringan granulasi belum baik, maka
transplantasi kulit harus ditunda sampai jaringan granulasi tumbuh (Degner 2008).
Pada anjing, granulasi yang baik terbentuk 4 hari setelah terjadinya luka. Apabila
transplantasi kulit dilakukan pada hari tersebut, tingkat keberhasilan mencapai 8090 % (Ijaz et al. 2012).
Pembentukan granulasi yang baik pada dasar luka mempercepat
revaskularisasi antara kulit donor dan dasar luka. Pembentukan jaringan granulasi
yang berlebihan juga dapat memperlambat diterimanya kulit donor oleh dasar luka
resipien. Apabila granulasi berlebihan, maka jaringan granulasi terlebih dahulu
dibersihkan untuk dilakukan transplantasi kulit (Degner 2008; Fowler 2006).
Kesembuhan transplantasi kulit segera terjadi setelah operasi, ditandai dengan

2
penyatuan kulit donor dan dasar luka resipien oleh bekuan darah dan fibrin
bekerja sebagai lem biologis (biological glue). Trombosit dengan berbagai faktor
pembekuan lain membentuk tromboplastin, kemudian tromboplastin
mengkatalisasi protrombin menjadi trombin dan selanjutnya fibrinogen cair
dikatalisasi oleh trombin menjadi fibrin yang tidak larut air (Nelissen dan White
2014).
Kulit donor merupakan antigen asing bagi tubuh. Sistem pertahanan tubuh
berusaha memfagositosis benda asing tersebut. Salah satu pemeriksaan untuk
mengetahui reaksi yang terjadi dalam tubuh hewan adalah dengan pemeriksaan
profil hematologi. Pemeriksaan profil hematologi kucing selama kesembuhan
transplantasi kulit menggambarkan kondisi sistemik tubuh kucing. Neutrofil,
limfosit dan bagian darah lainya berperan dalam menghasilkan berbagai sitokin
dan faktor pertumbuhan untuk kesembuhan transplantasi kulit. Secara klinis,
keberhasilan transplantasi kulit dapat diamati dengan pengamatan subjektif dan
objektif (Erwin et al. 2016; Ijaz et al. 2012; Kreidstein et al. 1991).
Pengamatan histopatologi jaringan kulit donor yaitu mengamati struktur
morfologi dan tingkat kepadatan jaringan ikat pada kulit donor (Knapik 2013).
Kesembuhan luka dipengaruhi oleh sitokin dan berbagai growth factor yang
berperan dalam respon seluler meliputi; inflamasi, proliferasi sel, angiogenesis,
sintesis matriks ektraseluler dan degradasi sel (McGavin dan Zachary 2007).
Sitokeratin AE1/AE3 merupakan protein berisi filament intermediate dari keratin
yang dapat mengekspresi sel epitel. Semakin banyak ekspresi sitokeratin, maka
pertumbuhan epitel semakin baik dan persembuhan luka semakin kompleks
(Sabol et al. 2012).
Di Indonesia belum ada artikel ilmiah yang melaporkan tentang
keberhasilan transplantasi kulit pada kucing lokal. Penelitian ini adalah penelitian
eksperimental untuk menentukan waktu terbaik penempatan kulit donor ke dasar
luka pada kaki depan kucing lokal area os radius ulna melalui kajian profil
hematologi, gambaran subjektif dan objektif, pengamatan histopatologi dengan
pewarnaan Mayer’s Hematoksilin-Eosin (HE) dan Masson Trichrome (MT) dan
imunohistokimia (IHK) sitokeratin AE1/AE3.

Perumusan Masalah
Keberhasilan transplantasi kulit ditentukan oleh persiapan permukaan luka
yang baik. Permukaan luka yang baik berwarna merah bercahaya, menadakan
telah terbentuk jaringan granulasi untuk neovaskularisasi antara kulit donor
dengan dasar luka resipien. Jika transplantasi kulit dilakukan pada kondisi dasar
luka tidak baik, maka kulit donor mengalami nekrosis. Persiapan permukaan luka
yang baik membutuhkan waktu beberapa hari (Degner 2008). Pada anjing,
sebelum kulit donor ditempatkan ke dasar luka, dasar luka dibalut dengan kasa
steril yang mengandung iodin povidon selama 4 hari (Ijaz et al. 2012). Penelitian
ini menggunakan 9 ekor kucing lokal yang dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan.
Kelompok I (K-I) transplantasi kulit dilakukan 2 hari setelah pembuatan luka,
kelompok II (K-II) transplantasi kulit dilakukan 4 hari setelah pembuatan luka dan
kelompok III (K-III) transplantasi kulit dilakukan 6 hari setelah pembuatan luka.

3
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat diajukan beberapa
permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian antara lain:
1. Bagaimana profil hematologi, gambaran subjektif dan objektif diantara
kelompok perlakuan?
2. Bagaimana kesembuhan transplantasi kulit ditinjau dari masing-masing
hari pengamatan?
3. Bagaimana gambaran histopatologi jaringan kulit dengan pewarnaan
Mayer’s Hematoksilin-Eosin (HE) dan pewarnaan Masson Trichrome
(MT) diantara kelompok perlakuan?
4. Bagaimana ekspresi sitokeratin AE1/AE3 diantara kelompok perlakuan?
5. Bagaimana ekspresi sitokeratin AE1/AE3 pada lapisan epidermis dan
lapisan dermis kulit donor?

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menentukan waktu terbaik penempatan kulit donor
ke dasar luka resipien pada bagian lateral kaki depan kucing lokal (Felis catus)
area os radius ulna melalui kajian profil hematologi, gambaran subjektif, objektif,
histopatologi (pewarnaan HE dan MT) dan ekspresi sitokeratin AE1/AE
(pewarnaan IHK).

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan memberi informasi tentang waktu terbaik
penempatan kulit donor ke dasar luka resipien pada kaki depan kucing lokal area
os radius ulna. Hasil yang diperoleh diharapkan bermanfaat bagi perkembangan
ilmu kedokteran hewan dan praktisi dokter hewan dalam menangani kasus-kasus
luka yang terjadi pada kucing.

Hipotesis
1. Adanya perbedaan signifikan diantara kelompok perlakuan terhadap profil
hematologi, gambaran subjektif dan objektif.
2. Hari pengamatan berbeda mempengaruhi kesembuhan transplantasi kulit.
3. Adanya perbedaan gambaran histopatologi jaringan kulit dengan pewarnaan
Mayer’s Hematoksilin-Eosin (HE) dan pewarnaan Masson Trichrome (MT)
diantara kelompok perlakuan.
4. Adanya perbedaan ekspresi sitokeratin AE1/AE3 diantara kelompok
perlakuan.
5. Adanya perbedaan ekspresi sitokeratin AE1/AE3 pada lapisan epidermis dan
lapisan dermis kulit donor.

4
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan 9 ekor kucing lokal (Felis catus) jantan dengan
umur 1 sampai 2 tahun dan berat badan 3 sampai 4 kg. Kucing diperoleh dari
breeder kucing di wilayah kabupaten Bogor. Penelitian ini telah mendapat izin
pelaksanaan penelitian dari komisi etik hewan Institut Pertanian Bogor dengan
Izin Etik Nomor: 19-2014 IPB.

Gambar 1 Alur Penelitian

5

2

TINJAUAN PUSTAKA
Transplantasi Kulit

Kemajuan bedah onkologi untuk mengatasi cacat kulit melalui bedah
rekonstruksi kulit menunjukkan perkembangan. Penanganan luka yang baik pada
kulit kucing merupakan tantangan bagi dokter hewan untuk mengembangkan cara
penanganannya. Transplantasi kulit pada kucing membutuhkan ketelitian yang
tinggi karena dasar luka harus menyediakan tempat yang baik untuk menerima
kulit donor. Kulit donor harus dipertahankan dengan adanya sumber granulasi dan
vaskularisasi. Perencanaan yang matang penuh ketelitian, teknik bedah atraumatik
untuk meminimalisir ketegangan pada luka dan uji pendarahan untuk melihat
kelangsungan hidup kulit donor (Nelissen dan White 2014).
Transplantasi dibagi menjadi 4 teknik yaitu autograft, isograft, allograft,
xenograft. Transplantasi yang sering digunakan pada hewan adalah teknik
autograft dan isograft. Autograft adalah transplantasi yang memindahkan jaringan
atau organ dari salah satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lainnya dalam
individu yang sama, sedangkan isograft adalah transplantasi yang memindahkan
jaringan atau organ diantara individu yang genetisnya sama, seperti antara anak
kembar yang berasal dari satu zigot atau kelompok hewan yang masih satu
keturunan. Allograft adalah transplantasi yang memindahkan jaringan atau organ
dari spesies sama, namun tidak memeliki hubungan genetis, sedangkan xenograft
berasal dari spesies yang berbeda (Erwin et al. 2016; Perdanakusuma 2008).
Ada 2 tipe auto skin graft yang sering digunakan untuk menangani luka
pada kulit yaitu full-thickness skin graft dan split/partial-thickness skin graft.
Full-thickness skin graft adalah pengangkatan jaringan kulit beserta jaringan lunak
dibawahnya (epidermis dan seluruh dermis) yang diangkat dari tempat asalnya,
sedangkan partial-thickness skin graft merupakan pengangkatan lapisan epidermis
kulit yang sangat tipis dengan ketebalan bervariasi dari dermis. Transplantasi tipe
ini sering digunakan pada kasus-kasus anjing yang mengalami luka bakar dengan
kehilangan kulit dengan jumlah besar (Degner 2008). Insisi dibutuhkan untuk
menyesuaikan tepi luka dari donor dengan tepi luka resipen, sehingga fleksibilitas
luka terjaga dan berpengaruh terhadap kesembuhan (Degner 2008; Siegfried et al.
2004).
Penimbunan cairan dapat menghambat neovaskularisasi dan penolakan kulit
donor. Pembuatan lubang kecil-kecil pada kulit donor yang disajikan pada
Gambar 2 merupakan alternatif yang dapat dilakukan (Siegfried et al. 2004).
Tobias dan Johnston (2011) menambahkan kulit donor kehilangan pasokan darah
ketika dipindahkan ke dasar luka resipien dan diharapkan segera terbentuk
neovaskularisasi antara dasar luka dan kulit donor. Aplikasi transplantasi kulit
dapat digunakan untuk merekonstruksi luka pada bagian ekstremitas kucing
dengan beberapa pilihan alternatif yang tersedia (Siegfried et al. 2004). Cacat
kulit pada hewan dapat disebabkan oleh trauma, cedera akibat degloving, gigitan
hewan dan luka akibat pengangkatan tumor. Cacat kulit dengan ukuran kecil dapat
sembuh sendiri dengan kemampuan alami dari jaringan. Penyembuhan luka
operasi membutuhkan suplemen nutrisi untuk jaringan dan material pembalut luka
yang baik (Tobias dan Johnston 2011).

6
Tahap awal manajemen luka adalah menghentikan pendarahan, proteksi
luka, dekontaminasi dengan atau tanpa antibiotik dan debridement luka. Kulit
donor yang digunakan dapat berasal dari semua bagian tubuh, namun umumya
berasal dari area thorak dan abdominal. Luka yang timbul akibat pengambilan
kulit donor dapat ditutup dengan pembuatan skin flaps (Nelissen dan White 2014).
Setelah operasi transplantasi kulit, area luka harus diperban untuk memproteksi
luka. Transplantasi kulit terdiri dari satu jaringan, namun kadang-kadang
mengandung campuran seperti tulang rawan dan kulit untuk merekonstruksi area
nasal yang dikenal sebagai composite grafts (Heather dan Paul 2011; Mathes et al.
2010).

Gambar 2

Pembuatan lubang-lubang kecil pada kulit donor (kucing) untuk
memungkinkan akumulasi cairan keluar (Nelissen dan White 2014)

Transplantasi kulit tidak dianjurkan pada luka yang sudah terpapar oleh
radiasi, kelebihan tulang, kelebihan tendon dan ligamen. Beberapa hari pertama
setelah operasi transplantasi kulit, pergerakan hewan juga harus dibatasi.
Transplantasi kulit juga tidak dianjurkan pada area tubuh hewan dengan tingkat
pergerakan yang tinggi seperti pada daerah sendi. Transplantasi kulit juga tidak
dianjurkan digunakan pada luka dengan infeksi kronis, dasar luka dengan
vaskularisasi yang jelek (Degner 2008).

Penyembuhan Transplantasi Kulit
Penyembuhan sekunder luka area ekstremitas menyebabkan pembentukan
jaringan ikat. Pembentukan jaringan ikat berlebihan dapat mengganggu fungsi
ekstremitas kucing dan menghambat pertumbuhan rambut, sehingga tubuh kucing
terlihat jelek dari sudut keindahan. Kesembuhan transplantasi kulit terdiri dari fase
imbibisi, revaskularisasi dan maturasi. Fase imbibisi dimulai segera setelah
operasi. Delapan jam setelah operasi, kulit donor melekat pada dasar luka resipien
dengan bekuan fibrin. Selama fase ini terjadi 3 hal yaitu penempelan kulit donor
ke dasar luka resipien melalui bekuan fibrin, perpindahan cairan secara pasif
(serum dan eritrosit) searah dari kapiler dasar luka resipien ke kulit donor,
sehingga berat kulit donor bertambah 40 % dalam 48 jam pertama. Serum

7
menyediakan nutrisi dan oksigen selama 2 hari setelah operasi transplantasi kulit.
Kulit donor tampak udema dan pucat serta mengalami metabolisme an aerob yang
ditandai dengan penurunan kerja enzim dan penurunan pH (Nelissen dan White
2014; Tobias dan Johnston 2011).
Fase revaskularisasi terjadi atas 2 tahap yaitu inokulasi yang terjadi 6
sampai 12 jam setelah operasi transplantasi kulit. Pada tahap ini terjadi hubungan
langsung antara kulit donor dengan pembuluh darah di dasar luka resipien. Tahap
selanjutnya adalah neovaskularisasi, ditandai dengan pertumbuhan pembuluh
darah baru antara kulit donor dan dasar luka resipien. Endotel kapiler pada dasar
luka mencapai epidermal kulit donor dalam waktu 48 jam. Revaskularisasi
lengkap terjadi pada hari ke-4 sampai ke-7 ditandai dengan pembentukan
pembuluh limfe beserta vena dan edema pada kulit donor mulai berkurang. Fase
terakhir adalah maturasi, hari ke-4 setelah transplantasi kulit terjadi infiltrasi
fibroblast dan resorpsi bekuan fibrin, sehingga kulit donor melekat erat pada hari
ke-9. Epitel bermitosis dengan hebat mencapai ketebalan 7 kali lipat. Organisasi
dan penyatuan kulit donor dengan dasar luka terjadi pada hari ke-10 sampai ke-12
setelah operasi transplantasi kulit (Nelissen dan White 2014; Perdanakusuma
1998; Gloster dan Cincinnati 2000).
Fase imbibisi merupakan fase pembentukan pembuluh kapiler antara kulit
donor dan dasar luka resipien, pembuluh kapiler menyerap cairan serum dari dasar
luka dan menyediakan oksigen selama 2 hari setelah operasi (Degner 2008).
Nelissen dan White (2014) menyatakan akumulasi material seperti darah, serum,
nanah dan material benda asing antara kulit donor dan dasar luka resipien
mengganggu proses pemberian nutrisi awal dan akhirnya menghambat
revaskularisasi. Fase revaskularisasi ditandai dengan anastomosis pembuluh
kapiler dan membentuk banyak pembuluh darah kapiler antara kulit donor dan
dasar luka resipien. Pembuluh kapiler memberikan sumber nutrisi yang besar bagi
kulit donor. Fase ini berlangsung mulai hari ke-4 sampai hari ke-7 setelah operasi
(Degner 2008).
Nelissen dan White (2014) menyatakan Full-thickness graft adalah
pengangkatan kulit beserta jaringan dibawahnya yaitu lapisan epidermis dan
dermis, sehingga memungkinkan pertumbuhan rambut. Split/Partial-thickness
graft adalah pengangkatan hanya lapisan epidermis dari kulit dan sering
digunakan untuk penanganan luka bakar yang kehilangan kulit dalam ukuran
besar. Partial-thickness graft tidak memungkinkan tumbuhnya rambut, karena
folikel rambut berada pada lapisan dermis kulit (Ijaz et al. 2012). Lapisan dermis
terdiri dari jaringan ikat longgar yang elastis dan banyak terdapat pembuluh darah,
pembuluh limfe dan saraf. Lapisan dermis umumnya dibagi menjadi superfisial
(stratum papillare) yang berbatasan dengan lapis dalam (stratum reticulare) tanpa
ada batas yang jelas. Folikel rambut terbentuk dari pertumbuhan ektoderm ke
dalam mesoderm embrio. Pertumbuhan folikel rambut membentuk saluran dan
sel-sel sekitarnya berdiferensiasi menjadi beberapa lapis atau selubung yang
mengelilingi akar rambut. Folikel rambut tertanam dalam lapisan dermis dan
lazimnya membentuk sudut dan bulbus dapat menjulur ke dalam mencapai
subkutis (Bacha dan Bacha 2012).
Siegfried et al. (2004) menyatakan full-thickness grafts biasanya diambil
dari daerah lateral thorak atau dinding abdominal tubuh hewan itu sendiri
(autograft). Kedua daerah ini memiliki elastisitas kelonggaran kulit yang banyak

8
dan cocok digunakan untuk menutup area luka. Ukuran cacat kulit untuk
pertumbuhan rambut perlu diperhatikan, disamping itu lokasi pengambilan kulit
donor juga harus bisa ditutup dengan kulit sekitar luka.
Insisi kulit sesuai ukuran yang telah ditentukan dan jaringan subkutis pada
kulit donor dibersihkan. Jika granulasi belum baik, maka operasi transplantasi
kulit harus ditunda sampai terjadi granulasi yang baik. Dibuat lubang-lubang kecil
pada kulit donor untuk memungkinkan keluarnya cairan dari dasar luka.
Akumulasi cairan yang berlebihan di bawah kulit donor akan memisahkan kulit
donor dengan jaringan granulasi dan mencegah faktor pertumbuhan pembuluh
darah baru. Kulit donor harus dijahit dan diperban untuk mencegah terjadi
pergerakan. Prinsip dan teknik bedah atraumatik harus diterapkan untuk
keberhasilan rekonstruksi kulit, karena dengan teknik atraumatik tidak
mengganggu suplai darah ke kulit yang didonor (Degner 2008; Nelissen dan
White 2014; Siegfried et al. 2004).

Profil Hematologi
Hematopoiesis adalah proses pembentukan dan perkembangan sel-sel darah.
Beberapa minggu pertama kebuntingan, hematopoiesis terjadi di yolk sac. Hingga
berakhir masa kebuntingan, hati dan limpa merupakan organ hematopoietik utama
dan akan terus memproduksi sel-sel darah hingga sekitar beberapa minggu setelah
kelahiran. Selanjutnya fungsi tersebut diambil alih oleh sumsum tulang, dimulai
pada masa muda hingga dewasa. Sumsum tulang merupakan suatu jaringan ikat
dengan vaskularisasi yang tinggi bertempat di ruang antara trabekula jaringan
tulang spons. Setelah dewasa, proses hematopoiesis hanya terpusat di tulangtulang panjang dan ujung proksimal dari tulang humerus dan femur (Sjaastad et
al. 2010).
Hemositoblas atau pluripotent stem cells merupakan bagian dari sumsum
tulang yang berasal dari jaringan mesenkim. Sebelum sel-sel darah secara spesifik
terbentuk, sel pluripoten yang berada di sumsum tulang membentuk dua jenis
stem cell, yaitu myeloid stem cell dan lymphoid stem cell. Myeloid stem cell
memulai perkembangannya di sumsum tulang dan kemudian membentuk sel
eritrosit, platelet, monosit, neutrofil, eosinofil dan basofil. Begitu juga dengan
lymphoid stem cell. Sel-sel ini memulai perkembangannya di sumsum tulang dan
selesai di jaringan limfatik. Limfosit adalah turunan dari sel-sel tersebut (Weiss
dan Wardrop 2010).
Penyembuhan luka adalah respon tubuh terhadap berbagai trauma dengan
proses pemulihan yang kompleks dan dinamis. Fisiologi dari penyembuhan luka
normal adalah melalui fase hemostasis, inflamasi, granulasi dan maturasi yang
merupakan suatu kerangka untuk memahami prinsip dasar perawatan luka.
Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh
kembali pulih. Respon tubuh dalam kesembuhan luka terjadi berurutan antara lain;
sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara
normal. Secara alami jaringan tubuh yang menderita luka akan berusaha untuk
memperbaiki diri (kesembuhan alami). Apabila jaringan tubuh menderita luka
akibat pembedahan, secara molekuler dan seluler tubuh mengadakan pergantian
sel untuk penyembuhan. Komponen utama dalam proses penyembuhan luka

9
adalah kolagen. Fibroblas adalah sel yang bertanggung jawab untuk sintesa
kolagen. Penyembuhan jaringan luka yang rusak dapat terjadi dengan perbaikan
parenkimial dan perbaikan jaringan ikat, tergantung dari kemampuan jaringan
tubuh untuk meregenerasi (Cotran et al. 1999; Ibrahim 2000).
Penyembuhan luka merupakan proses yang kompleks namun sistematik.
Darah berperan dalam penyembuhan luka, karena salah satu unsur penyusun darah
dapat menghentikan pendarahan. Apabila tubuh mengalami luka, trombosit keluar
dan berperan dalam pembekuan darah. Trombosit membentuk fibrin yang
berperan sebagai lem biologis (biological glue). Pemeriksaan profil hematologi
kucing sebelum dan sesudah menjalani pembedahan sangat diperlukan, terkait
dengan kehilangan darah. Jika terjadi kehilangan darah, maka transfusi darah
dapat segera diberikan kepada kucing (Nelissen dan White 2014).
Pemeriksaan profil hematologi meliputi; jumlah eritrosit, jumlah total
leukosit, konsentrasi hemoglobin, nilai hematokrit, jumlah trombosit, indeks
eritrosit dan diferensial leukosit (Sjaastad et al. 2010; Weiss dan Wardrop 2010).
Proses inflamasi terjadi pada jaringan ikat dengan pembuluh darah yang
mengandung plasma, elemen seluler dan ekstraseluler. Darah terdiri dari
komponen seluler dan komponen cairan yang kaya protein yang disebut dengan
plasma. Plasma terdiri dari 91 sampai 92 % air dan 8 sampai 9 % larutan misalnya
protein, lipid dan elektrolit. Komponen seluler terdiri dari eritrosit, leukosit dan
platelet atau trombosit (Eurell dan Frappier 2007). Rata-rata jumlah eritrosit 5.5
sampai 8.5 x 106 /µL, jumlah total leukosit 5.5 sampai 28.5 x 103/µL, neutrofil 35
sampai 79 %, eosinofil 2 sampai 31 %, limfosit 11 sampai 52 %, monosit 3
sampai 5 %, jumlah trombosit 165 sampai 500 x 103 /µL, nilai hematokrit 30
sampai 45 % dan kosentrasi hemoglobin 13 sampai 15 g/dL (Smith dan
Mangkoewidjojo 1988).
Penyembuhan luka berlangsung secara berkesinambungan, dimulai dari
peradangan dan perbaikan. Sel-sel inflamasi, epitel, endotel, trombosit dan
fibroblast keluar secara bersamaan dari pembuluh darah dan berinteraksi untuk
memperbaiki kerusakan. Kerusakan jaringan diikuti reaksi kompleks dalam
jaringan pengikat yang mempunyai pembuluh darah. Sel dalam jaringan yang
rusak melepaskan mediator kimiawi yaitu sitokin kemoaktraktan yang mempunyai
daya kemotaktik menarik leukosit dari dalam sirkulasi kapiler menuju area
inflamasi. Neutrofil tertarik dan terjadi akumulasi mendekati sel endotel dinding
venula. Selanjutnya neutrofil bergerak menggelinding pada permukaan endotel
akibat daya dorong aliran plasma. Perlekatan neutrofil pada endotel makin kuat
dan bergerak aktif secara diapedesis, kemudian berhenti dan mengeluarkan
pseudopodia, mengerutkan diri menyisip lewat celah antar membran basalis sel
endotel untuk keluar ekstravasasi dan transmigrasi meninggalkan kapiler menuju
jaringan interstitial yang rusak (Cotran et al. 1999).

Pengamatan Subjektif dan Objektif
Penyembuhan jaringan luka melalui perbaikan parenkimial, pembentukan
jaringan ikat dan regenerasi sel. Kesembuhan luka transplantasi kulit juga sangat
ditentukan oleh perawatan hewan, terutama beberapa hari setelah operasi (Erwin
et al. 2016). Perawatan intensif kesembuhan transplantasi kulit harus dilakukan

10
selama 3-4 minggu. Beberapa hal yang harus dilakukan setelah operasi
transplantasi kulit antara lain; menjaga pembalut luka selalu dalam kondisi kering,
melakukan pemeriksaan apakah kulit donor mengalami kebengkakan dan
kehitaman (nekrosis). Jika ini terjadi segera lakukan pergantian pembalut luka.
Setelah pembalut luka tidak lagi diperlukan, area transplantasi kulit harus ditutup
dengan kaus kaki selama 3 sampai 4 minggu untuk mencegah hewan menjilat
kulit donor. Jika diperlukan ditambahkan Elizabethan collar untuk mencegah
hewan menggigit area kulit donor (Degner 2008).
Pengamatan subjektif mengamati perubahan pada kulit donor meliputi;
warna kulit, uji pendarahan, hari pertumbuhan rambut dan respon nyeri. Pengujian
warna kulit dilakukan dengan menekan kulit donor dan melepasnya kembali,
diamati kecepatan pengembalian warna kulit terhadap warna normal kulit.
Kecepatan pengembalian warna kulit dipengaruhi oleh sirkulasi darah kapiler
yang menuju ke kulit donor. Pengujian respon nyeri dilakukan untuk melihat
fungsi saraf pada kulit donor. Uji pendarahan dilakukan dengan membuat sayatan
1 mm pada lapisan epidermis dan dermis, selanjutnya diamati kualitas darah yang
keluar (Erwin et al. 2016; Ijaz et al. 2012). Pertumbuhan rambut pada kulit donor
tergantung dari jenis transplantasi kulit yang digunakan. Pada anjing,
pertumbuhan rambut biasanya dimulai pada hari ke-21 setelah operasi
transplantasi kulit (Ijaz et al. 2012).
Pengamatan objektif adalah melihat kemampuan kulit donor menyerap obat
dan mendistribusi ke seluruh tubuh. Uji kemampuan absorpsi obat dengan
pemberian 0.2 ml NaCl konsentrasi 0.9 % secara subkutan dibawah kulit donor
dan membandingkan waktu penyerapannya dengan tempat lain dari bagian kulit
yang sehat. Pemberian preparat simpatomimetik untuk mengamati efek simpatis
dengan injeksik adrenalin secara intradermal dosis 0.2 ml (Ijaz et al. 2012). Obat
golongan ini menimbulkan efek perangsangan saraf adrenergik atau mirip efek
neurotransmiter norephinefrin dan epinefrin dari susunan saraf simpatis. Kerja
obat simpatomimetik ini dibagi menjadi perangsangan perifer, penghambatan
perifer, perangsangan jantung, perangsangan sistem saraf pusat, efek metabolik,
efek endokrin dan efek parasimpatik (Katzung et al. 2002). Ijaz et al. (2012)
menyatakan terjadi peningkatan denyut jantung pada anjing setelah penyuntikan
atropin sulfat 10 % secara intradermal dosis 0.2 ml dibawah kulit donor.

Histopatologi Kulit
Kulit merupakan subjek dari berbagai tipe luka atau kerusakan seperti
abrasi, kontusi, laserasi dan insisi. Perbaikan kulit setelah luka merupakan
kejadian kompleks dan dinamis. Perbaikan luka menggambarkan persambungan
dari aktifitas sel secara keseluruhan (Ijaz et al. 2012). Kulit atau integument terdiri
dari lapisan epidermis dan dermis. Lapisan epidermis dan dermis bersama
melindungi struktur dibawahnya seperti otot dan tulang yang dilindungi oleh
jaringan subkutis yang disajikan pada Gambar 3 (Bacha dan Bacha 2012). Kulit
melindungi organ dibawahnya terhadap kerusakan mekanik, mengatur suhu tubuh
serta kadar air, membuang garam hasil metabolisme dan melindungi tubuh
terhadap pengaruh fisik, kimia dan jasad renik yang masuk kedalam tubuh.
Ketebalan kulit bervariasi diantara spesies hewan piaraan (kuda, sapi, domba,

11
babi, anjing dan kucing), kulit paling tipis berkisar antara 0.4 mm (kucing) sampai
2.4 mm (Sapi Holstein) dan paling tebal sekitar 1.9 mm (kucing) sampai 10.7 mm
(kuda jantan) (Dellman dan Brown 1992).

Gambar 3 Histologi bagian kulit (Pavletic 2010)

Jaringan epitel terdiri dari sel-sel polihedral yang berkumpul dengan sedikit
zat intersel dan melekat dengan kuat diantara sel-sel. Jaringan epitel membentuk
lapisan yang menutupi permukaan tubuh dan melapisi rongga-rongganya. Pada
mamalia lapisan epidermis berkembang dari ektoderm, sedangkan hipodermis
merupakan turunan dari mesoderm. Pada mulanya epidermis tersusun atas
beberapa lapis sel berbentuk kubus. Proliferasi sel ini menghasilkan lapisan sel
epidermis dan proliferasi sel basal dengan cepat menambah ketebalan sel yang
berada diluar. Invagansi dan proliferasi sel basal juga menambah ketebalan sel
yang berada diluarnya. Invagansi dan proliferasi sel basal ke dalam lapisan di
bawah epidermis (dermis dan hipodermis) menandakan adanya rambut. Lapisan
dermis dan hipodermis berkembang dari mesenkim khusus. Proliferasi dan
diferensiasi sel mesenkim menghasilkan jaringan ikat longgar dan jaringan ikat
padat (Bacha dan Bacha 2012; Dellman dan Brown 1992).
Lapisan epidermis terdiri dari stratum basale/germinativum, stratum
spinosum, stratum granulosum dan stratum corneum. Pada telapak kaki dan
planum nasale terdapat lapisan sel yang telah mati yang disebut stratum lucidum.
Keratin adalah suatu skleroprotein yang sangat resisten terhadap pengaruh kimia.
Keratin yang terdapat pada lapisan epidermis adalah keratin lunak, sedangkan
pada kuku adalah keratin keras. Lapisan dermis terdiri lapisan stratum papilleare
dan stratum retikulare. Lapisan dermis/korium merupakan bagian utama kulit
yang disusun oleh serabut kolagen padat dan jaringan ikat lain dengan jumlah
sedikit (Pavletic 2010).
Rambut berfungsi sebagai alat penutup, pelindung dan penerima
rangsangan. Rambut berkembang sebagai penebalan setempat epidermis,
selanjutnya mengadakan invaginasi ke dalam lapisan jaringan ikat dan
kemungkinan meluas sampai ke hipodermis. Secara morfologis rambut dibagi
menjadi batang rambut yang terlihat dari luar, akar rambut dan folikel rambut
yang merupakan invaginasi epidermis dan dermis. Musculus arrectores pilorum

12
pada rambut berfungsi menegakkan rambut (Bacha dan Bacha 2012). Periode
pertumbuhan rambut dibedakan menjadi anagen, katagen dan telogen. Anagen
adalah periode rambut telah tumbuh sempurna yang didahului dengan aktifitas
mitosis sel kecambah dan sel kerucut rambut. Periode katagen ditandai dengan
perubahan secara perlahan dalam kerucut rambut. Sel kecambah berkembang
dibawah rambut dan membentuk batang pada periode telogen. Periode telogen
mungkin bertahan selama beberapa minggu, sedangkan mitosis berkelanjutan
dapat memanjangkan rambut (Dellman dan Brown 1992). Pertumbuhan rambut
merupakan salah satu indikator perbaikan luka. Menurut Ijaz et al. (2012)
perbaikan luka transplantasi kulit pada anjing mulai terlihat pada hari ke-21
setelah operasi yang ditandai dengan pertumbuhan rambut, namun tumbuh dan
tidaknya rambut sangat tergantung dari jenis transplantasi kulit yang digunakan.

13

3 PROFIL HEMATOLOGI KUCING LOKAL (Felis catus)
SELAMA KESEMBUHAN TRANSPLANTASI KULIT
DENGAN WAKTU BERBEDA
Abstrak
Penelitian ini bertujuan melihat profil hematologi kucing lokal meliputi
jumlah eritrosit, jumlah total leukosit, diferensial leukosit, konsentrasi
hemoglobin, nilai hematokrit dan jumlah trombosit selama kesembuhan
tranplantasi kulit pada area lateral kaki depan kucing lokal (Felis catus). Sembilan
ekor kucing lokal jantan umur 1 sampai 2 tahun dengan berat badan 3 sampai 4 kg
dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan. Sebelum operasi diinjeksikan atropin sulfat
sebagai premedikasi dan kombinasi ketamin dan xylazin sebagai anastesi umum.
Operasi pertama dilakukan secara aseptis dengan membuat luka insisi 2 x 2 cm
pada kaki depan, luka dibalut dengan kasa steril yang dibasahi iodin povidon dan
dibiarkan selama beberapa hari. Operasi kedua dilakukan 2 hari setelah operasi
pertama (K-I), 4 hari setelah operasi pertama (K-II) dan 6 hari setelah operasi
pertama (K-III). Kulit donor diambil dari area lateral thorak, ditempatkan pada
luka resipien dan dijahit dengan benang silk 3.0 USP pola jahitan sederhana.
Pengambilan sampel darah dari vena cephalica anti branchii anterior pada hari
ke-0, 3, 6, 12 dan 18. Hasil pengamatan profil hematologi kucing menunjukkan
adanya penurunan terhadap jumlah eritrosit dan konsentrasi hemoglobin,
sedangkan jumlah total leukosit dan diferensial leukosit menunjukkan
peningkatan pada hari ke-3 dan ke-6 setelah operasi. Jumlah trombosit relatif
stabil sebelum dan setelah operasi. Kondisi sistemik tubuh kucing K-II dan K-III
lebih baik dibandingkan K-I.
Kata kunci: Profil hematologi, kucing lokal, autograft.

BLOOD PROFILE DURING SKIN GRAFT ON INDONESIA LOCAL
CATS (Felis catus) WITH DIFFERENT TIME

Abstract
The aim of this study is to evaluate domestic cat blood profile such as
erythrocyte, leuckocyte, differensial leuckocyte, hemoglobin, hematocrit and
platelets on healing skin autograft transplantation. Three healthy male domestic
house cats (Felis catus) aged 1 to 2 years and weighing 3 to 4 kg were used in this
study. Before surgery procedures, the cats were injected atropine sulfate as
premedication and the combination of ketamine and xylazine as general
anaesthesia. The first surgery for creating defect on forelimb (os radius ulna area)
wound of 2 x 2 cm in size was performed in the whole group. The wound was left
for several days with the respective interval for each group, respectively: Group I
(for 2 days), Group II (for 4 days), and Group III (for 6 days). In the whole group,
the second surgery was done by the harvesting skin of thoracic area which then

14
applied on recipient bed of respective groups. Blood sampling was by cephalica
anti branchii anterior vein on days 0, 3, 6, 12, and 18. Based on the result show
decrease of erythrocyte and hemoglobin level, whereas leuckocyte level and
differensial leuckocyte increase on days 3 and 6 after skin graft. Platelets level
was stagnan before and after skin graft. Based on blood profile examination,
transplantation using autograft can be tolerated well by cats’ bodies in group II
and III.
Keyword: Hematology profile, local cats, autograft.

Pendahuluan
Transplantasi kulit disebut juga implan atau graft. Transplantasi kulit
merupakan pemindahan jaringan kulit dari suatu tempat ke tempat lainnya. Hal ini
bisa terjadi dalam satu atau dua individu, bahkan dari spesies yang berbeda.
Transplantasi kulit yang sering digunakan pada hewan adalah tekhnik autograft
dan isograft. Transplantasi allograft dan xenograft meskipun telah banyak
dijelaskan secara spesifik dalam rekonstruksi luka, namun sulit diaplikasikan
untuk penanganan luka terbuka pada hewan kecil (Andreassi et al. 2005).
Perkembangan ilmu bedah, khususnya soft tissue surgery menghasilkan metode
baru yang sering dilakukan yaitu skin grafting, skin flaps dan microvascular free
flaps (Nelissen dan White 2014). Dua tipe transplantasi kulit secara autograft
yang sering digunakan pada anjing dan kucing yaitu full-thickness skin graft dan
partial-thickness skin graft (Degner 2008; Fowler 2006).
Transplantasi jaringan dan organ merupakan suatu proses yang rumit,
karena sistem kekebalan tubuh akan menyerang dan menghancurkan jaringan
asing, keadaan ini dikenal sebagai penolakan kulit donor. Untuk mengurangi
penolakan, jaringan resipien harus memiliki kesamaan semaksimal mungkin
dengan jaringan donor dan dasar luka harus menyediakan granulasi yang baik
untuk kulit donor. Granulasi yang baik di dasar luka membutuhkan waktu
beberapa hari setelah terjadinya luka. Disamping itu, dapat digu