Sonogram Lambung, Duodenum, dan Pankreas Normal pada Kucing Kampung (Felis catus)

ABSTRAK
HASTIN UTAMI DAMAYANTIE. Sonogram Lambung, Duodenum, dan
Pankreas Normal pada Kucing Kampung (Felis catus). Dibimbing oleh Rr.
SOESATYORATIH dan DENI NOVIANA.
Ultrasonografi (USG) adalah teknik pencitraan diagnostik berbasis
gelombang ultrasound yang digunakan untuk menggambarkan struktur internal
termasuk tendon, otot, sendi, pembuluh darah, dan organ internal abdomen untuk
mengetahui adanya kelainan patologis atau lesi-lesi. Alat ini juga dapat digunakan
untuk membantu meneguhkan diagnosis suatu penyakit dan mengenali kelainan
bentuk, ukuran, ataupun tingkat ekhogenitas suatu organ. Tujuan penelitian ini
adalah memperoleh gambaran spesifik dari organ internal; lambung, duodenum
dan pankreas normal dari kucing kampung (Felis catus) serta mengidentifikasi
tiap lapisan dan ukurannya. Alat ultrasonografi yang digunakan pada penelitian ini
adalah tipe dua dimensi dan transduser berfrekuensi 7.5 MHz. Pemeriksaan
dilakukan pada empat ekor kucing kampung jantan sehat dengan berat badan 3.04.0 kg. Lambung dan duodenum diamati pada posisi kucing right recumbency
dengan posisi transduser transversal dan sagital. Pankreas diamati pada posisi
kucing dorsal recumbency dengan posisi transduser sagital. Hasil pengamatan
menunjukkan sonogram lambung dan duodenum memiliki lapisan dinding dengan
berbagai ekhogenitas seperti mukosa dan tunika muskularis hipoekhoik,
submukosa dan serosa hiperekhoik. Sonogram pankreas terlihat seperti gambaran
yang homogen hipoekhoik. Pengukuran tebal lapisan lambung dan duodenum

serta diameter pankreas juga dilakukan pada penelitian ini. Kesimpulannya adalah
ultrasonografi memberikan gambaran yang baik terhadap bentuk dan struktur
internal lambung, duodenum, pankreas serta dapat membedakan tiap lapisan
lambung dan duodenum.
Kata kunci: sonogram, lambung, duodenum, pankreas, kucing kampung (Felis
catus)

ABSTRACT
HASTIN UTAMI DAMAYANTIE. Sonography of The Normal Domestic Cat
(Felis catus) Stomach, Duodenum, and Pancreas. Supervised by Rr.
SOESATYORATIH and DENI NOVIANA.
Ultrasonography (USG) is an ultrasound-based diagnostic imaging
technique used for visualizing internal body structures including tendons, muscles,
joints, vessels and abdominal internal organs for possible pathology or lesions. It
is can be used also to help confirming the diagnosis of a disease and recognizing
uncommon forms, size, and echogenity of each organs. The purpose of this
research is to obtain sonogram from specific internal organs; normal stomach,
duodenum and pancreas of domestic cats (Felis catus) thus identify each layer and
size. The research performed with two-dimensional ultrasonography and a
transducer frequency of 7.5 MHz. It is performed on four healthy male domestic

cats with 3.0 - 4.0 kg body weight. Stomach and duodenum were observed at right

lateral recumbency with transverse and sagittal planes transducer. Pancreas was
observed in dorsal recumbency position at the transducer sagittal projection. The
result showed stomach and duodenum sonogram were multi-variety of echogenic
wall layer such as hypoechoic mucosa and tunica muscularis, hyperechoic
submucosa and serous. While pancreas sonogram show as homogen hypoechoic
structure. The research also figure out the stomach and duodenum layer
thicknesses and the diameter of pancreas. As an overall conclusion,
ultrasonography gives a good overview for the form and internal structure of the
stomach, duodenum, pancreas and can define each layer of the stomach and
duodenum.
Keyword: sonography, stomach, duodenum, pancreas, domestic cat (Felis catus)

SONOGRAM LAMBUNG, DUODENUM, DAN PANKREAS
NORMAL PADA KUCING KAMPUNG (Felis catus)

HASTIN UTAMI DAMAYANTIE

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sonogram Lambung,
Duodenum, dan Pankreas Normal pada Kucing Kampung (Felis catus) adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2013
Hastin Utami Damayantie
NIM B04080175

ABSTRAK

HASTIN UTAMI DAMAYANTIE. Sonogram Lambung, Duodenum, dan
Pankreas Normal pada Kucing Kampung (Felis catus). Dibimbing oleh Rr.
SOESATYORATIH dan DENI NOVIANA.
Ultrasonografi (USG) adalah teknik pencitraan diagnostik berbasis
gelombang ultrasound yang digunakan untuk menggambarkan struktur internal
termasuk tendon, otot, sendi, pembuluh darah, dan organ internal abdomen untuk
mengetahui adanya kelainan patologis atau lesi-lesi. Alat ini juga dapat digunakan
untuk membantu meneguhkan diagnosis suatu penyakit dan mengenali kelainan
bentuk, ukuran, ataupun tingkat ekhogenitas suatu organ. Tujuan penelitian ini
adalah memperoleh gambaran spesifik dari organ internal; lambung, duodenum
dan pankreas normal dari kucing kampung (Felis catus) serta mengidentifikasi
tiap lapisan dan ukurannya. Alat ultrasonografi yang digunakan pada penelitian ini
adalah tipe dua dimensi dan transduser berfrekuensi 7.5 MHz. Pemeriksaan
dilakukan pada empat ekor kucing kampung jantan sehat dengan berat badan 3.04.0 kg. Lambung dan duodenum diamati pada posisi kucing right recumbency
dengan posisi transduser transversal dan sagital. Pankreas diamati pada posisi
kucing dorsal recumbency dengan posisi transduser sagital. Hasil pengamatan
menunjukkan sonogram lambung dan duodenum memiliki lapisan dinding dengan
berbagai ekhogenitas seperti mukosa dan tunika muskularis hipoekhoik,
submukosa dan serosa hiperekhoik. Sonogram pankreas terlihat seperti gambaran
yang homogen hipoekhoik. Pengukuran tebal lapisan lambung dan duodenum

serta diameter pankreas juga dilakukan pada penelitian ini. Kesimpulannya adalah
ultrasonografi memberikan gambaran yang baik terhadap bentuk dan struktur
internal lambung, duodenum, pankreas serta dapat membedakan tiap lapisan
lambung dan duodenum.
Kata kunci: sonogram, lambung, duodenum, pankreas, kucing kampung (Felis
catus)

ABSTRACT
HASTIN UTAMI DAMAYANTIE. Sonography of The Normal Domestic Cat
(Felis catus) Stomach, Duodenum, and Pancreas. Supervised by Rr.
SOESATYORATIH and DENI NOVIANA.
Ultrasonography (USG) is an ultrasound-based diagnostic imaging
technique used for visualizing internal body structures including tendons, muscles,
joints, vessels and abdominal internal organs for possible pathology or lesions. It
is can be used also to help confirming the diagnosis of a disease and recognizing
uncommon forms, size, and echogenity of each organs. The purpose of this
research is to obtain sonogram from specific internal organs; normal stomach,
duodenum and pancreas of domestic cats (Felis catus) thus identify each layer and
size. The research performed with two-dimensional ultrasonography and a
transducer frequency of 7.5 MHz. It is performed on four healthy male domestic

cats with 3.0 - 4.0 kg body weight. Stomach and duodenum were observed at right

lateral recumbency with transverse and sagittal planes transducer. Pancreas was
observed in dorsal recumbency position at the transducer sagittal projection. The
result showed stomach and duodenum sonogram were multi-variety of echogenic
wall layer such as hypoechoic mucosa and tunica muscularis, hyperechoic
submucosa and serous. While pancreas sonogram show as homogen hypoechoic
structure. The research also figure out the stomach and duodenum layer
thicknesses and the diameter of pancreas. As an overall conclusion,
ultrasonography gives a good overview for the form and internal structure of the
stomach, duodenum, pancreas and can define each layer of the stomach and
duodenum.
Keyword: sonography, stomach, duodenum, pancreas, domestic cat (Felis catus)

SONOGRAM LAMBUNG, DUODENUM, DAN PANKREAS
NORMAL PADA KUCING KAMPUNG (Felis catus)

HASTIN UTAMI DAMAYANTIE

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Sonogram Lambung, Duodenum, dan Pankreas Normal pada
Kucing Kampung (Felis catus)
Nama
: Hastin Utami Damayantie
NIM
: B04080175

Disetujui oleh

drh. Rr. Soesatyoratih, M.Si
Pembimbing I


drh. Deni Noviana, Ph.D
Pembimbing II

Diketahui oleh

drh. Agus Setiyono, MS, Ph.D, APVet (K)
Wakil Dekan

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis haturkan
kehadirat Ilahi Rabbi, karena hanya dengan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya
semata yang mampu mengantarkan penulis dalam menyelesaikan penyusunan
skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan ke hadirat
junjungan dan teladan umat Islam sepanjang zaman, nabi Muhammad SAW.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa setiap hal yang tertuang dalam skripsi
yang berjudul Sonogram Lambung, Duodenum, dan Pankreas Normal pada
Kucing Domestik (Felis catus) tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan materil,

moril dan spritual dari banyak pihak. Untuk itu penulis hanya bisa mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
 drh. Rr. Soesatyoratih, M.Si dan drh. Deni Noviana, Ph.D selaku dosen
pembimbing skripsi atas ilmu, nasehat, kritik, saran, dan kesabarannya dalam
membimbing penulis
 Prof. Dr. Ir. Wasmen Manalu, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik
 PT. Karindo alkestron selaku penyedia peralatan ultrasonografi
 drh. M. Fakhrul Ulum M.Si, drh. Devi dan staf Bagian Bedah dan Radiologi
 Teman-teman sepenelitian (Ruri, Nisa, Pras, Ayip, Andi, Erli, Rio, Ajeng,
Lynn, Meydi, Yiyi, Nengsih) dengan semangat dan kerjasamanya selama
penelitian dan penyusunan skripsi
 Orang tua, Hery Kurniawan serta seluruh keluarga atas do’a dan dukungannya
 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan PT. Indorama yang telah
memberikan beasiswa selama perkuliahan kepada penulis
 Teman-teman Avenzoar 45
 Teman-teman wisma edelweiss, Nceng, Gita, Iin, Ratih, Pipit, Inul, Afifah, dan
Cik gu
Tiada balasan yang dapat penulis berikan selain do’a semoga Allah SWT
memberikan imbalan yang lebih baik atas segala jerih payahnya. Akhir kata
penulis ucapkan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak yang

berkepentingan dan membutuhkannya.
Bogor, Januari 2013
Hastin Utami Damayantie

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Kucing Kampung

2

Anatomi Lambung, Duodenum, dan Pankreas

3

Pemeriksaan Darah

4

Ultrasonografi (USG)

4

METODE

7

Waktu dan Tempat Penelitian

7

Hewan Penelitian

7

Alat dan Bahan Penelitian

7

Metode Penelitian

8

Prosedur Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN

10
10

Pemeriksaan Fisik dan Darah Kucing

10

Sonogram Lambung, Duodenum, dan Pankreas Kucing

13

Ukuran Ketebalan Lambung, Duodenum, dan Pankreas Kucing

16

SIMPULAN DAN SARAN

17

DAFTAR PUSTAKA

19

LAMPIRAN

21

RIWAYAT HIDUP

24

DAFTAR TABEL
1 Ketebalan dinding pada tiap segmen saluran pencernaan normal di
anjing dan kucing
2 Hasil pemeriksaan fisik kucing
3 Hasil pemeriksaan darah kucing
4 Hasil pengukuran sonogram lambung, duodenum, dan pankreas pada
kucing kampung (Felis catus)

7
11
12
16

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

Kucing kampung (Felis catus)
Skema anatomi organ dalam ruang abdomen
Sonogram lambung,duodenum, dan pankreas normal
Pengukuran sonogram duodenum dengan Image J®
Pengukuran sonogram pankreas dengan Image J®
Sonogram lambung posisi berbaring lateral kanan (right recumbency)
Sonogram duodenum posisi berbaring lateral kanan (right recumbency)
Sonogram pankreas lobus kanan posisi berbaring dorsal (dorsal
recumbency)

2
3
6
10
10
13
14
15

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil pemeriksaan fisik kucing
2 Hasil pemeriksaan darah kucing

21
23

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kucing adalah hewan yang sangat digemari karena memiliki daya adaptasi
yang baik dan perawatan yang relatif mudah. Dalam kehidupan sehari-hari kucing
dikenal sebagai hewan peliharaan yang jinak dan sangat dekat dengan pemiliknya.
Meskipun perawatannya mudah, hewan ini sangat rentan dengan penyakit seperti
penyakit respirasi, urogenital serta penyakit pada saluran dan organ pencernaan
(Penninck dan d’Anjou 2008).
Gangguan pada saluran dan organ pencernaan merupakan penyakit yang
banyak terjadi pada kucing. Gangguan yang umumnya terjadi pada kucing
diantaranya gastritis, dilatasi usus, obstruksi gastrointestinal, enteritis, dilatasi
lambung, pankreatitis, dan neoplasia (Penninck dan d’Anjou 2008). Diagnosis
yang tepat dibutuhkan untuk mendeteksi adanya kelainan yang menggambarkan
penyakit agar mudah untuk dilakukan pengobatan. Kondisi fisik hewan, profil
darah, dan ciri khas penyakit terkadang tidak mencukupi untuk meneguhkan
diagnosis yang dicurigai. Alat seperti radiografi dan ultrasonografi dapat
membantu dalam meneguhkan diagnosis penyakit.
Ultrasonografi (USG) adalah teknik pencitraan diagnostik berbasis
gelombang ultrasound yang digunakan untuk menggambarkan struktur internal
termasuk tendon, otot, sendi, pembuluh darah, dan organ internal abdomen untuk
mengetahui adanya kelainan patologis atau lesi-lesi. Pemeriksaan USG bersifat
non-invasif dan non radiasi sehingga lebih disukai oleh pemilik hewan.
Ultrasonografi telah dianggap sebagai salah satu teknik pencitraan yang paling
baik untuk evaluasi organ di rongga perut atau abdomen (Arambulo dan Wrigley
2003; Gaschen 2009). Menurut Noviana et al. (2012) USG digunakan dalam
dunia kedokteran manusia dan hewan sebagai sarana penunjang diagnosis yang
cepat, tepat dan akurat terutama jika dikombinasikan dengan hasil penemuan
klinis, pemeriksaan radiografi, dan pemeriksaan laboratorium. Ultrasonografi
dapat mengidentifikasi adanya benda asing berdasarkan bentuk, ukuran, ataupun
tingkatan ekhogenitas suatu organ (Kealy dan McAlister 2000). Pada pemeriksaan
ultrasonografi dilakukan evaluasi abnormalitas termasuk ukuran, ekhogenitas
ataupun pergerakan. Metode ini dapat membantu menentukan status kesehatan
hewan. Pustaka yang sesuai dibutuhkan sebagai pembanding untuk ukuran normal,
namun pustaka yang tersedia umumnya adalah pustaka asing yang kemungkinan
memiliki perbedaan dalam hal kondisi hewan. Studi untuk mengetahui data-data
normal pada kucing kampung diperlukan untuk membantu praktisi mendapatkan
pustaka yang sesuai dengan hewan yang ada di wilayahnya.

Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran ultrasonografi
(sonogram) lambung, duodenum dan pankreas normal dari kucing kampung (Felis
catus) serta mengidentifikasi tiap lapisan dan ukurannya.

2
Manfaat
Penelitian ini memiliki manfaat yaitu untuk memberikan data normal berupa
sonogram lambung, duodenum, dan pankreas pada kucing kampung (Felis catus).
Manfaat lain yang diharapkan dari penelitian ini yaitu sebagai data pembanding
ukuran lambung, duodenum, dan pankreas pada kucing dengan ras lain.

TINJAUAN PUSTAKA
Kucing Kampung (Felis catus)
Kucing merupakan karnivora kecil dari famili Felidae yang telah dijinakkan
selama ribuan tahun (Suwed dan Budiana 2006). Kucing adalah salah satu hewan
kesayangan yang sering dijadikan sebagai hewan peliharaan. Manusia juga sering
membutuhkan kucing untuk mengontrol yang merusak tanaman (Lipinski et al.
2007). Menurut Fowler (1993) kucing diklasifikasikan ke dalam:
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Sub Filum
: Vertebrata
Kelas
: Mamalia
Ordo
: Carnivora
Sub Ordo
: Conoidea
Famili
: Felidae
Sub Famili
: Felinae
Genus
: Felis
Spesies
: Felis catus
Gambar 1 adalah contoh kucing kampung yang digunakan dalam penelitian
ini.

Gambar 1 Kucing kampung (Felis catus)

Kucing yang sehat cenderung terlihat lincah, mempunyai rambut yang cerah,
sikap berdiri dan kondisi fisik yang baik. Menurut Widodo et al. (2011) kucing
sehat memiliki suhu tubuh berkisar antara 38.0 oC – 39.3 oC, frekuensi pernapasan
26-48 kali/menit, dan frekuensi nadi 110-130 kali/menit.

3
Anatomi Lambung, Duodenum, dan Pankreas
Lambung kucing dapat dibagi menjadi dua daerah, yaitu kranial dan
kaudal. Berdasarkan regionya lambung terbagi menjadi 4 bagian diantaranya
kardia, fundus, korpus pada daerah kranial dan pilorus pada daerah kaudal. Kardia
merupakan daerah sempit perbatasan antara lambung dengan esofagus. Fundus
merupakan bagian pada lambung yang biasa terlihat adanya gas pada saat
radiografi abdomen dan terlihat hiperekhoik pada pemeriksaan ultrasonografi
(USG). Fundus merupakan bagian lambung setelah kardia dan berada di bagian
kiri lambung. Korpus merupakan bagian terbesar dari lambung yang
menghubungkan fundus dengan pilorus (Suchodolski 2008). Menurut Steiner et al.
(2008) batas pilorus ditandai dengan penebalan otot sirkuler.
Usus halus terdiri dari 3 bagian yang dimulai dengan duodenum, jejunum,
dan ileum. Duodenum dimulai setelah pilorus, berukuran pendek, dan terfiksasi
pada bagian dorsal dari abdomen oleh mesoduodenum. Jejunum dan ileum
merupakan bagian usus halus yang tidak terfiksasi dengan baik. Secara umum,
kedua usus tersebut berada pada posisi ventral dari abdomen (Dyce et al. 2002).
Saluran usus pada dasarnya adalah tabung berotot dengan berbagai diameter
dan struktur mukosa yang berbeda di setiap bagian dari saluran tersebut
(duodenum, jejunum, ileum). Variasi diameter, struktur mukosa dan fungsi
berhubungan dengan peran fisiologis yang berbeda dari masing-masing daerah
(Steiner et al. 2008).
Dinding usus dan lambung dibagi menjadi empat lapisan yaitu mukosa,
submukosa, tunika muskularis, dan serosa. Lapisan ini bisa terlihat dalam
pemeriksaan USG berdasarkan perbedaan ekhogenitasnya (Steiner et al. 2008).
Menurut Suchodolski (2008) dinding lambung bagian mukosa dan submukosa
yang kosong akan menjadi lipatan-lipatan.
Pankreas merupakan kelenjar berukuran relatif kecil dan berhubungan
dengan duodenum di dorsal rongga abdomen, pankreas terdiri dari dua lobus
panjang, lobus kanan terletak di dorsal duodenum dan kemudian berjalan ventral
dari ginjal kanan dan lobus kaudatus hati. Lobus kiri berjalan antara antrum
lambung dan kolon transversal, sebelah dorsal limpa. Bagian lobus yang lebih
tipis dari pankreas memanjang pada permukaan kaudal lambung yang berhadapan
dengan limpa di dalam omentum (Dyce et al. 2002). Skema anatomi organ dalam
abdomen dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Skema anatomi organ dalam abdomen. a: kardia; b: fundus; c: korpus; d: pilorus; e & f:
duodenum desenden & asenden; g & h: pankreas lobus kanan & kiri; i: jejunum; j:
ileum; k: kolon asenden; l: sekum; m: kolon transversal; n: kolon desenden; o: limpa
(Noviana 2012).

4
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah merupakan salah satu pemeriksaan laboratoris yang
penting untuk mengetahui status kesehatan bagi setiap individu. Pengujian darah
bertujuan untuk pemeriksaan kesehatan secara umum, penunjang diagnosis
terhadap pasien, pemeriksaan kemampuan tubuh melawan infeksi dan
mengevaluasi perkembangan dari status penyakit tertentu. Pemeriksaan darah
perlu dilakukan untuk meyakinkan bahwa kucing yang digunakan dalam kondisi
sehat. Pemeriksaan darah yang dilakukan yaitu pemeriksaan hematologi rutin dan
kimia darah. Pemeriksaan hematologi lengkap meliputi pemeriksaan hemoglobin,
leukosit, trombosit, eritrosit, hematokrit, dan diferensiasi sel darah putih (Jain
1993).
Pemeriksaan kimia darah berupa SGPT (Serum Glutamat Piruvat
Transminase) dan SGOT (Serum Glutamat Oksaloasetat Transminasi). Keduanya
merupakan enzim transaminase yang dihasilkan terutama oleh sel–sel hati.
Keadaan sel–sel hati yang rusak akan diikuti dengan peningkatan kadar kedua
enzim tersebut. Enzim SGPT berperan dalam deaminasi asam amino, pengeluaran
gugus amino dari asam amino (Guyton dan Hall 1997; Hayes 2007).
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permeabilitas membran akan
mengakibatkan enzim GOT (Glutamat Okasaloasetat Transminase) dan GPT
(Glutamat Piruvat Transminase), arginase, laktat dehidrogenase dan Gamma
Glutamil Transminase bebas keluar sel, sehingga enzim masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat (Girindra
1986). Indikator yang lebih baik untuk mendeteksi kerusakan jaringan hati adalah
SGOT dan SGPT, karena kedua enzim tersebut akan meningkat terlebih dahulu
dan peningkatannya lebih drastis bila dibandingkan dengan enzim-enzim lainnya
(Amin 1995; Calbreath 1982).
Adanya kerusakan pada hati, otot jantung, pankreas, otak, ginjal dan otot
rangka bisa dideteksi dengan mengukur kadar SGOT. Kadar SGOT bisa menjadi
tinggi pada kasus seperti hepatitis, radang pankreas, malaria, infeksi hati stadium
akhir, dan adanya penyumbatan pada saluran empedu. Kadar SGPT menjadi
tinggi pada kerusakan hati kronis dan hepatitis. Kadar SGPT dan SGOT dianggap
abnormal jika nilai yang didapat 2-3 kali lebih besar dari nilai normalnya. Melalui
hasil tes laboratorium, keduanya dianggap memberi gambaran adanya gangguan
pada hati. Gangguan pada hati seperti perlemakan memperbesar kemungkinan
terjadinya pankreatitis yang merupakan indikasi bahwa pankreas dalam kondisi
tidak normal atau tidak sehat (Amin 1995). Hubungan antara kesehatan hati dan
pankreas juga disebabkan karena kesamaan pada awal tahap perkembangan
embrional. Hati dan pankreas merupakan perkembangan dari kelenjar usus yang
pada tahap dewasa akan membentuk saluran yang bermuara di duodenum.

Ultrasonografi (USG)
Aplikasi USG pertama pada hewan digunakan untuk mengukur ketebalan
pada ternak potong seperti sapi potong dan babi, berikutnya mulai digunakan
untuk mendiagnosis kebuntingan pada domba dan kambing serta estimasi
ketebalan lemak pada kuda. Aplikasi USG dewasa ini digunakan sebagai alat

5
bantu diagnostik suatu penyakit dengan melihat gambaran organ dalam hewan
(Noviana et al. 2012).

Prinsip Kerja Ultrasonografi
Prinsip kerja USG menggunakan prinsip yang disebut pulse-ekho.
Ultrasound pulse ditransmisikan melalui transduser dan berpindah menembus
jaringan tubuh yang lebih profundal. Ekho akan terjadi jika ultrasound pulse
mengenai permukaan struktur tertentu atau organ interface di dalam tubuh hewan,
ekho yang terjadi akan dikembalikan ke transduser dan disebut gelombang ekho
(Noviana et al. 2012). Gelombang ekho atau suara yang kembali ke transduser
bertanggung jawab untuk memproduksi gambar. Semakin besar jumlah
ekho/suara yang kembali ke transduser semakin terang gambar yang ditampilkan
pada layar (Mannion 2006).

Karakteristik Transduser
Mannion (2006) menyatakan bahwa di dalam sebuah transduser terdapat
kristal piezoelectric yang menentukan frekuensi gelombang suara yang keluar.
Transduser memiliki tujuan ganda yaitu mengubah energi listrik menjadi energi
suara dan energi suara menjadi energi listrik kembali. Diameter kristal bervariasi
tergantung tujuan penggunaan transduser. Kristal pada transduser memproduksi
gelombang suara dengan karakteristik semakin tinggi frekuensi ultrasound yang
dihasilkan oleh transduser maka resolusi gambar yang dihasilkan akan semakin
tinggi, tetapi atenuasi yang dihasilkan juga semakin besar sehingga daya
penetrasinya rendah. Transduser dengan frekuensi yang tinggi biasanya digunakan
untuk superficial imaging.

Prinsip Interpretasi Gambar
Prinsip interpretasi gambar USG berdasarkan kepada derajat atau intensitas
ekho yang kembali menuju transduser. Menurut Widmer et al. (2004) ada tiga
jenis ekho yang dapat dilihat pada sonogram, antara lain hiperekhoik atau
echogenic, hipoekhoik atau echopoor dan anekhoik. Hiperekhoik menunjukkan
ekhogenitas tinggi, artinya ekho yang dihasilkan terang sehingga terlihat warna
putih pada hasil sonogram. Hiperekhoik menunjukkan highly-reflective interface,
contohnya tulang, udara, kolagen dan lemak. Hipoekhoik menunjukkan
ekhogenitas rendah, artinya ekho yang dihasilkan sedikit sehingga terlihat warna
abu-abu pada hasil sonogram. Hipoekhoik menunjukkan intermediate
reflection/transmission, contohnya semua jaringan lunak. Menurut Arambulo dan
Wrigley (2003) jaringan lunak mampu melemahkan sebagian gelombang suara
USG yang di transmisikan. Anekhoik menunjukkan tidak ada ekho yang
dihasilkan sehingga terlihat warna hitam pada hasil sonogram. Anekhoik
menunjukkan gelombang suara yang ditransmisikan seluruhnya, contohnya cairan,

6
urin dan darah. Cairan termasuk anekhoik walaupun kehadiran suatu partikulat
didalamnya akan menyebabkan terbentuknya ekho (Noviana et al. 2012).

Ultrasonografi Lambung, Duodenum, dan Pankreas Normal Kucing
Gas di saluran pencernaan biasanya mengganggu transmisi gelombang
ultrasound dan dapat memproduksi artefak. Pengisian air ke dalam lambung yang
kosong harus dilakukan sebelum pemeriksaan ultrasonografi. Hal ini bertujuan
agar lambung menggelembung dan gas dapat berpindah. Dinding lambung dan
usus memiliki struktur lapisan yang dapat ditembus dengan tranduser resolusi
tinggi. Terdapat empat lapisan saluran pencernaan yang bisa diidentifikasi melalui
ultrasonografi dari lumen sampai serosa. Permukaan mukosa terlihat hiperekhoik
karena berdekatan dengan lumen, lapisan mukosa terlihat hipoekhoik, submukosa
terlihat hiperekhoik, muskularis mukosa terlihat hipoekhoik, dan serosa terlihat
hiperekhoik. Lapisan mukosa sering terlihat lebih tebal daripada lapisan
muskularis mukosa, tetapi terlihat sama tebal saat terjadi gerakan peristaltik
(Penninck dan d’Anjou 2008). Sonogram lambung dan duodenum normal
menurut Penninck dan d’Anjou (2008) dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Sonogram lambung, duodenum, dan pankreas; A: sonogram pankreas berbentuk seperti
kait di bagian paling distal dari lobus kiri, B dan C: sonogram lambung dengan posisi
hewan dorsal recumbency pada posisi transduser transversal dan sagital, D: keberadaan
gas dan feses dalam saluran pencernaan seringkali membuat accoustic shadowing (S), E
dan F: sonogram duodenum dengan posisi hewan dorsal recumbency pada posisi
transduser transversal dan sagital (Penninck dan d’Anjou 2008).

Menurut Penninck dan d’Anjou (2008) ketebalan dinding, lapisan, dan
motilitas saluran pencernaan dapat di evaluasi dengan ultrasonografi. Ukuran
dinding saluran pencernaan akan berubah jika terjadi kerusakan. Ketebalan
saluran pencernaan dipengaruhi oleh tingkat distensi dan ukuran hewan. Menurut
Kealy dan McAllister (2000) saat relaksasi dinding lambung berukuran tebal 2-3
mm. Dinding duodenum memiliki tebal maksimal 5 mm (Penninck dan d’Anjou
2008). Variasi ketebalan dinding tiap segmen saluran pencernaan normal di anjing
dan kucing dapat dilihat pada Tabel 1.

7
Tabel 1. Ketebalan dinding pada tiap segmen saluran pencernaan normal di anjing
dan kucing
Organ
Anjing (mm)
Kucing (mm)
Lambung

2-5

1.7-3.6

Doudenum

3-6

2.0-2.5

Jejunum

2-5

2.0-2.5

Ileum
Colon

2-4
2-3

2.5-3.2
1.4-2.5

Sumber : Penninck et al. (1989); Newell et al. (1999); Goggin et al. (2000); dan
Delaney et al. (2003)

Pankreas merupakan kelenjar yang relatif berukuran kecil dan berhubungan
dengan duodenum di dorsal rongga abdomen. Pemeriksaan pankreas cukup sulit
untuk dilakukan. Kedekatan posisi anatomi pankreas dengan lambung dan
duodenum mempersulit pencitraan jika terdapat akumulasi gas di saluran
pencernaan tersebut. Sonogram yang menunjukkan pankreas yang mengalami
pembesaran akan terlihat tidak beraturan dan hiperekhoik (Noviana et al. 2012).
Sonogram pankreas normal menurut Penninck dan d’Anjou (2008) dapat dilihat
pada Gambar 3 (A).

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dari bulan Januari sampai bulan Juli 2012
di Bagian Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi,
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Hewan Penelitian
Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 4 ekor kucing
kampung jantan (Felis catus) yang berumur 3-5 tahun dengan bobot badan 3.0-4.0
kg. Kucing berasal dari lingkar Kampus IPB Dramaga

Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas : 1 set peralatan
ultrasonografi tipe dua dimensi merk Sonodop S8®, transduser frekuensi 7.5 MHz,
sarung tangan, pencukur rambut, tabung penampung darah/ vacutainer, cooler box,
kandang kucing, alas kandang, spoit 1 ml, 3 ml dan 20 ml, tourniquet, stetoskop,
termometer, stopwatch, gunting, kapas, stomach tube, flash disk, dan kamera
digital untuk mendokumentasikan hasil penelitian.

8
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan kucing komersial,
air mineral, gel USG, tisu, alkohol 70%, atropin sulfat 0.25%, ketamin 10%,
xylazin 2%, dan Zipyran® (praziquantel).

Metode Penelitian
Adaptasi Hewan
Kucing dikandangkan dan diberi pakan kucing komersial sebanyak 150
gram/ekor/hari serta diberi minum secara ad libitum. Kandang dan alas kandang
tempat feses juga dibersihkan setiap hari. Pemberian pakan dan pembersihan
kandang dilakukan 2 kali sehari. Satu minggu sebelum pemeriksaan USG, kucing
diberi anthelmintik zipyran® dengan dosis 25 mg/kg bobot badan (BB). Zipyran®
merupakan anthelmintik spektrum luas dan sangat efektif untuk mengatasi cacing
pita (cestoda) yang umumnya terdapat di saluran pencernaan (Allen et al. 1993).

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat status kesehatan hewan secara
umum sebelum dilakukan pemeriksaan selanjutnya. Pemeriksaan fisik yang
dilakukan adalah menentukan sinyalemen yang meliputi nama hewan, jenis hewan,
bangsa atau ras, jenis kelamin, umur, warna kulit dan rambut, berat badan dan
ciri-ciri khusus. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan suhu tubuh, pulsus atau
denyut nadi, dan frekuensi respirasi.

Pemeriksaan Darah
Pengambilan darah dilakukan di vena cephalica antibrachii dorsalis pada
daerah kaki depan kucing. Proses pengambilan dilakukan tanpa pembiusan dan
kucing diposisikan senyaman mungkin sehingga pengambilan darah tidak
menyakiti operator maupun kucing. Rambut pada daerah yang telah ditentukan
dicukur dan dibasahi dengan alkohol 70% sebelum dilakukan pengambilan darah.
Pengambilan darah diawali dengan pemasangan tourniquet/alat
pembendung sehingga vena terlihat jelas. Jarum ditusukkan ke dalam lumen vena
dengan posisi sejajar terhadap pembuluh darah, kemudian dilakukan aspirasi.
Posisi pengambilan darah yang benar ditandai dengan adanya darah diujung spoit.
Pengambilan darah dilakukan sebanyak 1.5 ml setiap ekor kucing. Tourniquet
dilonggarkan jika darah yang diambil telah cukup, bagian penusukan ditutup
dengan kapas dan jarum ditarik kembali. Spoit yang berisi darah ditempatkan ke
dalam tabung penampung darah yang sudah mengandung antikoagulan atau
vacutainer. Tabung disimpan di dalam cooler box kemudian dilakukan
pemeriksaan darah lengkap serta SGOT dan SGPT terhadap sampel darah tersebut
di Laboratorium YASA Bogor.

9
Persiapan Hewan
Kucing dipuasakan makan selama 8 sampai 12 jam sebelum dilakukan
pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG). Kucing diberi premedikasi atropin
dengan dosis 0.025 mg/kg BB kemudian dianastesi dengan kombinasi xylazin 2%
dan ketamin 10% dengan dosis masing-masing 2 mg/kg BB dan 10 mg/kg BB.
Kucing yang telah teranastesi dicukur rambut bagian abdomen agar memberikan
gambaran sonogram yang lebih jelas. Pencukuran rambut dilakukan pada bagian
xiphisternum sampai di bawah umbilikus daerah tulang pubis.

Pengambilan Gambar
Pengisian air minum dengan dosis 6 ml/kg BB ke dalam lambung dengan
menggunakan stomach tube dilakukan sebelum pengambilan gambar. Pemberian
air minum bertujuan untuk mengisi lambung dan memindahkan gas lambung yang
dapat mengganggu transmisi gelombang ultrasound serta memproduksi artefak
saat pemeriksaan USG (Noviana et al. 2012). Pemberian gel USG juga dilakukan
sebagai media transmisi gelombang suara. Pemeriksaan ultrasonografi lambung
dan duodenum dilakukan dengan posisi kucing berbaring lateral kanan. Posisi
transduser sagital atau sejajar terhadap sumbu tubuh dan transversal atau
memintas sumbu tubuh dan diletakkan di kaudal tulang rusuk terakhir.
Pemeriksaan USG pankreas kanan dilakukan dengan posisi kucing berbaring
dorsal recumbency/telentang. Transduser diposisikan sagital dan diletakkan di
kaudal tulang rusuk terakhir sejajar linea alba bergeser ke tubuh bagian kanan
serta sedikit ditekan.

Interpretasi Gambar
Pengamatan yang dilakukan terhadap sonogram adalah dengan
mengidentifikasikan struktur/bentuk, ekhogenitas, lapisan yang terlihat dan
pengukuran ketebalan. Pengukuran dilakukan terhadap sonogram dengan
menggunakan software MacBiophotonics ImageJ© (NIH 2009). Parameter yang
diukur adalah tiap lapisan dinding lambung dan duodenum yang meliputi serosa,
tunika muskularis, sub mukosa, dan mukosa serta ketebalan dinding yang
merupakan ukuran tebal dari lapisan terluar (serosa) sampai dengan lapisan
terdalam (mukosa). Pengukuran juga dilakukan pada diameter atau ketebalan
pankreas lobus kanan. Masing-masing lapisan lambung ataupun duodenum diukur
dengan memperhatikan batas ekhogenitas lapisan yang berada di atas dan di
bawah lapisan yang dihitung. Misalnya mukosa dihitung dari batas antara lumen
dan submukosa, begitu pula submukosa dihitung dari batas antara mukosa.
Contoh gambar skema pengukuran tiap lapisan dinding pada duodenum dapat
dilihat pada Gambar 4.
Pengukuran pankreas dilakukan pada diameter atau ketebalan pankreas
lobus kanan. Tebal pankreas dihitung dari batas lemak yang terlihat hiperekhoik
sampai dengan batas lemak berikutnya. Contoh pengukuran sonogram pankreas
dapat dilihat pada Gambar 5.

10

Gambar 4 Pengukuran sonogram duodenum dengan Image J®. A: Sonogram duodenum pada
posisi transduser sagital. l: lapisan lumen, M: mukosa, SM: submukosa, TM: tunika
muskularis, dan S: serosa. B: Skema sonogram duodenum (Penninck dan d’Anjou
2008), d: tebal mukosa yang diukur adalah sepanjang garis kuning.

Gambar 5 Sonogram pankreas kanan dengan posisi transduser sagital. d : Ukuran tebal pankreas
yang dihitung adalah sepanjang garis putih.

Prosedur Analisis Data
Pada masing-masing pengukuran dilakukan tiga kali pengulangan. Data
yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemeriksaan Fisik dan Darah Kucing
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah kucing yang dilakukan sebelum
pemeriksaan USG bertujuan untuk meyakinkan bahwa kucing yang digunakan
pada penelitian merupakan kucing yang sehat. Pemeriksaan fisik yang dilakukan
yaitu signalement (ciri hewan), keadaan umum, dan status present hewan. Hasil
pemeriksaan fisik kucing berupa suhu badan, frekuensi napas, dan frekuensi nadi
dapat dilihat pada Tabel 2.

11

Kucing
1
2
3
4
Rata-rata
Referensi*

Tabel 2 Hasil pemeriksaan fisik kucing
Parameter
Frekuensi
Frekuensi
Suhu (˚C)
Napas
Nadi (x/menit)
(x/menit)
37.0
36
114
38.4
36
96
38.2
44
100
38.5
60
99
38.0
44
102
38.0-39.3a
26-48a
110-130a
90-120b

Warna Mukosa
Merah muda
Merah muda
Merah muda
Merah muda
Merah muda
Merah muda

*Sumber : aWidodo et al. (2011); bBirchard dan Sherding (2006)

Berdasarkan hasil yang didapat keseluruhan kucing memiliki warna mukosa
mulut merah muda (rose) yang merupakan warna mukosa normal pada kucing.
Warna kuning pada mukosa terlihat pada hewan yang mengalami ikterus (Widodo
et al. 2011). Nilai rataan suhu tubuh dan frekuensi napas juga berada dalam
kisaran normal, sedangkan rataan frekuensi nadi nilainya sedikit di bawah kisaran
normal menurut Widodo et al. (2011) yaitu di bawah 110-130 kali per menit,
namun jika dibandingkan dengan Birchard dan Sherding (2006) rataan frekuensi
nadi kucing yang didapat masih dalam kisaran normal yaitu antara 90-120 kali per
menit sehingga dapat dikatakan kucing yang diperiksa dalam kondisi normal
kucing sehat.
Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan hewan
secara laboratoris. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan hematologi rutin dan
kimia darah. Pemeriksaan hematologi rutin meliputi hemoglobin, leukosit,
trombosit, eritrosit, hematokrit, dan diferensiasi leukosit sedangkan pemeriksaan
kimia darah meliputi SGOT dan SGPT. Pengujian SGOT dan SGPT dilakukan
untuk menilai adanya gangguan fungsi hati yang berhubungan dengan kesehatan
pankreas. Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase (SGOT) merupakan enzim
terdapat pada hati, otot jantung, otak, ginjal, otot-otot rangka, pankreas, dan
jaringan lain. Kadar SGOT sering diuji untuk menilai kesehatan hati, namun tidak
lebih spesifik dibandingkan dengan SGPT. Hal ini dikarenakan SGPT hanya
terdapat pada organ hati. Kadar SGPT menjadi tinggi contohnya pada kerusakan
hati kronis dan hepatitis. Nilai SGOT dan SGPT dianggap abnormal jika nilai
hasil pemeriksaan 2-3 kali lebih besar dari nilai normal. Melalui hasil tes
laboratorium, keduanya dianggap memberi gambaran adanya gangguan pada hati.
Gangguan pada hati seperti perlemakan memperbesar kemungkinan terjadinya
pankreatitis yang merupakan indikasi bahwa pankreas dalam kondisi tidak normal
atau tidak sehat (Amin 1995). Hubungan antara kesehatan hati dan pankreas juga
disebabkan karena kesamaan pada awal tahap perkembangan embrional. Hati dan
pankreas merupakan perkembangan dari kelenjar usus yang pada tahap dewasa
akan membentuk saluran yang bermuara di duodenum. Hasil pemeriksaan darah
kucing pada parameter hemoglobin (Hb), leukosit (White Blood Cell/WBC),
Trombosit, eritrosit (Red Blood Cell/RBC), hematokrit (Packed Cell
Volume/PCV), SGOT, dan SGPT dapat dilihat pada Tabel 3.

12

Kucing

Tabel 3 Hasil pemeriksaan darah kucing
Parameter
WBC
Trombosit
RBC
PCV
(/µL)
(ribu/µL) (juta/µL)
(%)
9.6
124
3.9
34

1

Hb
(g/dL)
11.6

2

12.4

9.4

117

4.1

37

34

57

3

12.6

9.2

208

4.1

37

18

16

4

13.3

10.0

251

4.8

39

40

70

12.5

9.55

175

4,2

37

32

50

8.0-15a

5.5-19.0a

200-377a

5.0-10.0a

24-45a

14-38b

30-100b

Rataan
Referensi*

SGOT
(IU/L)
36

SGPT
(IU/L)
57

a

*Sumber : Thrall et al. (2005); bJain (1993)
Keterangan: g = gram; dL = desiliter; µL = mikroliter; Hb = hemoglobin, WBC = White Blood
Cell, RBC = Red Blood Cell, PCV = Packed Cell Volume, SGOT = Serum Glutamat
Oksaloasetat Transaminase; SGPT = Serum Glutamat Piruvat Transaminase; IU =
International Unit; L = Liter.

Berdasarkan hasil yang didapat terlihat hampir semua pemeriksaan
menunjukkan hasil yang baik yaitu menunjukkan kucing dalam kondisi sehat.
Hasil pemeriksaan leukosit, dan deferensiasi leukosit (Lampiran 2) menunjukkan
hasil yang masih berada pada kisaran normal. Nilai rataan eritrosit dan trombosit
terlihat cenderung rendah namun dapat dikatakan kucing masih dalam kondisi
yang baik karena parameter lainnya seperti Hb, PCV, ataupun mukosa mulut
menunjukkan nilai yang masih dalam kisaran normal kucing sehat. Jumlah
eritrosit dalam darah secara fisiologis dipengaruhi oleh nutrisi, temperatur
lingkungan (Schalm 1975) dan keadaan lingkungan (Swenson 1984) sedangkan
menurut Kelly (1974) jumlah trombosit secara fisiologis dipengaruhi oleh
kelelahan, exercise, dan temperatur lingkungan. Nilai eritrosit dan trombosit pada
hasil pemeriksaan darah yang cenderung rendah mungkin terjadi karena kucing
yang digunakan dalam penelitian berbeda dengan pustaka yang didapat
berdasarkan beberapa faktor di atas.
Menurut Thrall et al. (2005) kadar SGPT normal pada kucing sehat adalah
antara 30-100 IU/L dan kadar SGOT normal adalah antara 14-38 IU/L.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, semua kucing mempunyai kadar SGOT dan
SGPT yang normal karena masih dalam kisaran tersebut. Hal ini menunjukkan
bahwa kucing yang digunakan tidak mengalami gangguan fungsi hati yang
berhubungan dengan kesehatan pankreas. Pemeriksaan fisik maupun darah
memperlihatkan kondisi kucing yang sehat sehingga dapat dilakukan pemeriksaan
dengan menggunakan ultrasonografi.

13
Sonogram Lambung, Duodenum, dan Pankreas Kucing
Lambung
Lambung kucing berada di kranial abdomen, kaudal diafragma dan hati
(Kealy dan McAlister 2000). Ultrasonografi (USG) lambung terlihat dari kardia
sebelah kiri sampai dengan pylorus (Burk dan Feeney 2003). Menurut Noviana et
al. (2012) pemeriksaan ultrasonografi lambung posisi berbaring lateral kanan
dapat untuk mengamati bagian pilorus dan duodenum Hasil sonogram lambung
dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Sonogram lambung posisi hewan berbaring lateral kanan (right recumbency). A:
Sonogram lambung pada posisi transduser transversal dan B: sonogram lambung pada
posisi transduser sagital. S: lapisan serosa, TM: tunika muskularis, SM: submukosa,
dan M: mukosa.

Berdasarkan hasil USG yang didapat, gambaran lambung terlihat seperti
kantong yang anekhoik dikarenakan lambung terisi air sebelum dilakukan
pemeriksaan dengan USG. Pengisian air ke dalam lambung membuat lumen
bersentuhan dengan air dan gelombang suara ditransmisikan seluruhnya sehingga
terlihat warna hitam yang disebut anekhoik. Di dalam daerah lumen yang
anekhoik terlihat titik-titik putih/hiperekhoik yang merupakan sisa gas lambung
atau sisa makanan yang terjebak di dalam air. Menurut Noviana et al. (2012)
cairan termasuk anekhoik, namun jika terdapat partikulat di dalamnya akan
menyebabkan terbentuknya ekho. Akumulasi gas dapat terlihat pada lambung
dengan kasus gastritis yang mengakibatkan dilatasi lambung dan disertai dengan
adanya peradangan yang ditandai dengan penebalan lapisan lambung.
Lambung dengan posisi transduser transversal terlihat lebih membulat
dibandingkan dengan yang sagital yaitu lebih memanjang dan melebar. Lapisan
lambung pada posisi transduser transversal maupun sagital terdiri dari mukosa,
sub mukosa, muskularis mukosa, dan serosa. Lapisan mukosa dan muskularis
mukosa terlihat hipoekhoik karena keduanya lebih banyak tersusun dari otot-otot
polos, sedangkan submukosa dan serosa terlihat hiperekhoik karena salah satu
penyusunnya yaitu jaringan ikat seperti kolagen. Sonogram yang didapat
menunjukkan tingkat ekhogenitas dengan batasan yang jelas pada tiap lapisan
lambung. Menurut Noviana et al. (2012) kasus tumor dapat menunjukkan
sonogram adanya massa jaringan lunak dengan bentuk tidak teratur serta
ekhogenitas hipo-hiperekhoik yang biasanya menempel pada lapisan dinding
lambung. Menurut J. Kealy dan McAllister (2000) lapisan lambung dapat dilihat

14
jelas dengan USG jika menggunakan transduser resolusi tinggi yaitu sekitar 5-7.5
MHz, ketika digunakan resolusi rendah lapisan lambung hanya terlihat sebagai
struktur yang hiperekhoik.

Duodenum
Duodenum kucing dapat ditemukan dengan menelusuri pylorus. Posisi
duodenum konsisten dengan dinding abdomen dari kanan (Burk dan Feeney 2003).
Hasil pemeriksaan ultrasonografi (USG) duodenum dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Sonogram duodenum posisi hewan berbaring lateral kanan (right recumbency). A:
Sonogram lambung pada posisi transduser transversal dan B: sonogram lambung pada
posisi transduser sagital. S: lapisan serosa, TM: tunika muskularis, SM: submukosa, dan
M: mukosa

Sonogram duodenum yang didapat terlihat berbentuk normal atau tidak
terjadi pembesaran. Usus yang mengalami pembesaran (distensi) biasanya
diakibatkan oleh akumulasi campuran gas dan cairan (Noviana et al. 2012).
Duodenum dengan posisi transduser transversal terlihat berbentuk oval karena
transduser memotong duodenum secara melintang. Sedangkan pada posisi
transduser sagital transduser memotong duodenum secara memanjang sehingga
yang terlihat pada hasil sonogram adalah bentuk yang lebih panjang atau tubular.
Duodenum terlihat terbagi menjadi dua bagian oleh garis hiperekhoik yang
merupakan lumen. Lumen membagi antara dua lapisan dinding duodenum. Lumen
duodenum terlihat hiperekhoik karena tidak terisi air seperti pada lambung yang
terlihat anekhoik. Sonogram yang didapat menunjukkan kondisi yang baik dari
duodenum yaitu jelas terlihat lapisannya dengan ekhogenitas yang merata. Area
yang memiliki focal hipoekhoik atau massa yang ekhogenitasnya tidak merata
atau jika terdapat nodul-nodul yang disertai penebalan dinding merupakan tanda
terjadinya peradangan (Kealy dan McAllister 2000). Lapisan yang terlihat pada
duodenum sama dengan yang terlihat pada lambung yaitu mukosa, submukosa,
muskularis mukosa, dan serosa. Mukosa dan muskularis mukosa terlihat
hipoekhoik karena tersusun dari lapisan otot, sedangkan submukosa dan serosa
lebih terlihat hiperekhoik karena lebih dominan tersusun dari jaringan ikat seperti
kolagen. Batas antar lapisan pada sonogram yang didapat terlihat jelas dengan
ekhogenitas yang merata. Menurut Noviana et al. (2012) lapisan mukosa yang

15
menebal dengan bentuk permukaan yang bergelombang serta ekhogenitas yang
tidak merata an-hipoekhoik adalah beberapa tanda terjadinya enteritis (duodenitis).
Lapisan duodenum sama dengan lapisan lambung yaitu hanya dapat dilihat
menggunakan transduser beresolusi tinggi yaitu sekitar 5-7.5 MHz. Lapisan
duodenum pada posisi transduser transversal maupun sagital terdiri dari mukosa,
sub mukosa, muskularis mukosa, dan serosa. Lapisan mukosa dan muskularis
mukosa terlihat hipoekhoik karena keduanya lebih banyak tersusun dari otot-otot
polos, sedangkan submukosa dan serosa terlihat hiperekhoik karena salah satu
penyusunnya yaitu jaringan ikat seperti kolagen.
Pankreas
Pankreas terletak dalam ruang retroperitoneal di sekitar tulang vertebra
lumbalis yang pertama atau kedua, dan posisinya bervariasi ketika respirasi
(Kealy dan McAlister 2000). Pada penelitian ini diamati pankreas pada lobus
bagian kanan dengan posisi transduser sagital. Lobus bagian kanan terdapat di
mesoduodenum dorsomedial dari descending duodenum, ventral ginjal kanan dan
ventrolateral vena porta (Saunders 1991). Menurut Burk dan Feeney (2003)
pankreas dapat dilihat dengan USG di kaudal lambung dan medial duodenum.
Hasil sonogram pankreas dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Sonogram pankreas kanan posisi hewan berbaring dorsal (dorsal recumbency) dan
posisi transduser sagital. a: Sonogram organ pankreas berbentuk seperti kait. Tanda
panah: batas pankreas oleh jaringan lemak.

Menurut Noviana et al. (2012) pankreas merupakan kelenjar yang relatif
berukuran kecil dan berhubungan dengan duodenum di dorsal rongga abdomen.
Pemeriksaan pankreas cukup sulit untuk dilakukan. Kedekatan posisi anatomi
pankreas dengan lambung dan duodenum mempersulit pencitraan jika terdapat
akumulasi gas di saluran pencernaan tersebut. Pankreas normal merupakan
struktur yang hipoekhoik homogen dikelilingi dengan jaringan lemak yang
hiperekhoik (Kealy dan McAllister 2000). Sesuai dengan pustaka hasil sonogram
pankreas kanan yang didapat terlihat hipoekhoik homogen bertekstur kasar seperti
hati dan dikelilingi batas lemak hiperekhoik yang ditunjukkan dengan tanda panah
pada Gambar 3. Sonogram yang menunjukkan pankreas yang mengalami
pembesaran akan terlihat tidak beraturan dan hiperekhoik (Noviana et al. 2012).
Bentuk seperti kait pada ujung distal pankreas menurut Etue et al. (2001) dapat
ditemukan pada ujung distal pankreas lobus kanan kucing, hal ini sama seperti

16
yang terlihat pada hasil sonogram pankreas lobus kanan yang menunjukkan
bentuk seperti kait (a).

Ukuran Ketebalan Lambung, Duodenum, dan Pankreas Kucing
Berdasarkan hasil sonogram melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG)
pada lambung, duodenum, dan pankreas kucing kampung (Felis catus) didapatkan
hasil pengukuran ketebalan dengan menggunakan Image J®. Ukuran yang dapat
dilihat pada Tabel 4 merupakan rataan yang didapat dari keempat kucing yang
diamati dan setelah dilakukan tiga kali pengulangan.
Tabel 4 Hasil Pengukuran Sonogram Lambung, Duodenum, dan Pankreas pada
Kucing Kampung (Felis catus)
Posisi transduser
Referensi
Parameter
Transversal
Sagital
(cm)*
(cm)
(cm)
Lambung
mukosa
0.034 ± 0.006
0.048 ± 0.007
sub mukosa
0.029 ± 0.002
0.033 ± 0.003
tunika muskularis
0.031 ± 0.002
0.032 ± 0.004
serosa
0.033 ± 0.003
0.031 ± 0.014
0.170-0.360a
0.030-0.050b

tebal dinding

0.127 ± 0.007

0.143 ± 0.024

Duodenum
mukosa
sub mukosa
tunika muskularis
serosa

0.110 ± 0.024
0.050 ± 0.012
0.050 ± 0.014
0.043 ± 0.003

0.103 ± 0.024
0.049 ± 0.007
0.058 ± 0.012
0.045 ± 0.010

tebal dinding

0.254 ± 0.039

0.267 ± 0.047

0.200-0.250a
0.030b

0.343 ± 0.120

0.450c
0.430d

Pankreas
lobus kanan

*Sumber : aPenninck et al. (1989); Newell et al. (1999); Goggin et al. (2000); Delaney et al.
(2003), bKealy dan McAllister (2000), cEtue et al. (2001), dHecht et al. (2006).

Hasil pengukuran menunjukkan rataan ketebalan dinding lambung yaitu
0.127 ± 0.007 cm pada posisi transduser transversal atau 0.143 ± 0.024 cm pada
posisi transduser sagital. Hasil yang didapat lebih rendah jika dibandingkan
dengan diameter lambung pada penelitian Penninck et al. (1989); Newell et al.
(1999); Goggin et al. (2000); dan Delaney et al. (2003) yaitu kurang dari 1.7-3.6
mm atau 0.170-0.360 cm. Hal ini diperkirakan karena jenis, bobot badan ataupun
usia kucing yang digunakan dalam penelitian berbeda dengan yang digunakan
pada pustaka.
Ukuran rata-rata tiap lapisan lambung dengan posisi transduser transversal
ataupun sagital menunjukkan perbedaan yang sangat kecil namun dapat dilihat

17
bahwa ukuran lapisan mukosa lebih tebal dibandingkan dengan lapisan lainnya.
Hal ini sesuai dengan Penninck dan d’Anjou (2008) yang mengatakan bahwa
lapisan mukosa sering terlihat lebih tebal, tetapi terkadang mukosa dan muskularis
mukosa bisa sama tebalnya selama gerakan peristaltik. Ketebalan lambung pada
hasil bisa dikatakan dalam kondisi baik, karena umumnya jika terjadi
abnormalitas ataupun terjadi kerusakan lambung, dinding/lapisan lambung akan
menebal. Menurut Kealy dan McAllister (2000) tebal dinding lambung normal
pada saat relaksasi yaitu sekitar 3-5 mm atau 0.300-0.500 cm. Kerusakan dinding
lambung akibat gastritis akan menyebabkan penebalan dinding >7 mm atau 0.700
cm.
Hasil pengukuran duodenum menunjukkan bahwa rata-rata ketebalan
dinding duodenum yaitu 0.254 ± 0.039 cm pada posisi transduser transversal dan
0.267 ± 0.047 cm pada posisi transduser sagital (Tabel 1). Berdasarkan penelitian
Penninck et al. (1989); Newell et al. (1999); Goggin et al. (2000); dan Delaney et
al. (2003) diameter duodenum kucing yaitu sebesar 2.0-2.5 mm atau 0.200-0.250
cm, sedangkan menurut Kealy dan McAlli