Sebaran dan Kerapatan Populasi Pratylenchus sp dan Radopholus sp Pada Tanaman Kopi (Coffea sp.) Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh

SEBARAN DAN KERAPATAN POPULASI Pratylenchus sp dan Radopholus sp PADA TANAMAN KOPI (Coffea sp.) DI KABUPATEN GAYO LUES PROVINSI ACEH
SKRIPSI
OLEH: Bayhaqi 090301023 AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2 0 14

SEBARAN DAN KERAPATAN POPULASI Pratylenchus sp dan Radopholus sp PADA TANAMAN KOPI (Coffea sp.) DI KABUPATEN GAYO LUES PROVINSI ACEH
SKRIPSI
OLEH: BAYHAQI 090301023 AGROEKOTEKNOLOGI Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Di Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Prof.Dr.Ir. Darma Bakti.MS) Ketua Pembimbing

(Dr.Ir. Hasanuddin.MS) Anggota Pembimbing

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2 0 14

ABSTRACT
Bayhaqi, 2014. Distribution and Population Density Of Pratylenchus sp and Radopholus sp on Coffee (Coffea sp.) in Gayo Lues Regency Aceh Province. Under supervising commission Darma Bakti and Hasanuddin.
Gayo Coffee is one among the main export commodities of Indonesia has been known in the domestic and international markets, Gayo coffee production includes more than 90% of the total coffee production in the province. Coffee production in Gayo Lues district reached 540 kg / ha with a planting area of about 3,938 ha, while in Central Aceh and Bener Meriah coffee production ranged between 700-800 kg / ha with a planting area of about 48,000 ha (Central Aceh) and 39 533 ha (Bener Meriah). This study was conducted to determine the distribution and population density of Pratylenchus sp and Radopholus sp infecting coffee plants in the district of Gayo Lues. This study uses systemic method of sampling a diagonal pattern in the District Blangkejeren Agusen village, sub-district village Betung Princess Ramung and Pungke village, District Pantancuaca Surimusara village, villages and rural Kenyaran Pantan. Roots and soil samples were extracted using a modified method of funnel Baerman at the Laboratory Plant Desease Agroecotechnology Program Study Faculty of Agriculture University of North Sumatra.

The results of this study showed that the population density Radopholus sp and Pratylenchus sp varied per region. The highest population density of Radopholus sp in soil samples and root samples was found in Pantan village(57 juvenile) and in Kenyaran village (54 juveniles), where as the lowest population of Radopholus sp was found in Pungke and Ramung villages (24 juveniles). The highest population densities of Pratylenchus sp in soil sample and root sample was found in Kenyaran village (36 juvenile) and the lowest was found in Pungke village (28 juvenile). Keywords: Coffee, Pratylenchus sp, Radopholus sp.
i

ABSTRAK
Bayhaqi, 2014. Sebaran dan Kerapatan Populasi Pratylenchus sp dan Radopholus sp Pada Tanaman Kopi (Coffea sp.) di Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh. Dibawah bimbingan Darma Bakti dan Hasanuddin.
Kopi Gayo adalah satu diantara komoditi ekspor unggulan Indonesia yang telah dikenal di pasar domestik dan internasional, produksi kopi Gayo mencakup lebih dari 90% dari total produksi kopi di Provinsi Aceh. Produksi kopi di Kabupaten Gayo Lues baru mencapai 540 kg/ha dengan luas tanam sekitar 3.938 ha, sedangkan di Aceh Tengah dan Bener Meriah produksi kopi berkisar antara 700 - 800 kg/ha dengan luas tanam sekitar 48.000 ha (Aceh Tengah) dan 39.533 ha (Bener Meriah). Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui sebaran dan kerapatan populasi pratylenchus sp dan radopholus sp yang menginfeksi tanaman kopi di Kabupaten Gayo Lues. Penelitian ini menggunakan metode sistemik pola diagonal dalam pengambilan sampel di Kecamatan Blangkejeren desa Agusen, Kecamatan Putri Betung desa Ramung dan desa Pungke, Kecamatan Pantancuaca di desa Surimusara, desa Kenyaran dan desa Pantan. Sampel akar dan tanah diekstraksi dengan menggunakan metode modifikasi Corong Baerman di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Hasil penelitian ini yaitu kerapatan populasi Radopholus sp dan Pratylenchus sp bervariasi setiap daerahnya. Kerapatan populasi tertinggi Radopholus sp pada sampel tanah dan sampel akar tertinggi terdapat di desa Pantan 57 juvenil dan di desa Kenyaran 54 juvenil, sementara populasi terendah Radopholus sp adalah di desa Ramung dan Pungke 24 juvenil. Kerapatan populasi tertinggi Pratylenchus sp terdapat di desa Kenyaran 36 juvenil dan desa Pantan 35 juvenil dari sampel akar dan tanah, dan terendah pada desa Pungke 28 juvenil. Kata kunci : Kopi, Pratylenchus sp, Radopholus sp.
ii

RIWAYAT HIDUP Bayhaqi lahir pada tanggal 27 Juli 1990 di Kutapanjang dari Ibunda Aminah dan Ayahanda Darussalam. Penulis merupakan anak Pertama dari lima bersaudara. Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: − Lulus dari Sekolah Dasar Negeri 1 Kutapanjang pada tahun 2003. − Lulus dari SLTP. Negeri 1 Kutapanjang pada tahun 2006. Lulus dari SMA Negeri 1 Kutapanjang pada tahun 2009. − Pada tahun 2009 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, Departemen Agroekoteknologi melalui jalur PMP. Penulis pernah aktif dalam kegiatan kemahasiswaan yaitu: − Anggota Badan Kenaziran Mushalla Al-Mukhlisin FP USU tahun 2010-2011. − Ketua Pengajian Komus HPT 2012 – 2013. − Asisten Laboratorium Pestisida Dan Teknik Aplikasi tahun 2012-2013. − Asisten Laboratorium Nematoda dan Virologi Tahun 2013-2014. − Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk , Kebun Bunut, Kabupaten Kisaran pada tahun 2010. − Melaksanakan Penelitian skripsi di kabupaten Gayo Lues dan Laboratorium Nematoda Fakultas Pertanian USU pada bulan Februari – April 2014. − Sebagai Pemakalah Oral pada “Indonesian International coffee symposium 2014” di Banda Aceh.
iii

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Sebaran dan Kerapatan Populasi Pratylenchus sp dan Radopholus sp Pada Tanaman Kopi (Coffea sp.) Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Hasanuddin, MS. sebagai anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis mulai dari menetapkan judul hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Januari 2015
Penulis
iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... ABSTRACT .................................................................................................... RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ KATA PENGANTAR.................................................................................... DAFTAR ISI................................................................................................... DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR GAMBAR...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................


i ii iii iv v vi vii viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ................................................................................................ Tujuan Penelitian ............................................................................................ Hipotesa Penelitian .......................................................................................... Kegunaan Penelitian ........................................................................................

1 3 3 3

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kopi (Coffea sp) ............................................................................... Nematoda ......................................................................................................... Nematoda Parasit Tanaman Kopi.....................................................................
1. Pratylenchus sp.................................................................................. 2. Radopholus sp....................................................................................

5 7 9 9 14

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................... Bahan dan Alat Penelitian ............................................................................... Metode Penelitian ............................................................................................
Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... Survei Pendahuluan ................................................................................ Pengambilan Sampel Tanah dan Akar.................................................... Ekstraksi Sampel Tanah ......................................................................... Ekstraksi Sampel Akar ........................................................................... Pengawetan Nematoda ........................................................................... Pewarnaan Nematoda dalam jaringan akar............................................. Pembuatan Preparat Nematoda............................................................... Identifikasi Nematoda............................................................................. Peubah Amatan.......................................................................................

17 17 17 18 18 18 19 19 20 20 21 21 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Gayo Lues........................................................... Keadaan Pertanaman Kopi di Lokasi Pengamatan................................................ Kerapatan Populasi Nematoda Pratylenchus sp dan Radopholus sp di Kabupaten Gayo Lues ...................................................................................... Nematoda Parasit Lain yang ditemukan ..........................................................

23 23

24 30

v

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...................................................................................................... Saran .............................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

33 34

vi

DAFTAR TABEL No. Judul Tabel Hlm.

1. Kerapatan Populasi Pratylenchus sp dan Radopholus sp di sekitar perakaran kopi di Kabupaten Gayo Lues ....................................................
2. Hasil ekstraksi nematoda Pratylenchus sp dan Radopholus sp dari sampel tanah sekitar perakaran tanaman kopi di Kabupaten Gayo Lues .............................................................................................................
3. Hasil ekstraksi nematoda Pratylenchus sp dan Radopholus sp dari sampel akar tanaman kopi di Kabupaten Gayo Lues. .................................

25
27 28

vii


DAFTAR GAMBAR No. Judul Gambar Hlm. 1. Struktur Tanaman kopi................................................................................. 6 2. Fotomikrograf Pratylenchus Betina dan Pratylenchus Jantan..................... 10 3. Gejala serangan nematoda di atas permukaan tanah di Kecamatan Pantan
Cuaca ........................................................................................................... 12 4. Fotomikrograf Radopholus Jantan dan Radopholus Betina......................... 15 5. Bagian akar yang diambil untuk sampel ...................................................... 19 6. Peta Penyebaran dan kerapatan Populasi Pratylenchus sp dan Radopholus sp
pada tanaman kopi (Coffae sp) di kabupaten gayo lues .............................. 29 7. Telur nematoda dalam jaringan akar............................................................ 30 8. Nematoda Tylenchulus sp............................................................................. 31 9. Nematoda Tylenchorhynchus sp .................................................................. 32 10. Nematoda Longidorus sp ........................................................................... 33 11. Nematoda Hemicycliophora sp .................................................................. 33 12. Nematoda Helicotylenchus sp .................................................................... 34
viii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Lampiran Hlm.

1. Letak Geografis Kabupaten Gayo Lues ...................................................... 2. Data Pengambilan Sampel........................................................................... 3. Keadaan Curah Hujan Rata-Rata,Hari Hujan RataRata Dan Penyinaran
Mataharidirinci Menurut Bulan Di Kabupaten Gayo Lues Tahun 2011.....

38 38
39

ix

ABSTRACT
Bayhaqi, 2014. Distribution and Population Density Of Pratylenchus sp and Radopholus sp on Coffee (Coffea sp.) in Gayo Lues Regency Aceh Province. Under supervising commission Darma Bakti and Hasanuddin.

Gayo Coffee is one among the main export commodities of Indonesia has been known in the domestic and international markets, Gayo coffee production includes more than 90% of the total coffee production in the province. Coffee production in Gayo Lues district reached 540 kg / ha with a planting area of about 3,938 ha, while in Central Aceh and Bener Meriah coffee production ranged between 700-800 kg / ha with a planting area of about 48,000 ha (Central Aceh) and 39 533 ha (Bener Meriah). This study was conducted to determine the distribution and population density of Pratylenchus sp and Radopholus sp infecting coffee plants in the district of Gayo Lues. This study uses systemic method of sampling a diagonal pattern in the District Blangkejeren Agusen village, sub-district village Betung Princess Ramung and Pungke village, District Pantancuaca Surimusara village, villages and rural Kenyaran Pantan. Roots and soil samples were extracted using a modified method of funnel Baerman at the Laboratory Plant Desease Agroecotechnology Program Study Faculty of Agriculture University of North Sumatra.
The results of this study showed that the population density Radopholus sp and Pratylenchus sp varied per region. The highest population density of Radopholus sp in soil samples and root samples was found in Pantan village(57 juvenile) and in Kenyaran village (54 juveniles), where as the lowest population of Radopholus sp was found in Pungke and Ramung villages (24 juveniles). The highest population densities of Pratylenchus sp in soil sample and root sample was found in Kenyaran village (36 juvenile) and the lowest was found in Pungke village (28 juvenile). Keywords: Coffee, Pratylenchus sp, Radopholus sp.
i

ABSTRAK
Bayhaqi, 2014. Sebaran dan Kerapatan Populasi Pratylenchus sp dan Radopholus sp Pada Tanaman Kopi (Coffea sp.) di Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh. Dibawah bimbingan Darma Bakti dan Hasanuddin.
Kopi Gayo adalah satu diantara komoditi ekspor unggulan Indonesia yang telah dikenal di pasar domestik dan internasional, produksi kopi Gayo mencakup lebih dari 90% dari total produksi kopi di Provinsi Aceh. Produksi kopi di Kabupaten Gayo Lues baru mencapai 540 kg/ha dengan luas tanam sekitar 3.938 ha, sedangkan di Aceh Tengah dan Bener Meriah produksi kopi berkisar antara 700 - 800 kg/ha dengan luas tanam sekitar 48.000 ha (Aceh Tengah) dan 39.533 ha (Bener Meriah). Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui sebaran dan kerapatan populasi pratylenchus sp dan radopholus sp yang menginfeksi tanaman kopi di Kabupaten Gayo Lues. Penelitian ini menggunakan metode sistemik pola diagonal dalam pengambilan sampel di Kecamatan Blangkejeren desa Agusen, Kecamatan Putri Betung desa Ramung dan desa Pungke, Kecamatan Pantancuaca di desa Surimusara, desa Kenyaran dan desa Pantan. Sampel akar dan tanah diekstraksi dengan menggunakan metode modifikasi Corong Baerman di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Hasil penelitian ini yaitu kerapatan populasi Radopholus sp dan Pratylenchus sp bervariasi setiap daerahnya. Kerapatan populasi tertinggi Radopholus sp pada sampel tanah dan sampel akar tertinggi terdapat di desa Pantan 57 juvenil dan di desa Kenyaran 54 juvenil, sementara populasi terendah Radopholus sp adalah di desa Ramung dan Pungke 24 juvenil. Kerapatan populasi tertinggi Pratylenchus sp terdapat di desa Kenyaran 36 juvenil dan desa Pantan 35 juvenil dari sampel akar dan tanah, dan terendah pada desa Pungke 28 juvenil. Kata kunci : Kopi, Pratylenchus sp, Radopholus sp.
ii

1
PENDAHULUAN Latar Belakang
Kopi Gayo adalah satu diantara komoditi ekspor unggulan Indonesia yang telah dikenal di pasar domestik dan internasional. Kopi Gayo di Dataran Tinggi Gayo pada umumnya adalah kopi Arabika. Kopi Arabika sangat cocok untuk tumbuh di Dataran Tinggi Gayo yang memiliki letak geografis antara 3º45’0”LU– 4º59’0”LU dan 96º16’10” BT–97º55’10”BT. Wilayah ini didominasi oleh ketinggian tempat antara 900 – 1700 m dpl yang merupakan habitat ideal untuk budidaya kopi Arabika (Ellyanti et al., 2012).
Menurut Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG 2009) produksi kopi Gayo mencakup lebih dari 90% dari total produksi kopi di Provinsi Aceh. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI 2008) menyatakan bahwa luas penanaman kopi Gayo masing-masing kabupaten di Dataran Tinggi Gayo yaitu Aceh Tengah 46.000 ha, Bener Meriah 37.000 ha, dan Gayo Lues 4.000 ha.
Produksi kopi di Kabupaten Gayo Lues baru mencapai 540 kg/ha dengan luas tanam sekitar 3.938 ha (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Gayo Lues, 2011). Sedangkan di Aceh Tengah dan Bener Meriah produksi kopi berkisar antara 700 800 kg/ha dengan luas tanam sekitar 48.000 ha (Aceh Tengah) (Dinas Perkebunan dan Kehutanan Aceh Tengah, 2011) dan 39.533 ha (Bener Meriah) (Dinas Perkebunan dan Kehutanan Bener Meriah, 2011).
Dalam usaha peningkatan produksi, dan perbaikan mutu hasil komoditas kopi, salah satu aspek penting yang perlu mendapat perhatian adalah masalah organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Nematoda parasit merupakan salah satu OPT utama pada tanaman kopi yang menyerang akar tanaman, sehingga

2
menyebabkan tanaman kerdil, daun menguning, dan gugur. Pertumbuhan cabang primer terhambat sehingga hanya menghasilkan sedikit bunga, buah prematur dan banyak yang kosong. Bagian akar serabut membusuk, berwarna coklat atau hitam, pada serangan berat tanaman akhirnya mati (Izar & Yarda). Efek lain dari nematoda menyerang akar baik oleh nematoda endoparasit dan ektoparasit termasuk percabangan akar berlebihan, penghentian pemanjangan akar, penghambatan pertumbuhan akar dan terlihat gejala tanpa produksi (Zuckerman et al., 1971).
Terdapat dua jenis nematoda penting yang menyerang tanaman kopi khususnya kopi jenis Arabika yaitu nematoda parasit Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis. Kedua jenis nematoda ini merupakan jasad pengganggu yang sangat berbahaya pada kopi robusta dan lebih-lebih pada kopi arabika. Hingga saat ini belum ada cara pengendalian yang ekonomis untuk pertanaman kopi yang sudah terserang (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2008).

Campos & Villain (2005) menyatakan beberapa jenis nematoda parasitik hidup pada tanaman kopi dan mereka menyebabkan kerugian besar terhadap pertumbuhan kopi dan secara ekonomi. Jenis utama yang mempengaruhi kopi adalah Meloidogyne spp dan Pratylenchus spp. Menurut Wiryadiputra & Tran (2008) di perkebunan kopi robusta kerugian hasil yang disebabkan oleh P. coffeae dapat mencapai 78% dengan rata-rata sekitar 57%. Di perkebunan kopi arabika total kerugian telah diamati tanaman kopi yang terserang populasi bisa menurun dan mati pada usia dua tahun.

3
Serangan nematoda P. Coffeae dilaporkan dapat mengakibatkan musnahnya 95% kopi Arabika di Jawa. Upaya pengendalian hama tersebut diarahkan ke pengendalian ramah lingkungan (Sulistyowati et al., 2012).
Selama enam tahun (1981-1986) serangan nematoda Pratylenchus coffeae, menyebabkan kehilangan hasil rata-rata sebesar 56,84%, atau sekitar 150 ton kopi per tahun. Selain mengurangi kuantitas, serangan nematoda juga dapat mengurangi kualitas kopi. Penurunan produksi oleh P. coffeae pada kopi Robusta berkisar antara 28,7% sampai 78,4%. Serangan P. coffeae terhadap kopi Arabika biasanya tanaman hanya bisa bertahan selama 2 tahun (Mustika, 2005).
Penelitian yang mengkaji tentang kerusakan tanaman kopi yang disebabkan oleh nematoda masih belum pernah dilakukan di Kabupaten Gayo Lues. Sehingga informasi mengenai kerusakan tanaman kopi yang disebabkan oleh nematoda sangat minim. Padahal informasi ini penting mengingat budidaya kopi di Kabupaten Gayo Lues telah dilakukan dalam kurun waktu yang cukup lama. Hal tersebut sangat memungkinkan peluang gangguan nematoda sangat besar.
Berdasarkan informasi di atas, penulis melakukan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana penyebaran dan kepadatan populasi nematoda Pratylenchus dan Radopholus yang berada diareal pertanaman kopi di Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui sebaran dan kepadatan populasi nematoda Pratylenchus dan Radopholus yang berada di areal pertanaman kopi di Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh.

4
Hipotesa Penelitian Terdapat perbedaan sebaran dan kerapatan populasi Pratylenchus dan
Radopholus di daerah pertanaman kopi di Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi dan acuan dalam usaha mengantisipasi terjadinya epidemi penyakit yang disebabkan nematoda Pratylenchus dan Radopholus bagi pihak yang membutuhkan terutama yang membudidayakan tanaman kopi di Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh.
2. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

5
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kopi (Coffea sp.)
Genus Coffea termasuk ke dalam keluarga Rubiaceae, yang terdiri atas 103 jenis. Tanaman ini dibagi ke dalam Eucoffea, Mascarocoffea, Argocoffea dan Paracoffea, jenis yang pertama hingga yang ketiga berasal dari Afrika dan yang terakhir dari Asia. Hanya jenis Eucoffea satu-satunya memiliki nilai ekonomi dan dibudidayakan meliputi kopi arabica dan robusta. Pada kondisi alami, kebanyakan jenis coffea tercipta di daerah tropis afrika, terutama sekali di negeri Madagaskar dan lahan yang dicakup oleh negara tersebut, beberapa jenis tercipta di India (Vieira, 2008).
Kopi arabika berasal dari hutan pegunungan Ethiopia. Tumbuh di bawah naungan kanopi hutan. Arabika asli adalah tipe tumbuhan yang menyukai naungan. Namun, pemuliaan bertahun-tahun telah menciptakankan varietas yang memberikan hasil yang baik dalam kondisi cahaya penuh seperti Catimor. Arabika ditanam di daerah tropis dengan ketinggian lebih dari 500 m, tetapi sebaiknya dari 1000-1500 m. Daerah yang ketinggiannya lebih tinggi umumnya menghasilkan tanaman yang kualitasnya lebih baik. Curah hujan dari 1200-2000 mm harus terdistribusi sepanjang tahun (Kuit et al., 2004).
Arabika tidak tahan kondisi lembab dan suhu minimum harus di atas 4-5 ° C kisaran suhu optimum untuk budidaya arabica 18-25 ° C. Pembungaan dimulai setelah hujan pertama dan pematangan buah memerlukan periode kering yang bisa sampai 5 bulan. Arabika memiliki sistem akar yang mendalam dan membutuhkan drainase yang baik dalam tanah yang kaya bahan organik. Bahan organik adalah penting sebagai buffer tanaman terhadap fluktuasi kelembaban dan


6 nutrisi yang tersedia, kisaran pH optimum untuk tanaman kopi adalah 5,4-6,0 (Kuit et al., 2004).
Struktur pohon kopi mengacu pada bentuk pertumbuhan pohon. Batang tumbuh lurus ke atas dan disebut orthotropic (yang berarti vertikal). Cabang lateral tumbuh di sisi berlawanan dari batang dan disebut plagiotropic (yang berarti horisontal). Tunas auxiliary (tunas yang tersusun di sekitar poros batang atau cabang), dari batang terdiri dari tunas primer yang dapat tumbuh menjadi cabang lateral, dan beberapa tunas yang berkembang menjadi anakan dan perbungaan (tempat tumbuhnya bunga). Cabang primer dapat dibagi lagi dalam cabang sekunder dan tersier (Gambar 1) (Kuit et al., 2004).
Gambar 1.Struktur Tanaman kopi . Sumber : (Vieira, 2008)
Pada kopi arabika buah matang ('berry') berwarna merah, kuning dan orange. Buah yang orange menunjukkan hasil dari penyerbukan silang hal ini lebih sering terjadi pada tanaman robusta. Bentuk buah hampir bulat sampai

7
lanset, bervariasi sesuai dengan spesies kopi, ukuran buah dan endosperm ('biji') bervariasi sesuai dengan kultivar atau varietas yang ditanam dan kondisi lingkungan dan teknik budidaya. Biasanya dihasilkan dua biji / buah, sebagian besar biji mengandung protein, kafein, minyak, gula, dekstrin, asam chlorogenik dan beberapa hal lain yang menentukan karakteristik dari kopi dipengaruhi oleh aspek pemanenan, pengolahan dan pemanggangan biji (Vieira, 2008).
Kebanyakan kopi komersial ditanam dari benih, dan bibit dibesarkan di pembibitan baik disemai atau polybek atau material lainnya. Perkecambahan memakan waktu 5-10 minggu dan bibit dapat ditransplantasikan ke lapangan ketika berusia 6-10 bulan. Perbanyakan vegetatif dengan stek dapat dilakukan pada kopi, tetapi jarang di praktekkan di seluruh dunia. Di Brazil, di daerah yang populasi Meloidogyne incognita dan M. paranaensis sangat tinggi terutama di São Paulo dan Parana Serikat, okulasi menggunakan kopi canephora sebagai batang bawah dan kultivar kopi arabica sebagai batang atas merupakan bibit yang digunakan untuk perkebunan produktif. Jarak tanam bervariasi antara daerah, biasanya 2-4 m antara baris dan 0.5-1 m antara tanaman (Campos & Villain 2005). Nematoda
Nematoda parasit tanaman pada prinsipnya adalah hewan air yang membutuhkan air untuk aktifitasnya, mereka mendiami lapisan lembab sekitar partikel tanah dan lingkungan lembab sekitar jaringan tanaman. Hampir semua parasit tanaman menghabiskan sebagian dari siklus hidupnya di dalam tanah (Bridge & James, 2007).

8
Nematoda adalah binatang yang bergerak aktif, lentur dan berbentuk seperti pipa, hidup pada permukaan yang lembab atau lingkungan yang berair. Nematoda memiliki sistem organ yang lengkap sebagaimana binatang yang mempunyai organ kompleks, tetapi mereka tidak memiliki sistem peredaran darah. Nematoda terbagi dua jenis yaitu memiliki stilet dan tidak. Nematoda yang memiliki stilet menjadi perhatian lebih dikarenakan merupakan nematoda parasit. (Dropkin, 1992).
Siklus hidup nematoda sangat sederhana sekali yaitu betina meletakkan telur kemudian telur-telur tersebut menetas menjadi larva. Dalam banyak hal, larva-larva ini menyerupai nematoda, hanya ukurannya lebih kecil. Selain nematoda dewasa dan telur, dalam siklus hidup nematoda terdapat 4 stadia larva dan empat kali pergantian kulit. Stadia larva pertama berkembang dalam telur dan pergantian kulit pertama biasanya terjadi di dalam telur. Dari pergantian kulit pertama muncul stadia larva dua, yang bergerak bebas ke dalam tanah dan masuk ke dalam jaringan tanaman. Apabila nematoda stadia larva dua tersebut mulai makan pada jaringan inang yang cocok, terjadi pergantian kulit kedua, ketiga dan keempat dan lima atau stadia dewasa. Secara umum, siklus hidup nematoda parasit berlangsung selama 25-35 hari, bergantung pada jenis nematoda, tanaman inang, keadaan lingkungan tanah (suhu, kelembaban, tekstur) (Mustika, 2003).
Tanaman yang sistem perakarannya telah terganggu oleh nematoda menunjukkan gejala kerdil, klorosis, layu dan hasil menurun. Gejala di lapangan adalah sistem perakaran tanaman lemah menyerap air dan unsur hara. Gejala ini umumnya menunjukkan defisiensi air dan unsur hara (Hunt et al, 2005).

9

Permasalahannya adalah nematoda parasit tumbuhan hidup pada semua


areal pertanaman, kerusakan yang paling nyata terjadi di daerah tropis atau sub-

tropis berhubungan erat dengan temperatur yang tinggi, masa tanam dan sebagian

besar tanaman rentan, sehingga akan meningkatkan populasi nematoda tiap-tiap

tahunnya (Zuckerman et al., 1971).

Dalam budidaya kopi terdapat faktor pembatas diantaranya adalah

serangan hama dan penyakit. Hama utama yang menyerang tanaman kopi antara

lain yaitu : Nematoda luka akar (Pratylenchus coffae), nematoda pelubang akar

(Radopholus similis) (Izhar dan Yardha, 2001).

Nematoda parasit pada tanaman kopi

Ada beberapa jenis nematoda parasit yang menyerang tanaman kopi, antara lain :


1. Pratylenchus sp.

Biologi nematoda Pratylenchus sp.

Adapun klasifikasi nematoda Pratylenchus sp menurut literatur

Dropkin (1992) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum

: Nematoda

Class

: Adenophorea

Subclass : Diplogasteria


Ordo

: Tylenchida

Superfamily : Tylenchoidea

Family

: Pratylenchidae

Genus

: Pratylenchus

Spesies

: Pratylenchus sp

10
Nematoda luka akar (Pratylenchus spp.) adalah yang paling umum dan merusak tanaman kopi (Coffea sp.). Genus Pratylenchus terdiri dari 97 spesies yang dikenal dari distribusi di seluruh dunia dan penting secara ekonomi. Anggota dari genus ini disebut nematoda luka akar karena mereka menghasilkan luka pada akar tanaman sebagai hasil dari aktifitas mereka memakan akar (Handoo et al, 2008).

Pratylenchus sp mempunyai lebar tubuh antara 40 μm hingga 160 μm, dengan panjang tubuh antara 0,4-0,7 mm, sedangkan diameter tubuh 20 - 25 μm. Bentuk nematoda ini pada umumnya memanjang, bagian ujung anterior kepala mendatar, dengan kerangka kepala yang kuat (Gambar 2), mempunyai stilet pendek dan kuat, panjangnya 14-20 μm dengan basal knop yang jelas (Dropkin 1992).
ab
Gambar 2. Fotomikrograf Pratylenchus betina (400 x) (a), Pratylenchus jantan (400 x) (b).
Pratylenchus tergolong kedalam endoparasit migratory dengan semua fase yang berlansung di jaring korteks akar. Populasi rendah pada tanah dapat dikaitkan dengan tingginya populasi dalam akar. Nematoda akan memakan sel tanaman terutama sel-sel korteks dan rongga yang

11
terbentuk akan menjadi 'sarang' atau koloni nematoda dari semua tahap. Perubahan warna jaringan yang terkena dampak biasanya jelas. Di atas permukaan tanah gejala serangan meliputi klorosis dan kerdil. Beberapa spesies bereproduksi secara seksual sementara yang lain partenogenesis. Siklus kehidupan dapat diselesaikan dalam 3-4 minggu dan nematoda dapat bertahan hidup tanpa adanya tanaman inang selama beberapa bulan. Hal yang paling penting spesies bersifat polifagus, meskipun P. goodeyi hanya terbatas pada tanaman pisang. Spesies utama dalam genus ini adalah: P. brachyurus, P. coffeae, P. goodeyi, P. penetrans, dan P. zeae (Hunt et al., 2005).
Untuk P. coffeae dan P. brachyurus, telur diletakkan dalam jaringan akar. Telur P. coffeae menetas dalam 6-8 hari pada suhu 28-30 ° C, pertama kali munculnya nematoda dewasa dapat diamati 15 hari setelah menetas pada suhu 25-30 ° C pada kentang di bawah kondisi ini, lamanya waktu siklus rata-rata adalah 27 hari. Untuk P. brachyurus, di bawah kondisi suhu optimum (30 atau 35 ° C), satu siklus hingga dewasa memerlukan waktu 4 minggu pada jagung, sementara pada suhu 10 ° C siklus tidak selesai dalam 14 minggu (Campos & Villain 2005).
Pratylenchus sp menyukai tanah yang berstruktur kasar atau tanah berpasir. Populasi nematoda mencapai tingkat tertinggi pada tanaman yang dipangkas dari pada yang tidak dipangkas. Nematoda ini mengadakan invasi ke dalam korteks akar dan mematikan sel – sel pada waktu mereka makan. Luka yang berbentuk memanjang dan berwarna coklat hitam merupakan akibat serangannya pada permukaan akar. Gejala

12
serangan pada permukaan tanah adalah layu, daun menguning, cabang mati muda dan kerdil. Serangan parah dapat mematikan tanaman (Dropkin, 1992).
Di lahan, gejala kerusakan tersebut terjadi secara setempat – setempat yang dapat mengurangi hasil berdasarkan berat ringannya serangan. Luka yang terjadi pada akar berakibat merusak seluruh sistem perakaran tanaman kopi. Akar kopi terinfeksi oleh Pratylenchus menguning kemudian coklat, dan akar lateral menjadi busuk. Tanaman yang terinfeksi terlihat kerdil dan memiliki daun kecil beberapa klorosis. Gejala awal dari infeksi di pohon yang baru ditransplantasikan menguning daun, hilangnya cabang primer muda dan pengerdilan tunas (Gambar 3). Layu bertahap diikuti oleh kematian seluruh pohon. Tanaman yang terserang berat akan mati sebelum dewasa (Campos & Villain 2005).
Gambar 3. Gejala serangan nematoda di atas permukaan tanah di Kecamatan Pantan Cuaca.
Nematoda luka akar yang terdapat pada pertanaman kopi antara lain: Pratylenchus coffeae, P. goodeyi, P. pratensis, P. brachyurus. Untuk

13
jangka waktu yang lama P. brachyurus merupakan satu – satunya spesies Pratylenchus yang menyerang tanaman kopi di Amerika Selatan. P. coffeae terdapat di pertanaman kopi di India dan Pulau Jawa (Campos & Villain 2005).
Rotasi tanaman adalah cara lama dan masih paling banyak digunakan untuk kontrol nematoda lapangan. Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu cara praktis untuk mengendalikan nematoda menyerang tanaman dengan tingkat serangan yang rendah perhektar (Zuckerman et al., 1971).
Fumigasi tanah meskipun umumnya dianggap sebagai teknik modern, digunakan pada awal 1884 ketika karbon disulfida diterapkan pada lebih dari satu juta hektar untuk mengontrol kutu Phylloxera pada anggur. Prosedur ini tidak diragukan lagi juga dapat mengendalika nematoda. Karbon disulfida tidak banyak digunakan saat ini karena biaya tinggi per hektar dan sulit dalam aplikasi (Zuckerman et al., 1971).
Pengendalian kimia praktis pertama untuk nematoda dalam kondisi lapangan menggunakan dichloropropene. Setelah injeksi ke dalam tanah sebelum menanam tanaman, akan terjadi perubahan kimia dari cairan menjadi gas kemudian perlahan-lahan menyebar didalam tanah dan membunuh nematoda. Pengendalian dengan metode ini biayanya relatif rendah dan mudah diterapkan di lapangan. Beberapa waktu kemudian ditemukan nematisida dari bahan kimia yang mirip etilena dibromida. Terobosan lain dalam pengendalian kimia datang dengan penemuan 1,2dibromo-3-chloropropane dapat digunakan dengan aman di sekitar akar

14

dari beberapa tanaman hidup. Bahan kimia ini dapat membunuh nematoda

lebih tinggi dari dichloropropene atau etilen dibromida yang sifat

nematisidanya lebih rendah (Zuckerman et al., 1971).

2. Radopholus sp

Biologi nematoda Radopholus sp

Adapun klasifikasi nematoda Radopholus sp menurut literatur

Dropkin (1992) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum

: Nematoda

Class

: Secernentea

Subclass : Diplogasteria

Ordo

: Tylenchida

Family

: Pratylenchidae

Genus

: Radopholus

Spesies

: Radopholus sp

Radopholus spp. adalah nematoda penggali akar endoparasit

migratory, menyebabkan luka kortikal dan kerusakan akar yang luas.

Sistem perakaran yang diserbu oleh nematoda berkurang dan menjadi

coklat tua mengakibatkan pertumbuhan yang buruk. Mereka berbentuk

cacing 0,5-0,8 mm, dengan stylets pendek tapi kuat dan vulva pada

pertengahan tubuh (Bridge dan James, 2007).

Semua tahapan nematoda adalah berbentuk ulat (mirip cacing),

tidak berwarna dan kurang dari 1 mm. Nematoda jantan dan betina dewasa

berbeda dalam penampilan (dimorfisme seksual), laki-laki memiliki stylets

15
kurang berkembang dan kepala berbentuk seperti tombol disebabkan oleh tonjolan daerah bibir mengerut. Kedua nematoda jantan dan betina memiliki ekor panjang meruncing dengan bulat atau menjorok. Nematoda jantan memiliki spicula (organ reproduksi laki-laki) yang tajam, melengkung, tertutup dalam suatu bursa. panjang Betina antara 550 dan 880 mm (0,55-0,88 mm) dan dengan diameter sekitar 24 μm, stylets berkembang dengan baik dengan panjang 16-21 μm (rata-rata 18 μm). Nematoda jantan lebih kecil dibandingkan betina, dengan panjang 500 sampai 600 μm (Brooks, 2008).
Panjang nematoda jantan rata-rata 0,58 mm dan mengalami degenerasi, esofagus dan styletnya tidak berkembang sempurna. Kepala nematoda jantan berbentuk membulat dan berlekuk sama dengan nematoda betina. Mempunyai testis tunggal dan bursa meluas sampai dua per tiga ekor (Dropkin,1992). Panjang spikula 18-22 μm berbentuk slindris dan melengkung (gambar 4 a & b).
ab
v
Gambar 4. Fotomikrograf Radopholus jantan (400 x) (a), Radopholus betina (400 x) (b).
Setelah telur menetas, muncul juvenil tahap kedua dapat bermigrasi dalam akar dan menyelesaikan seluruh siklus hidup di dalam jaringan akar,

16
atau dapat meninggalkan akar mencari akar host lain yang sehat. Keturunan satu individu telah diamati berkumpul dalam jalur migrasi ibu dan menyebabkan daerah lokal kerusakan berat yang sering menyebabkan kematian dari akar yang terinfeksi. Gejala nematoda pelubang akar yang paling mudah diamati adalah luka gelap dan neurotik pada sistem akar (Sekora and William, 2012).
Fumigasi tanah dengan metil bromida, 1,3 dichloropropene, atau chloropicrin dapat memberikan kontrol yang baik bagi nematoda pelubang akar, tetapi fumigan ini harus diterapkan pra-tanam. Nematisida nonfumigan seperti aldicarb dan phenamiphos dapat digunakan pascatanam dan biasanya memberikan perlindungan tanaman sistemik dan perlindungan yang baik dari nematode penggali akar (Brooks, 2008).

17
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan `
Penelitian dilakukan di Laboratorium Nematologi Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan di Kecamatan Pantan Cuaca di desa Pantan, Suri Musara, Kenyaran, Kecamatan Blangkejeren di desa Agusen, dan Kecamatan Putri Betung di desa Pungke dan desa Ramung dengan ketinggian ± 1000 mdpl. Penelitian dimulai pada bulan Februari 2013 sampai April 2014. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah tanaman kopi dari kebun masyarakat, aquadest, tanah dari sekitar perakaran tanaman kopi, akar tanaman kopi yang terserang nematoda, Formalin Asetat, Acid Fuchsin, NaOCl2, HCl dan gliserin.
Alat yang digunakan adalah mikroskop stereo, mikroskop binokuler, Arc Gis v.10, bor tanah, cangkul, kantong plastik polietilen, kertas label, cool box, pisau cutter, kain Muslin, Modifikasi corong Baerman, corong kaca, kamera digital, pipet tetes, telenan, cawan hitung, cawan sirakus, corong plastik kaca preparat. Buku identifikasi nematoda yang digunakan berjudul “ Identification Key for Agriculturally Importan Plant-Paracitic Nematodes (Mekete et al ,2012). Pengantar Nematologi Tumbuhan. Ed ke-2. Supratoyo, penerjemah. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: Introduction to Plant Nematology Ed ke-2 (Dropkin, 1992), Plant Parasitic Nematodes On Coffee (Souza, 2008).

18
Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode survei dengan cara mengamati
tanaman kopi yang secara visual menunjukkan gejala terserang nematoda secara langsung di lapangan, lalu diambil sampel tanah disekitar perakaran dan akar tanaman kopi yang diduga terserang nematoda untuk diamati di laboratorium kemudian dihitung populasinya. Pelaksanaan Penelitian Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan bertujuan untuk menentukan desa yang mewakili daerah sentra produksi, yaitu desa yang berada di Kecamatan Pantan Cuaca di desa Pantan, Suri Musara, Kenyaran dan Kecamatan Blangkejeren di desa Agusen, Pungke dan Ramung, dari tiap desa dipilih kebun kopi yang diduga terserang nematoda. Ciri – ciri atau gejala tanaman yang terinfeksi nematoda pada tingkat lapang adalah pertumbuhan tanaman terhambat, warna daun menguning atau klorosis seperti gejala kekurangan hara dan tanaman kurang kokoh atau hampir roboh, sedangkan gejala tingkat individu ditandai dengan adanya bercak nekrosis pada akar. Pengambilan Sampel Tanah dan Akar
Pengambilan sampel dilakukan di daerah perakaran tanaman kopi yang secara visual menunjukkan gejala terserang nematoda. Sampel tanah diambil dengan metode sistemik yaitu dengan pola diagonal. Sampel tanah diambil dari enam penjuru tanaman pada kedalaman 5-10 cm seberat 250-300 gr. Pengambilan sampel akar dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel tanah seberat 25-

19 100 gr, akar yang diambil adalah akar tersier atau rambut akar (Gambar 5) (Ritchie, 2003).
Masing – masing sampel dimasukkan ke dalam plastik potilen dan diberi label yang berisi tanggal pengambilan, lokasi, kultivar kopi, kondisi tanaman dan tanaman yang berada di sekitar sampel. Selanjutnya sampel ditempatkan di cool box dan dibawa ke Laboratorium untuk di analisis.
Rambut akar
Gambar 5. Bagian akar yang diambil untuk sampel. Sumber : (Vieira, 2008)
Ekstraksi sampel tanah Untuk ekstraksi sampel tanah yang berasal dari lapang dilakukan dengan
metode modifikasi corong Baerman (Bridge & James, 2007). Masing – masing sampel tanah diambil sebanyak 100 gr. Keadaan ini dibiarkan selama 48 jam agar nematoda yang ada turun ke dalam air. Setelah 48 jam suspensi yang berada di dalam corong diambil kemudian diamati.

20
Ekstraksi sampel akar Sampel akar tanaman kopi yang diambil dari lapangan penelitian dicuci
sampai bersih dari tanah dan kotoran, dipotong – potong sepanjang ± 1 cm, akar ditimbang sebanyak 25 gram kemudian diekstraksi dengan metoda Modifikasi Corong Baerman (Hooper et al, 2005). Keadaan ini dibiarkan selama 48 jam, sesudah 48 jam suspensi diambil dan siap diamati. Pengawetan nematoda
Nematoda hasil ekstraksi dari sampel tanah dan akar disimpan dalam botol, kemudian di dalamnya ditambahkan larutan formalin-Asetat (Formalin 37% 10 ml : Asam asetat Glacial 1 ml : Aquades 100 ml) yang telah dipanaskan hingga 70 ºC (Hooper et al, 2005). Perbandingan larutan formalin-asetat dengan larutan ekstraksi adalah 1: 1. Pewarnaan Nematoda dalam jaringan akar
Akar tanaman dicelupkan dalam natrium hipoklorit dengan perbandingan 20 ml pemutih : 30 ml air selama 5 menit dan sambil diaduk sekali-kali. Akar kemudian dibilas dengan air mengalir sampai baunya hilang dan direndam selama 15 menit untuk menghilangkan residu natrium hipoklorit yang akan menghambat pewarnaan oleh asam fuchsin. Akar selanjutnya dipotong-potong sepanjang ± 4 cm, lalu larutan pewarna asam fuchsin dibuat dengan perbandingan asam fuchsin 3 gr : asam acetat glacial 250 gr : aquades 1liter. Kemudian akar ditempatkan dalam wadah tahan panas yang telah diisi air sebanyak 30 ml lalu ditambahkan 1 ml larutan asam fuchsin dan dipanaskan hingga keluar uap, usahakan jangan sampai mendidih karena dapat merusak jaringan akar. Larutan pewarna dibuang dan akar dibilas dengan air mengalir sampai warna merah

21

menghilang lalu akar diberi larutan gliserin secukupnya dan HCL 2 tetes dan

dipanaskan hingga akar menjadi bening dan nematoda pada akar berwarna merah.

Pembuatan preparat nematoda

Nematoda berasal dari hasil ekstraksi tanah maupun akar dipancing dan

diletakkan di atas preparat yang telah ditetesi media lactofenol kemudian ditutup

dengan menggunakan gelas penutup. Untuk menghindari pergeseran maka

disekeliling gelas penutup diberi kutek bening sebagai perekat. Nematoda dapat

diamati, diidentifikasi dan difoto agar lebih mudah dalam mengidentifikasi.

Identifikasi Nematoda

Identifikasi nematoda dengan pengamatan menggunakan mikroskop

kompon (perbesaran 400 x). Identifikasi nematoda dilakukan sampai tingkat

genus dengan menggunakan buku pedoman identifikasi nematoda yang berjudul “

Identification Key for Agriculturally Importan Plant-Paracitic Nematodes

(Mekete et al , 2012), Pengantar Nematologi Tumbuhan. Ed ke-2. Supratoyo,

penerjemah. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari:

Introduction to Plant Nematology Ed ke-2 (Dropkin, 1992), Plant Parasitic

Nematodes On Coffee (Souza, 2008).

Parameter Pengamatan

Setelah identifikasi selesai dilakukan, dilanjutkan dengan menghitung

populasi Pratylenchus dan Radopholus dengan cara mengambil 50 ml dari

masing – masing ekstraksi tanah dan akar dan perhitungan kerapatan dilakukan

dengan menggunakan rumus:

a. Kerapatan Absolut (KPA) =

n 100 g Tanah

22

Jumlah contoh yang mengandung

suatu genus nematoda

b. Frekuensi Mutlak (FM) =

×100%

Jumlah seluruh contoh

c. Frekuensi Relatif (FR) =

Frekuensi mutlak suatu genus Jumlah semua frekuensi mutlak

× 100%

d. Kepadatan Mutlak (KM) = Jumlah aktual individu suatu genus nematoda dari tiap contoh

Jumlah individu suatu genus nematoda

dari setiap contoh

e. KepadatanRelatif (KR)=

×100%

Jumlah seluruh individu dari

genus nematoda

f. Nilai Prominensi (NP) = KM × √ FM (Norton, 1978 dalam Simanjuntak, 2010).

23
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Gayo Lues
Secara umum Kabupaten Gayo Lues terletak pada 96° 43’ 24” – 97° 55’ 24” BT dan 3° 40’ 26” – 4° 16’ 55” LU. Kabupaten Gayo Lues disebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Langkat ( Prov. Sumut). Sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya. Kemudian di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah, dan Aceh Timur, Kabupaten Nagan Raya serta di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan, dan Aceh Tenggara.
Luas Daerah Kabupaten Gayo Lues 5.719.58 km2 terletak di ketinggian berkisar dari 400-1200 meter di atas permukaan laut (m dpl) yang merupakan daerah perbukitan dan pegunungan. Sebagian kawasannya merupakan daerah suaka alam Taman Nasional Gunung Leuser yang diandalkan sebagai paru-paru dunia.
Kabupaten Gayo Lues berdasarkan letaknya dapat digolongkan kedalam daerah iklim A (Iklim tropis) dengan tipe iklim Af (Iklim panas hujan tropis) yang memiliki curah hujan yang tinggi sepanjang tahun, dan terdapat hutan hujan tropik. Gayo Lues memiliki curah hujan 2241 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 195 hari/tahun. Keadaan Pertanaman Kopi di Lokasi Pengamatan
Keadaan Pertanaman kopi di Kecamatan Blangkejeren desa Agusen kopi yang ditanam adalah kopi Robusta yang ditanam dengan sistem monokultur dan tanaman pelindung yang dipakai adalah tanaman Petai. Tanaman kopi pada saat pengambilan sampel berumur 10 tahun keadaan tidak begitu bersih dari gulma dengan ketinggian tempat 1126 m dpl.

24
Keadaan pertanaman kopi di kecamatan Putri Betung desa Pungke dan desa Ramung adalah pertanaman dengan cara monokultur dengan tanaman pelindung yang digunakan adalah tanaman kemiri. Jenis kopi yang ditanam petani adalah kopi Robusta, keadaan lahan tidak begitu bersih terdapat banyak gulma di sela tanaman kopi. Umur tanaman kopi saat pengambilan sampel di desa Pungke dan desa Ramung adalah 7- 8 tahun. Ketinggian tempat daerah pertanaman kopi di desa Pungke adalah 1008 m diatas permukaan laut dan desa Ramung 848 m dpl.
Di kecamatan Pantan Cuaca desa Suri musara, desa Kenyaran dan desa Pantan juga menanam kopi secara monokultur dan jenis kopi yang ditanam adalah kopi arabika. Kondisi lahan pada areal pertanaman kopi cukup bersih dari gulma tanaman pelindung yang digunakan adalah tanaman petai dan petani juga menanam tanaman pisang, jeruk dan terong belanda sebagai tanaman sela. Umur tanaman pada saat pengambilan sampel adalah 2,5 - 6 tahun. Tekstur tanah kasar berpasir dan kaya bahan organik. Ketinggian tempat daerah pertanaman kopi di desa Suri Musara adalah 1335 m dpl, desa Kenyaran 1178 m dpl dan desa Pantan 1395 m dpl. Kerapatan Populasi Nematoda Pratylenchus sp dan Radopholus sp di Kabupaten Gayo Lues.
Hasil pengamatan kerapatan populasi nematoda Pratylenchus sp dan Radopholus sp yang terdapat disekitar perakaran tanaman kopi di kabupaten Gayo Lues yang mencakup tiga kecamatan yaitu kecamatan Blangkejeren di desa Agusen, kecamatan Putri Betung desa Pungke dan desa Ramung, kecamatan Pantan Cuaca desa Surimusara, desa Kenyaran dan desa Pantan Cuaca dapat kita lihat pada Tabel 1.

25

Tabel 1. Kerapatan Populasi Pratylenchus sp dan Radopholus sp dari 100 gr sampel tanah dan 25 gr sampel Akar dari sekitar perakaran kopi di Kabupaten Gayo Lues

Lokasi

Kec. Blangkejeren

Kec. Putri Betung

Kecamatan Pantan cuaca

No

Genus nematoda

Desa Agusen

Desa Ramung

Desa Pungke

Desa

Desa

Surimusara Kenyaran

Desa Pantancuaca

1 Radopholus

43

24 24 40 54

57

2 Pratylencus

31

28 25 31 36

35

Genera nematoda parasit tumbuhan yang paling sering dilaporkan berasosiasi dengan tanaman kopi dan menyerang tanaman kopi sejak puluhan tahun yang lalu diseluruh sentra pertanaman kopi di dunia diantaranya adalah Pratylenchus sp dan Radopholus sp (Tabel 1).
Menurut Wiryadiputra dan Loang (2008), di perkebunan kopi robusta kerugian hasil yang disebabkan oleh P. coffeae dapat mencapai 78%, dengan ratarata sekitar 57%. Di perkebunan kopi arabika, total kerugian telah diamati, karena populasi tanaman kopi bisa menurun dan mati pada usia dua tahun. Kejadian R. similis sangat minim sampai awal 1990-an. Sejak, pemerintah Indonesia secara agresif didistribusikan bibit dari kultivar kopi arabika 'Kartika 1', 'Kartika 2' dan 'S795', sehingga membuat R. similis menjadi perhatian utama, dengan perkebunan yang sangat terpengaruh di provinsi Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Timur.
Dari Tabel 1 dapat dilihat kerapatan populasi Radopholus sp tertinggi dari 25 gr sampel akar dan