9 ayat 1
juncto
Pasal 28G ayat 1 Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
7. Menyatakan Pasal 82 ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya, apabila Mahkamah berpendapat lain mohon
putusan yang seadil-adilnya.
Terima kasih, Yang Mulia.
15. KETUA: MUHAMMAD ALI M
Ya, terima kasih pembacaannya. Nanti dengarkan baik-baik nasihat-nasihat dari Para Yang Mulia. Saya persilakan, Prof.
16. HAKI M ANGGOTA: ARI EF HI DAYAT
Terima kasih, Yang Mulia Ketua. Saudara Pemohon, agenda persidangan pertama ini adalah Hakim mempunyai kewajiban untuk
memberitahukan pada Pemohon supaya permohonan ini disempurnakan, tapi kalau misalnya Pemohon berpendapat ini sudah sempurna ya tidak
usah diubah enggak apa-apa karena ada waktu 14 hari. Maka nanti yang diperiksa oleh Majelis adalah permohonan yang ada ini,
gitu
. Tapi karena kewajiban, maka Majelis harus memberitahukan pada Saudara apa yang
perlu disempurnakan. Yang pertama, begini. Permohonan itu harus memenuhi kaidah-
kaidah sebagaimana ditentukan, khususnya pada pengujian Undang- Undang Pasal 5 PMK Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pedoman Beracara
dalam Perkara PUU. Di situ ada format ... struktur dan format
permohonan, coba supaya diperhatikan Pasal 5 itu ya. Kalau kita lihat permohonan Saudara, maka itu belum sesuai, ya, belum sesuai. Nanti
dilihat kembali. Struktur permohonan itu terdiri dari identitas Pemohon, kewenangan Mahkamah, kedudukan hukum, alasan permohonan atau
posita, dan petitum. Pada bagian satu itu saya kira elaborasi itu bisa dimasukkan di posita saja, ya. Kemudian pada bagian dua, bagian tiga,
kedudukan hukum dan kepentingan konstitusional Para Pemohon, kata kepentingan konstitusional lebih baik dihapus saja sehingga di situ hanya
berbunyi kedudukan hukum Para Pemohon, itu ya. Kemudian ada yang berikutnya syarat formal ini kemudian yang subtansial atau materiilnya.
Pada bagian dua tentang kewenangan Mahkamah, untuk
menjelaskan pada poin punya
legal standing
apa tidak, itu ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, khususnya di halaman 3. Halaman 3 angka 6,
7, dan 8, ya. Angka 6, 7, dan 8 itu begini … karena Saudara tidak memasukkan … ini juga nanti dimasukkan, perubahan Undang-Undang
MK Nomor 8 Tahun 2001, Anda masih hanya menggunakan Undang- Undang MK yang lama ya, ada Undang-Undang MK yang lama, padahal
Undang-Undang MK sudah diperbaiki dengan Undang-Undang MK atau
10 ada perubahan Undang-Undang MK Nomor 8 Tahun 2001 ya … 2011,
maaf, 2011, bukan 2001. Jadi nanti itu sudah … karena kalau itu dimasukkan, maka angka atau Nomor 6 di dalam permohonan Anda,
Nomor 7, dan Nomor 8 itu enggak perlu lagi dicantumkan karena Pasal 50 Undang-Undang MK yang lama, Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2003 itu sudah dicabut, sudah dihapus,
gitu
. Karena ketentuan yang mengatakan bahwa MK mempunyai hak menguji pada ketentuan-
ketentuan atau pasal-pasal yang berlaku surut , itu kan sudah enggak, sudah enggak ada dengan adanya Pasal 50 sudah dihapus itu sudah
enggak masalah, ya.
Kemudian juga pada kedudukan hukum
legal standing
coba dinarasikan kerugian konstitusional Pemohon itu apa? karena sudah ada
yurisprudensi mengenai kedudukan hukum, itu nanti ada lima poin ya, lima poin itu supaya nanti betul-betul Anda bisa mengelaborasi betul
kedudukan hukum apa? Kerugian konstitusional apa yang dialami? I tu bisa lebih jelas sehingga meyakinkan pada Majelis.
Kemudian yang
terakhir, kerugian
konstitusional itu,
itu menyangkut masalah implementasi norma atau norma itu bertentangan
dengan konstitusi. I tu di dalam pokok permohonan atau di dalam positanya alasan permohonannya harus jelas. Karena kalau saya
membaca, bisa juga saya berpendapat bahwa ini bukan pada tataran norma itu bertentangan dengan konstitusi, tapi itu adalah implementasi
norma di praktik kasus konkret, sehingga menimbulkan adanya kerugian itu. Bukan karena pasal dari KUHAP itu bertentangan dengan konstitusi,
begitu ya. I ni tataran implementasi norma, begitu, ya.
Jadi, tolong nanti dielaborasi betul yang bisa menunjukkan bahwa Pasal 82 ayat 1 huruf b, huruf c, dan huruf d Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 itu tentang KUHAP itu betul-betul bertentangan dengan dasar pengujian Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang Anda
sebutkan. Karena kalau kita baca betul, bisa saja kita mempunyai pandangan bukan masalah konflik norma undang-undang yang
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, tetapi itu tatarannya adalah masalah implementasi satu undang-undang dengan
kasus konkret.
Saya kira itu, Pak Ketua. Terima kasih.
17. KETUA: MUHAMMAD ALI M