KETUA: MUHAMMAD ALI M KUASA HUKUM PEMOHON: WAHYUDI DJAFAR KETUA: MUHAMMAD ALI M KUASA HUKUM PEMOHON: WAHYUDI DJAFAR

6 “Dikarenakan I ndonesia adalah negara hukum, maka segala kewenangan dan tindakan alat-alat perlengkapan negara harus pula berdasarkan dan diatur oleh hukum. Penguasa bukanlah pembentuk hukum, melainkan pembentukan aturan-aturan hukum. Oleh sebab itu, hukum berlaku bukan karena ditetapkan oleh penguasa. Akan tetapi, karena hukum itu sendiri.” Hal ini membawa konsekuensi bahwa penguasa pun dapat dimintai pertanggungjawaban ...

7. KETUA: MUHAMMAD ALI M

Saudara Pemohon, ini kan sudah ada sama kami. Jadi, inti-inti saja yang Saudara ... tiga ayat itu yang Saudara kemukakan. Kemudian apa yang Saudara minta? Oke.

8. KUASA HUKUM PEMOHON: WAHYUDI DJAFAR

Baik, Yang Mulia.

9. KETUA: MUHAMMAD ALI M

Ya.

10. KUASA HUKUM PEMOHON: WAHYUDI DJAFAR

Pemikiran-pemikiran yang menempatkan bahwa hak asasi manusia adalah bagian penting dari negara hukum sudah terangkum di dalam Pasal 28G ayat 1 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan ini sangat berkaitan erat dengan rumusan Pasal 82 ayat 1 huruf d KUHAP. Dan I ndonesia terkait dengan hal ini juga sudah meratifikasi, konvensi, kovenan internasional hak asasi suara tidak terdengar jelas politik di dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005, yang secara khusus di dalam Pasal 9 mengatur tentang hak-hak setiap warga negara untuk tidak dirampas kebebasan sipil yang secara sewenang-wenang dan harus melalui suatu prosedur pengadilan. Lebih jauh, ketentuan Pasal 28G ayat 1 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 mengatakan bahwa hak-hak sipil warga negara tidak dapat dirampas secara sewenang-wenang tanpa melalui suatu prosedur yang diatur oleh undang-undang dan terlebih dahulu dihadapkan pada suatu sidang pengadilan. Maksud tersebut terurai secara gamblang di dalam Pasal 34 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Dan oleh sandaran tersebut, kemudian disusunlah Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Kemudian merujuk pada Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5 PUU-I 2011 [ Sick] tentang Pengujian Pasal 83 ayat 2 dan ayat 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP. Di dalam 7 pertimbangannya Mahkamah mengatakan bahwa pada dasarnya setiap tindakan upaya paksa seperti penangkapan, penggeledahan, penyitaan, penahanan, dan penuntutan yang dilakukan dengan melanggar peraturan perundang-undangan adalah suatu tindakan perampasan hak asasi manusia. Sehingga, dengan adanya praperadilan diharapkan pemeriksaan perkara pidana dapat berjalan sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku. Nah, berdasarkan pada pertimbangan putusan tersebut dapat dipahami bahwa praperadilan merupakan mekanisme kontrol terhadap kemungkinan tindakan sewenang-wenang dari penyidik atau penuntut umum dalam melakukan upaya paksa. Sehingga praperadilan haruslah mampu menjadi jembatan antara kewenangan dari penyidik atau penuntut umum dengan perlindungan hak asasi manusia warga negara. Frasa sistem praperadilan sebagai salah satu mekanisme kontrol terhadap kemungkinan tindakan sewenang-wenang dari penyidik atau penuntut umum dalam pertimbangan putusan tersebut dikatakan secara sadar dan cermat oleh Mahkamah bahwa ada potensi pelanggaran hak asasi manusia dari upaya paksa dan untuk itulah dibutuhkan proses yang adil dan berkepastian hukum dalam proses praperadilan sebagai mekanisme kontrol. Materi yang diujikan di sidang praperadilan merupakan suatu manifestasi dari kekuasaan yudisial yang dimaksudkan untuk mengontrol, menilai, menguji, dan mempertimbangkan secara yuridis apakah dalam tindakan upaya paksa tersebut tersangka atau terdakwa oleh penyidik ataupun penuntut umum telah sesuai dengan KUHAP yang kemudian berpengaruh pada pokok perkara dan proses penegakan hukum sampai dengan tingkat pemeriksaan di pengadilan. Oleh karenanya ...

11. KETUA: MUHAMMAD ALI M