Perilaku Komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan Dalam Pemilu 2014 (studi kasus mengenai perilaku komunikasi calon anggota legislatif perempuan dari partai GERINDRA dan partai keadilan sejahtera (PKS) di daerah pemilhan satu kota bandung dalam pemil

(1)

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis ini asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Ahli Madya, Sarjana, Master dan Doktor) baik di Universitas Komputer Indonesia maupun Perguruan Tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan dan rumusan penelitian Saya sendiri tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan dari tim pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dan jelas ditemukan sebagai acuan dalam naskah yang disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini Saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka Saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini serta sanksi lainnya dengan norma yang berlaku di Perguruan Tinggi.

Bandung, Agustus 2014

A. Pradana Ugan NIM. 41810014


(2)

i

PERILAKU KOMUNIKASI CALON ANGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN DALAM PEMILU 2014

A PRADANA UGAN NIM: 41810014

Telah disetujui dan disahkan di Bandung pada tanggal Agustus 2014 Menyetujui:

(Studi Kasus Mengenai Perilaku Komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan Dari Partai GERINDRA dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Daerah

Pemilihan Satu Kota Bandung Dalam Pemilihan Umum Legislatif 2014)

Pembimbing

Adiyana Slamet, S.IP., M.Si NIP. 4127 35 30 012 Dekan FISIP

Universitas Komputer Indonesia

Prof. DR. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A NIP. 4127 70 00 014

Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Drs. Manap Solihat, M.Si NIP. 4127 35 30 007


(3)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas semua rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini yang berjudul “PERILAKU KOMUNIKASI CALON ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN DALAM PEMILU 2014 (Studi Kasus Mengenai Perilaku Komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan Dari Partai GERINDRA dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung Dalam Pemilihan Umum Legislatif 2014”.

Peneliti juga ingin mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua, Bapak Edy Ugan dan Ibu Sukartini Mayang yang telah melahirkan dan membesarkan peneliti. Terimakasih atas semua kasih sayang yang telah diberikan serta dorongan dan semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini tidak luput dari segala macam kesulitan dan hambatan. Namun kesulitan dan hambatan tersebut dapat diminimalkan karena banyaknya pihak-pihak yang memberikan bantuan. Dalam kesempatan kali ini, perkenankanlah peneliti dengan segala kerendahan hati untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat dalam menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini kepada:


(4)

vii

2. Bapak Drs. Manap Solihat., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan pengesahan untuk judul dan untuk seluruh ilmu pengetahuan yang telah diberikan selama perkuliahan.

3. Ibu Melly Maulin P., S.Sos., M.Si selaku Sekretaris Program Studi dan selaku Dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan bantuan dan tentunya ilmu yang telah diberikan kepada peneliti.

4. Bapak Adiyana Slamet, S.IP., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan segala bimbingan, arahan, waktu, dan semangat selama peneliti mengerjakan sampai dengan menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini. Peneliti sangat berterimakasih atas kesediaan waktu yang telah banyak diberikan untuk membimbing peneliti selama ini.

5. Bapak Inggar Prayoga, S.I.Kom selaku Dosen Wali yang telah memberikan segala perhatian, waktu, dan bimbingannya selama peneliti menempuh studi hingga saat ini.

6. Bapak/Ibu Dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan segala ilmunya selama peneliti menempuh studi hingga saat ini.


(5)

viii

7. Sekretariat Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan kemudahan dalam proses administrasi sampai dengan peneliti menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini.

8. Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah mengurus semua keperluan administrasi selama peneliti melakukan penyusunan karya ilmiah ini.

9. Untuk Ibu Sri Astuty Juda Ningsy, S.Pd dan Ibu Hj. Milly Utami, S.Pd yang telah banyak membantu peneliti dalam penulisan skrpsi ini sebagai informan penelitian serta memberikan semangat dan motivasinya. Tidak lupa juga pengalaman dan ilmu bagi peneliti ketika melakukan obsevasi. Pengalaman ini tidak akan peneliti lupakan.

10. Untuk teman terdekat Restu Novia Anggraeni yang telah memberikan semangat, perhatian dan dukungan yang tulus serta kesediaannya membantu selama peneliti melakukan penelitian sampai dengan menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini.

11. Untuk teman-teman IK-H2 yang telah memberikan warna baru bagi persahabatan kita selama ini dan pastinya peneliti akan selalu merindukan kalian walaupun kita tidak bersama lagi. Dan juga untuk pertemanan serta bantuan selama perkuliahan bagi teman-teman IK-1 2010.

12. Sahabat-sahabat peneliti khususnya Reza, Erwin, Shahrizal, Resti, Andhika, Rizcky, Albert, Rika, Ganjar, Sopian, Rahma, Bayu, Giri,


(6)

ix

bisa peneliti sebutkan satu persatu. Mohon maaf atas segala kekurangan peneliti.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih perlu penyempurnaan baik dari segi bahasa maupun dari segi keilmuan maupun lainnya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat peneliti harapkan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih.

Bandung, Juli 2014 Peneliti,

Abdee Pradana Ugan NIM. 41810014


(7)

RIWAYAT HIDUP

1. DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Abdee Pradana Ugan

Tempat & Tanggal Lahir : Bandung, 10 Mei 1989

NIM : 41810014

Tingkat/Semester : 4/8

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jln. Cibarengkok No. 193/182C RT/RW

03/10 Kec. Sukajadi Kel. Sukabungah Kota Bandung – Jawa Barat

No. Tlp/HP : 082129144664

Berat Badan : 55 Kg


(8)

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jln. Cibarengkok No. 193/182C RT/RW 03/10 Kec. Sukajadi Kel. Sukabungah Kota Bandung – Jawa Barat

b. Nama Ibu : Sukartini Mayang

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jln. Cibarengkok No. 193/182C RT/RW 03/10 Kec. Sukajadi Kel. Sukabungah Kota Bandung – Jawa Barat

2. PENDIDIKAN FORMAL

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2010 - sekarang

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas di Universitas Komputer

Indonesia

-

2. 2008 - 2010

Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Konsntrasi PR di Universitas Islam Bandung

-

3. 2004 - 2007 SMA Angkasa Bandung Berijazah 4. 2001 - 2004 SMP Negeri 12 Bandung Berijazah 5. 1995 - 2001 SD Negeri V Lembang Berijazah


(9)

3. PENGALAMAN ORGANISASI

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2011 - 2012 Anggota HIMA Ilmu

Komunikasi UNIKOM Div. Olahraga 2. 2005 - 2006 Anggota OSIS SMA Angkasa

Bandung Div. Tata Tertib 3. 2002 - 2003 Anggota OSIS SMP Negeri

12 Bandung

Div. Kreasi dan Seni 4. 2001 - 2004 Anggota Ekskul Basket SMP

Negeri 12 Bandung -

5. 1998 - 1999 Pramuka SD Negeri V

Lembang -

4. SEMINAR & PELATIHAN

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2010 Pelatihan Table Manner Bersertifikat

2. 2010 Seminar Fotografi, Lomba

Foto Essay dan Apresiasi Seni Bersertifikat

3. 2011 Seminar Shutter Bersertifikat

4. 2011 Seminar Islam dan Moralitas

Pembangunan Bersertifikat

5. 2012

Pelatihan Kepemimpinan Dengan Tema Leadership Is

Foundation of Organiation

Bersertifikat / Panitia

6. 2012 Communication Cup 4 Bersertifikat /

Panitia

7. 2012

Open House & Kampoeng

Budaya Ilmu Komunikasi dan Public Relations

Bersertifikat / Panitia


(10)

9. 2012 Study Tour Mass Media

Tahun Akaademik 2012 Bersertifikat

10. 2012

Ucapan Terima Kasih dan Penghargaan Sebagai Anggota Divisi Olahraga di Himpunan Mahasiswa Ilmu

Komunikasi & Public Relations

Bersertifikat / Anggota

11. 2014

Cepat dan Mudah Membuat Website Online Dalam 30

Menit

Bersertifikat

5. PENGALAMAN KERJA

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2013

Djarum Super Prodly

Presents: BANDUNG

BERISIK

Staff Official

2. 2014 Event Nike Warehaouse

Bandung Announcer

Hormat Saya, Peneliti

A. Pradana Ugan 41810014


(11)

197

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku

Arifin, Anwar. 2003. Komunikasi Politik. Jakarta: PT. Balai Pustaka

Astrid, S. Soesanto. 1980. Komunikasi Sosial di Indonesia. Bina Cipta, Jakarta. Budiardjo, Miriam. 2006. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Budyatna, Muhammad. ; Ganiem, Leila Mona. 2011. Teori Komunikasi Antar

Pribadi. Jakarta: Prenada Media Goup

Denzin, Norman K. ; Lincoln, Yvonna S. 2009. Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Effendi, Onong Uchjana. 2006. Hubungan Masyarakat. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Hikmat, Mahi M. 2010. Komunikasi Politik (Teori dan Praktik). Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Kantaprawira, Rusadi, 1983. Sistem Politik di Indonesia, Sinar Baru, Bandung

Moleong, Lexy J. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(12)

Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2013. Komunikasi Politik, Politik Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nimmo, Dan. 2000. Komunikasi Politik (Komunikator, Pesan, dan Media). Terjemahan: Tjun Surjaman. Cetakan III, Remadja Rosdakarya, Bandung. Papasi, J.M. 2010. Ilmu Politik (Teori dan Praktik). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sumarno, A.P. 1989. Dimensi-Dimensi Komunikasi Politik. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Supratiknya, A. 1995. Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius.

Syam, Nina W. 2010. Filsafat Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Varma, S.P. 1995. Teori Politik Modern, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Yin, Robert K. 1996. Studi Kasus (Desain & Metode). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


(13)

199

2. Sumber Karya Ilmiah

F.S.M, Nurannfi. 2012. Komunikasi Politik Anggota Legislatif Perempuan (Studi Kasus Komunikasi Politik Anggota Legislatif Perempuan Dalam Kebijakan Penyusunan Anggaran Badan Pemberdayaan Konsituen, Perempuan dan KB di DPRD Kabupaten Majalengka). Tesis: Universitas Padjajaran Bandung.

Mutia, Shera. 2013. Perilaku Komunikasi Komunitas Penggemar Grup Musik (Studi Kasus Pada Komunitas Dorks – Penggemar Grup Musik Pee Wee Gaskins di Jakarta). Skripsi: Universitas Padjajaran Bandung.

Mutiara, Ria Dwi. 2013. Perilaku Komunikasi Sales Promotions Girl Provider XL Axiata (Studi Kasus Mengenai Perilaku Komunikasi Sales

Promotions Girl Provider XL Axiata Dalam Memberikan Pelayanan

Terhadap Konsumen di Dokumsel Bandung). Skripsi: Universitas Komputer Indonesia.

3. Sumber Online

http://partaigerindra.or.id http://www.pks.or.id


(14)

x

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.2.1 Rumusan Masalah Makro ... 9

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro... 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Maksud Penelitian ... 10

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11


(15)

xi

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 12

2.1 Tinjauan Pustaka ... 12

2.1.1 Tinjauan Tentang Penelitian Terdahulu ... 12

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 18

2.1.2.1 Definisi Komunikasi... 18

2.1.2.2 Tujuan Komunikasi ... 20

2.1.2.3 Bentuk Komunikasi ... 22

2.1.2.4 Fungsi Komunikasi ... 25

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi ... 25

2.1.3.1 Definisi Komunikasi Antar pribadi ... 25

2.1.3.2 Ciri-ciri Komunikasi Antar Pribadi ... 27

2.1.3.3 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi ... 27

2.1.3.4 Komunikasi Antar Pribadi Sebagai Proses Transaksional ... 29

2.1.3.5 Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi ... 30

2.1.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal ... 32

2.1.4.1 Definisi Komunikasi Verbal ... 32

2.1.4.2 Macam-macam Bahasa Verbal ... 34

2.1.4.3 Tatabahsa Verbal ... 34

2.1.4.4 Fungsi Bahasa ... 35

2.1.4.5 Hambatan Bahsa... 36


(16)

xii

2.1.5.4 Klarifikasi Pesan Non Verbal ... 42

2.1.5.5 Fungsi Komunikasi Non Verbal ... 45

2.1.5.6 Tujuan Komunikasi Non Verbal ... 46

2.1.6 Tinjauan Tentang Motif ... 47

2.1.7 Tinjauan Tentang Perilaku Komunikasi ... 48

2.1.8 Tinjauan Tentang Komunikasi Politik ... 49

2.1.8.1 Definisi Komunikasi Politik ... 49

2.8.1.2 Bidang-bidang Ilmu Politik ... 51

2.8.1.3 Definisi Sistem Politik ... 53

2.8.1.4 Komunikasi Politik dan Sistem Politik... 53

2.1.9 Tinjauan Tentang Calon Legislatif ... 56

2.1.9.1 Tinjauan Tentang Calon Legislatif Perempuan ... 56

2.1.9.2 Persyaratan Menjadi Calon Legislatif ... 58

2.1.10 Tinjauan Tentang Partai Politik ... 60

2.1.10.1 Definisi Partai Politik ... 61

2.1.10.2 Ciri-ciri Partai Politik ... 64

2.1.10.3 Tujuan Partai Politik ... 66


(17)

xiii

2.1.11.1 Tinjauan Tentang Daerah Pemilihan Satu (DAPIL 1) Kota

Bandung ... 68

2.2 Kerangka Pemikiran ... 71

2.2.1 Teori Interaksi Simbolik ... 71

2.2.2 Model Alur Kerangka Pemikiran ... 73

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 77

3.1 Objek Penelitian ... 77

3.1.1 Sejarah Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) ... 77

3.1.1.1 Logo dan Arti Logo Partai GERINDRA ... 83

3.1.1.2 Visi dan Misi Partai GERINDRA ... 84

3.1.2 Sejarah Partai Keadilan Sejahtera (PKS)... 85

3.1.2.1 Lambang dan Unsur Lambang PKS ... 87

3.1.2.2 Visi dan Misi Partai GERINDRA ... 89

3.2 Metode Penelitian……… ... 92

3.2.1 Desain Penelitian ... 92

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 97

3.2.2.1 Studi Pustaka ... 97

3.2.2.2 Studi Lapangan ... 98

3.2.3 Subjek dan Informan Penelitian ... 101

3.2.3.1 Subjek Penelitian ... 101


(18)

xiv

3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 112

3.2.6.1 Lokasi Penelitian ... 112

3.2.6.1 Waktu Penelitian ... 113

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 115

4.1 Profil Informan Penelitian ... 118

4.2 Hasil Penelitian ... 133

4.2.1 Penggunaan Komunikasi Verbal Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung ... 133

4.2.2 Penggunaan Komunikasi Non Verbal Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung ... 144

4.2.3 Motif Yang Melatari Perilaku Komunikasi Verbal Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung ... 158

4.3 Pembahasan Penelitian ... 161

4.3.1 Penggunaan Komunikasi Verbal Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung ... 161

4.3.2 Penggunaan Komunikasi Non Verbal Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung ... 168

4.3.3 Motif Yang Melatari Perilaku Komunikasi Verbal Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung ... 179


(19)

xv

4.3.4 Perilaku Komunikasi Verbal Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung Dalam Interaksi

Simbolik ... 184

4.3.5 Perilaku Komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung ... 186

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 191

5.1 Simpulan ... 191

5.2 Saran ... 194

5.2.1 Bagi Calon Anggota Legislatif Perempuan ... 194

5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya... 196

DAFTAR PUSTAKA ... 197

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 200


(20)

xvi

Tabel 2.2 Jumlah Konsituen Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung ... 69 Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 104 Tabel 4.1 Profil Informan Penelitian... 112 Tabel 4.2 Kategori Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan


(21)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pengelompokan Daerah Pemilihan Kota Bandung ... 67

Gambar 2.2 Peta Geografi Daerah Pemilihan Kota Bandung ... 68

Gambar 2.3 Daftar Calon Tetap di Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung ... 69

Gambar 2.4 Model Alur Kerangka Pemikiran ... 75

Gambar 3.1 Logo Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) ... 83

Gambar 3.2 Lambang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ... 87

Gambar 3.3 Komponen-komponen Analisis Data: Model Kualitatif ... 107

Gambar 3.4 Uji Keabsahan Data Dalam Penelitian Kualitatif ... 109

Gambar 4.1 Informan Ibu Sri Astuty Juda Ningsy, S.Pd ... 119

Gambar 4.2 Informan Ibu Hj. Milly Utami, S.Pd ... 122

Gambar 4.3 Informan Bapak Didit Doni ... 125

Gambar 4.4 Informan Bapak Agus Salim ... 127

Gambar 4.5 Informan Bapak Agus Rahman ... 129

Gambar 4.6 Informan Ibu Enok Suriah ... 131

Gambar 4.7 Model Penggunaan Komunikasi Verbal Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung ... 167

Gambar 4.8 Model Penggunaan Komunikasi Non Verbal Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung ... 178

Gambar 4.9 Model Motif Yang Melatari Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung ... 181


(22)

(23)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Persetujuan Judul dan Pembimbing ... 200 Lampiran 2 Surat Izin Penelitian ... 201 Lampiran 3 Lembar Revisi Sidang Skripsi... 202 Lampiran 4 Pengajuan Pendaftaran Ujian Sidang ... 203 Lampiran 5 Surat Rekomendasi Mengikuti Ujian Sidang ... 204 Lampiran 6 Berita Acara Bimbingan ... 205 Lampiran 7 Biodata Informan... 206 Lampiran 8 Pedoman Wawancara ... 212 Lampiran 9 Transkrip Wawancara ... 218 Lampiran 10 Pedoman Observasi ... 247 Lampiran 11 Transkrip Observasi... 249 Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian ... 255


(24)

Dari Partai GERINDRA dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Daerah Pemilihan 1 Kota Bandung Dalam Pemilihan Umum Legislatif 2014)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh:

ABDEE PRADANA UGAN NIM: 41810014

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(25)

77

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

3.1.1 Sejarah Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA)

Bermula dari Keprihatinan, Partai Gerindra lahir untuk mengangkat rakyat dari jerat kemelaratan, akibat permainan orang-orang yang tidak peduli pada kesejahteraan. Dalam sebuah perjalanan menuju Bandara Soekarno-Hatta, terjadi obrolan antara intelektual muda Fadli Zon dan pengusaha Hashim Djojohadikusumo. Ketika itu, November 2007, keduanya membahas politik terkini, yang jauh dari nilai-nilai demokrasi sesungguhnya. Demokrasi sudah dibajak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan memiliki kapital besar. Akibatnya, rakyat hanya jadi alat. Bahkan, siapapun yang tidak memiliki kekuasaan ekonomi dan politik akan dengan mudah jadi korban. Kebetulan, salah satu korban itu adalah Hashim sendiri. Dia diperkarakan ke pengadilan dengan tudingan mencuri benda-benda purbakala dari Museum radya Pustaka, Solo, Jawa tengah. “Padahal Pak Hashim ingin melestarikan benda-benda cagar budaya,“ kata Fadli mengenang peristiwa itu. Bila keadaan ini dibiarkan, negara hanya akan diperintah oleh para mafia. Fadli Zon lalu mengutip kata-kata politisi Inggris abad kedelapan belas, Edmund Burke: “The only thing necessary for


(26)

the triumph [of evil] is for good men to do nothing.” Dalam terjemahan bebasnya, “kalau orang baik-baik tidak berbuat apa-apa, maka para penjahat yang akan bertindak.“ terinspirasi oleh kata-kata tersebut, Hashim pun setuju bila ada sebuah partai baru yang memberikan haluan baru dan harapan baru. Tujuannya tidak lain, agar negara ini bisa diperintah oleh manusia yang memerhatikan kesejahteraan rakyat, bukan untuk kepentingan golongannya saja. Sementara kondisi yang sedang berjalan, justru memaksakan demokrasi di tengah himpitan kemiskinan, yang hanya berujung pada kekacauan.

Gagasan pendirian partai pun kemudian diwacanakan di lingkaran orang-orang Hashim dan Prabowo. Rupanya, tidak semua setuju. Ada pula yang menolak, dengan alasan bila ingin ikut terlibat dalam proses politik sebaiknya ikut saja pada partai politik yang ada. Kebetulan, Prabowo adalah anggota Dewan Penasihat Partai Golkar, sehingga bisa mencalonkan diri maju menjadi ketua umum. Namun, ketika itu Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla adalah wakil presiden mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Mana mau Jusuf Kalla memberikan jabatan Ketua Umum Golkar kepada Prabowo?” kata Fadli.

Setelah perdebatan cukup panjang dan alot, akhirnya disepakati perlu ada partai baru yang benar-benar memiliki manifesto perjuangan demi kesejahteraan rakyat. Untuk mematangkan konsep partai, pada Desember 2007, di sebuah


(27)

79

rumah, yang menjadi markas IPS (Institute for Policy Studies) di Bendungan Hilir, berkumpulah sejumlah nama. Selain Fadli Zon, hadir pula Ahmad Muzani, M. Asrian Mirza, Amran Nasution, Halida Hatta, Tanya Alwi dan Haris Bobihoe. Mereka membicarakan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) partai yang akan dibentuk. “Pembahasan dilakukan siang dan malam,” kenang Fadli. Karena padatnya jadwal pembuatan AD/ART , akhirnya fisik Fadli ambruk juga. Lelaki yang menjabat sebagai Direktur Eksekutif di IPS ini harus dirawat di rumah sakit selama dua minggu.

Fadli tidak tahu lagi bagaimana kelanjutan partai baru ini. Bahkan dia merasa pesimistis bahwa gagasan pembentukan partai baru itu akan terus berlanjut. Namun diluar dugaan, ketika Hashim datang menjenguk di rumah sakit, Hashim tetap antusias pada gagasan awal untuk mendirikan partai politik. Akhirnya, pembentukan partai pun terus dilakukan secara maraton. Hingga akhirnya, nama Gerindra muncul, diciptakan oleh Hashim sendiri. Sedangkan lambang kepala burung garuda digagas oleh Prabowo Subianto.

Pembentukan Partai Gerindra terbilang mendesak. Sebab dideklarasikan berdekatan dengan waktu pendaftaran dan masa kampanye pemilihan umum, yakni pada 6 Februari 2008. Dalam deklarasi itu, termaktub visi, misi dan manifesto perjuangan partai, yakni terwujudnya tatanan masyarakat indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis, adil dan makmur serta beradab


(28)

dan berketuhanan yang berlandaskan Pancasila sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD NRI tahun 1945.

Budaya bangsa dan wawasan kebangsaan harus menjadi modal utama untuk mengeratkan persatuan dan kesatuan. Sehingga perbedaan di antara kita justru menjadi rahmat dan menjadi kekuatan bangsa indonesia. Namun demikian mayoritas rakyat masih berkubang dalam penderitaan, sistem politik kita tidak mampu merumuskan dan melaksanakan perekonomian nasional untuk mengangkat harkat dan martabat mayoritas bangsa indonesia dari kemelaratan. Bahkan dalam upaya membangun bangsa, kita terjebak dalam sistem ekonomi pasar. Sistem ekonomi pasar telah memporak-porandakan perekonomian bangsa, yang menyebabkan situasi yang sulit bagi kehidupan rakyat dan bangsa. Hal itu berakibat menggelembungnya jumlah rakyat yang miskin dan menganggur. Pada situasi demikian, tidak ada pilihan lain bagi bangsa indonesia ini kecuali harus menciptakan suasana kemandirian bangsa dengan membangun sistem ekonomi kerakyatan.

Memberi nama partai politik gampang-gampang susah. Karena nama partai berkaitan dengan persepsi yang akan diingat oleh masyarakat selaku konstituen. Sebelum nama Gerindra muncul, para pendiri partai ini seperti Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, Fadli Zon dan Muchdi Pr juga harus memikirkan nama yang tepat. Ketika itu di Bangkok, Thailand, mereka


(29)

81

berkumpul untuk acara Sea Games Desember 2007, demi mendukung tim Indonesia, terutama polo dan pencak silat yang berhasil lolos untuk dipertandingkan di sana.

Kebetulan Prabowo adalah ketua IPSI (Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia). Namun ajang kumpul-kumpul tersebut kemudian dimanfaatkan untuk membahas nama dan lambang partai. Nama partai harus memperlihatkan karakter dan ideologi yang nasio-nalis dan kerakyatan sebagaimana manifesto Gerindra. tersebutlah nama “Partai Indonesia Raya”. Nama yang sebenarnya tepat, namun sayang pernah digunakan di masa lalu, yakni PIR (Partai Indonesia Raya) dan Parindra. “Kalau begitu pakai kata GERAKAN, jadi Gerakan Indonesia Raya,” ucap Hashim penuh semangat. Peserta rapat pun kemudian menyetujuinya. Selain gampang diucapkan, juga mudah diingat: Gerindra, begitu bila disingkat. Nah, setelah persoalan nama selesai, tinggal soal lambang. Lambang apa yang layak digunakan?

Muncul ide untuk menggunakan burung garuda. Namun, ini lambang yang sudah banyak digunakan partai lain. apalagi simbol Pancasila yang tergantung di dada garuda, mulai dari bintang, padi kapas, rantai, sampai kepala banteng dan pohon beringin, sudah digunakan oleh partai yang ada sekarang. Untuk menemukan lambang yang tepat, Fadli Zon mengadakan survei kecil-kecilan.


(30)

Hasilnya, sebagian masyarakat justru menyukai bila Gerindra menggunakan lambang harimau. Harimau adalah binatang yang sangat perkasa dan menggetarkan lawan bila mengaum. Namun, Prabowo memiliki ide lain, yakni kepala burung garuda, ya hanya kepalanya saja. Gagasan itu disampaikan oleh Prabowo sendiri, yang juga disetujui oleh pendiri partai yang lain.

Maka jadilah Partai Gerindra yang kita kenal sekarang. Perpaduan antara nama dan lambang yang tepat, sebab keduanya menggambarkan semangat kemandirian, keberanian dan kemakmuran rakyat. Kepala burung garuda yang menghadap ke kanan, melambangkan keberanian dalam bersikap dan bertindak. Sisik di leher berjumlah 17, jengger dan jambul 8 buah, bulu telinga 4 buah, dan bingkai gambar segi lima yang seluruhnya mengandung arti hari kemerdekaan, 17-8-1945. Dalam perjalanannya kemudian, terbukti, Gerindra mendapatkan tempat di hati masyarakat, meski berusia muda. Ketika iklan kampanye gencar dilakukan, burung garuda dan suaranya ikut memberi latar belakang sehingga para penonton merasa tergugah dengan iklan tersebut.1

1


(31)

83

3.1.1.1 Logo dan Arti Logo Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA)

Gambar 3.1

Logo Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA)

Sumber: www.partaigerindra.or.id

1. Kotak persegi panjang bergaris hitam, dasar warna putih, yang melambangkan kesucian dan keikhlasan. Di tengah terdapat lima persegi bergaris hitam dengan dasar merah.

2. Di tengahnya terdapat gambar kepala Burung Garuda dengan warna kuning keemasan, melambangkan kemakmuran.

3. Menghadap ke kanan, melambangkan keberanian dalam bersikap dan bertindak.


(32)

4. Kepala Burung Garuda pada lehernya terdapat sisik yang berjumlah 17, terdapat jengger dan jambul berjumlah 8, bulu telinga yang berjumlah 4, bingkai gambar kepala Burung Garuda persegi 5, yang menyimbulkan tanggal kemerdekaan Indonesia, 17-8-45.

5. Di atasnya bertuliskan PARTAI berwarna hitam, di bawahnya bertuliskan GERINDRA berwarna merah dengan tepi tulisan berwarna hitam, di bawahnya lagi tulisan GERAKAN INDONESIA RAYA berwarna hitam.

3.1.1.2 Visi dan Misi Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) Visi dari Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) adalah ”Menjadi Partai Politik yang mampu menciptakan kesejahteraan rakyat, keadilan sosial dan tatanan politik Negara yang melandaskan diri pada nilai-nilai nasionalisme dan religiusitas dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Adapun misi yang diusung oleh partai GERINDRA adalah sebagai berikut:

1. Mempertahankan kedaulatan dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 2. Mendorong pembangunan nasional yang menitik beratkan pada


(33)

85

berkelanjutan dan pemerataan hasil-hasil pembangunan bagi seluruh warga bangsa dengan mengurangi ketergantungan kepada pihak asing.

3. Membentuk tatanan sosial dan politik masyarakat yang kondusif untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dan kesejahteraan rakyat. 4. Menegakkan supremasi hukum dengan mengedepankan praduga

tak bersalah dan persamaan hak di depan hukum.

5. Merebut kekuasaan pemerintahan secara konstitusional melalui Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden untuk menciptakan lapisan kepemimpinan nasional yang kuat.

3.1.2 Sejarah Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Pada 20 Juli 1998 PKS berdiri dengan nama awal Partai Keadilan (disingkat PK) dalam sebuah konferensi pers di Aula Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. Presiden (ketua) partai ini adalah Nurmahmudi Isma'il.

Pada 20 Oktober 1999 PK menerima tawaran kursi kementerian Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun) dalam kabinet pemerintahan KH Abdurrahman Wahid, dan menunjuk Nurmahmudi Isma'il (saat itu presiden partai) sebagai calon menteri. Nurmahmudi kemudian mengundurkan diri sebagai presiden partai dan digantikan oleh Hidayat Nur Wahid yang terpilih pada 21 Mei 2000. Pada 3 Agustus 2000 delapan partai Islam (PPP, PBB, PK, Masyumi, PKU, PNU, PUI,


(34)

PSII 1905) menggelar acara sarasehan dan silaturahmi partai-partai Islam di Masjid Al-Azhar dan meminta Piagam Jakarta masuk dalam Amandemen UUD 1945.

Akibat UU Pemilu Nomor 3 Tahun 1999 tentang syarat berlakunya batas minimum keikut sertaan parpol pada pemilu selanjutnya (electoral threshold) dua persen, maka PK harus merubah namanya untuk dapat ikut kembali di Pemilu berikutnya. Pada 2 Juli 2003, Partai Keadilan Sejahtera (PK Sejahtera) menyelesaikan seluruh proses verifikasi Departemen Kehakiman dan HAM (Depkehham) di tingkat Dewan Pimpinan Wilayah (setingkat Propinsi) dan Dewan Pimpinan Daerah (setingkat Kabupaten/Kota). Sehari kemudian, PK bergabung dengan PKS dan dengan penggabungan ini, seluruh hak milik PK menjadi milik PKS, termasuk anggota dewan dan para kadernya. Dengan penggabungan ini maka PK (Partai Keadilan) resmi berubah nama menjadi PKS (Partai Keadilan Sejahtera).

Setelah Pemilu 2004, Hidayat Nur Wahid (Presiden PKS yang sedang menjabat) kemudian terpilih sebagai ketua MPR masa bakti 2004-2009 dan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden PK Sejahtera. Pada Sidang Majelis Syuro I PKS pada 26 - 29 Mei 2005 di Jakarta, Tifatul Sembiringterpilih menjadi Presiden PK Sejahtera periode 2005-2010. Seperti Nurmahmudi Isma'il dan Hidayat Nur Wahid disaat Tifatul Sembiring dipercaya oleh Susilo Bambang


(35)

87

Yudhoyono Presiden Indonesia ke 6 sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika. Maka estafet kepemimpinan pun berpindah ke Luthfi Hasan Ishaq sebagai pjs Presiden PK Sejahtera. Pada Sidang Majelis Syuro PKS II pada 16 - 20 Juni 2010 di Jakarta, Luthfi Hasan Ishaq terpilih menjadi Presiden PK Sejahtera periode 2010-2015.2

3.1.2.1 Lambang dan Unsur Lambang Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Gambar 3.2

Lambang Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Sumber: www.pks.or.id

2


(36)

Unsur-unsur dari lambang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah: 1. Kotak Persegi Empat:

 Kesetaraan  Keteraturan  Keserasian 2. Kotak Hitam:

 Ka'bah (Baitullah) 3. Bulan Sabit:

 Kemenangan Islam  Keindahan

 Kebahagiaan  Pencerahan

4. Untaian Padi Tegak Lurus:  Keadilan

 Ukhuwah  Istiqomah  Kesejahteraan 5. Putih:

 Bersih dan Kesucian 6. Hitam:

 Aspiratif dan Kepastian 7. Kuning Emas:

 Kecemerlangan  Kegembiraan  Kejayaan


(37)

89

3.1.2.2 Visi dan Misi Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Visi Indonesia yang dicita-citakan Partai Keadilan Sejahtera adalah “Terwujudnya Masyarakat madani yang adil, sejahtera, dan bermartabat.”

Adapun misi yang diemban oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bagi Indonesia dan masyarakatnya adalah:

1. Mempelopori reformasi sistem politik, pemerintahan dan birokrasi, peradilan, dan militer untuk berkomitmen terhadap penguatan demokrasi. Mendorong penyelenggaraan sistem ketatanegaraan yang sesuai dengan fungsi dan wewenang setiap lembaga agar terjadi proses saling mengawasi. Menumbuhkan kepemimpinan yang kuat, yang mempunyai kemampuan membangun solidaritas masyarakat untuk berpartisipasi dalam seluruh dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, yang memiliki keunggulan moral, kepribadian, dan intelektualitas. Melanjutkan reformasi birokrasi dan lembaga peradilan dengan memperbaiki sistem rekrutmen dan pemberian sanksi-penghargaan, serta penataan jumlah pegawai negeri dan memfokuskannya pada posisi fungsional, untuk membangun birokrasi yang bersih, kredibel, dan efisien. Penegakan hukum


(38)

yang diawali dengan membersihkan aparat penegaknya dari perilaku bermasalah dan koruptif. Mewujudkan kemandirian dan pemberdayaan industry pertahanan nasional. Mengembangkan otonomi daerah yang terkendali serta berorientasi pada semangat keadilan dan proporsionalitas melalui musyawarah dalam lembagalembaga kenegaraan di tingkat pusat, provinsi dan daerah. Menegaskan kembali sikap bebas dan aktif dalam mengupayakan stabilitas kawasan dan perdamaian dunia berdasarkan prinsip kesetaraan, saling menghormati, saling menguntungkan, dan penghormatan terhadap martabat kemanusiaan. Menggalang solidaritas dunia demi mendukung bangsa-bangsa yang tertindas dalam merebut kemerdekaannya.

2. Mengentaskan kemiskinan, mengurangi pengangguran, dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat melalui strategi pemerataan pendapatan, pertumbuhan bernilai tambah tinggi, dan pembangunan berkelanjutan, yang dilaksanakan melalui langkah-langkah utama berupa pelipatgandaan produktifitas sektor pertanian, kehutanan, dan kelautan; peningkatan dayasaing industri nasional dgn pendalaman struktur & upgrading kemampuan teknologi; dan pembangunan sektor-sektor yang menjadi sumber pertumbuhan baru berbasis


(39)

91

resources & knowledge. Semua itu dilaksanakan di atas landasan (filosofi) ekonomi egaliter yang akan menjamin kesetaraan atau valuasi yang sederajat antara (pemilik) modal dan (pelaku) usaha, dan menjamin pembatasan tindakan spekulasi, monopoli, dan segala bentuk kriminalitas ekonomi yang dilakukan oleh penguasa modal dan sumber-sumber ekonomi lain untuk menjamin terciptanya kesetaraan bagi seluruh pelaku usaha.

3. Menuju pendidikan yang berkeadilan dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh rakyat Indonesia. Membangun sistem pendidikan nasional yang terpadu, komprehensif dan bermutu untuk menumbuhkan SDM yang berdaya saing tinggi serta guru yang professional dan sejahtera. Menuju sehat paripurna untuk semua kelompok warga, dengan visi sehat badan, mental spiritual, dan sosial sehingga dapat beribadah kepada Allah SWT untuk membangun bangsa dan negara; dengan cara mengoptimalkan anggaran kesehatan dan seluruh potensi untuk mendukung pelayanan kesehatan berkualitas. Mengembangkan seni dan budaya yang bersifat etis dan relijius sebagai faktor penentu dalam membentuk karakter bangsa yang tangguh, disiplin kuat, etos kerja kokoh, serta daya inovasi dan kreativitas tinggi. Terciptanya


(40)

masyarakat sejahtera, melalui pemberdayaan masyarakat yang dapat mewadahi dan membantu proses pembangunan berkelanjutan.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan unsur pokok yang harus ada sebelum proses penelitian dilaksanakan. Karena dengan sebuah rancangan yang baik pelaksanaan penelitian menjadi terarah, jelas, dan maksimal. Metode penelitian dapat bermakna sempit atau luas. Dalam arti sempit, metode penelitian berhubungan dengan rancangan penelitian atau prosedur-prosedur pengumpulan data dan analisis data.

Sebaliknya dalam arti luas, metode penelitian merupakan cara teratur untuk menyelidiki masalah tertentu untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan masalah yang diselidiki dan dibutuhkan sebagai solusi atas masalah tersebut.

3.2.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus.

“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang secara holistik bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian, baik itu perilakunya, persepsi, motivasi maupun tindakannya, dan secara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.” (Maleong, 2008 : 6)


(41)

93

Sementara itu, menurut Bogdan dan Taylor (dalam Maleong, 2000:3), penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif, merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar individu tersebut secara holistik (utuh atau menyeluruh). Jadi pendekatan ini bertujuan untuk memahami Calon Anggota Legislatif Perempuan dalam perilaku komunikasinya.

Hal seperti ini juga dipertegas oleh Creswell (1998:14) yang mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang latar tempat dan waktunya alamiah. Paradigma ini juga memungkinkan untuk dilakukan interpretasi secara kualitatif atas data-data penelitian yang telah diperoleh. Disamping itu, jenis penelitian ini memberi peluang yang besar bagi dibuatnya interpretasi-interpretasi alternatif (Littlejohn, 1993:16).

Dalam penelitian ini, rancangan dan jalannya penelitian ini secara jelas dapat tergambarkan lewat 14 karakteristik pendekatan kualitatif seperti yang dijelaskan oleh Lincon dan Guba (1985, 39-43) sebagaimana paparan berikut ini:

1. Latar alamiah (natural setting)

2. Manusia sebagai instrumen (human instrument)

3. Penggunaan pengetahuan yang tidak eksplisit (utilization of tacit

knowledge)

4. Metode-metode kualitatif (qualitative methods) 5. Sampel purposif (purposive sampling)


(42)

7. Teori berlandaskan pada data di lapangan (grounded theory) 8. Desain penelitian mencuat secara alamiah (emergent design) 9. Hasil penelitian berdasarkan negoisasi (negotiated outcomes) 10. Cara pelaporan studi kasus (sace study reporting mode) 11. Interpretasi idiografik/kontekstual (idiographic interpretation) 12. Aplikasi temuan tentatif (tentative application of findings) 13. Batasan ditentukan fokus (focus-determined boundaries)

14. Keterpercayaan dengan kriteria khusus (special criteria for

trustworthiness).

Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan paradigma konsturktivis dalam desain penelitian studi kasus. Konstruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan yang ditangkap manusia adalah konstruksi (bentukan) manusia itu sendiri (Matthews, 1994 dalam Suparno, 1997). Maka pengetahuan bukanlah tentang dunia lepas dari pengamatan, tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia sejauh yang dialaminya.3 Jadi dapat disederhanakan bahwa peneliti tidak menilai benar atau salahnya sebuah kasus yang diteliti, melainkan hanya mengungkapkan secara alami kejadian atau kasus yang ada pada subjek yang diteliti.

Studi kasus merupakan suatu desain penelitian yang dipilih untuk mempelajari sebuah kasus dengan batasan yang jelas. Menurut John W Creswell. Ia menyebutkan bahwa penelitian kualitatif merupakan sebuah pendekatan dari

3


(43)

95

proses memahami berdasarkan pada perbedaan-perbedaan yang jelas mengenai tradisi metodologi dari pendekatan yang mengeksplorasi masalah-masalah sosial atau yang dialami oleh manusia.

Dalam penelitian ini studi kasus digunakan sebagai desain penelitiannya. Dengan kata lain, studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program, even, proses, institusi atau kelompok sosial) serta mengumpulkan informasi dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama periode tertentu. Dalam hal ini, penelitian yang mengambil dua Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu (DAPIL 1) Kota Bandung sebagai subjek penelitiannya telah memiliki batasan kasus yang jelas. Batasan yang menjadi pembeda terhadap fenomena komunikasi kelompok lainnya dan tentu saja menjadikan tema penelitian ini menarik.

Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus mempunyai beberapa keuntungan. Lincoln dan Guba (dalam Mulyana, 2002:201) mengemukakan bahwa keistimewaan studi kasus meliputi hal-hal berikut :

 Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti.

 Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

 Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukan hubungan antara peneliti dan responden.


(44)

 Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga kepercayaan (trust worthiness).

 Studi kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian atas transferabilitas.

 Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

Studi kasus adalah sebuah penelitian yang lebih menghendaki untuk melacak peristiwa-peristiwa kontemporer. Oleh sebab itu, potret yang holistik serta tetap memunculkan karakteristik yang apa adanya dari Calon Anggota Legislatif Perempuan adalah sebuah hal yang diharapkan muncul sebagai hasil dari penelitian ini. Dalam penelitian ini, pendekatan kasus yang diamati adalah Perilaku Komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan. Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk mengamati, memahami dan menganalisis Perilaku Komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu (DAPIL 1) Kota Bandung. Salah satu karakter penelitian kualitatif adalah melakukan pengamatan dan berinteraksi dengan subyek penelitian.

Berdasarkan beberapa kelebihan dari pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus ini maka dipandang cocok untuk meneliti perilaku komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan. Melalui penelitian ini dimungkinkan akan dapat memperoleh informasi dan data yang bersifat apa adanya (alamiah), menentukan gambaran dan pemahaman mengenai komunikasi verbal, komunikasi non vebal


(45)

97

dan motif yang melatari Calon Anggota Legislatif Perempuan dalam perilaku komunikasinya.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data 3.2.2.1 Studi Pustaka

Studi kepustakaan dimaksud untuk memperoleh telaah teori-teori komunikasi dan teori-teori pendukung yang dapat memberikan penjelasan mengenai pokok-pokok permasalahan yang di teliti, diantaranya:

1. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah mengumpulkan data melalui buku-buku literatur dan sumber data lainnya, dilengkapi dengan pendapat para ahli yang berhubungan dengan permasalahan dibahas untuk mendapatkan data teoritis yang akan dijadikan sebagai bahan pembanding dalam pembahasan masalah . Seluruh data yang telah diperoleh melalui cara ini merupakan data sekunder yang disajikan dengan cara mengutip dan mengungkapkan kembali teori-teori yang ada yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan demi menunjang kesempurnaan dari hasil penelitian.

2. Internet Searching

Isi internet adalah informasi, dapat dibayangkan sebagai suatu database atau perpustakaan multimedia yang sangat besar dan


(46)

lengkap. Internet searching merupakan suatu situs yang akan kita cari sebagai mesin pembantu dalam pencarian situs yang peneliti butuhkan dalam penelitian.

3.2.2.2 Studi Lapangan

Studi lapangan merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mendatangi langsung ke tempat objek penelitian, terdiri dari :

1. Wawancara Mendalam

Dalam buku Metode Penelitian Kualitatif, wawancara yang mendalam adalah tanya jawab yang terbuka untuk memperoleh data tentang maksud hati partisipan, bagaimana menggambarkan dunia mereka dan bagaimana mereka menjelaskan atau menyatakan perasaannya tentang kejadian-kejadian penting dalam hidupnya. (Mc Millan dan Schumacher 2001 : 443).

Dengan demikian wawancara mendalam (in-depth interview) adalah suatu proses mendapatkan informasi untuk kepentingan penelitian dengan cara dialog antara peneliti sebagai pewawancara dengan informan atau yang member informasi dalam konteks observasi partisipasi. Wawancara ini dimaksudkan untuk memverikasikan, mengubah dan memperluas pemikiran yang dikembangkan peneliti sebagai pengumpulan data. Wawancara yang akan dilakukan secara terstruktur bertujuan mencari data yang


(47)

99

mudah dikualifikasi, digolongkan, dan diklasifikasikan, dimana sebelumnya peneliti menyiapkan daftar pertanyaan. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara mendalam kepada Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu (DAPIL 1) Kota Bandung serta konstituen yang terlibat sebagai sumber informasi penelitian.

2. Observasi Partisipasif

Teknik pengumpulan data selanjutnya yaitu observasi dimana dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi pastisipasif. Dalam observasi ini, peneliti terilabat dengan kegiatan sehari-hari atau kegiatan yang berhubungan dengan kampanye dari para Calon Anggota Legislatif Perempuan. Ketika melakukan pengamatan, peneliti juga ikut dalam melakukan apa yang dikerjakan oleh para Calon Legislatif perempuan. Dengan objek partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku Calon Anggota Legislatif tersebut yang Nampak.

Menurut Susan Stainback (1988) menyatakan bahwa:

“in participant observation, the researcher observes what people do, listen to what they say, and participates in their activity.” Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa


(48)

yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.4

Observasi pasrtisipasif tersebut dapat digolongkan menjadi empat, yaitu:

1) Partisipasi Pasif

Jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan subjek yang akan diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

2) Partisipasi Moderat

Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipasif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.

3) Partisipasi Aktif

Dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh subjek penelitian, tetapi belum sepenuhnya lengkap.

4) Partisipasi Lengkap

Dalam mengumpulkan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang

4


(49)

101

dilakukan sumber data. Jadi suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti. 3. Dokumentasi

Dengan teknik pengumpulan data dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi mereka memperoleh informasi dari macam-macam sumber yang tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan dalam bentuk peninggalan budaya, karya seni, dan karya pikir. Teknik dokumentasi dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Dokumentasi yaitu mengumpulkan dokuen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian. Hasil observasi atau wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya jika didukung oleh dokumen yang terkait dengan fokus penelitian. (Satori, 2009:148).

3.2.3 Subjek dan Informan Penelitian 3.2.3.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang diteliti untuk menjadi pembahasan dalam penelitian adalah Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah


(50)

Pemilihan Satu (DAPIL 1) Kota Bandung. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian terhadap Calon Anggota Legislatif Perempuan dari partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam perilaku komunikasi yang dilakukannya ketika sedang berkampanye terhadap masyarakat.

3.2.3.2 Informan Penelitian

Sesuai dengan penjelasan diatas, bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hendrarso menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian akan menjadi informan yang akan memberikan berbagai macam informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi tiga macam, yaitu informan kunci (key informan), informan utama dan informan tambahan.

“Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan utama adalah mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Sedankan informan tambahan adala mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti”. ( Hendrarso dalam Suyanto, 2005 : 171).


(51)

103

3.2.3.3 Teknik Penentuan Informan

Teknik pengambilan informan pada penelitian ini menggunakan

Purposive sampling. Dimana informan menjadi sumber informasi yang

mengetahui tentang penelitian yang sedang diteliti, dengan pertimbangan bahwa merekalah yang paling mengetahui informasi penelitian. Informan dari penelitian ini adalah 2 orang Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu (DAPIL 1) Kota Bandung, 2 orang anggota Partai dari para Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu (DAPIL 1) Kota Bandung dan 2 orang konsituen dari Daerah Pemilihan Satu (DAPIL 1) Kota Bandung.

Pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling atau pemilihan secara sengaja dengan beberapa pertimbangan. Informan yang dimaksud adalah informan yang terlibat langsung atau informan yang dianggap mempunyai kemampuan dan mengerti permasalahan terkait perilaku komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu (DAPIL 1) Kota Bandung.

Pemilihan informan dalam penelitian ini, diperoleh dengan melakukan kegiatan wawancara yang dilakukan terhadap 2 informan kunci, yaitu Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu (DAPIL 1) Kota Bandung dan 4 informan pendukung.


(52)

Oleh Spradley dalam Sugiono (2005 : 49) dinamakan ”Social

situation atau situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen yaitu tempat

(place), pelaku (actors) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara

sinergis”. Pada penelitian ini, peneliti mengamati perilaku komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu (DAPIL 1) Kota Bandung.

Untuk lebih jelas, informan penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1 Informan Penelitian

No. Nama Keterangan

1. Sri Astuty Juda Ningsy, S.Pd

Calon Anggota Legislatif Perempuan dari Partai

GERINDRA

2. Hj. Milly Utami, S.Pd

Calon Anggota Legislatif Perempuan dari Partai Keadilan

Sejahtera (PKS)

3. Didit Doni Anggota Partai GERINDRA

4. Agus Salim Anggota Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

5. Agus Rahman Konsituen DAPIL 1

6. Enok Konsituen DAPIL 1


(53)

105

Adapun alasan peneliti dalam penentuan informan yaitu:

A. Informan kunci Sri Astuty Juda Ningsy, S.Pd dan Hj. Milly Utami, S.Pd adalah karena kedua Calon Legislatif tersebut adalah merupakan sosok yang cukup dikenal di Daerah Pemilihan Satu diantara calon legislatif perempuan lainnya. Dasar yang kedua yaitu dilihat dari tingkat strata yang dimiliki keduanya cukup kredibel dengan gelar sarjana Pendidikan yang diemban oleh keduanya dan yang ketiga didasari dari ekspektasi kedua calon tersebut yang di Pemilihan Umum tahun sebelumnya tidak terpilih.

B. Informan pendukung Didit Doni dan Agus Salim didasari karena keduanya merupakan orang yang partai politiknya sama dengan para informan kunci. Selain itu, kedua orang tersebut merupakan kerabat dekat dari para calon Anggota Legislatif perempuan tersebut.

C. Informan pendukung dari konsituen Daerah Pemilihan Satu yaitu Agus “Ceper” dan Enok peneliti pilih karena keduanya cukup aktif di daerahnya masing-masing. Diantaranya mereka termasuk pengurus RW di daerah Sukajadi dan juga sebagai pengurus PKK dan Posyandu di Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung.


(54)

3.2.4 Teknik Analisa Data

Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, maka diperlukan teknik langkah-langkah untuk menganalisa data-data yang telah diperoleh. Teknik analisia data adalah suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematis mengenai suatu hal dalam rangka mengetahui bagian-bagian, hubungan diantara bagian, dan hubungan antara bagian dan keseluruhan.

”Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah- milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan orang lain”. ( Moleong, 2005 : 248).

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles and Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Dibawah ini merupakan siklus komponen-komponen analisis kualitatif menurut Miles and Huberman (1984) adalah sebagai berikut:


(55)

107

Gambar 3.3

Komponen-Komponen Analisis Data : Model Kualitatif

Sumber: Miles and Huberman dalam Sugiono (2005:247)

Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis data adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data, adalah langkah untuk mengumpulkan berbagai data yang diperlukan dalam penelitian langkah ini dilakukan sesuai dengan teknik pengumpulan data penelitian yang dilakukan. Teknik yang dilakukan adalah wawancara, pengamatan, studi kepustakaan dan penelusuran online. Kesemua teknik itu peneliti lakukan untuk menyelesaikan penelitian ini.

2. Reduksi Data atau Klasifikasi data, adalah proses penelitian, pemusatan perhatian pada penyederhanaan data kasar dari catatan tertulis lapangan penelitian, membuat ringkasan, penggolongan kategori jawaban dan kualifasi jawaban informan penelitian kembali


(56)

catatan yang telah diperoleh setelah mengumpulkan data. Peneliti mereduksi data setelah melakukan pengumpulan data, hal ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti selama dilapangan. Sehingga hal ini memudahkan peneliti untuk melanjutkan analisa data pada tahap berikutnya.

3. Penyajian Data atau Analisis data, yakni penyusunan penyajian kategori jawaban informan dalam tabel/ tabulasi serta gambar / kecenderungan dari informan disertai analisis awal terhadap berbagai temuan data di lapangan sebagai proses awal dalam pengolahan data. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami. 4. Proses akhir penarikan kesimpulan, yaitu dilakukannya pembahasan

yang berdasarkan pada rujukan berbagai teori yang digunakan dimana di dalamnya ditentukan suatu kepastian mengenai aspek teori dan kesesuaian / ketidaksesuaian dengan fakta hasil penelitian di lapangan dimana peneliti juga membuat suatu analisis serta membuat tafsiran atas tampilan data sesuai dengan permasalahan penelitian serta memberikan verifikasi teoritis temuan penelitian mengenai perilaku komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu (DAPIL 1) Kota Bandung.


(57)

109

3.2.5 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa pengujian. Peneliti menggunakan uji credibility atau uji kepercayaan terhadap hasil penelitian. Menurut Sugiono (2005:270) cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi data, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative, dan membercheck. Tetapi memilih beberapa saja sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian yang dilakukan. Seperti yang digambarkan dibawah ini :

Gambar 3.4

Uji Keabsahan Data Dalam Penelitian Kualitatif

Sumber : Sugiyono (2005:270) Uji

Keabsahan Data

Perpanjangan Pengamatan Peningkatan Ketekunan Triangulasi

Diskusi dengan Teman Sejawat Membercheck


(58)

1. Perpanjangan Pengamatan (Prolonged engagement)

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk raport, maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian. Dimana kehadiran peneliti tidak lagi mengganggu perilaku yang dipelajari. (Sugiyono, 2012:270)

2. Meningkatkan Ketekunan (Persistent observation)

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak. (Sugiyono, 2012:272)

3. Triangulasi (Peer Debriefing)

Diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan


(59)

111

cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. (Sugiono, 2012:273).

4. Diskusi dengan teman sejawat (Peer Debriefing)

Jika penelitian itu dilakukan oleh tim, peneliti dapat mendiskusikan hasil temuan sementaranya dengan teman sejawat peneliti. Atau dapat dilakukan dalam suatu moment pertemuan sumber data lalu dilakukan diskusi untuk mendapatkan data yang benar-benar teruji. Meleong (2006:334) mengungkapkan bahwa diskusi dengan teman sejawat akan menghasilkan : (1) pandangan kritis terhadap hasil penelitian, (2) temuan teori substantive, (3) membantu mengembangkan langkah berikutnya, (4) pandangan lain sebagai pembanding. (Satori, 2009:172)

5. Membercheck

Data itu harus diakui dan diteruma kebenarannya oleh sumber informasi. Data itu juga harus dibenarkan oleh sumber atau informan lainnya. Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada informan, tujuannya adalah untuk mengetahui kesesuaian data yang diberikan oleh pemberi data. Apabila para pemberi data sudah menyepakati data yang diberikan berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel. Akan tetapi menjadi sebaliknya yaitu tidak valid dan kredibel apabila para pemberi data justru meragukan data


(60)

dan peneliti tidak melakukan diskusi lebih lanjut dengan informan. Dengan demikian, perlu dilakukan diskusi lebih lanjut apabila ditemukan ketidakcocokan antara data yang sudah dielaborasi oleh peneliti dengan penjelasan lebih lanjut dari informannya. Dalam kasus ini, peneliti harus menyesuaikan dengan pemberi data, sehingga data atau informasi yang diperoleh dapat digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud informan.

Membercheck dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai, atau

setelah mendapatkan suatu temuan, atau kesimpulan. Hal tersebut dapat dilakukan secara individu atau kelompok. Dalam diskusi peneliti menyampaikan temuan kepada pemberi data. Data yang disampaikan peneliti mungkin ada yang dikurangi, ditambah, disepakati, atau ditolak. Untuk kelengkapan bukti kepercayaan, peneliti perlu mendokumentasikan moment ini dan membuat

formal administrative sebagai kelengkapan administrasi penelitian. (Sugiono,

2005 : 276)

3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.6.1 Lokasi Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di Daerah Pemilihan Satu (DAPIL 1) Kota Bandung. DAPIL 1 di Kota Bandung meliputi Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Sukasari, Kecamatan Cicendo dan Kecamatan Andir.


(61)

113

3.2.6.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai pada bulan Februari sampai dengan bulan Juli 2014.


(62)

77

No Kegiatan

Bulan

Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan Judul 2 Penulisan Bab 1 Bimbingan 3 Penulisan Bab II Bimbingan 4 Pengumpulan Data Lapangan 5 Penulisan Bab III Bimbingan 6 Seminar UP 7 Penulisan BAB IV Bimbingan 8 Penulisan BAB V Bimbingan 9 Penyusunan Keseluruhan Draft 10 Sidang Skripsi

Tabel 3.2 Tabel Penelitian


(63)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Adapun tinjauan pustaka yang peneliti lakukan untuk melengkapi penelitian ini dilakukan dengan berbagai aspek tinjauan. Ini dilakukan guna menambahkan ilmu dan melengkapi penelitian yang berkaitan dengan keilmuan ilmu komunikasi, khususnya tentang perilaku komunikasi.

2.1.1 Tinjauan Tentang Penelitian Terdahulu Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu No.

Nama

Judul Desain

Penelitian

Hasil Penelitian

1.

Ria Dwi Mutiara NIM 41809084 Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia 2013 (SKRIPSI) Perilaku Komunikasi Sales Promotions Girl

Provider XL Axiata (Studi Kasus Mengenai Perilaku

Komunikasi Sales Promotion Girl Provider XL Axiata

Metode kualitatif dan

desain Studi Kasus

Hasil dari penelitian ini yaitu munculnya perbedaan perilaku komunikasi yang ditunjukan para Sales

Promotion Girl

Provider XL Axiata ketika sedang


(64)

Dalam Memberikan Pelayanan Terhadap

Konsumen di Dokumsel Kota

Bandung)

berbicara dengan sesamanya dan ketika sedang berbicara dengan konsumen. Dalam kasus ini sangat terlihat perbedaannya

ketika dalam

penggunaan simbol-simbol verbal dibandingkan dengan penggunaan simbol-simbol non verbal dalam perilaku komunikasinya. 2. Shera Mutia (210111100051) Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Perilaku Komunikasi Komunitas Penggemar Grup Musik (Studi Kasus

Metode kualitatif dan desain Studi Kasus Penggunaan simbol-simbol komunikasi baik komunikasi verbal maupun non


(65)

14

Padjajaran Bandung 2013

(SKRIPSI)

Pada Komunitas Dorks-Penggemar

Grup Musik Pee Wee Gaskins di

Jakarta)

komunitas Dorks dapat dikatakan dengan baik. Sebagai

komunitas yang masih terbilang baru,

mereka berhasil menjadikan

simbol-simbol komunikasi yang mereka gunakan menjadi ciri

khas tersendiri bagi mereka. Simbil non verbal seperti pada gaya pakaian mereka,

isyarat tangan, serta gerakan tubuh yang biasa mereka lakukan

ketika sedang menyaksikan grup

band Pee Wee Gaskins menjadi ciri


(66)

khas tersendiri serta hal yang baru di kalangan komunitas

penggemar grup music. Termasuk juga simbol verbal

seperti julukan “Kapten Dorks” pada

Dodo yang sangat dikenal dikalangan

komunitas penggemar grup musik, serta julukan

maupun istilah lainnya. 3. Nurannafi FSM (210120100028) Program Pascasarjana Magister Ilmu Komunikasi Komunikasi Politik Anggota Legislatif Perempuan (Studi Kasus komunikasi Politik Anggota Legislatif Metode kualitatif dan desain Studi Kasus Strategi komunikasi yang dilakukan anggota legislatif perempuan pada saat menjadi komunikator


(67)

16 Universitas Padjajaran Bandung 2012 (TESIS) Perempuan Dalam Kebijakan Penyusunan Anggaran Badan Pemberdayaan Konsituen, Perempuan dan

KB di DPRD Kabupaten Majalengka)

penyusunan anggaran Badan Pemberdayaan

Konsituen, Perempuan dan KB di DPRD Kabupaten

Majalengka, sudah mengacu pada

persiapan dan perencanaan strategi komunikasi di tahap awal, lalu segmentasi

khalayak, pengemasan dan pensdesainan pesan,

serta media yang akan digunakan apa,

sehingga pada saat menjadi komunikator, langkah-langkah atau


(68)

tersebut sudah dipersiapkan sehingga hal ini

memudahkan anggota legislatif

dalam menyampaikan

pesannya atau pendapatnya dengan

siapapun mereka berbicara berkaitan

dengan kebijakan penyusunan anggaran, sehingga

dengan partisipasi komunikasi politik

dari anggota legislatif perempuan,

dapat memberikan warna tersendiri bagi


(69)

18

penyusunan anggaran di tahun 2012. Sumber: Peneliti, 2014

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.2.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah suatu hal yang tidak dapat lepas kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, seperti pada kenyataanya yang diungkapkan oleh Everett M. Rogers yang dikutip Deddy Mulyana dalam bukunya “Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar” menjelaskan bahwa Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka, (Mulyana, 2003:62). Namun secara sederhana komunikasi dapat diartikan sebagai proses pertukaran pesan dari individu yang satu kepada individu lainnya.

Kata komunikasi sendiri berasal dari bahasa latin yaitu communiss yang artinya berbagi atau menjadi milik bersama yang kemudian berevolusi menjadi communicare dan communicatio yang pada akhirnya diadaptasi ke dalam bahasa inggris menjadi communication. Sama disini maksudnya adalah satu makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, yakni baik si


(70)

penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu (Effendy, 2005:42).

Komunikasi sendiri mempunyai banyak definisi menurut pendapat beberapa ahli, namun tetap berada dalam pengertian yang sama mengenai apa pengertian atau definisi dari komunikasi itu sendiri. Komunikasi menurut Carl. I. Hovland yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy dalam buku “Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek” adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampain informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. (Effendy, 2001:10)

Sementara itu, Charles R. Wright yang dikutip oleh Santoso mendefinisikan komunikasi sebagai berikut:

“Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang bersifat mendasar dan vital dalam kelestarian hidup manusia. Dengan fundamental atau mendasar maksudnya bahwa setiap konsituen manusia primitif atau modern dibangun atas dasar kapasitas anggotanya untuk saling memenuhi melalui komunikasi. Suatu konsesus kerja mengenai pranata sosial, dinyatakan vital sepanjang kemampuan individu untuk berkomunikasi dengan orang lain memerlukan pengawasan sosial”. (Santoso, 1986:40).

Adapun pengertian komunikasi menurut Sedangkan menurut Gerald A. Miller yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwa:

“In the main, communication has as its central interest those behavioral situations in which a source transmits a message to a receiver


(71)

20

(s) with conscious intent to affect the latte’s behavior”. (Pada pokoknya, komunikasi mengandung situasi keperilakuan sebagai minat sentral, dimana seseorang sebagai sumber menyampaikan suatu kesan kepada seseorang atau sejumlah penerima yang secara sadar bertujuan mempengaruhi perilakunya). (Effendy, 2002: 49)

Dari beberapa definisi komunikasi menurut pendapat bebarapa ahli di atas, ada satu definisi yang sangat familiar yang sering digunakan dan merupakan salah satu dari model – model komunikasi yaitu definisi komunikasi menurut Harold D. Laswell. Menurut Laswell, komunikasi adalah merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa” menyatakan “apa”, “kepada siapa”, “dengan saluran apa”, dan “dengan akibat atau hasil apa” (Who says what in which channel to whom and with what effect), (Effendy, 2002:10). Dengan demikian dari beberapa definisi menurut ahli – ahli komunikasi tersebut, kita dapat menarik sebuah pengertian ataupun kesimpulan dari apa itu komunikasi. Komunikasi dapat diartikan juga sebagai sebuah proses menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan untuk memberikan informasi ataupun mengubah prilaku. 2.1.2.2 Tujuan Komunikasi

Membangun atau mennciptakan pemahaman atau pengertian bersama. Saling memahami atau mengerti bukan berarti harus


(72)

menyetujui tetapi mungkin dengan komunikasi terjadi suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku ataupun perubahan secara sosial.

1. Perubahan sikap (attitude change)

Seorang komunikan setelah menerima pesan kemudian sikapnya berubah, baik positif maupun negatif. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai keinginan kita.

2. Perubahan pendapat (opinion change)

Dalam komunikasi berusaha menciptakan pemahaman. Pemahaman, ialah kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. Setelah memahami apa yang dimaksud komunikator maka akan tercipta pendapat yang berbeda-beda bagi komunikan.

3. Perubahan perilaku (behavior change)

Komunikasi bertujuan untuk mengubah perlaku maupun tindakan seseorang

4. Perubahan sosial (social change)

Membangun dan memelihara ikatan hubungan dengan orang lain sehingga menjadi hubungan yangmakin baik. Dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan interpersonal.


(73)

22

2.1.2.3 Bentuk Komunikasi

Adapun bentuk – bentuk komunikasi seperti yang dikutip dalam buku “Metode Riset Komunikasi Organisasi” adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi Personal (Personal Communication). Terdiri dari komunikasi intrapersonal (intrapersonal communication) dan komunikasi antarpersonal (interpersonal Communication).

2. Komunikasi Kelompok (Group Communication). Pertama dalam bentuk komunikasi kelompok kecil (small group communication) seperti : ceramah (lecture), diskusi panel (panel discussion), simposium (symposium), forum, seminar, dan curahsaran

(brainstorming). Kedua, komunikasi kelompok besar (large group

communication/public speaking).

3. Komunikasi Massa (Mass Communication), misalnya : pers, radio, televisi, dan film.

4. Komunikasi Medio (Medio Communication), misalnya : surat, telepon, pamflet, poster, dan spanduk.

Bentuk komunikasi diklasifikasikan berbeda di kalangan para ahli sesuai dengan pengalaman dan sudut pandang pakar tesebut. Joseph A. Devito dalam bukunya Communicology (1982) mengklasifikasi ada empat tipe komunikasi, sedangkan R. Wayne Pace dan teman-temannya dalam


(1)

Sebenarnya bukan hal yang asing bila seorang perempuan bergelut di bidang politik dan duduk di kursi legislatif. Sudah ada beberapa perempuan yang berada di dalam lembaga tersebut. Tapi dengan berkembangnya jaman dan adanya emansipasi wanita, maka lebih ditekankan kembali bahwa perempuan bisa menjadi pemimpin dan wakil rakyat di kursi legislatif.

Hal unik yang membuat peneliti tertarik yaitu adanya Undang-undang No. 10 tahun 2008 tentang Pemilu Legislatif dan Undang-undang No. 2 tahun 2008 tentang Partai Politik (Parpol), kuota keterlibatan perempuan dalam dunia politik adalah sebesar 30 persen, terutama untuk duduk di dalam parlemen. Bahkan dalam Pasal 8 Butir (d) UU No. 10 tahun 2008, disebutkan penyertaan sekurang-kurangnya 30 persen keterwakilan perempuan pada kepengurusan parpol tingkat pusat sebagai salah satu persyaratan parpol untuk dapat menjadi peserta pemilu. Dan Pasal 53 UU mengatakan bahwa daftar bakal calon peserta pemilu juga harus memuat paling sedikit 30 persen keterwakilan perempuan. Sebenarnya ketetapan itu sudah ada sejak awal tahun 2004 lalu, melalui UU No 12 tahun 2003 tentang Pemilu, yang secara khusus termaktub di pasal 65 ayat 1 yaitu “Setiap Partai Politik Peserta Pemilu dapat mengajukan calon Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota untuk setiap Daerah Pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%.”

Uraian diatas seperti mendukung kalimat emansipasi wanita bahwa seorang perempuan bisa melakukan tugas dan fungsi dari pekerjaan laki-laki yang dalam konteks disini yaitu sebagai pemimpin atau wakil dari rakyat.


(2)

Pada saat peneliti melakukan pra penelitian di Daerah Pemilihan Satu (DAPIL 1) (Sukajadi, Sukasari, Cicendo, Andir), peneliti menemukan perbedaan antara Calon Legislatif perempuan dan Calon Legislatif dari para kaum laki-laki. Yang pertama adalah Calon Legislatif perempuan terkesan lebih ramah dan dekat dengan konsituen. Selain itu, konsituen khususnya kaum ibu-ibu bisa mengungkapkan keinginan dan aspirasinya kepada para Caleg perempuan.

Perbedaaan kedua antara Calon Legislatif Perempuan dan Laki-laki yaitu Caleg Perempuan lebih mengutamakan kesejahteraan kaumnya karena selama ini mereka menganggap bahwa kaum perempuan kurang diperhatikan dari sisi gendernya dimana selama ini yang selalu menjadi dominan pemimpin konsituen itu adalah kaum laki-laki.1

Pada masa demokrasi sekarang ini, para anggota partai politik berbondong-bondong mengambil hati konsituen agar konsituen tersebut tertarik dan memilih mereka di Pemilihan Umum agar bisa duduk dikursi Badan Legislatif. Badan legislatif adalah lembaga yang membuat undang-undang. Anggota-anggotanya dianggap mewakili rakyat. Maka dari itu badan ini dinamakan dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Hal ini jelas beriringan dengan tujuan dari sebuah partai politik dalam memperoleh kekuasaan dan merebut kekuasaan politik karena bila seorang anggota dari partai politik tersebut terpilih, maka kebijakan-kebijakan yang telah disusunnya itu akan direalisasikan di legislatif ini.

1


(3)

Tahun 2014 adalah tahunnya Pemilihan Umum Legislatif. Konsituen menyebutnya dengan “pesta demokrasi rakyat” karena di tahun ini semua konsituen di Indonesia dapat memilih pemimpin yang bisa mewakili aspirasi-aspirasinya. Para calon anggota-anggota legislatif menyiapkan seluruh kekuatannya agar bisa dipilih oleh konsituen. Semua cara dilakukan mulai dari kampanye, sosialisasi dan hal-hal lainnya agar bisa membuat rakyat tertarik dan memilih calon tersebut.

Pada umumnya, menurut Prof. Miriam Budiardjo dalam bukunya “Dasar-dasar Ilmu Politik” menyebutkan bahwa politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem Negara yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan semua tujuan itu. Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari konsituen (public goal), dan bukan tujuan-tujuan pribadi seseorang (private goal). Lagi pula politik menyangkut kegiatan berbagai macam kelompok termasuk partai politik serta kegiatan perorangan.

Inti pada penelitian ini adalah mengungkap bagaimana cara Calon Anggota Legislatif perempuan menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang akan mereka sampaikan dalam proses komunikasi yaitu pada saat memberikan sosialisasi, kegiatan sosial dan berkampanye kepada konsituen di Daerah Pemilihan Satu (DAPIL 1) (Sukajadi, Sukasari, Cicendo, Andir) sehingga tercapainya suatu pemahaman diantara kedua belah pihak yang terlibat dalam proses komunikasi.


(4)

1.2Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian yang telah dirumuskan oleh peneliti mengenai Perilaku Komunikasi Calon Anggota Legislatif Dalam Pemilihan Umum 2014 adalah sebagai berikut:

1.2.1. Rumusan Masalah Makro

Bagaimana perilaku komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan Dalam Pemilihan Umum 2014?

1.2.2. Rumusan Masalah Mikro

Adapun rumusan masalah mikro yang telah dirumuskan oleh peneliti secara lebih spesifik dan detail adalah:

1. Bagaimana komunikasi verbal yang digunakan oleh Calon Anggota Legislatif Perempuan Dalam Pemilihan Umum 2014?

2. Bagaimana komunikasi non verbal yang digunakan oleh Calon Anggota Legislatif Perempuan Dalam Pemilihan Umum 2014?

3. Apa motif yang melatar belakangi perilaku komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan Dalam Pemilihan Umum 2014?

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan oleh peneliti mengenai perilaku komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan Dalam Pemilihan Umum 2014 adalah sebagai berikut :


(5)

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian yang dilakukan adalah untuk menjelaskan, menjawab, dan menguraikan tentang perilaku komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan Dalam Pemilihan Umum 2014 secara umum dan secara khusus tentang komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan motif yang melatar belakangi perilaku komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan Dalam Pemilihan Umum 2014.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui jumlah keseluruhan dari rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan mengkaji komunikasi verbal yang digunakan oleh Calon Anggota Legislatif Perempuan Dalam Pemilihan Umum 2014. 2. Untuk mengetahui dan mengkaji komunikasi non verbal yang digunakan oleh Calon Anggota Legislatif Perempuan Dalam Pemilihan Umum 2014.

3. Untuk mengetahui dan mengkaji motif yang melatar belakangi perilaku komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan Dalam Pemilihan Umum 2014.

4. Untuk mengetahui dan pengkaji perilaku komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan Dalam Pemilihan Umum 2014.


(6)

1.4Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang telah dirumuskan oleh peneliti mengenai perilaku komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan Dalam Pemilihan Umum 2014 adalah sebagai berikut :

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis penelitian adalah untuk pengembangan Imu Komunikasi secara umum dan kegunaan teoritis secara khusus yaitu tentang perilaku komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan Dalam Pemilihan Umum 2014.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini dilakukan dengan harapan memiliki kegunaan untuk segala pihak. Kegunaan praktis yang telah peneliti rumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk peneliti sebagai aplikasi ilmu komunikasi dalam penggunaannya dan suatu pembelajaran mengenai perilaku komunikasi yang dilakukan oleh Calon Anggota Legislatif Perempuan Dalam Pemilihan Umum 2014. 2. Untuk akademisi sebagai literatur untuk para mahasiswa dan mahasiswi di bidang ilmu komunikasi yang akan melakukan penelitian mengenai perilaku komunikasi.

3. Untuk lembaga atau konsituen sebagai informasi, evaluasi, dan rekomendasi terkait tentang perilaku komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan dalam Pemilihan Umum Legislatif.