Tidak adanya IPAL kawasan Pengambilan air tanah yang ilegal

Berdasarkan tabel perhitungan di atas maka agar berskor 100 dapat dinilai hasilnya sebagai berikut : 1. Untuk kawasan industri Terboyo Semarang = 3 x 100 = 30 10 2. Untuk kawasan industri Terboyo Megah = 2 x 100 = 20 10 3. Untuk kawasan LIK Bugangan Baru = 2 x 100 = 20 10 4. Untuk wilayah industri = 6 x 100 = 60 10 Dari hasil analisis diatas, didapat bahwa tingkat daya dukung lingkungan pada kawasan industri Terboyo Semarang, Terboyo Megah, dan LIK Bugangan Baru termasuk rendah , karena nilainya masuk dalam range 20-46 , yang artinya kemampuan lingkungan untuk mendukung kegiatan industri diatasnya adalah rendah. Sedangkan tingkat daya dukung lingkungan untuk wilayah industri sepanjang jalan Kaligawe termasuk sedang, karena masuk dalam range 47-73. Rendahnya daya dukung lingkungan disebabkan oleh faktor-faktor berikut :

1. Tidak adanya IPAL kawasan

Hampir semua industri tidak dilengkapi dengan jaringan IPAL. Sehingga air limbah langsung dibuang pada jaringan drainase yang berakibat pada kondisi saluran drainase dan sungai di sekitar daerah industri kurang baik warnanya hitam dan banyaknya sampah yang dibuang kedalam saluran. Apabila turun hujan mengakibatkan saluran tersumbat dan menghambat jalannya air, sehingga terjadi genangan. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan badan pengelola kawasan industri, karena mahalnya biaya operasional IPAL maka IPAL jarang dioperasikan dan langsung dibuang ke sungai terdekat. Sehingga akan berdampak pada daya dukung lingkungan.

2. Pengambilan air tanah yang ilegal

Setiap aktivitas industri memerlukan air bersih yang digunakan untuk proses produksi. Jaringan air bersih yang ada di kawasan industri Genuk sebagian besar menggunakan sumur artesis yang telah disediakan pengelola kawasan industri. Sumur artesis yang dimiliki tiap kawasan berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan air bersih tiap industri yang berkembang. Berdasarkan observasi lapangan, meskipun setiap kawasan industri telah disediakan sumur artesis kawasan, tetapi masih ada industri yang memiliki sumur artesis sendiri untuk mencukupi kebutuhannya. Namun yang disayangkan adalah bahwa pembuatan sumur artesis di setiap pabrik sebagian besar adalah ilegal tanpa ijin. Sehingga apabila tidak terkontrol kedalaman masing-masing sumur akan berpengaruh pada kondisi air tanah. Sedangkan jaringan air bersih yang ada di wilayah industri ada yang menggunakan PDAM dan ada yang menggunakan sumur artesis. Berdasarkan hasil kuesioner terhadap 46 industri, yang menggunakan sumur artesis sebanyak 34 industri. Apabila melihat kondisi tersebut, ternyata pemerintah tidak mampu mengawasi adanya pembuatan sumur artesis ilegal. Apabila pengambilan air tanah dilakukan secara terus menerus tanpa ijin, maka akan berdampak pada kualitas air tanah itu sendiri dan mengakibatkan lengkung penurunan muka air tanah. Pada daerah pantai, terjadinya penurunan air tanah dapat mengakibatkan terjadinya intrusi air laut, yang pada akhirnya akan menyebabkan permukaan tanah menjadi turun karena terbawanya partikel-partikel tanah yang ada dibawahnya oleh air laut yang masuk kedalam tanah. Sehingga dengan menurunnya muka tanah akan mudah terjadi genangan saat hujan maupun air pasang. Gambar 5.1 Terjadinya Intrusi Air Laut Sumber : Kodoatie, 2003

3. Kurangnya Pengelolaan Sampah