Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah

43 BAB III GAMBARAN DAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

3.1. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah

Dalam Bab III ini, diuraikan gambaran umum tentang kebijakan pengelolaan keuangan daerah, dengan maksud memperlihatkan: 1. PDRB, baik atas dasar harga konstan maupun atas dasar harga berlaku, sehingga dapat digunakan untuk mengamati perkembangan laju pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor potensial yang memberikan kontribusi terhadap laju pertumbuhan dimaksud dan untuk mengamati struktur perekonomian daerah, sehingga dapat digunakan untuk menentukan kebijakan umum anggaran bagi sektor yang mengalami dinamika pertumbuhan yang paling tinggi; 2. Kecenderungan peningkatan pendapatan daerah, dalam rangka memudahkan perumusan kebijakan untuk meningkatkan pendapatan, baik yang berasal dari PAD maupun dana perimbangan; 3. Kecenderungan pola-pola belanja, pembiayaan dan pengelolaan aset, sehingga dapat digunakan dalam rangka merumuskan kebijakan alokasi anggaran, dan sebagainya. Perkembangan perekonomian Kabupaten Maros sepanjang tahun 2005- 2009 berada pada situasi yang stabil, walupun dengan laju pertumbuhan moderat, sekitar 4,34, dengan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2008 yaitu sebesar 5,61 dan terendah pada tahun 2005 yaitu sebesar 3,11. Berdasarkan kondisi ini, perkiraan maksimal yang dapat diproyeksikan selama periode 2010 – 2015 adalah stabilitas laju pertumbuhan pada angka yang sama, dengan catatan bahwa eksternalitis yang memberikan pengaruh besar terhadap ekonomi lokal, terutama fluktuasi harga bahan bakar minyak dunia, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap sekelompok mata uang asing, laju pertumbuhan investasi dan kemampuan keuangan negara tidak mengalami gejolak yang tajam. Oleh karena itu, kebijakan makro untuk menumbuhkan peran serta masyarakat dalam 44 pembangunan serta menggalakkan pertumbuhan investasi daerah, terutama investasi skala menengah dan kecil yang melibatkan banyak pelaku serta berorientasi pada industri pengolahan bahan baku sektor pertanian dan perkebunan, tampil sebagai salah satu alternatif yang prospektif. Untuk mengetahui perkembangan dinamika perekonomian daerah dalam rangka menyusun proyeksi kebijakan dan anggaran lima tahun ke depan, berikut ini diuraikan gambaran umum tentang PDRB Kabupaten Maros. Kontribusi persentase PDRB Kabupaten Maros 2003 – 2008 yang terbesar adalah sektor pertanian, yaitu sebesar 44,43 persen 2003 menurun menjadi 37,79 persen 2008; kontribusi terbesar kedua adalah sektor industri pengolahan sebesar 20,50 persen; urutan ketiga adalah sektor jasa 18,74 persen; urutan keempat adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran 7,92 persen, urutan kelima adalah sektor keuangan 6,11 persen; dan urutan keenam yaitu sektor angkutan dan komunikasi sebesar 5,03 persen. Selama kurun waktu lima tahun telah terjadi pergeseran kontribusi sektor dalam PDRB; dimana peranan sektor pertanian cenderung menurun dan sektor industri meningkat peranannya, hal ini berarti bahwa struktur perekonomian Kabupaten Maros telah menjadi lebih kokoh. Dalam tahun-tahun mendatang diharapkan struktur perekonomian Kabupaten Maros akan menjadi semakin kokoh. Pertumbuhan ekonomi Kabupatern Maros 2010 – 2015 diperkirakan rata- rata pertahun sebesar 7,65 persen. Pertumbuhan ini dapat dicapai dengan catatan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tidak mengalami gejolak serta dalam kondisi perekonomian yang mendukung. Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi antara lain adalah gejolak perekonomian global, nasional dan regional yang banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi antara lain adalah kegiatan investasi di Kabupaten Maros, serta kondisi sosial politik yang mendukung. Pajak Daerah Kabupaten Maros pada tahun 2009 adalah sebesar Rp 9.148.000.000,- dibandingkan penerimaan tahun 2008 yaitu sebesar Rp 8.750.819.000,- berarti terdapat kenaikan 4,53 persen; demikian pula retribusi daerah pada tahun 2009 sebesar Rp 17.305.700.000,- mengalami peningkatan sebesar 85,20 persen dibandingkan tahun 2008 yaitu Rp 9.344.514.000,- . 45 Penerimaan retribusi daerah adalah lebih rendah dibandingkan pajak daerah, tetapi tingkat pertumbuhannya lebih tinggi. Efektivitas penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah, masing-masing masih berada di bawah 100 persen, di mana realisasi lebih rendah dibandingkan target yang ditetapkan, artinya sumber Pendapatan Asli Daerah PAD secara potensial masih dapat ditingkatkan pada masa mendatang. Sumber penerimaan pendapatan daerah yang terbesar 2009 adalah penerimaan DAU sebesar Rp. 316.396.340.000,- dan DAK sebesar Rp 57.046.000.000,-, yang ketiga adalah dana bagi hasil DBH pajak sebesar Rp 53.171.494.916,-. Perkembangan pendapatan Kabupaten Maros secara keseluruhan menunjukkan peningkatan. Peningkatan yang cukup besar tersebut mengindikasikan bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Maros telah berlangsung secara baik dan meningkat. Pendapatan dari sektor pajak daerah dan retribusi daerah yang merupakan sumber penerimaan terbesar dalam Pendapatan Asli Daerah PAD dari sektor retribusi daerah untuk tahun 2009 sebesar Rp. 15.120.210.000,- sementara dari sektor pajak daerah pada tahun 2009 sebesar Rp. 14.033.000.000,- Laba Perusahaan Milik Daerah BUMD menunjukkan peningkatan, pada tahun 2008 sebesar Rp 1.542.550.000,- dan pada tahun 2009 mencapai Rp 2.320.000.000,-. Laba perusahaan milik daerah ini diperoleh dari laba penyertaan saham Pemerintah Daerah pada Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan BPD Sulsel tahun 2009 sebesar Rp.31.000.000.000,- dan dari penerimaan lainnya pada tahun 2009 hanya sebesar Rp 82.638.069.501. Hal ini berarti bahwa pengelolaan dan pengembangan perusahaan daerah harus dibenahi dan ditangani secara serius. Pendirian perusahaan daerah di Kabupaten Maros sebenarnya memiliki potensi pengembangan, untuk itu diperlukan pengkajian khusus. 46

3.2. KEBIJAKAN UMUM KEUANGAN DAERAH