Membongkar Gurita Cikeas Di Balik Skandal Bank Century (Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk Buku Membongkar Gurita Cikeas Di Balik Skandal Bank Century Sub Bab Pelanggaran - Pelanggaran UU Pemilu Oleh Caleg - Caleg Partai Demokrat)
P R O G R A M S T U D I I L M U K O M U N I K A S I K O N S E N T R A S I J U R N A L I S T I K
F A K U L T A S I L M U S O S I A L D A N I L M U P O L I T I K
U N I V E R S I T A S K O M P U T E R I N D O N E S I A
B A N D U N G
2 0 1 2
MEMBONGKAR GURITA CIKEAS DI BALIK SKANDAL BANK
CENTURY
(Analisis Wacana Kritis Buku Membongkar Gurita Cikeas Di Balik
Skandal Bank Century Sub Bab Pelanggaran-Pelanggaran UU
Pemilu Oleh Caleg-Caleg Partai Demokrat.)
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi ujian sarjana Pada Program Sarjana Program Studi Ilmu
Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik
Oleh :
Yuda Saepuloh
NIM. 41808099
(2)
Beberapa waktu lalu publik
dikejutkan dengan kasus yang
banyak menyeret nama-nama
pejabat
tinggi
negeri
ini
terutama
pejabat
yang
mendukung
pemerintahan
yaitu
pemerintahan
Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY)
dan Boediono. Kondisi Partai
Demokrat yang merupakan
partai asuhan Susilo Bambang
Yudhoyono kini benar-benar
sedang dihempas badai besar.
skandal Bank Century yang belakangan
kian bergulir panas. Kasus tersebut
menjadi heboh karena ada tudingan
yang menyebutkan bahwa kucuran dana
talangan untuk Bank Century sebesar
Rp 6,1 triliun mengalir ke tim sukses
kampanye
Partai
Demokrat
dan
pemenangan
SBY-Boediono
pada
pemilu serta pilpres 2009. Tentu saja,
dugaan itu bukan semata asal tuduh.
Tim sukses Partai Biru yaitu Hartati
Murdaya dan Boedi Sampoerna yang
notabene nasabah kakap Bank Century
adalah penyokong dana kampanye
Partai Demokrat.
(3)
Pertanyaan Makro :
Dari beberapa penjabaran yang
telah
dijelaskan
pada
latar
belakang
penelitian
diatas,
peneliti dapat membuat suatu
rumusan
masalah
penelitian
sebagai berikut:
“
Bagaimana
Membongkar
buku Gurita Cikeas Di Balik
Skandal
Bank
Century
(Analisis Wacana Kritis Buku
Membongkar Gurita Cikeas Di
Balik Skandal Bank Century
Sub
Bab
Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu Oleh
Caleg-Caleg Partai Demokrat ?
Pertanyaan Mikro :
1.
Bagaimana
dimensi
teks
daribuku
“Membongkar
Gurita Cikeas; Di Balik Skandal
Bank Century dalam Sub Bab
Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu Oleh Caleg-Caleg
Partai
Demokrat”?
2. Bagaimana dimensi kognisi sosial
daribuku
“Membongkar
Gurita Cikeas; Di Balik Skandal
Bank Century dalam Sub Bab
Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu Oleh Caleg-Caleg
Partai
Demokrat”?
3.
Bagaimana
dimensi
konteks
sosial
daribuku
“Membongkar
Gurita Cikeas; Di
Balik Skandal Bank Century dalam Sub Bab
Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu Oleh
Caleg-Caleg Partai
Demokrat”?
(4)
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kegunaan
Dalam bidang kajian ilmu komunikasi, khususnya bidang jurnalistik,
mengenai penggunaan analisis wacana kritis dalam menganalisis
suatu teks, membedah berbagai unsur-unsur seputar wacana yang
terdapat dalam suatu teks, dan semoga dapat memperkaya keilmuan
analisis wacana dalam kajian ilmu komunikasi,termasuk jika
penelitian
ini
nantinya
dapat
dijadikan
sebagai
bahan
rujukanreferensi bagi penelitian-penelitian berikutnya dengan tema
yang sama, yaitu seputar analisis wacana.
(5)
Kerangka Pemikiran Teoritis
Pada penelitian ini peneliti akan membedah suatu teks
ditinjau dari teori wacana, teori wacana dari Teun A.
van Dijk, metode yang digunakan yaitu metode
Analisis Wacana Kritis (AWK) atau
CriticalDiscourse
Analysis
(CDA), dengan model analisis diadopsi dari
teori yangdikemukakan van Dijk tersebut.
Model analisis van dijk dilihat dari :
1.
Teks
2.
Kognisi Sosial
3.
Konteks Sosial
(6)
Objek Penelitian
Objek
Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah
Buku
Membongkar
Gurita
Cikeas Di Balik Skandal Bank
Century yang ditulis oleh George
Junus Aditjondro terdiri dari 181
halaman
dimana terdapat 7 Sub
Bab. Dalam penelitian ini peneliti
mengambil Sub Bab
Pelanggaran-pelanggran UU Pemilu Oleh
Caleg-Caleg
Partai
Demokrat
yang
terdapat dalam halaman 66-67
untuk dijadikan objek penelitian.
(7)
Metode Penelitian
•
Penelitian ini menggunakan metode analisis
wacana kritis
•
Dengan pendekatan kualitatif.
Teknik Pengumpulan Data
(8)
Teknik Analisis Data
Analisis data pada metode Van Dijk terdiri dari
tiga komponen yaitu :
1.
Analisis teks,
2. Analisis kognisi sosial,
(9)
Hasil Penelitian
Dimensi Teks
1. Analisis Tematik
2. Analisis Skematik
3. Analisis Semantik
4. Analisis Sintaksis
5. Analisis Stilistik
6. Analisis Metafora
(10)
1. Skema Person
2. Skema Diri
3. Skema Peran
(11)
Dimensi Konteks Sosial
Wacana
yang
berkembang
dalam masyarakat pada saat pemilu,
partai demokrat dikenal sebagai partai
yang bersih dari tindakan pelanggaran
ataupun kecurangan.
Media
massa
memberitakan
kecurangan ataupun pelanggaran yang
dilakukan oleh kader partai demokrat,
sehingga menyebabkan wacana yang
berkembang dalam masyarakat tentang
sisi
negatif
partai
demokrat
pun
menjadi sorotan.
(12)
Kesimpulan
Topik
yang
dikedepankan
dalam
buku
Membongkar Gurita Cikeas Di Balik Skandal Bank
Century Sub Bab Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu
Oleh Caleg-Caleg Partai Demokrat adalah Pelanggaran
yang dilakukan oleh caleg partai demokrat saat pemilu
dengan praktik pembelian suara
Kognisi sosial yang mempengaruhi George
Junus Aditjondro dalam menulis buku membongkar
Gurita Cikeas Di Balik Skandal Bank Century Sub Bab
Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu Oleh Caleg-Caleg
Partai Demokrat ialah partai pemenang pemilu, namun
kemenangan itu disebabkan oleh kecurangan dan
pelanggaran yang dilakukan partai demokrat di berbagai
daerah
Wacana yang berkembang dalam masyarakat
tentang kasus bank century yang dikaitkan dengan
partai demokrat dan banyaknya kader demokrat yang
melakukan kecurangan dalam pemilu legislatif
(13)
Saran
1. Masyarakat harus bisa menilai dengan bijak dan cerdas
terhadap pemimpinnya, serta ikut mengontrol dan
mengawasi kinerja pemerintah agar tidak terjadi
pelanggaran-pelanggaran hukum yang akibatnya dapat
merugikan kita semua
2. Media massa harus lebih bisa memberikan informasi
tentang apa yang sedang terjadi di negara ini kepada
masyarakat dengan berdasarkan fakta yang benar-benar
terjadi sehingga masyarakat dapat mengetahui
tindakan-tindakan pelanggaran hukum yang telah dilakukan,
sekaligus media massa ikut mengawasi agar tidak terjadi
tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh
siapapun dan kelompok manapun terutama saat pemilu
yang akan datang
(14)
(15)
(16)
MEMBONGKAR GURITA CIKEAS DI BALIK SKANDAL BANK CENTURY
(Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk Buku Membongkar
Gurita Cikeas Di Balik Skandal Bank Century Sub Bab
Pelanggaran- Pelanggaran UU Pemilu Oleh Caleg-Caleg
Partai Demokrat)
Skripsi
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (SI) pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik
Oleh,
YUDA SAEPULOH NIM. 41808099
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
(17)
JUDUL SUB JUDUL
PENYUSUN NIM
LEMBAR PENGESAHAN
Membongkar Gurita Cikeas Di Balik Skandal Bank Century
Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk Buku Membongkar Gurita Cikeas Di Batik Skandal Bank Century Sub Bab Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu Oleh Caleg-Caleg Partai Demolaat
YUDA SAEPULOH 41808099
Disahkan:
Bandung, Agustus 2012
Menyetujui, Pembimbing
Mengetatrui, Indonesia
(18)
iv
ABSTRAK
Membongkar Gurita Cikeas Di Balik Skandal Bank Century (Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk buku
Membongkar Gurita Cikeas Di balik Skandal Bank Century Sub Bab Pelanggaran-
Pelanggaran UU Pemilu Oleh Caleg- Caleg Partai Demokrat )
Oleh Yuda Saepuloh
NIM. 4188099
Skripsi ini di bawah bimbingan
Yadi Supriadi., S.Sos., M.Phil
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dimensi teks, dimensi kognisi sosial, dan dimensi dibalik buku Membongkar Gurita Cikeas Di Balik Skandal Bank Century Sub Bab Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu Oleh Caleg-Caleg Partai Demokrat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dimunculkan pertanyaan tentang bagaimana dimensi teks, dimensi kognisi sosial dan konteks sosial.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian analisis wacana kritis, teknik pengumpulan data yang dipakai adalah studi pustaka,dengan cara menanalisis teks yang ada di buku Membongkar Gurita Cikeas Di Balik Skandal Bank Century. Dalam penelitian ini informan digunakan hanya untuk data sekunder atau tambahan bukan untuk data primer karena analisis wacana kritis murni hasil pemikiran sendiri.
Hasil penelitian dimensi teks menunjukan bahwa George Junus Aditjondro secara jelas mengambil tema pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh caleg Partai Demokrat saat pemilu legislatif dalam buku Membongkar Gurita Cikeas Di Balik Skandal Bank Century Sub Bab Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu Oleh Caleg-Caleg Partai Demokrat. Kognisi sosial George Junus Aditjondro memandang kasus skandal Bank Century diduga berkaitan dengan Partai Demokrat dan kemenangan Partai Demokrat karena adanya kecurangan yang dilakukan oleh caleg Partai Demokrat. Konteks sosial, dimana wacana yang berkembang di masyarakat dipengaruhi oleh pemberitaan media massa tentang kasus Bank Century dan kecurangan yang dilakukan oleh Partai Demokrat saat pemilu.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa kemenangan partai demokrat saat pemilu diduga karena adanya kecurangan ataupun pelanggaran yang dilakukan Partai Demokrat maupun calegnya. Selain itu juga, peran media massa sangat mempengaruhi wacana yang berkembang di masyarakat tentang kasus skandal Bank Century serta kecurangan ataupun pelanggaran yang dilakukan oleh Partai Demokrat saat pemilu.
Saran dalam penelitian ini adalah Masyarakat harus bisa menilai dengan bijak dan cerdas terhadap pemimpinnya, serta ikut mengontrol dan mengawasi kinerja pemerintah agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran hukum yang akibatnya dapat merugikan kita semua
Kata Kunci : Analisis Wacana Kritis, Skandal Bank Century, Politik, Partai Demokrat, Dimensi Teks, Dimensi Kognisi Sosial, Dimensi Konteks Sosial
(19)
v
ABSTRACT
Membongkar Gurita Cikeas Di Balik Skandal Bank Century (Critics text analyse Teun A. Van Dijk of Book Membongkar Gurita
Cikeas Di balik Skandal Bank Century Sub part of Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu
Oleh Caleg-Caleg Partai Demokrat)
By
Yuda Saepuloh NIM. 4188099
This mini-thesis is under advise by
Yadi Supriadi., S.Sos., M.Phil
This research is taken for knowing the text dimension, cognitive dimension, social contecs of book Membongkar Gurita Cikeas Di balik Skandal Bank Century Sub part of Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu Oleh Caleg-Caleg Partai Demokrat. To achieve the goal, some questions has been issued likes how text dimension, if it see from book text, also social cognitive dimension from book text and at least social contecs of book text.
For this research, has been using qualitative approach which critics text analyse method. Fot the technic is using documentary studied by analyse the book of Membongkar Gurita Cikeas Di balik Skandal Bank Century.Informants in this study used only for secondary data or not additional to the primary data for critical discourse analysis of pure thought alone.
The result showed that George Junus Aditjondro as a writer clearly wrote theme a serious offenses by some parlement candidates of Democrat party under his book Membongkar Gurita Cikeas Di balik Skandal Bank Century Sub part of Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu Oleh Caleg-Caleg Partai Demokrat. Social cognition George Junus Aditjondro Century Bank looked at cases of alleged scandals associated with the Democratic Party and the Democratic victory because of fraud committed by the Democratic candidates. Social context, where the news media about the case of Century Bank and the fraud committed by the Democrats when the election affects the discourse developed in the community.
From this research could be taken conclusion that superiority of Democrat party in parlement elections were suspected by some fraud and violations by there candidates. Mean while, mass media report has a significant ambiance for the people specially opinion for Democrat party and his violations.
The research suggest is society have to value with wise and smart to their leader, also follow and watching government work so there will be no occur infraction law which can consequence loss to us.
Key Words : Critics Text Analyse , Century Bank Scandal, Politic, Democrat Party, Text Dimension, Cognitive Sosial, Sosial Conteks
(20)
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Alhamdulillah Puji syukur Peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan karunia – Nya pada akhirnya Peneliti dapat membuat dan menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
Ada pun tujuan dari skripsi ini adalah sebagai syarat untuk mengikuti sidang ujian sarjana pada program studi Ilmu Komunikasi konsentrasi Jurnalistik.
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti berharap semoga skripsi ini bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi banyak orang terutama bagi para pembaca. Dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, saya sebagai peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yth, Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A, selaku Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).
2. Yth, Bapak Drs. Manap Solihat, M. Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Komunikasi, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Yang telah memberikan dukungan kepada peneliti dan yang telah memberikan izin lewat penandatanganan surat-surat administrasi yang diajukan peneliti.
3. Yth, Ibu Melly Maulin P, S.Sos., M.Si, selaku Dosen Wali Peneliti Program
(21)
vii
kasih atas dukungannya kepada peneliti dan masukan ilmunya dalam proses perkuliahan
4. Yth, Bapak Yadi Supriadi, S.Sos., M.Phil,, selaku Dosen Pembimbing
dalam penyusunan skripsi ini yang telah banyak memberikan arahan, waktu dan tempat untuk membimbing peneliti dari mulai penyusunan usulan Peneltian ini dilanjutkanke penyusunan skripsi sampai dengan selesai tepat pada waktunya.
5. Bapak dan Ibu Dosen Prodi Ilmu Komunikasi,Ibu Desayu Eka Surya
S.Sos. M.Si, Ibu Rismawaty S.Sos., M.Si. Bapak Adiyana Slamet S.IP.,
M.Si. Bapak Arie Prasetyo S.Sos. M.Si. Bapak Olih Solihin S.Sos.,
M.Kom. Ibu Tine A Wulandari S.Ikom. Bapak Sangra Juliano S.Ikom.
Bapak Inggar Prayoga S.Ikom, dan lainnya yang tidak bisa peneliti sebutkan
satu persatu terima kasih atas dukungan dan masukannya mengenai skripsi yang diajukan peneliti.
6. Sekertariat Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Komputer Indonesia. Ibu Ratna Widiastuti, A.Md Terima kasih kepada atas
kemudahan proses administrasi.
7. Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi. Ibu Astri Ikawati
AMd.Kom dan Ibu Intan S S.Ikom. Terima kasih atas kemudahan proses
administrasi.
8. Ibu dan Bapak, selaku orang tua peneliti yang sudah banyak memberikan
(22)
viii
Keluarga Tercinta yang sudah memberikan dorongan baik itu materil maupun immateril.
9. Sahabat-sahabat seperjuangan : Alfariz, Aris, Rezza , Zaenal, Taufik, terima
kasih dukungan, masukan, serta kebersamaannya LUR, dan teman –teman IK3 sertaIk Jurnalistik yang tidak bisa peneliti sebut satu persatu.Terima kasih untuk kalian yang selalu mengingatkan kalian bakalan selalu jadi sahabat terbaik. Mega Indah Puspasari, terimakasih kasih sayangnya, dukungan serta
semangatnya dan doanya sehingga penyusunan skripsi ini berjalan lancar. I Love You !
10.Teman-teman sekaligus saudara-saudara peneliti, Abey, Isenk, Vani, Bos
Abie, Arie yang selalu menyemangati dan mendukung penelti.
Akhir kata, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu Peneliti dalam skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi Peneliti khususnya dan pembaca sekalian umumnya.
Bandung, Juli 2012
(23)
ix
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN ... i LEMBAR PERNYATAAN ... ii LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii ABSTRAK ... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR ... vi DAFTAR ISI ... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR BAGAN ... xiii DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan masalah... ... 8 1.2.1 Pertanyaan Makro ... 8 1.2.2 Pertanyaan Mikro ... 9 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... . 9
1.3.1 Maksud Penelitian ... . 9 1.3.2 Tujuan Penelitian ... . 9 1.4 Kegunaan Penelitian ... . 10
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... . 10 1.4.2 Kegunaan Praktis ... . 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka ... 12 2.1.1 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 12 2.1.1.1 Pengertian Komunikasi ... 12 2.1.1.2 Proses Komunikasi ... 14
(24)
x
2.1.1.3 Unsur-Unsur Komunikasi ... 16 2.1.1.4 Tujuan Komunikasi ... 17 2.1.1.5 Lingkup Komunikasi ... 18 2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa ... 21 2.1.2.1 Pengertian Komunikasi Massa ... 21 2.1.2.2 Fungsi Komunikasi Massa ... 22 2.1.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Massa ... 23 2.1.3 Tinjauan Tentang Jurnalistik ... 25 2.1.3.1 Pengertian dan Sejarah Jurnalistik ... 25 2.1.3.2 Ruang Lingkup Pembahasan Jurnalistik ... 27 2.1.4 Tinjauan Tentang Analisis Wacana Kritis ... 30 2.1.4.1 Pengertian Analisis Wacana Kritis ... 30 2.1.4.2 Karakteristik Analisis Wacana Kritis ... 31 2.1.5 Analisis Wacana Kritis Model Teun A. Van Dijk ... 34 2.1.5.1 Kerangka Analisis Wacana Model Teun A. van Dijk ... 36 2.2 Kerangka Pemikiran ... 39 2.2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 39 2.2.2 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 45
BAB III OBJEK PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian ... 50 3.1.1 Sub Bab Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu Oleh
Caleg-Caleg Partai Demokrat ... 52 3.1.2 Tentang Penulis ... 53 3.2 Metode Penelitian ... 56 3.2.1 Desain Penelitian ... 56 3.2.2 Teknik Pengumpulan data ... 60 3.2.3 Teknik Analisa Data ... 60 3.2.3.1 Analisis Teks ... 62 3.2.3.2 Analisis Kognisi Sosial ... 63 3.2.3.3 Analisis Konteks Sosial ... 64
(25)
xi
3.2.4 Jadwal Penelitian ... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Buku Membongkar Gurita Cikeas Di Balik Skandal Bank Century Sub Bab Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu
Oleh Caleg-Caleg Partai Demokrat ... 66 4.2 Hasil Penelitian ... 68 4.2.1 Hasil Analisis Dimensi Teks ... 69 4.2.1.1 Analisis Tematik ... 69 4.2.1.2 Analisis Skematik ... 70 4.2.1.3 Analisis Semantik ... 71 4.2.1.4 Analisis Sintaksis ... 73 4.2.1.5 Analisis Stilistik ... 75 4.2.1.6 Analisis Retoris ... 76 4.2.2 Hasil Analisis Kognisi Sosial ... 77 4.2.3 Hasil Analisis Dimensi Konteks Sosial ... 81 4.3 Pembahasan ... 83 4.3.1 Dimensi Teks ... 84 4.3.2 Dimensi Kognisi Sosial ... 93 4.3.3 Dimensi Konteks Sosial ... 98 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 101 5.1.1 Dimensi Teks ... 101 5.1.2 Dimensi Kognisi Sosial ... 103 5.1.3 Dimensi Konteks Sosial ... 104 5.2 Saran ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... . 106
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 108
(26)
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kerangka Analisis Van Dijk ... 61 Tabel 3.2 Elemen Wacana Van Dijk ... 62 Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 66
(27)
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Konseptual Model Teun A. Van Dijk ... 46
(28)
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Persetujuan Menjadi Pembimbing Skripsi ... 108
Lampiran 2 Berita Acara Bimbingan ... 109
Lampiran 3 Surat Rekomendasi Pembimbing Untuk Mengikuti Seminar
Usulan Penelitian ... 110
Lampiran 4 Surat Rekomendasi Pembimbing Untuk Mengikuti Sidang
Sarjana ... 111
Lampiran 5 Lembar Revisi Usulan Penelitian ... 112
Lampiran 6 Lembar Revisi Skripsi ……….. 113
Lampiran 7 Pedoman Wawancara ……… 114
Lampiran 8 Foto Cover Depan Buku Membongkar Gurita Cikeas
(29)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Partai Demokrat adalah partai penguasa, dibentuk pada era reformasi. Partai ini didirikan pada 9 September 2001 dan disahkan pada 27 Agustus 2003. Partai ini didirikan untuk mengusung Pak SBY menjadi presiden. Selain Partai Demokrat, tercatat beberapa partai yang juga didirikan setelah reformasi seperti PKB dan PKS. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) didirikan lebih awal di Jakarta pada 20 April 2002, yang merupakan kelanjutan dari Partai Keadilan (PK) yang didirikan di Jakarta pada 20 Juli 1998.
Pada pemilu 2004, Demokrat mampu menarik konstituen
sebanyak8.455.225 (7,45 persen) dari total jumlah suara, 113.462.414 suara (91,19%) yang dinyatakan sah. Pada pemilu 2009, Partai Demokrat mampu menangguk 21.703.137 suara (20,85 persen) dari jumlah Jumlah suara sah: 104.099.785 (dari jumlah pemilih : 121.588.366 orang.
Kekuatan Partai Demokrat nampaknya mulai runtuh sejak kasus mantan bendaharanya M Nazaruddin diberitakan secara intens di media massa. Terlebih setelah nyanyian Nazar mampu menyentuh dan menyeret Angelina Sondakh, wanita manis yang demikian populer di Partai Demokrat. Terkenal sebagai mantan putri Indonesia yang cerdas dan fasih berbahasa Inggris, mantan isteri Almarhum Adjie Masaid, dan politisi yang selalu tampil indah dan menonjol pada setiap acara besar Demokrat.
(30)
2
Sejak kasus Century, publik setiap saat menonton tayangan di media bak silat hebat. Perseteruan politik diawali di DPR, Partai Demokrat terus dikepung dan digebuki dengan berita miring beraroma korupsi. Kasus berlanjut dan mencapai klimaks setelah mantan bendaharanya Nazaruddin membuat pengakuan adanya upaya sistematis pencarian uang untuk kepentingan beberapa tokoh atau elit utama partainya. Bahkan terjadi money politic dari uang haram saat Anas terpilih sebagai ketua umum.
Publik yang setiap hari dijejali berita tergerusnya uang negara oleh beberapa koruptor yang diindikasikan dari Demokrat akhirnya semakin percaya bahwa Partai Demokrat menjadi sarangnya koruptor. Hal ini kemudian dipertegas
dengan sinetron Anggie yang cantik dan diberi lebel sebagai kartu „tukang bohong‟. Makin lengkaplah kerusakan Partai Demokrat tersebut.
(http://politik.kompasiana.com/2012/02/20/akan-runtuhkah-partai-demokrat/ diakses tanggal 24 Mei 2012 pukul 00.27)
Kondisi Partai Demokrat yang merupakan partai asuhan Susilo Bambang Yudhoyono kini benar-benar sedang dihempas badai besar. Elektabilitas partai berkuasa itu kian anjlok, khususnya selama periode kedua Susilo Bambang Yudhoyono menjabat sebagai presiden.
Dalam kasus partai politik, kita sangat jarang melihat transparansi data keuangan dalam hal siapa penyumbang dana yang mereka terima, berapa jumlahnya dan kemana dana tersebut dipergunakan. Ketidakterbukaan sumber dan penggunaan dana parpol menimbulkan berbagai spekulasi adanya aliran dana
(31)
3
terselubung dari pihak-pihak tertentu kepada partai salah satu parpol, khususnya parpol pemenang Pemilu.
Dalam periode Presiden SBY, transparansi keuangan Partai Demokrat juga sejauh ini belum tersedia dalam media publik. Misalnya berapa dana yang berhasil dihimpun oleh Partai Demokrat selama kampanye pemilihan calon legislatif dan Pilpres kemarin. Dari mana saja sumber dana tersebut dan bagaimana pendistribusiannya sesuai kebutuhan pada saat kampanye. Misalnya, berapa dana yang diperoleh dari iuran anggota, sumbangan politisi demokrat, sumbangan pengusaha atau lembaga yang bersifat tidak mengikat.
Tidak transparannya manajemen keuangan Parpol ini, telah menimbulkan swasangka yang berkepanjangan. Kasus bailout Bank Century yang dipersepsi akibat terjadinya krisis global, misalnya, telah ditarik ke ranah politik berupa adanya penyaluran dana bailout tersebut ke salah satu partai politik tertentu.
Transparansi keuangan Partai Politik jelas sangat dibutuhkan untuk menghindari berbagai spekulasi dan kecurigaan masyarakat terhadap setiap partai Politik. Pemerintah harus menetapkan aturan bagi semua partai politik yang ada untuk menyampaikan laporan tertulis ke masyarakat di koran-koran nasional secara periodik, khususnya setelah penyelenggaraan Pemilu.
Dengan proses keterbukaan semacam ini, masyarakat bisa menilai mana partai yang benar-benar bersih dan mana partai yang menerima dana dari pihak yang tidak jelas. Partai dengan sistem manajemen keuangan yang jelas dapat diharapkan akan mengelola keuangan Negara secara jelas dan terbuka. Sebaliknya, partai-partai yang tidak jelas sumber dananya dan penggunaannya,
(32)
4
bisa diduga akan mengelola keuangan Negara secara tidak transparan pula.Menurut Undang-Undang Parpol No 31/2002, setiap parpol yang mendaftarkan diri ke Departemen Hukum dan HAM harus menyerahkan laporan keuangannya setiap tahun ke KPU.
Transparansi dan akuntabilitas keuangan partai politik sangat diperlukan untuk mencegah kecurigaan masyarakat mengenai adanya aliran dana terlarang yang dipakai membiayai kampanye partai politik saat pemilu. Peraturan dan sanksi yang tegas dari pemerintah atau KPU perlu agar kebijakan ini berjalan efektif. Di samping itu, peraturan-peraturan yang menghambat partai untuk memperoleh dana secara legal melalui badan usaha harus ditinjau ulang sehingga partai-partai mampu mandiri dan terhindar dari tindakan-tindakan penggalangan dana yang dilarang oleh undang-undang.
Satu permasalahan belum usai, kasus pelik kembali menghantam SBY berikut kendaraan politiknya, yaitu Partai Demokrat. Apa lagi kalau bukan skandal Bank Century yang belakangan kian bergulir panas. Kasus tersebut menjadi heboh karena ada tudingan yang menyebutkan bahwa kucuran dana talangan untuk Bank Century sebesar Rp 6,1 triliun mengalir ke tim sukses kampanye Partai Demokrat dan pemenangan SBY-Boediono pada pemilu serta pilpres 2009. Tentu saja, dugaan itu bukan semata asal tuduh. Tim sukses Partai Biru yaitu Hartati Murdaya dan Boedi Sampoerna yang notabene nasabah kakap Bank Century adalah penyokong dana kampanye Partai Demokrat.
Diterbitkannya buku “Membongkar Gurita Cikeas; Di Balik Skandal Bank
(33)
5
kinerja pemerintahan SBY dan bukan untuk menyerang lingkungan keluarga SBY
atau Cikeas. Buku “Membongkar Gurita Cikeas; Di Balik Skandal Bank Century”
terdiri dari beberapa Sub Bab salah satunya yaitu Bab Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu oleh Caleg-Caleg Partai Demokrat yang merupakan inti dari buku
“Membongkar Gurita Cikeas; Di Balik Skandal Bank Century”. Penulis buku “Membongkar Gurita Cikeas; Di Balik Skandal Bank Century” ialah George
Junus Aditjondro, ia merupakan mantan jurnalis TEMPO (1971-1979) ia juga mengajar di Program Studi Ilmu Religi Dan Budaya (IRB) Universitas Sanata Darma, Yogyakarta. Buku yang pernah ditulisnya antara lain berjudul Korupsi Kepresidenan: Reproduksi Oligarki Berkaki Tiga: Istana, Tangsi, dan Partai Penguasa, Yogyakarta: LKIS, 2006.
Dalam sub bab Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu Oleh Caleg-Caleg Partai Demokrat berisi tentang dimana potensi pelanggaran UU Pemilu banyak terjadi karena adanya rangkap jabatan sejumlah pejabat Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II dengan anggota kepengurusan yayasan-yayasan. Dalam buku ini juga disebutkan bahwa ada pembelian suara yang dilakukan oleh putra bungsu SBY, yaitu Edhie Baskoro Yudhoyono, di kampung halamannya di Pacitan, Jawa Timur, April 2009. Menurut laporan dua orang saksi, tim kampanye Edhie Baskoro Yudhoyono membagi-bagi amplop berisi uang Rp 10 ribu disertai foto Edhie Baskoro Yudhoyono ke calon-calon pemilih di Desa Clembem, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo, 3 April 2009.
(34)
6
Atas alasan itu pula pada penelitian ini saya akan meneliti buku
“Membongkar Gurita Cikeas; Di Balik Skandal Bank Century dalam Sub Bab Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu Oleh Caleg-Caleg Partai Demokrat”
Penelitian ini adalah penelitian yang sedikit banyak akan berbicara tentang isi dari buku Membongkar Gurita Cikeas Di Balik Skandal Bank Century dalam Sub Bab Pelangggaran-Pelanggaran UU pemilu Oleh Caleg-Caleg Partai Demokrat. Dimana menurut buku yang ditulis oleh George Junus Aditjondro ini Partai Demokrat melalui kader-kadernya melakukan pelanggaran hukum yang selama ini tidak terjamah oleh para penegak hukum serta tidak begitu diketahui oleh masyarakat Indonesia. Selama ini masyarakat menganggap Partai Demokrat dengan sosok SBY melakukan politik yang bersih dari pelanggaran hukum ternyata itu sedikit meleset dari anggapan masyarakat, karena kader-kader Partai Demokrat sekarang banyak yang tersangkut kasus-kasus hukum terutama kasus korupsi.
Terlepas dari banyaknya pro-kontra tentang buku ini, banyak yang mengganggap bahwa buku ini hanya kumpulan berita-berita dari media massa sehingga data-data yang terdapat dalam buku ini sempat diragukan kebenarannya, namun itulah salah satu dari efek pemberitaan media massa.
Pada penelitian buku “Membongkar Gurita Cikeas; Di Balik Skandal Bank Century dalam Sub Bab Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu Oleh Caleg-Caleg
Partai Demokrat”, saya menggunakan teori analisis wacana kritis yang dikemukakan oleh Teun A. van Dijk karena, menurut saya teori analisis yang dikemukakan oleh Van Dijk lebih komplek dan menyeluruh, sehingga saya dapat
(35)
7
meneliti wacana yang terkandung di dalam buku Membongkar Gurita Cikeas Di Balik Skandal Bank Century Sub Bab Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu oleh Caleg-Caleg Partai Demokrat, dimana oleh van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi atau bangunan, yaitu dimensi teks, kognisi sosial dan konteks sosial.
Sebagai gambaran umum, analisis van Dijk menghubungkan analisistekstual (yang memusatkan perhatian pada teks), ke arah analisis yangkomprehensif bagaimana analisis teks itu diproduksi, baik dalam hubungannyadengan individu yang membuat teks (dalam penelitian ini George Junus Aditjondro) maupundari masyarakat. Menurut Eriyanto, “teks merupakan sesuatu yang dibentuk di dalam prakteknya diskursus suatu praktek wacana” (Eriyanto, 2001: 222).
Disini, Van Dijk membuat suatu jembatan yang menghubungkan elemen besar berupa struktur sosial dengan elemen wacana mikro dengan sebuah dimensi yang dinamakan kognisi sosial.
Menurut Van Dijk, dalam hal ini kognisi sosial memiliki dua arti. Satu sisi menunjukkan bagaimana proses teks tersebut diproduksi oleh media di sisi lain bagaimana nilai-nilai yang ada didalam masyarakat diserap oleh kognisi wartawan yang kemudian digunakan untuk menulis teks berita. Van Dijk menggambarkan wacana memiliki tiga dimensi yang menjadi perhatian utama itu adalah teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Pada dasanya analisis Van Dijk ini menggabungkan ketiga dimensi itu kedalam suatu kesatuan analisis. Ketiga dimensi itu memiliki pusat perhatian masing-masing. Dimensi teks meneliti bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan
(36)
8
suatu tema tertentu. Dimensi kognisi sosial meneliti proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Aspek ketiga yaitu konteks sosial mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu hal atau suatu permasalahan.
Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkanpada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksiyang harus juga diamati. Proses produksi itu, dan pendekatan ini sangat khas vanDijk, melibatkan suatu proses yang disebut sebagai kognisi sosial.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Pertanyaan Makro
Dari beberapa penjabaran yang telah dijelaskan pada latar belakang penelitian diatas, saya dapat membuat suatu rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
“Membongkar Gurita Cikeas Di Balik Skandal Bank Century (Analisis Wacana Kritis Buku Membongkar Gurita Cikeas Di Balik Skandal Bank
Century Sub Bab Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu Oleh Caleg-Caleg
(37)
9
1.2.2 Pertanyaan Mikro
1. Bagaimana dimensi teks daribuku “Membongkar Gurita Cikeas; Di Balik Skandal Bank Century dalam Sub Bab Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu Oleh Caleg-Caleg Partai Demokrat”?
2. Bagaimana dimensi kognisi sosial daribuku “Membongkar Gurita Cikeas; Di Balik Skandal Bank Century dalam Sub Bab Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu Oleh Caleg-Caleg Partai Demokrat”?
3. Bagaimana dimensi konteks sosial daribuku “Membongkar Gurita Cikeas; Di Balik Skandal Bank Century dalam Sub Bab Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu Oleh Caleg-Caleg Partai Demokrat”?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis wacana dengan menggunakan metode analisis wacana kritis, sedangkan teori wacana yangdipakai adalah teori wacana dari Teun A. van Dijk, yang digunakan untukmenganalisis
wacana yang terdapat dalam buku “Membongkar Gurita Cikeas; Di Balik Skandal Bank Century Sub Bab Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu Oleh Caleg-Caleg
Partai Demokrat”.
1.3.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dimensi teks daribuku “Membongkar Gurita Cikeas; Di Balik Skandal Bank Century dalam Sub Bab Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu Oleh Caleg-Caleg Partai Demokrat”.
(38)
10
2. Untuk mengetahui dimensi kognisi sosial daribuku “Membongkar Gurita Cikeas; Di Balik Skandal Bank Century dalam Sub Bab Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu Oleh Caleg-Caleg Partai Demokrat”.
3. Untuk Mengetahui dimensi konteks sosial daribuku “Membongkar Gurita Cikeas; Di Balik Skandal Bank Century dalam Sub Bab Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu Oleh Caleg-Caleg Partai Demokrat”.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kegunaan, bagi universitas diharapkan dapat menjadi tambahan bagi pengembangan ilmu pengetahuan karya ilmiah penelitian skripsi. Dalam bidang kajian ilmu komunikasi, khususnya bidang jurnalistik, mengenai penggunaan analisis wacana kritis dalam menganalisis suatu teks, membedah berbagai unsur-unsur seputar wacana yang terdapat dalam suatu teks, dan semoga dapat memperkaya keilmuan analisis wacana dalam kajian ilmu komunikasi.
1.4.2 Kegunaan Praktis
A. Bagi Peneliti
Kegunaan penelitian ini bagi saya adalah memberikan tambahan wawasan pengetahuan Ilmu Komunikasi terutama pada bidang kajian ilmu jurnalistik tentang analisis wacana, bahwa memahami suatu tekstidak hanya suatu bentuk tulisan yang tak bernyawa dan tanpa maksud apa-apa, oleh karena setiap teks itu memiliki wacana tersembunyi.
(39)
11
B. Bagi Lembaga / Universitas
Penelitian ini diharapkan berguna bagi bidang kajian Ilmu Komunikasi. Dan juga dapat menjadi bahan penerapan dan pengembangan dalam kajian Ilmu Komunikasi, dan juga sebagai bahan perbandingan dan pengembangan referensi tambahan bagi penelitian dengan tema sejenis tentang analisis wacana.
C. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat diharapkan penelitian dapat bermanfaat sebesar-besarnya dan masyarakat mempunyai gambaran terhadap isi dari buku Membongkar Gurita Cikeas Di Balik Skandal Bank Century dengan melihat kasus-kasus yang terjadi sekarang ini yang membelit Partai Demokrat. Selain itu juga penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi masyarakat dalam melihat kasus-kasus yang sedang terjadi di negara ini khususnya kasus-kasus hukum yang menimpa partai politik.
(40)
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA & KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi
2.1.1.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa latin communication, dan perkataan ini bersumber pada kata communis, yang artinya adalah sama, yaitu sama makna menganai satu hal. Jadi komunikasi akan berlangsung apabila orang-orang yang terlibat di dalamnya mempunyai kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, maka dengan demikian pernyataan yang dilontarkan akan mudah dimengerti dan bersifat komunikatif.
Dalam pergaulan hidup manusia dimana masing-masing individu satu sama lain itu terjadi interaksi, saling mempengaruhi demi kepentingan dan keuntungan pribadi masing-masing terjadilah saling mengungkapkan pikiran dan perasaan ke dalam bentuk percakapan yang kita sebut kedalam komunikasi.
“Pada hahikatnya komunikasi adalah proses penyataan antara
manusia. Yang dinyataka itu adalah dikirakan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan sebagai alat penyalurnya”. (Effendy, 1993 : 28)
(41)
13
Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A mengemukakan
pengertian komunikasi sebagai berikut : “komunikasi adalah proses
menyampaikan pikiran atau perasaan oleh komunikator kepada
komunikan”. (Effendy, 1990 : 11). Berdasarkan pengertian tersebut, nampak bahwa komunikasi merupakan usaha untuk menyampaikan pemikiran atau perasaan berupa lambang-lambang berupa bahasa atau berupa gambaran yang menjadi rangsangan komunikator, memberikan rangsangan (stimuli) sikap, ide atau pemahaman dapat dimengerti oleh komunikan.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi mengandung arti usaha menyamapikan gagasan, yang mana gagasan tersebut diusahakan untuk memiliki arti yang sama atau kesamaan makna. Apabila dalam suatu percakapan terjadi perbedaan pengertian atau perbedaan makna antara yang berbicara dengan yang diajak bicara, maka dalam hal ini komunikasi tidak akan berjalan lancar. Komunikasi baru dapat berlangsung efektif, apabila antara yang berbicara dengan yang diajak berbicara memiliki makna yang sama tentang sesuatu objek tertentu.
Shannon & Weaver, 1949, “Komunikasi adalah bentuk interaksi
manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan
(42)
14
Menurut Brent D. Rubeen yang dikutip oleh Arni mengemukakan definisi mengenai komunikasi manusia yang lebih komprehensif sebagai berikut :
“Komunikasi manusia adalah suatu proses melalui mana individu
dalam hubungannya, dalam kelompok, organisasi dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan dan menggunakan informasi untuk
mengkoordinasi lingkungannya dan barang lain”.
Pada definisipun komunikasi juga dikatakan sebagai suatu proses yaitu suatu aktivitas yang mempunyai beberapa tahap yang terpisah satu sama lain tetapi berhubungan. (Muhammad, 2001 : 3)
Dari definisi menurut Rubeen disimpulkan bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang hidup di masyarakat selalu saling berhubungan satu sama lain dan saling berinteraksi melalui kegiatan komunikasi untuk bertukar informasi.
2.1.1.2 Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya).
(43)
15
“Komunikasi adalah suatu upaya yang sistematis untuk memutuskan
secara tegar asas-asas dan atas dasar asas-asas tersebut disampaikan
informasi serta bentuk pendapat dan sikap”. (Effendy, 1993 : 16)
Menurut Shannon dan Weaver (1949) mengatakan bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atu tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal akspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.
Dengan demikian komunikasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menyatakan gagasan atau tidak kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang berupa bahasa, gambar-gambar atau tanda-tanda yang berarti bersikap umum. Sedangkan menurut Bernard Berelsan dan Barry A Strainer dalam karyanya “Human
Behavior” mendefinisikan komunikasi sebagai berikut :
“Komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan gambar-gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain, kegiatan atau proses penyampaianlah yang
biasanya dinamakan komunikasi”. (Effendy, 1992 : 48)
Dari definisi diatas, mengandung kesamaan yaitu adanya proses atau usaha diindividu untuk merubah individu lain, yang domengerti oleh kedua belah pihak yang melakukan komunikasi.
(44)
16
2.1.1.3 Unsur-unsur Dalam Proses Komunikasi
1. Sender, yaitu komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.]
2. Encoding, yaitu penyandian, proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.
3. Massage, yaitu pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikastor.
4. Media, yaitu saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator ke pada komunikan.
5. Decoding, yaitu pengawasandian, yaitu proses dimana komunikasi menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
6. Receiver, yaitu komunikasn yang menerima pesan dari komunikator. 7. Response, yaitu tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah
ditepa pesan.
8. Feedback, yaitu unpan balik berupa tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.
9. Noise, yaitu gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibatditerimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikatr kepadanya. ( Canggara, 1998 : 23 )
(45)
17
2.1.1.4 Tujuan Komunikasi
1. Mengubah sikap ( to change the attitude )
seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, dalam pembahasan fungsi komunikasi, adalah mempengaruhi seseorang. Tahap selanjunya setelah seseorang terpengaruh ia akan merubah sikapnya. Inilah salah satu tujuan komunikasi. Mengubah sikap seseorang menjadi suatu sikap yang diharapkan oleh si pemberi informasi.
2. Mengubah opini / pendapat / pandangan ( to change the opinion ) Salah satu tujuan komunikasi adalah mengubah pendapat atau opini seseorang sesuai dengan yang diharapkan oleh pihak tertentu.
3. Mengubah perilaku ( to change the behavior )
Mengubah perilaku seseorang sesuai dengan informasi yang telah diberikan sehingga berperilaku sesuai yang diharapkan oleh si pemberi informasi.
4. Mengubah masyrakat ( to change the socoety )
Apabila dalam point di atas perilaku dititikberatkan lebih kepada individu, dalam point ini, perubahan dititikberatkan pada suatu kelompok yang bersifat lebih dari satu, bahkan lebih dari dua. Sehingga perubahan terjadi secara masal ( Effendy, 2002 : 55).
(46)
18
2.1.1.5 Lingkup Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (2003:52), ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah dan meneliti kegiatan-kegiatan komunikasi manusia yang luas ruang lingkup (scope)-nya dan banyak dimensinya. Para mahasiswa acap kali mengklasifikasikan aspek-aspek komunikasi ke dalam jenis-jenis yang satu sama lain berbeda konteksnya. Berikut ini adalah penjenisan komunikasi berdasarkan konteksnya.
A. Bidang Komunikasi
Yang dimaksud dengan bidang ini adalah bidang pada kehidupan manusia, dimana diantara jenis kehidupan yang satu dengan jenis kehidupan lain terdapat perbedaan yang khas, dan kekhasan ini menyangkut pula proses komunikasi. Berdasarkan bidangnya, komunikasi meliputi jenis-jenis sebagai berikut:
1. Komunikasi sosial (sosial communication)
2. Komunikasi organisasi atau manajemen (organizational or management communication)
3. Komunikasi bisnis (business communication)
4. Komunikasi politik (political communication)
5. Komunikasi internasional (international communication)
6. Komunikasi antar budaya (intercultural communication)
7. Komunikasi pembangunan (development communication)
(47)
19
B. Sifat Komunikasi ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut:
1. komunikasi verbal (verbal communicaton)
a. Komunikasi lisan b. Komunikasi tulisan
2. komunikasi nirverbal (nonverbal communication)
a. Kial (gestural)
b. Gambar (pictorial)
3. tatap muka (face to face)
4. bermedia (mediated)
C. Tatanan Komunikasi yang dimaksud dengan tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang, atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi komunikasi seperti itu, maka diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut:
a. Komunikasi Pribadi (Personal Communication)
Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication)
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) b. Komunikasi Kelompok (Group Communication)
Komunikasi kelompok kecil (small group communication)
Komunikasi kelompok besar (big group communication) c. Komunikasi Massa (Mass Communication)
(48)
20
Komunikasi media massa elektronik (electronic mass media)
D. Fungsi Komunikasi Fungsi Komunikasi antara lain:
a. Menginformasikan (to Inform)
b. Mendidik (to educate) c. Menghibur (to entertaint)
d. mempengaruhi (to influence) (Effendy, 2003:55) E. Teknik Komunikasi
Istilah teknik komunikasi berasal dari bahasa Yunani technikos
yang berarti ketrampilan. Berdasarkan ketrampilan komunikasi yang dilakukan komunikator, teknik komunikasi diklasifikasikan menjadi:
a. Komunikasi informastif (informative communication) b. Persuasif (persuasive)
c. Pervasif (pervasive) d. Koersif (coercive) e. Instruktif (instructive)
f. Hubungan manusiawi (human relations) (Effendy, 2003:55) F. Metode Komunikasi
Istilah metode dalam bahasa Inggris Method berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti rangkaian yang sistematis dan yang merujuk kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan, dan logis. Atas dasar pengertian diatas, metode komunikasi meliputi kegiatankegiatan yang teroganisaasi sebagai berikut:
(49)
21
1. Jurnalisme
a. Jurnalisme cetak b. Jurnalisme elektronik 2. Hubungan Masyarakat
a. Periklanan b. Propaganda c. Perang urat syaraf
d. Perpustakaan (Effendy, 2003: 56)
2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa
2.1.2.1 Pengertian Komunikasi Massa
Untuk memberikan batasan tentang komunikasi massa dan setiap bentuk komunikasi massa memiliki cirri tersendiri. Begitu mendengar istilah komunikasi massa, biasanya yang muncul dibenak seseorang adalah bayangan tentang surat kabar, radio, televisi atau film. Banyak pakar komunikasi yang mengartikan komunikasi massa dari berbagai sudut pandang, seperti halnya Jalaludin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi, menjabarkan bahwa komunikasi massa merupakan jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonym, melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara dan sesaat. (Rahkmat, 1993:77)
Berbeda halnya dengan Effendy yang mendefinisikan komunikasi massa sebagai komunikasi yang melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan
(50)
22
televise yang ditujukan kepada kepada umum, dan film yang dipertunjukan gedung-gedung bioskop. (Effendy, 2003:79)
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan yang luas yang dihadiri oleh ribuan orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media yang termasuk media massa adalah radio, televisi, surat kabar, majalah, film, dan sebagainya.
2.1.2.2 Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi komunikasi massa secara umum antara lain adalah: 1. Fungsi Informasi
2. Fungsi Pendidikan 3. Fungsi Mempengaruhi
4. Proses Pengembangan Mental 5. Fungsi Adaptasi Lingkungan 6. Fungsi Memanipulasi Lingkungan
Fungsi informasi dari media massa adalah penyebar informasi yang merupakan suatu kebutuhan pembaca, pendengar atau pemirsa. Fungsi pendidikan dari media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya, karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik, melalui pengajaran
(51)
23
nilai, etika, serta aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembacanya.
Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk, feature, iklan, artikel, dan sebagainya, dimana khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan di televisi ataupun surat kabar. Untuk mengembangkan wawasan kita membutuhkan berkomunikasi dengan orang lain, karena melalui komunikasi, manusia akan bertambah pengetahuannya dan berkembang intelektualitasnya. Hal ini sesuai dengan fungsi komunikasi massa, yakni fungsi proses pengembangan mental.
Fungsi adaptasi lingkungan adalah setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk dapat bertahan hidup. Proses komunikasi membantu manusia dalam proses penyesuaian tersebut. Memanipulasi lingkungan artinya berusaha untuk mempengaruhi. Setiap orang berusaha untuk saling mempengaruhi dunia dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Dalam fungsi manipulasi, komunikasi digunakan sebagai alat control utama dan pengaturan lingkungan.
2.1.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Massa
Ciri-ciri komunikasi massa menurut Onong Uchjana Effendy. Yaitu:
a. komunikator pada komunikasi massa melembaga b. pesan komunikasi massa bersifat umum
(52)
24
c. komunikasi massa menimbulkan keserempakan d. komunikan pada komunikasi massa bersifat heterogen e. komunikasi massa berlangsung satu arah (Effendy, 2000:37) Komunikator melakukan komunikasi atas nama organisasi atau institusi, maupun instansi. Mempunyai struktur organisasi garis tanggung jawab tertentu sesuai dengan kebijakan dan peraturan lembaganya. Komunikasi massa menyampaikan pesan yang ditujukan kepada umum, karena mengenai kepentingan umum pula. Maka komunikasi yang ditujukan perorangan atau sekelompok orang tertentu tidak termasuk ke dalam komunikasi massa.
Komunikasi massa mencapai komunikasn dari berbagai golongan, berbagai tingkat pendidikan, usia, maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Komunikasi melalui media massa dapat dinikmati oleh komunikan yang jumlahnya tidak terbatas dan terpisah secara geografis pada saat yang sama. Komunikasi massa menyebarkan pesan yang menyangkut masalah kepentingan umum. Oleh karenanya, siapapun dapat memanfaatkannya. Komunikan tersebar dan terdiri atas berbagai latar belakang yang berbeda beda. Berbeda dengan komunikasi tatap muka, dimana komunikan dapat memberikan respon secara langsung, maka dalam komunikasi massa tidak terdapat arus balik dari komunikasi.
(53)
25
2.1.3 Tinjauan tentang Jurnalistik
2.1.3.1 Pengertian dan Sejarah Jurnalistik
Jurnalistik atau journalism berasal dari perkataan journal, artinya catatan harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga surat kabar. Journal berasal dari perkataan latin diurnalis, artinya harian atau tiap hari. Dari perkataan itulah lahir kata jurnalis, yaitu orang-orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik.
MacDougall dalam buku jurnalistik teori dan praktik, menyebutkan bahwa jurnalisme adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa. Jurnalisme sangat penting di mana pun dan kapan pun. Jurnalisme sangat diperlukan dalam suatu negara demokratis. Tak peduli perubahan-perubahan apa pun di masa depan, baik perubahan sosial, ekonomi, politik maupun yang lainnya. Tak dapat dibayangkan, akan pernah ada saatnya ketika tiada seorang pun yang fungsinya mencari berita tentang peristiwa yang terjadi dan menyampaikan berita tersebut kepada khalayak ramai, dibarengi dengan penjelasan tentang peristiwa itu.
Asal mula istilah jurnalistik berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu
de jour yang berarti hari, istilah tersebut karena pada masa itu dalm politik Yunani terdapat suatu lembara-lembaran yang berisikan kejadian-kejadian pada hari itu yang setiap harinya ditulis dan ditempelkan di pusat-pusat keramaian kota untuk diberitakan. pada masa yang lain, istilah lain tentang jurnalistik pun muncul pada zaman Romawi kuno yaitu Acta Diurna ,
(54)
26
peraturan peraturan yang dibuat oleh senator, dan dari situlah asal muasal munculnyamedia massa.
Dengan demikian secara Etimologi, Jurnalistik dapat di artikan sebagai suatu karya seni dalam hal membuat catatan tentang peristiwa sehari-hari, karya yang mana memiliki kaindahan dan dapat menarik perhatian khalayak sehingga dapat di nikmati dan di manfaatkan untuk kebutuhan hidup.
Menurut Astrid S. Susanto dalam bukunya, komunikasi massa (1986:73) Jurnalistik adalah sebagai kejadian pencatatan dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kejadian sehari - hari.
Begitu pula dengan Onong Uchana Effendy (1981:102) yang mengatakan bahwa Jurnalistik merupakan kegiatan pengolahan laporan harian yang menarik minat khalayak, mulai dari peliputan sampai dengan penyebaran kepada masyarakat. \. Secara umum Jurnalistik dapat di artikan sebagai teknik mengolah berita, mulai dari mencari berita sampai dengan menyebarkankannya kepada khalayak yang membutuhkan.segala sesuatu yang dianggap menarik dan penting untuk khalayak, bisa di jadikan bahan berita untuk di sebarluaskan kepada masyarakat, dengan menggunakan sebuah media.
Seperti yang diungkapkan oleh Sumadiria, dalam bukunya Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature, Jurnalistik adalah:
(55)
27
dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak dengan secepat-cepatnya (Sumadiria,2005;3)”.
Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa Jurnalistik adalah sebuah proses pencarian berita sampai berita tersebut disebarluaskan kepada khalayak dengan menggunakan media berkala.
2.1.3.2 Ruang Lingkup Pembahsan Jurnalistik
Ruang lingkup jurnalistik atau lahan jurnalistik adalah bidang kerja jurnalistik, mulai dari sumber karya jurnalistik,berita sampai pada penjelasan masalah hangat. Ruang lingkup jurnalistik ini dapar berlaku baik untuk jurnalistik cetak maupun elektronik,termasuk di dalamam jurnalistik penyiatan radio dan televisi
Sumber informasi karya jurnalistik adalah peristiwa dan atau pendapat yang mengandung nilai berita,masalah hangat dan masalah / hal yang unik,yang ada di dalam masyarakat. Sumber karya jurnalistik ini biasanya hanya di sebut peristiwa/fakta dan atau pendapat.
Berita yang terkandung dalam ruang lingkup jurnalistik ini dapat dipilah menjadi dua bentuk besar,yakni berita terkini,dan berita berkala. Dari masing-masing jenis berita itu kemudian akan diberikan penjelasan tentang karakter dan teknik penulisannya. Dengan demikian ruang lingkup ilmu jrunalistik meliputi ; 1. Konsep dasar Jurnalistik yang meliputi definisi konsep,fungsi dan historisitas
jurnalistik.
2. Ragam dan karakter jurnalistik yang berisikan bentuk jurnalistik secara aplikasi yang disesuaikan dengan media dan tren jurnalistik
(56)
28
3. Profesi jurnalis dan kelembangaannya
4. Jurnalistik aplikasi yang berisikan sumber karya jurnalistik,bahasa,teknik jurnalistik dan ragam karya jurnalistik
5. Spirit moralitas aktivitas jurnalistik yang tercermin dalam etika jurnalistik.
Karena itu pula Luwi Ishwara (2005) menyatakan bahwa Jurnalistik atau jurnalisme,selalu memiliki ciri-ciri yang khas,antara lain
A. Skeptis,yaitu adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala
sesuatu, meragukan apa yang diterima,dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah tertipu. Inti dari skeptis adalah keraguan. Media janganlah puas dengan permukaan sebuah peristiwa serta enggan untuk mengingatkan kekurangan yang ada di dalam masyarakat. Wartawan haruslah terjun ke lapangan,berjuang,serta menggali hal-hal yang eksklusif.
B. Bertindak (action) ,yaitu wartawan tidak menunggu sampai peristiwa
itu muncul,tetapi ia akan mencari dan mengamati dengan ketajaman naluri seorang wartawan.
C. Berubah,yaitu perubahan merupakan hukum utama jurnalisme. Media
bukan lagi sebagai penyalur informasi,tapi fasilitator,penyaring dan pemberi makna dari sebuah informasi.
D. Seni dan Profesi,yaitu wartawan melihat dengan mata yang segar
pada setiap peristiwa untuk menangkap aspek-aspek yang unik.
E. Peran Pers,yaitu pers sebagai pelapor,bertindak sebagai mata dan
(57)
29
dengan netral dan tanpa prasangka. Selain itu,pers juga harus berperan sebagai interpreter,wakil publik,peran jaga,dan pembuat kebijaksanaan serta advokasi.
Karya jurnalistik dalam mempengaruhi khalayak, Onong Uchyana Effendi (1998:18) menyatakan bahwa daya kekuatan itu memiliki relevansi dengan keberadaan pers yang sedari awal memiliki beberapa fungsi, antara lain :
a. Fungsi menyiarkan informasi (to inform)
Pers memberikan “segepok” informasi mengenai suatu peristiwa yang sedang terjadi, dan informasi tersebut teramat dibutuhkan oleh khalayak. Dengan demikian melalui karya jurnalistik, pers menyampaikan serangkaian gagasan, pikiran, pendapat atau fakta kepada khalayak sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya masing-masing.
b. Fungsi mendidik ( to educate)
Fungsi ini dapat diartikan bahwa pers hakekatnya merupakan sarana pendidikan massa, di mana karya jurnalistik yang memuat tulisan ataupun produk citra bergerak lainnya yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak penikmat bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini secara implicit dapat berupa berita, secara eksplisit berbentuk artikel, ataupun tajuk rencana, ataupun bentuk lainnya.
c. Fungsi Menghibur (to entertaint)
Hal-hal yang bersifat hiburan seringkali ditampilkan dalam setiap karya jurnalistik, apakah yang bersifat cetak ataupun elektronik. Tujuan penampilan itu untuk mengimbangi berita yang sifatnya berat dan artikel-artikel yang berbobot. Adapun bentuk dapat berupa cerita, film, cerita bergambar atau yang lainnya.
(58)
30
d. Fungsi Mempengaruhi. (to Persuate)
Fungsi ini menyebabkan karya jurnalistik memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan kata lain melalui pandangan, pikiran, gagasan yang tertuang dalam setiap karya jurnalistik yang dibaca, dilihat dan dinikmati mampu mempengaruhi jalan pemikiran pandangan dan pendapat masyarakat
2.1.4 Tinjauan Tentang Analisis Wacana Kritis
2.1.4.1 Pengertian Analisis Wacana Kritis
Analisis wacana kritis dalam pandangan kritis, bahwa pandangan kritis ingin mengoreksi pandangan konstruksivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun institusional. Pandangan konstruktivisme masih belum menganalisis faktor-faktor hubungan kekuasaan yang inheren dalam setiap wacana, yang pada gilirannya berperan dalam membentuk jenis-jenis subjek tertentu berikut perilaku-perilakunya. Hal inilah yang melahirkan paradigma kritis.
Analisis wacana tidak dipusatkan pada kebenaran/ketidakbenaran struktur tata bahasa atau proses penafsiran seperti pada analisis konstruktifisme. Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan fikirannya, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekeuatan sosial yang ada dalam
(59)
31
masyarakat. Bahasa disini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak diluar diri si pembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai refresenatsi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi didalamnya. Oleh karena itu, analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa: batasanbatasan apa yang diperkenankan yang jadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan.
Dengan pandangan semacam ini, wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam hubunngan kekuasaan, terutama dalam pembentukan subjek, dan berbagaia tindakan representasi yang terdapat dalam masyarakat. Karena memkai perspektif kritis, analisi wacana kategori ini disebut sebagai analisis wacana kritis (CDA). Ini untuk membedakan dengan analisis wacana kategori sebelumnya.
2.1.4.2 Karakteristik Analisis Wacana Kritis
Dalam analisis wacana kritis (Critical Discourse Analisis / CDA)
wacana disini tidak dipahami semata sebagai studi bahasa. Pada akhirnya, analisis wacana memang menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis di sini agak berbeda dengan studi bahasa dalampengertian linguistic tradisional.
Bahasa dianalisis bukan denganmenggambarkan semata dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkandengan konteks. Konteks di sini berarti bahasa itu dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik kekuasaan.
(60)
32
Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis melihat wacana (pemakaian bahasa dalam tutur dan tulisan) sebagai bentuk dari praktik sosial. Menggambarkan wacana sebagai praktik sosial yang menyebabkan sebuah hubungan dialektis di antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur sosial yang membentuknya.
Praktik wacana pun bisa jadi menampilkan ideologi, wacana dapat memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas sosial, laki-laki dan wanita, kelompok mayoritas dan minoritas melalui mana perbedaan itu direpresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan. Sebagai contoh, melalui wacana, bahwa keadaan yang rasis, seksis, atau ketimpangan dalam kehidupan sosial dianggap sebagai suatu common sense, suatu kewajaran atau alamiah, dan memang seperti itu kenyataannya.
Analisis wacana kritis melihat wacana sebagai faktor penting, yaitu bagaimana bahasa digunakan untuk memperlihatkan ketimpangan kekuasaan yang terjadi dalam masyarakat. Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis menyelidiki bagaimana melalui bahasa kelompok sosial yang ada saling bertarung dan mengajukan versinya masing-masing. Dan karakteristik penting dari analisis wacana kritis yang diambil dari tulisan Teun A. van Dijk, Fairclough, dan Wodak, sebagai berikut:
(61)
33
1. Tindakan
Prinsip pertama, wacana dipahami sebagai sebuah tidakan (action).
Dengan pemahaman semacam ini wacana ditempatkan sebagai bentuk interaksi, wacana bukan ditempatkan seperti dalam ruang tertutup internal. Bahwa seseorang berbicara atau menulis mempunyai maksud tertentu, baik besar maupun kecil. Selain itu wacana dipahami sebagai sesuatu bentuk ekspresi sadar dan terkontrol, bukan sesuatu diluar kendali ataupun ekspresi diluar kesadaran.
2. Konteks
Analsiss wacana kritis memperhatikan konteks dari wacana, seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana dipandang, diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Wacana dianggap dibentuk sehingga harus ditafsirkan dalam situasi dan kondisi yang khusus. Wacana kritis mendefinisikan teks dan percakapan pada situasi tertentu, bahwa wacana berada dalam situasi sosial tertentu.
3. Historis
Menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu, berarti wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Salah satu aspek penting untuk bisa mengerti teks adalah dengan menempatkan wacana dalam konteks historis tertentu.
(62)
34
4. Kekuasaan
Analsis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen kekuasaan (power) dalam analisisnya. Bahwa setiap wacana yang muncul, dalam bentuk teks, percakapan, atau apa pun, tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar dan netral, tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat.
5. Ideologi
Ideology juga konsep yang sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis. Hal ini karena teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideology atau pencerminan dari ideology tertentu. Teori-teori klasik tentang ideology di antaranya mengatakan bahwa ideology dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan melegitimasi dominasi mereka.
2.1.5 Analisis Wacana Kritis Model Teun A. van Dijk
Model analisis wacana van Dijk adalah model yang mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa didayagunakan dan dipakai secara praktis. Model yang dipakai van Dijk ini sering disebut dengat model kognisi sosial.
Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Proses produksi itu, dan pendekatan ini sangat khas van Dijk, melibatkan suatu proses yang disebut
(63)
35
kognisi sosial. Penelitian tentang wacana tidak dapt mengeksklusi seakan-akan teks adalah bidang yang kosong, sebaliknya bahwa teks adalah bagian kecil dari struktur besar masyarakat. Pendekatan yang dikenal kognisi sosial ini membantu memetakan bagaimana produksi teks yang melibatkan proses yang kompleks tersebut dapat dipelajari dan dijelaskan. a. Teks
Teks bukan sesuatu yang datang dari langit, bukan juga suatu ruang hampa yang mandiri. Akan tetapi teks dibentuk dalam suatu diskursus, suatu praktik wacana. Van dijk membuat suatu jembatan yang menghubungkan elemen besar berupa struktur sosial tersebut dengan elemen wacana yang mikro dengan sebuah dimensi yang disebut kognisi sosial.
b. Kognisi Sosial
Kognisi sosial pun dapat memiliki dua arti. Pada satu sisi menunjukan bagaimana proses teks tersebut diproduksi berdasarkan informasi dan pemahaman si pembuat teks. Pada sisi lain menggambarkan bagaimana nilai-nilai yang telah menyebar dalam kehidupan sosial masyarakat itu diserap oleh kognisi si pembuat, dan akhirnya keduanya digunakan untuk membuat suatu teks.
c. Konteks
Van Dijk pun melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana
(64)
36
kognisi (pikiran) dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap suatu teks tertentu.
2.1.5.1 Kerangka Analisis Wacana Model Teun A. van Dijk
Wacana menurut van Dijk memiliki tiga dimensi atau bangunan, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti dari analisis van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis.
Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Analisis van Dijk secara keseluruhan menghubungkan antara analsis tekstual yang memusatkan perhatian melulu pada teks, kearah analisis yang komprehensif bagaimana teks berita itu diproduksi, baik dalam hubungannya dengan individu wartawan maupun dari masyarakat.
a. Teks
Van Dijk melihat suatu teks terdiri dari atas beberapa struktur/tingkatan yang masing-masing saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan. Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna
global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur. Merupakan
(65)
37
bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh.
Ketiga, struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari
bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.
Menurut van Dijk, meskipun terdiri dari berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya. Makna global dari suatu teks (tema) didukung oleh kerangka teks dan pada akhirnya pilihan kata dan kalimat yang dipakai. Bahwa antar bagian teks dalam model van Dijk dilihat saling mendukung, mengandung arti yang koheren satu sama lain. Hal ini karena semua teks dipandang oleh van Dijk mempunyai suatu aturan yang dapat dilihat sebagai suatu piramida.
Makna global dari suatu teks didukung oleh kata, kalimat, dan proposisi yang dipakai. Pernyataan atau tema pada level umum didukung oleh pilihan kata, kalimat, atau retorika tertentu. Prinsip ini membantu peneliti untuk mengamati bagaimana suatu teks terbangun lewat elemen-elemen yang lebih kecil.skema ini juga memberikan peta untuk mempelajari suatu teks. Kita tidak Cuma mengerti apa isi dari suatu teks, tetapi juga elemen yang membentuk teks berita, kata, kalimat, paragraph, dan preposisi Pemakaian kata, kalimat, proposisi, retorika, tertentu dipahami oleh van Dijk sebagai bagian dari strategi si pembuat teks. Pemakaian kata kata tertentu, kalimat dan gaya tertentu bukan semata-mata dipandang sebagai cara berkomunikasi sesemata-mata, tetapi dipandang
(66)
38
sebagai politik berkomunikasi, yaitu suatu cara untuk mempengaruhi pendapat umum, menciptakan dukungan, memperkuat legitimasi, dan menyingkirkan lawan atau penentang.
Struktur wacana adalah cara yang efektif untuk melihat proses retorika dan persuasi yang dijalankan ketika seorang menyampaikan pesan. Kata-kata tertentu mungkin dipilih untuk mempertegas pilihan dan sikap, membentuk kesadaran politik dan sebagainya.
B. Kognisi Sosial
Dalam hal ini kognisi sosial memiliki dua arti. Satu sisi menunjukkan bagaimana proses teks tersebut diproduksi oleh media di sisi lain bagaimana nilai-nilai yang ada didalam masyarakat diserap oleh kognisi wartawan yang kemudian digunakan untuk menulis teks berita. Van Dijk menggambarkan wacana memiliki tiga dimensi yang menjadi perhatian utama itu adalah teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Pada dasanya analisis Van Dijk ini menggabungkan ketiga dimensi itu kedalam suatu kesatuan analisis. Ketiga dimensi itu memiliki pusat perhatian masing-masing. Dimensi teks meneliti bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Dimensi kognisi sosial meneliti proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan.
Dimana proses produksi tulisan buku Membongkar Gurita Cikeas Di Balik Skandal Bank Century yangmelibatkan pengetahuan atau kognisi individu George Junus Aditjondro sebagai pembuat tulisan. Menganalisis
(67)
39
bagaimana kognisi George Junus Aditjondro dalammemahami seseorang, peristiwa dan faham tertentu yang ditulisnya berdasarkan informasi dan pemahaman yang George Junus Aditjondro dapatkan.
C. Konteks Sosial
Mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakatakan suatu masalah.Melihat bagaimana suatu teks dihubungkan lebih jauhdengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat atas suatu wacana, pada penelitian ini struktur social dan pengetahuan yang dianut oleh masyarakat. Menganalisisbagaimana proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwatertentu digambarkan oleh relaitas yang dipercaya oleh masyarakat.
2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Kerangka Teortis
Dalam penelitian ini, saya bertujuan untuk meneliti komunikasi dalam bentuk teks, mencari tahu makna lebih dalam maksud dari tujuan yang terselip, tersimpan, tersisip dalam suatu proses komunikasi verbal melalui teks. Maksud tujuan yang tersembunyi itu biasa disebut wacana, dan maksud tujuan yang tersembunyi dalam suatu teks disebut wacana teks. Sesuai dengan penjabaran diatas, pada penelitian ini peneliti akan membedah suatu teks ditinjau dari teori wacana, teori wacana dari Teun
A. van Dijk, metode yang digunakan yaitu metode Analisis Wacana
Kritis (AWK) atau CriticalDiscourse Analysis (CDA), dengan model analisis diadopsi dari teori yangdikemukakan van Dijk tersebut.
(1)
Century oleh George Junus Aditjondro. Selain itu sebagai mantan
jurnalis Tempo, yang dikenal sering menulis berita yang tajam
terhadap pemerintah, hal itu menjadi berpengaruh terhadap kognisi
sosial George Junus Aditjondro dalam menulis buku tersebut
3. Figur Susilo Bambang Yudhoyono, dinilai masyarakat sebagai sosok
yang berwibawa dan bijaksana. Namun dengan adanya skandal kasus
Bank Century yang diduga dananya mengalir ke tubuh demokrat
semakin membuat citra partai demokrat buruk dimata masyarakat.
5.1.3 Dimensi Konteks Sosial
1. Wacana yang berkembang dalam masyarakat tentang kasus bank
century yang dikaitkan dengan partai demokrat dan banyaknya kader
demokrat yang melakukan kecurangan dalam pemilu legislatif menjadi
salah satu dimensi konteks sosial yang mempengaruhi ditulisnya buku
Membongkar Gurita Cikeas Di Balik Skandal Bank Century, sehingga
masyarakat menganggap partai demokrat dan calegnya terlibat
tindakan pelanggaran hukum
2. Seringnya media massa memberitakan tentang kasus bank century
yang dikaitkan dengan partai demokrat serta pemberitaan tentang
pelanggaran yang dilakukan oleh caleg partai demokrat saat pemilu
legilatif sangat mempengaruhi wacana di masyarakat
3. Media massa mempunyai kekuatan (power), dan akses (acces) yang
besar, sehingga saat memberitakan tentang sisi negatif partai demokrat,
(2)
105
massa sehingga wacana tentang tindakan pelanggaran yang dilakukan
partai demokrat dan calegnya semakin berkembang luas
5.2Saran
Dalam penelitian yang dilakukan ini, saya harus mampu memberikan
suatu masukan berupa saran-saran yang bermanfaat bagi semua pihak yang
berkaitan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Pemerintah harus bisa menguak skandal bank century yang diduga
melibatkan banyak pejabat-pejabat tinggi di negara ini. Sehingga kasus
tersebut tidak menjadi pro kontra di masyarakat, dan masyarakat pun
menjadi tahu mana yang benar dan mana yang salah sehingga menjadi
tidak menduga-menduga
2. Masyarakat harus bisa menilai dengan bijak dan cerdas terhadap
pemimpinnya, serta ikiut mengontrol dan mengawasi kinerja pemerintah
agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran hukum yang akibatnya dapat
merugikan kita semua
3. Media massa harus lebih bisa memberikan informasi tentang apa yang
sedang terjadi di negara ini kepada masyarakat dengan berdasarkan fakta
yang benar-benar terjadi sehingga masyarakat dapat mengetahui
tindakan-tindakan pelanggaran hukum yang telah dilakukan, sekaligus media massa
ikut mengawasi agar tidak terjadi tindakan pelanggaran hukum yang
dilakukan oleh siapun dan kelompok manapun terutama saat pemilu yang
(3)
106
DAFTAR PUSTAKA
Aditjondro, George Junus, 2010. Membongkar Gurita Cikeas di Balik Skandal Bank Century. Yogyakarta : Galangpress.
Alex, Sobur, 2002. Analisis Teks Media. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,
Arni, Muhammad, 2001, Komunikasi Organisasi, Teori dan Praktek. Jakarta : Bumi Aksara
Canggara, Hafied, 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Effendy, Onong Uchjana, 1992. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek cetakan 6. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchjana, 2002. Hubungan Masyarakat. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchjana. 1990. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT Citra Aditya Bakti
Effendy, Onong Uchjana. 2000. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
Effendy,Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Cetakan kesembilanbelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta : LKis.
Ishwara, Luwi, 2005. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta : Kompas
Meleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : Rosdakarya
Mulyana, Deddy., dan Solatun. 2008. Metode Penelitian Komunikasi: Contoh-contoh Penelitian Kualitatif dengan Pendekatan Praktis. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaluddin, 1993. Metode Penelitian Komunikasi : Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung : Remaja Rosdakarya.
(4)
107
Sumadiria, As Haris. 2005. Jurnalistik Indonesia. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Susanto, Astrid S. 1986. Komunikasi Massa. Bandung : Bima Cipta.
Sumber-Sumber lain :
Blog E Billah, http://bilah9.blogspot.com/2009/12/kontroversi-membongkar-gurita-cikeas.html (14/03/2012 09.38 WIB)
(http://politik.kompasiana.com/2012/02/20/akan-runtuhkah-partai-demokrat/
diakses tanggal 24 mei 2012 pukul 00.27)
Skripsi :
Firmansyah, Teguh. 2011. Konstruksi Realitas Teks Pidato Indonesia Menggugat ( Analisis Wacana Kritis Teks Tentang Imprealisme Dan Kapitalisme Pada Teks Pidato Pledoi Indonesia Menggugat Oleh Soekarno Tahun 1930). Bandung. Universitas Komputer Indonesia,
(5)
117
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Nama : Yuda Saepuloh
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 31 Januari 1990
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 21 Tahun
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Mahasiswa
Tinggi Badan : 178 cm
Berat Badan : 55 kg
Agama : Islam
Golongan Darah : AB
Kewarganegaraan : WNI
Alamat : Jl. Andir Gg. Putra I no 38/26 RT 06 RW 06 Bandung
(6)
118
e-mail : nemanja.aduy@yahoo.com
Hobi : 1. Futsal
2. Bermain alat musik
3. Biliard
4. Nonton dan Traveling
II. PENDIDIKAN FORMAL
2008- Sekarang : Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik (S1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNIKOM
2005- 2008 : SMA Pasundan 3 Bandung
2002 - 2005 : SMP Negeri 25 Bandung
1996 - 2002 : SD Negeri Jamika 1 Bandung
1995 – 1996 : TK Puspita Asih Bandung
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
1. 2009, Peserta Mentoring Agama Islam, Auditorium UNIKOM. Bandung
(Bersertifikat)
2. 2009, Peserta Pelatihan Table Manner Course , Hotel- Djayakarta Bandung(Bersertifikat)
3. 2010, Panitia “Study Tour Mass Media 2009” RCTI Jakarta (Bersertifikat).
4. 2010, Peserta Communication Cup, Meteor Bandung.