Analisis Wacana Pada Pemberitaan Investigasi Episode “Geliat Psk Abg” Di Reportase Investigasi Trans Tv

(1)

“GELIAT PSK ABG” DI REPORTASE INVESTIGASI TRANS TV

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I)

Oleh : Umi Kulsum NIM: 1112051100003

KOSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1437 H/2016 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i Umi Kulsum

Analisis Wacana Pada Pemberitaan Investigasi Episode “Geliat PSK ABG” Di Reportase Investigasi Trans TV

Kehadiran program Reportase Investigasi semakin diminati penonton setianya

karena program ini selalu menampilkan fenomena dan peristiwa yang belum diketahui oleh masyarakat. Program yang semakin ditunggu pemirsa setiap minggu ini menayangkan kasus-kasus yang terdapat di masyarakat. Pada episode Geliat PSK ABG yang ditayangkan oleh Reportase Investigasi pada 8 Februari 2015 menarik perhatian penulis. Setelah dilihat dan dianalisis, tayangan tersebut memberitakan mengenai adanya praktik prostitusi di salah satu sekolah di Jawa Barat. Menariknya, tayangan ini menjelaskan bahwa guru juga mengetahui bahkan terlibat ke dalam praktik prostitusi tersebut. Selain itu, pada tayangan yang berdurasi 15 menit ini banyak menggunakan simbol-simbol Islam, seperti ditampilkan kata “alim” dan wanita berjilbab. Hal ini menarik perhatian penulis untuk menganalisis adanya tata bahasa yang digunakan serta makna yang tersembunyi di dalamnya.

Berdasarkan pernyataan di atas, agar penelitian dapat terarah, disusunlah rumusan masalahnya yaitu bagaimana konstruksi prostitusi remaja dilihat dari struktur teks? Bagaimana kognisi sosial wartawan dalam memahami kasus tersebut? Dan bagaimana konteks sosial yang terjadi di masyarakat terkait kasus prostitusi remaja tersebut serta penerapan jurnalisme profetik ke dalam beritanya?

Untuk memahami wacana di atas, penelitian ini menggunakan metode analisis wacana Teun A. Van Dijk. Metode ini menganalisis suatu wacana dilihat dari tiga level yaitu teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Analisis wacana Van Dijk adalah model yang paling banyak dipakai karena Van Dijk mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa diaplikasikan secara praktis.

Metodologi dalam penelitian ini adalah jenis kualitatif dengan model deskriptif. Paradigma yang digunakan adalah kritis. Data yang digunakan ialah teks pada episode “Geliat PSK ABG” dan wawancara pribadi dengan Theodorus Lintas Melawai sebagai produser yang memproduksi tayangan yang diteliti. Data yang terkumpul tersebut dianalisis kemudian disimpulkan.

Penelitian mengenai kasus prostitusi yang melibatkan remaja ini ditinjau dari segi teks yang dilihat dari tiga tingkatan struktur yaitu struktur makro, superstruktur dan struktur mikro. Penelitian kognisi sosial dilakukan dengan cara wawancara mendalam dengan produser pada tayangan tersebut. Sedangkan konteks sosial diteliti dengan melihat bagaimana isu berkembang di masyarakat.

Dalam level teks ditemukan pada unsur tematik, wacana tersebut sebetulnya menyindir pranata sosial, disebutkan guru dan dosen justru menjadi penyokong di dalam praktik prostitusi. Serta terlihat bahwa adanya hal yang melemahkan peran agama dalam kontrol sosial. Wartawan dalam memahami kasus prostitusi yang melibatkan anak remaja ini sebagai masalah sosial yang harus ditangani dan diwaspadai. Saat ini prostitusi pada kalangan remaja bukan lagi didasari atas kepentingan ekonomi melainkan sudah menjadi lifestyle. Selain itu tayangan ini belum sepenuhnya mengimplementasikan jurnalisme profetik ke dalam beritanya. Kata Kunci: Reportase Investigasi, Analisis Wacana, Teun A. Van Dijk, Prostitusi Remaja


(6)

ii

Bismillahirrohmanirrahim

Saya bersaksi demi Dia yang meniupkan roh dalam setiap jiwa, demi Dia yang punya keabadian dan demi Dia yang bertahtakan kesucian, bahwa Engkaulah Tuhanku yang satu. Dengan segenap ketabahan jiwa yang tak sempurna, Engkau kuatkan pundi-pundi kelemahanku dalam mengarungi hidup ini. Rasa syukur yang tak akan cukup, saya panjatkan selalu keharibaanMu ya Allah. Semoga puja dan puji syukurku selalu sampai kepadaMu tanpa terhalang dosa. BersamaMu saya bersihkan hati, bulatkan tekad, luruskan niat dan sempurnakan iman untuk sebuah album kehidupan yang lebih terarah.

BagiMu baginda pembawa lentera kehidupan, saya haturkan shalawat serta salam untuk kemuliaan dan keberanianmu. Engkaulah nabi akhir zaman, Muhammad Rasulullah. Dengan kesabaran dan ketangguhanmu saya bersaksi bahwa Engkaulah Rasul utusan Allah sebagai suri tauladan bagi seluruh umat mukmin yang mendambakan keridhoan dunia dan akhirat. Semoga dengan risalah kenabianmu saya lebih bisa menjadi seorang mukmin yang tak lekang oleh zaman.

Terima kasih yang terdalam saya persembahkan pada semua pihak yang turut membantu kelancaran penelitian skripsi ini, baik langsung atau tidak langsung. Tanpa uluran bantuan dan dukungan dari kalian tersebut, sangat sulit rasanya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Oleh karenanya, peneliti menghaturkan terima kasih dan pernghargaan yang sebesar besarnya kepada: 1. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan, MA,


(7)

iii

Suparto PhD, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Roudhonah MA,Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Suhaemi MA. 2. Ketua Kosentrasi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Kholis

Ridho, M.Si dan Sekretaris Kosentrasi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Drs. Hj. Musfirah Nurlaily, MA.

3. Drs. Helmi Hidayat, MA, dosen pembimbing yang senantiasa selalu berbagi ilmu serta memberi pencerahan, dapat meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu menyempurnakan penyusunan skripsi ini. Tanpa beliau tidak mungkin penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan sempurna.

4. Pihak Reportase Investigasi Trans TV, Gatot Triyanto sebagai Kepala Divisi News dan Pemimpin Redaksi, Sudrajat (Eksekutif Produser), Didik Wiratno (Produser), Theodorus Lintas Melawai (Produser), Siska Hasyim (Junior Produser), Gresnia Arela Febriani (Asisten Produksi), Retno Noviyani (Asisten Produksi) dan segenap tim Reportase Investigasi yang telah membantu kelancaran skripsi ini sebagai media yang diteliti.

5. Ayahanda tercinta Pujiono senantiasa selalu menjadi panutan bagi penulis atas ketangguhan dan keberaniannya mengajarkan manis pahitnya kehidupan, juga Ibunda terkasih Wasonah yang tak lelah merajut doa, memberi dukungan tanpa akhir dan senyum ikhlas kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir. Hanya karena kalianlah penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.


(8)

iv

menunggu keberhasilan cucunya sampai akhir hayatnya, terima kasih ini akan penulis persembahkan untuk nenek tersayang.

7. Kakak-kakak dan adik-adik yang selalu memberikan kasihnya kepada penulis, Maewas Miftahul Fauzi S.EI, Ali Alatas, Thaha Rizieq Ramadhan dan Cahya Halissa Fauzi.

8. Keluarga Besar Darmowiyoto yang telah memberikan perhatian dan kasih sayangnya kepada penulis.

9. Kakak-kakak senior yang berteman baik dengan penulis, Kak Isye, Kak Welda, Kak Ika, Kak Iim, Kak Syifa, Bang Imam, Bang Reza, Bang Ahmadi, Bang Eko, Bang Dito, terima kasih telah menjadi kakak-kakak senior yang hebat.

10.Sahabat-sahabat seperjuangan yang senantiasa menemani keluh kesah penulis hingga menyelesaikan skripsi ini khususnya Nur Fajri Rahmawati dan Maimunah Permata Hati Hasibuan.

11.Sahabat-sahabat seperjuangan Andre Anang P, Badruzzaman, Melky, Restu Mayang, Atika Suri, Annisa Novianti, Nita Chairunnisa Uluwan, Devi Yuliana, Devi Tri Puspita, Roisah yang sama-sama berjuang selama di bangku perkuliahan.

12.Sahabat-sahabat semasa sekolah Saidah, Anisyah, Iis, Syahrina, Marina, Putri, Cindy, Rika dan Vika.

13.Sahabat seperjuangan bimbingan Ricca Junia Ilprima yang menemani dan mendengarkan keluh kesah penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.


(9)

v keluarga yang memberikan kenyamanan.

15.KKN Mahameru yang telah memberikan warna dalam pertemanan, Roisah, Devi, Fajri, Maimunah, Azis, Andre, Eka, Tara, Amrullah, Indri, Giyas, Irul, Tomo dan Mugi. Serta Desa Cijeruk yang banyak memberikan pengalaman dan pelajaran untuk penulis terutama Bapak Lurah, Ibu-ibu PKK, sahabat dan murid murid.

16.Komunitas teristimewa DNK TV yang menjadi inspirasi penulis, terutama General Manager Dedi Fahrudin M.IKom dan crew DNK TV yang senantiasa bersama-sama mengembangkan DNK TV sehingga eksis sampai saat ini.

Akhirnya penulis hanya mampu mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi kelancaran kepada penulis. Semoga Allah menambah karunia-Nya kepada kita semua. Mohon maaf atas segala kekhilafan baik yang disengaja atau tidak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk para pembaca dan khususnya bagi penulis.

Aamiin Ya Rabbal Alamiin

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Jakarta, 28 Juni 2016


(10)

vi

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR SKEMA ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodologi Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 12

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi dan Jenis Berita ... 16

B. Prinsip-Prinsip Jurnalistik ... 19

C. Jurnalisme Profetik... 21

D. Analisis Wacana ... 26

1. Pengertian Analisis Wacana ... 26

2. Model Analisis Wacana Teun A. Van Dijk ... 28

E. Undang-undang Penyiaran di Indonesia ... 37

BAB III GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Perkembangan Televisi di Indonesia ………... 39

1. Transisi dari Era Orde baru ke Era Reformasi ……… 39

2. Logika Kerja antara TVRI (TV Publik) dengan TV Swasta ... 45

B. Profil PT. Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) ... 47

1. Profil dan Sejarah Trans TV ... 47

2. Logo, Visi dan Misi Trans TV ... 50

3. Penghargaan yang Pernah Diraih Trans TV ... 52

4. Struktur Direksi Trans TV ... 52

5. Program-Program Trans TV ... 52

C. Profil dan Sejarah Program Reportase Investigasi ... 55

D. Redaksi Reportase Investigasi... 57

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Sinopsis Geliat PSK ABG ... 58


(11)

vii BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 93 B. Saran ... 95 DAFTAR PUSTAKA ... 97 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Elemen Wacana Van Dijk ... 30

Tabel 2 Model Analisis Van Dijk ... 31

Tabel 3 Struktur Teks Wacana Van Dijk ... 32

Tabel 4 Narasi dan Gambar Tayangan Geliat PSK ABG ... 52

Tabel 5 Narasi dan Gambar Tayangan Geliat PSK ABG ... 58

Tabel 6 Narasi dan Gambar Tayangan Geliat PSK ABG ... 66


(13)

ix

DAFTAR SKEMA


(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Reportase Investigasi merupakan ragam berita reportase yang dimiliki oleh Trans TV. Program Reportase terdiri atas Reportase Pagi, Reportase Sore, Reportase Malam dan Reportase Investigasi. Reportase Investigasi adalah sebuah program yang mengungkap suatu kasus penyimpangan dari pelaku langsung. Topik yang dipilih selalu menjadi kepentingan masyarakat. Misalnya tentang bakso yang mengandung boraks, kosmetika yang mengandung zat berbahaya bagi kesehatan dan sebagainya.1 Reportase Investigasi merupakan acara news jenis feature yang membahas suatu topik secara mendalam dan menguak berbagai kecurangan yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat. Program Reportase Investigasi ditayangkan sejak 31 Desember 2005 dan menyajikan tayangan dengan berbagai topik hasil penelusuran investigasi.

Hadirnya program berita di layar kaca menimbulkan perbedaan karya jurnalistik media televisi dengan media massa lainnya. Berita televisi memiliki dua unsur penting yaitu audio dan visual. Unsur visual memberikan berita lebih hidup, meyakinkan dan mendukung berita tersebut sedangkan unsur audio mendukung untuk menginformasikan isi berita kepada pemirsa. Televisi dengan tayangan berita sudah menjadi bagian dari kehidupan yang tak terpisahkan. Dengan sifatnya yang

1


(15)

immediaty, media televisi mampu mendekatkan peristiwa dan tempat kejadian dengan penontonnya. Selain itu, televisi juga harus mampu memberikan tayangan yang baik kepada penonton setianya. Maka dari itu sebuah tayangan yang layak ditonton harus berpedoman pada Kode Etik Penyiaran yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Kehadiran program Reportase Investigasi semakin diminati penonton setianya karena program ini selalu menampilkan fenomena dan peristiwa yang belum diketahui oleh masyarakat. Program yang semakin ditunggu pemirsa setiap minggu ini menayangkan kasus-kasus yang terdapat di masyarakat. Namun demikian, program jurnalistik ini justru mendapat tiga kali teguran tertulis dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), di antaranya pada 12 Agustus 2012 (Pembuatan Bahan Bius Illegal), 8 Februari 2015 (Geliat PSK ABG) dan 7 Maret 2015 (Pencopet).

Pada episode Geliat PSK ABG, KPI memberikan teguran tertulis kepada program Reportase Investigasi pada 27 Februari 2015. Pada tayangan tersebut KPI menilai tayangan pada episode “Geliat PSK ABG” tidak memenuhi kaidah penyiaran. Episode tersebut memberitakan tentang prostitusi anak sekolah dan wawancara seorang narasumber yang merupakan Pekerja Seks Komersil (PSK) bawah umur tanpa sensor. KPI menilai pemberitaan tersebut sangat vulgar dan tidak pantas untuk ditayangkan dan dapat menimbulkan anggapan perilaku tersebut sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan. KPI Pusat memutuskan bahwa program


(16)

jurnalistik Reportase Investigasi Trans TV telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2012.

Dari teguran yang diberikan oleh KPI tersebut jelas bahwa masih banyak tayangan televisi yang belum sesuai dengan Kode Etik Penyiaran. Padahal televisi sebagai salah satu alat media massa selain memberikan edukasi dan hiburan, seharusnya juga menyampaikan informasi yang baik dan bermanfaat kepada pemirsanya. Informasi yang disampaikan kepada penonton tentu harus sesuai dengan Kode Etik Penyiaran. Dikeluarkannya Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran bertujuan untuk menghasilkan kualitas siaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan UU tersebut terbentuklah Pedoman Perilaku Penyiaran Standar Program Siaran (P3SPS) sebagai alat kontrol pihak televisi untuk selalu menampilkan tayangan yang berkualitas sesuai dengan aturan yang berlaku. Dengan adanya UU tersebut, penyelenggaraan penyiaran mendapat kepastian hukum dan menjadi lebih tertib. 2

Episode Geliat PSK ABG yang ditayangkan pada 8 Februari 2015 menarik perhatian penulis. Setelah dilihat dan dianalisis, tayangan tersebut memberitakan mengenai adanya praktik prostitusi di salah satu sekolah di Jawa Barat. Menariknya, tayangan ini menjelaskan bahwa guru juga mengetahui bahkan terlibat ke dalam praktik prostitusi tersebut. Selain itu, pada tayangan yang berdurasi 15 menit ini banyak menggunakan simbol-simbol Islam, seperti ditampilkan kata “alim” dan wanita berjilbab. Hal ini

2


(17)

menarik perhatian penulis untuk menganalisis adanya tata bahasa yang digunakan serta makna yang tersembunyi di dalamnya.

Bahasa atau wacana dari sebuah media tidak dapat dianggap sepele. Ada maksud tersembunyi dari setiap struktur wacana yang digunakan. Bahasa yang digunakan oleh media dapat menciptakan realitas tertentu kepada khalayak. Dapat ditemukan adanya kekuasaan dominan yang mengontrol kelompok yang tidak dominan dengan mengendalikan dan menguasai media, bahkan adanya kekuatan-kekuatan berbeda dalam masyarakat yang mengontrol suatu proses komunikasi.

Fungsi media massa sebagai alat untuk menyampaikan informasi mempunyai kemampuan yang dapat membentuk opini publik. Media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita atau wacana yang bermakna. Dengan demikian, seluruh isi media merupakan realitas yang telah dikonstruksi dalam bentuk yang bermakna.

Berdasarkan hal itulah penelitian wacana pada episode Geliat PSK ABG dianggap penting oleh penulis untuk mengetahui bagaimana proses penyampaian pesan dalam program tersebut. Penelitian ini bermaksud menemukan makna-makna yang tersembunyi dalam wacana di episode itu. Hal itu karena sebuah wacana dapat membentuk kognisi seseorang dan dapat menciptakan opini kepada khalayak. Melalui sebuah wacana, media dapat mengangkat bahkan menjatuhkan seseorang. Itulah mengapa pentingnya pemilihan kata atau struktur wacana dalam sebuah tayangan atau berita.


(18)

Dari latar belakang di atas, disusunlah skripsi ini dengan judul ANALISIS WACANA PADA PEMBERITAAN INVESTIGASI EPISODE “GELIAT PSK ABG” DI REPORTASE INVESTIGASI TRANS TV.

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan pada pemberitaan investigasi episode “Geliat PSK ABG” yang ditayangkan oleh Reportase Investigasi Trans TV pada 8 Februari 2015 pukul 16.00-16.30 WIB. Penelitian ini dibatasi hanya pada seputar naskah dan wacana yang ditampilkan pada episode tersebut.

2. Rumusan Masalah

Mengacu pada pembatasan masalah di atas, rumusan masalahnya adalah:

a. Bagaimana konstruksi wacana prostitusi remaja ditinjau dari struktur teks “Geliat PSK ABG” di Reportase Investigasi Trans TV?

b. Bagaimana kognisi sosial produser atau wartawan dalam memahami kasus prostitusi remaja pada episode “Geliat PSK ABG” di Reportase Investigasi Trans TV?

c. Bagimana konteks sosial prostitusi remaja dan penerapan jurnalisme profetik pada episode “Geliat PSK ABG” di Reportase Investigasi Trans TV?


(19)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konstruksi wacana pada level teks, kognisi sosial dan konteks sosial serta penerapan jurnalisme profetik pada episode “Geliat PSK ABG” dalam program Reportase Investigasi di Trans TV.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis: penelitian ini diharapkan memberi sumbangsih terhadap keilmuan jurnalistik, terutama mengenai analisis wacana pada program jurnalistik di televisi.

b. Manfaat Praktis: penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan menjadi awal informasi bagi penelitian serupa dan memberikan gambaran tentang bagaimana sebenarnya suatu wacana pemberitaan dikonstruksikan oleh media massa. Penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan evaluasi program Reportase Investigasi Trans TV untuk menaati aturan penyiaran P3SPS dan prinsip-prinsip jurnalistik dalam menayangkan pemberitaan yang kontroversial di masyarakat. Serta diharapkan menjadi bahan masukan untuk KPI agar lebih cermat lagi terhadap pelanggaran program televisi yang tidak sesuai dengan aturan penyiaran P3SPS, prinsip-prinsip jurnalistik dan diharapkan juga menjadi bahan perhatian masyarakat atau penonton agar lebih aktif lagi terhadap tayangan yang tidak sesuai dengan aturan penyiaran dan prinsip-prinsip jurnalistik.


(20)

D. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan pada penelitian ini adalah kritis. Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikiran-pikirannya, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. 3

Bahasa di sini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar diri si pembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu maupun strategi-strategi di dalamnya. Karena itu, analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam proses bahasa: batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan. 4

Analisis Wacana Kritis (AWK) ini dimaksudkan untuk mengetahui maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Dalam penelitian ini ingin mengetahui lebih jauh dari wacana yang terbentuk dalam pemberitaan “Geliat PSK ABG” tersebut.

3

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 6.

4


(21)

2. Metode Penelitian

Dalam memaparkan hasil penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian studi kasus (case study) dengan pendekatan kualitatif desain deskriptif. Studi kasus adalah penelitian yang dilakukan terfokus pada suatu kasus tertentu untuk diamati dan dianalisis secara cermat sampai tuntas. Kasus yang dimaksud bisa berupa tunggal atau jamak, misalnya berupa individu atau kelompok.5 Data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.6 Dengan menggunakan pendekatan kualitatif penulis menyandingkan dengan pisau analisis wacana yang dikemukakan Teun A. Van Dijk. Analisis wacana didefinisikan sebagai suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subyek yang mengemukakan suatu pernyataan. Metode analisis wacana berbeda dengan analisis isi kualitatif yang lebih menekankan pada pertanyaan “apa” (what), analisis wacana lebih melihat pada “bagaimana” (how) dari pesan atau teks komunikasi. 7 Model Analisis Wacana yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teun A. Van Dijk yang menekankan bahwa wacana dapat berfungsi sebagai suatu pernyataan, pertanyaan, tuduhan dan ancaman.

5

Robert K. Yin, Studi Kasus: Desain dan Metode (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012), cet ke-11, h.1-2.

6

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet ke-23, h.4.

7

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.68.


(22)

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pemberitaan investigasi pada episode

“Geliat PSK ABG” yang ditayangkan Reportase Investigasi Trans TV

pada 8 Februari 2015 pukul 16.00-16.30 WIB.

4. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih dua bulan terhitung mulai 26 Februari 2016 sampai dengan 25 April 2016. Penelitian ini dilakukan di Gedung Transmedia, Jl. Kapten P. Tendean Kav.12-14A Jakarta 12790, lantai 3 Divisi News.

5. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi dari bahasa latin yang berarti memerhatikan dan mengikuti. Memerhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang dituju.8 Peneliti melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam metode ilmiah observasi adalah suatu cara bagi peneliti untuk memperoleh data dengan pengamatan secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki.9 Observasi yang dilakukan peneliti merupakan observasi tayangan pada episode “Geliat PSK ABG” di program Reportase Investigasi Trans TV.

8

Haris Herdiansyah, MetodologiPenelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012) cet ke-3, h.131.

9


(23)

a. Wawancara

Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan dari pihak yang bersangkutan dan dianggap memahami masalah atau suatu peristiwa dan femonema tertentu untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai.10 Dalam hal ini wawancara berfungsi sebagai metode pelengkap sebagai alat untuk melengkapi informasi yang telah diperoleh.

Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai Theodorus Lintas Melawai selaku produser program Reportase Investigasi yang memproduksi dan pihak terkait yang membantu melengkapi data yang akan dianalisis. Theo selaku produser terlibat langsung dalam kasus “Geliat PSK ABG” ini baik perencanaan, survey maupun terjun langsung ke lapangan untuk meliput kasus tersebut.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Dokumentasi merupakan salah satu cara untuk mendapatkan gambaran dari sudut melalui suatu media tertulis dan dokumen

10


(24)

lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.11

Dokumentasi tersebut berupa tulisan-tulisan berbentuk catatan, buku, naskah, dokumen ataupun arsip-arsip lain yang terkait dengan pembahasan penelitian ini. Dari dokumentasi tersebut, nantinya penulis gunakan untuk mengumpulkan data dengan mempelajari bahan tertulis sehingga dapat membantu penulis dalam mencari informasi yang terkait dengan permasalahan penelitian.

Data juga dapat diperoleh dari mengkaji atau menelaah dokumen yang dimiliki program Reportase Investigasi baik berupa video, grafik, arsip, gambar atau foto dan lain sebagainya. Ada juga data yang bersumber dari buku, internet berupa artikel yang terkait relevansinya dengan materi penelitian untuk selanjutnya dijadikan bahan sebagai data untuk peneliti.

b. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, peneliti menyusun data secara sistematis lalu mengklasifikasikan data tersebut untuk dianalisis sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian untuk kemudian menyajikannya dalam bentuk laporan ilmiah. Dalam menganalisis, peneliti menggunakan teknik analisis data metode studi kasus (case study) dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Pada tahap ini,

11

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012) cet ke-3, h.143.


(25)

penulis menganalisis teks, video dan percakapan pada tayangan “Geliat PSK ABG” di Reportase Investigasi Trans TV kemudian ditafsirkan oleh peneliti disesuaikan dengan teori Analisis Wacana model Teun A. Van Dijk. Wacana oleh Van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi atau bangunan yaitu teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Inti dari analisis ini adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Pada dimensi teks yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat dalam suatu masalah. Kemudian setelah data terkumpul dan dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian untuk dianalisis dan diberikan interpretasi dengan cara mengklasifikasikannya dengan kerangka teori kemudian disimpulkan.

c. Pedoman Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini mengacu pada buku pedoman yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pedoman tersebut dipakai penulis untuk mengikuti aturan tentang keseragaman penulisan karya ilmiah. Buku pedoman karya Hamid Nasuhi dan kawan-kawan diterbitkan oleh CeQDA (Center


(26)

for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Tinjauan Pustaka

Mengacu pada penelitian sebelumnya yang menggunakan metode analisis wacana, banyak ditemukan oleh peneliti menjadi contoh dan pegangan dalam melakukan penelitian. Penelitian sebelumnya yang berjudul Analisis Wacana Teun A. Van Dijk pada Pemberitaan “Dodol Dolly, Mas…” di Rubrik Teraju Harian Umum Republika oleh Adjri Septiani Sudrajat, Jurusan Jurnalistik tahun 2013 dirasa lebih cocok menjadi contoh dan pegangan peneliti. Skripsi oleh Afini Nur Fitria, Jurusan Jurnalistik tahun 2014 yang berjudul Analisis Wacana Pelanggaran Penyiaran Khazanah Trans 7 pada Pemberitaan Republika Online juga menjadi pegangan penulis dalam melihat UU Penyiaran di televisi. Adapun persamaan yang ditemukan adalah pembahasan mengenai kasus prostitusi dalam dunia jurnalistik, UU Penyiaran atau P3SPS dengan menggunakan Jurnalisme Investigasi dan model analisis wacana Teun A. Van Dijk.

Kemudian perbedaannya dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek dan media penelitiannya. Objek penelitian ini ialah pada teks “Geliat PSK ABG” di media televisi sedangkan penelitian oleh Adjri pada teks “Dodol Dolly, Mas…” di Rubrik Teraju Harian Umum Republika. Sedangkan skripsi oleh Afini


(27)

perbedaannya terletak pada teks pelanggaran berita di media online. Selanjutnya, penelitian ini dibantu oleh berbagai referensi seperti jurnal dan artikel-artikel serta sumber-sumber yang terkait dengan penelitian.

F. Sistematika Penulisan

Agar lebih mudah dalam memahami pembahasan dalam penelitian ini, peneliti membagi dalam lima bab yaitu:

BAB I PENDAHULUAN membahas mengenai latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI membahas mengenai definisi dan jenis berita, prinsip-prinsip jurnalisti, jurnalisme profetik, analisis wacana model Teun A.Van Dijk dan undang-undang penyiaran di Indonesia.

BAB III GAMBARAN UMUM memaparkan mengenai profil dan sejarah berdirinya Trans TV, Visi dan Misi Trans TV, penghargaan yang pernah diraih Trans TV, profil


(28)

program Reportase Investigasi, redaksi program Reportase Investigasi.

BAB VI TEMUAN DAN HASIL memaparkan analisa penulis meliputi: sinopsis episode Geliat PSK ABG, analisis teks, analisis kognisi sosial dan analisis konteks sosial dan penerapan jurnalisme profetik mengenai pemberitaan investigasi di program Reportase Investigasi pada tayangan yang berjudul “Geliat PSK ABG”.


(29)

BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi dan Jenis Berita

Berita adalah laporan suatu peristiwa atau fakta, pendapat atau opini yang aktual, menarik dan akurat serta penting bagi sebagian besar pembaca, pendengar maupun penonton.1 Apabila suatu berita terdapat fakta namun tidak dinilai penting, aktual dan menarik oleh sejumlah besar orang maka belum bisa diangkat sebagai bahan berita. Atau sebaliknya, apabila redaktur tetap menyajikan suatu berita tanpa memenuhi unsur-unsur di atas maka tidak akan memberikan daya tarik bagi para pembaca atau pendengar maupun penontonnya. 2

Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas.3 News atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar.4 Mengutip Charnley dan James M. Neal, Haris Sumadiria mengungkapkan, berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan.5 Sehingga dapat

1

Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), cet ke-2, h.21.

2

Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional, cet ke-2, h.21.

3

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), cet ke-2, h. 64-65.

4

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, cet ke-2, h. 64-65.

5

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, cet ke-2, h. 64-65.


(30)

disimpulkan bahwa berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi atau media online internet.

“Dengan kata lain, berita bukan hanya menunjuk pada pers atau media massa dalam arti sempit, melainkan juga pada radio, televisi, film dan internet atau media massa dalam arti luas dan modern. Berita, pada awalnya, memang hanya “milik” surat kabar. Tetapi, sekarang berita telah juga menjadi “darah -daging” radio, televisi dan internet. Tak ada media tanpa berita, sebagaimana halnya tak ada berita tanpa media. Berita telah tampil sebagai kebutuhan dasar masyarakat modern di seluruh dunia.”6

Jenis-jenis berita pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu hard news (berita berat), soft news (berita ringan) dan investigative reports (laporan penyelidikan).7 Perbedaan terhadap kategori tersebut didasarkan pada jenis peristiwa dan cara-cara penggalian data. Hard News (berita berat) adalah berita tentang peristiwa yang dianggap penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok maupun organisasi. Berita tersebut misalnya tentang mulai diberlakukannya suatu kebijakan baru pemerintah. Hal ini tentu saja akan menyangkut hajat orang banyak sehingga orang ingin mengetahuinya. Karena itu, hard news harus segera langsung disampaikan kepada publik. Sementara itu, soft news (berita ringan) seringkali juga disebut dengan feature, berita yang tidak terikat dengan aktualitas namun memiliki daya tarik bagi pemirsanya.8 Berbeda dengan hard news, softnews bisa dipublikasikan kapan saja dan tidak terikat waktu. Selain memberikan

6

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), cet ke-2, h. 64-65.

7

Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), cet ke-2, h. 40.

8

Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional, cet ke-2, h. 40.


(31)

informasi, soft news juga bertujuan untuk menghibur penonton. Feature juga dapat menimbulkan kekhawatiran bahkan ketakutan atau juga menimbulkan simpati. Objeknya bisa manusia, hewan, benda, tempat atau apa saja yang dapat menarik perhatian pemirsa. Misalnya tentang lahirnya hewan langka di kebun binatang, anjing menggit majikannya atau masyarakat kecil mendapatkan lotere milyaran rupiah. Sedangkan, investigative reports atau disebut juga laporan penyelidikan (investigasi) adalah jenis berita yang ekslusif. Datanya tidak bisa diperoleh di permukaan, tetapi harus dilakukan berdasarkan penyelidikan. Data dan fakta yang disajikan ke pemirsa, harus akurat, lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, penyajian berita seperti ini membutuhkan waktu yang lama karena membutuhkan kejelian dan keuletan dalam mengumpulkan data. 9

Mengutip Steve Weinberg, Budayatna berpendapat bahwa apa yang disebut Reportase Investigatif adalah: “Reportase, melalui inisiatif sendiri dan hasil kerja pribadi, yang penting bagi pembaca, pemirsa dan pemerhati. Dalam banyak hal, subjek yang diberitakan menginginkan bahwa perkara yang berada dalam penyelidikan tetapi tidak tersingkap”. 10

Tujuan kegiatan Jurnalisme Investigatif adalah bukan suatu pekerjaan membuka aib orang atau memburuk-burukan oknum atau institusi yang terlibat dalam sebuah kasus namun memberi tahu kepada masyarakat adanya pihak-pihak yang telah berbohong menutup-nutupi kebenaran. Liputan investigasi memberitahukan jalannya peristiwa secara mendalam sampai

9

Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), cet ke-2, h. 40

10

Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik


(32)

penyelesaian kasus tersebut tanpa ada kepentingan tertentu. Masyarakat diharapkan menjadi waspada terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan berbagai pihak, setelah mendapatkan bukti-bukti yang dilaporkan. 11

Pekerjaan Jurnalisme Investigatif tertuju untuk mengungkapkan dan mendapatkan sebuah berita yang penting dan menjaga masyarakat untuk memiliki kecukupan informasi dan mengetahui adanya bahaya di tengah kehidupan mereka. Pekerjaan ini juga membutuhkan kejelian dan keuletan dalam mencari data maupun mengejar narasumber. Karena itu, data dan fakta yang disajikan kepada pemirsa ataupun pembaca harus akurat, lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan. 12

B. Prinsip-prinsip Jurnalistik

Terkait dengan pemberitaan atas informasi yang disiarkan stasiun televisi, Pedoman Perilaku Penyiaran Standar Program Siaran (P3SPS) menyatakan bahwa media penyiaran dalam menanyangkan informasi harus senantiasa mengindahkan prinsip-prinsip jurnalistik, di antaranya:13

a. Akurasi; dalam program faktual lembaga penyiaran bertanggung jawab menyajikan informasi yang akurat dan sebelum menyiarkan sebuah fakta dan harus memeriksa ulang keakuratan dan kebenaran materi siaran. Dalam hal ini program berita harus mempertanggungjawabkan jika fakta yang disajikan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

11

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Analisis Interaktif Budaya Massa, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), cet ke-2, h.28.

12

Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004) cet ke-2, h.136.

13

Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), cet ke-2, h.249.


(33)

b. Adil; lembaga penyiaran harus menghindari penyajian informasi yang tidak lengkap dan tidak adil. Penggunaan potongan gambar dan potongan suara dalam sebuah acara yang sebenarnya berasal dari program lain harus ditempatkan dalam konteks yang tepat dan adil serta tidak serta merugikan pihak-pihak yang menjadi subjek pemberitaan dan bila sebuah program memuat potongan gambar dan atau potongan suara dari acara lain, stasiun televisi wajib menjelaskan waktu pengambilan potongan tersebut.14

c. Imparsialitas; pada saat menyajikan isu-isu kontroversial yang menyangkut kepentingan publik, lembaga penyiaran harus menyajikan berita, fakta dan opini secara objektif dan berimbang. Dalam hal ini pimpinan redaksi berita televisi harus memiliki idependensi untuk menyajikan berita dengan objektif tanpa memperoleh tekanan dari pihak pimpinan, pemodal atau pemilik stasiun penyiaran. Lembaga penyiaran juga tidak boleh menyajikan berita yang bersifat menghasut dan menyesatkan, tidak mencampuradukkan fakta dan opini pribadi, tidak menonjolkan unsur sadistis, tidak mempertentangkan suku, agama, ras dan antargolongan serta tidak membuat berita bohong, fitnah dan cabul. Dalam program acara yang mendiskusikan isu kontroversial atau isu yang melibatkan dua atau lebih pihak yang berbeda pendapat, maka moderator, pemandu acara dan atau pewawancara harus berusaha agar semua partisipan dan narasumber

14

Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), cet ke-2, h.250.


(34)

dapat mengekspresikan pandangannya serta tidak boleh memiliki kepentingan pribadi atau keterkaitan dengan salah satu pihak. 15

C. Jurnalisme Profetik

Jurnalisme profetik adalah suatu bentuk jurnalisme yang tidak hanya melaporkan berita dan masalah secara lengkap, jelas, jujur serta aktual, namun juga memberikan prediksi serta petunjuk ke arah perubahan, transformasi berdasarkan cita-cita etik dan profetik Islam. Jurnalisme profetik ialah menjadi jurnalis yang secara sadar dan bertanggung jawab memuat kandungan, nilai-nilai dan cita Islam. 16

Jurnalisme profetik merupakan upaya dakwah islamiyah yang memiliki visi ‘amar ma’ruf nahyi munkar, ciri khasnya ialah menyebarluaskan informasi tentang perintah dan larangan Allah SWT. Jurnalisme profetik memberikan pesan untuk berusaha keras memengaruhi komunikan (khalayak, massa) agar berperilaku sesuai dengan ajaran Islam. 17

Jurnalisme Islami tentu saja menghindari gambar-gambar ataupun ungkapan-ungkapan pornografi, menjauhkan promosi kemaksiatan atau hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam, seperti fitnah, memutarbalikkan fakta, berita bohong, mendukung kemunkaran dan sebagainya. 18 Jurnalisme Islam harus mampu memengaruhi khalayak agar menjauhi kemaksiatan, perilaku destruktif dan menawarkan solusi Islam atas setiap masalah. Cek dan

15

Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), cet ke-2, h.251.

16

Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 35.

17

Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 36.

18

Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 36.


(35)

ricek sebagai salah satu “pedoman” jurnalistik umum, namun tentu saja harus ditaati oleh jurnalisme Islami. 19

“Profetik merupakan kesadaran sosiologis para nabi dalam sejarah untuk mengangkat derajat kemanusiaan (memanusiakan manusia), membebaskan manusia dan membawa manusia beriman kepada Tuhan. Singkatnya, ilmu profetik adalah ilmu yang mencoba meniru tanggung jawab sosial para nabi”. 20

Tanggung jawab profetik Islam ialah mengupayakan agar ajaran Islam tetap ada dan selalu fungsional serta aktual dalam kehidupan. Sebagai jurnalis muslim tidak boleh tinggal diam jika melihat ada kemunkaran dalam dunia yang digelutinya, misalnya menyaksikan adanya pencitraan negatif tentang Islam atau ada rekayasa yang memojokkan Islam dan umat di media massa. 21

Sebagai juru dakwah yang menebarkan kebenaran, jurnalis muslim seperti “penyambung lidah” para nabi dan ulama. Jurnalis muslim berkewajiban menjadikan jurnalistik Islam sebagai “ideologi” dalam profesinya. Karena itu, ia dituntut memiliki sifat-sifat kenabian seperti Shidiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah.22 Parni Hadi berpendapat bahwa Jurnalisme Islami adalah jurnalisme yang meneladani empat kode etik Rasulullah SAW yang ternyata sesuai dengan fungsi media, yakni: shiddiq (menyampaikan, to inform), amanah (mendidik, to educate). Tabligh (menghibur, to entertain) dan fathanah (dengan penuh kearifan). 23 Shiddiq (benar); jurnalisme Islami bekerja dengan akhlak kebenaran, mendasarkan diri pada asas kebenaran dan

19

Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 36.

20

Iswandi Syahputra, Komunikasi Profetik Konsep dan Pendekatan, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), cet ke-1, h. 129-130.

21

Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 38.

22

Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, cet ke-1, h. 38.

23

Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Dompet Dhuafa Insani Maksima Promosindo, 2014), cet ke-1, h. 113.


(36)

mengungkap serta memberitakan kebenaran. Akhlak shiddiq adalah intisari dari semua kebaikan. Nabi dan rasul bersifat benar, baik dalam tutur kata maupun perbuatan, yakni sesuai dengan ajaran Allah SWT. Sudah seharusnya seorang jurnalis mukmin akan senantiasa berkata benar, menulis dan meliput kebenaran, tidak berbohong tidak memungkiri janji dan lidahnya tidak suka mengumpat atau memfitnah orang lain walaupun terhadap orang fasik yang menghina dan menyerang pribadinya. Setiap karya jurnalistiknya, liputannya, nasihat dan petunjuk yang diberikannya, membuat seseorang tertarik untuk mendekatkan diri pada Islam karena tutur kata dan diksinya yang lemah lembut dan penuh hikmah. 24 Amanah; inilah kode etik mulia yang pasti harus dimiliki oleh Jurnalisme Islami dalam menghadapi perjuangan demi mencapai misi yang dicita-citakan. Amanah merupakan akhlak yang dimiliki Nabi Muhammad, dalam Surah Asy-Syu‟araa‟ (26) terdapat lima ayat (107, 125, 143, 162 dan 178). yang menyebutkan bahwa “Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (al-amin), yang diutus kepada kalian.”25 Al-Amin, maksudnya, yang bekerja dengan penuh amanah. Para nabi dan rasul senantiasa bersifat amanah dalam menerima ajaran Allah SWT, serta memelihara keutuhannya dan menyampaikannya kepada umat manusia sesuai dengan kehendakNya. Mustahil mereka menyelewengkan atau berbuat curang atas ajaran Allah SWT. 26

Begitu pula mestinya Jurnalisme Islami bekerja dengan penuh amanah, sehingga menjadi lembaga kepercayaan dan dihormati publik. Seorang jurnalis

24

Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, cet ke-1, h. 113-114. 25

QS. Asy-Syu‟araa (26) ayat 107, 125, 143, 162 dan 178. 26

Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Dompet Dhuafa Insani Maksima Promosindo, 2014), cet ke-1, h. 114-115.


(37)

mukmin yang amanah akan melaksanakan tugas dengan bersungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab. Dia tidak akan khianat, culas dan curang. Dia merasa harus bertanggung jawab di hadapan Allah SWT jika di dunia mengabaikan amanah yang diberikan kepadanya. Tabligh; inilah kode etik yang terkait erat dengan fungsi para nabi dan rasul untuk menyampaikan risalah dan amanah Allah kepada umat manusia. Nabi Muhammad menegaskan tugas yang diberikan Allah yang terdapat pada Surah Al-A‟raaf ayat 68 bahwa “Aku menyampaikan amanah-amanah Tuhanku kepada kalian dan aku hanyalah pemberi nasihat yang tepercaya bagi kalian.”27 Lalu Allah berfirman kembali dalam Surah An-Nahl ayat 82 bahwa “Jika mereka tetap berpaling (tidak juga mau masuk Islam) maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan kepadamu (hai Muhammad) hanyalah menyampaikan amanat Allah dengan terang.”28 Kewajiban tabligh, termasuk melalui media massa adalah tanggung jawab besar yang menjadi tonggak dan tiang utama tegaknya agama. Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang menyeru kepada petunjuk maka dia akan mendapat pahala seperti orang yang mengerjakannya, Allah tidak akan mengurangi sedikit pun pahala darinya. Dan barang siapa yang menyeru kepada kesesatan maka dia akan berdosa sebagaimana dosa orang yang melakukannya, Allah tidak aka mengurangi sedikit pun dosa itu darinya” (HR Muslim). Fathanah; inilah kode etik penting yang harus dimiliki Jurnalisme Islami, karena akhlak fathanah akan menyempurnakan tugas. Seorang wartawan akan selalu terlibat langsung dengan narasumber, mengajukan pertanyaan dalam wawancara serta melaporkan hasil liputannya

27

QS Al-A‟raaf (7) ayat 68.

28


(38)

kepada khalayak di segala usia dan tingkat kemampuan mereka. Seorang yang memiliki fathanah cukup paham kondisi mereka dan mengambil pendekatan yang bijak dan penuh hikmah. 29

“Tak jarang para jurnalis muda yang penuh semangat menyampaikan Islam dengan cara yang keras dan kurang hikmah sehingga menyebabkan orang bukan Islam menganggap Islam itu ekstrim dan agama yang tidak toleran. Sebagian mereka suka menyerang pribadi-pribadi tertentu dalam liputannya yang disajikan ke publik. Padahal, Nabi Muhammad SAW dengan kecerdasannya tak pernah mebeberkan aib seseorang di muka umum. Beliau biasa berdakwah dengan cara lemah lembut, bijak dan penuh hikmah”. 30

Keempat akhlak Rasulullah itu bersifat universal. Karena itu Jurnalisme Islami juga bersifat universal, tidak tergantung agama apa yang dianut. Artinya termaktub dalam ajaran para nabi, ulama, pendeta, orang-orang suci, filosof dan para guru kebajikan dari agama dan ideologi apapun.31

Istilah “Dakwah Bil Qalam” (DBQ) mungkin terasa asing di telinga banyak orang, tidak seperti istilah Dakwah Bil Lisan” dan “Dakwah Bil Hal”. Penggunaan nama “Qalam” merujuk kepada firman Allah SWT, maka DBQ sebagai konsep “dakwah melalui pena”, yakni dengan menulis di media massa. 32

Pada era informasi sekarang ini yang ditandai dengan maraknya media massa sebagai sarana komunikasi massa dan alat pembentuk opini publik, para mubalig, aktivis dakwah dan umat Islam pada umumnya harus mampu memanfaatkan media massa untuk DBQ, baik melalui rubrik kolom opini yang terdapat pada surat kabar, mingguan, majalah atau bulletin masjid. Tentu

29

Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Dompet Dhuafa Insani Maksima Promosindo, 2014), cet ke-1, h. 116.

30

Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, cet ke-1, h. 116-117. 31

Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, cet ke-1, h. 117. 32

Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 21.


(39)

saja, DBQ dapat berjalan seiring dengan pelaksanaan dakwah format lama: dakwah bil lisan (ceramah, tablig, khotbah) dan dakwah bil hal (pemberdayaan masyarakat secara nyata, keteladanan perilaku).33

Keunggulan DBQ dibandingkan format dakwah bentuk lain ialah sifat objeknya yang masif dan cakupannya yang luas. Pesan DBQ dapat diterima oleh jutaan orang pembaca dalam waktu yang bersamaan. DBQ juga merupakan senjata dalam melawan serbuan pemikiran pihak-pihak yang hendak merusak akidah, pemikiran dan perilaku Islami umat Islam melalui media massa. Media massa memang alat efektif untuk membentuk opini publik atau umum bahkan memengaruhi orang secara kuat. 34

D. Analisis Wacana

1. Pengertian Analisis Wacana

Kata “wacana” banyak digunakan oleh berbagai ilmu pengetahuan mulai dari ilmu bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya. Namun demikian, secara spesifik definisi dan batasan istilah wacana sangat beragam. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan lingkup dan disiplin ilmu yang memakai istilah wacana tersebut. 35

“Wacana sendiri ditemukan berbagai definisi. Wacana dipakai sebagai terjemahan dari perkataan bahasa Inggris discourse. Kata discourse berasal dari bahasa Latin discursus yang berarti lari kian-ke mari (yang diturunkan dari dis-„dari, dalam arah yang berbeda‟, dan currere „lari‟), yaitu komunikasi pikiran dengan kata-kata; ekspresi ide-ide atau gagasan-gagasan; konversasi atau percakapan, komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu subjek

33

Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 22.

34

Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 21-23.

35

Aris Badara, Analisis Wacana (Teori, Metode dan Penerapannya pada Wacana Media), (Jakarta: Kencana), cet ke-1 h. 16.


(40)

studi atau pokok telaah, risalat tulis; disertasi formal; kuliah; ceramah; khotbah”.36

Alex Sobur berpendapat, Ismail Murahimin mengartikan wacana sebagai “kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut urut-urutan yang teratur dan semestinya” dan “komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur”.37

Dalam pengertian yang lebih sederhana, wacana berarti cara objek atau ide diperbincangkan secara terbuka kepada publik sehingga menimbulkan pemahaman tertentu yang tersebar luas. Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa wacana adalah sebuah cara mengomunikasikan pikiran dalam bentuk lisan maupun tulisan yang teratur dan sistematis dalam kesatuan bahasa yang besar dengan tema-tema dan topik-topik yang disajikan kepada khalayak.

Seperti dikutip Eriyanto, Hikam membagi tiga pandangan mengenai analisis wacana. Masing-masing yaitu pandangan positivisme-empiris, pandangan konstruktivis dan pandangan kritis. Pandangan positivisme-empiris, menurut mereka, analisis wacana menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa dan pengertian bersama. Wacana diukur dengan pertimbangan kebenaran atau ketidakbenaran menurut sintaksis dan sematik (titik perhatian didasarkan pada benar tidaknya bahasa secara gramatikal). Sementara itu konstruktivisme adalah pandangan yang menempatkan analisis wacana sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna

36

Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h.1-2.

37

Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing, cet ke-5, h.10.


(41)

tertentu. Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan. Pengungkapan dilakukan dengan menempatkan diri pada posisi sang pembicara dengan penafsiran mengikuti struktur makna dari sang pembicara. 38

“Pandangan kritis menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Bahasa tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar diri si pembicara. Bahasa dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Karena itu analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa, batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan”.39

Dalam menganalisis teks media, terdapat beberapa analisis yang dapat digunakan. Di antaranya adalah analisis isi, analisis semiotika, analisis framing dan analisis wacana. Melalui discourse analysis (analisis wacana), semiotic analysis (analisis semiotik) atau framing analysis (analisis framing/bingkai), kita dapat memahami bahwa sebenarnya isi media dipengaruhi oleh berbagai komponen yang terdapat dalam institusi media itu sendiri. 40

2. Model Analisis Wacana Teun A. Van Dijk

Fokus penelitian ini adalah wacana model Teun A. Van Dijk. Dari sekian banyak model analisis wacana, model Van Dijk adalah model yang

38

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 4-6.

39

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 6.

40

Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h.3.


(42)

paling banyak dipakai karena Van Dijk mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa diaplikasikan secara praktis.41

Model yang dipakai Van Dijk ini kerap disebut sebagai “kognisi sosial”, nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik pendekatan yang diperkenalkan oleh Van Dijk. Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan atas analisis teks saja, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati, tetapi juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi atau pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. 42

Dalam pandangan Van Dijk, segala teks bisa dianalisis dengan menggunakan elemen tersebut. Meski terdiri atas berbagai elemen, semua elemen itu merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan saling mendukung satu sama lainnya.43 Struktur atau elemen wacana yang dikemukakan Van Dijk dapat digambarkan seperti berikut:44

Tabel 1

ELEMEN WACANA VAN DIJK

Struktur Wacana Hal yang Diamati Elemen Struktur Makro TEMATIK

(Apa yang dikatakan?)

Topik

41

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 221.

42

Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h.73.

43

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 226.

44

Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h.74.


(43)

Superstruktur SKEMATIK (Bagaimana pendapat disusun

dan dirangkai)

Skema

Struktur Mikro SEMANTIK (Makna yang ingin

ditekankan dalam teks berita)

Latar, detail, maksud,

praanggapan, nominalisasi.

Struktur Mikro SINTAKSIS (Bagaimana

pendapat disampaikan?)

Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti.

Struktur Mikro STILISTIK (Pilihan kata apa

yang dipakai?)

Leksikon

Struktur Mikro RETORIS (Bagaimana dan dengan cara apa

penekanan dilakukan?)

Grafis, Metafora, Ekspresi.

Tabel 2

Model dari analisis Van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut: 45

45

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 225.

Konteks

Kognisi Sosial Teks


(44)

Dari gambar model analisis wacana Van Dijk di atas dapat diuraikan penjelasannya sebagai berikut:

a. Teks

Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Teks menganalisis bagaimana strategi wacana yang dipakai untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu. Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk menyingkirkan atau memarjinalkan kelompok, gagasan atau peristiwa tertentu. Struktur teks dapat digambarkan sebagai berikut:46

Tabel 3

Struktur Teks Wacana Van Dijk Struktur Makro

Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks.

Superstruktur

Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan.

Struktur Mikro

Makna lokal dari suatu teks yang diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.

46


(45)

Berikut akan diuraikan satu per satu elemen wacana Van Dijk, di antaranya yaitu: pertama, tematik; elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Topik berita baru bisa disimpulkan setelah tuntas membaca, mendengar atau menonton berita tersebut.47 Gagasan penting Van Dijk, wacana umumnya dibentuk dalam tata aturan umum. Teks tidak hanya didefinisikan tetapi mencerminkan suatu pandangan atau topik tertentu, tetapi suatu pandangan umum yang koheren. Van Dijk menyebut hal ini sebagai koherensi global (global coherence), yakni bagian-bagian dalam teks menunjuk pada satu titik gagasan umum dan bagian-bagian tersebut saling mendukung satu sama lain untuk menggambarkan opini tersebut. 48

Kedua, skematik; menurut Van Dijk, arti penting dari skematik adalah strategi wartawan untuk mendukung teori tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skematik memberikan tekanan bagaimana yang didahulukan dan bagaimana yang bisa dikemudiankan sebagai strategi menyembunyikan informasi penting. Teks atau wacana pada umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan hingga membentuk kesatuan arti. 49

47

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 229.

48

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 229.

49

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 231-234.


(46)

Ketiga, semantik; semantik atau makna yang ingin ditekankan dalam teks dapat dilihat dari beberapa hal seperti latar, detil, maksud dan praanggapan. Latar, detil dan maksud berhubungan dengan informasi mana yang ditekankan dan mendapatkan porsi lebih banyak. Sementara itu, elemen praanggapan merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks.50

Keempat, sintaksis; secara etimologis, kata sintaksis berasal dari kata Yunani (sun = „dengan‟ + tattein = „menempatkan‟). Jadi sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase. 51 Sintaksis berhubungan dengan bagaimana kalimat yang dipilih. Sintaksis dapat dilihat dari koherensi, pengingkaran, bentuk kalimat dan kata ganti.52

Kelima, stilistik; pusat perhatian stilistik adalah style, yakni cara yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Dengan demikian, style dapat diterjemahkan sebagai gaya bahasa. 53 Stilistik berhubungan dengan bagaimana pilihan kata yang digunakan dalam teks berita. Elemen stilistik dikenal dengan leksikon. Pada dasarnya leksikon

50

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 235

51

Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h.82.

52

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 242.

53

Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h.82.


(47)

menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata dari sekian banyak pilihan yang ada. 54

Keenam, retoris; retoris berhubungan dengan bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan. Retoris dapat dilihat dari penggunaan grafis, metafora serta ekspresi. Grafis melihat penggunaan grafik, gambar atau table untuk mendukung arti penting suatu pesan. Elemen grafik memberikan efek kognitif, dalam arti ia mengontrol perhatian dan ketertarikan secara intensif dan menunjukkan apakah suatu informasi itu dianggap penting dan menarik sehingga harus dipusatkan atau difokuskan.55

b. Kognisi Sosial

Kognisi sosial melihat bagaimana suatu teks diproduksi. Kognisi sosial berkaitan dengan kesadaran mental wartawan yang membentuk teks tersebut. Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat dan ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna tersembunyi dari teks, membutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial. Wartawan tidak dianggap sebagai individu yang netral, tetapi individu yang mempunyai bermacam nilai, pengalaman dan pengaruh ideologi yang didapatkan dari kehidupannya.56

54

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 255.

55

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 258. 56

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 259-260.


(48)

Van Dijk menyebutkan bahwa peristiwa dipahami dan dimengerti berdasarkan skema. Skema dikonseptualisasikan sebagai struktur mental di mana di dalamnya tercakup bagaimana kita memandang manusia, peranan sosial dan peristiwa. Ada beberapa macam skema atau model yang dapat digambarkan berikut ini:57 pertama, skema person; bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang orang lain. Bagaimana seorang wartawan Islam, misalnya, memandang dan memahami orang Kristen yang kemungkinan besar akan berpengaruh terhadap berita yang akan ditulis.

Kedua, skema diri; berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami dan digambarkan oleh seseorang. Ketiga, skema peran; berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati seseorang dalam masyarakat. Keempat, skema peristiwa; skema ini barangkali paling banyak dipakai. Setiap peristiwa selalu kita tafsirkan dan maknai dalam skema tertentu. Biasanya, skema inilah yang paling banyak dipakai oleh wartawan. 58

c. Konteks Sosial

Konteks sosial ialah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal

57

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 259-262.

58

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 262.


(49)

diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. 59 Titik penting dari analisis ini adalah untuk menunjukkan bagaimana makna yang dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan legitimasi. Menurut Van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua poin yang penting: kekuasaan dan akses. Pertama, praktik kekuasaan; Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang dimilki oleh suatu kelompok (atau anggotanya) yang mengontrol kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya didasarkan pada kepemilikan atau sumber-sumber yang bernilai, seperti uang, status dan pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik, tetapi juga bertindak persuasif dengan jalan memengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap dan pengetahuan. Analisis wacana memberikan perhatian yang besar pada apa yang disebut dominasi. Dominasi direproduksi oleh pemberian akses yang khusus pada satu kelompok dibandingkan kelompok lain (diskriminasi). Ia juga memberi perhatian atas proses produksi lewat legitimasi melalui bentuk kontrol pikiran.60

Kedua, akses memengaruhi wacana; analisis wacana Van Dijk memberi perhatian yang besar pada akses, bagaimana akses di antara masing-masing kelompok dalam masyarakat. Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa. Karena itu, mereka yang lebih berkuasa mempunyai kesempatan

59

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 271.

60

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 272.


(50)

lebih besar untuk akses pada media, dan kesempatan lebih besar untuk memengaruhi kesadaran khalayak.61

E. Undang-undang Penyiaran di Indonesia

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) merupakan lembaga yang mengatur penyiaran di Indonesia. Dalam rangka mengatur perilaku lembaga penyiaran di Indonesia dibutuhkan suatu pedoman yang wajib dipatuhi agar pemanfaatan frekuensi radio sebagai ranah publik yang merupakan sumber daya alam terbatas dapat senantiasa ditujukan untuk kemaslahatan masyarakat sebesar besarnya.

Pedoman Perilaku Penyiaran Standar Program Siaran (P3SPS) pada dasarnya dirancang berdasarkan amanat yang diberikan Undang-Undang Republik Indonesia No. 32/2002 tentang Penyiaran kepada Komisi Penyiaran Indonesia. Sebuah pedoman yang mengatur perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam dunia penyiaran Indonesia. 62

Pedoman Perilaku Penyiaran merupakan panduan tentang batasan-batasan mengenai apa yang diperbolehkan dan atau tidak diperbolehkan berlangsung dalam proses pembuatan program siaran, sedangkan Standar Program Siaran merupakan panduan tentang batasan apa yang diperbolehkan dan atau yang tidak diperbolehkan ditayangkan dalam program siaran. Dengan demikian P3SPS merupakan penjabaran dari ketentuan kode etik dalam Undang-undang No. 32 tahun 2002 yang masih bersifat umum. Pedoman perilaku penyiaran bersumber kepada nilai-nilai

61

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 272-273.

62

Komisi Penyiaran Indonesia. Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran. 2012, h. 1.


(51)

agama, moral dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta norma-norma lain yang berlaku dan diterima oleh masyarakat umum dan lembaga penyiaran.

Pedoman perilaku penyiaran menentukan standar isi siaran yang sekurang-kurangnya berkaitan dengan rasa hormat terhadap pandangan keagamaan, rasa hormat terhadap hal pribadi, kesopanan dan kesusilaan, pembatasan adegan seks, kekerasan dan sadism, perlindungan terhadap anak-anak, remaja dan perempuan, penggolongan program dilakukan menurut usia khalayak, penyiaran program dalam bahasa asing, ketepatan dan kenetralan program berita dan lain-lain.63

Stasiun televisi harus memerhatikan keseimbangan antara kebutuhan yang dapat ditimbulkan khususnya dalam penyiaran program berita yang memuat adegan kekerasan, kecelakaan dan bencana. Program yang mengandung muatan secara dominan atau mengandung adegan kekerasan eksplisit dan vulgar, hanya dapat disiarkan pada jam tayang di mana anak-anak pada umumnya diperkirakan sudah tidak menonton televisi, yakni pukul 22.00-03.00 sesuai dengan waktu stasiun penyiaran yang menayangkan.64

63

Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), cet ke-1 h. 248.

64

Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), cet ke-1 h. 249.


(52)

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Perkembangan Televisi di Indonesia

Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 ketika bertepatan dengan pelaksanaan Olahraga Asia IV (Asian Games IV) di Jakarta. Saat itu masyarakat Indonesia disuguhi tontonan realita yang begitu memukau. Meskipun hanya siaran televisi hitam putih, namun siaran pertama di Indonesia itu menjadi momentum yang sangat bersejarah. Perkembangan dunia pertelevisian semakin maju sejak pemerintah mengeluarkan izin kehadiran televisi swasta pada tahun 1989. Diawali stasiun televisi swasta RCTI, kemudian diikuti SCTV, TPI, ANTV, Trans TV, TV 7, Global TV dan Lativi. 1

1. Transisi dari Era Orde baru ke Era Reformasi

Ketika pertama kali Televisi Republik Indonesia (TVRI) mengudara, televisi pemerintah ini awalnya menampilkan liputan Asian Games IV. Ini artinya sejak awal TVRI sudah memerhatikan konsumsi berita untuk pemirsanya. Sebagai TV pemerintah akhirnya pola acara pemberitaan lebih pada acara yang sifatnya seremonial. Saat itu, berita semacam ini mengalir begitu saja, artinya masyarakat pasrah dan menerima apa saja yang disajikan oleh TVRI karena TVRI saat itu sangat monopolistis. 2

11

Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), cet ke-1, h.15.

2


(53)

“Tidak ada siaran televisi selain TVRI saat itu, maka begitu kran deregulasi di bidang pertelevisian dibuka lebar-lebar dan muncul beberapa stasiun TV swasta barulah masyarakat mendapatkan beberapa alternatif tayangan, terutama acara berita. Terasa sekali setelah kurang lebih 32 tahun masyarakat Indonesia dijejali dengan informasi „pesanan‟ yang disiarkan lewat pemberitaan TVRI, tiba-tiba disuguhi beragam berita yang tidak melulu mengenai seremonial. Bertahannya pemerintahan orde baru yang berkuasa hampir 32 tahun itu adalah contoh dari peran politik monopoli penyiaran di Indonesia yang begitu kuat yakni keleluasaan untuk menyajikan berita-berita pembangunan yang hanya bersumber dari pejabat negara.”3

Oleh karenanya, hampir 32 tahun selalu di suguhi model-model propaganda melalui program acara pembangunan di TVRI yang tidak lain hanya memberitakan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional. Bukanlah hal yang mustahil bila kelanggengan pemerintahan orde baru tidak lepas dari peran politik pemberitaan TVRI. Peran ini lebih ditonjolkan pada orientasi pemberitaan yang berbau seremonial. Mulailah kebebasan mendapatkan informasi yang transparan berlaku di negara ini, sampai akhirnya penonton atau masyarakat bisa memilih acara berita dari 11 stasiun televisi swasta. 4

Di era orde baru memang peran media khususnya media penyiaran baik RRI maupun TVRI belumlah menunjukkan fungsi sosial dengan sempurna karena intervensi politik kekuasaan pada waktu itu. Sebenarnya pada waktu itu Departemen Penerangan (Deppen) telah mengedepankan fungsi media RRI dan TVRI yang sebenarnya dalam rangka meningkatkan peran sosial RRI dan TVRI dengan melegitimasi forum media seperti kelompencapir sebagai media belajar masyarakat, tetapi dalam pelaksanaannya belumlah optimal karena masuknya

3

Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), cet ke-1, h.27.

4


(1)

masyarakat seperti itu, misalkan ternyata itu dari temannya. Tim liputan juga akan berhati-hati kita akan lindungi sekolahnya di mana itu sudah diskusi sama reporterlah, kita cuma mau kasih tau masyarakat iniloh bahaya, cara, modusya untuk menjerumuskan PSK pada remaja ini.

14.Apa yang dilakukan tim Reportase Investigasi setelah mendapat teguran pada episode Geliat PSK ABG? Contohnya dari atasan menegur terlebih dahulu atau diadakan evaluasi bersama?

Itu biasanya kan itu salah di itu kan kita chit chat sama si PSK,ternyata si ABGnya ngomongnya terlalu vulgar dan gak layak didenger oleh penonton itu sebenarnya awalnya dari ngomongnya begitu dari proses editing kan sudah disamarin tapi masih kedengeran kalo dia ngomong terlalu vulgar next kita gak akan masukin yang seperti itu kayak transaksi harga dan lain-lain.

15.Apa yang akan Reportase Investigasi kembangkan kedepannya? Kita kan sudah lama, hampir semua kasus kita sudah liput dengan pengulangan dan narasumber yang berbeda Pengembangannya itu dengan kemasan paket selama ini kan hanya templatenya saja dapetnya di mana, kita mulai coba reporter akan partisipatif inframe cuma dari belakang seolah olah dia ikut penelusuran, biasanya kan reporter tidak inframe, jadi seperti itu.


(2)

TRANSKIP WAWANCARA PENELITIAN

Pewawancara: Umi Kulsum (Mahasiswa UIN Jakarta)

Narasumber: Theodorus Lintas Melawai

Pelaksanaan Wawancara: Senin, 25 April 2016, pukul 16.00 WIB di taman Transmedia

1. Bagaimana menentukan isu dan konten yang akan ditayangkan program Reportase Investigasi?

Kalo tanya isu sih sebenernya itu ada dua cara biasa yang pertama dari reporternya yang ngasih kedua dari pikiran saya sendiri kalo misalnya lagi duduk lagi bengong itu menarik dan kalo dirasa bisa ya dijalani langsung bilang sama reporternya, lo riset ini ya, dia akan riset dan dia akan melakukan pengamatan dan dia cari narsumnya begitu dia dapet dia akan peaching lagi begitu oke dia akan jalan. Invest biasanya bermain di luar isu, beberapa isu yang besar juga kita mainin juga seperti begal itu kita buat dan grebegan grebagan yang formalin formalin mie itu kita buat seperti itu , tapi kalo coomon common isu yang politik segala macem gak terlalu kalo gak bisa kita bikin.

2. Apa alasan yang melatarbelakangi tim Reportase Investigasi untuk

mengangkat kasus “Geliat PSK ABG” yang ditayangkan pada 8

Februari 2015?

Kalo yang jaman gue itu gue selalu melihat fenomena kehidupan. Fenomena bahwa ada sekelompok anak yang pengen hidup seneng dengan cara gampang itu aja sih intinya sebenernya. Untuk yang Geliat PSK ABG ini yaudah dari situ kita ngobrol ini gimana ceritanya, baru dia bikin breakdown, dia cari narsumnya, dia ketemu gua lagi ngobrol baru diskusi. Biasanya kita cari vixer, vixer adalah orang yang tahu, jadi vixer memberikan calon, ni orangnya seperti ini, nah pas dikasih sama vixer biasanya reporter akan mendalami sendiri , jadi gak langsung dapet langsung diliput mereka punya pengendapan berapa lama ngikutin tapi narsumnya gak tau vixernya juga gak tau, begitu oke, okesip, nah vixernya


(3)

itu baru ngehubungi orang itu buat ngehubungin ke kita, buat jaga supaya, bisa aja kan orang udah ngomong ternyata enggak seperti itu

3. Apa tujuan diangkatnya kasus ini?

Tujuannya supaya orang lihat bahwa di dunia ini tuh gak selalu baik, bahwa ada sekelompok orang yang nakal seperti yang gua bilang tadi pengen hidup seneng dengan cara gampang supaya orang tua melek kepada anak-anaknya dan yang mengkhawatirkan itu di kota kecil itu lho bukan di Jakarta, kota besar sangat memprihatinkan. Banyak sih yang bilang gitu temen-temen ngapain ngangkat itu, untungnya apa, kalo buat gua sih saat gua megang invest gua pengen menonjolkan fenomena, setiap produser kan punya alasan pribadi kenapa bikin fenomena yang diperhatikan.

4. Bagaimana pandangan anda terhadap kasus prostitusi yang melibatkan ABG tersebut?

Karena gua punya anak perempuan, ya ngerilah bahwa apa ya demi sebuah handphone baru dia mau gitu dan gak mahal di sebuah kota kecil, di Jawa Barat demi seperti hal itu aja sesuatu yang gampang, orang mau anak-anak itu mau.

5. Bagaimana pendapat anda tentang sebutan PSK untuk pelacur? Kalo itu sih memang itu kan hanya penamaan ya, semua orang berhak menamakan itu, buat gua sih gak masalah itu, mungkin untuk menghaluskan istilah pelacur aja.

6. Pesan apa yang ingin tim Reportase Investigasi sampaikan kepada publik dalam tayangan kasus tersebut?

Pesan utama satu, jangan mudah tergoda, jangan mudah teriming-iming untuk melakukan sesuatu, lu gak akan dapet kalo gak berusaha, gak ada yang instan.

7. Bagaimana Anda memosisikan diri dalam kasus ini?

Kalo gua sih sebenernya buat gue kalo gitu gituan yaudah ada lah dan gue gak bersikap menolak, prostitusi kan udah ada sejak jaman dulu, yaudah kalo sekarang gimana gue memprotect keluarga gue supaya gak begitu, kalo buat urusan orang lain ya udahlah, itu urusan keluarga


(4)

masing-masing, kalo buat gua sendiri gua akan memprotect keluarga gue, sebenernya lebih ke pribadi dari pada luar dan yaudah sesuai pesan moral aja setelah nonton terserah penonton mau gimana, kalo gue kan gak suka mengarahkan orang untuk begini begini, balik lagi ke penonton.

8. Apakah ada opini (pengetahuan wartawan) yang memengaruhi naskah atau daftar wawancara mengenai kasus “Geliat PSK ABG” ini?

Kalo yang gua tau kan di jurnalistik modern tu opini harus diikutsertakan apalagi di features indepth seperti ini itu kan harus pake opini kalo gak pake opini yang gak akan bagus ceritanya.

9. Acara ini telah ditegur oleh KPI pada 27 Februari 2015, bagaimana Anda menyikapi teguran ini?

Begitu ini peaching jadi gini kita punya isu liputan common, kita kayak makanan atau ini gak common kayak narkoba, biasanya gua udah ngomong sama EP, malah dulu gua mau buat sup bayi, kita udah dapet, kita udah dapet tinggal eksekusi, kita dikasih bayi satu untuk dimakan akhirnya gak jadi. Nah hal seperti itu kita udah diskusi sama EP, kita udah ngitung ini udah pasti ditegur, ini mau gak mau pasti ditegur. Semua yang kita buat semua yang kita plan kita udah tahu resikonya. Kalo yang makanan ya gak mungkinlah kecuali ada bocoran produk tapi itu jaranglah, nah gua megang investigasi yang ditegor begini beginian, prostitusi, sekolah copet, satu lagi apa. Yaudahlah ini namanya resiko, yang gua lihat sih gimana cara kita menilai, masalahnya kan KPI memang diciptakan untuk begitu menilai untuk menyetir, tapi semua itu balik lagi ke penontonnya, penontonya mau ikut yang mana dan kita juga gak boleh munafik kalo ada begitu begituan, terserah mau anggep itu peluang kerja, jadi warning, terserah yang nonton.

10.Bagaimana dengan pemilihan bahasa dan struktur kalimat dalam naskah?

Kalo bahasa dan kalimat sepertinya gak beda sama liputan lainnya, sama aja, TV kan punya bahasa sendiri, bahasa langsung, bahasa yang mudah dimengerti, gue waktu itu selalu bilang jangan pake bahasa-bahasa yang


(5)

sulit, jangan pake analogi yang susah, trus jangan pake istilah-istilah yang jarang didenger orang seperti itu sih, selebihnya sama lah.

11.Bagaimana pemilihan kata untuk judul pada tayangan setiap episodenya?

Kalo judul mungkin agak nyeleneh, kadang dari gue kadang dari EP, jadi kadang kita abis preview baru judul ini nih yang enak, kadang-kadang dari editor jadi susah gak ada teorinya. Jadi kita nonton preview, kalo gua kan preview tiga sampai empat kali tuh pasti keluar, jangankan gua editor pun bisa, yang penting judul itu dibilang boombastis enggak tapi harus dapet yang penting eye catching harus bisa memancing perhatian orang dan jangan panjang-panjang, maksimal tiga suku kata.

12.Mengapa memilih kata „Geliat‟ pada judul tayangan?

Kenapa geliat karena memang itu kan sesuatu yang gak keliatan ya sesuatu yang gak kasat mata, jadi ada yang gak keliatan tapi ada pergerakan di bawah itu, sesuatu yang gak keliatan tapi membahayakan.

13.Apakah ada pertimbangan lain dari tim sebelum menampilkan kasus yang kontroversi di masyarakat?

Ini yang bikin reporternya yang bikin kayak kalian lho, bukan cowok, reporternya cewek jilbaban juga dia anakanya polos beneran, begitu dia peaching, bang gua mau bikin ini ya, gila lo dapet dari mana, udahlah bang gua udah tau, yaudah gua kasih, dia bikin sekolah copet, dia bikin kawin bidah, kalo mau tanya gue kenapa, tanya dia begitu, dengan background dia yang alim mungkin karena penasaran dan seperti yang gua bilang tadi semua yang kita rapatkan kita peaching kalo bos udah oke kita udah tau resikonya, kalo ditegor yang ngurusin KPI orang bos atasan.

14.Apakah ada bagian yang dipotong atau dihilangkan pada waktu pengeditan sebelum ditayangkan?

Ada sih, kan itu ada adegan bukan adegan bercintanya, kita memasukan cameramen dengan kamera tersembunyi, makanya waktu proses pemilihan itu gue menugaskan cameramen yang alim yang lempeng, yang bapak banget udah punya anak, anaknya cewek, soalnya kalo cameramen yang brutal bahaya. Jadi dalam memilih gua memang sih mereka pertama


(6)

dipasang-pasangkan sama tim yang buat jadwal A sama B, C sama D, untuk kasus-kasus tertentu gua boleh mengganti bahwa ni cameramen jangan dia sama yang ini aja, produser berhak mengubah, pertimbangannya seperti itu kalo dikasih cameramen yang badung ya liputan gak beres yang udah gua bayar lebih gitu, mendingan gua kasih yang alim begitu berduaan udah keringet dingin begitu ceweknya tidur di sini udah panik, mendingan yang kayak gitu, itu akan jalan ketimbang dikasih yang bandel. Jadi ada adegan di mana kalo gak salah ada dua, yang pertama dikasih cameramen itu, itu yang dicari sama vixer yang kedua yang didapet mbaknya (reporter) itu sendiri, nah yang itu kita kasih vixernya yang maju dia beda yang pake vixer emang bener-bener dimanfaatin beda sama cameramen kita, nah justru gambar yang kita tarik itu yang sama vixer tadi, ya dia kan gak peduli, jadi ada vixer ada informan, nah jadi vixernya kalo gak salah bencong jadi informannya, jadi informannya yang make nah itu adegan itu yang paling banyak dipotong, meskipun udah digelapin udah diblur karena masih ada cahaya sedikit ada pergerakan yang menurut kita gak bener kita potong, selebihnya sih shot shot yang bisa nandain sesuatu misalnya sekolah kita gak tau tapi orang sana kan tahu, oh sekolah ini nih, trus karena itu dia shootingnya hari jumat sebagian besar pake batik, nah jadi itu sebenernya itu gak dipotong tapi kita hitam putihin biar gak dibilang kita pukul rata.


Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN IMPLEMENTASI PRINSIP – PRINSIP JURNALISME INVESTIGASI DALAM PEMBERITAAN TELEVISI (Analisis Isi Pada Tayangan ”Reportase Investigasi” di Trans TV edisi Obat Palsu dan ”Sigi 30 Menit” di SCTV edisi Kosmetik Palsu)

0 4 2

Aktivitas Produksi Berita Makanan Tidak Halal Dalam Reportase Investigasi Trans Tv

0 13 130

PENDAHULUAN ETIKA JURNALISME DALAM PROGRAM ACARA REPORTASE INVESTIGASI DI TRANS TV (Studi Evaluatif Jurnalis dalam Memproduksi Tayangan Reportase Investigasi Episode “Bakso Ayam dan Ikan Busuk” dengan Memakai Kerangka Pemikiran Ralph Potter).

0 4 29

PENUTUP ETIKA JURNALISME DALAM PROGRAM ACARA REPORTASE INVESTIGASI DI TRANS TV (Studi Evaluatif Jurnalis dalam Memproduksi Tayangan Reportase Investigasi Episode “Bakso Ayam dan Ikan Busuk” dengan Memakai Kerangka Pemikiran Ralph Potter).

0 4 48

SKRIPSIPENGARUH TERPAAN BERITA PENGARUH TERPAAN BERITA REPORTASE INVESTIGASI DI TRANS TV TERHADAP SIKAP PENONTON (Penelitian Eksperimental Mengenai Pengaruh Terpaan Berita Reportase Investigasi Episode “Jebakan Kawat Gigi Murah” di Trans TV Terhadap Sikap

0 3 15

PENDAHULUAN PENGARUH TERPAAN BERITA REPORTASE INVESTIGASI DI TRANS TV TERHADAP SIKAP PENONTON (Penelitian Eksperimental Mengenai Pengaruh Terpaan Berita Reportase Investigasi Episode “Jebakan Kawat Gigi Murah” di Trans TV Terhadap Sikap Siswi SMA Santa Ma

2 13 36

PENUTUP PENGARUH TERPAAN BERITA REPORTASE INVESTIGASI DI TRANS TV TERHADAP SIKAP PENONTON (Penelitian Eksperimental Mengenai Pengaruh Terpaan Berita Reportase Investigasi Episode “Jebakan Kawat Gigi Murah” di Trans TV Terhadap Sikap Siswi SMA Santa Maria

0 3 26

PENGARUH TERPAAN TAYANGAN “REPORTASE INVESTIGASI” TRANS TV TERHADAP KECEMASAN PENGARUH TERPAAN TAYANGAN “REPORTASE INVESTIGASI” TRANS TV TERHADAP KECEMASAN MASYARAKAT SLEMAN DI YOGYAKARTA (Studi Eksplanatif Pengaruh Terpaan Tayangan Reportase Investigasi

0 4 17

PENDAHULUAN PENGARUH TERPAAN TAYANGAN “REPORTASE INVESTIGASI” TRANS TV TERHADAP KECEMASAN MASYARAKAT SLEMAN DI YOGYAKARTA (Studi Eksplanatif Pengaruh Terpaan Tayangan Reportase Investigasi Trans TV Episode “Abon Ayam Limbah dan Ayam Tiren Rekondisi” terh

0 6 39

PENUTUP PENGARUH TERPAAN TAYANGAN “REPORTASE INVESTIGASI” TRANS TV TERHADAP KECEMASAN MASYARAKAT SLEMAN DI YOGYAKARTA (Studi Eksplanatif Pengaruh Terpaan Tayangan Reportase Investigasi Trans TV Episode “Abon Ayam Limbah dan Ayam Tiren Rekondisi” terhadap

0 6 28