Gambar 12 memperlihatkan gejala serangan C. militaris terhadap rayap pada pengamatan terakhir yaitu rayap yang terinfeksi akan mengalami mumifikasi dan
muncul koloni jamur warna putih disekitar tubuhnya, dimana warna koloni jamur sesuai dengan warna koloni jamur yang menginfeksinya. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Suziani 2011 yaitu serangga yang terinfeksi jamur C. militaris akan mengalami mumifikasi dan setelah beberapa hari akan tumbuh koloni jamur bewarna
putih disekitar tubuh. Pada Gambar 12b dan 12c diatas, dapat dilihat bahwa baik pada aplikasi
semprot maupun tabur keadaan rayap yang terinfeksi oleh jamur C. militaris. menunjukkan gejala yang sama yaitu terlihat pada bagian kutikula hingga ke
hemolimf rayap dalam keadaan rusak, disebabkan miselium jamur memproduksi
enzim yang mampu menghancurkan kutikula serangga. Hal ini menunjukkan bahwa jamur entomopatogen telah menyelesaikan satu siklus hidupnya dan akan
bereproduksi lagi membentuk propagul baru dan propagul ini nantinya akan mencari inang lain, dengan kata lain propagul ini akan kontak dengan inang baru dan akan
menginfeksi inang yang baru. Sesuai dengan hasil penelitian Priyanti 2009, dinyatakan bahwa untuk menyelesaikan siklus hidupnya kebanyakan patogen harus
kontak dengan inangnya, kemudian masuk ke dalam tubuh inang, bereproduksi di dalam satu atau lebih jaringan inang dan menghasilkan propagul untuk kontak dan
menginfeksi inang baru.
3. Waktu Kematian Rayap 50
Hasil anasilis sidik ragam menunjukkan bahwa aplikasi C. militaris dengan cara disemprot dan ditaburkan berpengaruh nyata terhadap waktu kematian rayap
50 terhadap kematian serangga.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Pengaruh pengaplikasian C. militaris terhadap waktu kematian rayap 50 Rayap
Perlakuan Waktu kematian rayap 50 hari
P0 0.00d P1 5.00a
P2 4.33b P3 4.00bc
P4 4.00bc P5 5.00a
P6 4.33b P7 4.00bc
P8 3.67c
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom baris yang sama berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf uji 5.
Tabel 2 menunjukkan bahwa lethal time 50 C. militaris terhadap rayap tercepat terdapat pada perlakuan P8 jamur C. Militaris ditaburkan 40 gr yaitu 3,67
hari dan terlama pada perlakuan P1 jamur C. militaris disemprotkan 10 gr 100 ml air dan P5 jamur C. militaris ditaburkan 10 gr. Hal ini menunjukkan semakin
banyak isolat media jagung maka jumlah konidia semakin banyak. Jumlah konidia yang lebih banyak maka invasi yang akan terjadi lebih cepat. Selain itu, aplikasi
dengan cara ditabur akan lebih efektif karena media jagung masih tersedia bagi pertumbuhan jamur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Barbara 2005 yaitu aplikasi
isolat media jagung C. militaris dengan menaburkan ke area serangan memiliki keuntungan yang lebih karena nutrisi jagung masih tersedia bagi pertumbuhan jamur
sehingga semakin lama akan terbentuk badan buah dan penyebaran spora menjadi lebih luas.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Persentase mortalitas rayap tertinggi pada awal pengamatan terdapat pada
perlakuan jamur C. militaris ditaburkan 40 gram P8 sebesar 15,00 dan
terendah pada perlakuan jamur C. militaris ditaburkan 10 yaitu 5,00.
2. Persentase mortalitas rayap tertinggi 100 terdapat pada P3 jamur C. militaris
disemprotkan 30 gr 100 ml air, P4 jamur C. militaris disemprotkan 40 gr 100 ml air, P7 jamur C. militaris ditaburkan 30 gr dan P8 jamur C. militaris
ditaburkan 40 gr dan terendah 86,67 pada perlakuan P5 jamur C. militaris
ditaburkan 10 gr.
3. Waktu kematian 50 rayap tercepat 3,67 hari terdapat pada perlakuan P8
jamur C. Militaris ditaburkan 40 gr dan terlama 5,00 hari pada perlakuan P1 jamur C. militaris disemprotkan 10 gr 100 ml air dan P5 jamur C. militaris
ditaburkan 10 gr.
4. Rayap yang terinfeksi C. militaris mengalami mumifikasi dan setelah beberapa
hari akan tumbuh koloni jamur bewarna putih di sekitar permukaan tubuh.
5. C. militaris
yang diaplikasikan dengan cara ditaburkan lebih cepat menginfeksi
rayap daripada disemprotkan. Saran
Perlu dilakukan penelitian mengenai C. militaris dengan media tumbuh yang berbeda untuk mengetahui perbedaan efektifitasnya.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Coptotermes curvignatus
Holmgren
Betina ratu memiliki abdomen yang membesar yang tugasnya bertelur dan jantan raja, tugasnya hanya membuahi ratu. Jantan fertil tidak harus selalu
membuahi betina fertil. Betina fertil memiliki kantung yang dapat menyimpan sperma dari jantan fertil. Ukuran ratu umumnya sebesar jempol pria dewasa bahkan
lebih sedangkan raja hanya 110 dari ukuran ratu. Telurnya mencapai ± 36000 sehari bila koloninya sudah berumur ± 5 tahun. Ratu rayap dapat hidup sampai dengan 20
tahun, bahkan lebih Prasetyo, 2005. Selama hidup ratu hanya bertelur, tetap berada di inti sarang dan tidak keluar
sampai akhir hayatnya. Biasanya ratu dan raja adalah individu pertama pendiri koloni. Pasangan ini disebut sebagai pasangan reproduktif primer. Dalam satu koloni
hanya ada satu ratu dan raja. Jika raja dan ratu mati, koloni akan membentuk betina dan jantan fertil baru dari individu lain, biasanya dari kasta pekerja. Pasangan baru
ini disebut sebagai pasangan reproduktif suplementer atau neoten. Abdomen dari betina reproduktif suplementer tidak sebesar abdomen betina pada reproduktif primer
bersayap dan merupakan pendiri koloni. Neoten muncul segera setelah kasta reproduktif primer mati atau hilang karena fragmentasi koloni. Selanjutnya, neoten
menggantikan fungsi kasta reproduktif primer untuk perkembangan koloni Tarumingkeng, 2005,
Universitas Sumatera Utara
Telur yang akan menetas menjadi nimfa mengalami perubahan 5-8 instar. Jumlah telur rayap bervariasi, tergantung kepada jenis dan umur. Saat pertama
bertelur betina mengeluarkan 4-15 butir telur. Telur rayap berbentuk silindris, dengan bagian ujung yang membulat yang berwarna putih. Panjang telur bervariasi
antara 1-1,5 mm. Telur Coptotermes curvignathus akan menetas setelah berumur 8- 11 hari Tarumingkeng, 2005.
Kepala berwarna kuning, antena, labrum, dan pronotum kuning pucat. Bentuk kepala bulat ukuran panjang sedikit lebih besar daripada lebarnya. Antena terdiri dari
15 segmen. Mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung di ujungnya, batas antara sebelah dalam dari mandibel kanan sama sekali rata. Panjang kepala dengan
mandible 2,46-2,66 mm, panjang mandibel tanpa kepala 1,40-1,44 mm dengan lebar pronotum 1,00-1,03 mm dan panjangnya 0,56 mm, panjang badan 5,5-6 mm.
Bagian abdomen ditutupi dengan yang menyerupai duri. Abdomen berwarna putih kekuning-kuningan Nandika et al., 2003.
Rayap hidup dalam suatu komunitas yang disebut koloni. Setiap koloni rayap terdapat lebih dari satu juta serangga dibagi menjadi kelompok-kelompok
Gambar 1. Bentuk kepala dan mandible C. curvignathus
Universitas Sumatera Utara
khusus yang disebut kasta. Masing-masing kasta mempunyai bentuk dan peran yang berbeda-beda Nandika et al., 2003.
Nandika dkk, 2003.
Gambar 2. Siklus hidup rayap
Sumber: www.e-dukasi.net Perilaku rayap
Pola perilaku rayap adalah kriptobiotik atau sifat selalu menyembunyikan diri, mereka hidup di dalam tanah dan bila akan ada invasi mencari objek makanan
juga menerobos bagian dalam, dan bila terpaksa harus berjalan di permukaan yang terbuka mereka membentuk pipa pelindung dari bahan tanah dan humus
Tarumingkeng, 2005. Sifat kanibal terutama menonjol pada keadaan yang sulit misalnya
kekurangan air dan makanan, sehingga individu yang kuat saja yang dipertahankan, yaitu dengan membunuh serta memakan rayap-rayap yang tidak produktif lagi
karena sakit, sudah tua atau mungkin juga karena malas baik reproduktif, prajurit maupun kasta pekerja. Kanibalisme berfungsi untuk mempertahankan prinsip
efisiensi dan konservasi energi, dan berperan dalam pengaturan homeostatika keseimbangan kehidupan koloni rayap Zulkefli et al., 2012.
Universitas Sumatera Utara
Sifat trofalaksis merupakan ciri khas diantara individu-individu dalam koloni rayap. Masing-masing individu sering mengadakan hubungan dalam bentuk menjilat,
mencium dan menggosokkan tubuhnya satu dengan yang lainnya. Sifat ini diinterpretasikan sebagai cara untuk memperoleh protozoa flagellata bagi individu
yang baru saja berganti kulit eksidis, karena pada saat eksidis kulit usus juga tanggal sehingga protozoa simbiont yang diperlukan untuk mencerna selulosa ikut
keluar dan diperlukan reinfeksi dengan jalan trofalakasis Tarumingkeng, 2005.
Kasta Rayap
Rayap hidup sebagai serangga sosial dalam masyarakat yang disebut koloni. Di dalam setiap koloni rayap terdapat tiga kasta yang memiliki bentuk yang berbeda
sesuai dengan fungsinya masing-masing yaitu kasta prajurit, kasta pekerja, dan kasta reproduktif Anwar, 2006.
1. Kasta Reproduktif