BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Masa Nifas
Masa nifas adalah masa antara melahirkan sampai organ-organ reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil Reeder, 2011.Masa ini berlangsung selama 6
minggu setelah melahirkan McKinney, 2000. Masa nifas puerperium dibagi dalam 3 periode: 1. Puerperium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan bahkan bekerja setelah 40 hari, 2. Puerperium intermedial yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu, 3.Remote puerperium
yaitu waktu diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi yang lamanya bisa berminggu-minggu, bulanan,
atau tahunan Mochtar, 1998. Pada masa nifas pemulihan kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi
ibu nifas sehubungan dengan terjadinya perubahan fisik pada masa ini. Adapun perubahan fisik yang terjadi pada masa nifas ini mencakup semua sistem yang ada di
dalam tubuh yaitu, sistem reproduksi, sistem endokrin, sistem urinaria, sistem pencernaan, sistem kardiovaskular, sistem neurologi, sistem muskuloskeletal, sistem
integumen, dan sistem kekebalan. Payudara yang merupakan salah satu organ dalam sistem reproduksi pada dasarnya mengalami perubahan dan memegang peranan penting
pada masa nifas yaitu untuk laktasi Bobak, 2004.Pada akhir kehamilan berat payudara sekitar 400-600 gram, dan meningkat pada masa menyusui mencapai 600-800 gram
Maryunani, 2009. Hal ini dikarenakan terdapat efek prolaktin pada payudara yaitu terjadi peningkatan sirkulasi darah pada payudara. Hal ini menyebabkan payudara terasa
hangat, bengkak, dan menimbulkan rasa sakit. Pada saat itu pula sel-sel penghasil ASI
Universitas Sumatera Utara
mulai berfungsi, dan ASI mulai mencapai puting melalui saluran susu, sehingga laktasi pun dimulai Hamilton, 1995.
Jika terjadi masalah pada payudara ibu, maka akan mengganggu proses laktasi. Adapun masalah yang sering terjadi pada ibu menyusui adalah masalah puting susu
masuk ke dalam, puting susu lecet, pembengkakan payudara, sumbatan pada saluran air susu, dan peradangan payudara mastitis Saryono Pramitasari, 2008. Untuk
mengatasi hal tersebut, ibu nifas diharapkan mampu melakukan perawatan payudara agar tidak mengalami gangguan kesehatan. Perawatan payudara ini merupakan salah satu
perawatan yang penting dilakukan pada masa nifas. Perawatan nifas merupakan perawatan pada ibu setelah melahirkan. Hal ini
penting dilakukan untuk menghindari risiko perdarahan setelah melahirkan, mencegah komplikasi dan infeksi, mengatasi kesulitan berkemih, dan juga bermanfaat
memperlancar pembentukan ASI Dinata, 2011. Selain itu, perawatan nifas ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar ibu nifas. Adapun kebutuhan dasar yang harus dipenuhi
ibu pada masa nifas untuk pemulihan kesehatannya yaitu: mobilisasi, nutrisi, eliminasi urin, defekasi, perawatan perineum, dan perawatan payudara Hamilton, 1995.
2.1.1. Mobilisasi Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehat menuju kemandirian Kozier, 1995. Mobilisasi ini berguna untuk fungsi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, paru-
paru, dan sirkulasi. Selain itu, juga dapat membantu mencegah pembentukan bekuan trombosis pada tungkai, dan memperlancar sirkulasi darah serta pengeluaran cairan
lochea Hamilton, 1995. Mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin yaitu 2 jam setelah persalinan normal.
Sedangkan pada ibu yang mendapatkan anestesi umum atau anestesi lokal selama
Universitas Sumatera Utara
melahirkan dapat melakukan mobilisasi setelah pengaruh anestesi tersebut hilang Bobak, 2004. Mobilisasi dapat dilakukan secara bertahap yaitu diawali dengan miring kanan dan
miring kiri, kemudian duduk sambil mengayun-ayunkan tungkai di tepi tempat tidur selama beberapa menit, selanjutnya berdiri dan berjalan beberapa langkah sesuai dengan
kemampuan, ibu diusahakan berjalan tegak agar postur tubuh yang baik dapat dipertahankan dalam masa nifas Reeder, 2011.
Apabila ibu menjalani tirah baring lebih dari 8 jam, maka diindikasikan untuk melakukan latihan pada tungkai guna memperbaiki sirkulasi di tungkai dan mencegah
pembentukan trombus. Latihan yang dimaksudkan adalah melakukan fleksi dan ekstensi kaki secara bergantian; memutar tumit dengan gerakan sirkular; melakukan fleksi dan
ekstensi tungkai secara bergantian; dan menekan bagian belakang lutut ke permukaan tempat tidur Bobak, 2004.
2.1.2. Nutrisi Nutrisi harus mendapat perhatian dalam masa nifas karena makanan yang baik
mempercepat penyembuhan ibu, dan sangat mempengaruhi air susu ibu. Selain itu juga berfungsi untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi, dan mencegah konstipasi
Bahiyatun, 2009. Makanan harus mengandung cukup kalori, serta banyak mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran, dan buah-buahan Mochtar, 1998. Menurut
Bahiyatun 2009 ibu nifas perlu meningkatkan asupan kalori per hari sampai 2700 kalori, cairan per hari sampai 3000 mL, dan juga perlu mengkonsumsi suplemen zat besi
selama 4 minggu pertama setelah kelahiran. Gizi ibu menyusui dibutuhkan untuk produksi ASI dan pemulihan kesehatan ibu.
Kebutuhan gizi yang perlu diperhatikan, yaitu: makanan yang seimbang antara jumlah dan mutunya; banyak minum lebih dari 6 gelas setiap hari; memakan makanan yang
tidak merangsang, baik secara termis, mekanis, maupun kimia untuk menjaga kelancaran
Universitas Sumatera Utara
pencernaan; menggunakan bahan makanan yang dapat merangsang produksi ASI, misalnya sayuran hijau Bahiyatun, 2009.
Pada wanita dewasa, kebutuhan kalori sebesar 2200 kkal, sedangkan untuk ibu menyusui dibutuhkan tambahan kalori sebesar 700kkal untuk 6 bulan pertama setelah
melahirkan dan selanjutnya sebesar 500kkal. Kalori ini terdiri dari karbohidrat, lemak, dan protein. Total makanan yang dikonsumsi dianjurkan karbohidrat 50-60, lemak 25-
35, dan protein 10-15. Adapun fungsi lemak bagi ibu menyusui adalah sebagai daya tahan tubuh, sedangkan protein berfungsi untuk membentuk jaringan baru, dan
memproduksi ASI Bahiyatun, 2009. 2.1.3. Eliminasi Urin
Dalam enam jam setelah melahirkan, ibu nifas harus sudah bisa berkemih spontan Suherni, 2009. Namun kebanyakan ibu dapat berkemih secara spontan dalam 8
jam setelah melahirkan Hamilton, 1995. Kadang-kadang ibu nifas mengalami kesulitan berkemih setelah melahirkan. Hal ini dikarenakan sfingter uretra ditekan oleh kepala
janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, adanya edema dan trauma pada perineum pada saat melahirkan McKinney, 2000. Selain itu, efek anestesi
yang menghambat fungsi neural pada kandung kemih dapat menyebabkan kurangnya keinginan berkemih Maryunani, 2009. Bila kandung kemih penuh, dan ibu masih
kesulitan dalam berkemih maka dilakukan kateterisasi Mochtar, 1998. 2.1.4. Defekasi
Menurut Mochtar 1998 defekasi atau buang air besar harus dilakukan 3-4 hari setelah melahirkan. Tapi hal ini terkadang masih sulit dilakukan karena kebanyakan
penderita mengalami obstipasi setelah melahirkan. Hal ini dikarenakan efek pemberian enema selama persalinan, diit cairan, obat-obatan analgesik selama persalinan. Selain itu,
Universitas Sumatera Utara
perineum yang sangat sakit juga menjadi penyebab kurangnya keinginan untuk defekasi Hamilton, 1995.
Melakukan kembali kegiatan makan dan mobilisasi secara teratur dapat membantu mencapai regulasi defekasi. Selain itu, ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi
asupan cairan yang adekuat dan diet tinggi serat Hamilton, 1995. Jika masih sulit untuk defekasi maka diberikan obat laksatif per oral atu per rektal Mochtar, 1998.
2.1.5. Perawatan perineum Perineum adalah daerah antara vulva dan anus. Biasanya setelah melahirkan,
perineum menjadi bengkak, edema, memar, dan mungkin terdapat jahitan bekas robekan atau episiotomi yang merupakan sayatan untuk memperluas pengeluaran janin. Proses
penyembuhan luka episiotomi ini sama seperti luka operasi lain, yaitu berlangsung 2-3 minggu setelah melahirkan Maryunani, 2009. Jika terdapat episiotomi ini maka harus
dilakukan perawatan dengan baik Suherni, 2009. Perawatan perineum ini bertujuan untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan,
mencegah infeksi, dan meningkatkan penyembuhan. Adapun prinsip-prinsip dasar perawatan perineum ini adalah: 1. mencegah kontaminasi dari rektum, 2. menangani
dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma, 3. membersihkan segala keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau. Berdasarkan prinsip tersebut, maka prosedur perawatan
perineum yang dapat dilakukan yaitu: pertama, ibu mencuci tangannya terlebih dahulu, setelah itu ibu mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat, kemudian pembalut
yang telah penuh dibuang dengan gerakan ke bawah mengarah ke rektum dan meletakkan pembalut tersebut di kantong plastik, selanjutnya ibu dapat berkemih dan BAB ke toilet
dan menyemprotkan air ke seluruh perineum, selanjutnya perineum dikeringkan dengan menggunakan tisu dari depan ke belakang, lalu pembalut dipasang dari depan ke
belakang, kemudian yang terakhir ibu mencuci tangannya kembali Hamilton, 1995.
Universitas Sumatera Utara
Perawatan perineum juga bisa dilakukan dengan cara penghangatan kering. Penghangatan kering dari cahaya lampu kadang-kadang digunakan untuk
meningkatkan penyembuhan perineal, caranya perineum dibersihkan terlebih dahulu untuk membuang sekresi.Ibu berbaring terlentang dengan lutut fleksi dan
diregangkan, dan lampu diletakkan dengan jarak 20 inci dari perineum.Penghangatan dengan cahaya lampu biasanya dilakukan tiga kali sehari selama 20 menit Hamilton,
1995. Selain perawatan perineum, ibu nifas juga membutuhkan perawatan payudara
untuk persiapan ASI sebagai makanan bagi bayinya. Karena pentingnya perawatan payudara ini, maka perawatan payudara ini akan dibahas pada bagian selanjutnya.
2.2. Perawatan Payudara pada Ibu Nifas