Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perawatan Payudara Ibu Nifas di Klinik Mariani
(2)
Lampiran 2
Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perawatan Payudara Ibu Nifas
Oleh:
Yuliatil Adawiyah Harahap
Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan USU Medan, yang sedang melakukan penelitiandengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perawatan Payudara Ibu Nifas. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan payudara ibu pada masa nifas.
Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi saudara bersifat sukarela. Saudara berhak untuk menolak menjadi responden tanpa sanksi apapun. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas maupun pendapat yang saudara berikan, dan informasi yang didapat hanya akan digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perawatan payudara ibu nifas, tidak akan digunakan untuk maksud lain.
Jika saudara bersediamenjadi responden pada penelitian ini, silahkan menandatangani kolom di bawah ini. Terima kasih.
Medan, Mei 2013
Peneliti Responden
(3)
Lampiran 3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perawatan Payudara
Ibu Nifas
Kode responden
A. Karakteristik Responden
Pernyataan di bawah ini merupakan pernyataan yang berhubungan dengan identitas responden.Isilah titik-titik dan berilah tanda cheklist (√) pada kotak yang sesuai dengan pilihan Anda.
1. Inisial: ………..
2. Usia : ...
3. Agama :
1.Islam
2. Katolik/Protestan 3. Hindu/Budha
4. Lain-lain, sebutkan….
5. Persalinan hidup yang ke : ...
6. Jumlah anak yang lahir hidup: ...
7. Jumlah keguguran: ………
8. Sumber informasi tentang perawatan kesehatan diperoleh dari:
1. Media massa
(4)
3. Buku
4. Lain-lain, sebutkan…..
9. Pendidikan terakhir :
1. SD/sederajat
2. SMP/sederajat dan SMA/sederajat
3. Akademi/Perguruan Tinggi
10. Suku:
1. Jawa
2. Batak
3. Melayu
4. Lain-lain, sebutkan….
11. Penghasilan per bulan:
1. Rp. 300.000,00 - Rp. 1.200.000,00 2. Rp. 1.200.000,00 – Rp. 2.500.000,00
3. Rp. 2.500.000,00 ke atas
12. Pekerjaan:
1. Bidang kesehatan profesional, sebutkan……. 2. Bidang kesehatan non professional, sebutkan……
(5)
3. Bidang non kesehatan, sebutkan……..
4. Tidak bekerja
C.Perilaku Perawatan Payudara Pengetahuan
Pernyataan di bawah ini merupakan pernyataan yang berhubungan dengan pengetahuan responden mengenai perawatan payudara.Oleh karena itu Saudara dimohon untuk memberikan tanda cheklist (√) pada kolom yang sesuai dengan pilihan Anda.
No Pernyataan Benar Salah
1 Perawatan payudara amat penting dilakukan pada masa nifas
2 Perawatan payudara masa nifas ditujukan untuk menjaga kebersihan payudara
3 Payudara bengkak dapat dicegah dengan perawatan payudara pada masa nifas
4 Perawatan payudara masa nifas tidak bertujuan untuk menghambat produksi ASI
5 Puting susu akan menjadi kuat dan lentur setelah dilakukan perawatan payudara
6 Air hangat dapat digunakan untuk membersihkan payudara
7 Payudara dapat dibersihkan dengan air dingin
8 Baby oil perlu dipersiapkan untuk membersihkan payudara
9 Perawatan payudara dilakukan ketika akan mandi 10 Kain kasa digunakan untuk mengompres puting susu
Sikap
Pernyataan di bawah ini berisi tentang sikap responden terhadap perawatan payudara. Berilah tanda checklist( √ ) pada kolom yang tersedia untuk pilihan jawaban yang tepat menurut Anda.Pilihan jawaban terdiri dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
No Pernyataan SS S TS STS
1 Ibu percaya bahwa merawat payudara pada masa nifas dapat meningkatkan produksi ASI 2 Ibu meyakini bahwa kelainan puting susu
(6)
payudara pada masa nifas
3 Ibu akan menyimak ketika diberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara pada masa nifas
4 Ibu memilih melakukan perawatan payudara setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai perawatan payudara pada masa nifas
5 Ibu akan melakukan perawatan payudara secara rutin setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara pada masa nifas
Tindakan
Pernyataan di bawah ini berisi tentang langkah-langkah perawatan payudara pada masa nifas.Saudara diharapkan menjawab sesuai dengan perawatan payudara yang dilakukan sehari-hari. Berilah tanda checklist( √ ) pada kolom yang sesuai dengan jawaban Anda. Pilihan jawaban terdiri dari Dilakukan (D) dan Tidak Dilakukan (TD).
No Tindakan D TD
Cara I
1 Ibu melihat keadaan puting pada saat melakukan perawatan payudara
2 Ibu menggunakan minyak kelapa/baby oil pada saat melakukan perawatan payudara
3 Ibu menempatkan kedua tangan di tengah dada kemudian melakukan gerakan memutar/mengelilingi payudara ke arah atas kemudian ke arah payudara
4 Saat di bawah payudara, ibu mengangkat/menyanggah payudara sebentar dan melepaskan secara perlahan ke arah depan
5 Ibu melakukan gerakan pada no. 3 dan 4 lebih kurang 25-30 kali
Cara II
6 Pada saat ibu akan melakukan perawatan pada payudara kanan, tangan kanan membentuk kepalan, menempatkannya di pangkal payudara. Sedangkan tangan kiri ibu menyangga payudara. Ibu melakukan pengurutan dengan buku-buku jari dari pangkal payudara ke ujung ke arah puting susu, dan dilakukan secara merata ke seluruh payudara.
7 Jika akan melakukan pada payudara kiri, tangan kanan menyangga payudara, sedangkan tangan kiri melakukan pengurutan. Dilakukan seperti pada no. 6
8 Ibu melakukan gerakan pada no. 6 dan 7 lebih kurang 25-30 kali
(7)
Cara III
9 Jika akan melakukan pada payudara kanan, sisi tangan kanan diletakkan di pangkal payudara, tangan kiri menyangga payudara. Ibu melakukan pengurutan dari pangkal ke ujung ke arah puting susu
10 Jika akan melakukan pada payudara kiri, tangan kanan menyangga payudara, sedangkan tangan kiri melakukan pengurutan seperti gerakan no. 9
11 Ibu melakukan gerakan pada no. 9 lebih kurang 25-30 kali Cara IV
12 Ibu menempatkan masing-masing ibu jari di atas payudara , dan jari-jari yang lain menyangga/menopang payudara. Ibu menggerakkan jari-jari tersebut ke ujung payudara ke arah puting susu
13 Ibu melakukan gerakan pada no. 12 berulang-ulang lebih kurang 25-30 kali
Perawatan Terakhir
14 Ibu mengompres puting dengan kapas yang diberi minyak selama 5 menit
15 Ibu meletakkan ibu jari dan telunjuk pada puting susu, lalu memutar puting susu sambil ditarik ke luar. Ibu melakukannya berulang kali hingga lebih kurang 20 kali 16 Ibu mengompres payudara dengan handuk/waslap yang
telah dibasahi dengan air hangat selama 5 menit
17 Ibu mengulangi pengompresan dengan menggunakan handuk/waslap yang telah dibasahi dengan air dingin
18 Ibu melakukannya bergantian, dan mengakhirinya dengan pengompresan menggunakan handuk/waslap yang dibasahi dengan air dingin
19 Ibu mengulangi pengompresan air hangat dan air dingin sebanyak 3 kali pada setiap payudara
20 Ibu melakukan pengeluaran ASI, kemudian payudara dikeringkan
(8)
Lampiran 4 Riwayat Hidup
Nama : Yuliatil Adawiyah HRP
Tempat/Tanggal Lahir : Binjai, 4 Juli 1991
Alamat : Jl. Jamin Ginting Gg. Sarmin No. 25 Padang Bulan
Riwayat Pendidikan :
1. 1996-1997 : TK Aisiyah Padang Sidimpuan
2. 1997-2003 : SD.Negeri 3 Padang Sidimpuan
3. 2003-2006 : SMP Negeri 3 Padang Sidimpuan
4. 2006-2009 : SMA Negeri 2 Padang Sidimpuan
(9)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Annisa, Fitri. (2011). Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang Perawatan Payudara di RSUD Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjung Balai Tahun 2011. Medan: Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Astari, Asti Melani & Djuminah.(2012). Hubungan Perawatan Payudara Masa
Antenatal dengan Kecepatan Sekresi ASI Postpartum Primipara.Diambil
pada tanggal 15 Oktober 2012 dari www.ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/viewFile/1054/113
7_umm_scientific_journal.pdf.
Astuti, Pri & Yuli Setianingrum.(2009). Hubungan antara Praktik Perawatan Payudara dengan Kejadian Mastitis pada Ibu Nifas Tahun 2009 di BPS Nunuk Desa Bandengan Kabupaten Jepara.Diambil pada tanggal 15 Oktober 2012 dari isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2211107124_2088-4451.pdf.
Bahiyatun.(2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC. Bobak.(2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Daulat.(2003). Problematika Ibu Menyusui Bayi.Diambil pada tanggal 15 Oktober 2012 dari library.usu.ac.id/download/fk/obstetric-daulat.pdf.
Darti, Nur Afi, Siti Saidah, Erniyati, Ellyta Aizar & Nur Asiah.(2012). Panduan Praktek Laboratorium Keperawatan Maternitas. Medan: Fakultas Keperawatan USU.
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.(2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.Diambil pada tanggal 2 Januari 2013 dari dikti.go.id.
Dinata, Fredy. (2011). Perawatan Masa Nifas.Diambil pada tanggal 7 November 2012
dar
Hamilton, Persis Mary. (1995). Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
(10)
Harianti, Elfi. (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemandirian Ibu dalam Merawata Diri dan Bayinya Selama Masa Nifas Dini. Medan: Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Herlina, Sarah. (2009). Hubungan Karakteristik dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Postpartum tentang Perawatan Masa Nifas di Ruang I RSUD Arifin Achmad Pekan Baru.Medan: Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Hidayat, Alimul Aziz. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.(2012). Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011.Diambil pada tanggal 15 Oktober 2012 dari
Margareta, Helmi. (2009). Hubungan antara Frekuensi Perawatan Payudara saat Ibu Antenatal dengan Inisiasi Laktasi pada Ibu Postpartum di Rumah Bersalin Djuwaeni di Desa Pandes Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten.Diambil pada tanggal 4 November 2012 dari http://skripsistikes.wordpress.com/tag/inisiasi-laktasi.
Maryunani, Anik. (2009). Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta: Trans Info Media
McKinney, Emily Slone et al. (2000). Maternal-Child Nursing. United States of America: W.B. Saunders Company.
Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta: EGC.
Notoadmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurhidayah, Rika Endah. (2010). Ilmu Perilaku dan Pendidikan Kesehatan untuk Perawat. Medan: USU Press.
Nursalam.(2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Perilaku Manusia. (2012). Wikipedia Ensiklopedia Bebas.Diambil pada tanggal 4 November 2012 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_manusia.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.
Pratama.(2012). UMR 2012 Seluruh Indonesia.Diambil pada tanggal 26 Desember 2012 dari leopratama.com/UMR%20Indonesia%202012.pdf.
(11)
Reeder, Sharon J. (2011).Kesehatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga. Jakarta: EGC.
Saryono & Roischa Dyah Pramitasari.(2008). Perawatan Payudara. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.
Sastroasmoro, Sudigdo. (2011). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.
Setiawati.(2008). Proses Pembelajaran dalam Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media.
Solichah, Nur. (2011). Hubungan Perawatan Payudara Pada Ibu Postpartum dengan Kelancaran Pengeluaran ASI di Desa Karang Duren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.Diambil pada tanggal 24 Oktober 2012 dari www.e-journal.akbid-purworejo.ac.id/index.php/jkk3/article/view/52/50.pdf. Suherni.(2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Sulistyawati, Ari. (2011). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Andi Publisher.
Universitas Muhammadiyah Semarang.(2012). Perilaku Kesehatan.Diambil pada
tanggal 4 November 2012 dari http://cmsfkm.unimus.ac.id/mod/wiki/view.php?id=2&q.
Wahyuni, Arlinda Sari. (2011). Statistika Kedokteran. Medan: USU Press
Wildani, Zakiah. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Diri Ibu Pascasalin di Rumah Sakit Umum Pringadi Medan. Medan: Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
(12)
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep penelitian ini disusun untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam melakukan perawatan payudara selama masa nifas.
Variabel Independen Variabel Dependen
Keterangan:
Variabel yang diteliti Mempengaruhi
Skema. 3.1 Kerangka konsep Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perawatan Payudara Ibu Nifas
3.2. Defenisi Operasional
Variabel penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam melakukan perawatan payudara selama masa nifas.
Faktor-faktor perilaku: a. Pendidikan b. Budaya c. Status sosial d. Status ekonomi
Perilaku Perawatan Payudara
(13)
Tabel 3.1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Defenisi
Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel independen: Faktor-faktor
perilaku empat hal yang
mempengaruhi
perilaku perawatan payudara selama masa nifas yaitu tingkat pendidikan, budaya, status sosial, status ekonomi. Kuesioner a. Tingkat Pendidik an Jenjang pendidikan formal terakhir yang dilalui ibu nifas.
Kuesioner 1. Tinggi:
pendidikan hingga akademi atau Perguruan Tinggi.
2. Menengah: tamat
SMP/sederajat dan SMU/sederajat 3. Rendah: tamat SD/sederajat
Ordinal
b. Budaya Latar belakang etnik
ibu nifas berdasarkan garis
keturunannya
Kuesioner 1. Jawa 2. Batak 3. Melayu 4. Lain-lain
Nominal
c. Status sosial
Pekerjaan ibu nifas Kuesioner 1. Bekerja 2. Tidak Bekerja
Nominal
d. Status ekonomi
Pendapatan keluarga per bulan
Kuesioner 1. Atas:Rp.2.500 .000 ke atas
2. Menengah: Rp. 1.200.000-Rp 2.500.000
3. Bawah:Rp
(14)
Rp.1.200.000 Variabel dependen: Perilaku perawatan payudara masa nifas Pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dalam merawat payudaranya Kuesioner dengan 35 pernyataan: 1. engetah uan: 10 pernyat aan 2. ikap: 5 pernyat aan 3. indakan : 20 pernyat aan
1. Baik
2. Cukup
Baik
3. Kurang
Ordinal
3.3. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (Nursalam, 2009). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1.3.1. Menolak Hipotesis Nol (Ho) yaitu terdapat hubungan yang bermakna
antara perilaku perawatan payudara ibu nifas dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan payudara ibu nifas.
(15)
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun oleh peneliti untuk memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian dan berperan sebagai pedoman atau penuntun penelitian pada seluruh proses penelitian (Sastroasmoro, 2011). Desain penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan payudara ibu nifas.
4.2. Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010).Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu nifas pada bulan Mei-Juni 2013.
4.2.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2010). Besar sampel pada penelitian ini berjumlah 50 orang.
. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini menggunakan nonprobability sampling yaitu purposive sampling. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Ibu nifas setelah hari kedua melahirkan, dengan kondisi ibu nifas normal b. Dapat berbahasa Indonesia
(16)
4.3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Klinik Mariani Medan. Tempat tersebut memiliki jumlah sampel yang memadai sehingga mudah untuk mendapatkan sampel yang diinginkan dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam melakukan perawatan payudara selama masa nifas. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2013.
4.4. Pertimbangan Etik Penelitian
Dalam penelitian ini, pertimbangan etik yang digunakan adalah prinsip menghargai hak asasi manusia dan prinsip keadilan. Prinsip hak asasi manusia meliputi hak untuk ikut atau tidak menjadi responden yaitu responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah bersedia menjadi responden atau tidak tanpa sangsi apa pun, dan informed consent yaitu responden harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang dilakukan. Pada informed consent ini juga dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu. Sedangkan prinsip keadilan meliputi hak untuk dijaga kerahasiaannya yaitu responden mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonimity) dan rahasia (confidentiality) (Nursalam, 2009).
4.5. Instrumen Penelitian 4.5.1. Kuesioner Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti yang mengacu pada tinjauan kepustakaan.Kuesioner
(17)
ini terdiri dari tiga bagian, yaitu karakteristik responden, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu nifas, dan perilaku perawatan payudara ibu nifas. a. Bagian karakteristik responden meliputi data demografi yaitu usia, agama,
dan status obstetrik meliputi jumlah persalinan, jumlah anak yang lahir hidup, dan jumlah abortus. Karakteristik responden bertujuan untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi dan persentase karakteristik.
b. Bagian faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan payudara meliputi tingkat pendidikan, suku, pekerjaan, dan penghasilan.
c. Bagian perilaku perawatan payudara ibu nifas bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku ibu dalam melakukan perawatan payudara selama masa nifas. Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Penyataan pengetahuan berjumlah 10 pernyataan terdiri dari dua pilihan dengan rentang nilai 0-1, pernyataan sikap berjumlah 5 pernyataan terdiri dari empat pilihan jawaban dengan rentang nilai 1-5, dan tindakan berjumlah 20 pernyataan terdiri dari 2 pilihan jawaban dengan rentang nilai 0-1. Hasil dari ketiga bagian ini akan ditotalkan sebagai nilai dari perilaku perawatan payudara ibu nifas yang dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu baik, cukup baik, dan kurang.
4.5.2. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Kuesioner dilakukan tidak dilakukan uji validitas. Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen maka dilakukanlah uji reliabilitas. Uji reliabilitas adalah suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan dalam waktu yang berbeda (Nursalam, 2009). Uji reliabilitas dilakukan terhadap 20 orang yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebagai sampel tetapi tidak akan menjadi sampel pada penelitian.
(18)
Uji reabilitas yang digunakan adalah rumus Guttmann untuk bagian kuesioner pengetahuan dan tindakan, dan rumus cronbach’salpha untuk bagian kuesioner sikap.Setelah dilakukan uji maka kuesioner yang reliabel hanya kuesioner pengetahuan, sedangkan kuesioner sikap dan tindakan tidak reliabel.
4.6. Pengumpulan Data
Prosedur yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu pada tahap awal peneliti mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara). Kemudian surat permohonan izin disampaikan ke klinik Mariani Medan. Setelah mendapatkan izin berupa surat balasan, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.
Setelah mendapatkan responden, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada responden mengenai tujuan, manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian, lalu calon responden yang bersedia menandatangani surat persetujuan menjadi responden penelitian. Jika calon responden bersedia diteliti tetapi tidak bersedia menandatangani lembar persetujuan, maka persetujuan dilakukan secara lisan.Responden yang bersedia diwawancarai dengan berpedoman pada pertanyaan yang terdapat di lembar kuesioner. Selanjutnya data yang terkumpul dianalisa.
4.7. Analisa Data
Setelah pengumpulan data, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan, apakah data sudah lengkap dan semua jawaban telah diisi.Editing ini juga dapat dilakukan pada saat pengumpulan data.Selanjutnya dilakukan coding dengan memberi kode angka terhadapa data yang terdiri dari beberapa kategori.Coding ini sangat penting dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data.Kemudian
(19)
dilakukan entri data yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam database komputer.Kemudian dilakukan teknik analisa data (Hidayat, 2009).
Pengolahan bagian karakteristik responden meliputi data demografi yaitu usia, agama, dan status obstetrik meliputi jumlah persalinan, jumlah anak yang lahir hidup, dan jumlah abortus disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase dalam bentuk tabel.
Penelitian ini menggunakan analisis univariat pada perilaku ibu dalam melakukan perawatan payudara yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase dalam bentuk tabel.Begitu pula dengan gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam melakukan perawatan payudara.
Dalam penelitian ini juga digunakan analisis bivariat untuk melihat adanya hubungan antara dua variabel.Dalam hal ini melihat adanya hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam melakukan perawatan payudara dengan perilaku perawatan payudara ibu nifas.Uji korelasi yang digunakan adalah uji korelasi Spearman, karena data tidak terdistribusi normal.
Variabel independen (tingkat pendidikan, suku, penghasilan per bulan, dan pekerjaan) dihubungkan satu persatu dengan sub variabel dependen (perilaku) untuk melihat adanya hubungan antara masing-masing faktor-faktor dengan perilaku perawatan payudara ibu nifas.
(20)
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan payudara ibu nifas di Klinik Bersalin Mariani Medan.
5.1 Hasil Penelitian
Selain menjawab pertanyaan penelitian tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku perawatan payudara ibu nifas, dalam bab ini juga menguraikan karakteristik demografi responden dan distribusi frekuensi serta persentase perilaku perawatan payudara ibu nifas.
5.1.1 Karakteristik Demografi Responden
Gambaran karakteristik demografi responden dalam penelitian ini mencakup usia, agama, paritas, jumlah anak yang lahir hidup, dan sumber informasi tentang perawatan payudara. Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu nifas dengan kondisi sehat.Karakteristik demografi responden dalam penelitian ini diuraikan dalam tabel 5.1.
Tabel 5.1. Karakteristik Demografi Responden
Variabel Frekuensi (n) %
1. Usia < 20 tahun 20-35 tahun >35 tahun 1 34 15 2 68 30 2. Agama Islam Katolik/Protestan 48 2 96 4 3. Paritas - Primipara - Multipara 18 32 36 64 4. Jumlah anak
(21)
- Primi - Sekundi - Multi 18 14 18 36 28 36 5. Sumber informasi
Media massa
Bidan/Perawat/Dokter Buku
Lain-lain
- Orang tua - Tetangga - Tidak pernah
8 8 4 8 2 20 16 16 8 16 4 40
5.1.2 Perilaku Perawatan Payudara Ibu Nifas
Perilaku perawatan payudara dibagi menjadi tiga domain, yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan.Gambaran karakteristik perilaku perawatan payudara ibu nifas pada penelitian ini diuraikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Perilaku Perawatan Payudara Ibu nifas
Perilaku Kategori %
-Baik -Cukup Baik -Kurang 10 37 3 20 74 6
5.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perawatan Payudara Ibu Nifas
Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan payudara ibu nifas meliputi variabel tingkat pendidikan, suku, penghasilan per bulan, dan pekerjaan yang akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase pada tabel 5.3.
(22)
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Payudara Ibu Nifas
Faktor yang mempengaruhi Frekuensi (n) %
1. Tingkat Pendidikan
Rendah Menengah Tinggi 3 39 8 6 78 16 2. Suku Jawa Batak Melayu Lain-lain 20 26 1 3 40 52 2 6
3. Penghasilan per bulan
< Rp 1.200.000,00
Rp 1.200.000,00-Rp 2.500.000,00
Rp 2.500.000,00 ke atas
19 23 8 38 46 16 4. Pekerjaan
Bidang non kesehatan
Tidak bekerja
28
22
56
44
5.1.4 Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perawatan Payudara Ibu Nifas dengan Perilaku Perawatan Payudara Ibu Nifas
Analisa hubungan perilaku perawatan payudara dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya diuji menggunakan test non parametrik korelasi Spearman. Test non parametrik digunakan pada penelitian ini karena data tidak terdistribusi normal ketika diuji dengan test Kolmogrov-Smirnov (p<0,05) (lihat lampiran). Hasil uji korelasi Spearman setiap variabel akan diuraikan pada tabel 5.4.
(23)
Tabel 5.4. Hasil Uji Korelasi Spearman Setiap Variabel
Faktor-faktor Domain Perilaku Koefisien Korelasi (r) Signifikansi (p)
Tingkat Pendidikan Perilaku 0,499 0,000
Suku Perilaku 0,031 0,830
Penghasilan Perilaku 0,385 0,006
Pekerjaan Perilaku 0,109 0,450
Dari 4 faktor yang diuji ada 2 faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan perilaku perawatan payudara ibu nifas, yaitu tingkat pendidikan dan penghasilan (p<0,05). Sementara 2 faktor lainnya, yaitu suku dan pekerjaan tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (p>0,05).
5.2 Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan payudara ibu nifas yaitu tingkat pendidikan, suku, penghasilan, dan pekerjaan dalam penelitian ini tidak keseluruhannya berhubungan dengan perilaku perawatan payudara ibu nifas. Ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan payudara ibu nifas yaitu tingkat pendidikan (p=0,000) dan penghasilan per bulan (p=0,006). Sedangkan faktor suku dan pekerjaa tidak mempengaruhi perilaku perawatan payudara ibu nifas karena memiliki p>0,05.
Dalam penelitian ini tingkat pendidikan berhubungan dengan perilaku perawatan payudara.Hal ini sejalan dengan pendapat Basford (2006) dalam Harianti (2011) yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan perawatan diri. Dalam literature lain Green (1980) menjelaskan bahwa salah satu faktor internal yang mempengaruhi
(24)
perilaku manusia dalam hal kesehatan adalah pengetahuan. Pengetahuan dikaitkan dengan tingkat pendidikan, seperti yang telah dijelaskan pada bab 2. Astari & Djuminah (2012) melaporkan bahwa tingkat pendidikan merupakan salah satu hal yang mempengaruhi perawatan payudara pada masa antenatal. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu nifas maka semakin baik perawatan payudaranya. Kasnodiharjo (2006, dalam Annisa 2011) mengatakan bahwa, pendidikan seseorang yang berbeda-beda akan mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan. Pada ibu yang berpendidikan tinggi lebih mudah menerima suatu ide baru dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah sehingga informasi lebih mudah
diterima dan dilaksanakan.Menurut Koentjaraningrat (1997, dalam Herlina 2009)
bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media masa, sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
Penghasilan juga merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan payudara ibu nifas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penghasilan dengan perilaku perawatan payudara ibu nifas. Berarti semakin tinggi penghasilan keluarga maka semakin baik perilaku perawatan payudara ibu nifas. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Zahara (2001, dalam Furwanto 2013) melaporkan bahwa status sosial ekonomi mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan perilaku hidup sehat, semakin tinggi status sosial ekonomi keluarga, maka makin tinggi pula atau semakin baik pula perilaku hidup sehat keluarga dan sebaliknya semakin rendah status sosial ekonomi keluarga makin buruk pula perilaku hidup sehatnya.
(25)
Suku tidak memiliki hubungan dengan perilaku perawatan payudara. Hal ini bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa perilaku ibu selama periode nifas sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya ibu tersebut (Bobak, 2004). Selain suku, pekerjaan ibu tidak mempengaruhi perilaku perawatan payudara ibu, baik itu pengetahuan, sikap, maupun tindakan. Hal ini bertentangan dengan pendapat Wildani (2010) yang menyatakan bahwa pekerjaan merupakan salah satu yang mendukung pelaksanaan perawatan diri pascasalin ibu, dimana ibu yang tidak bekerja lebih memiliki banyak waktu luang sehingga dapat melakukan perawatan diri pascasalin. Sedangkan Ibu yang bekerja lebih sulit untuk melakukan perawatan diri postpartum dikarenakan keterbatasan cuti, serta kurangnya waktu berada di rumah.
(26)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan payudara ibu nifas di Klinik Mariani Medan.
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa dari keempat faktor yang dianggap mempengaruhi perilaku perawatan payudara ibu nifas, yaitu tingkat pendidikan, suku, penghasilan per bulan, dan pekerjaan, ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan payudara secara signifikan, yaitu tingkat pendidikan (p=0,000) dan penghasilan per bulan (p=0,006).
6.2 Saran
6.2.1 Untuk Praktik Keperawatan
Dalam praktik keperawatan maternitas perlu memberikan informasi yang lengkap mengenai perilaku perawatan payudara pada masa nifas.Informasi yang diberikan diharapkan dapat merubah perilaku ibu menjadi lebih baik baik dalam melakukan perawatan payudara pada masa nifas.
6.2.2 Untuk Pendidikan Keperawatan
Dalam pendidikan keperawatan perlu diberikan penekanan materi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan payudara ibu nifas, sehingga perawat dapat memberikan informasi yang benar dan memiliki kompetensi yang dapat
(27)
digunakan untuk memberikan layanan kesehatan kepada ibu nifas sesuai dengan kebutuhan.
6.2.3 Untuk Penelitian Selanjutnya
Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti sebagian dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku perawatan payudara ibu nifas. Sehingga disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh faktor-faktor yang lain seperti petugas kesehatan, pengalaman, dan pendidikan kesehatan terhadap perilaku perawatan payudara ibu nifas.
(28)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Masa Nifas
Masa nifas adalah masa antara melahirkan sampai organ-organ reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil (Reeder, 2011).Masa ini berlangsung selama 6 minggu setelah melahirkan (McKinney, 2000). Masa nifas (puerperium) dibagi dalam 3 periode: 1. Puerperium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan bahkan bekerja (setelah 40 hari), 2. Puerperium intermedial yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu, 3.Remote puerperium yaitu waktu diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi yang lamanya bisa berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan (Mochtar, 1998).
Pada masa nifas pemulihan kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi ibu nifas sehubungan dengan terjadinya perubahan fisik pada masa ini. Adapun perubahan fisik yang terjadi pada masa nifas ini mencakup semua sistem yang ada di dalam tubuh yaitu, sistem reproduksi, sistem endokrin, sistem urinaria, sistem pencernaan, sistem kardiovaskular, sistem neurologi, sistem muskuloskeletal, sistem integumen, dan sistem kekebalan. Payudara yang merupakan salah satu organ dalam sistem reproduksi pada dasarnya mengalami perubahan dan memegang peranan penting pada masa nifas yaitu untuk laktasi (Bobak, 2004).Pada akhir kehamilan berat payudara sekitar 400-600 gram, dan meningkat pada masa menyusui mencapai 600-800 gram (Maryunani, 2009). Hal ini dikarenakan terdapat efek prolaktin pada payudara yaitu terjadi peningkatan sirkulasi darah pada payudara. Hal ini menyebabkan payudara terasa hangat, bengkak, dan menimbulkan rasa sakit. Pada saat itu pula sel-sel penghasil ASI
(29)
mulai berfungsi, dan ASI mulai mencapai puting melalui saluran susu, sehingga laktasi pun dimulai (Hamilton, 1995).
Jika terjadi masalah pada payudara ibu, maka akan mengganggu proses laktasi. Adapun masalah yang sering terjadi pada ibu menyusui adalah masalah puting susu masuk ke dalam, puting susu lecet, pembengkakan payudara, sumbatan pada saluran air susu, dan peradangan payudara (mastitis) (Saryono & Pramitasari, 2008). Untuk mengatasi hal tersebut, ibu nifas diharapkan mampu melakukan perawatan payudara agar tidak mengalami gangguan kesehatan. Perawatan payudara ini merupakan salah satu perawatan yang penting dilakukan pada masa nifas.
Perawatan nifas merupakan perawatan pada ibu setelah melahirkan. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari risiko perdarahan setelah melahirkan, mencegah komplikasi dan infeksi, mengatasi kesulitan berkemih, dan juga bermanfaat memperlancar pembentukan ASI (Dinata, 2011). Selain itu, perawatan nifas ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar ibu nifas. Adapun kebutuhan dasar yang harus dipenuhi ibu pada masa nifas untuk pemulihan kesehatannya yaitu: mobilisasi, nutrisi, eliminasi urin, defekasi, perawatan perineum, dan perawatan payudara (Hamilton, 1995).
2.1.1. Mobilisasi
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat menuju kemandirian (Kozier, 1995). Mobilisasi ini berguna untuk fungsi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, paru-paru, dan sirkulasi. Selain itu, juga dapat membantu mencegah pembentukan bekuan (trombosis) pada tungkai, dan memperlancar sirkulasi darah serta pengeluaran cairan (lochea) (Hamilton, 1995).
Mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin yaitu 2 jam setelah persalinan normal. Sedangkan pada ibu yang mendapatkan anestesi umum atau anestesi lokal selama
(30)
melahirkan dapat melakukan mobilisasi setelah pengaruh anestesi tersebut hilang (Bobak, 2004). Mobilisasi dapat dilakukan secara bertahap yaitu diawali dengan miring kanan dan miring kiri, kemudian duduk sambil mengayun-ayunkan tungkai di tepi tempat tidur selama beberapa menit, selanjutnya berdiri dan berjalan beberapa langkah sesuai dengan kemampuan, ibu diusahakan berjalan tegak agar postur tubuh yang baik dapat dipertahankan dalam masa nifas (Reeder, 2011).
Apabila ibu menjalani tirah baring lebih dari 8 jam, maka diindikasikan untuk melakukan latihan pada tungkai guna memperbaiki sirkulasi di tungkai dan mencegah pembentukan trombus. Latihan yang dimaksudkan adalah melakukan fleksi dan ekstensi kaki secara bergantian; memutar tumit dengan gerakan sirkular; melakukan fleksi dan ekstensi tungkai secara bergantian; dan menekan bagian belakang lutut ke permukaan tempat tidur (Bobak, 2004).
2.1.2. Nutrisi
Nutrisi harus mendapat perhatian dalam masa nifas karena makanan yang baik mempercepat penyembuhan ibu, dan sangat mempengaruhi air susu ibu. Selain itu juga berfungsi untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi, dan mencegah konstipasi (Bahiyatun, 2009). Makanan harus mengandung cukup kalori, serta banyak mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran, dan buah-buahan (Mochtar, 1998). Menurut Bahiyatun (2009) ibu nifas perlu meningkatkan asupan kalori per hari sampai 2700 kalori, cairan per hari sampai 3000 mL, dan juga perlu mengkonsumsi suplemen zat besi selama 4 minggu pertama setelah kelahiran.
Gizi ibu menyusui dibutuhkan untuk produksi ASI dan pemulihan kesehatan ibu. Kebutuhan gizi yang perlu diperhatikan, yaitu: makanan yang seimbang antara jumlah dan mutunya; banyak minum (lebih dari 6 gelas) setiap hari; memakan makanan yang tidak merangsang, baik secara termis, mekanis, maupun kimia untuk menjaga kelancaran
(31)
pencernaan; menggunakan bahan makanan yang dapat merangsang produksi ASI, misalnya sayuran hijau (Bahiyatun, 2009).
Pada wanita dewasa, kebutuhan kalori sebesar 2200 kkal, sedangkan untuk ibu menyusui dibutuhkan tambahan kalori sebesar 700kkal untuk 6 bulan pertama setelah melahirkan dan selanjutnya sebesar 500kkal. Kalori ini terdiri dari karbohidrat, lemak, dan protein. Total makanan yang dikonsumsi dianjurkan karbohidrat 50-60%, lemak 25-35%, dan protein 10-15%. Adapun fungsi lemak bagi ibu menyusui adalah sebagai daya tahan tubuh, sedangkan protein berfungsi untuk membentuk jaringan baru, dan memproduksi ASI (Bahiyatun, 2009).
2.1.3. Eliminasi Urin
Dalam enam jam setelah melahirkan, ibu nifas harus sudah bisa berkemih spontan (Suherni, 2009). Namun kebanyakan ibu dapat berkemih secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan (Hamilton, 1995). Kadang-kadang ibu nifas mengalami kesulitan berkemih setelah melahirkan. Hal ini dikarenakan sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, adanya edema dan trauma pada perineum pada saat melahirkan (McKinney, 2000). Selain itu, efek anestesi yang menghambat fungsi neural pada kandung kemih dapat menyebabkan kurangnya keinginan berkemih (Maryunani, 2009). Bila kandung kemih penuh, dan ibu masih kesulitan dalam berkemih maka dilakukan kateterisasi (Mochtar, 1998).
2.1.4. Defekasi
Menurut Mochtar (1998) defekasi atau buang air besar harus dilakukan 3-4 hari setelah melahirkan. Tapi hal ini terkadang masih sulit dilakukan karena kebanyakan penderita mengalami obstipasi setelah melahirkan. Hal ini dikarenakan efek pemberian enema selama persalinan, diit cairan, obat-obatan analgesik selama persalinan. Selain itu,
(32)
perineum yang sangat sakit juga menjadi penyebab kurangnya keinginan untuk defekasi (Hamilton, 1995).
Melakukan kembali kegiatan makan dan mobilisasi secara teratur dapat membantu mencapai regulasi defekasi. Selain itu, ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi asupan cairan yang adekuat dan diet tinggi serat (Hamilton, 1995). Jika masih sulit untuk defekasi maka diberikan obat laksatif per oral atu per rektal (Mochtar, 1998).
2.1.5. Perawatan perineum
Perineum adalah daerah antara vulva dan anus. Biasanya setelah melahirkan, perineum menjadi bengkak, edema, memar, dan mungkin terdapat jahitan bekas robekan atau episiotomi yang merupakan sayatan untuk memperluas pengeluaran janin. Proses penyembuhan luka episiotomi ini sama seperti luka operasi lain, yaitu berlangsung 2-3 minggu setelah melahirkan (Maryunani, 2009). Jika terdapat episiotomi ini maka harus dilakukan perawatan dengan baik (Suherni, 2009).
Perawatan perineum ini bertujuan untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan, mencegah infeksi, dan meningkatkan penyembuhan. Adapun prinsip-prinsip dasar perawatan perineum ini adalah: 1. mencegah kontaminasi dari rektum, 2. menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma, 3. membersihkan segala keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau. Berdasarkan prinsip tersebut, maka prosedur perawatan perineum yang dapat dilakukan yaitu: pertama, ibu mencuci tangannya terlebih dahulu, setelah itu ibu mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat, kemudian pembalut yang telah penuh dibuang dengan gerakan ke bawah mengarah ke rektum dan meletakkan pembalut tersebut di kantong plastik, selanjutnya ibu dapat berkemih dan BAB ke toilet dan menyemprotkan air ke seluruh perineum, selanjutnya perineum dikeringkan dengan menggunakan tisu dari depan ke belakang, lalu pembalut dipasang dari depan ke belakang, kemudian yang terakhir ibu mencuci tangannya kembali (Hamilton, 1995).
(33)
Perawatan perineum juga bisa dilakukan dengan cara penghangatan kering. Penghangatan kering dari cahaya lampu kadang-kadang digunakan untuk meningkatkan penyembuhan perineal, caranya perineum dibersihkan terlebih dahulu untuk membuang sekresi.Ibu berbaring terlentang dengan lutut fleksi dan diregangkan, dan lampu diletakkan dengan jarak 20 inci dari perineum.Penghangatan dengan cahaya lampu biasanya dilakukan tiga kali sehari selama 20 menit (Hamilton, 1995).
Selain perawatan perineum, ibu nifas juga membutuhkan perawatan payudara untuk persiapan ASI sebagai makanan bagi bayinya. Karena pentingnya perawatan payudara ini, maka perawatan payudara ini akan dibahas pada bagian selanjutnya.
2.2. Perawatan Payudara pada Ibu Nifas
2.2.1. Fisiologi Laktasi
Selama 9 bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh untuk mempersiapkan fungsinya sebagai penyedia makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, hormon esterogen dan progesteron menurun sedangkan hormon prolaktin meningkat (Maryunani, 2009). Hormon prolaktin ini menyebabkan peningkatan sirkulasi darah pada payudara sehingga menyebabkan payudara terasa hangat, bengkak, dan menimbulkan rasa sakit (Hamilton, 1995). Selain itu, prolaktin ini juga merangsang sel-sel alveoli untuk menghasilkan ASI sehingga proses laktasi pun dimulai (Maryunani, 2009).
ASI biasanya diproduksi pada hari ketiga sampai hari keempat setelah melahirkan. Sebelum ASI dihasilkan, cairan yang diperoleh bayi setelah dilahirkan adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang diproduksi oleh payudara selama tiga sampai empat hari pertama setelah melahirkan (Reeder, 2011). Kolostrum ini
(34)
mengandung protein, mineral, dan antibodi yang sangat diperlukan oleh bayi baru lahir (Sulistyawati, 2010). Setelah hari keempat maka kolostrum akan berubah menjadi ASI. Kandungan ASI terdiri dari protein, lemak, vitamin, mineral, dan gula yang dibutuhkan untuk gizi bayi (Reeder, 2011).
Bila bayi mulai disusui, isapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis yang secara refleks mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar pituitari (Mochtar, 1998). Oksitosin ini menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus payudara dan duktus laktiferus. Sel-sel inilah yang mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus laktiferus menuju sinus laktiferus, tempat ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam sinus tertekan keluar, ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let-down reflect atau pelepasan (Sulistyawati, 2010). Hal ini menyebabkan produksi ASI menjadi semakin banyak, dan involusi uteri akan menjadi lebih sempurna (Mochtar, 1998).
Seiring dengan peningkatan produksi ASI maka bayi harus disusui dengan adekuat. Karena jika tidak, sisa ASI akan terkumpul di dalam saluran susu yang akan menyebabkan terjadi pembengkakan payudara. Selain pembengkakan payudara, terdapat beberapa masalah yang terjadi pada saat menyusui seperti puting susu lecet yang disebabkan oleh kesalahan teknik menyusui, saluran ASI tersumbat, dan mastitis (Maryunani, 2009). Masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan melakukan perawatan payudara. Oleh karena itu, perawatan payudara sangat dibutuhkan pada saat laktasi.
2.2.2. Prosedur Perawatan Payudara
Perawatan payudara pada masa nifas adalah perawatan yang dilakukan pada
payudara ibu pascasalin atau sesudah melahirkan. Tujuan perawatan payudara pada
masa nifas adalah untuk memelihara kebersihan payudara agar terhindar dari infeksi, meningkatkan produksi ASI dengan merangsang kelenjar-kelenjar air
(35)
susu melalui pemijatan, mencegah bendungan ASI/pembengkakan payudara, melenturkan dan menguatkan puting, mengetahui secara dini kelainan puting susu dan melakukan usaha untuk mengatasinya (Saryono & Pramitasari, 2008). Selain itu juga bertujuan untuk kenyamanan bagi ibu (Reeder, 2011).
Hal ini menunjukkan bahwa perawatan payudara sangat penting dilakukan pada masa nifas, sehingga ibu nifas harus bisa melakukan perawatan payudara setelah melahirkan. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka diperlukan suatu prosedur tindakan yang berisi langkah-langkah dalam melakukan perawatan payudara pada masa nifas. Prosedur tindakan perawatan payudara pada masa nifas dapat dilihat pada Tabel 2.1. Perawatan payudara ini dapat dilakukan sejak hari ke-2 setelah melahirkan, sebanyak 2 kali sehari dan sebaiknya dilakukan sebelum atau sewaktu akan mandi (Suherni, 2009).
Adapun sebelum melakukan tindakan perawatan payudara dibutuhkan persiapan alat berupa kain kasa atau kapas, minyak kelapa/baby oil, waskom berisi air hangat dan air dingin, handuk mandi, dan waslap. Selain persiapan alat, sebelum memulai prosedur tindakan yang perlu diperhatikan adalah pakaian dan bra harus dibuka, handuk diletakkan di atas bahu ibu, dan ibu harus mencuci tangan sebelum melakukan tindakan (Nur Afi Darti dkk, 2012).
Tabel. 2.1 Prosedur Tindakan Perawatan Payudara pada Masa Nifas Tindakan
Cara I:
• Lihat keadaan puting
• Basahi kedua telapak tangan dengan minyak kelapa/baby oil
• Tempatkan kedua tangan di tengah dada kemudian lakukan gerakan memutar/mengelilingi payudara ke arah atas kemudian ke arah payudara • Saat di bawah payudara,
angkat/sanggah payudara sebentar dan lepaskan secara perlahan ke arah
(36)
depan
• Lakukakn gerakan lebih kurang 25-30 kali
Cara II:
• Jika akan melakukan perawatan pada payudara kanan, tangan kanan membentuk kepalan, tempatkan di pangkal payudara. Tangan kiri menyangga payudara. Dengan buku-buku jari lakukan pengurutan dari pangkal payudara ke ujung ke arah puting susu. Lakukan merata ke seluruh payudara
• Jika akan melakukan pada payudara kiri, tangan kanan menyangga payudara, sedangkan tangan kiri melakukan pengurutan. Lakukan seperti yang di atas
• Lakukan gerakan lebih kurang 25-30 kali
Cara III:
• Jika akan melakukan pada payudara kanan, sisi tangan kanan diletakkan di pangkal payudara, tangan kiri menyangga payudara. Lakukan pengurutan dari pangkal ke ujung ke arah puting susu
• Jika akan melakukan pada payudara kiri, tangan kanan menyangga payudara, sedangkan tangan kiri melakukan pengurutan • Lakukan gerakan lebih kurang 25-30 kali
Cara IV:
• Tempatkan masing-masing ibu jari di atas payudara , dan jari-jari yang lain menyangga/menopang payudara. Gerakkan/massase jari-jari tersebut ke ujung payudara ke arah puting susu
• Lakukan massase berulang-ulang lebih kurang 25-30 kali
Perawatan Terakhir:
• Kompres puting dengan kapas yang diberi minyak selama 5 menit agar kotoran mudah dibersihkan
• Letakkan ibu jari dan telunjuk pada puting susu, lalu dengan hati-hati putarlah puting susu sambil ditarik ke luar. Lakukan berulang kali hingga lebih kurang 20 kali
• Kompres payudara dengan handuk/waslap yang telah dibasahi dengan air hangat selama 5 menit
• Kemudian ulangi pengompresan dengan menggunakan handuk/waslap yang telah dibasahi dengan air dingin
• Lakukan bergantian, dan akhiri dengan pengompresan menggunakan handuk/waslap yang dibasahi dengan air dingin
• Ulangi sebanyak 3 kali pada setiap payudara
• Lakukan pengeluaran ASI, kemudian keringkan, dan siap untuk menyusui bayi (Nur Afi Darti dkk, 2012)
(37)
2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perawatan Payudara Ibu Nifas
Menurut Green (1980) dalam Notoadmodjo (2007) terdapat 2 faktor yang mempengaruhi perilaku manusia dalam hal kesehatan, yaitu: faktor internal yang meliputi tingkat pendidikan, persepsi, emosi, motivasi, status sosial, status ekonomi, dan kebudayaan, dan faktor eksternal yaitu lingkungan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan payudara ibu nifas adalah sebagai berikut:
a. Tingkat Pendidikan
Menurut Basford (2006) dalam Harianti (2011) pengetahuan dapat didefenisikan sebagai fakta atau informasi yang kita anggap benar berdasarkan pemikiran yang melibatkan pengujian empiris (pemikiran tentang fenomena yang diobservasi secara langsung) atau berdasarkan proses berpikir lainnya seperti pemberian alasan logis atau penyelesaian masalah. Pada dasarnya pengetahuan adalah kesadaran dan pemahaman kita terhadap sesuatu dan penerimaan kita sebagai kelompok bahwa pemahaman ini benar.
Pengetahuan ini biasanya dikaitkan dengan tingkat pendidikan seseorang. Tingkat pendidikan adalah jenjang ilmu pengetahuan yang di dapat dari lembaga pendidikan formal.Pendidikan formal merupakan pendidikan yang di dapat di bangku sekolah umum.Tingkat pendidikan seseorang dikatakan rendah bila hanya mampu menamatkan paling tinggi adalah sampai SD/sederajat.Tingkat pendidikan menengah bila mampu menamatkan SMP/sederajat dan SMU/sederajat.Tingkat pendidikan tinggi bila melanjutkan pendidikan hingga akademi atau Perguruan Tinggi.
Tingkat pendidikan ini sangat mempengaruhi perawatan payudara ibu. Menurut Astari & Djuminah (2012) tingkat pendidikan merupakan salah satu hal yang mempengaruhi perawatan payudara pada masa antenatal. Hal ini diperkuat
(38)
hasil penelitian Solichah (2011) yang melaporkan bahwa tingkat pendidikan ibu nifas yang rendah menyebabkan pengetahuan tentang perawatan payudara pada masa nifas kurang.
b. Budaya
Menurut Basford (2006) budaya adalah hal-hal yang dipelajari dalam masyarakat tentang nilai-nilai, kepercayaan, sikap, konsep dan kebiasaan yang membentuk pikiran dan tingkah laku yang membuat suatu kelompok sosial itu unik dan berbeda dengan yang lainnya.Budaya menggambarkan sifat non-fisik, seperti nilai, keyakinan, sikap atau adat istiadat yang disepakati oleh kelompok masyarakat dan diwariskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya.Banyak keyakinan, pikiran dan tindakan masyarakat, baik yang disadari maupun yang tidak disadari ditentukan oleh latar belakang budaya (Spector, 1991 dikutip dari Potter & Perry, 2006).
Setiap budaya memiliki latar belakang yang berbeda-beda sehingga variasi budaya yang diturunkan pun berbeda-beda pula kepada generasi berikutnya.Budaya dalam hal ini mengacu pada etnik yang dianut oleh ibu nifas.Setiap etnik memiliki tradisi yang kaya dan kompleks, termasuk praktik-praktik kesehatan yang terbukti efektif sepanjang masa.Oleh sebab itu, perilaku ibu selama periode nifas sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya ibu tersebut (Bobak, 2004).
Dalam Bobak (2004) terdapat contoh budaya dari suku Amerika-Afrika pada masa nifas yaitu perdarahan per vaginam dianggap sebagai tanda sakit maka mandi berendam dan keramas dilarang, menyusui dianggap hal yang memalukan sehingga bayi diberikan susu botol. Sedangkan suku Amerika-Meksiko memperbolehkan menyusui pada hari keempat karena kolostrum dianggap kotor.
(39)
Indonesia yang terdiri dari berbagai suku juga memiliki keyakinan tersendiri pada masa nifas. Seperti hasil penelitian Suryawati (2007) menunjukkan bahwa salah satu perilaku masyarakat suku jawa selama masa nifas yaitu pantang memakan makanan tertentu yang lebih dikaitkan dengan si bayi agar ASI tidak berbau amis antara lain daging dan ikan laut. Selain itu juga terdapat tradisi harus minum jamu agar rahim cepat kembali seperti semula, dan memakai lulur param kocok ke seluruh badan agar capek pada badannya cepat hilang.
c. Status Sosial
Status sosial adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial.Pada sistem sosial terdapat berbagai macam status, seperti anak, istri, suami, orang tua, ketua RW, ketua RT, camat, lurah, dan guru (Abdullah, 2006).Adapun status sosial yang dianggap mempengaruhi perawatan payudara ibu nifas adalah jika ibu merupakan seorang tenaga kesehatan, baik itu tenaga kesehatan profesional maupun non profesional.
Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, tenaga kesehatan adalah “setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan” ayat (2) sampai dengan ayat (8) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga kesehatan profesional, meliputi: tenaga medis terdiri dari dokter dan dokter gigi; tenaga keperawatan terdiri dari perawat dan bidan; tenaga kefarmasian terdiri dari apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker; tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan,
(40)
mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian; tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien; tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara; tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, othotik prostetik, teknisi tranfusi dan perekam medis
Sedangkan tenaga kerja non profesional yang dimaksudkan adalah kader.Kader kesehatan menurut WHO (2004) adalah “laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan”.
d. Status Ekonomi
Menurut Kartono (2006) dalam Suparyanto (2012) status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan.Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok.Status ekonomi dapat dilihat dari UMR (Upah Minimal Regional) setiap daerah. UMR Sumatera Utara pada tahun 2012 adalah Rp. 1.200.000,00 (Pratama, 2012). Sehingga berdasarkan UMR tersebut status ekonomi masyarakat Sumatera Utara dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu: tipe kelas atas (Rp 2.500.000 ke atas), tipe kelas menengah (Rp. 1.200.000 – Rp 2.500.000), dan tipe kelas bawah (<Rp 1.200.000).
Status ekonomi memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi sebuah keluarga.Dalam sebuah keluarga ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pendapatan yang diterima semakin baik taraf kehidupannya. Tingginya
(41)
pendapatan yang diterima akan berdampak pada pemahaman tentang pentingnya kesehatan, jenis pelayanan kesehatan yang dipilih, dan bagaimana berespon terhadap masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga. Sebaliknya jika status ekonominya rendah maka keluarga akan memarginalkan fungsi kesehatan keluarganya, dengan alas an lebih mendahulukan kebutuhan dasarnya (Setiawati & Dermawan, 2008).
Selain faktor di atas, Wildani (2010) melaporkan bahwa terdapat lima faktor yang mempengaruhi perawatan diri pada masa nifas, dimana perawatan payudara merupakan salah satu perawatan diri yang penting pada masa nifas. Kelima faktor tersebut adalah faktor masa lalu, faktor lingkungan ibu nifas, faktor internal ibu nifas, petugas kesehatan, dan pendidikan kesehatan.
a. Faktor Masa Lalu
Melalui pengalaman di masa lalu seseorang dapat belajar cara merawat diri. Apabila Ibu sudah mengenal manfaat perawatan diri atau tehnik yang akan dilakukan, maka Ibu akan lebih mudah dalam melakukan perawatan diri pada masa nifas. Contohnya jika Ibu mengetahui atau pernah melakukan perawatan payudara sebelumnya, maka akan mempengaruhi perilaku perawatan diri Ibu nifas. Ibu lebih mudah belajar atau melakukan perawatan payudara. Sedangkan Ibu yang belum mengetahui tentang perawatan payudara akan sulit melakukan perawatan tersebut. Dalam hal ini masa lalu memberikan pengaruh pada perilaku Ibu untuk melakukan perawatan diri pada masa nifas (Wildani, 2010).
Selain itu menurut Stright (2005) dalam Wildani (2010) faktor yang berpengaruh dalam perawatan diri Ibu nifas adalah faktor pengalaman masa nifas meliputi sifat persalinan/kelahiran, tujuan kelahiran, persiapan persalinan/kelahiran, peran menjadi orang tua yang mendadak.
(42)
b. Faktor Lingkungan Ibu Nifas
Lingkungan akan terus berubah selama kita hidup. Jika memasuki suatu fase kehidupan yang baru, akan selalu terjadi proses penyesuaian diri dengan lingkungan. Situasi ini dapat mempengaruhi Ibu dalam melakukan perawatan diri pada masa nifas.Sarana prasarana tersedia di dalam lingkungan guna mendukung dan mempromosikan perilaku kesehatan.Organisasi berbasis masyarakat sering kali merupakan sarana yang sangat baik untuk menyebarkan informasi.Selain itu, keluarga juga berperan sebagai sistem pendukung yang kuat bagi anggota-anggotanya, khususnya dalam penanganan masalah kesehatan keluarga. Seperti halnya Ibu nifas, maka anggota keluarga yang lain akan berusaha untuk membantu memulihkan kondisi kesehatannya ke kondisi semula. Fungsi keluarga dalam masalah kesehatan meliputi reproduksi, upaya membesarkan anak, nutrisi, pemeliharaan kesehatan dan rekreasi (Wildani, 2010).
c. Faktor Internal Ibu Nifas
Faktor internal adalah segala sesuatu yang berasal dari dalam diri sendiri. Aktivitas merawat diri akan berbeda pada setiap individu. Hal ini dapat dipengaruhi oleh; usia, pendidikan, karakter, keadaan kesehatan, tempat lahir, budi pekerti, kebudayaan, dll. Ada juga faktor lain yang melekat pada pribadi tertentu seperti: selera dalam memilih, gaya hidup, dll. Pada Ibu usia muda perawatan masa nifas yang dilakukan akan berbeda dengan Ibu yang memiliki usia lebih dewasa. Demikian juga dengan pendidikan semakin tinggi pendidikan Ibu, maka kepeduliannya terhadap perawatan diri semakin baik (Stevens, 2000 dalam Wildani 2010).
d. Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan, khususnya perawat sangat berperan penting dalam mempengaruhi perilaku perawatan diri Ibu pascasalin.Perawat merupakan orang yang
(43)
dalam melakukan tindakannya didasari pada ilmu pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya.Selain itu perawat juga mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam tindakan yang berorientasi pada pelayanan melalui pemberian asuhan keperawatan kepada individu, kelompok, atau keluarga.Pemberian asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan kebutuhan dasar pasien.Di rumah sakit perawat adalah orang yang paling dekat dengan pasien, oleh sebab itu perawat harus mengetahui kebutuhan pasiennya. Perawat dapat memberikan asuhan keperawatan misalnya mengajarkan pada ibu nifas bagaimana cara melakukan perawatan diri. Awalnya perawat dapat membantu Ibu dalam melakukan perawatan diri masa nifas, kemudian anjurkan Ibu untuk mengulanginya secara rutin dengan bantuan suami atau keluarga. Selanjutnya Ibu akan mampu melakukan perawatan diri masa nifas secara mandiri (Hidayat, 2004 dalam Wildani, 2010).
e. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat. Sama halnya dengan proses pembelajaran yang bertujuan merubah perilaku individu, kelompok, keluarga dan masyarakat. Pendidikan kesehatan yang dimaksud adalah pendidikan kesehatan yang diperoleh Ibu pascasalin dari perawat atau tenaga kesehatan lainnya tentang kesehatan, dalam hal ini khususnya tentang perawatan diri pascasalin (Dermawan, 2008). Pendidikan kesehatan ini akan mempengaruhi pengetahuan Ibu tentang perawatan diri pascasalin, yang akhirnya akan mempengaruhi perilaku perawatan diri Ibu (Wildani, 2010).
Namun faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, budaya, status ekonomi, dan status sosial.
(44)
2.4. Perilaku Kesehatan
Perawatan payudara merupakan salah satu perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan adalah tindakan atau aktivitas baik yang bisa diobservasi secara kasat mata ataupun tidak terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, dan lingkungan. Perilaku kesehatan dibagi menjadi tiga bagian yaitu perilaku pemeliharaan kesehatan, perilaku pencarian pengobatan, dan perilaku kesehatan lingkungan (Setiawati, 2008).
Perilaku pemeliharaan kesehatan merupakan upaya-upaya yang dilakukan individu dalam mempertahankan dan memelihara kesehatan melalui upaya pencegahan, penyembuhan dan pemulihan, upaya peningkatan kesehatan, dan upaya pengaturan gizi (Setiawati, 2008). Perawatan payudara termasuk ke dalam perilaku pemeliharaan kesehatan. Perilaku pencarian pengobatan merupakan upaya pencarian perawatan, rujukan ke pelayanan kesehatan. Sedangkan perilaku kesehatan lingkungan merupakan upaya yang dilakukan individu dalam menerima rangsangan dan mengelola rangsangan tersebut menjadi hidup yang sehat atau perilaku hidup sakit (Setiawati, 2008).
Bloom (1908) dalam Notoadmodjo (2007) membagi perilaku ke dalam 3 domain, yaitu: pengetahuan, sikap, dan tindakan.
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Pengetahuan yang tercakup dalam
(45)
domain kognitif Bloom mempunyai 6 tingkatan, yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh ibu nifas untuk bisa melakukan perawatan payudara dengan benar mencakup 3 tingkatan, yaitu: tahu, memahami, dan aplikasi (Notoadmodjo, 2007).
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini.Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang bisa dipakai untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan menyatakan. Contoh: ibu dapat menyebutkan alat dan bahan yang digunakan untuk perawatan payudara pada masa nifas (Notoadmodjo, 2007).
Tingkat kedua setelah tahu adalah memahami.Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Kata kerja untuk menyatakan pemahaman antara lain: menjelaskan, menyimpulkan, menyebutkan contoh, dan meramalkan. Contoh: ibu dapat menjelaskan tujuan perawatan payudara pada masa nifas (Notoadmodjo, 2007).
Sedangkan tingkat ketiga dari domain kognitif ini adalah aplikasi.Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi nyata. Contoh: ibu dapat menggunakan prinsip bersih dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan payudara.(Notoadmodjo, 2007).
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.Allport (1954) dalam Setiawati (2008) menjelaskan bahwa
(46)
sikap mempunyai tiga komponen, yaitu kepercayaan, emosional, dan kecenderungan untuk bertindak. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini juga terdiri dari beberapa tingkatan, yakni: menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab. Dalam hal ini untuk bisa melakukan perawatan payudara dengan benar, ibu nifas diharapkan memiliki sikap menerima, merespon, dan menghargai.
Sikap menerima diartikan bahwa seseorang mau memperhatikan stimulus yang diberikan.Sedangkan sikap merespon diindikasikan sebagai pemberian jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas. Sedangkan sikap menghargai menuntut kemampuan responden untuk menghargai atau menerima nilai dari suatu teori, ide, atau peristiwa, dengan memperlihatkan komitmen atau preferensi yang cukup besar yang dapat diidentifikasi dalam pengalaman yang dianggap memiliki nilai dan kesediaan yang jelas untuk menindaklanjuti nilai tersebut. Kata kerja pada tingkatan ini adalah memilih, bertindak, mengemukakan argumentasi, dan meyakinkan. Contoh: ibu mengemukakan argumentasi mengenai prosedur perawatan payudara (Nurhidayah, 2011).
c. Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Tindakan mempunyai beberapa tingkatan, yaitu: persepsi, respon terpimpin, mekanisme, dan adaptasi. Dalam melakukan tindakan perawatan payudara dengan benar diharapkan ibu nifas dapat mencapai tingkat mekanisme yaitu ketika seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis tanpa dibimbing, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.Hal ini dapat dilihat dari perawatan payudara yang dilakukan ibu dengan benar dan rutin (Notoadmodjo, 2007).
(47)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masa pascapartum (nifas) merupakan suatu masa antara melahirkan sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder, 2011). Masa ini dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan (Hadijono, 2008). Pada masa ini juga terjadi perubahan pada payudara untuk laktasi.
Pada bulan terakhir kehamilan, sel-sel parenkim yang terdapat pada alveoli payudara mengalami hipertropi dan menghasilkan kolostrum, suatu cairan encer berwarna kuning. Penurunan kadar esterogen dan progesteron yang tiba-tiba pada saat melahirkan dan pengeluaran plasenta menstimulasi terjadinya laktasi. Pada saat ini kelenjar pituitari mengeluarkan prolaktin.Prolaktin menyebabkan sirkulasi ke payudara meningkat sehingga payudara terasa hangat, bengkak, dan sakit. Sel-sel payudara ini mulai memproduksi air susu (ASI) menggantikan kolostrum yang sebelumnya diproduksi oleh payudara. Jika bayi mulai menyusu atau air susu ibu dikeluarkan terjadilah proses laktasi (Reeder, 2011).
Kolostrum dan ASI mengandung nutrisi penting bagi bayi. Kolostrum mengandung protein, garam-garam anorganik, lemak, karbohidrat, immunoglobulin A yang tepat untuk sistem pencernaan bayi baru lahir dan memberikan perlindungan imunologik bagi bayi. Zat-zat gizi yang terkandung dalam kolostrum ini juga terdapat pada ASI.Selain zat-zat gizi tersebut, ASI juga mengandung gula, vitamin, dan sejumlah hormon, neuropeptida, dan opioid alamiah yang dapat membentuk otak dan perilaku bayi baru lahir (Reeder, 2011).
(48)
Informasi dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia(SDKI) tahun 2008, angka cakupan ASI eksklusif 52%. Dari survei yang sama, tahun berikutnya meningkat menjadi 55%. Informasi dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 cakupan ASI eksklusif Indonesia mencapai rata-rata
61,5% . Angka cakupan ASI eksklusif menunjukkan peningkatan
dari tahun ke tahun.Namun demikian angka tersebut masih belum memenuhi target
nasional angka cakupan ASI eksklusif tahun 2014, yaitu 80% (www. gizi.depkes.go.id).
Infant Feeding Survey pada tahun 2000 menyebutkan bahwa 35% ibu menyusui melaporkan masalah menyusui.Carlson (2008) melaporkan bahwa sebagian besar ibu yang berhenti menyusui pada minggu kedua setelah melahirkan juga disebabkan masalah menyusui dan bukan karena faktor fisik atau psikologis ibu.Yang termasuk masalah menyusui adalah nyeri payudara saat menyusui, bayi sulit mengisap karena kesalahan posisi, serta penjadwalan pemberian ASI karena menganggap bahwa menyusui merupakan kegiatan yang menghabiskan waktu (Carlson, 2008). Selain masalah menyusui tersebut, ibu menyusui juga sering mengalami payudara bengkak (engorgement), saluran susu tersumbat (obstructive duct), radang payudara, abses payudara, air susu ibu kurang, bayi bingung puting, bayi enggan menyusu (Daulat, 2003).
Masalah sehubungan dengan menyusui dapat dideteksi, dicegah dan ditanggulangi agar tidak menjadi penyulit atau penyebab terjadinya kegagalan menyusui.Masalah tersebut dapat diatasi dengan melakukan perawatan payudara.Astuti (2009) melaporkan bahwa terdapat hubungan antara perawatan payudara dengan kejadian mastitis pada ibu nifas.Dalam penelitian tersebut praktik perawatan payudara dapat menurunkan kejadian mastitis pada ibu nifas. Gunther (1958) dari pengamatan klinisnya menyimpulkan bahwa mastitis diakibatkan stagnasi ASI di dalam payudara dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah keadaan tersebut (Astuti, 2009).
(49)
Menurut Huliana (2003) perawatan payudara bertujuan untuk mencegah tersumbatnya saluran susu dan memperlancar pengeluaran ASI. Hal ini diperkuat hasil penelitian Sholichah (2011) yang menemukan bahwa terdapat hubungan antara perawatan payudara ibu nifas dengan kelancaran pengeluaran ASI.Dalam penelitian tersebut ibu yang memiliki kondisi payudara baik dengan perawatan payudara yang baik maka pengeluaran ASInya pun baik. Jika kondisi payudara ibu dalam kondisi buruk dan perawatannya tidak baik maka sedikit banyak dapat mengganggu proses laktasi. Perawatan payudara ini juga dapat dilakukan pada masa kehamilan (antenatal) untuk mendapatkan efek pengeluaran ASI yang lebih cepat. Hal ini diperoleh dari hasil penelitian Astari (2008) yang melaporkan bahwa ibu yang melakukan perawatan payudara pada masa antenatal pengeluaran ASInya setelah melahirkan lebih cepat dibandingkan ibu yang tidak melakukan perawatan payudara pada masa antenatal.Pernyataan ini juga diperkuat hasil penelitian Margareta (2009) yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara frekuensi perawatan payudara ibu pada masa antenatal dengan inisiasi laktasi ibu nifas.
Perawatan payudara merupakan salah satu perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan (menurut Skinner) adalah: “suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makan dan minum, serta lingkungan” (Unimus, 2012). Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain, yaitu pengetahuan kesehatan, sikap terhadap kesehatan, dan praktik kesehatan (Wikipedia, 2012). Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoadmodjo (2007) terdapat 2 faktor yang mempengaruhi perilaku manusia dalam hal kesehatan, yaitu: faktor internal yang meliputi pengetahuan, persepsi, emosi, motivasi, sosial-ekonomi, dan kebudayaan, dan faktor eksternal yaitu lingkungan.
Sejauh ini dari literatur yang peneliti telusuri banyak penelitian yang membahas mengenai perilaku perawatan payudara, baik pada masa antenatal maupun masa
(50)
nifas.Namun tidak ada satupun yang menyebutkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan payudara ibu nifas.Sehingga terkesan penelitian sebelumnya belum mampu menjawab masalah perawatan payudara dan belum memberikan manfaat yang berarti bagi praktik keperawatan. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam melakukan perawatan payudara selama nifas di salah satu Klinik Bersalin di kota Medan.
1.2.Tujuan Penelitian
1.2.1 Menganalisa hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan payudara dengan perilaku perawatan payudara ibu nifas.
1.3.Pertanyaan Penelitian
1.3.1 Bagaimanakah hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan payudara dengan perilaku perawatan payudara ibu nifas?
1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1 Praktek Keperawatan
Untuk memberikan gambaran sejauh mana pengetahuan, sikap, dan tindakan perawatan payudara ibu nifas sehingga dapat menjadi dasar intervensi keperawatan yang diperlukan, dan melihat gambaran faktor-faktor yang dapat membantu perawat dalam mengidentifikasi faktor yang mendukung dan menghambat perilaku perawatan payudara pada ibu nifas.
(51)
1.4.2. Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian dapat menjadi data dasar untuk penelitian selanjutnya dan menambah referensi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan payudara ibu nifas.
(52)
Judul : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perawatan Payudara Ibu Nifas
Nama : Yuliatil Adawiyah Harahap
NIM : 091101020
Jurusan : Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2013
Abstrak
Perawatan payudara adalah prosedur perawatan yang harus dilakukan ibu pada masa nifas untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI pada bayi baru lahir. Perawatan payudara merupakan salah satu perilaku kesehatan yang dipengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan, suku, penghasilan, dan pekerjaan.Tujuan penelitian ini adalah menganalisa hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan payudara dengan perilaku perawatan payudara ibu nifas.Penelitian deskriptif korelasi dilakukan dengan melibatkan 50 ibu nifas di Klinik Bersalin Mariani.Pengumpulan data dilakukan menggunakan purposive sampling dengan kuesioner.Uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa suku dan pekerjaan tidak mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku perawatan payudara ibu nifas (p>0,05), sementara tingkat pendidikan dan penghasilan menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan perilaku perawatan payudara ibu nifas (p<0,05).
(53)
Title : The Analysis of The Factors that Influence The Habits of Postpartum Breast Care’s Mother
Name : Yuliatil Adawiyah Harahap Std. ID Number : 091101020
Study Program : Nursing Academic Year : 2013
Abstract
Breast care isthe procedure of care that have to be done bymotherin postpartum to support the successful of breastfeeding to the infant. The breast care is one of the healthy habit that influenced by education factor, native, income, and work. The goal of this research is to analyze the correlation between factors that influence the habits of breast care of the mother in postpartum with the habits of breast care of mother in postpartum. The descriptive correlation research has been done that involves 50 mother in postpartum at the Mariani baby birth clinic. The collecting data has been done by using the questioner of purposive sampling technique. Spearman’s correlation test to show that native and work have no meaningful correlation to the habits of postpartum breast care’s mother (p>0,05). Meantime, education and income show that there is the meaningful correlation to the habits of postpartum breast care’s mother (p<0,05).
(54)
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Perawatan Payudara Ibu Nifas
Skripsi
Yuliatil Adawiyah Harahap
091101020
Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Medan
2013
(55)
Judul : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perawatan Payudara Ibu Nifas
Nama : Yuliatil Adawiyah Harahap
NIM : 091101020
Jurusan : Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2013
Abstrak
Perawatan payudara adalah prosedur perawatan yang harus dilakukan ibu pada masa nifas untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI pada bayi baru lahir. Perawatan payudara merupakan salah satu perilaku kesehatan yang dipengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan, suku, penghasilan, dan pekerjaan.Tujuan penelitian ini adalah menganalisa hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan payudara dengan perilaku perawatan payudara ibu nifas.Penelitian deskriptif korelasi dilakukan dengan melibatkan 50 ibu nifas di Klinik Bersalin Mariani.Pengumpulan data dilakukan menggunakan purposive sampling dengan kuesioner.Uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa suku dan pekerjaan tidak mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku perawatan payudara ibu nifas (p>0,05), sementara tingkat pendidikan dan penghasilan menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan perilaku perawatan payudara ibu nifas (p<0,05).
(56)
Title : The Analysis of The Factors that Influence The Habits of Postpartum Breast Care’s Mother
Name : Yuliatil Adawiyah Harahap Std. ID Number : 091101020
Study Program : Nursing Academic Year : 2013
Abstract
Breast care isthe procedure of care that have to be done bymotherin postpartum to support the successful of breastfeeding to the infant. The breast care is one of the healthy habit that influenced by education factor, native, income, and work. The goal of this research is to analyze the correlation between factors that influence the habits of breast care of the mother in postpartum with the habits of breast care of mother in postpartum. The descriptive correlation research has been done that involves 50 mother in postpartum at the Mariani baby birth clinic. The collecting data has been done by using the questioner of purposive sampling technique. Spearman’s correlation test to show that native and work have no meaningful correlation to the habits of postpartum breast care’s mother (p>0,05). Meantime, education and income show that there is the meaningful correlation to the habits of postpartum breast care’s mother (p<0,05).
(57)
KATA PENGANTAR
Segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perawatan Payudara Ibu Nifas di Klinik Mariani”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, memberi saran dan masukan berharga selama penulis menyusun skripsi ini.
3. Ibu SitiSaidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat,dan IbuRika Endah Nurhidayah, S.Kp, M.Pdselaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan masukan berharga kepada penulis dalam menyempurnakan skripsi ini. 4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
5. Ibu Mariani selaku Pemilik Klinik Mariani Medan yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis dan juga kepada para pegawai Klinik Mariani Medan yang telah mendukung penelitian ini, serta kepada ibu-ibu yang telah menjadi responden dalam penelitian ini, terima kasih atas partisipasinya.
(58)
6. Terima kasih kepada Ayahanda Muhammad Irpan HRP dan Ibunda Teti Iriani, dan adikku tercinta Rudi Anto Azhari HRP yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat kepadaku dalam menulis skripsi ini.
7. Kepada sahabat-sahabat terbaikku, Silvi Dellani, Annisah Sepwika Sari, Putri Purnama Sari, Indah Prihatini, Irma Liana, Putri Mariati, Tri Susi Tira Katri, Maya Ardilla, Dini Arti, Alisha Putri, dan Siti Khalijah yang selalu bersama dalam perjuangan, suka dan duka sehingga semuanya terasa indah, yang selalu membantu dan mendukung dalam perkuliahanku, terima kasih atas kritik, saran,dan segala canda tawa kalian semua.
8. Kepada adik-adik kelasku tersayang, Yusri, Halimah, Nismah, Yuhana, Wiyah dkk, dan adik-adik mentoringku yang selalu memberikan semangat, dan menghiburku di kampus.
9. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi bantuan dalam terlaksananya penelitian dan penulisan skripsi ini.
Semoga seluruh bantuan baik moril maupun materil yang diberikan kepada peneliti selama ini mendapat imbalan dari Allah SWT. Harapan penulis, skripsi ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.
Medan, Juli 2013
Penulis
(59)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN --- i
ABSTRAK --- ii
KATA PENGANTAR --- ii
DAFTAR ISI --- iv
DAFTAR TABEL --- viii
DAFTAR SKEMA --- ix
Bab 1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang --- 1
1.2.Tujuan Penelitian --- 4
1.3.Pertanyaan Penelitian --- 4
1.4.Manfaat Penelitian --- 5
Bab 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Masa Nifas --- 6
2.1.1.Mobilisasi --- 7
2.1.2.Nutrisi --- 8
2.1.3.Eliminasi Urin --- 9
2.1.4.Defekasi --- 10
2.1.5.Perawatan Perineum --- 10
2.2.Perawatan Payudara pada Ibu Nifas --- 12
2.2.1.Fisiologi Laktasi --- 12
2.2.2.Prosedur Perawatan Payudara --- 13
2.3.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perawatan Payudara Ibu Nifas --- 15
2.4.Perilaku Kesehatan --- 23
Bab 3. KERANGKA PENELITIAN 3.1.Kerangka Konseptual --- 27
3.2.Defenisi Operasional --- 27
3.3.Hipotesis --- 29
Bab 4. METODOLOGI PENELITIAN 4.1.Desain Penelitian --- 30
4.2.Populasi dan Sampel Penelitian --- 30
4.2.1.Populasi --- 30
4.2.2.Sampel --- 30
4.3.Tempat dan Waktu Penelitian --- 31
4.4.Pertimbangan Etik Penelitian --- 31
4.5.Instrumen Penelitian --- 32
4.5.1.Kuesioner Penelitian --- 32
4.5.2.Validitas dan Reliabilitas Instrumen --- 33
4.6.Pengumpulan Data --- 33
4.7.Analisa Data --- 34
Bab 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.Hasil Penelitian --- 36
5.2.Pembahasan --- 39
Bab 6. PENUTUP 6.1.Kesimpulan --- 41
(60)
DAFTAR PUSTAKA --- 43 LAMPIRAN
1. Surat Balasan dari Klinik Mariani
2. Formulir Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian 3. Kuesioner
(61)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. --- 14
Tabel 3.1. --- 27
Tabel 5.1. --- 36
Tabel 5.2. --- 37
Tabel 5.3. --- 37
(62)
DAFTAR SKEMA
(1)
KATA PENGANTAR
Segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perawatan Payudara Ibu Nifas di Klinik Mariani”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, memberi saran dan masukan berharga selama penulis menyusun skripsi ini.
3. Ibu SitiSaidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat,dan IbuRika Endah Nurhidayah, S.Kp, M.Pdselaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan masukan berharga kepada penulis dalam menyempurnakan skripsi ini. 4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
5. Ibu Mariani selaku Pemilik Klinik Mariani Medan yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis dan juga kepada para pegawai Klinik Mariani Medan yang telah mendukung penelitian ini, serta kepada ibu-ibu yang telah menjadi responden dalam penelitian ini, terima kasih atas partisipasinya.
(2)
6. Terima kasih kepada Ayahanda Muhammad Irpan HRP dan Ibunda Teti Iriani, dan adikku tercinta Rudi Anto Azhari HRP yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat kepadaku dalam menulis skripsi ini.
7. Kepada sahabat-sahabat terbaikku, Silvi Dellani, Annisah Sepwika Sari, Putri Purnama Sari, Indah Prihatini, Irma Liana, Putri Mariati, Tri Susi Tira Katri, Maya Ardilla, Dini Arti, Alisha Putri, dan Siti Khalijah yang selalu bersama dalam perjuangan, suka dan duka sehingga semuanya terasa indah, yang selalu membantu dan mendukung dalam perkuliahanku, terima kasih atas kritik, saran,dan segala canda tawa kalian semua.
8. Kepada adik-adik kelasku tersayang, Yusri, Halimah, Nismah, Yuhana, Wiyah dkk, dan adik-adik mentoringku yang selalu memberikan semangat, dan menghiburku di kampus.
9. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi bantuan dalam terlaksananya penelitian dan penulisan skripsi ini.
Semoga seluruh bantuan baik moril maupun materil yang diberikan kepada peneliti selama ini mendapat imbalan dari Allah SWT. Harapan penulis, skripsi ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.
Medan, Juli 2013
Penulis
(3)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN --- i
ABSTRAK --- ii
KATA PENGANTAR --- ii
DAFTAR ISI --- iv
DAFTAR TABEL --- viii
DAFTAR SKEMA --- ix
Bab 1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang --- 1
1.2.Tujuan Penelitian --- 4
1.3.Pertanyaan Penelitian --- 4
1.4.Manfaat Penelitian --- 5
Bab 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Masa Nifas --- 6
2.1.1.Mobilisasi --- 7
2.1.2.Nutrisi --- 8
2.1.3.Eliminasi Urin --- 9
2.1.4.Defekasi --- 10
2.1.5.Perawatan Perineum --- 10
2.2.Perawatan Payudara pada Ibu Nifas --- 12
2.2.1.Fisiologi Laktasi --- 12
2.2.2.Prosedur Perawatan Payudara --- 13
2.3.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perawatan Payudara Ibu Nifas --- 15
2.4.Perilaku Kesehatan --- 23
Bab 3. KERANGKA PENELITIAN 3.1.Kerangka Konseptual --- 27
3.2.Defenisi Operasional --- 27
3.3.Hipotesis --- 29
Bab 4. METODOLOGI PENELITIAN 4.1.Desain Penelitian --- 30
4.2.Populasi dan Sampel Penelitian --- 30
4.2.1.Populasi --- 30
4.2.2.Sampel --- 30
4.3.Tempat dan Waktu Penelitian --- 31
4.4.Pertimbangan Etik Penelitian --- 31
4.5.Instrumen Penelitian --- 32
4.5.1.Kuesioner Penelitian --- 32
4.5.2.Validitas dan Reliabilitas Instrumen --- 33
4.6.Pengumpulan Data --- 33
4.7.Analisa Data --- 34
Bab 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.Hasil Penelitian --- 36
5.2.Pembahasan --- 39
Bab 6. PENUTUP 6.1.Kesimpulan --- 41
(4)
DAFTAR PUSTAKA --- 43 LAMPIRAN
1. Surat Balasan dari Klinik Mariani
2. Formulir Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian 3. Kuesioner
(5)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. --- 14
Tabel 3.1. --- 27
Tabel 5.1. --- 36
Tabel 5.2. --- 37
Tabel 5.3. --- 37
(6)
DAFTAR SKEMA