Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perawatan Payudara Ibu Nifas

2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perawatan Payudara Ibu Nifas

Menurut Green 1980 dalam Notoadmodjo 2007 terdapat 2 faktor yang mempengaruhi perilaku manusia dalam hal kesehatan, yaitu: faktor internal yang meliputi tingkat pendidikan, persepsi, emosi, motivasi, status sosial, status ekonomi, dan kebudayaan, dan faktor eksternal yaitu lingkungan. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan payudara ibu nifas adalah sebagai berikut: a. Tingkat Pendidikan Menurut Basford 2006 dalam Harianti 2011 pengetahuan dapat didefenisikan sebagai fakta atau informasi yang kita anggap benar berdasarkan pemikiran yang melibatkan pengujian empiris pemikiran tentang fenomena yang diobservasi secara langsung atau berdasarkan proses berpikir lainnya seperti pemberian alasan logis atau penyelesaian masalah. Pada dasarnya pengetahuan adalah kesadaran dan pemahaman kita terhadap sesuatu dan penerimaan kita sebagai kelompok bahwa pemahaman ini benar. Pengetahuan ini biasanya dikaitkan dengan tingkat pendidikan seseorang. Tingkat pendidikan adalah jenjang ilmu pengetahuan yang di dapat dari lembaga pendidikan formal.Pendidikan formal merupakan pendidikan yang di dapat di bangku sekolah umum.Tingkat pendidikan seseorang dikatakan rendah bila hanya mampu menamatkan paling tinggi adalah sampai SDsederajat.Tingkat pendidikan menengah bila mampu menamatkan SMPsederajat dan SMUsederajat.Tingkat pendidikan tinggi bila melanjutkan pendidikan hingga akademi atau Perguruan Tinggi. Tingkat pendidikan ini sangat mempengaruhi perawatan payudara ibu. Menurut Astari Djuminah 2012 tingkat pendidikan merupakan salah satu hal yang mempengaruhi perawatan payudara pada masa antenatal. Hal ini diperkuat Universitas Sumatera Utara hasil penelitian Solichah 2011 yang melaporkan bahwa tingkat pendidikan ibu nifas yang rendah menyebabkan pengetahuan tentang perawatan payudara pada masa nifas kurang. b. Budaya Menurut Basford 2006 budaya adalah hal-hal yang dipelajari dalam masyarakat tentang nilai-nilai, kepercayaan, sikap, konsep dan kebiasaan yang membentuk pikiran dan tingkah laku yang membuat suatu kelompok sosial itu unik dan berbeda dengan yang lainnya.Budaya menggambarkan sifat non-fisik, seperti nilai, keyakinan, sikap atau adat istiadat yang disepakati oleh kelompok masyarakat dan diwariskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya.Banyak keyakinan, pikiran dan tindakan masyarakat, baik yang disadari maupun yang tidak disadari ditentukan oleh latar belakang budaya Spector, 1991 dikutip dari Potter Perry, 2006. Setiap budaya memiliki latar belakang yang berbeda-beda sehingga variasi budaya yang diturunkan pun berbeda-beda pula kepada generasi berikutnya.Budaya dalam hal ini mengacu pada etnik yang dianut oleh ibu nifas.Setiap etnik memiliki tradisi yang kaya dan kompleks, termasuk praktik-praktik kesehatan yang terbukti efektif sepanjang masa.Oleh sebab itu, perilaku ibu selama periode nifas sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya ibu tersebut Bobak, 2004. Dalam Bobak 2004 terdapat contoh budaya dari suku Amerika-Afrika pada masa nifas yaitu perdarahan per vaginam dianggap sebagai tanda sakit maka mandi berendam dan keramas dilarang, menyusui dianggap hal yang memalukan sehingga bayi diberikan susu botol. Sedangkan suku Amerika-Meksiko memperbolehkan menyusui pada hari keempat karena kolostrum dianggap kotor. Universitas Sumatera Utara Indonesia yang terdiri dari berbagai suku juga memiliki keyakinan tersendiri pada masa nifas. Seperti hasil penelitian Suryawati 2007 menunjukkan bahwa salah satu perilaku masyarakat suku jawa selama masa nifas yaitu pantang memakan makanan tertentu yang lebih dikaitkan dengan si bayi agar ASI tidak berbau amis antara lain daging dan ikan laut. Selain itu juga terdapat tradisi harus minum jamu agar rahim cepat kembali seperti semula, dan memakai lulur param kocok ke seluruh badan agar capek pada badannya cepat hilang. c. Status Sosial Status sosial adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial.Pada sistem sosial terdapat berbagai macam status, seperti anak, istri, suami, orang tua, ketua RW, ketua RT, camat, lurah, dan guru Abdullah, 2006.Adapun status sosial yang dianggap mempengaruhi perawatan payudara ibu nifas adalah jika ibu merupakan seorang tenaga kesehatan, baik itu tenaga kesehatan profesional maupun non profesional. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, tenaga kesehatan adalah “setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan danatau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan” www.dikti.go.id.Tenaga kesehatan yang diatur dalam Pasal 2 ayat 2 sampai dengan ayat 8 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga kesehatan profesional, meliputi: tenaga medis terdiri dari dokter dan dokter gigi; tenaga keperawatan terdiri dari perawat dan bidan; tenaga kefarmasian terdiri dari apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker; tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, Universitas Sumatera Utara mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian; tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien; tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara; tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, othotik prostetik, teknisi tranfusi dan perekam medis www.bpkp.go.id. Sedangkan tenaga kerja non profesional yang dimaksudkan adalah kader.Kader kesehatan menurut WHO 2004 adalah “laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan”. d. Status Ekonomi Menurut Kartono 2006 dalam Suparyanto 2012 status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan.Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok.Status ekonomi dapat dilihat dari UMR Upah Minimal Regional setiap daerah. UMR Sumatera Utara pada tahun 2012 adalah Rp. 1.200.000,00 Pratama, 2012. Sehingga berdasarkan UMR tersebut status ekonomi masyarakat Sumatera Utara dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu: tipe kelas atas Rp 2.500.000 ke atas, tipe kelas menengah Rp. 1.200.000 – Rp 2.500.000, dan tipe kelas bawah Rp 1.200.000. Status ekonomi memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi sebuah keluarga.Dalam sebuah keluarga ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pendapatan yang diterima semakin baik taraf kehidupannya. Tingginya Universitas Sumatera Utara pendapatan yang diterima akan berdampak pada pemahaman tentang pentingnya kesehatan, jenis pelayanan kesehatan yang dipilih, dan bagaimana berespon terhadap masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga. Sebaliknya jika status ekonominya rendah maka keluarga akan memarginalkan fungsi kesehatan keluarganya, dengan alas an lebih mendahulukan kebutuhan dasarnya Setiawati Dermawan, 2008. Selain faktor di atas, Wildani 2010 melaporkan bahwa terdapat lima faktor yang mempengaruhi perawatan diri pada masa nifas, dimana perawatan payudara merupakan salah satu perawatan diri yang penting pada masa nifas. Kelima faktor tersebut adalah faktor masa lalu, faktor lingkungan ibu nifas, faktor internal ibu nifas, petugas kesehatan, dan pendidikan kesehatan. a. Faktor Masa Lalu Melalui pengalaman di masa lalu seseorang dapat belajar cara merawat diri. Apabila Ibu sudah mengenal manfaat perawatan diri atau tehnik yang akan dilakukan, maka Ibu akan lebih mudah dalam melakukan perawatan diri pada masa nifas. Contohnya jika Ibu mengetahui atau pernah melakukan perawatan payudara sebelumnya, maka akan mempengaruhi perilaku perawatan diri Ibu nifas. Ibu lebih mudah belajar atau melakukan perawatan payudara. Sedangkan Ibu yang belum mengetahui tentang perawatan payudara akan sulit melakukan perawatan tersebut. Dalam hal ini masa lalu memberikan pengaruh pada perilaku Ibu untuk melakukan perawatan diri pada masa nifas Wildani, 2010. Selain itu menurut Stright 2005 dalam Wildani 2010 faktor yang berpengaruh dalam perawatan diri Ibu nifas adalah faktor pengalaman masa nifas meliputi sifat persalinankelahiran, tujuan kelahiran, persiapan persalinankelahiran, peran menjadi orang tua yang mendadak. Universitas Sumatera Utara b. Faktor Lingkungan Ibu Nifas Lingkungan akan terus berubah selama kita hidup. Jika memasuki suatu fase kehidupan yang baru, akan selalu terjadi proses penyesuaian diri dengan lingkungan. Situasi ini dapat mempengaruhi Ibu dalam melakukan perawatan diri pada masa nifas.Sarana prasarana tersedia di dalam lingkungan guna mendukung dan mempromosikan perilaku kesehatan.Organisasi berbasis masyarakat sering kali merupakan sarana yang sangat baik untuk menyebarkan informasi.Selain itu, keluarga juga berperan sebagai sistem pendukung yang kuat bagi anggota-anggotanya, khususnya dalam penanganan masalah kesehatan keluarga. Seperti halnya Ibu nifas, maka anggota keluarga yang lain akan berusaha untuk membantu memulihkan kondisi kesehatannya ke kondisi semula. Fungsi keluarga dalam masalah kesehatan meliputi reproduksi, upaya membesarkan anak, nutrisi, pemeliharaan kesehatan dan rekreasi Wildani, 2010. c. Faktor Internal Ibu Nifas Faktor internal adalah segala sesuatu yang berasal dari dalam diri sendiri. Aktivitas merawat diri akan berbeda pada setiap individu. Hal ini dapat dipengaruhi oleh; usia, pendidikan, karakter, keadaan kesehatan, tempat lahir, budi pekerti, kebudayaan, dll. Ada juga faktor lain yang melekat pada pribadi tertentu seperti: selera dalam memilih, gaya hidup, dll. Pada Ibu usia muda perawatan masa nifas yang dilakukan akan berbeda dengan Ibu yang memiliki usia lebih dewasa. Demikian juga dengan pendidikan semakin tinggi pendidikan Ibu, maka kepeduliannya terhadap perawatan diri semakin baik Stevens, 2000 dalam Wildani 2010. d. Petugas Kesehatan Petugas kesehatan, khususnya perawat sangat berperan penting dalam mempengaruhi perilaku perawatan diri Ibu pascasalin.Perawat merupakan orang yang Universitas Sumatera Utara dalam melakukan tindakannya didasari pada ilmu pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya.Selain itu perawat juga mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam tindakan yang berorientasi pada pelayanan melalui pemberian asuhan keperawatan kepada individu, kelompok, atau keluarga.Pemberian asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan kebutuhan dasar pasien.Di rumah sakit perawat adalah orang yang paling dekat dengan pasien, oleh sebab itu perawat harus mengetahui kebutuhan pasiennya. Perawat dapat memberikan asuhan keperawatan misalnya mengajarkan pada ibu nifas bagaimana cara melakukan perawatan diri. Awalnya perawat dapat membantu Ibu dalam melakukan perawatan diri masa nifas, kemudian anjurkan Ibu untuk mengulanginya secara rutin dengan bantuan suami atau keluarga. Selanjutnya Ibu akan mampu melakukan perawatan diri masa nifas secara mandiri Hidayat, 2004 dalam Wildani, 2010. e. Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat. Sama halnya dengan proses pembelajaran yang bertujuan merubah perilaku individu, kelompok, keluarga dan masyarakat. Pendidikan kesehatan yang dimaksud adalah pendidikan kesehatan yang diperoleh Ibu pascasalin dari perawat atau tenaga kesehatan lainnya tentang kesehatan, dalam hal ini khususnya tentang perawatan diri pascasalin Dermawan, 2008. Pendidikan kesehatan ini akan mempengaruhi pengetahuan Ibu tentang perawatan diri pascasalin, yang akhirnya akan mempengaruhi perilaku perawatan diri Ibu Wildani, 2010. Namun faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, budaya, status ekonomi, dan status sosial. Universitas Sumatera Utara

2.4. Perilaku Kesehatan