Analisis potensi pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan non migas di provinsi Jawa barat periode 2005-2009

ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR
INDUSTRI PENGOLAHAN NON MIGAS DI PROVINSI JAWA
BARAT PERIODE 2005-2009

Disusun Oleh
Shofwatunnida
107084003185

JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M / 1432 H

LEMBAR PENGESAIIAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Kamis, 1 Desember2011telah dilakukanujian SkripsiatasMahasiswi:
1.
2.
3.
4.


Nama
NIM
Jurusan
Judul Skripsi

Shofivatunnida
107084003185
Ilmu Ekonomidan StudiPembangunan
Ekonomi SektorIndustri
AnalisisPotensiPertumbuhan
Non Migas Di ProvinsiJawaBaratPeriode
Pengolahan
2005-2009

Setelah mencermati dan memperhatikanpenampilan dan kemampuan yang
bersangkutanselamaprosesujian Skripsi, maka diputuskanbahwa mahasiswi
tersebutdiatas dinyatakanlulus dan skripsi ini diterima sebagaisalah satu syarat
untuk memperolehgelar SarjanaEkonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UniversitasIslam Negeri Syarif HidayatullahJakarta.

Jakartal Desember20ll

( hi
(-\-trfi
,')

1.

2.

Prof. Dr. AhmadRodoni
1 003
NIP: 19690203200112

Utami Baroroh.M.Si

Ketua

sAWt+


n/^}-Sekertaris

3.

Dr.Ir.H.RoikhanM. Aziz.MM

4.

Dr. Lukman,M.Si
NIP :19720809
2005012 004

5.

ZuhakanYunmiYunan SE.M.Sc
NIP : 198004162009121 002

PembimbingII

1

\
\

ANALISIS POTENSI PERTUMBT]HAII EKONOMI SEKTOR IIIDUSTRI
PENGOLAHAI\ NON MIGAS DI PROVINSI JAWA BARAT PERIODE

2005-2009

Skripsi

Oleh
Shofwatqnnida
NIM: 107084003185

Di BawahBimbinean

PembimbinsII

NIP:196406072003021
002


ZuhairanYunmi Yunan SE.MSc
NIP: 198004162009121002

JT'RUSAN ILMU EKONOMI DAN STI]DI PEMBAIIGUNAN
F'AKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432W 2011M

\

1
\
\

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa,23 Agustus 2011 telah dilakukan Ujian Komprehensifatas
mahasiswa:

Shofwatunnida
107084003
I 85
Ilmu Ekonomidan StudiPembangunan
Ekonomi SektorIndustri
Analisis PotensiPertumbuhan
Pengolahan
Non Migas di ProvinsiJawaBarat Periode
2005-2009
Setelah mencermati dan memperhatikanpenampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut diatas dinyatakan lulus dan diberi kesempatanuntuk
melanjutkanketahapUjian Skripsi sebagaisalahsatu syaratuntuk memperoleh
gelar SarjanaEkonomi pada FakultasEkonomi dan Bisnis UniversitasIslam
Negeri Syarif H idayatullah Jakarta.
1.
2.
3.
4.


Nama
NIM
Jurusan
JudulSkripsi

Jakarta,23 Agustus201I

Prof.Dr. Abdul Hamid,M.Si
NIP. 195706171
985031002

2.

Dr. Lukman,M.Si
NIP. 196406072003021002

Fitri Amalia,S.pd,M.Si
NrP. 198207102009122002

( ------------------------)

PengujiAhli

LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertandatangan dibawah i n i :
Nama

Shofwatunnida

No. Induk Mahasiswa

I 07084003
185

Fakultas

EkonomidanBisnis

Jurusan


Ilmu EkonomidanStudiPembangunan

Denganini menyatakanbahwadalampenulisanskripsi ini, saya;
1.

Tidak menggunakanide orang lain tanpa mampu mengembangkandan
mempertanggungiawabkan.

2.

Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3.

Tidak menggunakankarya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin dari pemilik karya.

4.

Tidak melakukan pemanipulasiandan pemalsuandata.


5.

Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyatan diatas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkanaturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, UIN Syarif HidayatullahJakarta.
Demikian pernyataanini sayabuat dengansesungguhnya.

': ..N:t$l. .T.1..
rakarra,

Sfiorwatunilcla

185
I 07084003


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I.

II.

IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap

: Shofwatunnida

2. Tempat, Tanggal Lahir

: Tangerang, 21 Oktober 1989

3. Alamat

:Jl.Garuda no.5 RT 02/03 Tangerang

4. E-mail

:vieannida@yahoo.com

PENDIDIKAN FORMAL
1. TK Islam Nurul Huda Tangerang (1994-1996)
2. SDN Batu Ceper 1 Tangerang (1996-2001)
3. SLTPN 2 Tangerang (2001-2004)
4. SMAN 6 Tangerang (2004-2007)
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (20072011)

III.

PENDIDIKAN NON FORMAL
1. Primagama Tangerang (2003-2004)
2. BTA 70 Tangerang (2006-2007)

IV.

LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah

:Drs. Namang Abdurahman

2. Ibu

:Siti Qotrunnadah S.Pd

3. Alamat

:Jl. Garuda no.5 Rt 02/03 Tangerang

4. Telepon

:021-5524616

5. Anak

: 1(satu) dari 2 (dua) bersaudara

i

ABSTRACT
This study is an effort to determine the potential of non-oil processing
industry sub-sectors which have great impact on economic growth in non-oil
manufacturing sector in West Java province during the years 2005-2009. This
study uses GDRP data processing sector in West Java and non-oil GDP of
Indonesian non-oil and gas manufacturing sector. In this thesis uses economic
base model is reflected in the analysis Quatient Location (LQ) and Shift Share.
Typology of Sectoral and used also useful to know the sub-sectors leading non-oil
processing industry in West Java.
West Java has three non-oil manufacturing base of other goods industries
(creative industries), industrial textiles, leather goods and footwear and transport
equipment machinery and apparatus industries. And two potential industry
sectors to be developed as the basis of industrial wood and products of wood and
cement industries and non-metallic mineral products, because these industries
have good growth in the province and occupies a typology of VI, which means
that this industry is a sector basis, has Provincial level, the rapid growth despite
slow growth in the National, so the potential to be developed into a sector basis.
Keywords: GDRP non-oil and gas industry sector, location quotient, Shift Share,
Typology of Sectoral

ii

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk mengetahui potensi dari
subsektor industri pengolahan non migas yang berpengaruh besar terhadap
pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan non migas di Provinsi Jawa
Barat selama tahun 2005-2009. Penelitian ini menggunakan data PDRB Jawa
Barat sektor industri pengolahan non migas dan PDB Indonesia sektor industri
pengolahan non migas. Dalam skripsi ini menggunakan model basis ekonomi
yang tercermin pada analisis Location Quatient (LQ) dan Shift Share. Dan
digunakan juga Tipologi Sektoral yang berguna untuk mengetahui subsektorsubsektor unggulan industri pengolahan non migas di Jawa Barat.
Jawa Barat memiliki tiga industri pengolahan non migas basis yaitu
industri barang lainnya (industri kreatif), industri tekstil, barang dari kulit dan alas
kaki dan industri alat angkutan, mesin dan peralatannya. Dan dua industri
potensial untuk dikembangkan menjadi sektor basis yaitu industri kayu dan
barang dari kayu dan industri semen dan barang galian bukan logam, karena
kedua industri ini memiliki pertumbuhan yang baik di Provinsi dan menempati
Tipologi VI, yang berarti industri ini adalah sektor non basis, memiliki
pertumbuhan yang cepat ditingkat Provinsi walaupun pertumbuhan di Nasional
lambat, sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi sektor basis.
Kata Kunci : PDRB sektor industri pengolahan non migas, Location Quotient
(LQ), Shift Share, Tipologi Sektoral

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Ilahi
Rabbi, yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya
kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad saw, sang
pembawa risalah islam, pembawa syafaat bagi ummatnya dihari akhir kelak.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang dapat membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan
skripsi ini. Disamping itu, dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya, disampaikan kepada
semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga menjadi amal

baik dan dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik. Secara khusus,
apresiasi dan terima kasih tersebut disampaikain kepada:
1. Ayah Drs. Namang Abdurahman dan Ibu Siti Qotrunnadah S.Pd, atas doa dan
kasih sayang yang tidak terbatas kepada peneliti hingga saat ini, semoga Allah
selalu menyayangi keduanya sebagaimana keduanya menyayangi peneliti.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS,. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Lukman selaku Ketua jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, sekaligus dosen pembimbing I yang telah membantu penulis hingga
skripsi ini selesai.
4. Bapak Zuhairan Yunmi Yunan SE. MSc., selaku dosen pembimbing II yang
telah banyak membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak Dr. Ir. Roikhan Mochamad Aziz M.M selaku penguji ahli juga penemu
@sinlammim dan @319913616. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni dan Ibu
Utami Baroroh, M.Si selaku dosen penguji skripsi, terimakasih atas ilmunya.
iv

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan motivasi
dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama penulisan skripsi dan
masa perkuliahan.
7. Nurul Fahmi Arif Hakim, untuk menjadi adik sekaligus sahabat bagi penulis.
8. Rulliansyah S.Kom, yang telah menjadi tempat berkeluh kesah dan selalu
memberikan semangat, terimakasih untuk waktu, tenaga dan cintanya.
9. Keluarga besar H.Asnawi Ahmad, terimakasih untuk support dan doanya yang
tidak pernah henti kepada penulis.
10. Rika, Ilma, Made, Standy, Lyu dan Bonnie terimakasih atas persahabatannya
selama ini.
11. Seluruh rekan-rekan IESP 2007, Mila, Finsa, Wiwi, Egha, Eti, Wiwi, Ririn,
Rey dan Egha, Nowo, Mario, Gandha, Dyta, Endang, JB, Ka Zidney serta
teman-teman IESP Pembangunan 2007 lainnya, yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu.
12. Kaka-kaka senior yang sangat banyak membantu penulis. Khususnya Ka
Resna dan Ikel.
13. Rasa cinta dan hormat kepada semua pihak yang telah banyak membantu yang
tak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam menyelesaikan skripsi. Semoga
Allah membalas semua kebaikan-kebaikan kalian.
Penulis berharap skripsi ini menjadi konstribusi serta menambah pustaka dan
referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan dari para

pembaca untuk perbaikan ketidaksempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.

Ciputat,15 November 2011

Shofwatunnida

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR UJIAN KOMPREHENSIF
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .........................................................................

i

ABSTRACT ......................................................................................................

ii

ABSTRAK ......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................

1

B. Rumusan Masalah .....................................................................

5

C. Tujuan Penelitian .......................................................................

7

D. Manfaat Penelitian ......................................................................

7

TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ...........................................................................

8

1. Teori Pembangunan Ekonomi ...............................................

8

2. Teori Pembangunan Daerah ...................................................

9

3. Teori Pertumbuhan Ekonomi .................................................. 10
4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah ..................................... 12
vi

a. Teori Ekonomi Klasik ................................................ 12
b. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik ................................. 13
c. Teori Harrod-Domar dalam sistem regional .............. 13
d. Teori Pertumbuhan Cepat Yang Disinergikan ............ 14
e. Teori Basis Ekonomi .................................................. 15
5. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) .............. 19
6. Konsep dan Definisi Subsektor Industri Pengolahan …. 22
B. Penelitian Terdahulu ................................................................... 24
C. Kerangka Pemikiran Teoritis ...................................................... 34
D. Hipotesis...................................................................................... 35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 37
B. Metodologi Penentuan Sampel .................................................. 37
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 38
D. Metode Analisis Data .................................................................. 38
1. LQ (Locatioan Quotient) ...................................................... 39
2. Shift Share ............................................................................. 42
3. Tipologi ................................................................................ 46
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................... 49

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................. 56
1. Keadaan Geografi dan Demografi Provinsi Jawa Barat ........ 56
B. Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi ...................................... 57
1. Analisis Perkembangan PDB dan PDRB ................................. 58
a. Indonesia ......................................................................... 58
b. Provinsi Jawa Barat ......................................................... 61
2. Analisis Location Quetiont (LQ)............................................ 62
3. Analisis Shift Share ................................................................. 64
4. Tipologi Sektoral...................................................................... 70
vii

C. Pembahasan ..................................................................................... 73
1. Pembahasan Per Sektor Daerah Analisis .................................. 73
a. Provinsi Jawa Barat ............................................................... 73
V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ...................................................................................... 95
B. Implikasi ......................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 98
LAMPIRAN

viii

DAFTAR TABEL

Nomor
1.1

Keterangan

Distribusi Persentase PDRB Provinsi Jawa Barat Sektor Industri

Halaman
4

Pengolahan Non Migas Atas Dasar Harga Konstan 2000, 2005-2009

2.1

Penelitian Terdahulu

30

3.1

Makna Tipologi Sektor Ekonomi

48

3.2

Tabel Operasional Variabel

52

4.1

Distribusi Persentase PDB Indonesia Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Tahun 2005-2009 (Persen)

4.2

Distribusi Persentase PDB Indonesia Sektor Industri
Pengolahan Non Migas Tahun 2005-2009

4.3

59

60

Distribusi Persentase PDRB Provinsi Jawa
Sektor Industri Pengolahan Non Migas Atas

4.4

Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2009 (Persen)

61

Hasil Perhitungan Location Quetiont ( LQ) Rata-rata

63

Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2009
4.5

4.6

Komponen Shift Share Provonsi Jawa Barat Tahun
2005-2009

66

Komponen Pertumbuhan Proportional (Pj) Provinsi

68

Jawa Barat
4.7

Komponen Pertumbuhan Differensial (Dj) Provinsi

69

Jawa Barat
4.8

Makna Tipologi Sektor Ekonomi

72

4.9

Pembagian Sektor Industri Pengolahan Non Migas di

73

Jawa Barat Berdasarkan Tipologi Sektoral
4.10 Analisis subsektor Industri Makanan, Minuman dan
Tembakau

75

4.11 Analisis Subsektor Industri Tekstil, Barang dari Kulit
dan Alas Kaki

77
ix

4.12

Analisis Subsektor Industri Kayu dan Barang dari Kayu

79

4.13

Analisis Subsektor Industri Kertas dan Barang Cetakan

82

4.14

Analisis Subsektor Industri Pupuk, Kimia dan Barang
dari Karet

4.15

85

Analisis Subsektor Industri Semen dan Barang Galian
Bukan Logam

86

4.16

Analisis Subsektor Industri Logam Dasar, Besi dan Baja

89

4.17

Analisis Subsektor Industri Alat Angkutan, Mesin dan

4.18

Peralatannya

90

Analisis Subsektor Barang Lainnya

93

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor
2.1

Keterangan

Halaman

Kerangka Berpikir Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi di Jawa 35
Barat 2005-2009

3.1

Bagan Kerangka Potensi Ekonomi Sektor Industri Pengolahan

49

Non Migas di Provinsi Jawa Barat
4.1

Perkembangan LQ Subsektor Industri Makanan, Minuman dan

75

Tembakau
4.2

Perkembangan LQ Subsektor Industri Tekstil, Barang dari Kulit

77

dan Alas Kaki
4.3

Perkembangan LQ Subsektor Industri Kayu dan Barang

80

dari Kayu Lainnya
4.4

Perkembangan LQ Subsektor Industri Kertas dan Barang Cetakan 82

4.5

Perkembangan LQ Subsektor Industri Pupuk, Kimia dan Barang

85

Dari Karet
4.6

Perkembangan LQ Subsektor Industri Semen dan Barang Galian

87

Bukan Logam
4.7

Perkembangan LQ Subsektor Industri Logam Dasar, Besi dan Baja

89

4.8

Perkembangan LQ Subsektor Industri Alat Angkutan,

91

Mesin dan Peralatannya
4.9

Perkembangan LQ Subsektor Industri Barang Lainnya

xi

94

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor
I

Keterangan
Produk

Domestik

Bruto

Halaman
Subsektor

Industri

Pengolahan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut
Lapangan Usaha Nasional Indonesia Tahun 20052009

102

Produk Domestik Regional Bruto Subsektor Industri
Pengolahan Non Migas Atas Dasar Harga Konstan
2000 Menurut Lapangan Usaha Provinsi Jawa Barat
Tahun 2005-2009
II

102

Hasil Perhitungan Location Quotient Provinsi Jawa
Barat

III

103

Hasil Perhitungan Komponen Shift Share Provinsi
Jawa Barat

IV

106

Hasil Perhitungan Komponen

Pertambahan PDRB

Per subsektor Industri Pengolahan Non Migas
Provinsi Jawa Barat
V

107

Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share
(Nj) Provinsi Jawa Barat

VI

108

Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share
(Nj) Per Subsektor Industri Pengolahan Non Migas di
Provinsi Jawa Barat

VII

110

Hasil Perhitungan Komponen Net Shift Provinsi Jawa
Barat

VIII

112

Hasil Perhitungan Komponen Differensial Shift (Dj)
Provinsi Jawa Barat

IX

113

Hasil Perhitungan Komponen Proposional Shift
(Pj)Provinsi Jawa Barat

X

115

Checking Perhitungan Shift Share Provinsi Jawa
Barat

119
xii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan di Indonesia adalah menciptakan masyarakat adil
dan makmur secara merata baik secara moral atau material.

dalam

perkembangannya, peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi di
Indonesia mulai tergeser oleh peranan sektor industri manufaktur (industri
pengolahan non migas) yang mengalami perkembangan pesat. Adanya pergeseran
peranan sektor pertanian oleh sektor industri menyebabkan terjadinya perubahan
struktur ekonomi dari perekonomian yang berbasis agraris menjadi perekomian
yang berbasis industri. (Erlangga, 2005:2).
Sektor industri pengolahan non migas memiliki peranan yang penting
dalam pembangunan ekonomi di Indonesia dan memberikan kontribusi yang
cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Karena sektor industri
pengolahan non migas adalah penyumbang utama untuk PDB Indonesia yang
paling besar. Selama periode 2005-2009, struktur perekonomian di Indonesia
masih didominasi oleh sektor industri pengolahan non migas. Meskipun dari
tahun 2005-2009 mengalami penurunan besar sumbangan, tapi industri
pengolahan non migas tetap menjadi primadona penyumbang untuk PDB. Pada
tahun 2005 menyumbang sebesar 25,30 persen, pada tahun 2006 turun menjadi
25,24 persen, pada tahun 2007 menurun lagi menjadi 24,96. Begitupun pada

1

tahun 2008 dan 2009 menurun menjadi 24,5 persen dan 24,02 persen. ( BPS,
2010).
Hal ini disebabkan karena adanya krisis ekonomi, yang menyebabkan
macetnya sistem keuangan dunia sehingga menyebabkan merosotnya aktivitas
ekonomi dan perdagangan dunia. Hal ini juga mempengaruhi perekonomian di
Indonesia. Bisa dilihat dari menurunnya sumbangan-sumbangan sektor terhadap
PDB Indonesia.

Pertumbuhan industri yang melemah juga disebabkan oleh

besarnya permintaan yang belum pulih akibat krisis global baik dari pasar
domestik maupun pasar internasional. (BAPPENAS, 2009).
Provinsi Jawa Barat termasuk salah satu provinsi yang di dominasi sektor
industri pengolahan non migas tertinggi dalam pembentukan PDRB nya. Dan
merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa yang menyumbang untuk PDB
sektor industri pengolahan non migas terbesar. Namun, selama tahun 2009
perekonomian Jawa Barat tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh krisis
ekonomi global. Dinamika ekonomi makro di tingkat nasional,

berimplikasi

terhadap perekonomian daerah. Imbas dari gejolak ekonomi global yang terjadi
pada tahun 2008, memberikan dampak yang cukup besar terhadap perekonomian
Jawa Barat.

Sektor yang terkena dampak tersebut adalah sektor industri

pengolahan non migas, karena sektor tersebut sangat rentan terhadap kejadian
diluar negeri, karena sebagian besar hasil produksi industri di Jawa Barat adalah
ekspor begitu pula sebaliknya, bahan baku masih merupakan bahan impor. (BPS,
2010).

2

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama
untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.
Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan
masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan
daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan
dengan menggunakan sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi
sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian
daerah.( Arsyad, 2010:374 ).
Studi mengenai potensi ekonomi sektor industri pengolahan non migas
telah dilakukan oleh beberapa peneliti, salah satunya oleh Ida Nuraini (2005),
dimana peneliti mengkaji potensi pertumbuhan ekonomi sektor industri
pengolahan non migas yang melibatkan satu wilayah yaitu Kabupaten Malang.
Berpedoman pada penelitian terdahulu tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
studi yang sama namun dengan cakupan daerah yang lebih luas. Yaitu di Provinsi
Jawa Barat. Alasan memilih Jawa Barat sebagai lokasi dari studi penelitian ini
karena Jawa Barat adalah salah satu Provinsi di Pulau Jawa yang menyumbang
untuk sektor industri pengolahan non migas terbesar untuk PDB Indonesia.
Sektor Industri pengolahan non migas dapat digolongkan beberapa sudut
tinjauan pendekatan. Di Indonesia di golongkan berdasarkan kelompok
komoditas, skala usaha dan berdasarkan arus produknya. Penggolongan yang
paling universal adalah berdasarkan ISIC (International Standard of Industrial
Classification) yaitu berdasarkan komoditas. Diantaranya: 31. Industri Makanan,
Minuman dan Tembakau, 32. Industri Tekstil, Barang kulit dan alas kaki, 33.
3

Industri Barang kayu dan hasil hutan lainnya, 34. Industri Kertas dan barang

cetakan, 35. Industri Pupuk, kimia dan barang dari karet, 36. Industri Semen dan
barang galian bukan logam, 37. Industri Logam dasar, besi dan baja, 38. Industri
Alat angkutan, Mesin dan Peralatannya, 39.

Industri Barang lainnya.

(Departemen Perindustrian, 2009).
Di Jawa Barat, subsektor industri pengolahan non migas selama tahun
2005-2009 dari yang terbesar adalah industri alat angkutan, mesin dan
peralatannya, industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, industri makanan,
minuman dan tembakau, industri pupuk, kimia dan barang dari karet, industri
barang lainnya, industri kertas dan barang cetakan, industri semen dan barang
galian bukan logam, industri kayu dan barang dari kayu, industri logam dasar,
besi dan baja, seperti yang dijelaskan dalam tabel 1.1. Berikut ini adalah distribusi
dari subsektor industri pengolahan non migas di Provinsi Jawa Barat.
Tabel 1.1 Distribusi Persentase PDRB Provinsi Jawa Barat Sektor Industri
Pengolahan Non Migas Atas Dasar Harga Konstan 2000, 2005-2009 (Persen)
Subsektor industri pengolahan
1.Ind.Makanan,minuman dan
tembakau
2.ind.tekstil,barang dari kulit dan alas
kaki
3.ind.kayu dan barang dari kayu
4.ind.kertas dan barang cetakan
5.ind.pupuk,kimia dan barang dari
karet
6.ind.semen dan barang galian bukan
logam
7.ind.logam dasar,besi dan baja
8.Ind.alat angkutan,mesin dan
peralatannya
9.Ind.barang lainnya
PDRB ADHK

2005

2006

2007

2008

2009

11,9

12,32

11,83

10,49

11,29

24,26
1,43
2,64

24,5
1,4
2,64

23,68
1,34
2,41

20,82
1,21
2,07

20,36
1,41
2,20

10,51

11,12

11,56

8,77

9,04

2,07
0,64

1,86
0,62

1,84
0,57

1,72
0,54

1,8
0,49

44,24
2,31
100

43,25
2,29
100

44,54
2,21
100

52,31
2,07
100

51,08
2,32
100

Sumber : BPS Jawa Barat 2010 (Diolah)

4

Kegiatan pembangunan bidang ekonomi khususnya sektor industri
pengolahan non migas yang perlu diperhatikan oleh seorang perencana wilayah
adalah kemampuan untuk menganalisis potensi sektor industri apa yang potensial
di wilayahnya. Jika masing-masing Pemerintah Daerah mampu melihat sektor
yang memiliki keunggulan/kelemahan di wilayahnya maka sektor yang memiliki
keunggulan akan mempunyai prospek untuk dikembangkan dan diharapkan dapat
mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang. Dengan demikian akan dapat
meningkatkan Output Regional dan efisiensi lokasi di daerah yang bersangkutan.
(Ida, 2005 :1).
Berdasarkan uraian yang diatas, maka dapat diperoleh data yang
menguatkan penulis untuk melakukan penelitian tentang analisis potensi
pertumbuhan sektor industri pengolahan non migas Jawa Barat.
B. Perumusan Masalah
Sektor industri pengolahan non migas merupakan sektor utama yang
menyumbang PDB Indonesia, karena sektor industri pengolahan non migas
menjadi sektor penyumbang terbesar diantara sektor-sektor lainnya. Jawa Barat
merupakan salah satu Provinsi yang menyumbang PDB Indonesia di sektor
industri pengolahan non migas terbesar. Sektor industri pengolahan non migas
menurut komoditi terdiri dari industri makanan, minuman dan tembakau, industri
tekstil, barang kulit dan alas kaki, industri barang kayu dan hasil hutan lainnya,
industri kertas dan cetakan, industri pupuk, kimia dan barang dari karet, industri
semen dan barang galian bukan logam, industri logam dasar besi dan baja, industri
alat angkutan, mesin dan peralatannya, dan industri barang lainnya.
5

Pertumbuhan sektor industri pengolahan non migas cenderung baik. Akan
tetapi pertumbuhannya menurun pada tahun 2009, hal ini disebabkan adanya
krisis yang dialami oleh Indonesia dan berpengaruh juga pada perekonomian di
Jawa Barat, dan sektor yang paling terpengaruh karena krisis tersebut adalah
sektor industri pengolahan non migas, dan

krisis ini pun membawa adanya

perubahan struktur dalam industri-industri yang mendukung PDRB industri
pengolahan non migas di Jawa Barat.
Kegiatan pembangunan bidang ekonomi khususnya sektor industri
pengolahan non migas yang perlu diperhatikan oleh seorang perencana wilayah
adalah kemampuan untuk menganalisis potensi sektor industri apa yang potensial
di wilayahnya. Jika masing-masing Pemerintah Daerah mampu melihat sektor
yang memiliki keunggulan/kelemahan di wilayahnya maka sektor yang memiliki
keunggulan akan mempunyai prospek untuk dikembangkan dan diharapkan dapat
mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang. Dengan demikian akan dapat
meningkatkan Output Regional dan efisiensi lokasi di daerah yang bersangkutan.
(Ida, 2005 :1).
Dari uraian diatas maka muncul beberapa pertanyaan :
1.

Subsektor industri pengolahan non migas mana yang merupakan subsektor
basis di Provinsi Jawa Barat?

2.

Subsektor industri pengolahan non migas manakah yang paling memiliki
potensi untuk lebih dikembangkan?

6

C. Tujuan Penelitian
Atas dasar latar belakang dan permasalahan seperti dikemukakan diatas,
maka penelitian ini dimaksudkan :
1.

Untuk menganalisis industri basis dari subsektor industri pengolahan non
migas di Jawa Barat.

2.

Untuk menganalisis industri yang memiliki potensi untuk dikembangkan
dari subsektor industri pengolahan non migas di Jawa Barat.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk :
1.

Untuk pemerintah
a. Mengevaluasi arah kebijakan ekonomi pemerintah daerah, terutama
dalam rangka perencanaan makro regional dalam menghadapi era
otonomi daerah, khususnya di Provinsi Jawa Barat.
b. Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi para pemerintah daerah
untuk penetapan kebijakan yang akan datang yang akan berkaitan
dengan pembangunan regional.

2.

Untuk Akademisi
a. Sebagai bahan penelitian berikutnya yang terkait.

3.

Untuk penulis
a. Bagi penulis untuk mendapatkan pengembangan dan melatih diri
dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh.

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Teori Pembangunan Ekonomi
Ada beberapa definisi tentang pembangunan ekonomi. Diantaranya
menurut Adam Smith dalam Suryana (2000:55), pembangunan ekonomi adalah
proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi.
Menurut Schumpeter pembangunan ekonomi bukan merupakan proses
yang harmonis dan gradual, tetapi merupakan proses yang spontan dan tidak
terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama
dalam lapangan industri dan perdagangan. (Suryana, 2000:5).
Pembangunan ekonomi berkaitan dengan pendapatan perkapita dan
pendapatan nasional. Pendapatan perkapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk
suatu daerah sedangkan pendapatan nasional merupakan nilai produksi barangbarang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam masa
satu tahun. Pertambahan pendapatan nasional dan pendapatan perkapita dari masa
ke masa dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan juga
perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah. (Dini, 2007:14).
Pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman dalam
penelitian ini adalah didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
pendapatan perkapita riil suatu masyarakat meningkat dalam waktu jangka
panjang. (Sukirno, 1996:13).
8

2. Teori Pembangunan daerah
Arsyad ( 2010:374 ), mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai
suatu proses. Proses yang dimaksud adalah proses yang mencakup pembentukan
institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan
kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih
baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan
perusahaan-perusahaan baru.
Setiap pembangunan daerah memiliki tujuan utama untuk meningkatkan
jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk
mencapai tujuan tersebut, pemerintah dan masyarakatnya harus secara bersamasama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah
daerah dengan partisipasi masyrakatnya dengan memanfaatkan sumberdayasumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumberdaya-sumberdaya
yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.
Pembangunan daerah dapat dilihat dari berbagai segi. Pertama, dari segi
pembangunan sektoral. Pencapaian sasaran pembangunan Nasional dilakukan
melalui berbagai kegiatan pembangunan sektoral yang dilakukan di daerah.
Pembangunan sektoral disesuaikan dengan kondisi dan potensi daerah. Kedua,
dari segi pembangunan wilayah yang meliputi perkotaan dan pedesaan sebagai
pusat dan lokasi kegiatan sosial ekonomi dari wilayah tersebut. Ketiga,
pembangunan daerah dilihat dari segi pemerintahan. Tujuan pembangunan daerah
hanya dapat dicapai apabila pemerintahan daerah dapat berjalan dengan baik.
Oleh karena itu pembangunan daerah merupakan suatu usaha mengembangkan
9

dan memperkuat pemerintahan daerah dalam rangka makin mantapnya otonomi
daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab (Sjafrizal : 2008).
Dalam penelitian ini pembangunan daerah merupakan fungsi dari potensi
tenaga kerja, sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, investasi modal, sarana
dan prasarana pembangunan, transformasi dan komunikasi, komposisi industri,
teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan
pembiayaan dan pendanaan pembangunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan
daerah dan lingkungan pembangunan secara luas. (Dini, 2007:15).
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2002:4), ada perbedaan
dalam istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan
ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan
stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang
ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka
panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan
penduduk. Hicks mengemukakan masalah negara terbelakang menyangkut
pengembangan sumber-sumber yang tidak atau belum dipergunakan, kendati
penggunanya telah cukup dikenal.
Menurut Simon Kuznets dalam M.L Jhingan (2002:57) pertumbuhan
ekonomi adalah peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk
menyediakan barang-barang ekonomi bagi penduduknya, yang terwujud dengan
adanya kenaikan output nasional secara terus-menerus yang disertai dengan

10

kemajuan teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideologi
yang dibutuhkannya .
Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB
pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB tahun sebelumnya (PDRB t-1).

Laju Pertumbuhan Ekonomi = PDRBt – PDRBt-1 x100%
PDRBt-1
Menurut Arsyad (2010:270) Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh
beberapa faktor-faktor sebagai berikut :
a. Akumulasi Modal, termasuk investasi baru yang berwujud tanah (lahan),
peralatan fiskal dan sumberdaya manusia (human resources), akan terjadi jika
ada bagian dari pendapatan sekarang yang akan ditabung dan diinvestasikan
untuk memperbesar output pada masa yang akan datang. Akumulasi modal
akan menambah sumberdaya-sumberdaya yang baru dan meningkatkan
sumberdaya-sumberdaya yang ada.
b. Pertumbuhan Penduduk, dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan
jumlah angkatan kerja dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang
pertumbuhan ekonomi, namun kemampuan merangsang tergantung kepada
kemampuan

sistem

ekonomi

yang

berlaku

dalam

menyerap

dan

memperkerjakan tenaga kerja secara produktif.
c. Kemajuan Teknologi Menurut para ekonom, kemajuan teknologi merupakan
faktor yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya
11

yang paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara baru
dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan tradisional.
4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Pertumbuhan ekonomi daerah adalah pertambahan pendapatan masyarakat
yang terjadi du suatu daerah, yaitu kenaikan seluruh nilai tanbah (added value)
yang terjadi di daerah tersebut. (Tarigan, 2005:49).
Perhitungan pendapatan daerah pada awalnya dibuat pada harga berlaku,
namun agar dapat melihat dari kurun waktu ke waktu berikutnya harus dinyatakan
dengan nilai riil, artinya dinyatakan dalam nilai konstan. Pendapatan daerah
menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah
tersebut (tanah, modal, tenaga kerja dan teknologi), yang berarti secara kasar
dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu daerah
selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di daerah tersebut oleh
seberapa besar terjadinya transfer payment , yaitu bagian pendapatan yang
mengalir keluar daerah atau mendapat aliran dari luar daerah. (Dini, 2007:20).
Terdapat beberapa teori pertumbuhan ekonomi daerah, yaitu sebagai berikut :
a. Teori Ekonomi Klasik
Inti ajaran Smith adalah agar masyarakat diberi kebebasan yang seluasluasnya dalam menentukan kegiatan ekonomi yang terbaik untuk dilakukan.
Menurut Smith sistem ekonomi pasar bebas akan menciptakan efisiensi,
membawa ekonomi kepada kondisi full employment dan menjamin pertumbuhan
ekonomi sampai tercapai posisi stasioner. Sementara peranan pemerintah adalah

12

menjamin keamanan dan ketertiban serta member kepastian hukum dan keadilan
bagi para pelaku ekonomi. (Tarigan, 2005:47).
b. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik
Teori pertumbuhan ekonomi ini dikembangkan oleh Robert Solow dan Trevor
Swan. Menurut teori Solow-Swan, pertumbuhan ekonomi tergantung pada
ketersediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja dan akumulasi
modal) dan tingkat kemajuan teknologi (technological progress). Pandangan ini
didasarkan analisis klasik, bahwa perekonomian akan tetap mengalami pengerjaan
penuh (full utilization) dan faktor-faktor produksinya. (Arsyad, 2010:88).
c. Teori Harrod-Domar dalam sistem Regional
Teori pertumbuhan yang dikembangkan oleh Evsey Domar dan sir Roy
F.Harrod. Pada hakikatnya teori Harrod-Domar merupakan pengembangan dari
teori makro Keynes. Keynes dianggap tidak lengkap karena tidak mengungkapkan
masalah-masalah ekonomi dalam jangka panjang. Dengan kata lain teori ini
berusaha menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar suatu perekonomian dapat
tumbuh dan berkembang dengan mantap (steady growth). Menurut teori HarrodDommar, pembentukan modal merupakan faktor penting yang menentukan
pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal tersebut dapat diperoleh melalui
proses akumulasi tabungan.
Teori Harrod-Domar mempunyai beberapa asumsi yaitu:
1.

Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan
barang-barang modal dalam masyarakat digunakan secara penuh.

13

2.

Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga daan sektor
perusahaan, berarti pemerintah dan perdagangan luar negeri tidak ada.

3.

Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya
pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan di mulai dengan titik nol.

4.

Kecendrungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save = MPS)
besarnya tetap, demikian jugarasio antara modal-output (capital output
ratio=COR) dan rasio pertambahan modal-output (incremental capital-output
ratio=ICOR). Arsyad (2010:84).
Atas dasar asumsi-asumsi tersebut, Harrod-Domar membuat analisis dan

menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap (seluruh
kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi
syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut :
g = k= n,
Dimana : g = Growth (tingkat pertumbuhan output)
k = Capital (tingkat pertumbuhan modal)
n = tingkat pertumbuhan angkatan kerja
Agar terjadi keseimbangan antara tabungan (S) dan investasi (I) harus
terdapat kaitan yang saling menyeimbangkan, padahal peran k untuk
menghasilkan tambahan produksi ditentukan oleh v (rasio modal output). Tarigan
( 2005:49).
d. Teori Pertumbuhan Jalur Cepat yang Disinergikan
Dalam Tarigan (2007:55) dijelaskan bahwa teori pertumbuhan jalur cepat
(Turnpike) diperkenalkan oleh Samuelson (1955). Setiap negara/wilayah perlu
14

melihat sektor/komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan
dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor itu memiliki
competitive advantage untuk dikembangkan. Artinya dengan kebutuhan modal
yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat
berproduksi dalam waktu relatif singkat dan volume sumbangan untuk
perekonomian yang cukup besar.
Agar pasarnya terjamin, produk tersebut harus dapat menembus dan mampu
bersaing pada pasar yang lebih luas. Perkembangan struktur tersebut akan
mendorong sektor lain untuk turut berkembang sehingga perekonomian secara
keseluruhan akan tumbuh. Mensinergikan sektor-sektor adalah membuat sektorsektor saling terkait dan saling mendukung sehingga pertumbuhan sektor yang
satu mendorong pertumbuhan sektor yang lain, begitu juga sebaliknya.
Menggabungkan kebijakan jalur cepat dan mensinergikannya dengan sektor lain
yang terkait akan mampu membuat perekonomian tumbuh cepat.
e. Teori Basis Ekonomi
Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori
ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu
wilayah atas sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan
yang bersifat exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian
wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya.
Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung
kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat
15

endogenous (tidak bebas tumbuh), pertumbuhannya tergantung kepada kondisi
perekonomian wilayah secara keseluruhan. (Tarigan, 2007:55).
Analisis basis ekonomi adalah berkenaan dengan identifikasi pendapatan
basis, Richardson (1977:14). Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu
wilayah akan menambah arus pendapatan ke dalam wilayah yang bersangkutan,
yang selanjutnya menambah permintaan terhadap barang atau jasa di dalam
wilayah tersebut, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan volume
kegiatan non basis. Sebaliknya berkurangnya aktivitas basis akan mengakibatkan
berkurangnya pendapatan yang mengalir ke dalam suatu wilayah, sehingga akan
menyebabkan turunnya permintaan produk dari aktivitas non basis.
Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah
tersebut. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal,
termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk kemudian diekspor, sehingga akan
menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja. (Arsyad, 2010:367).
Asumsi tersebut

memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan

mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan
persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat
menghasilkan ekspor. Untuk menganalisis ekonomi suatu wilayah, salah satu
teknik yang lazim adalah kuosien lokasi (Location Quotient) disingkat LQ. Pada
LQ dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektorsektor basis atau unggulan. Dalam tekhnik LQ berbagai peubah (faktor) dapat
digunakan sebagai indikator pertumbuhan wilayah, misalnya kesempatan kerja
dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
16

1) Model Pertumbuhan Interregional (perluasan dari teori basis)
Model ini merupakan perluasan dari teori basis ekspor, yaitu dengan
menambah faktor-faktor yang bersifat eksogen. Selain itu model basis ekspor
hanya membahas daerah tersebut tanpa memperhatikan daerah tetangga. Model
ini memasukan dampak dari daerah tetangga, itulah sebabnya maka dinamakan
model interregional. Dalam model ini diasumsikan bahwa selain ekspor
pengeluaran pemerintah dan investasi juga bersifat eksogen dan daerah itu terikat
pada sistem yang terdiri dari beberapa daerah yang berhubungan erat. (Tarigan,
2007:58).
Teori basis merupakan bentuk model pendapatan yang paling sederhana
dan dapat bermanfaat sebagai sarana untuk memperjelas struktur daerah yang
bersangkutan, selain itu teori ini juga memberikan landasan yang kuat bagi studi
pendapatan regional dan juga dapat digunakan untuk melihat faktor-faktor apa
saja yang dapat mendorong pertumbuhan wilayah.
Terdapat beberapa alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan
potensi relatif perekonomian suatu wilayah, sebagai berikut:
a) Analisis Shift Share (SS)
Analisis Shift Share (SS) merupakan teknik yang sangat berguna dalam
menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingnkan dengan
perekonomian nasional. Tujuan analisis ini sendiri adalah untuk menentukan
kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkanya
dengan daerah yang lebih besar (region/nasional).

17

Analisis SS, memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3
bidang yang berhubungan satu sama lain yitu:
(1) Pertambahan Ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan
agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang
sama di perekonomian yang dijadikan acuan.
(2) Pergeseran Proposional merupakan perbedaan antara pertumbuhan daerah
dengan menggunakan pertumbuhan nasional sektoral dan pertumbahan
daerah dengan menggunakan pertumbuhan nasional. Daerah dapat tumbuh
lebih cepat/lebih lambat dari rata-rata nasional jika mempunyai sektor atau
industri yang tumbuh lebih cepat/lambat dari nasional. Dengan demikian,
perbedaan laju pertumbuhan dengan nasional disebabkan oleh komposisi
sektor yang berbeda.
(3) Pergeseran Diferensial, digunakan untuk menentukan seberapa jauh daya
asing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan.
b) Location Quotient (LQ)
Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang
lazim digunakan adalah kuosien lokasi (Location Quotient, LQ). Location
Quotient digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektorsektor basis atau unggulan (leading sectors). Dalam analisis ini kegiatan ekonomi
suatu daerah dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
(1) Sektor Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di daerah itu
sendiri maupun diluar daerah yang bersangkutan.
(2) Sektor Non Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di daerah itu
sendiri.
18

Dasar pemikiran analisis ini adalah teori economic base yang intinya
adalah karena industri basis menghasilkan barang barang dan jasa-jasa untuk
pasar di daerah maupun diluar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar
daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Terjadinya arus
pendapatan dari luar daerah ini menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi dan
investasi di daerah tersebut, dan pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan
menciptakan kesempatan kerja baru.
Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya menaikkan permintaan
terhadap sektor basis, tetapi juga menaikan permintaan akan sektor non basis.
Kenaikan permintaan ini akan mendorong kenaikan investasi pada sektor yang
bersangkutan sehingga investasi modal dalam sektor non basis merupakan
investasi yang didorong sebagai akibat dari kenaikan sektor basis.
5. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
Menurut Badan Pusat Statistik (2002:3) Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) atau yang lebih dikenal dengan istilah Pendapatan Regional
(Regional Income) merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai
tambah dari kegiatan ekonomi disuatu wilayah.
Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode
langsung dan tidak langsung (alokasi).
1. Metode langsung
Metode langsung ini dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu: pendekatan
produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran.

19

Seperti sudah disebutkan diatas, penghitungan PDRB secara langsung
bisa dihitung dengan cara:
a. Pendekatan Produksi, yaitu pendekatan untuk mendapatkan nilai tambah di
suatu wilayah dengan melihat seluruh produksi netto barang dan jasa yang
dihasilkan oleh seluruh sektor perekonomian selama satu tahun.
b. Pendekatan Pendapatan, adalah pendekatan yang dilakukan dengan
menjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi, meliputi:
1. Upah/gaji (balas jasa faktor produksi tenaga kerja)
2. Sewa tanah (balas jasa faktor produksi tanah)
3. Bunga modal (balas jasa faktor produksi modal)
4. Keuntungan (balas jasa faktor produksi wiraswasta/skill)
c. Pendekatan

Pengeluaran,

adalah

model

pendekatan

dengan

cara

menjumlahkan nilai permintaan akhir dari seluruh barang dan jasa, yaitu:
1. Barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga, lembaga swasta yang
tidak mencari untung (nirlaba) dan pemerintah.
2. Barang dan jasa yang digunakan untuk membentuk modal tetap bruto.
3. Barang dan jasa yang digunakan sebagai stok dan ekspor netto.
Dengan menggunakan metode tidak langsung (Metode Alokasi), model
pendekatan ini digunakan karena kadang-kadang dengan data yang tersedia tidak
memungkinkan untuk mengadakan penghitungan Pendapatan Regional dengan
menggunakan metode langsung seperti tiga cara di atas, sehingga dipakai metode
alokasi atau metode tidak langsung.

20

PDRB disajikan dalam dua cara, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas
dasar harga konstan, PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahunya.
Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan
jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada suatu tahun tertentu (tahun
dasar), dalam penelitian ini, penghitungan yang digunakan adalah tahun 2000
sebagai tahun dasar.
Penghitungan Nilai Tambah Bruto atas dasar harga konstan, bisa dihitung
dengan empat cara. Yaitu :
1. Revaluasi. Yaitu dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing
tahun dengan harga pada tahun dasar 2000. Hasilnya merupakan output dan
biaya antara atas dasar harga konstan 2000. Selanjutnya nilai tambah bruto atas
dasar harga konstan, diperoleh dari elisih antara output dan biaya antara
perhitungan di atas.
2. Ekstrapolasi. Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan
2000diperoleh dengan mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2000 dengan
indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan
indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan atau indeks dari berbagai
indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang
dianggap dengan jenis kegiatan yang dihitung.
3. Deflasi. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara
membagi nilai tambah atas dasar harga yang berlaku masing-masing tahun
dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakansebagai deflator biasanya
21

merupakan inde