KONSENTRASI INDUSTRI PENGOLAHAN DI PROPINSI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 2005 2009

(1)

KONSENTRASI INDUSTRI PENGOLAHAN

DI PROPINSI JAWA TENGAH

PERIODE TAHUN 2005-2009

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Nevita Sari NIM 7450408068

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. P. Eko Prasetyo, M.Si Shanty Oktavilia, SE, M.Si.

NIP. 196801022002121003 NIP. 197808152008012016

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si. NIP. 196812091997022001


(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji

Prof. Dr. Rusdarti, M.Si NIP. 195904211984032001

Anggota I Anggota II

Dr. P. Eko Prasetyo, M.Si Shanty Oktavilia, SE, M.Si.

NIP. 196801022002121003 NIP. 197808152008012016

Mengetahui : Dekan Fakultas Ekonomi,

Dr. S. Martono, M.Si NIP. 196603081989011001


(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan hasil jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Februari 2013

Nevita Sari NIM. 7450408068


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang. (Amsal 23: 18)

 Percayalah pada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar pada pengertianmu sendiri. (Amsal 3:5)

 Mengucap syukurlah dalam segala hal. (Penulis)

PERSEMBAHAN:

Dengan rasa syukur kepada Tuhan Yesus, atas segala karuniaNya skripsi ini kupersembahkan kepada:

 Kedua Orang Tua ku yang telah banyak memberikan dukungan doa maupun materil kepada penulis.

 Abangku Ivan.P.Sembiring dan Adikku Richard Franklin Sembiring, terima kasih atas motivasi dan doa nya kepada penulis selama ini.


(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur pada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” KONSENTRASI INDUSTRI PENGOLAHAN DI PROPINSI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 2005-2009

”.

Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan Studi Strata 1 (satu) untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi. Saya menyampaikan rasa terima kasih atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada :

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dengan segala kebijakannya .

2. Dr. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang dengan kebijaksanaanya memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dan studi yang baik.

3. Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP. M.Si, Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun skripsi.

4. Prof. Dr. Rusdarti, M.Si, selaku penguji utama sidang yang telah memberikan evaluasi serta bimbingan agar skripsi ini menjadi lebih baik.

5. Dr. P. Eko Prasetyo, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia memberikan bimbingan, arahan, serta saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.


(7)

vii

6. Shanty Oktavilia, SE, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing II yang bersedia membimbing, arahan serta masukan-masukan yang sangat bermanfaat pada skripsi ini.

7. Bapak Ibu Dosen Ekonomi Universitas Negeri Semarang, atas semua bekal ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis.

8. Sahabatku Rindi Anggoro, Nurul Izzah, Oi Siburian, Asima Pakpahan, Trisni Wulandari, Novia Maya, Riska Rahman, Desti, Mba Ayu Prabandari, Rea Purba, Betti Rajaguguk, Ica Tarigan, Astri Sinaga, dan teman-teman Betty kos terimakasih atas doa, semangat, dan motivasinya.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Peneliti terbuka atas saran dan kritikan yang membangun dengan tujuan untuk memperbaiki skripsi ini dan semoga skripsi ini menjadi lebih bermanfaat. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang telah membantu.

Semarang, Februari 2013


(8)

viii SARI

Sari,Nevita. 2013. “KONSENTRASI INDUSTRI PENGOLAHAN DI

PROPINSI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 2005-2009 ”, Skripsi. Jurusan Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I, Dr. P. Eko Prasetyo, M.Si. Dosen Pembimbing II, Shanty Oktavilia, S.E, M.Si.

Kata Kunci : Industri Pengolahan, Rasio Konsentrasi, CR4, CR8

Konsentrasi dari beberapa perusahaan dalam suatu industri sering menjadi perhatian para ekonom, ahli strategi bisnis, dan agen-agen pemerintah. Tujuan industri dalam bisnis adalah untuk mencapai keuntungan maksimum, agar keuntungan maksimum dapat tercapai, maka struktur industri yang tercermin dalam struktur pasar harus kuat. Konsentrasi industri merupakan suatu bahasan yang penting untuk mengetahui suatu industri. Tahun 2005-2009 adalah masa pemulihan dan pengembangan industri di Indonesia setelah krisis di tahun 1997/1998. Adapun permasalahan dalam penelitian adalah bagaimana konsentrasi sektor industri dari segi investasi, tenaga kerja, dan nilai tambah di Jawa Tengah periode tahun 2005-2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi sektor industri dari segi investasi, tenaga kerja, dan nilai tambah.

Objek penelitian ini adalah industri pengolahan yang berada di 35 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah. Variabel yang digunakan ialah sektor industri dari segi investasi sektor industri, tenaga kerja sektor industri, dan nilai tambah di Jawa Tengah. Metode analisis data digunakan metode analisis rasio konsentrasi atau CR4 dan CR8. Data yang digunakan adalah data investasi, tenaga kerja, dan nilai tambah sektor industri pengolahan di Jawa Tengah dengan ISIC 5 digit yang diperoleh dari statistik industri Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa Tengah.

Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1)Berdasarkan analisis CR4 dan CR8 konsentrasi investasi dan tenaga kerja yang dimiliki industri di Jawa Tengah selama periode tahun 2005-2009 adalah berstruktur pasar oligopoli tipe 2.

(2) Berdasarkan nilai tambah sektor industri berstruktur pasar oligopoli penuh dan di tahun 2009 konsentrasi industri berstruktur pasar oligopoli tipe 2, serta dengan penghitungan dengan CR8 konsentrasi nilai tambah sektor industri di Jawa Tengah bentuk struktur pasar oligopoli tipe 2 (<88% untuk CR8).

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa konsentrasi industri pengolahan di Jawa Tengah selama periode tahun 2005-2009 memiliki bentuk struktur pasar oligopoli sesuai dengan teori ukuran Joe S.Bain.


(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pertumbuhan Ekonomi ... 12

2.2. Investasi... 15

2.3. Tenaga Kerja ... 16

2.4. Struktur Pasar ... 17

2.5. Perilaku Industri ... 20

2.6. Kinerja Industri ... 21

2.7. Konsentrasi Industri ... 24

2.8. Variabel Penelitian ... 29

2.9. Penelitian Terdahulu ... 31

2.10. Kerangka Berfikir ... 33

2.11. Hipotesis ... 34

BAB III METODOE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data ... 35

3.2 Definisi Operasional ... 35

3.3 Pengumpulan Data ... 37

3.4 Metode Analisis Data ... 37

3.5 Tahapan Analisis ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Perekonomian Jawa Tengah ... 41

4.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah ... 41

4.1.2 Kontribusi Sektoral Jawa Tengah ... 43

4.2 Perkembangan Industri... 46


(10)

x

4.2.2 Perkembangan Industri Jawa Tengah ... 48

4.3 Analisis Struktur Industri ... 52

4.4 Pembahasan ... 87

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 92

5.2 Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 95


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 PDRB Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 di Jawa Tengah Tahun

2007-2010 (Juta Rupiah) ... 4

1.2 Distribusi Persentase PDRB di Jawa Tengah ADHK 2000 Tahun 2005-2010 ... 5

1.3 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Jawa Tengah Tahun 2004-2008 (orang) ... 8

2.1 Jenis-jenis Utama Struktur Pasar ... 17

2.2 Tipe-tipe Pasar Dalam Industri ... 25

2.3 Dimensi Batasan Nilai Rasio Konsentrasi Suatu Industri ... 26

3.1 Rincian Jenis Data dan Sumber Data ... 36

4.1 Rasio Konsentrasi CR4 Investasi Sektor Industri Pengolahan di Jawa Tengah Periode Tahun 2005-2009, ISIC 5 Digit (%) ... 54

4.2 Pertumbuhan Rasio Konsentrasi CR4 Investasi Sektor Industri Pengolahan di Jawa Tengah Periode Tahun 2005-2009, ISIC 5 Digit (%) ... 57

4.3 Rasio Konsentrasi CR4 Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan di Jawa Tengah Periode Tahun 2005-2009, ISIC 5 Digit (%) ... 62

4.4 Pertumbuhan Rasio Konsentrasi CR4 Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan di Jawa Tengah Periode Tahun 2005-2009, ISIC 5 Digit (%) ... 64

4.5 Rasio Konsentrasi CR4 Nilai Tambah Sektor Industri Pengolahan di Jawa Tengah Periode Tahun 2005-2009, ISIC 5 Digit (%) ... 66

4.6 Pertumbuhan Rasio Konsentrasi CR4 Nilai Tambah Sektor Industri Pengolahan di Jawa Tengah Periode Tahun 2005-2009, ISIC 5 Digit (%) ... 69


(12)

xii

4.7 Rasio Konsentrasi CR8 Investasi Sektor Industri Pengolahan di Jawa Tengah periode Tahun 2005-2009, ISIC 5 Digit (%) ... 72 4.8 Pertumbuhan Rasio Konsentrasi CR8 Investasi Sektor Industri

Pengolahan di Jawa Tengah periode Tahun 2005-2009, ISIC 5 Digit (%) ... 76 4.9 Rasio Konsentrasi CR8 Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan di

Jawa Tengah Periode Tahun 2005-2009, ISIC 5 Digit (%) ... 77 4.10 Pertumbuhan Rasio Konsentrasi CR8 Tenaga Kerja Sektor Industri

Pengolahan di Jawa Tengah Periode Tahun 2005-2009, ISIC 5 Digit (%) ... 80 4.11 Rasio Konsentrasi CR8 Nilai Tambah Sektor Industri Pengolahan di

Jawa Tengah Periode Tahun 2005-2009, ISIC 5 Digit (%) ... 82 4.12 Pertumbuhan Rasio Konsentrasi CR8 Nilai Tambah Sektor Industri

Pengolahan di Jawa Tengah Periode Tahun 2005-2009, ISIC 5 Digit (%) ... 84 4.13 Rata-rata Rasio Konsentrasi CR4 Sektor Industri Pengolahan di Jawa

Tengah Periode Tahun 2005-2009 ... 86 4.14 Rata-rata Rasio Konsentrasi CR8 Sektor Industri Pengolahan di Jawa


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Keterkaitan Struktur-Perilaku-Kinerja Pasar ... 1 1.2 Distribusi Persentase PDRB ADHK 2000 Menurut Lapangan Usaha

di Jawa Tengah Tahun 2004-2009 (%) ... 6 2.1 The Interactive Structure-Conduct-Performance Market Framework ... 23 2.2 Skema Kerangka Berpikir Penelitian Konsentrasi Industri ... 33 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Tahun 2001-2010 (%)

Berdasarkan Harga Konstan 2000 ... 42 4.2 Pertumbuhan Ekonomi PDRB Jawa Tengah Tahun 2001-2010

Berdasarkan Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) ... 43 4.3 Perkembangan Proporsi PDRB Jawa Tengah Tahun 2005-2009

Berdasarkan Harga Konstan 2000 (%) ... 44 4.4 PDB Indonesia Tahun 2004-2009 ... 47 4.5 Banyaknya Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri di Indonesia Tahun

2004-2009 (orang) ... 48 4.6 Laju Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2010

(%) ... 48 4.7 Banyaknya Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan di Propinsi

Jawa Tengah Tahun 2005-2009 (Orang) ... 50 4.8 Banyaknya Nilai Tambah Sektor Industri Pengolahan di Propinsi


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Data Penelitian : Data CR4 dan CR8 Sektor Industri dari Segi Investasi, Tenaga Kerja, dan Nilai Tambah di Jawa Tengah Tahun

2005-2009 ... 97

2 Hasil CR4 Sektor Industri dari Segi Investasi ... 131

3 Hasil CR4 Sektor Industri dari Segi Tenaga Kerja ... 132

4 Hasil CR4 Sektor Industri dari Segi Nilai Tambah ... 133

5 Hasil CR8 Sektor Industri dari Segi Investasi ... 134

6 Hasil CR8 Sektor Industri dari Segi Tenaga Kerja ... 135


(15)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Sektor industri ialah salah satu dari sembilan sektor-sektor ekonomi, dimana merupakan komponen penting dalam upaya meningkatkan penerimaan negara yaitu Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional yang telah menggeser peran sektor pertanian yang semula merupakan sektor primer dalam pembangunan.

Sektor industri mempunyai kontribusi ekonomi yang besar antara lain melalui investasi, lapangan pekerjaan, nilai tambah. Sektor industri juga berperan dalam perubahan struktural bangsa ke arah modernisasi kehidupan masyarakat Indonesia dalam menunjang pembentukan daya saing nasional di pasar internasional.

Struktur pasar merupakan suatu bahasan yang penting untuk mengetahui perilaku dan kinerja suatu industri. Dalam struktur pasar terdapat tiga elemen pokok yaitu pangsa pasar, konsentrasi, dan hambatan masuk. (Wihana, dalam Fitri 2007). Berikut gambar hubungan dari struktur, perilaku, dan kinerja suatu industri.

Sumber : Dimodifikasi dari Martin, dalam Prasetyo (2010)

Gambar 1.1: Keterkaitan Struktur-Perilaku-Kinerja Pasar Market

Structure

Market Performance Market


(16)

Struktur pasar merupakan permintaan dan penawaran barang dan jasa yang dipengaruhi oleh diferensiasi produk, harga barang yang diproduksi, dan hambatan masuk ke dalam industri.

Dalam keadaan krisis, perusahaan-perusahaan hanya memiliki dua pilihan. Pilihan pertama, yaitu mengurangi jumlah impor faktor produksi yang berarti mengurangi jumlah produksi. Pilihan kedua, yaitu jumlah faktor produksi yang diimpor tetap, tetapi harus meningkatkan biaya yang dikeluarkan. Dalam hal ini untuk meningkatkan atau paling tidak mempertahankan keuntungan suatu perusahaan harus menjual barang produksinya dengan harga yang lebih tinggi. Ini tentunya akan mempengaruhi struktur dari suatu industri.

Tahun 2005-2009 adalah masa pemulihan dan pengembangan industri setelah krisis di tahun 1997/1998 di Indonesia. Adanya revitalisasi, konsolidasi, dan restrukturisasi industri masih menjadi salah satu fokus kebijakan industri.(Departemen Perindustrian, dalam Kuncoro 2007). Hal ini berarti adanya upaya pemerintah untuk meningkatkan peran sektor industri antara lain dengan melihat kembali struktur industri melalui rasio konsentrasi suatu perusahaan industri.

Perhatian pemerintah terhadap pembangunan industri sejalan dengan Krugman & Obstfeld 1991:299) : ”keinginan sebagian besar Negara Sedang Berkembang (NSB) membangun sektor industri bertujuan meningkatkan

ekonominya”(Bambang Heru Santosa,BPS).

Bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, dimana setiap daerah diharapkan memiliki perencanaan pembangunan yang baik agar dapat memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah yang nantinya dapat menyerap


(17)

tenaga kerja dari jumlah penduduk, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Tidak jauh berbeda dari kondisi perekonomian Indonesia, kondisi perekonomian di Jawa Tengah yang memiliki keunggulan sumber daya alam yang melimpah serta jumlah penduduk yaitu sekitar 32.382.657 jiwa yang memiliki 35 daerah kabupaten/kota (Jawa Tengah Dalam Angka), juga mengalami kenaikan laju PDRB jika dilihat dari sembilan sektor ekonominya seperti pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas, dan air minum; bangunan; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan jasa-jasa.

Dalam rangka mengembangkan daerah, guna mensejahterakan masyarakatnya, pemerintah daerah Provinsi Jawa Tengah diharapkan mampu mengembangkan sektor-sektor perekonomiannya berdasarkan pada keunggulannya yang salah satunya adalah dari sektor industri pengolahan.

Berikut adalah data Tabel PDRB Jawa Tengah dan distribusi persentase atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha:


(18)

Tabel 1.1

PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Jawa Tengah Tahun 2007-2010 (juta Rupiah)

Lapangan usaha 2007 2008 2009 2010

1. Pertanian 31.862.697,60 32.880.707,85 34.101.148,13 34.955.957,64 2. Pertambangan

dan Galian 1.782.886,65 1.851.189,43 1.952.866,70 2.091.257,42

3. Industri

Pengolahan 50.870.785,69 55.348.962,88 57.444.185,45 61.390.101,24

4. Listrik, Gas,

dan Air Bersih 1.340.845,17 1.408.666,12 1.489.552,65 1.614.857,68 5. Bangunan 9.055.728,78 9.647.593,00 10.300.647,63 11.014.598,60 6. Perdagangan,

Hotel, dan

Restoran 33.898.013,93 35.226.196,01 37.766.356,61 40.055.356,39 7. Pengangkutan

dan Komunikasi 8.052.597,04 8.581.544,49 9.192.949,90 9.805.500,11 8. Keuangan,

Persewaan, dan

Jasa Perusahaan 5.767.341,21 6.218.053,97 6.701.533,13 7.038.128,91 9. Jasa-Jasa 16.479.357.72 16.871.569,54 17.724.216,37 19.029.722,65 Total PDRB

Jawa Tengah 159.110.253,79 168.034.483,29 176.673.456,57 186.995.480,64

Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka 2011, BPS Jawa Tengah

Berdasarkan pada Tabel 1.1 mengenai PDRB Jawa Tengah tahun 2007-2010, bahwa struktur perekonomian di Jawa Tengah masih didominasi oleh sektor industri pengolahan yang terus mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan sektor perdagangan,hotel dan restaurant, dan sektor pertanian, dimana sampai dengan tahun 2010 kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB Jawa Tengah mencapai 61.390.101,24 juta rupiah.


(19)

Tabel 1.2

Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Jawa Tengah Tahun 2005-2010

Lapangan usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1. Pertanian 20,91 20,58 20,04 19,57 19,30 18,69

2. Pertambangan dan

Galian 1,02 1,11 1,12 1,10 1,12 1,13

3. Industri

Pengolahan 32,23 31,98 31,97 32,94 32,51 32,83

4. Listrik, Gas, dan

Air Bersih 0,82 0,83 0,84 0,84 0,84 0,86

5. Bangunan 5,57 5,61 5,69 5,74 5,83 5,89

6. Perdagangan,

Hotel, dan Restoran 21,01 21,11 21,30 20,96 21,38 21,42 7. Pengangkutan dan

Komunikasi 4,89 4,95 5,06 5,11 5,20 5,24

8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

3,54 3,58 3,62 3,70 3,79 3,76

9. Jasa-Jasa 10,01 10,25 10,36 10,04 10,03 10,18

Total PDRB Jawa

Tengah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

100,0 0

Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka 2011

Berdasarkan pada Tabel 1.2 Distribusi PDRB Jawa Tengah tahun 2005-2010 menunjukkan bahwa distribusi persentase Jawa Tengah sampai tahun 2010 didominasi oleh sektor industri yaitu sebesar 32,83 persen, yang mengalahkan sektor pertanian yang hanya mencapai 18,69 persen, sedangkan sektor perdagangan; hotel dan restoran mencapai 21,42 persen. Dimana distribusi sektor industri pengolahan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 relatif fluktuatif, akan tetapi secara kumulatif pertumbuhan sektor industri pengolahan Jawa Tengah di tahun 2010 yaitu sebesar 32,83 persen. Hal ini membuktikan bahwa sektor industri merupakan sektor tertinggi dalam meningkatkan PDRB dan dapat menjadi sektor pendorong untuk meningkatkan perekonomian di Jawa Tengah.


(20)

Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, BPS (diolah)

Gambar 1.2: Distribusi Persentase PDRB ADHK 2000 Menurut Lapangan Usaha di Jawa Tengah Tahun 2004-2009 (persen)

Perkembangan kegiatan ekonomi di Jawa Tengah semakin meningkat selama enam tahun terakhir ini, salah satu diantaranya adalah kegiatan ekonomi dari sektor industri pengolahan. Kegiatan ekonomi sektor industri pengolahan di Jawa Tengah terus mengalami pertumbuhan, hal ini disebabkan karena adanya struktur pasar yang tercermin dalam konsentrasi industri (variabel penguasaan pasar, tenagakerja, nilai tambah, output, modal). Konsentrasi industri merupakan ukuran yang digunakan untuk melihat derajat penguasaan pasar oleh beberapa perusahaan dalam suatu industri.

Kondisi perkembangan sektor industri yang semakin membaik tidak lepas dari adanya investasi dan meminimalkan biaya ekonomi yang tinggi melalui pembangunan infrastruktur. Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonominya,

4.Listrik , Gas, d an Air bersih 2.Perta mbang an dan Galian 8.Keua ngan, P ersewa an Jasa perusa haan 7.Peng angkut an dan Komuni kasi 5.Bang unan 9.Jasa-jasa 6.Perda gangan, Hotel, d an Restora n 1.Perta nian 3.Indus tri Pengol ahan

2004 0.78 0.98 3.55 4.79 5.49 10.06 20.87 21.07 32.4 2005 0.82 1.02 3.54 4.89 5.57 10.01 21.01 20.92 32.23 2006 0.83 1.11 3.58 4.95 5.61 10.25 21.11 20.57 31.98 2007 0.84 1.12 3.62 5.06 5.69 10.36 19.93 20.03 31.97 2008 0.84 1.1 3.71 5.16 5.75 10.57 19.73 19.96 31.68 2009 1.04 0.98 3.68 6.19 6.22 10.85 19.87 19.72 31.45

0 5 10 15 20 25 30 35


(21)

pemerintah Indonesia telah memberikan prioritas alokasi investasi ke sektor industri manufaktur sehingga mendorong pertumbuhan dan mempercepat peningkatan kontribusinya dalam PDB. Pemerintah Indonesia yang terus berupaya untuk mendongkrak investasi asing untuk masuk ke dalam negeri yaitu dengan melakukan kerjasama perdagangan bersama beberapa negara-negara yang telah menjalin mitra kerjasama melalui kesepakatan yang telah disepakati bersama.

Peran setiap sektor dalam pertumbuhan ekonomi regional tentu akan berdampak pada keadaan ketenagakerjaan. Setiap sektor ekonomi akan dapat menyerap tenaga kerja dalam perekonomian regional. Penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi berarti terjadi peningkatan kesejahteraan didalam masyarakat (Hastarini, 2009).

Adanya perkembangan dalam kegiatan di sektor industri yang semakin meningkat, sehingga pendapatan PDRB Jawa Tengah yang juga mengalami peningkatan tidak didukung dengan jumlah penyerapan tenaga kerja yang terserap dari sektor industri. Meskipun sektor industri ini merupakan sektor ekonomi yang berperan besar dalam peningkatan PDRB Jawa Tengah, tidak demikian hal nya dengan jumlah tenaga kerja yang mampu terserap dari sektor ini.

Berdasarkan pada data Tabel 1.3 (penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha) dan grafik mengenai laju pertumbuhan tenaga kerja menurut lapangan usaha di Jawa Tengah tahun 2004-2008 bahwa tenaga kerja yang terserap dari sektor industri sampai dengan tahun 2008 hanya sebesar 2.703.427 orang, berbeda dengan sektor pertanian yang mampu lebih banyak menyerap tenaga kerja sampai dengan tahun 2008 yaitu sebesar 5.697.121 orang dan sektor perdagangan;hotel;dan restoran sampai dengan tahun 2008 yaitu menyerap tenaga


(22)

kerja sebesar 3.254.982 orang. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi sektor industri dalam hal menyerap jumlah tenaga kerja di Jawa Tengah masih belum sebaik kontribusi nya dalam hal meningkatkan PDRB di Jawa Tengah.

Berikut data tabel jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha (per sektor) di Jawa Tengah:

Tabel 1.3

Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Jawa Tengah Tahun 2004-2008 (orang)

Lapangan usaha 2004 2005 2006 2007 2008

1. Pertanian 6.242.391 5.875.292 5.562.775 6.147.989 5.697.121 2. Pertambangan dan

Galian, LGA 11.672 113.716 148.975 163.756 155.082

3. Industri

Pengolahan 2.393.068 2.596.815 2.725.533 2.765.644 2.703.427 4. Bangunan 823.010 1.019.306 1.071.087 1.123.838 1.006.994 5. Perdagangan,

Hotel, dan Restoran 3.005.440 3.429.845 3.124.282 3.417.680 3.254.982 6. Pengangkutan dan

Komunikasi 668.811 713.670 645.886 738.498 715.404

7. Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan 127.885 140.383 157.543 147.933 167.840

8. Jasa-Jasa 1.540.934 1.748.173 1.763.207 1.798.720 1.762.808

9. Lainnya 16.886 18.103 11.643

total 14.830.097 15.655.303 15.210.931 16.304.058 15.463.658

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), BPS 2009

Berdasarkan pada uraian di atas mengenai konsentrasi sektor industri di Jawa Tengah maka dalam penelitian ini akan diangkat judul : “Konsentrasi Industri Pengolahan di Propinsi Jawa Tengah Selama Periode Tahun 2005-2009” .


(23)

1.2 Rumusan Masalah

Struktur pasar dalam suatu industri sangat penting untuk dapat mengetahui perilaku dan kinerja dari suatu perusahaan. Kontribusi yang tinggi dari sektor industri terhadap pendapatan regional di Jawa Tengah, masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan kontribusi penyerapan tenaga kerja dari sektor industri yang jauh lebih sedikit dari penyerapan tenaga kerja sektor pertanian dan sektor perdagangan,hotel dan restaurant. Adanya faktor-faktor lain seperti tingkat penyerapan tenaga kerja, investasi di sektor industri pengolahan, kegiatan produksi yang menghasilkan ouput yang tinggi, serta adanya nilai tambah merupakan hal yang berperan penting terhadap peningkatan pendapatan regional dengan memberdayakan sektor-sektor ekonomi, terutama dari sektor industri. Selain itu struktur dari masing-masing industri juga akan berpengaruh terhadap bagaimana peranan sektor industri pengolahan terhadap pertumbuhan industri di Jawa Tengah.

Dengan demikian berdasarkan latar belakang diatas, adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana konsentrasi investasi sektor industri pengolahan di Jawa Tengah selama periode tahun 2005-2009?

2. Bagaimana konsentrasi tenaga kerja sektor industri pengolahan di Jawa Tengah selama periode tahun 2005-2009?

3. Bagaimana konsentrasi nilai tambah sektor industri pengolahan di Jawa Tengah selama periode tahun 2005-2009?


(24)

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan uraian latar belakang dan permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis konsentrasi investasi sektor industri pengolahan di Jawa Tengah selama periode tahun 2005-2009.

2. Menganalisis konsentrasi tenaga kerja sektor industri pengolahan di Jawa Tengah selama periode tahun 2005-2009.

3. Menganalisis konsentrasi nilai tambah sektor industri pengolahan di Jawa Tengah selama periode tahun 2005-2009.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, diantaranya sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai tambahan dan bahan kajian tentang perkembangan konsentrasi industri pengolahan di Jawa Tengah.

b. Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya di sektor industri pengolahan.


(25)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, sebagai wahana latihan pengembangan kemampuan dalam bidang penelitian dan menerapkan teori yang peneliti dapatkan di perkuliahan.

b. Sebagai bahan studi dan pengetahuan bagi mahasiswa fakultas ekonomi, terutama bagi mahasiswa ekonomi pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya mengenai konsentrasi di sektor industri pengolahan.


(26)

12

LANDASAN TEORI

2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan pendapatan regional suatu daerah, dimana terdapat kegiatan-kegiatan ekonomi yaitu adanya sembilan sektor ekonomi yang salah satu nya adalah sektor industri pengolahan. Sektor industri pengolahan merupakan penyumbang terbesar dalam PDRB Jawa Tengah.

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai pertambahan output atau pertambahan pendapatan nasional agregatif dalam kurun waktu tertentu misalkan satu tahun. Perekonomian suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan jika jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya (Prasetyo. P. Eko, 2009:237).

Indikator ekonomi yang paling sering digunakan untuk melihat kondisi suatu negara adalah pertumbuhan ekonomi. Indikator ini untuk mengukur tingkat pertumbuhan output ataupun laju pertumbuhan pendapatan nasional (PDB) dari suatu negara. Perhitungan pertumbuhan ekonomi biasanya menggunakan data PDB triwulan atau tahunan. Adapun konsep perhitungan pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut :


(27)

Keterangan :

g = Pertumbuhan ekonomi (%) periode t Yt = PDB / PDRB riil periode t

Yt-1 = PDB / PDRB riil periode t-1

2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Teori yang dikemukakan oleh Adam Smith dengan teori nya “Leissez Faire” dengan asumsi :

a. Suatu kebijaksanaan yang memberikan kebijaksanaan sepenuhnya kepada para pelaku ekonomi untuk melakukan kegiatan ekonomi.

b. Meminimalkan campur tangan pemerintah.

Adam Smith tidak menyadari adanya kenaikan hasil yang semakin berkurang. Adam Smith mengemukakan bahwa perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi karena akan memperluas pasar.

Menurut David Ricardo dengan teori yang lebih dikenal dengan teori distribusi yang menentukan bagian buruh yang didasarkan pada beberapa asumsi :

a. Terbatasnya jumlah tanah, seluruh tanah digunakan untuk produksi gandum, maka tenaga kerja dalam pertanian membantu distribusi industri.

b. “Low of Diminishing Return

c. Adanya akumulasi kapital untuk saving dan investasi yang meningkat. d. Sektor pertanian dominan.


(28)

e. Adanya kemajuan teknologi dari waktu ke waktu hanya sebagai penggantian buruh.

f. Tingkat upah adalah alamiah (seluruh buruh dibayar dengan upah yang cukup untuk hidup secara minimal).

g. Sumber lain pemupukan modal adalah perbedaan antara produksi dan konsumsi, maka pentingnya peningkatan produksi dan pengurangan konsumsi. h. Ada pengaruh perubahan variabel; penduduk, upah, sewa, keuntungan yang

dinamis terhadap pembangunan ekonomi.

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

Teori yang berkembang berdasarkan analisis mengenai pertumbuhan ekonomi menurut pandangan para ekonom klasik seperti Solow dan Swan yang menyatakan bahwa, pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi. Teori ini didasarkan pada analisis klasik yaitu perekonomian akan tetap mengalami full employment dan kapasitas peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu. Hal ini berarti bahwa, perekonomian suatu negara akan berkembang tergantung kepada pertambahan penduduk, akumulasi kapital, dan kemajuan teknologi.

Cobb Douglas yang juga merupakan salah satu tokoh dari Neo Klasik yang mengemukakan mengenai teori fungsi produksi, dimana dalam menaikkan laju pertumbuhan ekonomi tidak hanya di titik beratkan kepada modal saja, tetapi juga kepada tenaga kerja dan teknologi.


(29)

Keterangan :

Yt = tingkat produksi tahun t Tt = tingkat teknologi pada tahun t Kt = jumlah stok alat modal pada tahun t Lt = jumlah tenaga kerja pada tahun t

3. Teori A. Lewis

Teori pertumbuhan ekonomi Lewis menitikberatkan kepada mekanisme perubahan ekonomi dari negara berkembang, yang pada mulanya bersifat tradisional serta menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern, dan didominasi oleh industri dan jasa (Todaro, 2000).

Model teori Lewis memfokuskan pada terjadinya proses pengalihan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi serta kesempatan kerja dari sektor tradisional (pedesaan) menuju ke sektor modern di perkotaan seperti industri dan jasa yang dimungkinkan dengan adanya perluasan lapangan pekerjaan di sektor modern. Lewis berasumsi bahwa tingkat upah didaerah perkotaan (sektor industri) minimal 30 persen lebih tinggi dari rata-rata pendapatan di pedesaaan (sektor pertanian) yang memaksa para pekerja pindah ke daerah perkotaan (Prasetyo. P, 2009 : 244).


(30)

2.2Investasi

Investasi adalah pembelian (dan produksi) dari modal barang yang tidak dapat dikonsumsi akan tetapi dapat digunakan untuk kegiatan produksi yang akan datang. Investasi dapat juga disebut dengan penanaman modal. Penanaman modal ini dapat bersumber dari penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal luar negeri. Tingginya tingkat investasi yang masuk ke dalam suatu wilayah akan berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja.

Investasi merupakan pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal perusahaan untuk membeli barang-barang produksi, untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia. Peningkatan investasi akan mendorong peningkatan produksi yang selanjutnya akan meningkatkan kesempatan kerja yang produktif sehingga akan meningkatkan pendapatan perkapita sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Investasi pada hakikatnya merupakan awal kegiatan pembangunan ekonomi. Investasi dapat dilakukan oleh swasta, pemerintah atau kerjasama antara pemerintah dan swasta. Investasi merupakan suatu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan untuk jangka panjang dapat menaikkan standar hidup masyarakatnya (Mankiw, 2000).

2.3 Tenaga Kerja

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik


(31)

untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Batas usia kerja adalah setiap orang atau penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih. Tenaga kerja menurut BPS disebut penduduk usia kerja.

Penduduk usia kerja dibedakan menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja atau yang memiliki pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan yang mencari pekerjaan, sedangkan bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang kegiatannya tidak bekerja maupun mencari pekerjaan atau penduduk usia kerja dengan kegiatan sekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya. Sebelum tahun 2000, Indonesia menggunakan patokan seluruh penduduk berusia 10 tahun keatas. Namun sejak Sensus Penduduk 2000 dan sesuai dengan ketentuan internasional, tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih.

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam proses produksi, karena tenaga kerja merupakan penggerak dari seluruh input-input seperti mesin-mesin, bahan baku dan sebagainya. Menurut Suparmoko, tenaga kerja adalah penduduk pada usia kerja antara 15-64 tahun. Penduduk dalam usia kerja ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

2.4 Struktur Pasar

Struktur pasar merupakan elemen strategis yang relatif permanen dari lingkungan perusahaan yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perilaku


(32)

dan kinerja di dalam pasar (Koch, dalam Kuncoro 2007). Melalui struktur pasar maka dapat diketahui perilaku dan kinerja dari suatu pasar.

Berdasarkan pada Tabel 2.1 menunjukkan berbagai bentuk dari struktur pasar.

Tabel 2.1

Jenis-jenis Utama struktur Pasar

Struktur Jumlah Produsen Diferensiasi

Produk

Pengendalian Terhadap Harga Monopoli Produsen tunggal Produk tanpa

barang subtitusi yang dekat

Sangat besar

Oligopoli Jumlah produsen sedikit

Hanya sedikit pembedaan

produk, atau tidak ada sama sekali

Beberapa

Persaingan Monopolistik

Jumlah produsen banyak

Banyak produk diferensiasi

Ada, sedikit Persaingan

Sempurna

Jumlah produsen banyak

Produk identik (homogen)

Tidak ada Sumber : Kuncoro, 2007

2.4.1 Pasar Monopoli

Pasar monopoli merupakan struktur pasar dimana hanya terdapat satu penjual yang memproduksi suatu barang dan jasa yang tidak memiliki barang subtitusi. Produsen dalam pasar monopoli umumnya mempunyai kendali yang sangat besar terhadap harga jual produknya.

Menurut Hasibuan, beberapa penyebab yang mendorong hadirnya struktur pasar monopoli, terutama dalam sektor industri pengolahan, adalah terjadinya merjer, skala ekonomi yang besar dan ditunjang efisiensi, efisiensi dan inovasi, fasilitas pemerintah, terjadi persaingan yang tidak sehat, serta


(33)

perusahaan memperoleh hak-hak yang istimewa dalam mengelola input yang sukar diperoleh perusahaan lain.(Kuncoro,2007).

2.4.2 Pasar Oligopoli

Pasar oligopoli merupakan struktur pasar dimana hanya ada beberapa perusahaan atau produsen yang terdapat di pasar.

Menurut Carl Keysan dan Dobald F. Turner (1959) yang merupakan tokoh yang membuat batasan tentang metode andil perusahaan ada tiga kelompok oligopoli, yaitu (Hasibuan,dalam Kuncoro 2007):

1. Oligopoli yang didalamnya terdapat 8 perusahaan terbesar yang setidak-tidaknya menguasai pasar satu jenis industri atau 20 perusahaan menguasai pasar sebesar 70%.

2. Oligopoli dengan 8 perusahaan yang menguasai sekurang-kurangnya 33% suatu pasar industri atau sejumlah perusahaan yang memegang andil setidak-tidaknya 75% pasar dari suatu industri.

3. Oligopoli dengan 8 perusahaan terbesar menguasai pasar kurang dari 33% yang biasanya disebut industri tidak terkonsentrasi.

Menurut McAfee, dalam Kuncoro, pasar oligopoli terbagi menjadi dua, yaitu oligopoli ketat (tight oligopoly) dan oligopoli longgar (loose oligopoly). Dimana pasar oligopoli ketat yaitu kemiripan antara perusahaan yang terdapat di pasar sangatlah kecil, sehingga dalam struktur tersebut perusahaan yang terlibat banyak pilihan dalam mengimplementasikan strateginya. Struktur pasar yang demikian memungkinkan terjadinya persaingan yang sehat antar perusahaan. Sedangkan oligopoli longgar yaitu dalam struktur pasar tersebut


(34)

ada dua strategi dalam memperoleh kentungan. Strategi pertama adalah strategi diferensiasi produk dan yang kedua adalah membuat inovasi yang akan mengubah orientasi pasar.

2.4.3 Pasar Persaingan Monopolistik

Persaingan monopolistik merupakan strategi dimana terdapat sejumlah besar perusahaan yang menghasilkan produk-produk terdiferensiasi. Struktur demikian mengandung persaingan sempurna karena terdapat banyak penjual dan tidak ada satupun yang mendapat pangsa pasar cukup besar.

Sebuah industri dikatakan memiliki struktur persaingan monopolistik jika memiliki syarat-syarat berikut (Baye, dalam Kuncoro 2007) :

1. Ada banyak penjual dan pembeli

2. Setiap perusahaan di industri menghasilkan produk yang terdiferensiasi

3. Adanya kebebasan untuk keluar masuk industri

2.4.4 Pasar Persaingan Sempurna

Pasar persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang hanya terdapat banyak produsen dan banyak pembeli dengan barang yang bersifat sama (identik). Dalam pasar persaingan sempurna, harga ditentukan oleh mekanisme pasar. Karakteristik pasar persaingan sempurna adalah sebagai berikut (Permono;Baye;Blair dan Kaserman, dalam Kuncoro,2007:145) :

1. Produknya homogen. Produk yang homogen umumnya disebabkan tidak adanya preferensi oleh konsumen terhadap produk di pasar persaingan sempurna. Konsumen tidak menjadikan merk (brand)


(35)

sebagai pertimbangan dalam keputusannya untuk membeli atau tidaknya suatu produk.

2. Jumlah penjual dan pembeli yang banyak, sehingga kondisi seperti ini menyebabkan konsumen bertindak sebagai penerima harga (price taker) karena barang yang dibelinya merupakan bagian kecil dari seluruh komoditas yang diperjualbelikan.

3. Informasi sempurna (perfect information). Informasi yang sempurna menyebabkan pembeli tidak akan membeli produk dengan harga diatas harga pasar. Akibatnya perusahaan yang menjual diatas harga pasar tidak dapat menjual apapun.

4. Tidak adanya halangan yang signifikan untuk memasuki atau keluar pasar (absence of serious barriers to entry and exit). Artinya, semua sumber daya dapat dengan mudah bergerak keluar masuk pasar.

2.5 Perilaku Industri

Perilaku dalam industri dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk mendapatkan pasar, dengan kata lain perilaku dapat terlihat dari bagaimana suatu perusahaan dalam menentukan harga jual, promosi produk atau periklanan.

Menurut Hasibuan, perilaku didefinisikan sebagai pola tanggapan dan penyesuaian suatu industri di dalam pasar untuk mencapai tujuannya. Perilaku industri satu dengan industri lainnya berbeda. Salah satunya disebabkan oleh perbedaan struktur pasar beberapa industri. (Kuncoro,2007:146).


(36)

2.6 Kinerja Industri

Kinerja merupakan hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri, dimana hasil biasa diidentikkan dengan besarnya penguasaan pasar atau besarnya keuntungan suatu perusahaan didalam suatu industri.

Ukuran kinerja antara industri satu dengan industri lain berbeda-beda. Ukuran kinerja dapat dilihat berdasarkan pada sudut pandang manejemen, pemilik atau pemberi pinjaman. Ukuran lainnya dalam kinerja suatu industri adalah kinerja dalam perusahaan dapat diamati melalui produktivitas dan efisiensi. Produktivitas merupakan hasil yang dicapai per tenaga kerja atau unit faktor produksi dalam jangka waktu tertentu. Tingkat produktivitas dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, alat produksi, dan keahlian yang dimiliki oleh tenaga kerja. Produktivitas juga merupakan perbandingan antara nilai output dengan tenaga kerja. Sedangkan efisiensi merupakan perbandingan seberapa besar kita dapat mengambil manfaat dari suatu variabel untuk mendapatkan output sebanyak-banyaknya.

Dalam ekonomi industri, konsep tentang struktur, perilaku, dan kinerja industri memiliki hubungan yang saling mempengaruhi yaitu menjelaskan tentang bagaimana suatu perusahaan berperilaku dalam menghadapi struktur pasar tertentu dalam suatu industri sehingga dari perilaku tersebut akan tercipta suatu kinerja tertentu. Hubungan tersebut akan digambarkan dalam gambar 2.1 berikut.


(37)

Progressiveness

technology Profitability

Strategy

Demand

Sales efforts

Sumber: Martin, dalam Prasetyo (2010)

Gambar 2.1 : The interactive structure-conduct-performance market framework

Dalam gambar 2.1 diatas yang menjelaskan mengenai keterkaitan bahwa struktur pasar dan perilaku pasar dengan strateginya akan mempengaruhi kinerja pasar. Kinerja pasar nantinya akan mempengaruhi struktur pasar melalui tingkat keuntungan yang diperolehnya, serta dari tingkat kinerja progressiveness dengan dimensi teknologi yang baik akan memperkuat struktur industri yang bersangkutan. Sedangkan dari sisi perilaku melalui upaya-upaya penjualan sales efforts akan diperoleh buyer atau demand yang baik untuk semakin memperkuat struktur pasar. Jika kinerja pasar merupakan hasil kerja antara struktur pasar dan perilaku pasar, maka struktur pasar dan perilaku pasar yang baik akan semakin memperkuat kinerja pasar.

Structure

Conduct


(38)

2.7 Konsentrasi Industri

2.7.1 Konsep Dasar Konsentrasi Industri

Konsentrasi dari beberapa perusahaan dalam suatu industri sering menjadi perhatian para ekonom, ahli strategi bisnis, dan agen-agen pemerintah. Tujuan industri dalam bisnis adalah untuk mencapai keuntungan maksimum, dan agar keuntungan maksimum dapat tercapai, maka struktur industri yang tercermin dalam struktur pasar harus kuat. Semakin elastisnya permintaan, maka ada kecenderungan struktur pasar yang akan semakin terkonsentrasi.

Konsentrasi industri merupakan sebagai suatu ukuran relatif yang memperhatikan derajat penguasaan pasar oleh beberapa perusahaan dalam suatu industri yang berada dalam pasar.

Tingkat konsentrasi industri merupakan suatu variabel dalam struktur industri yang dapat diukur. Konsentrasi industri ini menginformasikan ukuran relatif dari perusahaan-perusahaan yang ada pada suatu pasar industri. Ada beberapa ukuran dari konsentrasi industri, salah satunya adalah Andil Perusahaan. Hasil dari berbagai ukuran konsentrasi ada yang meningkat dan ada yang menurun. Jika tingkat konsentrasi dalam keadaan meningkat, maka tingkat persaingan di pasar antar industri menurun, dan jika tingkat konsentrasi dalam keadaan menurun, maka kondisi tingkat persaingan meningkat (Prasetyo, 2010).

2.7.2 Batasan Pengukuran Konsentrasi

Dalam Prasetyo (2010), tujuan dari pengukuran konsentrasi adalah untuk mengetahui ciri-ciri struktur pasar dalam suatu variabel dalam industri. Rasio


(39)

konsentrasi atau concentration ratio (CR) atau sering disingkat dengan CRN merupakan cara yang paling sering digunakan untuk mengetahui ukuran suatu industri. Di mana N menunjukkan jumlah andil perusahaan yang biasanya digunakan sebagai ukuran, misalkan sejumlah 1-10 andil perusahaan dalam industri.

Tabel 2.2

Tipe-Tipe Pasar dalam Industri

Struktur Pasar Kondisi Utama

Monopoli Murni Jika suatu perusahaan mampu memiliki 100% pangsa pasar industri yang ada Perusahaan yang dominan Suatu perusahaan yang memiliki

50-100% pangsa pasar dan tanpa persaingan yang kuat diantara industri yang ada

Oligopoli Ketat Jumlah perusahaan sedikit dan CR4 atau penggabungan 4 perusahaan terbesar yang memiliki pangsa pasar 60-100%, dan kesepakatan diantara mereka dalam menetapkan harga relatif mudah

Oligopoli Longgar Jumlah perusahaan banyak dan CR4 yang memiliki 40-60% pangsa pasar, kesepakatan diantara mereka untuk menentukan harga sebenarnya sangat sulit namun tetap saja dapat terjadi Persaingan Monopolistik Banyak persaingan efektif, tetapi tidak

satupun memiliki lebih dari 100% pangsa pasar, termasuk banyak perusahaan dan produk diferensiasi Sumber : Disarikan dari berbagai sumber, dalam Prasetyo,2010


(40)

Satuan ukur dari rasio konsentrasi (concentration ratio) adalah persentase dari suatu variabel dalam industri yang digunakan. Beberapa variabel yang dapat digunakan untuk mengukur konsentarsi industri misalkan, pangsa pasar (market share) atau penjualan, nilai tambah, keuntungan, besarnya modal, besarnya tenaga kerja, dan sebagainya tergantung dari konsentrasi apa yang ingin dilihat dalam suatu industri.

Berdasarkan pada Tabel 2.3 dapat dinyatakan hingga saat ini tidak ada ukuran konsentrasi yang baku, karena pada dasarnya nilai konsentrasi ini memang ukuran relatif, sehingga yang lebih penting adalah ukuran konsistensinya serta perlu diperhatikan perilaku industrinya.

Tabel 2.3

Dimensi Batasan Nilai Rasio Konsentrasi Suatu Industri

Dimensi Ukur Menurut Nilai CR-4 Nilai CR-8 Struktur Industri

Stigler - 60% Oligopoli

Joe S.Bain :

Kelompok I (IA & IB) 87% 99% Oligopoli penuh

Kelompok II 72% 88% Oligopoli tipe 2

Kelompok III 61% 77% Oligopoli tipe 3

Kelompok IV 38% 45% Oligopoli tipe 4

Kelompok V 22% 32% Oligopoli tipe 5

<32% Tak terkonsentrasi

Keysan dan Turner : CR-8=100% CR-20=75% Oligopoli penuh

Kelompok I - 33% Oligopoli

Kelompok II <33% Tak terkonsentrasi

Hasibuan & Machlup <3% - Poli-poli

Kuncoro 40% - Oligopoli

Prasetyo >70% >86% Oligopoli

<25% <35% Tidak terkonsentrasi Sumber : (Martin, 1994; Hasibuan, 1994; Kuncoro, 1997; Prasetyo, 2010)


(41)

2.7.3 Pengukuran Konsentrasi

Adanya berbagai ukuran yang digunakan untuk mengetahui ukuran konsentrasi suatu industri seperti rasio konsentrasi (concentration ratio) ataupun berbagai ukuran indeks dalam konsentrasi industri, mempunyai kelebihan dan kekurangan nya tersendiri.

Adapun beberapa macam ukuran yang digunakan dalam mengukur konsentrasi suatu industri adalah sebagai berikut :

1. Rasio Konsentrasi (Concentration Ratio)

Rasio konsentrasi (concentration ratio) atau sering dikenal dengan istilah CR merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi industri dengan menggunakan teknik andil setiap perusahaan yang ada dalam industri yang ingin diamati. Variabel-variabel yang ingin digunakan tergantung dari tujuan pengamatan yang diinginkan, misalkan dapat berdasarkan pada variabel ; market share, output, nilai tambah, nilai penjualan, nilai investasi, profit, tenaga kerja, modal dan sebagainya (Prasetyo,2010).

Keterangan :

n = jumlah perusahaan industri yang dapat diukur.

X = besarnya nilai absolut dari dari variabel yang sedang diamati pada sejumlah perusahaan ke-i.

T = mewakili jumlah keseluruhan nilai absolut dari variabel yang diukur atau diamati dalam industri tersebut.


(42)

Hasil penghitungan CR yang sederhana dan bermanfaat untuk mengetahui bentuk struktur industri juga memiliki kelemahan yaitu ukuran CR kurang mampu menggambarkan struktur suatu industri secara lengkap. Hal ini dikarenakan penghitungan CR hanya menggunakan satu variabel saja, dimana nilai rasio konsentrasi ini kurang mampu memberikan informasi yang lengkap tentang struktur industri.

2. Indeks Herfindahl

Indeks Herfindahl (HI) merupakan ukuran konsentrasi suatu industri yang mampu menggambarkan konsentrasi industri yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan Rasio Konsentrasi (Concentration Ratio). Namun Indeks Herfindahl ini juga mempunyai kelemahan pada saat pemberian bobot. Nilai Hi sangat sensitif terhadap andil perusahaan yang terbesar dalam industri. Karena semakin besar andil perusahaan akan semakin berarti dalam nilai HI.

2.7.4 Penyebab Konsentrasi

Menurut Douglas F. Greer (1984) dalam Prasetyo (2010), telah dijelaskan ada empat sebab pokok atau faktor penyebab terjadinya konsentrasi industri, yaitu; (1) faktor nasib baik (luck), (2) faktor teknis, (3) faktor kebijaksanaan pemerintah, dan (4) faktor kebutuhan bisnis.

Faktor lain terjadinya konsentrasi industri yang relatif tinggi juga dapat disebabkan karena adanya kebijaksanaan pemerintah. Berbagai kebijakan yang dimaksud dalam hal ini adalah seperti; kebijakan hak paten, lisensi, dan berbagai kebijakan regulasi lain yang mendorong industri semakin kuat karena kebijakan tersebut, termasuk kebijakan anti-monopoli. Beberapa


(43)

argumentasi mendasar mengapa pemerintah melakukan perlindungan terhadap industri jenis ini adalah ;

1. Kapasitas yang sudah cukup dan tidak perlu ada perusahaan baru, sehingga pemerintah hanya menunjuk satu perusahaan industri saja yang boleh berproduksi.

2. Memberikan fasilitas tertentu kepada industri tertentu demi kepentingan rakyat, misalkan melalui keringanan biaya impor, subsidi bunga, memberikan kesempatan pasar tertentu yang tidak boleh dimasuki perusahaan lain, dan sebagainya. Dengan berbagai hak fasilitas ini tentunya perusahaan industri akan semakin terkonsentrasi.

3. Karena menyangkut kebutuhan untuk rakyat banyak, sehingga industri jenis pantas untuk dilindungi karena barang yang diproduksi bersifat public-good. Contoh industri ini adalah industri air minum (PAM), listrik, angkutan umum, telepon, dan telekomunikasi termasuk Pos.

2.7.5 Dampak Konsentrasi Industri

Hampir sebagian industri berperilaku menuju tingkat konsentrasi penuh atau konsentrasi tinggi. Karena semakin tinggi tingkat konsentrasi maka akan semakin mudah industri tersebut dalam meraih keuntungan maksimumnya. Sebaliknya, jika semakin rendah tingkat konsentrasi maka akan berdampak negatif bagi industri tersebut dalam meraih keuntungan maksimumnya.

Semakin tinggi tingkat konsentrasi suatu industri maka akan semakin leluasa perusahaan industri dalam penguasaan faktor produksi, sehingga perusahaan industri dapat menentukan tingkat harga yang diinginkan. Jika hal


(44)

ini terjadi dalam jangka panjang, maka persaingan antar industri akan semakin lemah dan akan semakin merugikan masyarakat.

2.8 Variabel Penelitian

2.8.1 Investasi

Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional, dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. (Sukirno, 2000).

Pentingnya investasi bahwa masyarakat tidak menggunakan semua pendapatannya untuk dikonsumsi, melainkan ada sebagian yang ditabung dan tabungan ini nantinya digunakan untuk keperluan investasi. Misalkan, investasi dalam peralatan modal atau pembentukan modal, tidak hanya meningkatkan produksi atau pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dapat memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat. Dengan demikian terdapat hubungan yang positif antara pembentukan investasi dengan pertumbuhan ekonomi pada suatu negara. (Prasetyo, 2009:99)

2.8.2 Tenaga Kerja

Berdasarkan pada fungsi produksi Cobb Douglas yang menyatakan bahwa pendapatan ditentukan dari modal, tenaga kerja, dan perkembangan teknologi. Hal ini juga didukung oleh Hulten dan Schawab (1984), yang menyatakan perkembangan teknologi, stok modal, dan tenaga kerja berpengaruh dalam menentukan adanya perbedaan pertumbuhan ekonomi regional untuk di wilayah Amerika Serikat (Armstrong and Taylor. 1993) dalam Sugiyono.


(45)

Menurut Todaro (2003), pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga kerja yang produktif.

2.8.3 Nilai Tambah

Semakin tinggi nilai tambah suatu perusahaan industri maka akan semakin tinggi kegiatan aktivitas perusahaan industri. Tingginya kegiatan aktivitas dalam suatu perusahaan industri akan menyerap banyak tenaga kerja. Tenaga kerja yang diserap akan mendapat upah sebagai ganti balas jasa industri terhadap para pekerja. Tenaga kerja yang terserap dapat mengurangi tingkat pengangguran dalam masyarakat, selain itu dengan upah yang didapat oleh para pekerja, masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidup (mensejahterakan masyarakat).

2.9 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan untuk membantu peneliti memperoleh gambaran tentang bagaimana konsentrasi sektor industri, sehingga dapat membantu penelitian ini menjadi lebih baik serta sebagai pedoman bagi peneliti.

Untuk menunjang analisis dan landasan teori yang ada, maka diperlukan penelitian terdahulu untuk pendukung bagi penelitian ini. Berkaitan dengan konsentrasi industri, terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun penelitian-penelitian tersebut antara lain:


(46)

Penelitian pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sumarno dan Kuncoro (2002) yang menganalisis hubungan antara struktur dan kinerja dari industri rokok kretek di Indonesia selama periode 1996-1999. Penelitian ini menggunakan analisis rasio konsentrasi (CR4) dan jumlah perusahaan sebagai ukuran dari struktur, dan keuntungan sebagai indisktor dari kinerja. Hasil analisis yang didapat adalah keuntungan tiap perusahaan memiliki korelasi yang positif dengan indikator turunnya nilai CR4. Sedangkan keuntungan keuntungan dari setiap perusahaan mempunyai hubungan yang negatif. Keuntungan per output industri rokok di Indonesia secara total pada tahun 1999 mengalami kenaikan sebesar 4,1 persen bila dibandingkan dengan keuntungan per output pada tahun 1996. Keuntungan per output yang meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah perusahaan inilah yang menyebabkan keuntungan tiap perusahaan menurun.

Penelitian yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Fitri Wulandari (2007). Dalam penelitian Fitri membahas mengenai bagaimana struktur dan kinerja Industri Kertas dan Pulp di Indonesia. Hasil dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa nilai rasio konsentrasi dari CR bahan baku, CR nilai tambah, dan CR output semuanya meningkat baik untuk CR4 maupun CR8, yang berarti krisis telah meningkatkan rasio konsentrasi industri kertas dan pulp. Sedangkan CR yang mengalami penurunan adalah CR upah, adanya penurunan pada CR upah ini disebabkan karena industri ini merupakan industri padat modal dengan penggunaan teknologi tinggi. Selain itu hasil lainnya melalui regresi adalah tahun 1994, biaya bahan baku dan pangsa pasar (variabel independen) signifikan terhadap nilai tambah.


(47)

Sedangkan variabel biaya modal tidak signifikan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang diteliti oleh Fitri adalah peneliti tidak menggunakan analisis regresi, selain itu peneliti ingin melihat bagaimana konsentrasi industri pengolahan apabila diteliti di Jawa Tengah.

Penelitian ketiga, adalah penelitian ini dilakukan oleh Didit Purnomo dan Devi Istiqomah (2008) tentang analisis peranan sektor industri terhadap perekonomian Jawa Tengah tahun 2000 dan tahun 2004 (analisis input-output). Penelitian ini membahas permasalahan mengenai otonomi daerah, diharapkan setiap daerah mampu mengelola potensi-potensi daerah untuk meningkatkan pendapatan regional dengan memberdayakan sektor-sektor ekonomi yang ada, yaitu salah satunya melalui sektor industri. Variabel yang digunakan dalam penelitian Didit adalah faktor-faktor dalam sektor industri sebagai variabel bebas, sedangkan variabel terikat nya adalah pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Analisis dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis input-output. Hasil dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa, sektor industri memiliki peranan yang sangat signifikan dalam proses produksi. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Didit dan Devi ini jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah berbeda dari alat analisis yang diterapkan. Peneliti menggunakan analisis rasio konsentrasi CR4 dan konsentrasi CR8 untuk melihat bagaimana konsentrasi dari penanaman modal dalam perusahaan, tenaga kerja, dan nilai tambah tersebut dalam industri pengolahan di Jawa Tengah (CRN).

Berdasarkan pada penelitian-penelitian terdahulu yang membahas mengenai struktur dan kinerja industri , maka peneliti mengambil keputusan


(48)

untuk mengadopsi penelitian-penelitian terdahulu sebagai acuan penelitian skripsi dengan memodifikasi dan menambahkan beberapa variabel dalam penelitian ini antara lain variabel investasi pada sektor industri pengolahan, tenaga kerja pada industri pengolahan, dan nilai tambah pada sektor industri pengolahan.

2.10 Kerangka Berfikir

Kerangka pemikiran digunakan untuk memperjelas alur penelitian yang akan diteliti, sehingga diperlukan kerangka pemikiran sesuai tahap-tahap penelitian secara teoritis.

Kerangka berpikir yaitu untuk menggambarkan hubungan konsentrasi antara variabel yaitu investasi, tenaga kerja, nilai tambah industri pengolahan di Propinsi Jawa Tengah. Secara sistematis, adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :


(49)

Gambar 2.2 : Skema Kerangka Berfikir Penelitian Konsentrasi Industri

Keterangan :

Inves : investasi industri pengolahan

TK : tenaga kerja industri pengolahan

NT : nilai tambah industri pengolahan Rasio Konsentrasi (CRn)

CRNT CRTK


(50)

36

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang telah tersedia dan telah diproses oleh pihak-pihak lain sebagai hasil atas penelitian yang telah dilakukan. Penelitian ini menggunakan data yang terdiri dari data time series.

Data dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa Tengah. Data-data yang digunakan meliputi data PDRB Jawa Tengah atas dasar harga konstan 2000, investasi sektor industri, tenaga kerja sektor industri, dan nilai tambah sektor industri. Data yang digunakan melalui sistem penggolongan industri yang ditetapkan oleh Organisasi Industri pada Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO), yang dikenal dengan nama International Standard Industrial Classification (ISIC). Penelitian ini dilakukan di 35 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah dari tahun 2005-2009 dan pada 23 jenis industri pengolahan dengan menggunakan ISIC 5 digit.

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada variabel dengan cara memberi arti, atau menspesifikasikan kegiatan, atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.

Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini meliputi variabel investasi pada sektor industri pengolahan, tenaga kerja di sektor industri pengolahan, nilai tambah pada industri pengolahan yang dihasilkan dari sektor industri pengolahan.


(51)

Adapun variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Investasi adalah penanaman modal pada sektor industri yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan produksi barang atau jasa. Data investasi sektor industri pengolahan yang digunakan diambil dari publikasi Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah (satuan Rupiah).

2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang berusia produktif yang bekerja di sektor industri yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa yang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan (satuan orang).

3. Nilai tambah adalah selisih antara nilai produksi dengan biaya yang habis digunakan selama proses produksi. Data yang digunakan diambil dari publikasi Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah (satuan Rupiah). Berikut rincian jenis data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.1

Rincian Jenis Data Dan Sumber Data

No. Jenis Data Sumber Data

1 Investasi Jawa Tengah Dalam Angka, BPS Propinsi Jawa Tengah (Berbagai Edisi)

2 Tenaga Kerja Jawa Tengah Dalam Angka, BPS Propinsi Jawa Tengah (Berbagai Edisi)

3 Nilai Tambah Jawa Tengah Dalam Angka, BPS Propinsi Jawa Tengah (Berbagai Edisi)

4 Investasi, Tenaga kerja, dan Nilai tambah industri ISIC 5 digit

Statistik Industri Pengolahan Propinsi Jawa Tengah (Berbagai Edisi)


(52)

3.3 Pengumpulan Data

Adapun metode dalam pengumpulan data pada penelitian ini yaitu menggunakan dokumentasi. Data dokumentasi merupakan cara untuk memperoleh data atau informasi mengenai berbagai hal yang ada kaitannya dengan penelitian, dengan jalan melihat kembali laporan-laporan tertulis baik berupa angka maupun keterangan (tertulis, tempat, atau orang).

Data dari penelitian ini terdiri dari data investasi sektor industri pengolahan, tenaga kerja sektor industri pengolahan, nilai tambah sektor industri pengolahan, yang diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa Tengah. Selain itu data-data yang digunakan juga diperoleh dan bersumber dari internet serta buku-buku dan literatur yang mendukung dan menjelaskan teori-teori tentang definisi dan konsep yang terdapat dalam penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan metode yang digunakan untuk membuktikan hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian ini menggunakan analisis rasio konsentrasi (concentration ratio/CRN) untuk melihat konsentrasi pada

industri pengolahan yang terdapat di Jawa Tengah.

Metode rasio konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah CR4 (concentration ratio-4) dan CR8 (concentration ratio-8). Menurut Churh dan Ware; Clarke; Hasibuan dalam Fitri, dalam metode ini adalah :


(53)

a. Rasio Konsentrasi (concentration ratio-4).

b. Rasio Konsentrasi (concentration ratio-8).

Menurut JB.Bain dalam Fitri (2007), pengukuran konsentrasi tidak hanya terbatas pada jumlah barang yang ditawarkan saja, tetapi bisa juga diukur melalui nilai tambah yang diciptakan, jumlah tenaga kerja yang digunakan atau biaya tenaga kerja, nilai tambah yang dihasilkan perusahaan.

3.4.1 Analisis Rasio Konsentrasi (Concentration Ratio/ CRN)

Pengukuran rasio konsentrasi atau concentration ratio sering dikenal dengan istilah CR adalah dengan menggunakan teknik andil setiap perusahaan yang ada dalam industri yang sedang diamati. Adapun dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan untuk melihat rasio konsentrasi yang terdapat di Jawa Tengah yaitu rasio konsentrasi investasi (CRI), rasio konsentrasi tenaga kerja (CRTK), dan rasio konsentrasi nilai tambah (CRNT).

Dari 23 jenis industri pengolahan yang ada di Propinsi Jawa Tengah, dalam penelitian ini penulis hanya meneliti 13 jenis industri pengolahan hal ini dikarenakan adanya ketersediaan data-data, adapun 13 jenis industri yan dimaksud antara lain sebagai berikut; industri makanan dan minuman (ISIC 15), industri tekstil (ISIC 17), industri kulit dan barang dari kulit (ISIC 19), industri kayu dan barang dari kayu (ISIC 20), industri kertas dan barang dari


(54)

kertas (ISIC 21), industri kimia dan barang-barang dari kimia (ISIC 24), industri dari karet dan barang-barang dari karet (ISIC 25), industri barang galian bukan logam (ISIC 26), industri logam dasar (ISIC 27), industri barang-barang dari logam kecuali mesin (ISIC 28), industri mesin perlengkapannya (ISIC 29), industri furnitur dan industri pengolahan lainnya (ISIC 36).

Adapun rumus dalam melihat rasio konsentrasi yang tercermin dalam variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Prasetyo, 2010) :

Keterangan :

n = jumlah perusahaan industri yang dapat diukur.

X = besarnya nilai absolut dari dari variabel yang sedang diamati pada sejumlah perusahaan ke-i.

T = mewakili jumlah keseluruhan nilai absolut dari variabel yang diukur atau diamati dalam industri tersebut.

3.5 Tahapan Analisis

Dalam penelitian ini adapun tahapan analisis nya adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan data penelitian (investasi, penggunaan tenaga kerja,

dan nilai tambah pada sektor indstri pengolahan di Jawa Tengah) dari tahun 2005-2009 yang di dapatkan dari BPS Jawa Tengah.


(55)

2. Pengelompokkan data dari Statistik Industri Jawa Tengah yaitu dari 23 jenis industri pengolahan yang ada kemudian dikelompokkan lagi ke dalam ISIC 5 Digit.

3. Dari 23 jenis industri pengolahan yang tersedia, kemudian ditentukan hanya 13 jenis industri pengolahan yang nantinya akan diteliti oleh penulis dikarenakan ketersediaan data yang ada di lapangan.

4. Setelah di tentukan data-data yang akan diteliti, kemudian dari data yang ada akan dianalisis dengan menggunakan metode pengukuran rasio konsentrasi yang terdiri dari pengukuran rasio konsentrasi dengan CR4 dan pengukuran rasio konsentrasi dengan CR8.

Hasil dalam penelitian ini merupakan hasil dari penghitungan ISIC 5 digit sektor industri pengolahan.


(56)

42

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Perekonomian Jawa Tengah

Perekonomian Jawa Tengah menunjukkan perkembangan yang cukup baik dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu lima tahun terakhir cenderung bergerak ke arah yang positif tetapi pergerakannya relatif kecil. PDRB dan kontribusi dari masing-masing sektor ekonomi di Propinsi Jawa Tengah terus bergerak positif dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008, tetapi pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mengalami penurunan hingga mencapai 4,71 persen.

4.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Jawa Tengah

Tujuan pembangunan nasional adalah dengan melihat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam setiap daerah. Begitu hal nya dengan Propinsi Jawa Tengah, adanya keinginan yang sama bagi setiap daerah untuk menjadikan daerah nya dapat mencapai pertumbuhan yang tinggi. Adapun perkembangan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Berdasarkan pada Gambar 4.1 dapat dilihat perkembangan dari pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Selama kurun waktu 10 tahun (tahun 2001-2010), menunjukkan adanya peningkatan yang positif dalam pertumbuhan ekonomi meskipun pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mengalami adanya penurunan yang relatif kecil dikarenakan mendapat pengaruh dari dampak krisis keuangan global sehingga mencapai 4,71 persen. Adapun PDRB dan kontribusi dari masing-masing sektor ekonomi di Propinsi


(57)

Jawa Tengah yang terus mengalami pergerakan yang positif dan pada tahun selanjutnya 2010 pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mencapai 6,44 persen.

Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka 2011, diolah

Gambar 4.1 : Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Tahun 2001-2010 (%) Berdasarkan Harga Konstan 2000

Kemampuan suatu daerah dalam menggali potensi yang dimilikinya akan terlihat dari jumlah PDRB yang dimiliki daerah. PDRB merupakan salah satu indikator dari pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang dapat menunjukkan kemampuan produksi suatu daerah. Semakin baik perekonomian suatu daerah, maka akan semakin besar juga PDRB dalam suatu daerah.

Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Tengah mulai dari tahun 2005-2010 terus mengalami peningkatan. Perkembangan PDRB Jawa Tengah dapat dilihat pada Gambar 4.2. Pada tahun 2010 Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah telah mencapai 186.995.480,65 miliar rupiah, meningkat sebesar 11.310.213,09 miliar rupiah dari tahun 2009. Adanya krisis keuangan global yang terjadi pada akhir tahun 2008 tidak berdampak serius terhadap pertumbuhan produk domestik regional bruto di Jawa Tengah

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Pertumbuhan Ekonomi

(%) 3.59 3.55 4.98 5.13 5.35 5.33 5.59 5.46 4.71 6.44 0

1 2 3 4 5 6 7


(58)

mengingat penerimaan dari sektor-sektor ekonomi yang tetap mengalami kenaikan.

Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2011, diolah

Gambar 4.2 : Perkembangan Ekonomi PDRB Jawa Tengah Tahun

2001– 2010 Berdasarkan Harga Konstan 2000 (Miliar Rp)

4.1.2 Kontribusi Sektoral Jawa Tengah

Adapun PDRB dan kontribusi dari masing-masing sektor ekonomi di Jawa Tengah yang terus mengalami peningkatan. Produk Domestik Regional Bruto mulai tahun 2005-2009 cenderung bergerak positif. Setiap sektor ekonomi mengalami peningkatan hanya saja jumlah kenaikannya berbeda-beda antar sektor yang satu dengan yang lainnya, hal ini dapat dilihat dari Gambar 4.3. Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa proporsi PDRB Jawa Tengah masih didominasi sektor industri pengolahan diikuti dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor pertanian. Pada tahun 2009 sektor industri pengolahan telah menyumbangkan 31,45 persen atau 61.390.101,24 miliar rupiah dalam PDRB Jawa Tengah. Sektor perdagangan,

0.00 20000000.00 40000000.00 60000000.00 80000000.00 100000000.00 120000000.00 140000000.00 160000000.00 180000000.00 200000000.00

20012002 20032004 2005

2006 2007


(59)

hotel dan restoran menyumbangkan sebesar 19,87 persen atau 40.055.356,39 miliar rupiah dan sektor pertanian sebesar 19,72 persen atau 34.955.957,64 miliar rupiah.

Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2010, diolah

Gambar 4.3 : Perkembangan Proporsi PDRB Jawa Tengah Tahun 2005-2009 Berdasarkan Konstan 2000 (persen)

Sektor industri pengolahan mendominasi Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah yaitu mencapai 31,45 persen pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi sektor industri pengolahan Jawa Tengah berkembang lebih cepat dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya.

4.Listrik, Gas, da n Air bersih 2.Perta mbanga n dan Galian 8.Keuan gan, Per sewaan Jasa perusah aan 7.Penga ngkutan dan Komuni kasi 5.Bangu nan 9.Jasa-jasa 6.Perda gangan, Hotel, d an Restora n 1.Perta nian 3.Indust ri Pengola han

2004 0.78 0.98 3.55 4.79 5.49 10.06 20.87 21.07 32.4 2005 0.82 1.02 3.54 4.89 5.57 10.01 21.01 20.92 32.23 2006 0.83 1.11 3.58 4.95 5.61 10.25 21.11 20.57 31.98 2007 0.84 1.12 3.62 5.06 5.69 10.36 19.93 20.03 31.97 2008 0.84 1.1 3.71 5.16 5.75 10.57 19.73 19.96 31.68 2009 1.04 0.98 3.68 6.19 6.22 10.85 19.87 19.72 31.45

0 5 10 15 20 25 30 35


(60)

Sektor ekonomi yang memiliki kontribusi terbesar kedua adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu tahun 2009 sebesar 19,87 persen. Selain itu, dapat juga dilihat dari perkembangan jumlah wisatawan baik mancanegara maupun nusantara yang menggunakan fasilitas hotel dan restoran dimana setiap tahun mengalami peningkatan. Kondisi ini mendorong peningkatan pendapatan dari sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Sektor ekonomi ketiga penyumbang terbesar di Jawa Tengah adalah sektor pertanian sebesar 18,72 persen. Pada dasarnya, sebagian besar kabupaten/ kota di Jawa Tengah memiliki sektor unggulan di bidang pertanian. Namun, jika dilihat dari kontribusi sektor ini terhadap Produk Domestik Regional Bruto masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan sektor industri pengolahan dan perdagangan, hotel dan restoran. Indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan sektor pertanian yaitu perkembangan produksi tanaman bahan makanan seperti produksi padi dan jagung.

Tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian relatif lebih tinggi dibandingkan dengan sektor lain. Hal ini belum cukup untuk menjadikan penerimaan dari sektor pertanian menjadi yang paling besar. Nilai ekonomis yang kecil dari produk-produk pertanian inilah yang menjadi salah satu penyebab rendahnya penerimaan dari sektor pertanian dibandingkan dengan sektor industri pengolahan dan perdagangan, hotel dan restoran.


(61)

4.2 Perkembangan Industri

4.2.1 Perkembangan Industri Indonesia

Peranan sektor industri pengolahan di Indonesia sangat penting karena telah menjadi penggerak dalam perekonomian nasional. Industrialisasi di Indonesia sampai saat ini telah mengubah meningkatkan perekonomian Indonesia. Peran sektor industri terus meningkat hingga saat ini terhadap pendapatan nasional dan dapat mengalahkan sektor pertanian yang dahulu merupakan sektor primer.

Kontribusi sektor industri pengolahan di Indonesia cenderung meningkat hingga akhir tahun 2008 dan sempat mengalami penurunan di awal tahun 2009. Berikut dapat dilihat dalam Gambar 4.4 mengenai perkembangan sektor industri pengolahan di Indonesia melalui PDB Indonesia dari tahun 2004-2009.

Selain itu, berdasarkan pada berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa industri pengolahan di Indonesia hampir sama seperti industri di Amerika yakni memiliki konsentrasi yang tinggi dan mempunyai profitabilitas yang tinggi. Berbagai hasil penelitian seperti pada industri logam dasar, industri besi dan baja, industri tekstil, industri rokok, industri semen sering menujukkan konsentrasi yang tinggi dan memiliki kecenderungan meningkatkan profitabilitas, dan semakin terkonsentrasi menuju struktur oligopoli ketat. (Prasetyo.P.Eko, 2010:8).


(62)

Sumber : PDB Indonesia 2010, diolah

Gambar 4.4 : PDB Indonesia Tahun 2004-2009

Pertumbuhan industri di Indonesia yang masih didominasi oleh industri padat modal yang kurang efisien dan tidak berbasis pada sektor pertanian dianggap berdampak semakin berat dirasakan terutama pada saat terjadi krisis tahun 1998 dan tahun 2008. Sehingga saat terjadi krisis ekonomi, peran sektor industri di Indonesia hanya ditopang oleh industri-industri kecil yang cukup banyak meskipun hanya memiliki nilai tambah yang masih kecil. Sementara, peranan industri besar dan menengah di masa krisis justru menurun sangat drastis.

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam proses produksi, karena tenaga kerja merupakan penggerak dari seluruh input-input seperti mesin-mesin, bahan baku dan sebagainya.

0.0 500,000.0 1,000,000.0 1,500,000.0 2,000,000.0 2,500,000.0

2004

2005

2006

2007

2008*


(63)

4.2.2 Perkembangan Industri Propinsi Jawa Tengah

Sektor industri pengolahan mempunyai peran dominan dalam perekonomian nasional dalam hal pembentukan PDB. Kontribusi sektor industri mampu mencapai 28 persen dari total PDB nasional pada tahun 2005.

Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka 2011, diolah

Gambar 4.6: Laju Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2010 (persen)

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mengalami perubahan selama tahun 2004-2010. Hal ini dapat terlihat dari Gambar 4.6, yang menunjukkan bahwa terjadi kenaikan pada laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah selama kurun waktu 7 tahun yaitu pada tahun 2004-2007, namun pada akhir tahun 2008 dan awal tahun 2009 terjadi penurunan pada laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Pada tahun awal tahun 2009 laju pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yaitu sebesar 4,71 persen. Krisis keuangan global yang berawal dari krisis kredit perumahan di Amerika berdampak pada lesunya perekonomian dunia yang menyebabkan menurunnya permintaan barang dari luar negeri terhadap produk-produk dalam negeri yang berorientasi pada

5.13 5.35 5.33

5.59 5.46

4.71

6.44


(1)

Lampiran 3 : Hasil Penelitian CR4 Sektor Industri dari segi Tenaga Kerja

ISIC 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata

15 76,58 74,59 67,72 68,17 67,85 70,98

16 - - - -

17 86,6 82,67 79,58 80,84 79,13 81,76

18 - - - -

19 - 92,17 90,16 91,37 - -

20 87,58 86,64 89,21 87,82 74,7 85,19

21 81,74 76,37 77,92 90,29 96,17 84,49

22 - - - -

23 - - - -

24 88,96 91,23 83,64 92,41 87,92 88,83

25 89,83 84,09 85,86 92,41 87,82 88

26 81,93 70,76 76,75 76,94 75,28 76,33

27 - 97,06 95,74 98,13 93,19 -

28 74,7 77,94 73,99 88,58 75,92 78,75

29 85,11 77,56 74,68 71,45 75,92 79,94

30 - - - -

31 - - - -

32 - - - -

33 - - - -

34 - - - -

35 95,97 91,97 88,79 94,48 - -

36 95,07 94,12 95,54 95,36 96,06 95,23

37 - - - -

Rata-rata CR4


(2)

Lampiran 4 : Hasil Penelitian CR4 Sektor Industri dari segi Nilai Tambah

ISIC 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata

15 71,45 76,75 70,58 81,99 81,5 76,45

16 - - - -

17 88,25 83,95 84,73 92,41 82,05 86,27

18 - - - -

19 - 92,77 94,67 92,41 - -

20 89,82 86,42 92,70 92,47 78,28 87,93

21 - 84,04 87,78 96,49 99,43 -

22 - - - -

23 - - - -

24 94,34 82,7 83,41 81,77 77,73 83,99

25 89,74 86,44 87,64 91,75 90,47 89,20

26 92,66 96,99 92,05 95,89 97,08 94,93

27 - 99,7 97,79 - 94,72 -

28 87,68 85,28 76,29 96,45 75,68 84,27

29 89,54 88,11 91,87 77,14 80,02 85,33

30 - - - -

31 - - - -

32 - - - -

33 - - - -

34 - - - -

35 - 99,09 93,17 94,69 - -

36 96,14 95,82 92,87 94,97 94,96 94,95

37 - - - -

Rata-rata CR4


(3)

Lampiran 5 : Hasil Penelitian CR8 Sektor Industri dari segi Investasi

ISIC 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata

15 86,53 88,33 88,75 88,29 88,61 88,10

16 - - - -

17 95,57 94,1 94,09 91,81 93,97 93,90

18 - - - -

19 - - - -

20 95,95 94,28 93,36 93,46 92,72 93,95

21 98,18 - - - - -

22 - - - -

23 - - - -

24 91,95 90,12 90,10 91,48 91,39 91

25 94,92 95,81 96,04 94,82 97,4 95,79

26 98,23 95,34 97,90 97,83 97,64 97,38

27 - - - -

28 97,36 91,01 93,90 95,23 94,87 94,47

29 90,62 88,37 86,48 93,33 93,33 90,42

30 - - - -

31 - - - -

32 - - - -

33 - - - -

34 - - - -

35 - - 90,90 - - -

36 98,59 98,44 98,27 97,76 98,3 98,27

37 - - - -

Rata-rata CR8


(4)

Lampiran 6 : Hasil Penelitian CR8 Sektor Industri dari segi Tenaga Kerja

ISIC 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata

15 91,38 92,36 91,51 90,97 91,65 91,57

16 - - - -

17 96,43 97,28 95,83 95,8 97,17 96,50

18 - - - -

19 - - - -

20 98,77 96,79 97,77 96,13 95,19 96,93

21 98,52 - - - - -

22 - - - -

23 - - - -

24 96,86 95,26 95,90 96,35 95,58 95,99

25 96,89 96,92 98,60 98,29 98,97 97,93

26 96,22 91,96 90,56 95,05 97,32 94,22

27 - - - -

28 94,39 93,02 91,29 96,18 92,23 93,42

29 94,43 92,06 90,86 91,23 94,63 92,64

30 - - - -

31 - - - -

32 - - - -

33 - - - -

34 - - - -

35 - - 97,76 - - -

36 98,55 98,84 98,51 98,22 99,05 98,63

37 - - - -

Rata-rata CR8


(5)

Lampiran 7 : Hasil Penelitian CR8 Sektor Industri dari segi Nilai Tambah

ISIC 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata

15 93,99 92,73 90,71 94,17 94,39 93,19

16 - - - -

17 98,59 99,18 96,99 97,15 98,33 98,04

18 - - - -

19 - - - -

20 99,26 98,16 98,46 98,89 98,13 98,58

21 - - - -

22 - - - -

23 - - - -

24 98,52 97,6 93,99 95,86 94,38 96,07

25 99,52 99,03 98,31 97,48 98,39 98,54

26 - 99,15 98,87 99,26 99,69 -

27 - - - -

28 - 96,17 94,37 99,12 94,65 -

29 - 96,25 98,62 95,89 97,58 -

30 - - - -

31 - - - -

32 - - - -

33 - - - - -- -

34 - - - -

35 - - 99,59 - - -

36 99,4 99,05 98,59 98,54 99,44 99

37 - - - -

Rata-rata CR8


(6)

Keterangan dari Kode ISIC :

ISIC 15 = Industri Makanan dan Minuman

ISIC 16 = Industri Tembakau

ISIC 17 = Industri Tekstil

ISIC 18 = Industri Pakaian Jadi

ISIC 19 = Industri Kulit dan Barang dari Kulit

ISIC 20 = Industri Kayu, Barang dari Kayu

ISIC 21 = Industri Kertas dan Barang dari Kertas

ISIC 22 = Industri Penerbitan, Percetakan

ISIC 23 = Industri Batu Bara, dan Pengilangan Minyak Bumi

ISIC 24 = Industri Kimia, dan Barang-barang dari Kimia

ISIC 25 = Industri Karet, dan Barang-barang dari Karet

ISIC 26 = Industri Barang Galian Bukan Logam

ISIC 27 = Industri Logam Dasar

ISIC 28 = Industri Barang-Barang dari Logam kecuali Mesin

ISIC 29 = Industri Mesin Perlengkapannya

ISIC 30 = Industri Mesin dan Peralatan Kantor

ISIC 31 = Industri Mesin Listrik dan Lainnya

ISIC 32 = Industri Serta Perlengkapannya

ISIC 33 = Industri Peralatan Navigasi, Peralatan Optik, Jam Lonceng

ISIC 34 = Industri Kendaraan Bermotor

ISIC 35 = Industri Alat Angkutan selain Kendaraan Roda Empat atau Lebih

ISIC 36 = Industri Furnitur dan Pengolahan Lainnya