b. Pinjaman antarbank
c. Kredit likuiditas Bank Indonesia
4. Sumber dana lain
a. Setoran jaminan
b. Dana transfer
c. Surat berharga pasar uang
d. Diskonto Bank Indonesia
2.1.2. Pertimbangan Penggunaan Dana Bank Berdasarkan Risiko dan Hasil
Dana yang berhasil dihimpun oleh bank justru akan menjadi beban apabila dibiarkan begitu saja tanpa ada usaha alokasi untuk tujuan-tujuan yang
produktif. Dana yang telah dihimpun bukanlah dana yang murah, tetapi sebagian besar adalah dana dari deposan yang menimbulkan kewajiban bagi
bank untuk membayar imbal jasa berupa bunga. Berdasarkan pada kebutuhan itu dan juga untuk memperoleh penerimaan bank dalam rangka menutup biaya-
biaya lain serta mendapatkan keuntungan, maka bank berusaha mengalokasikan dananya dalam berbagai bentuk aset dengan berbagai macam
pertimbangan Budisantoso dan Nuritomo, 2014. Sebelum bank memutuskan untuk memilih suatu bentuk aset tertentu
dalam pengalokasian dana yang telah berhasil dihimpun, banyak hal yang harus dipertimbangkan. Meskipun pertimbangan tersebut mencakup banyak
hal, terdapat tiga hal utama yang selalu menjadi perhatian bank. Ketiga hal 4.
Sumber dana lain a.
Setoran n
ja jaminan
b. Da
Dana transfer c
c. Surat berh
rh ar
r ga
ga pasar uang
d. Di
Di sk
sko onto B
B an
an k
k In
donesia
2. 2.
1. 1
2 2. Pe
e r
rtim bangan
P enggunaan Dana Ban
k Berdasar
k kan Ri
Ri si
si ko dan
an Hasil
Dana y an
g berhasil
dih impu
n ol
eh bank
ju st
ru akan
me e
nj n
adi i
beba ban
n apa
ab ila dibiarkan begitu
saja ta
npa ada us
ah a al
okasi untuk tujuan -
tujuan n
yang g
pr r
od od
uk tif.
D ana
ya ya
ng ng
t t
el el
ah ah
dihimpun bu bu
ka ka
nl nl
ah ah
d d
ana yang m
m ur
urah, teta ta
pi pi
sebagian besar adalah dana dar i
i de de
po po
san yang menimbulkan kewajiban n b
bag ag
i ba
bank nk
untuk membayar imbal jasa berupa bunga. Berdasarkan pad ad
a a
ke kebu
butu uh
han it
it u
u dan
j juga unt
uk uk m
m em
emperole le
h h
pe pe
ne ne
ri rima
ma an ban
k k
da da
la lam
m rang
k ka menut
ut up
up b
b i
iaya- bi
i ay
aya a
la in
s serta mendapa
patkan k
keuntungan, m
m ak
ak a
a bank
nk berusaha mengalokasikan dananya dala
am berbaga i
i bentuk aset dengan berbagai macam pertimbangan Budisantoso da
a n
n Nuritom mo, 2014.
Sebelum bank memutuska an un
ntuk memilih suatu bentuk aset tertentu dalam pengalokasian dana yang te
t lah berhasil dihimpun banyak hal yang
tersebut adalah risiko, hasil, dan jangka waktu Budisantoso dan Nuritomo, 2014.
Apa pun bentuk aset yang dipilih, pengalokasian dana selalu berkaitan dengan aspek risiko dan rate of return hasil dari aset tersebut. Pada dasarnya,
bank meninginkan bentuk aset yang berisiko serendah mungkin, namun dapat menghasilkan penerimaan atau rate of return setinggi mungkin. Jika
dimungkinkan, setiap badan usaha menginginkan agar semua dananya diwujudkan dalam aset produktif earning asset dan bukan non-earning asset.
Dengan adanya aset produktif ini, maka bank dapat memperoleh penerimaan untuk membiayai keseluruhan biaya operasional bank seperti biaya bunga,
biaya tenaga kerja, dan juga untuk mendapatkan keuntungan. Kenyataan yang dihadapi bank dan juga setiap investor adalah adanya
hubungan searah antara tingkat risiko dan rate of return dari setiap pilihan bentuk investasi atau aset. Semakin tinggi rate of return yang mungkin dapat
diperoleh dari suatu aset, maka semakin tinggi pula tingkat risiko yang ditanggungnya dan sebaliknya. Apabila menggunakan istilah lain, semakin
tinggi produktivitas suatu aset, maka semakin tinggi pula tingkat risikonya. Hubungan tersebut dapat dilihat pada grafik Gambar 2.1 Budisantoso dan
Nuritomo, 2014. Apa pun bentuk ase
e t
t y
yang dipilih h
, pe
pe ngalokasian dana selalu berkaitan
dengan aspek ris s
ik iko dan rate of return hasil dari as
s et
et tersebut. Pada dasarnya,
bank men n
in inginkan bentuk as
s et
e y
y an
an g
g be
be ri
ri siko
ko serendah mung
ngkin, namun dapat meng
nghasilkan pen en
er r
im im
aan atau rate of f
re etu
tu rn
rn setinggi mu u
ng n
kin. Jika d
dimung g
ki kink
nkan an
, seti ti
ap ap
b adan usa
ha mengi
ng g
in in
kan ag ag
ar ar
s s
emua d
d ananya
diwu wu
ju ju
dk dk
an d d
a alam
a se
t produktif earning asset dan bu
ka kan non-
n- ea
ea rn
rn in
i g as
asset. De
De ngan a
a da
nya aset p ro
duktif ini, ma
ka bank da
pat memp er
rol o
eh p
p en
enerimaa a
n n
un u
tuk k
membiayai keselu ru
han bi ay
a oper asio
nal bank seper ti
biaya ya
b b
un u
ga, biay
y a
tenaga ker ja,
dan juga unt
uk m
enda pa
tkan keu nt
un ga
n. Kenyataan yang
d ihadapi bank d
an jug
a setiap investor ad
a alah ada
dany y
a a
hu hubu
bu ng
an seara h
an an
ta ta
ra ra
t t
in in
gk gk
at risiko da a
n n
ra ra
te te
o o
f f
re tu
rn d
ar i
se e
ti ti
ap pilih
h an
an bentuk investasi atau aset. Sema
a ki
kin ti ti
nggi rate of return yang mungkin da da
pa pa
t di
dipe pe
ro r
leh dari suatu aset, maka semakin tinggi pula tingkat ri risiko
ko y ya
ang di
di tanggungny
a da
da n
n se
se b
baliknya ya
. .
Ap Apab
abil ila
a menggu guna
na ka
kan i
is ti
ti l
la h
h la
in ,
, se sem
makin ting
ng gi
gi p
p rodu
du kt
kt iv
iv i
itas suatu ase e
t, t,
maka s
semakin tinggi i p
p ul
ul a ting
g ka
ka t
t ri
sikonya. Hubungan tersebut dapat dili
lihat pada g grafik Gambar 2.1 Budisantoso dan
Nuritomo, 2014.
Gambar 2.1 Hubungan antara Risiko dan
Rate of Return
Menyadari situasi tersebut, suatu bank biasanya terlebih dahulu menentukan tingkat risiko tertentu yang bersedia ditanggung. Setelah
menentukan tingkat risiko, kemudian menentukan alternatif bentuk aset yang diinginkan. Tingkat risiko yang diharapkan tidaklah mungkin sama dengan nol
karena pada dasarnya tidak ada bentuk aset yang sama sekali tidak berisiko. Di sisi lain, bank tidak mungkin untuk mengabaikan faktor risiko ini. Apabila
risiko yang ditanggung dari suatu investasi terlalu tinggi dan tentu saja disertai dengan kemungkinan rate of return yang sangat tinggi pula, maka kegiatan
tersebut lebih merupakan suatu spekulasi dan bukan lagi investasi. Kegiatan spekulasi ini tidak sesuai dengan prinsip kehati-hatian prudential banking
yang dianut oleh perbankan di Indonesia dan di negara-negara lain di dunia Budisantoso dan Nuritomo, 2014.
Gambar 2.1 Hubungan antar
a Ri
siko dan Ra
te of Re tu
urn r
M Me
nyadari situas i
tersebut ,
suatu bank biasanya te
erlebih h
d dahulu
u mene
ne nt
ukan tingkat ris ik
o tert
en tu y
an g bersedia
d it
angg u
ung. S S
et et
elah ah
men ne
ntukan tingkat r
isik o, k
em udian me
ne ntuk
an a
lternatif bent u
uk aset ya yang
g di
d in
n ginkan
. Ting
kat ri si
ko yang diharapkan
tid ak
lah mungkin sa ma
a den
engan no no
l l
karena pada d
dasarnya t id
id k
ak a
a da
da b b
entuk k as
as et
et yang sama s k
ekali tidak berisiko o
. .
Di D
si s
si lain, bank tidak mungkin untuk mengabaikan faktor risiko ini. A Apa
pabi bi
l la
ri ri
si si
ko ko
y y
an an
g g
di di
ta ta
ng ng
gu gu
ng ng
d d
ar ar
i i
su su
at at
u u
inve e
st st
as as
i i te
te rl
rl al
al u
u ti
ti ng
ng gi
gi d
d an
an t
t en
en tu
tu s
s aj
aj a
a di di
se sertai
de de
ng ngan
an k
k em
emun un
gk gkin
in a
an rate o o
f f
retu rn
yan n
g g sangat
at t
t in
i gg
gg i
i pu
pula la,
ma maka
ka k
kegiatan tersebut lebih merupakan sua
a tu
tu spekula lasi dan bukan lagi investasi. Kegiatan
spekulasi ini tidak sesuai den ngan prinsi
sip kehati-hatian prudential banking yang dianut oleh perbankan di
i Indone
esia dan di negara-negara lain di dunia Budisantoso dan Nuritomo, 2014
. .
2.1.3. Risk-Taking