1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-
2019 sesuai Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI salah satunya adalah terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin. Mengutip
data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sampai 20 Maret 2014, terdapat 95.976 dokter yang teregistrasi dan bekerja pada sektor kesehatan di
Indonesia baik di jajaran Pemerintah maupun swasta, dengan demikian rasio jumlah dokter terhadap penduduk di Indonesia yang saat ini berjumlah 243,6
juta jiwa adalah 1 dokter untuk 2.538 penduduk. Rasio ini lebih tinggi dari rasio dokter ideal menurut WHO, yaitu 1 dokter untuk 2.500 penduduk.
Ketidakmerataan distribusi tenaga kesehatan khususnya, namun tidak terbatas pada dokter dan dokter spesialis di Indonesia merupakan salah satu hambatan
dalam upaya peningkatan akses terhadap layanan kesehatan. Tenaga kesehatan menumpuk di daerah urban sementara Daerah Terpencil, Perbatasan dan
Kepulauan DTPK mengalami kekurangan tenaga Dewi S.L, 2013. Pada saat ini ketersediaan tenaga pelayanan radiologi masih belum merata
di fasilitas pelayanan kesehatan sekunder khususnya rumah sakit kelas C dan D terutama di daerah perbatasan, terpencil dan kepulauan DTPK.
Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit SIRS online Kementerian Kesehatan R.I pada tanggal 1 Januari 2014, terdapat 2.228
rumah sakit baik pemerintah maupun swasta di Indonesia dan hanya tersedia
2
1.911 rumah sakit yang telah memiliki Dokter Spesialis Radiologi. Dari angka tersebut, sebesar 69,5 Dokter Spesialis Radiologi berada di Pulau Jawa dan
jumlah terendah berada di Provinsi Sumatra Barat, Kepulauan Riau dan Bengkulu.
Tabel 1.1 Proyeksi tenaga dokter spesialis radiologi RSU di seluruh propinsi Republik Indonesia tahun 2014
No Propinsi
Jumlah RSU
Kondisi Standart
Minimal Rata2
Kelebihan Kekurangan
1 Aceh
58 39
38 1
2 Sumatera Utara
148 93
98 -5
3 Sumatera Barat
38 15
26 -11
4 Riau
49 35
34 1
5 Jambi
27 25
16 9
6 Sumatera Selatan
43 36
29 7
7 Bengkulu
18 6
-6 8
Lampung 40
32 24
8 9
Kepulauan Bangka Belitung
13 7
5 2
10 Kepulauan Riau
22 11
20 -9
11 DKI Jakarta
91 251
103 148
12 Jawa Barat
208 294
167 127
13 Jawa Tengah
207 269
135 134
14 Yogyakarta
49 93
26 67
15 Jawa Timur
237 276
149 127
16 Banten
56 94
48 46
17 Bali
45 49
32 17
18 Nusa Tenggara Barat
23 16
12 4
19 Nusa Tenggara Timur
38 11
13 -2
20 Kalimantan Barat
34 19
19 21
Kalimantan Tengah 18
8 10
-2 22
Kalimantan Selatan 26
24 21
3 23
Kalimantan Timur 39
32 30
2 24
Sulawesi Utara 38
23 20
3 25
Sulawesi Tengah 20
17 13
4 26
Sulawesi Selatan 57
89 59
30 27
Sulawesi Tenggara 20
9 9
28 Gorontalo
11 8
7 1
3
Tabel 1.1 Proyeksi tenaga dokter spesialis radiologi RSU di seluruh propinsi Republik Indonesia tahun 2014 sambungan
No Propinsi Jumlah
RSU Kondisi Standart
Minimal Rata2
Kelebihan Kekurangan
29 Sulawesi Barat
9 3
2 1
30 Maluku
26 9
7 2
31 Maluku Utara
18 6
5 1
32 Papua Barat
17 5
4 1
33 Papua
34 10
11 -1
Jumlah 1843
1958 1201
757
Sumber : data Sistem Informasi Rumah Sakit SIRS online Kementerian Kesehatan R.I pada tanggal 1 Januari 2014
Berkaitan dengan ketidakmerataan tenaga kesehatan dan oleh karena kemajuan teknologi informasi saat ini telah berkembang sangat pesat, maka
pemanfaatan perangkat elektronik bidang kesehatan memberikan alternatif dalam meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia. Salah
satu alternatif pelayanan masyarakat yang perlu dikembangkan pada era globalisasi saat ini adalah dengan mengembangkan teknologi telemedicine.
Bentuk telemedicine yang dapat dikembangkan yaitu teleradiologi, telekardiologi, telepatologianatomi, telesurgery dan lain sebagainya. Sejak
tahun 2011, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia secara bertahap telah menyusun langkah-langkah pengembangan telemedicine di Indonesia. Pada
tahun 2012, pengembangan telemedicine diaktualisasikan dalam Pilot Project Telemedicine. Sebagai langkah awal pengembangan, Pilot Project
Telemedicine Tahun 2012 dimulai dalam bidang teleradiologi dan telekardiologi. Tidak berhenti di tahun 2012, pengembangan telemedicine
kemudian berlanjut ke tahun 2013 dan 2014. Pengembangan telemedicine merupakan langkah terobosan Kementerian Kesehatan RI mengatasi hambatan
4
akses pelayanan kesehatan dan diharapkan menjadi salah satu solusi peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia.
Standar akreditasi Komite Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 Asesmen Pasien 6.4, menetapkan jangka waktu pelaporan hasil pemeriksaan radiologi
dan diagnostik imaging untuk pemeriksaan cito kritis, akhir minggu dan diluar jam kerja di rumah sakit. Sesuai standar pelayanan minimal, khusus
pemeriksaan cito kritis harus sudah dilakukan ekspertise oleh dokter spesialis radiologi dalam jangka waktu maksimal 1 jam.
Teleradiologi dapat memberikan manfaat dalam peningkatan ketepatan dan kecepatan rujukan diagnosis medis serta konsultasi citra radiografi antar
fasilitas pelayanan kesehatan jarak jauh, selain itu juga memenuhi pelayanan rujukan ekspertis gambar radiografi yang berkualitas terutama bagi fasilitas
kesehatan yang belum memiliki Dokter Spesialis Radiologi. Pelayanan teleradiologi dibutuhkan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan
radiologi di fasilitas pelayanan kesehatan yang merupakan salah satu pelayanan penunjang medik yang sangat menentukan dalam menegakkan diagnosis dan
terapi sesuai dengan standar mutu dan keamanan pasien. Sasaran pelayanan teleradiologi Kementerian Kesehatan adalah fasilitas
pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun swasta yang membutuhkan pelayanan teleradiologi, yaitu:
1. Belum memiliki Dokter Spesialis Radiologi terutama DTPK. 2. Pelayanan kesehatan yang menerima
pelaksanaan penugasan dokter spesialis jenjang I dan pendayagunaan pasca pendidikan dokter spesialis.
5
3. Dilaksanakan dalam rangka second opinion antar dokter ahli di fasilitas kesehatan rujukan tersier.
RSUP dr Soeradji Tirtonegoro mulai berdiri sejak tahun 1927 dan sesuai Rencana Strategis Bisnis tahun 2015 - 2019 mencanangkan menjadi rumah
sakit umum kelas A pada tahun 2019. Pengembangan rumah sakit umum kelas A diharapkan sebagai salah satu upaya mempersiapkan diri terhadap perubahan
lingkungan akibat globalisasi, berlakunya aturan BPJS Kesehatan sejak tahun 2014 dan harapan dijadikannya RSUP dr Soeradji Tirtonegoro sebagai RS
rujukan regional di Jawa Tengah. Sejalan dengan itu RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro sebagai salah satu rumah sakit vertikal di jajaran Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, mencoba mensukseskan program Kementrian Kesehatan dengan menjadi rumah sakit pemberi pelayanan teleradiologi
sebagai salah satu layanan unggulan pada tahun 2017. Dengan sumber daya yang ada yaitu 4 orang dokter spesialis radiologi, RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro berharap mampu mengembangkan pelayanan teleradiologi.
Gambar 1. Sistem Teleradiologi
Sumber : HIS, RIS, PACS dan teleradiologi‟, Portal Radiografi, 5 Agustus 2015.
6
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya penyesuaian kelengkapan sarana prasarana, dimana salah satunya adalah pengadaan Picture Archiving
and Communication System PACS karena tanpa ada PACS yang baik kehandalan teleradiologi tidak akan dapat tercapai Hariri, 2015.
Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1014
tahun 2008 tentang standar pelayanan radiologi diagnostik di sarana pelayanan kesehatan disebutkan bahwa salah satu peralatan radiologi yang harus ada di
rumah sakit klas A adalah Picture Archiving Communication System PACS. Tabel 1.2 Standar peralatan radiologi rumah sakit klas A atau setara
No Peralatan Kelengkapan
Jumlah 13. Picture
Archiving Communication
System PACS Server,
data storage,
viewer, printer,
peralatan radiologi, LAN, internet, upgraded dihubungkan
dengan RIS
Radiology Integrated System dan teleradiologi
1 unit
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1014 tahun 2008 tentang standar pelayanan radiologi diagnostik di sarana pelayanan kesehatan.
Sistem teleradiologi merupakan element PACS Picture Achiving and Communication System yang terdiri dari akuisisi atau digitalisasi,
penyimpanan atau pengarsipan, pengaksesan, manipulasi citra, dan transmisi. Fasilitas pencitraan data ini memerlukan jaringan kecepatan tinggi yang
biasanya menggunakan media fiber optik agar cepat dalam prosesnya Sugiarto, 2008.
Menurut Kasmir dan Jakfar 2007 studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan usaha
atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak
7
usaha tersebut dijalankan. Untuk menentukan layak tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari berbagai aspek. Setiap aspek agar dapat dikatakan layak harus
memiliki suatu standar nilai tertentu. Keputusan penilaian tersebut tidak hanya dilakukan pada salah satu aspek saja, tetapi kepada seluruh aspek yang akan
dinilai nantinya. Aspek- aspek yang dinilai dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek keuangan finansial,
aspek teknis operasional, aspek manajemen, aspek ekonomi dan sosial, dan aspek dampak lingkungan Puspitasari, 2015.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Studi Kelayakan Pengadaan Alat Picture Archiving and
Communication System PACS di RSUP dr Soeradji Tirtonegoro Klaten” dari
tiga aspek yaitu aspek teknis, pasar dan keuangan. B. Perumusan masalah
Dari latar belakang tersebut di atas, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah rencana pengadaan alat Picture Archiving and Communication System PACS di Rumah Sakit Umum Pusat dr Soeradji Tirtonegoro
Klaten tersebut layak dari aspek teknis? 2. Apakah rencana pengadaan alat Picture Archiving and Communication
System PACS di Rumah Sakit Umum Pusat dr Soeradji Tirtonegoro Klaten tersebut layak dari aspek pasar?
8
3. Apakah rencana pengadaan alat Picture Archiving and Communication System PACS di Rumah Sakit Umum Pusat dr Soeradji Tirtonegoro
Klaten tersebut layak dari aspek keuangan?. C. Tujuan penelitian
1. Menganalisis layak tidaknya dari aspek teknis terhadap rencana pengadaan alat Picture Archiving and Communication System PACS di Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. 2. Menganalisis layak tidaknya dari aspek pasar terhadap rencana pengadaan
alat Picture Archiving and Communication System PACS di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
3. Menganalisis layak tidaknya dari aspek keuangan terhadap rencana pengadaan alat Picture Archiving and Communication System PACS di
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. D. Manfaat penelitian
1. Bagi Akademik. Sebagai sumbangan pemikiran dan informasi serta referensi kepustakaan
tentang studi kelayakan suatu investasi. 2. Bagi Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro.
Sebagai bahan atau masukan untuk membuat keputusan investasi dalam pengadaan alat Picture Archiving and Communication System PACS yang
akan menjadi salah satu layanan unggulan.
9
3. Bagi Pelanggan. Sebagai sarana untuk mendapatkan pelayanan radiologi yang bermutu, tepat
dan akurat. 4. Bagi rumah sakit yang diampu
Dapat memenuhi persyaratan standar minimal pelayanan radiologi, khususnya yang terkait kecepatan pembacaan expertise, kualitas citra
gambar dan tercapainya tujuan mendapatkan second opinion.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA