GAMBARAN DIET PADA PENDERITA GAGAL JANTUNG DI POLI JANTUNG RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Gambaran Diet Pada Penderita Gagal Jantung Di Poli Jantung Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

(1)

GAMBARAN DIET PADA PENDERITA GAGAL JANTUNG DI POLI

JANTUNG RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Program Study Strata I Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh: TRI WAHYNI

J 210.151.013

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

1

GAMBARAN DIET PADA PENDERITA GAGAL JANTUNG DI POLI JANTUNG RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Abstrak

Latar Belakang. Penyebab umum gagal jantung kongestif adalah rusaknya atau berkurangnya massa otot jantung karena iskemi akut atau kronik, peningkatan resistensi vaskuler karena hipertensi, atau karena takiaritmia. Faktor resiko yang menjadi pemicu tingginya angka penderita kardiovaskuler adalah diet yang tidak sehat, kurangnya aktivitas, merokok, dan minum-minuman yang beralkohol untuk jangka waktu yang lama. Salah satu diet yang dianjurkan pasien gagal jantung adalah diet rendah natrium. Pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur dan mengurangi edema seperti pada hipertensi atau gagal jantung. Dalam menentukan aturan, sumber natrium harus spesifik dan jumlahnya perlu diukur dalam miligram. Kesalahan yang sering terjadi di masyarakat disebabkan akibat salah penerjemahan dari garam ke natrium. Harus diingat bahwa garam itu tidak 100% natrium. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan mengenai pola makan atau diet sehari-hari meliputi jenis makanan, ukuran dalam rumah tangga dan berat (gram) pada penderita gagal jantung. Metode. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah semua pasien penderita gagal jantung di poli RS. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada bulan Januari sampai Mei tahun 2016 yang berjumlah 238 penderita. Sampel penelitian sebanyak 110 pasien yang diperoleh dengan teknik

purposive sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data menggunakan formulir food recall 24 jam, serta analisis data menggunakan uji deskriptif. Simpulan. Simpulan penelitian adalah pola makan atau diet sehari-hari penderita gagal jantung kongestif di Poli Jantung RS. Soeradji Tirtonegoro Klaten sebagian besar tidak patuh yaitu dengan jenis makanan pokok adalah nasi, sebagian besar mengkonsumsi buah-buahan, sebagian besar mengkonsumsi sayuran, dan sebagian besar minum air teh.

Kata Kunci: Diet, Penderita gagal jantung.

Abstract

Background. A common cause of congestive heart failure is the damage or the reduced mass of the heart muscle due to acute or chronic ischaemia, increased vascular resistance due to hypertension, or because of tachyarrhythmias. Risk factors that trigger high rates of cardiovascular patients is an unhealthy diet, inactivity, smoking, and drinking alcoholic beverages for long periods of time. One diet that is recommended for heart failure patients is a low-sodium diet. Sodium restriction is intended to prevent, control and reduce edema such as hypertension or heart failure. In determining the rules, the specific source and the amount of sodium should be measured in milligrams. Mistakes that often occur in people was caused due to a mistranslation of salt to sodium. It must be remembered that the salt was not 100% sodium. Purpose. This study aimed to describe the diet or daily diet includes the kinds of food, household size and weight (grams) in patients with heart failure. Method. This study was a descriptive study. The study population was all patients with heart failure in poly RS. Soeradji Tirtonegoro Klaten in January to May 2016, amounting to 238 patients. The research sample of 110 patients were obtained by purposive sampling. The instrument used to collect data using a 24-hour food recall form, as well as data analysis using descriptive test. Congclusion. Congclusions research is diet or daily diet of patients with congestive heart failure in Poly Heart Hospital. Soeradji Tirtonegoro


(6)

2

Klaten is largely non-compliant with this type of staple food is rice, mostly eat fruit, mostly eating vegetables, and most of the tea drinking water.

Keywords: Diet, Patients with heart failure.

1. PENDAHULUAN

Penyakit kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian secara global. Di dunia 17,5 juta orang meninggal akibat gangguan kardiovaskular atau 31 % mewakili dari seluruh kematian secara global (WHO, 2016). Benua Asia menduduki tempat tertinggi kematian akibat penyakit kardiovaskuler dengan jumlah 712,1 jiwa, Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Filipina dengan jumlah kematian 371,0 jiwa (WHO, 2014).

Berdasarkan diagnosis dokter prevalensi penyakit gagal jantung kongestif di Indonesia yaitu 0,13 % atau sekitar 229,696 orang. Jumlah penderita penyakit gagal jantung kongestif terbanyak terdapat diprovinsi Jawa Timur sebanyak 54,826 orang (0,19 %) sedangkan Provinsi Jawa Tengah berada diurutan ketiga untuk penderita gagal jantung kongestif dengan jumlah sebanyak 43,361 orang (0,18%) (Riskesdes, 2013). Dan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro klaten pada bulan Januari-mei 2016 penderita kardiovaskuler sebanyak 5313 kasus (Arsip rekam medis, 2016), jumlah kejadian penderita gagal jantung di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dari bulan Januari-mei sebanyak 239 kasus.

Penyebab umum gagal jantung kongestif adalah rusaknya atau massa otot jantung yang berkurang karena iskemi akut atau kronik, peningkatan resistensi vaskuler karena hipertensi, atau karena takiaritmia (misalnya fi brilasi atrial). Dewasa ini studi epidemiologi menunjukkan bahwa sekitar setengah pasien gagal jantung kongestif memiliki fraksi ejeksi (ejection fraction, EF) ventrikel kiri yang baik (EF 40-50%), sehingga tidak lagi dipikirkan bahwa gagal jantung kongestif secara primer terjadi akibat penurunan fraksi ejeksi ventikel kiri (Ervinaria, 2014).

Faktor resiko yang menjadi pemicu tingginya angka penderita kardiovaskuler adalah diet yang tidak sehat, kurangnya aktivitas, merokok, dan minum-minuman yang beralkohol untuk jangka waktu yang lama. Pentingnya pola makan yang baik bagi pasien gagal jantung kongestif sebagaimana dilakukan dalam penelitian Marcia (2016) yang meneliti upaya meningkatkan kualitas hidup pada pasien gagal jantung kongestif. Penelitian ini menunjukkan bahwa langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien gagal jantung meliputi, monitoring perilaku di rumah baik pola makan dan aktivitas fisik, peningkatan self care pasen, dan pemeriksaan kesehatan dengan rutin.


(7)

3

Pada saat dilakukan studi pendahuluan yaitu observasi dan wawancara peneliti di poli jantung RS. Soeradji Tirtonegoro Klaten, dimana 7 orang yang dilakukan observasi dan wawancara mengatakan bahwa mereka mengkonsumsi makanan sehari-hari meliputi nasi, lauk pauk berupa tempe, tahu dan telor, mereka juga mengkonsumsi sayuran misalnya sayur asam, sayur sop, dan 3 diantaranya mengkonsumsi sayur dengan santan dan daging ayam. Tujuh orang pasien mengemukakan mereka mengkonsumsi buah-buahan berupa pisang dan pepaya, sedangkan minuman yang sering mereka konsumsi adalah air teh manis.

Pola makan yang baik pada pasien penyakit jantung merupakan hal yang sangat penting. Namun dalam kenyataannya pola makan pada pasien gagal jantung kongestif belum dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Kendala utama penanganan diet penderita kardiovaskuler adalah kejenuhan atau ketidakpatuhan dalam menjalankan diet. Kepatuhan diet dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, pendidikan, sosial ekonomi, dan dukungan keluarga (Pradono, 2005).

2. METODE

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian dilakukan untuk menggambarkan suatu fenomena tertentu. Penelitian ini bertujuan menggambarkan pola diet harian pada penderita gagal jantung di RS. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Populasi dalam penelitian adalah semua pasien penderita gagal jantung di poli RS. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada bulan Januari sampai Mei tahun 2016 yang berjumlah 238 penderita.

Sampel ini yang diteliti adalah semua penderita gagal jantung di RS. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan jumlah 110 responden. Penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan memberikan mengambil sampel sesuai dengan keinginan atau kepentingan peneliti sesuai dengan kriteria.

Penelitian ini menggunakan alat ukur Formulir recall food 24 jam. Analisa statistik pada penelitian ini menggunakan uji Deskriptif.

3. HASILDANPEMBAHASAN


(8)

4

Gambar 1. Diagram Pie Karakteristik Jenis Kelamin

Gambar 2. Diagram Pie Karakteristik Umur Responden

Gambar 3. Diagram Pie Karakteristik Pekerjaan Responden Distribusi Jenis Kelamin

52%

48% Laki-laki

Perempuan

Distribusi Umur

9%

91%

30-40 tahun 41-50 tahun

Distribusi Pekerjaan

8%

11%

31% 26%

25%

Tidak bekerja PNS/TNI/Polri Swasta IRT Wiraswasta

Distribusi Pendidikan

9%

39% 36%

15%

SD SMP SMA PT


(9)

5

Distribusi Frekuensi Diet Pasien Gagal Jantung

56% 44%

Tidak patuh Patuh

Gambar 4. Diagram Pie Karakteristik Pendidikan Responden

Gambar 5. Karakteristik Lama Diagnosa Gagal Jantung 3.2 Diet Pasien Gagal Jantung Klasifikasi I dan II

Gambar 1. Diagram Pie Distribusi Frekuensi Diet Pasien Gagal Jantung Distribusi Lama Diagnosa Gagal Jantung

64% 29%

7%

Satu tahun Dua tahun Tiga tahun


(10)

6

Distribusi Konsumsi Lauk Tempe/Tahu perhari

55%

21% 25%

Tem pe 50 gram (2 potong s edang) Tem pe > 50 gram (> 2 potong) Tahu 50 gram (2 potong s edang) Gambar 2. Diagram Pie Gram Konsumsi Nasi 3.3 Gambaran pola konsumsi Makanan Pokok

Gambar 1. Diagram Pie Konsumsi Lauk Pauk

Gambar 2. Diagram Pie Konsumsi Telur

Distribusi Gram Konsumsi Nasi perhari

45% 18% 12% 25% 50 gram 100 gram 125 gram 150 gram

Distribusi Ukuran Lauk Telur perhari

72% 28%

Telor 50 gram (1 butir)

Telor > 50 g ram (> 1 butir)


(11)

7

Distribusi Konsumsi Buah perhari perhari

20%

4%

40%

26% Tidak

Pepaya 300 gram (3 potong)

Pepaya > 300 gram Pisang 300 gram (3 buah)

Gambar 3. Diagram Pie Pola Konsumsi Buah

Gambar 4. Diagram Pie Gambaran Pola Konsumsi Sayur

Gambar 5. Diagram Pie Pola Konsumsi Air Minum

Distribusi Konsumsi Sayur perhari

26%

14% 5%

41% 15%

Sayur asem (200 gram) per hari Sayur Sup (200 gram) perhari Sayur oseng (200 gram) perhari Sayur lodeh (berkuah) (200 gram) perhari

Sayur dengan daging (200 gram) perhari


(12)

8 3.4 PEMBAHASAN

3.5 Karakteristik Responden

Hasil analisis data tentang karakteristik responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah laki-laki dengan jumlah 57 orang dengan persentase (52%). Dan responden perempuan berjumlah 53 orang dengan persentase (48%). Persentase penderita gagal jantung laki-laki yang lebih tinggi dibanding dengan perempuan dalam penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa laki-laki memiliki resiko gagal jantung 2x lebih besar daripada perempuan pada usia 55-64 tahun (Pugsley, 2006). Sebelum menopause, peluang perempuan untuk terkena gagal jantung lebih kecil daripada laki-laki karena pembuluh darah perempuan dilindungi oleh hormon estrogen.

Karakteristik umur responden menunjukkan sebagian besar berusia 41 -50 tahun dengan jumlah 100 orang persentase (91%). Distribusi penyakit Congestive Heart Failure atau gagal jantung kongestif diketahui meningkat pada usia 40 tahun ke atas. Hasil analisis ini sesuai dengan hasil penelitian Widagdo (2014) yang menunjukkan bahwa kelompok usia responden yang paling banyak menderita CHF di RS Wahidin Sudirohusodo dan RS Stella Maris Makassar dari 40 responden adalah pada kelompok usia dewasa yaitu 41-50 tahun sebesar 37,5%. Pendapat serupa dikemukakan oleh Loderlil et.al (2016) yang dalam penelitiannya menunjukkan bahwa prevalensi kejadian gagal jantung meningkat pada usia 60 tahun keatas.

Karakteristik pekerjaan tidak bekerja ada 9 orang (8%), PNS/TNI/POLRI ada 12 orang (11%), wiraswasta 27 orang (25%), ibu rumah tangga 28 responden (26%), dan swasta sebanyak 34 responden (31%). Karakteristik pekerjaan responden menunjukkan distribusi tertinggi adalah sebagai dibidang swasta (31%). Pekerjaan adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Jumlah frekuensi dengan lama diagnosa satu tahun ada 70 orang (64%), dua tahun 32 orang (29%) dan tiga tahun berjumlah 8 orang (7%). Lama sakit yang dialami seseorang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan dan pengalaman orang tersebut dalam penatalaksanaan penyakit yang dideritanya. Perilaku yang dilakukan sebelumnya jika berdampak pada peningkatan kualitas hidup atau berkurangnya sakit akan menjadi sumber informasi yang positif dan menguatkan keyakinan orang tersebut terhadap penatalaksanaan penyakit yang dideritanya. Semakin lama orang menderita penyakit, maka dari segi pengetahuan dan kepatuhan terhadap penatalaksanaan penyakit semakin baik.


(13)

9 3.6 Diet gagal jantung I dan II

Hasil analisis data penelitian menunjukkan sebagian besar responden tidak patuh dalam melaksanakan diet pasien gagal jantung yaitu sebanyak 62 responden (56%) dan sisanya patuh melaksanakan diet pasien gagal jantung yaitu sebanyak 48 responden (44%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rinawati (2013) yang meneliti tingkat kepatuhan pasien gagal jantung dalam manajemen perawatan diri. Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 43 responden yang diteliti sebagian besar yaitu 31 responden (72%) tidak patuh menjalankan diet.

Beberapa faktor yang berhubungan dengan besarnya ketidak patuhan responden dalam melaksanakan diet pasien gagal jantung antara lain adalah faktor pendidikan, pekerjaan dan lama diagnosa. Faktor selanjutnya yang berhubungan dengan rendahnya kepatuhan diet pada pasien gagal jantung dalam penelitian ini adalah faktor pekerjaan. Pekerjaan seseorang berhubungan dengan kemampuan orang tersebut dalam memperoleh pendapatan bagi keluarga serta kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Pekerjaan seseorang juga berhubungan dengan intensitas interaksi seseorang dengan dunia luar dimana dalam hubungan tersebut kemungkinan memperoleh informasi pada orang yang bekerja lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak bekerja (Khomsan, 2009).

3.7 Gambaran pola konsumsi menurut jenis makanan pokok

Gambaran pola konsumsi menurut jenis makanan pokok nasi yaitu yang nasi dengan jumlah terbanyak adalah 50 gram (45%), selanjutnya 125 gram (25%), 150 gram (18%), dan 100 gram (12%). Pola konsumsi nasi menurut diet pasien gagal jantung tipe I dan II dari Almaetser (2008) adalah 125 – 150 gram perhari. Pentingnya pengaturan konsumsi bahan makanan yang mengandung karbohidrat sebagaimana ditunjukkan dalam penelitian Hu et.al (2016) yang meneliti kepatuhan konsumsi low karbohidrat terhadap penurunan berat badan dan resiko kardiovaskuler. Penelitian ini menunjukkan bahwa kepatuhan melaksanakan diet karbohidrat baik dari segi jumlah maupun jenis makanan yang mengandung karbohidrat berhubungan dengan penurunan berat badan dan meningkatkan komposit tubuh sehingga menurunkan resiko kardiovaskuler.

Gambaran pola konsumsi lauk pauk berupa tempe dan tahu menunjukkan distribusi tertinggi adalah tempe 50 gram (2 potong sedang) sebanyak 60 responden (55%), tahu 50 gram (2 potong sedang) sebanyak 27 responden (25%) dan tempe lebih dari 50 gram sebanyak 23 responden (21%), sedangkan pola konsumsi telur menunjukkan sebagian besar mengkonsumsi telur 1 butir (50 gram) sebanyak 79 responden (72%) dan sisanya lebih dari 1 butir (> 50 gram) sebanyak 31 responden


(14)

10

(28%). Hasil analisis menunjukkan jenis protein yang paling banyak dikonsumsi adalah tempe. Jenis protein yang dikonsumsi oleh responden merupakan jenis protein yang baik bagi pasien gagal jantung. Selain sayuran dan buah-buahan merupakan sumber nutrisi tubuh yang sangat penting.

Pola konsumsi buah-buahan menunjukkan sebagian besar mengkonsumsi buah papaya 300 gram (3 potong) sebanyak 40%, tidak mengkonsumsi buah sebanyak 26%, pisang 300 gram (3 buah) sebanyak 20%, dan papaya kombinasi pisang dengan berat 300 gram sebanyak 10%. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi buah-buahan, dimana buah yang paling banyak dikonsumsi adalah pisang dan pepaya. Hal ini disebabkan karena buah-buahan yang pada umumnya paling mudah diperoleh oleh masyarakat adalah pisang dan pepaya, kemudian pada saat pasien dirawat di rumah sakit, buah-buahan yang biasanya disediakan hanya pisang dan papaya, sehingga konsumsi jenis buah menjadi tidak bervariasi.

Pola konsumsi sayur menunjukkan sebagian besar mengkonsumsi sayur sup (41%), sayur asem (26%), sayur oseng (15%), sayur lodeh (14%), dan sayur dengan daging (5%), Jumlah atau berat sayur yang dikonsumsi oleh responden dalam penelitian ini berkisar 200 gram atau sekitar 2 gelas. Konsumsi sayur dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah mengkonsumsi sayuran dengan proporsi sayur yang baik misalnya mengandung wortel dan tomat.

Pola konsumsi minuman responden menunjukkan sebagian besar adalah air teh manis (33%), selanjutnya jus buah dan air tawar (30%) dan air teh tawar (7%). Konsumsi minuman responden sebagian besar adalah teh manis, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki resiko melanggar konsumsi gula yang disyaratkan pada diet gagal jantung. Standar diet pasien gagal jantung menunjukkan bahwa konsumsi gula pasir yang dianjurkan perhari adalah maksimal 2,5 sendok teh. Jika diasumsikan pasien makan tiga kali sehari dan mengkonsumsi minuman teh manis selama tiga kali, sedangkan sekali pembuatan teh manis membutuhkan gula pasir 1,5 sendok, maka jumlah gula pasir yang digunakan akan melebihi takaran yang disyaratkan. Tingginya penggunaan gula pasir pada masyarakat khususnya masyarakat Jawa disebabkan adanya kebiasaan pada masyarakat untuk biasa mengkonsumsi minuman teh manis. Hal ini sebagaimana ditunjukkan dalam penelitian Suharsono (2011) yang mengungkapkan bahwa salah satu kendala penatalaksanaan perawatan pasien gagal jantung adalah kebiasaan mengkonsumsi teh manis pada masyarakat yang menyebabkan mereka melebihi takaran batas jumlah gula pasir yang disyaratkan.


(15)

11 4. PENUTUP

4.1 Simpulan

1. Karakteristik penderita gagal jantung kongestif di Poli Jantung RS. Soeradji Tirtonegoro Klaten sebagian besar adalah laki-laki, berusia 40 – 50 tahun, berpendidikan SMP, sebagai wiraswasta, dan lama diagnosa gagal jantung satu tahun.

2. Pola makan atau diet sehari-hari penderita gagal jantung kongestif di Poli Jantung RS. Soeradji Tirtonegoro Klaten sebagian besar tidak patuh yaitu dengan jenis makanan pokok adalah nasi, sebagian besar mengkonsumsi buah-buahan, sebagian besar mengkonsumsi sayuran, dan sebagian besar minum air teh.

4.2Saran

1. Bagi Pasien Gagal Jantung

Pasien gagal jantung hendaknya meningkatkan kepatuhannya dalam melaksanakan diet makanan sehingga dengan diet tersebut tingkat kekambuhan dan kualitas hidup pasien gagal jantung dapat meningkat.

Dukungan keluarga terhadap pasien gagal jantung mengenai diet makanan yang baik. Berolahraga yang rutin dan aman bagi pasien gagal jantung.

2. Bagi Perawat

Perawat hendaknya meningkatkan perannya di masyarakat dengan melakukan upaya-upaya peningkatan pengetahuan masyarakat yaitu dengan melakukan kegiatan-kegiatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan menambahkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pada pasien gagal jantung, sehingga diketahui faktor apakah yang berhubungan dengan kepatuhan diet pasien gagal jantung.

Daftar Pustaka

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Ervinaria U. I. (2014). Gagal Jantung pada Geriatri. http://fmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/Roni-Kurniawan-06_212Gagal-Jantung-pada-Geriatri-1.pdf. CDK-212/ vol. 41 no. 1, th. 2014

.


(16)

12

Hamzah R (2016). Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan Kualitas Hidup pada Penderita Gagal Jantung di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Naskah Publikasi. Yogyakarta: Program

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ’Aisyiyah.

Hu T, L. Yao, K. Reynolds, T. Niu, S. Li1, P. K. Whelton, J. He1, L. M. Steffen and L. A. Bazzano. Adherence to low-carbohydrate and low-fat diets in relation to weight loss and cardiovascular risk factors. Original Article Obesity Science & Practice. Tulane University Health Sciences Center, New Orleans, LA, USA.

Loderlil M, Patricia S2, and Pascal D. Importance of nutrition in chronic heart failure patients. Journal of Nursing. European Heart Journal (2005) 26, 2215–2217. Laboratoire Nutrition, Vieillissement et Maladies Cardiovasculaires (NVMCV), Universite´ Joseph Fourier de Grenoble, Grenoble, France and Department of Cardiology, University Hospital, Grenoble, France.

Marcia CC. 2016. Telehealth: Improving Quality of Life in Veterans with Congestive Heart Failure.

Journal of Nursing. Walden University.

Pradono. 2005. Terapi Diet dan Nutrisi.. Jakarata : Hipokrates.

Pugsley, M.K. (2005). Cardiac Drug Development Guide. Springer: New Jersey.

Rinawati (2013). Tingkat Kepatuhan Pasien Gagal Jantung dalam Manajemen Perawatan Diri. Jurnal Ilmiah. Depok: Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Soeharto, I. (2006). Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Suharsono, T. (2011). Dampak home based exercise training terhadap kapasitas fungsional dan kualitas hidup pasien gagal jantung di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Universitas Indonesia, Depok WHO. 2016. Prevention of Cardiovascular Disease. WHO Epidemiologi Sub Region AFRD and


(1)

7

Distribusi Konsumsi Buah perhari perhari

20%

4%

40%

26% Tidak

Pepaya 300 gram (3 potong)

Pepaya > 300 gram Pisang 300 gram (3 buah)

Gambar 3. Diagram Pie Pola Konsumsi Buah

Gambar 4. Diagram Pie Gambaran Pola Konsumsi Sayur

Gambar 5. Diagram Pie Pola Konsumsi Air Minum

Distribusi Konsumsi Sayur perhari

26%

14% 5%

41% 15%

Sayur asem (200 gram) per hari Sayur Sup (200 gram) perhari Sayur oseng (200 gram) perhari Sayur lodeh (berkuah) (200 gram) perhari

Sayur dengan daging (200 gram) perhari


(2)

8 3.4 PEMBAHASAN

3.5 Karakteristik Responden

Hasil analisis data tentang karakteristik responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah laki-laki dengan jumlah 57 orang dengan persentase (52%). Dan responden perempuan berjumlah 53 orang dengan persentase (48%). Persentase penderita gagal jantung laki-laki yang lebih tinggi dibanding dengan perempuan dalam penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa laki-laki memiliki resiko gagal jantung 2x lebih besar daripada perempuan pada usia 55-64 tahun (Pugsley, 2006). Sebelum menopause, peluang perempuan untuk terkena gagal jantung lebih kecil daripada laki-laki karena pembuluh darah perempuan dilindungi oleh hormon estrogen.

Karakteristik umur responden menunjukkan sebagian besar berusia 41 -50 tahun dengan jumlah 100 orang persentase (91%). Distribusi penyakit Congestive Heart Failure atau gagal jantung kongestif diketahui meningkat pada usia 40 tahun ke atas. Hasil analisis ini sesuai dengan hasil penelitian Widagdo (2014) yang menunjukkan bahwa kelompok usia responden yang paling banyak menderita CHF di RS Wahidin Sudirohusodo dan RS Stella Maris Makassar dari 40 responden adalah pada kelompok usia dewasa yaitu 41-50 tahun sebesar 37,5%. Pendapat serupa dikemukakan oleh Loderlil et.al (2016) yang dalam penelitiannya menunjukkan bahwa prevalensi kejadian gagal jantung meningkat pada usia 60 tahun keatas.

Karakteristik pekerjaan tidak bekerja ada 9 orang (8%), PNS/TNI/POLRI ada 12 orang (11%), wiraswasta 27 orang (25%), ibu rumah tangga 28 responden (26%), dan swasta sebanyak 34 responden (31%). Karakteristik pekerjaan responden menunjukkan distribusi tertinggi adalah sebagai dibidang swasta (31%). Pekerjaan adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Jumlah frekuensi dengan lama diagnosa satu tahun ada 70 orang (64%), dua tahun 32 orang (29%) dan tiga tahun berjumlah 8 orang (7%). Lama sakit yang dialami seseorang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan dan pengalaman orang tersebut dalam penatalaksanaan penyakit yang dideritanya. Perilaku yang dilakukan sebelumnya jika berdampak pada peningkatan kualitas hidup atau berkurangnya sakit akan menjadi sumber informasi yang positif dan menguatkan keyakinan orang tersebut terhadap penatalaksanaan penyakit yang dideritanya. Semakin lama orang menderita penyakit, maka dari segi pengetahuan dan kepatuhan terhadap penatalaksanaan penyakit semakin baik.


(3)

9 3.6 Diet gagal jantung I dan II

Hasil analisis data penelitian menunjukkan sebagian besar responden tidak patuh dalam melaksanakan diet pasien gagal jantung yaitu sebanyak 62 responden (56%) dan sisanya patuh melaksanakan diet pasien gagal jantung yaitu sebanyak 48 responden (44%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rinawati (2013) yang meneliti tingkat kepatuhan pasien gagal jantung dalam manajemen perawatan diri. Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 43 responden yang diteliti sebagian besar yaitu 31 responden (72%) tidak patuh menjalankan diet.

Beberapa faktor yang berhubungan dengan besarnya ketidak patuhan responden dalam melaksanakan diet pasien gagal jantung antara lain adalah faktor pendidikan, pekerjaan dan lama diagnosa. Faktor selanjutnya yang berhubungan dengan rendahnya kepatuhan diet pada pasien gagal jantung dalam penelitian ini adalah faktor pekerjaan. Pekerjaan seseorang berhubungan dengan kemampuan orang tersebut dalam memperoleh pendapatan bagi keluarga serta kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Pekerjaan seseorang juga berhubungan dengan intensitas interaksi seseorang dengan dunia luar dimana dalam hubungan tersebut kemungkinan memperoleh informasi pada orang yang bekerja lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak bekerja (Khomsan, 2009).

3.7 Gambaran pola konsumsi menurut jenis makanan pokok

Gambaran pola konsumsi menurut jenis makanan pokok nasi yaitu yang nasi dengan jumlah terbanyak adalah 50 gram (45%), selanjutnya 125 gram (25%), 150 gram (18%), dan 100 gram (12%). Pola konsumsi nasi menurut diet pasien gagal jantung tipe I dan II dari Almaetser (2008) adalah 125 – 150 gram perhari. Pentingnya pengaturan konsumsi bahan makanan yang mengandung karbohidrat sebagaimana ditunjukkan dalam penelitian Hu et.al (2016) yang meneliti kepatuhan konsumsi low karbohidrat terhadap penurunan berat badan dan resiko kardiovaskuler. Penelitian ini menunjukkan bahwa kepatuhan melaksanakan diet karbohidrat baik dari segi jumlah maupun jenis makanan yang mengandung karbohidrat berhubungan dengan penurunan berat badan dan meningkatkan komposit tubuh sehingga menurunkan resiko kardiovaskuler.

Gambaran pola konsumsi lauk pauk berupa tempe dan tahu menunjukkan distribusi tertinggi adalah tempe 50 gram (2 potong sedang) sebanyak 60 responden (55%), tahu 50 gram (2 potong sedang) sebanyak 27 responden (25%) dan tempe lebih dari 50 gram sebanyak 23 responden (21%), sedangkan pola konsumsi telur menunjukkan sebagian besar mengkonsumsi telur 1 butir (50 gram) sebanyak 79 responden (72%) dan sisanya lebih dari 1 butir (> 50 gram) sebanyak 31 responden


(4)

10

(28%). Hasil analisis menunjukkan jenis protein yang paling banyak dikonsumsi adalah tempe. Jenis protein yang dikonsumsi oleh responden merupakan jenis protein yang baik bagi pasien gagal jantung. Selain sayuran dan buah-buahan merupakan sumber nutrisi tubuh yang sangat penting.

Pola konsumsi buah-buahan menunjukkan sebagian besar mengkonsumsi buah papaya 300 gram (3 potong) sebanyak 40%, tidak mengkonsumsi buah sebanyak 26%, pisang 300 gram (3 buah) sebanyak 20%, dan papaya kombinasi pisang dengan berat 300 gram sebanyak 10%. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi buah-buahan, dimana buah yang paling banyak dikonsumsi adalah pisang dan pepaya. Hal ini disebabkan karena buah-buahan yang pada umumnya paling mudah diperoleh oleh masyarakat adalah pisang dan pepaya, kemudian pada saat pasien dirawat di rumah sakit, buah-buahan yang biasanya disediakan hanya pisang dan papaya, sehingga konsumsi jenis buah menjadi tidak bervariasi.

Pola konsumsi sayur menunjukkan sebagian besar mengkonsumsi sayur sup (41%), sayur asem (26%), sayur oseng (15%), sayur lodeh (14%), dan sayur dengan daging (5%), Jumlah atau berat sayur yang dikonsumsi oleh responden dalam penelitian ini berkisar 200 gram atau sekitar 2 gelas. Konsumsi sayur dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah mengkonsumsi sayuran dengan proporsi sayur yang baik misalnya mengandung wortel dan tomat.

Pola konsumsi minuman responden menunjukkan sebagian besar adalah air teh manis (33%), selanjutnya jus buah dan air tawar (30%) dan air teh tawar (7%). Konsumsi minuman responden sebagian besar adalah teh manis, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki resiko melanggar konsumsi gula yang disyaratkan pada diet gagal jantung. Standar diet pasien gagal jantung menunjukkan bahwa konsumsi gula pasir yang dianjurkan perhari adalah maksimal 2,5 sendok teh. Jika diasumsikan pasien makan tiga kali sehari dan mengkonsumsi minuman teh manis selama tiga kali, sedangkan sekali pembuatan teh manis membutuhkan gula pasir 1,5 sendok, maka jumlah gula pasir yang digunakan akan melebihi takaran yang disyaratkan. Tingginya penggunaan gula pasir pada masyarakat khususnya masyarakat Jawa disebabkan adanya kebiasaan pada masyarakat untuk biasa mengkonsumsi minuman teh manis. Hal ini sebagaimana ditunjukkan dalam penelitian Suharsono (2011) yang mengungkapkan bahwa salah satu kendala penatalaksanaan perawatan pasien gagal jantung adalah kebiasaan mengkonsumsi teh manis pada masyarakat yang menyebabkan mereka melebihi takaran batas jumlah gula pasir yang disyaratkan.


(5)

11 4. PENUTUP

4.1 Simpulan

1. Karakteristik penderita gagal jantung kongestif di Poli Jantung RS. Soeradji Tirtonegoro Klaten sebagian besar adalah laki-laki, berusia 40 – 50 tahun, berpendidikan SMP, sebagai wiraswasta, dan lama diagnosa gagal jantung satu tahun.

2. Pola makan atau diet sehari-hari penderita gagal jantung kongestif di Poli Jantung RS. Soeradji Tirtonegoro Klaten sebagian besar tidak patuh yaitu dengan jenis makanan pokok adalah nasi, sebagian besar mengkonsumsi buah-buahan, sebagian besar mengkonsumsi sayuran, dan sebagian besar minum air teh.

4.2 Saran

1. Bagi Pasien Gagal Jantung

Pasien gagal jantung hendaknya meningkatkan kepatuhannya dalam melaksanakan diet makanan sehingga dengan diet tersebut tingkat kekambuhan dan kualitas hidup pasien gagal jantung dapat meningkat.

Dukungan keluarga terhadap pasien gagal jantung mengenai diet makanan yang baik. Berolahraga yang rutin dan aman bagi pasien gagal jantung.

2. Bagi Perawat

Perawat hendaknya meningkatkan perannya di masyarakat dengan melakukan upaya-upaya peningkatan pengetahuan masyarakat yaitu dengan melakukan kegiatan-kegiatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan menambahkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pada pasien gagal jantung, sehingga diketahui faktor apakah yang berhubungan dengan kepatuhan diet pasien gagal jantung.

Daftar Pustaka

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Ervinaria U. I. (2014). Gagal Jantung pada Geriatri. http://fmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/Roni-Kurniawan-06_212Gagal-Jantung-pada-Geriatri-1.pdf. CDK-212/ vol. 41 no. 1, th. 2014

.


(6)

12

Hamzah R (2016). Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan Kualitas Hidup pada Penderita Gagal Jantung di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Naskah Publikasi. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ’Aisyiyah.

Hu T, L. Yao, K. Reynolds, T. Niu, S. Li1, P. K. Whelton, J. He1, L. M. Steffen and L. A. Bazzano. Adherence to low-carbohydrate and low-fat diets in relation to weight loss and cardiovascular risk factors. Original Article Obesity Science & Practice. Tulane University Health Sciences Center, New Orleans, LA, USA.

Loderlil M, Patricia S2, and Pascal D. Importance of nutrition in chronic heart failure patients. Journal of Nursing. European Heart Journal (2005) 26, 2215–2217. Laboratoire Nutrition, Vieillissement et Maladies Cardiovasculaires (NVMCV), Universite´ Joseph Fourier de Grenoble, Grenoble, France and Department of Cardiology, University Hospital, Grenoble, France.

Marcia CC. 2016. Telehealth: Improving Quality of Life in Veterans with Congestive Heart Failure.

Journal of Nursing. Walden University.

Pradono. 2005. Terapi Diet dan Nutrisi.. Jakarata : Hipokrates.

Pugsley, M.K. (2005). Cardiac Drug Development Guide. Springer: New Jersey.

Rinawati (2013). Tingkat Kepatuhan Pasien Gagal Jantung dalam Manajemen Perawatan Diri. Jurnal Ilmiah. Depok: Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Soeharto, I. (2006). Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Suharsono, T. (2011). Dampak home based exercise training terhadap kapasitas fungsional dan kualitas hidup pasien gagal jantung di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Universitas Indonesia, Depok WHO. 2016. Prevention of Cardiovascular Disease. WHO Epidemiologi Sub Region AFRD and