TINJAUAN PUSTAKA STUDI KELAYAKAN PENGADAAN ALAT PICTURE ARCHIVING AND COMMUNICATION SYSTEM (PACS) DI RSUP. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka 1. Radiologi. Sesuai UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 1 ayat 1, bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Adapun Pasal 10 menyatakan bahwa salah satu bangunan yang harus ada di dalam Rumah Sakit adalah ruang radiologi. Ruang radiologi harus dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang paripurna, pendidikan dan pelatihan, serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan. Pengertian pelayanan radiologi diagnostik tercantum dalam Permenkes No. 780MENKESPERVIII2008 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Radiologi pada Pasal 1 Ayat 2, yaitu pelayanan penunjang danatau terapi yang menggunakan radiasi pengion danatau radiasi non pengion yang terdiri dari pelayanan radiodiagnostik, imaging diagnostik dan radiologi intervensional untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit. Dalam era globalisasi, pelayanan kesehatan dituntut untuk selalu terus mengembangkan, meningkatkan mutu pelayanan dan selalu mengutamakan keselamatan pasien kepada masyarakat. Dari uraian tersebut ditunjang dengan pemutakhiran sarana dan prasarana agar mutu pelayanan dapat terus 11 ditingkatkan. Kualitas pelayanan Rumah Sakit salah satunya ditunjukkan pemutakhiran sarana dan prasarana agar mutu pelayanan dapat terus ditingkatkan. Kualitas pelayanan Rumah Sakit salah satunya ditunjukkan atas pemenuhan standar akreditasi KARS versi 2012. Permenkes 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit pasal 26 ayat 4 menyatakan bahwa salah satu pelayanan medik spesialis penunjang di rumah sakit adalah pelayanan radiologi dan di pasal 21 menyatakan bahwa persyaratan RS Klas A paling sedikit harus memiliki 3 tiga dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis penunjang. 2. Telemedicine Telemedika. Menurut Asosiasi Telemedik Amerika ATA yang berdiri tahun 1993, telemedika adalah pertukaran informasi dari satu tempat ke tempat lain lewat komunikasi elektronik untuk kesehatan dan pendidikan, baik pada pasien maupun orang yang berminat pada kesehatan dengan tujuan untuk memperbaiki penanganan pasien. Teknologi telemedika ini mulai berkembang sekitar awal tahun 1990-an. Pada kasus di area pedalaman yang jauh , dimana jarak pasien dengan profesional kesehatan yang terdekat dipisahkan dengan jarak ratusan mil, telemedika dapat mengakses pelayanan kesehatan dengan waktu yang lebih singkat. Pada kasus darurat, kecepatan akses ini menentukan antara hidup dan mati. Sehubungan dengan kebutuhan ketanggapan yang cepat serta keahlian dokter spesialis, penggunaan telemedik sangat diperlukan. 12 Organisasi Kesehatan Dunia WHO mendefinisikan telemedika sebagai penghantar dari pelayanan kesehatan dimana jarak adalah sebagai factor penghalang, dimana semua professional kesehatan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk pertukaran informasi yang valid atas diagnosis, penanganan dan pencegahan dari penyakit dan kecelakaan, penelitian dan evaluasi, dan untuk keberlanjutan pendidikan provider kesehatan, dan bagi semua yang berminat kepada peningkatan kesehatan baik itu secara individu maupun bagi kelompok komunitasnya. Telemedika merupakan bagian dari Teknik Biomedika yang bersifat multidisiplin, menerapkan teknologi elektronika, komputer, telekomunikasi, serta instrumentasi untuk transfer informasi kedokteran dari satu tempat ke tempat lain dan membantu prosedur kesehatan Indartono, 2013 . Masa 2014 menyatakan Telemedika atau Telemedicine pada prinsipnya adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan jarak jauh, dengan memakai komunikasi audio, visual dan data. Termasuk perawatan, diagnosis, konsultasi dan pengobatan serta pertukaran data medis dan diskusi ilmiah jarak jauh. Ward dan Peppard 2002 dalam Fahrudin dan Samopa 2014 menyatakan bahwa peran teknologi informasi harusnya dapat memenuhi tiga sasaran utama yang akan memperbaiki organisasi. Pertama, memperbaiki efisiensi kerja dengan melakukan otomasi berbagai proses yang mengelola informasi. Kedua, meningkatkan efektivitas manajemen dengan memenuhi kebutuhan informasi sebagai sarana pengambilan 13 keputusan. Ketiga, memperbaiki daya saing atau meningkatkan keunggulan kompetitif organisasi dengan merubah gaya dan cara berbisnis. Beberapa manfaat Telemedicine antara lain yaitu efektif dan efisiensi dari sisi biaya kesehatan, pelayanan tanpa batas geografis, dapat mengurangi jumlah kunjungan dan masa hari rawat di Rumah Sakit, dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis, dan meningkatkan pemanfaatan teknologi serta dapat dimanfatkan sebagai bidang pendidikan berbasis informatika kesehatan Masa, 2014. Kementerian Kesehatan mulai menggerakkan program telemedicine sebagai solusi memberikan layanan kesehatan yang lebih baik di daerah-daerah terpencil. Saat ini, dari sekitar 2000 rumah sakit swasta dan negeri, 740 rumah sakit sudah memiliki Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit SIMRS, dan 82 rumah sakit di kabupaten kota pemerintah terhubung dengan internet Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. 3. Teleradiologi Beachley et.al 2002 dalam Asali A 2011 menyatakan bahwa radiologi semakin menjadi kebutuhan utama sebagai salah satu sarana penunjang diagnostik saat ini. Menginterprestasikan menerjemahkan foto menjadi sebuah uraian permasalahan membutuhkan kemampuan khusus seorang dokter ahli radiologi, karena itu ketersediaan dokter ahli radiologi untuk dapat memenuhi kebutuhan rumah sakit dalam memberikan layanan interprestasi radiologis menjadi penting, terutama bagi instalasi gawat darurat dalam memberikan layanan medis kegawatdaruratan bahkan pada 14 malam hari atau hari libur karena setiap detik sangat berharga bagi keselamatan jiwa pasien. Kini kondisi tersebut dapat diatasi dengan adanya teleradiologi. Menurut Budyatmoko 2011 teleradiologi didefinisikan sebagai transmisi elektronik gambar radiografi dari semua modalitas radiologi kepada spesialis radiologi secara langsung atau sesegera mungkin dari satu lokasi ke lokasi yang lain, yang dapat dikerjakan untuk tujuan interpretasi dan konsultasi serta untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pasien. Teleradiologi ini digunakan untuk mensiasati keterbatasan jumlah dokter ahli radiologi, mahalnya alat-alat radiologi, keterbatasan fasilitas, jumlah pasien yang banyak, masalah geografik, kebutuhan diagnosis yang cepat serta pelayanan yang efektif dan efisien. Di Indonesia teleradiologi telah diterapkan di sejumlah rumah sakit. Telemedicine sudah berjalan sejak tahun 2012 dalam sebuah pilot project bidang teleradiologi yang diuji cobakan di 10 fasilitas pelayanan kesehatan. Salah satu contohnya di RSUPN Cipto Mangunkusumo telah dilakukan teleradiologi menggunakan satu pengampu dengan saluran komunikasi menggunakan internet. Sistem Teleradiologi ini dilakukan melalui pengiriman image, hasil pemeriksaan di daerah yang kemudian dikirim ke server pusat di Kementrian Kesehatan, dilanjutkan ke Rumah Sakit rujukan di Jakarta untuk membaca pemeriksaan tersebut. Di tahun 2014, Kementerian Kesehatan berencana memfasilitasi pelayanan teleradiologi nasional dengan menyediakan aplikasi dan pusat data yang terpusat di Kementerian Kesehatan, serta penguatan saluran 15 komunikasi dengan dukungan saluran intranet VPN SIKNAS ke RS yang memberikan layanan telemedicine. Dengan sistem ini, pelayanan teleradiologi dapat memperluas jangkauan atau jejaring pelayanan secara terintegrasi dan memudahkan dalam pelaksanaan evaluasi dan pengawasan pelayanan teleradiologi. Pelayanan teleradiologi dilaksanakan oleh berbagai pihak dengan pembagian peran dan fungsi masing-masing. Adapun peran dan fungsi masing-masing pelaksana yaitu : a. Fasilitas pelayanan kesehatan perujuk. 1 Fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta yang melaksanakan pelayanan radiologi diagnostik. 2 Memenuhi sarana prasarana dan alat penunjang pelayanan teleradiologi. 3 Menyepakati perjanjian kerjasama pelayanan teleradiologi dengan fasilitas pelayanan kesehatan pengampu. 4 Melaksanakan kesiapan sarana-prasarana dan sumber daya manusia pelayanan teleradiologi di fasilitas pelayanan kesehatan perujuk. b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang mendapat rujukan. 1 Memiliki tenaga spesialis radiologi tetap memiliki SIP dan telah diberikan rekomendasi dari organisasi profesi untuk melayani teleradiologi. 2 Memberikan layanan rujukan ekspertis secara berjenjang dan melakukan pembinaan pelayanan radiologi bagi fasyankes perujuk diampu. 16 3 Memenuhi sarana-prasarana dan alat penunjang pelayanan teleradiologi. 4 Menyepakati perjanjian kerjasama pelayanan teleradiologi dengan fasilitas pelayanan kesehatan diampu. 5 Melaksanakan asesmen kesiapan sarana-prasarana dan SDM pelayanan teleradiologi di fasilitas pelayanan kesehatan pengampu. 6 Menjaga dan menjamin kerahasiaan informasi elektronik yang berisi data pasien. 7 Menyediakan aplikasi teleradiologi di fasyankes yang diampu dan menyediakan server utama sebagai pusat data. 8 Melatih staf pelayanan kesehatan yang diampu baik di tempat maupun jarak jauh. c. Organisasi Profesi Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia PDSRI. 1 PDSRI cabang memberikan rekomendasi untuk kemudian diberikan persetujuan pelayanan teleradiologi dari PDSRI pusat. 2 Melaksanakan asesmenkredentialing Dokter Spesialis Radiologi yang akan melayani teleradiologi di rumah sakit pengampu. 3 Memberikan rekomendasi kepada Spesialis Radiologi di rumah sakit pengampu yang telah dilakukan asesmen untuk dapat melayani teleradiologi. 4 Melaksanakan pengawasan dan pembinaan kepada spesialis radiologi di rumah sakit pengampu. 17 5 Membantu memberikan layanan ekspertis sesuai kebutuhan Permenkes nomor 1014MENKESSKXI2008. Menurut Hariri 2015 teleradiologi memberikan banyak keuntungan diantaranya : a. Peningkatan efisiensi dan efektifitas rumah sakit karena waktu pelayanan menjadi lebih cepat. b. Teleradiologi mempersingkat waktu diagnosa dari awal citra medis dibuat hingga ekspertis selesai. c. Teleradiologi menjamin citramedik terbaca oleh radiolog sehingga tidak ada lagi insiden kehilangan citramedik ada back up citramedik. d. Penghematan pengeluaran bagi rumah sakit yang memiliki cabang karena radiolog dapat melayani berbagai lokasi, sehingga mengurangi jumlah radiolog yang dibutuhkan. Akan tetapi implementasi teleradiologi secara luas dan segera di Indonesia terkendala oleh berbagai faktor, diantaranya adalah : a. Infrastruktur komunikasi Infrastruktur komunikasi untuk kegiatan teleradiologi utamanya adalah jaringan internet. Kendala yang dihadapi terkait infrastruktur komunikasi adalah tarif dan pemerataan infrastruktur jaringan internet. Meskipun tahun-tahun terakhir ini tarif internet mulai turun, namun dirasakan masih cukup tinggi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Selain itu, infrastruktur jaringan internet juga belum merata. Hanya wilayah Sumatera, Jawa dan sebagian Sulawesi serta Kalimantan 18 yang sudah dilalui infrastruktur fiber optik, sedangkan daerah- daerah lain terutama di wilayah Indonesia bagian timur belum tercakup. b. Ketersediaan software. Harga software termasuk komponen yang mempengaruhi besarnya biaya operasional teleradiologi. Selain biaya untuk pembelian sistem operasi, masih diperlukan biaya untuk pembelian software image enhancement. Bahkan pabrikan modalitas imaging biasanya membundel software image enhancement dengan software PACS. Tentu saja harga yang ditawarkan cukup tinggi. Untuk mengatasi masalah biaya, diupayakan penggunaan sistem operasi dan software image enhancement berbasis open source. c. Biaya hardware. Keberadaan hardware yang handal untuk mendukung kinerja teleradiologi yang baik sangat diperlukan. Pembelian komputer, image digitizer jika diperlukan, modem dan hardware pendukung lainnya memakan biaya yang tidak sedikit. d. SDM yang memadai. Untuk menjamin operasional teleradiologi yang baik diperlukan sumber daya manusia yang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Kehandalan sumber daya manusia akan mencegah terjadinya kemungkinan insiden yang disebabkan oleh kesalahan manusia human error. Selain itu, skill sumber daya manusia yang terlatih akan mempercepat proses kegiatan teleradiologi. 19 e. Regulasi yang mengatur masalah hukum medik. Sampai saat ini, Indonesia belum memiliki undang-undang yang mengatur penggunaan format digital di bidang kedokteran. Bukan hanya kegiatan teleradiologi, bahkan kegiatan telemedicine secara umum. Termasuk di dalamnya adalah belum adanya standar nasional yang diakui dan diterapkan oleh organisasi profesi radiologi mengenai citra medis. Di masa yang akan datang, diharapkan dua stakeholder utama bidang radiologi yaitu Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia PDSRI dan Perhimpunan Radiografer Indonesia PARI segera memulai inisiatif dan menggagas penyusunan undang- undang yang mengatur penggunaan format digital di bidang radiologi. 4. Picture Archiving and Communication Systems PACS Sistem yang dibutuhkan dalam teleradiologi, antara lain Picture Archive Communication System PACS, Image Management and Communication IMAC, meliputi sistem informasi radiologi, sistem informasi rumah sakit dan intelijen artifisial. Sebagai suatu teknologi yang baru diperkenalkan, pasti banyak kontroversi pada penggunaan teleradiologi. Karena itu pada penggunaannya diharapkan dapat sejalan dengan standar internasional mengenai radiologi. PACS atau Picture Archiving and Communication Systems adalah komputer atau jaringan yang didedikasikan untuk penyimpanan, pencarian, distribusi, dan presentasi dari sebuah citra. PACS merupakan suatu jaringan komputer yang digunakan di departemen radiologi untuk menggantikan film dengan penyimpan dan penampilan 20 citramedis secara elektronik. PACS menyediakan arsip penyimpanan untuk berbagai modalitas imaging, mengintegrasikannya dengan informasi database pasien, memudahkan pencetakan citra, menampilkan informasi pasien dan citra medik di komputer yang tersambung dengan jaringan tersebut. Juga mengijinkan citra medis dilihat dari lokasi lain remote. Di bidang imaging medik, sistem PACS telah dikembangkan untuk menyediakan penyimpanan citramedik yang ekonomis, pemanggilan kembali citramedik dengan cepat, akses ke citramedik yang berasal dari berbagai modalitas imaging serta akses secara simultan dari berbagai lokasi. Citra medik dan laporan yang dikirim melalui PACS akan menghilangkan kebutuhan akan penyimpanan, pengambilan dan pengiriman film secara manual. Komponen dasar dari suatu sistem PACS secara umum adalah sebagai berikut: a. Image Acquisition Modality Adalah sistem atau peralatan penghasil gambar yang akan mengirim gambar ke PACS , misalnya CR,CT,MRI atau USG dan lain lain. b. PACS Core Application Merupakan aplikasi utama yang mengatur operasi dari sistem PACS Workflow manager, Archiving, Database, System Configuration, User Profile dll. Sistem inilah yang berperan dalam penerimaan gambar, pengaturan penyimpanan, distribusi gambar dan komunikasi ke modality atau sistem lainnya. 21 c. Viewing Reading Station Merupakan perangkat yang akan digunakan untuk melihat image yang telah disimpan dalam PACS. Perangkat workstation ini secara umum dapat dibagi menjadi 2 jenis sesuai dengan fungsinya, Workstation Diagnostic yang biasa digunakan oleh dokter radiologi dan Workstation untuk user di poli atau ruangan. Perbedaan diantara kedua jenis workstation ini biasa terdapat dalam kelengkapan fitur dan spesifikasi dari perangkat keras. Workstation yang digunakan oleh dokter radiologi biasanya memiliki fitur yang lebih lengkap agar dapat melakukan diagnosa secara lebih cepat dan tepat. Hal tersebut juga mempengaruhi spesifikasi perangkat keras yang digunakan, dimana workstation dokter radiologi membutuhkan spesifikasi yang lebih tinggi dari workstation untuk user lainnya Hariri, 2015. 5. Investasi. Sunariyah 2010 mendefinisikan investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa masa yang akan datang. Kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu negara, penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa atau bahkan penambahan devisa. Menurut Suliyanto 2010 investasi atau penanaman modal dalam sebuah perusahaan adalah menyangkut penggunaan sumber – sumber yang diharapkan akan memberikan imbalan pengembalian yang menguntungkan di masa yang 22 akan datang. Berbagai macam investasi dapat dilakukan di rumah sakit. Trisnantoro 2004 menyebutkan berbagai jenis investasi misalnya : a. penggantian alat medik yang lama dengan teknologi yang lebih baru, atau teknologi tetap tetapi alat baru; b. Perluasaan perlengkapan modal yang sudah ada, misalnya penambahan kapasitas dengan menambah ruangan bangsal; c. Perluasan atau penambahan garis produk baru dengan pembelian mesin atau peralatan baru yang belum pernah dimiliki; d. Sewa atau leasing peralatan baru; e. Merger atau pembelian rumah sakit oleh sebuah rumah sakit yang lebih baik keadaan keuangannya. Tujuan utama investasi di rumah sakit yang berorientasi profit adalah memaksimalkan pendayagunaan aktiva sedangkan pada rumah sakit yang berorientasi nirlaba not for profit adalah mengutamakan upaya memperkecil resiko finansial. Investasi pada rumah sakit pemerintah bertujuan untuk menopang fungsi sosial rumah sakit agar lebih terjangkau bagi masyarakat khususnya yang kurang mampu. Untuk dapat melakukan pengambilan keputusan investasi yang tepat dibutuhkan pemahaman penentuan tujuan organisasi, struktur biaya, estimasi permintaan dan penentuan tujuan organisasi, estimasi permintaan dan penentuan harga, pola aliran kas dan nilai sekarang dari aliran kas serta biaya modal. Riyanto 2013, menyatakan, ada 4 empat macam bentuk investasi antara lain: a. Investasi penggantian, 2. Investasi penambahan kapasitas, 3. Investasi penambahan jenis produk baru, 4. Investasi lain-lain. Dari sudut pandang waktu penanamannya, investasi dapat dibagi menjadi dua tipe, 23 invetasi jangka pendek dan jangka panjang. Invetasi jangka pendek adalah invetasi yang berumur kurang dari satu tahun, sedangkan investasi jangka panjang berumur lebih dari satu tahun. Investasi jangka pendek biasanya bersifat sementara yang bertujuan untuk memanfaatkan dana yang sementara menganggur. Investasi jangka panjang dalam manajemen keuangan sering dikaitkan dengan istilah capital budgeting atau pengambilan keputusan untuk alokasi modal Rangkuti, 2010 . Capital Budgeting merupakan keseluruhan proses dalam menganalisis proyek dan memutuskan salah satu proyek yang akan dimasukkan dalam anggaran modal. Suatu kesalahan dalam meramalkan kebutuhan aktiva akan mengakibatkan konsekuensi yang serius. Jika perusahaan menginvestasikan terlalu besar dalam aktiva, maka dapat menimbulkan beban aktiva dan beban lainnya yang tinggi, yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Sebaliknya, jika investasi tidak mencukupi, maka dapat muncul dua permasalahan. Pertama, peralatan yang dimiliki mungkin tidak cukup modern untuk menghasilkan produk yang kompetitif. Kedua, jika perlatan tidak memiliki kapasitas yang cukup, perusahaan mungkin akan kehilangan pangsa pasarnya Riyanto, 2013. Secara keseluruhan bentuk investasi ini memerlukan dana yang cukup besar dalam pelaksanaannya dan pengeluaran danamodal tersebut umumnya akan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Pengeluaran dana yang cukup besar dan terikat dalam jangka waktu panjang dalam suatu kegiatan investasi membuat para pemilik modal 24 investor harus berhati-hati agar jangan sampai terlanjur menginvestasikan dana untuk proyek yang ternyata tidak menguntungkan gagal di kemudian hari, misalnya kesalahan perencanaan, kesalahan dalam menaksir pasar , kesalahan dalam perkiraan teknologi yang tepat dipakai, dan kesalahan dalam memperkirakan kebutuhan tenaga kerja. 6. Studi Kelayakan. Studi kelayakan proyek yaitu penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek biasanya merupakan proyek investasi dilaksanakan dengan berhasil Husnan dan Muhammad, 2010. Sedangkan menurut Kasmir dan Jakfar 2007 studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Sesuai pedoman penyusunan studi kelayakan feasibility study rumah sakit yang disusun oleh kementerian kesehatan RI pada tahun 2012, studi kelayakan adalah hasil analisis dan penjelasan kelayakan dari segala aspek yang akan mendasari pendirian atau pengembangan suatu rumah sakit, terkait dengan penentuan rencana kerja pelayanan kesehatan rumah sakit yang baru akan dilakukan maupun lanjutan dari yang sudah ada dalam melakukan rencana pengembangan atau peningkatan kelas dari suatu rumah sakit. Semakin besar skala investasi maka semakin penting studi ini dilaksanakan karena semakin besar skala investasi maka semakin besar 25 pula jumlah dana yang ditanamkan. Walaupun studi kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil apabila dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar. Untuk menentukan layak tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari berbagai aspek. Setiap aspek agar dapat dikatakan layak harus memiliki suatu standar nilai tertentu. Keputusan penilaian tersebut tidak hanya dilakukan pada salah satu aspek saja, tetapi kepada seluruh aspek yang akan dinilai nantinya. Aspek-aspek yang dinilai dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek keuangan finansial, aspek teknis operasional, aspek manajemen, aspek ekonomi dan sosial, dan aspek dampak lingkungan Puspitasari, 2015. Sedangkan menurut Lestari 2011, studi kelayakan memiliki berbagai aspek di dalam penilaiannya, aspek-aspek dalam studi kelayakan adalah meliputi keuangan, pemasaran, teknis, manajemen, hukum dan sosiodemografi, tetapi tidak semua aspek harus dipelajari. a. Aspek teknis Menurut Husnan dan Muhammad 2010, aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisis ini pula dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya. Pelaksanaan dari evaluasi aspek ini seringkali tidak dapat memberikan suatu 26 keputusan yang baku, atau dengan kata lain masih tersedia berbagai alternatif jawaban. Beberapa pertanyaan utama yang perlu mendapat jawaban dari aspek teknis ini adalah : 1 Lokasi proyek, yaitu dimana suatu proyek akan didirikan baik untuk pertimbangan lokasi dan lahan pabrik maupun lokasi bukan pabrik. 2 Seberapa besar skala operasi luas produksi ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis. 3 Kriteria pemilihan peralatan yang digunakan. Didasarkan pada seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan. 4 Bagaimana proses produksi dilakukan dan layout bangunan dan fasilitas yang dipilih. Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. 5 Apakah jenis teknologi yang dipilih cukup tepat. Penelitian aspek teknis dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran kelayakan terhadap penentuan kapasitas ekonomis, jenis teknologi yang paling cocok, lokasi proyek yang paling menguntungkan ditinjau dari berbagai segi dan pemenuhan ketenagaan untuk mengelola peralatan. Dari kesimpulan penelitian ini kemudian disusun perkiraan jumlah biaya baik yang digunakan untuk mengadakan, membangun dan mengoperasionalkan Sri Muryani, 1995. 27 Analisis aspek teknis dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran kelayakan terhadap penentuan kapasitas ekonomis, jenis teknologi yang paling cocok, lokasi yang paling menguntungkan dan pemenuhan ketenagaan untuk mengelola peralatan. Apabila menunjukkan kelayakan maka hasil analisis ini akan digunakan sebagai dasar untuk menganalisis aspek pasar dan aspek keuangan. Adapun hasil analisis yang digunakan berupa besarnya investasi yang diperlukan, biaya operasional dan estimasi jangka waktu penggunaan alat Siswanto S, 1993. b. Aspek pasar Aspek pasar merupakan salah satu aspek utama dalam suatu studi kelayakan yang harus dikaji secara bersamaan dengan berbagai aspek lainnya secara lebih tajam. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa tidak mungkin suatu produk pelayanan dapat dikembangkan jika tidak ada pangsa pasar yang akan menyerapnya. Kajian aspek pasar berkaitan dengan ada tidaknya potensi pasar dan peluang pasar atas suatu produk di masa yang akan datang Suratman, 2001. Dalam analisis pasar, perlu dilakukan peramalan terhadap permintaan, yaitu analisis permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Tujuan analisis pasar adalah untuk menentukan faktor-faktor yang paling mempengaruhi dalam penggunaan pelayanan kesehatan, dengan demikian akan dapat diramalkan banyaknya penggunaan di masa mendatang Trisnantoro, 2005. Analisis aspek pasar dimaksudkan 28 untuk mendapatkan gambaran kelayakan terhadap permintaan potensial atau pengguna produk yang dihasilkan, kemungkinan adanya persaingan, serta perkiraan penjualan yang dapat dicapai Sri Muryani, 1995. c. Aspek keuangan finansial Diantara sekian banyak aspek tersebut, aspek keuangan menjadi salah satu kunci keberhasilan suatu investasi karena bagaimanapun tujuan orientasi dari investasi adalah profit secara finansial Lestari, 2011. Menurut pedoman penyusunan studi kelayakan feasibility study rumah sakit yang disusun Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2012, aspek keuangan meliputi rencana investasi dan sumber dana, proyeksi pendapatan dan biaya, proyeksi cash flow dan analisis keuangan. Sedangkan menurut Suliyanto 2010 salah satu studi kelayakan yang harus dilakukan untuk menentukan suatu proyek investasi ini layak ataukah tidak adalah studi kelayakan dari aspek finansial. Aspek finansial meliputi biaya penggunaan modal, penyusutan, aliran kas, pajak penghasilan, dan metode penilaian investasi. 7. Metode penilaian investasi analisis keuangan Ada tiga pendekatan metode yang umum dipakai dalam analisis keputusan investasi dari sisi keuangan untuk organisasi pelayanan kesehatan, yaitu Payback Period, Net Present Value dan Internal Rate of Return Zelman et al, 2000. Sesuai pedoman penyusunan studi kelayakan 29 feasibility study rumah sakit yang disusun Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2012, analisis keuangan terdiri dari: Break Even Point BEP, Internal Rate of Return IRR, Net Present Value NPV dan Payback Period PP. a. Payback Period Menurut Arifin dan Fauzi 1999 dalam Aditiya 2014, Payback Period merupakan metode dalam menentukan jangka waktu yang dibutuhkan dalam menutupi initial investment dari suatu proyek dengan menggunakan cash inflow yang dihasilkan proyek investasi tersebut. Metode ini menunjukkan berapa lama modal yang ditanamkan dalam proyek tersebut dapat kembali Rangkuti, 2010 . Rumus : Kelebihan metode Payback Period PP adalah dapat digunakan sebagai alat pertimbangan resiko karena semakin pendek periode pengembaliannya, maka semakin kecil resiko kerugiannya. Kelemahan dari metode ini adalah tidak mempertimbangkan nilai waktu dari uang, nilai sisa dari investasi dan arus kas setelah periode pengembalian tercapai Dagi, 2011 cit. Aditiya, 2014. b. Net Present Value NPV Metode Net Present Value NPV digunakan untuk menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Dalam memperhitungkan nilai sekarang perlu ditentukan dahulu tingkat bunga yang relevan. Apabila 30 nilai sekarang penerimaan kas bersih di masa yang akan datang lebih besar dari nilai investasi, proyek dikatakan layak dan apabila NPV yang didapatkan mempunyai nilai sekarang penerimaan kas bersih yang lebih kecil dari nilai investasi maka proyek tersebut tidak layak Dagi, 2011 cit. Aditiya, 2014. Menurut Rangkuti 2010 metode ini merupakan metode penilaian investasi klasik yang sampai saat ini paling populer digunakan. Rumus : n CFt NPV = ∑ = - Io t-1 1+k Keterangan : NPV = Net Present Value n = Umur proyek CFt = Arus kas pada tahun ke-t t = 1,2,3,4 dst k = Biaya modal tingkat bunga Io = Pengeluaran awal Bila dibandingkan dengan teknik analisis yang lain, Husnan dan Muhammad 2010 berpendapat bahwa lebih dianjurkan menggunakan NPV karena metode lain mempunyai kelemahan yaitu diabaikannya nilai waktu uang. c. Internal Rate of Return IRR Metode ini digunakan untuk menghitung tingkat bunga yang dapat menyamakan antara nilai sekarang dari semua aliran kas masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi proyek Puspitasari, 2015. Pada saat IRR tercapai maka besarnya NPV sama 31 dengan nol. Nilai IRR dapat pula dicari dengan cara coba-coba trial and error. Caranya, hitung nilai sekarang dari arus kas suatu investasi dengan menggunakan suku bunga wajar. Jika nilai investasi lebih kecil, maka dicoba lagi dengan suku bunga yang lebih tinggi. Begitu juga sebaliknya, sampai mendapatkan nilai investasi yang sama besarnya dengan nilai sekarang. Jika IRR yang didapat ternyata lebih besar daripada rate of return yang ditentukan, maka investasi dapat diterima. Rumus : Keterangan : rk = tingkat bunga yang kecil rendah rb = tingkat bunga yang besar tinggi NPV rk = Net Present Value pada rk PV rk = Present Value of Proceeds pada rkl PV rb = Present Value of Proceeds pada rb Rumus lain dengan metode interpolasi adalah: Keterangan: P1 = tingkat bunga pertama P2 = tingkat bunga kedua C1 = NPV ke-1 32 C2 = NPV ke-2 Kriteria penilaiannya adalah jika IRR yang didapat ternyata lebih besar dari Rate of return yang ditentukan maka investasi dapat diterima. IRR adalah tingkat diskonto discount rate yang menyamakan present value aliran kas bersih dengan present value investasi. IRR atau sering diartikan sebagai tingkat kembalian internal dicari dengan cara trial and error atau interpolasi. 8. Arus Kas cash flow Untuk menganalisis keputusan usulan investasi atau proyek investasi apakah layak atau tidak, maka konsep yang digunakan adalah konsep arus kas, bukan konsep laba. Hal ini dikarenakan laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan belum tentu dalam bentuk kas. Arus kas merupakan jumlah kas keluar cash outflow dan kas masuk cash inflow karena suatu proses investasi, mulai dari investasi dilakukan sampai berakhirnya investasi tersebut Kasmir dan Jakfar, 2007. Husnan dan Muhammad 2010 mengelompokkan komponen dalam aliran kas menjadi tiga bagian yaitu initial cash flow, operational cash flow dan terminal cash flow yang terdiri dari cash flow nilai sisa residu saat investasi dan pengembalian modal kerja. a. Aliran kas awal initial cash flow Adalah kas keluar dalam rangka untuk keperluan aktiva tetap dan penentuan besarnya modal kerja. Untuk menentukan initial cash flow ini pola aliran kas yang berhubungan dengan pengeluaran investasi 33 harus diidentifikasi, termasuk pengeluaran- pengeluaran untuk biaya pendahuluan dan sebelum operasional serta penyediaan modal kerja. b. Aliran kas operasional operational cash flow Berasal dari operasional perusahaan meliputi aliran kas masuk dan aliran kas keluar. Umumnya waktu yang dipergunakan dalam menaksir aliran kas operasional ini disesuaikan dengan umur ekonomis investasi tersebut. c. Aliran kas akhir terminal cash flow Menunjukkan aliran kas pada akhir umur ekonomis proyek. Aliran kas ini berasal dari modal kerja dan penjualan aktiva tetap yang sudah habis masa ekonomisnya. B. Penelitian terdahulu Penelitian Studi Kelayakan Pengadaan alat Picture Archiving and Communication System PACS selama ini belum pernah dilakukan di RSUP dr Soeradji Tirtonegoro Klaten, yang akan menilai kelayakan dari aspek teknis, pasar dan keuangan. Penelitian yang hampir serupa telah dilakukan oleh: 1. Sri Muryani 1995 yang berjudul “ Studi Kelayakan Pengadaan Peralatan Medis pada Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Pengadaan Peralatan MRI sebagai bahan kajian. Penelitian tersebut menggunakan metode analisis terhadap 3 aspek yaitu aspek teknis, aspek pasar dan pemasaran, serta aspek ekonomi dan keuangan. Hasil penelitian menyatakan peralatan MRI layak diadakan oleh rumah sakit Bethesda Yogyakarta. 34 2. Indri Kumara Lalita 2007 yang berjudul “Evaluasi Investasi Laparascopy Surgery Minimal Invasive Surgery di RS Bethesda”. Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif dari aspek keuangan. Hasil penelitian menyatakan peralatan laparascopy surgery layak diadakan. 3. Deki Wotulo 2009 yang berjudul “Analisis kelayakan investasi alat foto rontgen panoramik di RSUD Undat a Palu Propinsi Sulawesi Tengah”, Penelitian tersebut menggunakan metode studi kasus deskriptif dari aspek pasar dan keuangan. Hasil penelitian menyatakan investasi alat foto rontgen panoramik layak dijalankan. 4. Irawan 2011 yang berjudul “ Evaluasi Contracting Out dan Keputusan Investasi Peralatan Foto Rontgen di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu”. Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian menyatakan investasi peralatan foto rontgen tersebut layak secara keuangan. Berbeda dengan beberapa penelitian diatas, penelitian ini dilakukan di RSUP dr Soeradji Tirtonegoro Klaten. Jenis penelitian adalah studi kasus deskriptif dengan penilaian studi kelayakan berdasarkan analisis aspek teknis, pasar dan keuangan. C. Landasan teori Kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu negara, penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa atau bahkan penambahan devisa. Semua bentuk pengembangan rumah sakit sebaiknya berdasarkan kaidah - kaidah pengambilan keputusan investasi, 35 sebab pertimbangan yang salah akan dapat terjadi kesulitan cashflow dan berakibat fatal Trisnantoro, 2004. Jika peralatan tidak memiliki kapasitas cukup, rumah sakit mungkin akan kehilangan pangsa pasarnya Riyanto, 2013. Menurut Husnan dan Muhammad 2010 perlu diadakan studi kelayakan proyek yaitu penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek biasanya merupakan proyek investasi dilaksanakan dengan berhasil. Studi kelayakan adalah hasil analisis dan penjelasan kelayakan dari segala aspek yang akan mendasari pendirian atau pengembangan suatu rumah sakit, terkait dengan penentuan rencana kerja pelayanan kesehatan rumah sakit yang baru akan dilakukan maupun lanjutan dari yang sudah ada dalam melakukan rencana pengembangan atau peningkatan kelas dari suatu rumah sakit Kemenkes RI, 2012. Studi kelayakan memiliki berbagai aspek di dalam penilaiannya, aspek- aspek dalam studi kelayakan adalah meliputi keuangan, pemasaran, teknis, manajemen, hukum dan sosiodemografi, tetapi tidak semua aspek harus dipelajari Lestari, 2011 . Siswanto 1993 menyatakan bahwa analisis aspek teknis dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran kelayakan terhadap penentuan kapasitas, jenis teknologi yang paling cocok, lokasi yang paling menguntungkan dan pemenuhan ketenagaan untuk mengelola peralatan. Apabila menunjukkan kelayakan maka hasil analisis ini akan digunakan sebagai dasar untuk menganalisis aspek pasar dan aspek keuangan. Adapun hasil analisis yang 36 digunakan berupa besarnya investasi yang diperlukan, biaya operasional dan estimasi jangka waktu penggunaan alat. Aspek pasar merupakan salah satu aspek utama dalam suatu studi kelayakan yang harus dikaji secara bersamaan dengan berbagai aspek lainnya secara lebih tajam. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa tidak mungkin suatu produk pelayanan dapat dikembangkan jika tidak ada pangsa pasar yang akan menyerapnya. Kajian aspek pasar berkaitan dengan ada tidaknya potensi pasar dan peluang pasar atas suatu produk di masa yang akan datang. Suratman, 2001. Menurut Suliyanto 2010 salah satu studi kelayakan yang harus dilakukan untuk menentukan suatu proyek investasi ini layak ataukah tidak adalah studi kelayakan dari aspek finansial. Aspek finansial meliputi biaya penggunaan modal, penyusutan, aliran kas, pajak penghasilan, dan metode penilaian investasi. Metode yang digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu proyek investasi dari sisi keuangan adalah Payback Period, Net Present Value dan Internal Rate of Return Zelman et al, 2000. Sesuai pedoman penyusunan studi kelayakan feasibility study rumah sakit yang disusun Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2012, analisis keuangan terdiri dari: Break Even Point BEP, Internal Rate of Return IRR, Net Present Value NPV dan Payback Period PP. 37 D. Kerangka Konsep Untuk pengembangan RSUP dr Soeradji Tirtonegoro Klaten menjadi rumah sakit pemberi pelayanan teleradiologi perlu dilakukan studi kelayakan dari aspek teknis, pasar dan aspek keuangan untuk selanjutnya menyusun strategi. Pada penelitian ini kerangka konsep sebagai berikut : Analisis aspek teknis Analisis aspek pasar Analisis aspek keuangan Gambar 2 Kerangka konsep rencana investasi alat PACS E. Pertanyaan Penelitian 1. Apakah rencana investasi pengadaan alat Picture Archiving and Communication System PACS di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten layak ditinjau dari aspek teknis? Jenis teknologi Lokasi Tenaga SDM Kriteria Penilaian Investasi -Payback Period -Net Present Value -Internal Rate of Return Perkiraan permintaan Persaingan Keputusan investasi Layak tidak layak Aspek keuangan 38 2. Apakah rencana investasi pengadaan alat Picture Archiving and Communication System PACS di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten layak ditinjau dari aspek pasar? 3. Apakah rencana investasi pengadaan alat Picture Archiving and Communication System PACS di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten layak ditinjau dari aspek keuangan? 39

BAB III METODE PENELITIAN

Dokumen yang terkait

TA : Rancang Bangun Aplikasi Elektrokardiogram (EKG) Viewer Yang Terintegrasi Dengan Picture Archiving And Communication System (PACS) Studi Kasus Rumah Sakit National Hospital.

4 14 140

PENDAHULUAN Gambaran Profil Penderita Tuberkulosis Paru Di Rsup Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten.

0 2 9

GAMBARAN PROFIL PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI RSUP Dr SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Gambaran Profil Penderita Tuberkulosis Paru Di Rsup Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten.

0 2 19

GAMBARAN DIET PADA PENDERITA GAGAL JANTUNG DI POLI JANTUNG RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Gambaran Diet Pada Penderita Gagal Jantung Di Poli Jantung Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

0 4 16

EVALUASI PENGGUNAAN ANALGESIK PADA PASIEN APENDEKTOMI DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO Evaluasi Penggunaan Analgesik Pada Pasien Apendektomi Di Rsup Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten 2014.

2 19 12

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Hubungan Antara Kualitas Pelayanan Perawat Dengan Kepuasan Pasien Di Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

0 0 15

Analisis unjuk kerja jaringan WLAN : studi kasus RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

1 5 209

Kualitas Pelayanan Program Jamkesmas di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Kabupaten Klaten (Studi Deskriptif Kualitatif Pasien Jamkesmas di Ruang Rawat Inap Melati III RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Kabupaten Klaten).

0 0 16

Implementasi Hiperkes Dan Kesetan Kerja Di Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten cover

0 0 10

Studi Kelayakan Pengadaan Alat Picture Archiving and Communication System di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten | Parwitasari | JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit) 2344 6472 1 PB

0 1 11