EVALUASI PENGGUNAAN ANALGESIK PADA PASIEN APENDEKTOMI DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO Evaluasi Penggunaan Analgesik Pada Pasien Apendektomi Di Rsup Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten 2014.

(1)

EVALUASI PENGGUNAAN ANALGESIK PADA PASIEN

APENDEKTOMI DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO

KLATEN 2014

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

ESTUNINGTYAS AYU HAPSARI

K 100110185

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA


(2)

(3)

EVALUASI PENGGUNAAN ANALGESIK PADA PASIEN APENDIKTOMI DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN 2014

EVALUATION OF USE IN PATIENTS APENDIKTOMI ANALGESICS IN RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN 2014

Estuningtyas Ayu Hapsari *# dan Nurul Mutmainah** *Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta

**Dosen Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta #E-mail: VEestoe@gmail.com

ABSTRAK

Apendisitis merupakan peradangan pada usus yang disebabkan obstruksi lumen apendiks oleh material usus, sehingga perlu dilakukan apendektomi.Dalam penelitian ini analgesik digunakan untuk menghilangkan nyeri pasca operasi sehingga peneliti perlu mengetahui gambaran penggunaan analgesik dan untuk mengevaluasi ketepatan analgesik meliputi tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien dan tepat dosis pada pasien apendektomi.Penelitian dilakukan secara non eksprimental menggunakan metode retrospektif dan dianalisis secara deskriptif. Kriteria inklusi pada penelitian adalah pasien apendisitis yang menjalani apendektomi, usia pasien 18-60 tahun, mendapatkan terapi dengan analgesik, dan data lengkap meliputi data obat, diagnosa, penyakit penyerta dan keadaan kepulangan. Evaluasi penggunaan analgesik pada pasien apendektomi di RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten adalah pola pengobatan menggunakan analgesik pada pasien apendektomi secara intra vena ketorolac adalah 100%, dan dilanjutkan dengan per oral untuk asam mefenamat 86,67%, metamizole 8,89%, Na diklofenak 2,22% dan parasetamol 15,56 %. Hasil evaluasi ketepatan penggunaan analgesik adalah tepat indikasi 100%, tepat pasien 100%, tepat obat 54,16% dan tidak tepat obat 45,84% dan tepat dosis 92,71% dan ketidaktepatan dosis 7,29%. Kata kunci: Analgesik, Apendektomi, RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

ABSTRAK

Appendicitis is an appendices inflammation which was caused by appendices lumen obstruction due to intestine materials. If this happen, appendectomy is necessarily done. In this research, analgesic was used as a painkiller after an operation. So, the researcher needs to understand the explanation of how to use analgesic and to evaluate the accuracy of its use. The evaluation comprises the indication accuracy, the medicine accuracy, the patient accuracy, and the dosage accuracy on appendectomy patients. This research was non experimental, uses retrospective method, and was descriptively analyzed. The research criteria are appendicitis patients who are taking appendectomy. The patients are 18 to 60 years old and get analgesic therapy. The researcher also has complete data on patient’s medicines, diagnosis, other diseases, and the recovery condition. The finding on evaluation of the use of analgesic on appendectomy patients at Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten is that the administration of intra venous ketorolac is 100%, then it is continued by mefenamic acid 86, 67%, metamizole 8,89%, na diklofenac 2,22%, and paracetamol 15, 56%. The result is that the indication accuracy is 100%, the patient accuracy is 100%, the medicine accuracy is 54,16%, the medicine inaccuracy is 45,84%, the dosage accuracy is 92,71%, and the dosage inaccuracy is 7, 29%.


(4)

PENDAHULUAN

Apendisitis dapat disebabkan oleh lumen usus yang pecah, pembengkakan pada jaringan dinding apendiks, dan inflamasi di usus (Hendarto, 2010). Terapi untuk pasien apendisitis adalah apendektomi, pada tahun 1800-an dilakukan dengan cara operasi terbuka setelah tahun 1990-an disarankan untuk menggunakan laparoskopi (Masoomi, 2014).

Pasien yang mengalami operasi bedah apendektomi memerlukan analgesik untuk menghilangankan rasa nyeri pasca operasi. Derajat nyeri yang dialami pasien pasca operasi lebih dari 3 dengan jumlah pasien 112 adalah 47% dan lebih dari 5 dengan jumlah pasien 101 adalah 39% (Leyzell, 2005).

Hasil penelitian Hapsari dan Astuti (2004) di RSUD Dr. Margono Soekarjo Purwokerto terdapat ketidaksesuian penggunaan obat analgesik diluar standar terapi adalah tramadol sebanyak 4,40%, tramadol tidak termasuk analgesik pasca operasi apendektomi dalam formularium RSUD Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, analgesik yang digunakan untuk apendektomi adalah ketorolaktrometamina 28,52%, asam mefenamat 25,22%, metampiron 17,58%, ketoprofen 16,48%, parasetamol 4,40% dan Na diklofenak 3,29 %. RSUP Dr. Soeradji Tirtonegara merupakan rumah sakit rujukan untuk daerah Klaten.RSUP Dr. Soeradji Tirtonegara Klaten melakukan operasi ringan hingga berat. Apendektomi merupakan operasi dengan peringkat 50 besar dengan jumah pasien setiap tahunnya antara 160 sampai 200 pasien antara tahun 2011 sampai 2014, untuk itu perlu dilakukan penelitian terkait penggunaan analgesik pada pasien apendektomi dengan mempertimbangkan ketepatan anagesik meliputi tepat obat, tepat indikasi, tepat pasien, tepat dosis dan gambaran analgesik digunakan berdasarkan penggunaan regimen untuk perbedaan level nyeri dari WHO dan beberapa jurnal.

METODE PENELITIAN

1. Alat penelitian yang digunakan adalah lembar pengumpulan data yang memuat karakteristik pasien yaitu usia, berat, jenis obat analgesik dan besaran dosis yang digunakan.Pada penelitian dengan retrospeksi maka bahan penelitian yang digunakan adalah rekam medis pasien apendektomi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2014.

2. Jalannya penelitian a. Pengajuan proposal

Diawali dengan pengajuan judul dan proposal ke biro skripsi.Judul yang diajukan berisi judul dan ringkasan proposal.Proposal yang diajukan berisi judul, latar belakang, tujuan, metode dan daftar pustaka.


(5)

b. Ijin penelitian ke Fakultas

Ijin penelitian dilakukan setelah selesai Desk Evaluation. Ijin penelitian dari fakultas digunakan untuk mendapat persetujuan penelitian pembacaan ream medik.

c. Perijinan dari RSUP Dr. Soeradji Tirtanegoro Klaten

Proses perijinan ke RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro diawali dengan memberian surat dari fakultas untuk ijin penelitian disana, dilanjutkan dengan registrasi dan pemberian proposal kepada Kepala Bagian Rekam Medik. Kemudian kebagian rekam medis untuk mendapatkan Kartu Indek Penderita Dirawat (Rawat Inap).

d. Pembacaan rekam medik

Sebelum melakuan pembacaan rekam medik menulis nomor pasien dari Kartu Indek Penderita Dirawat (Rawat Inap) untuk diserahkan kebagian rekam medik untuk dibaca. e. Pengumpulan data

Setelah dilakukan pembacaan rekam medik, data yang didapat berisi usia, jenis kelamin, diagnosa, penyait penyerta keadaan keluar, cara keluar dan obat yang digunakan. f. Pengolahan data

Data yang sudah didapat dikelompokkan berdasarkan 3 karakteristik yaitu karakteristik pasien karakteristik obat dan evaluasi analgesik.

g. Penyusunan laporan

Laporan disusun berisi bab 1 yaitu latar belakang, bab 2 yaitu metode penelitian, bab 3 yaitu hasil dan pembahasan dan bab 4 yaitu kesimpulan dan saran.

h. Pembahasan

Data yang sudah didapat dikelompokkan berdasarkan 3 karakteristik yaitu karakteristik pasien karakteristik obat dan evaluasi analgesik diuraikan dan dievaluasi bersarkan tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat dan tepat dosis.

i. Kesimpulan

Diperoleh hasil dari penelitian mengenai gambaran obat yang digunakan dan evaluasi obat bersarkan tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat dan tepat dosis.

ANALISIS DATA

Hasil penelitian yang dapat dicatat, dikelompokkan dan dianalisis menggunakan metode diskriptif dengan cara membandingkan terhadap:

1. Karakteristik pasien dibagi menjadi 5 yaitu berdasarkan jenis kelamin setiap umur, diagnosa, penyait penyerta, cara keluar dan lamanya rawat inap.

2. Karakeristik obat dibagi menjadi 3 yaitu: jenis obat yang digunakan pasien berdasarkan kelas terapi, analgesik yang digunakan dan evaluasi analgesik.


(6)

3. Hasil data diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan uraian penjelasan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Selama tahun 2014 terdapat 70 pasien yang mengalami apendektomi yang masuk kedalam kreteria adalah 45 pasien. Hasil akan disajikan dalam 3 karateristik yaitu karakteristik pasien, karakteristik obat dan evaluasi analgesik.

A. Karateristik Pasien

Karakteristik pasien dibagi menjadi 6 yaitu berdasarkan jenis kelamin setiap umur, diagnosa, penyakit penyerta, cara keluar dan lama rawat inap.

Tabel 1. Karakteristik pasien apendiktomi di RSUP DR Soeradji Tirtanegoro Klaten 2014 Keterangan Jumlah (N = 45) Presentase (100%)

Umur 18-40 41-60 30 15 66,67 33,33 Jenis kelamin Perempuan Laki-laki 31 14 68,89 31,11 Diagnosa Apendisitis kronis Apendisitis akut Apendisitis 26 14 5 57,78 31,11 11,11 Penyakit penyerta Hipertensi ISPA 2 2 4,44 4,44 Cara keluar Diijinkan pulang Pulang paksa Dirujuk ke … Pindah RS lain

Lari 44 1 0 0 0 97,78 2,22 0 0 0 Lama rawat inap

3-5 6-8 9-11 ≥12 16 17 11 1 35,56 37,78 24,44 2,22 1. Jenis kelamin di setiap kelompok umur

Pada tabel 1 dapat dilihat hasil penelitian pada usia antara 18 – 40 tahun yaitu 66,67% sedangkan pada usia 40-60 tahun jumlah persentasenya adalah 33,33%. Pada penelitian jumlah pasien perempuan lebih mendominasi mengalami apendektomi dengan persentase 68,89% sedangkan laki-laki 31,11%. Pada penelitian di RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2013 jumlah pasien yang mengalami apendektomi pada usia dewasa muda (13-45 tahun) yaitu 62% dan usia (13-45-65 tahun jumlah persentase 18% (Sulikhah, 2013). Apendisitis sering terjadi pada usia 10-20 tahun namun tidak menarik kemungkinan umur diatas 20 tahun atau dibawah 10 tahun terkena apendisitis (Humes, 2006)


(7)

2. Diagnosis

Pada tabel 1 sebanyak 26 pasien dengan persentase 57,78 % didiagnosis apendisitis kronis, 14 pasien dengan presentase 31,11% didiagnosa apendisitis akut dan 5 pasien tercatat didiagnosis apendisitis saja dalam rekam medis 11,11%. Penanganan apendiksitis yang tertangani dengan lamban dapat menyebabkan apendisitis perforasi (Omari et al, 2014).Pada penelitian di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang dilakukan oleh Sulikhah, (2013) pasien yang mengalami apendisitis kronis 34%, apendisitis akut 52%, apendisitis perforasi 10% dan di catatan medik hanya tertulis apendisitis 4%.

3. Penyakit penyerta

Pada tabel 1 penyakit penyerta pada pasien adalah hipertensi dan ISPA dengan persentase 4,44% dan 4,44%. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sulikhah (2013) di Penelitian di RSUD Dr. Moewardi terdapat penyakit penyerta hipertensi 3%.

4. Cara keluar

Pada tabel 1 ada beberapa cara keluar dari rumah sakit yaitu diijinan pulang, pulang paksa, dirujuk ke tempat lain, pindah rumah sakit lain dan lari. Dari hasil penelitian diperoleh 45 pasien diizinan pulang sebanyak 97,78% dan 1 pasien pulang paksa 2,22 %. 5. Lama rawat inap

Pada tabel 1 lama rawat inap dikelompokan dengan selisih 2 hari sebanyak 3-5 hari 35,56%, 6-8 hari 37,78% ,9-11 hari 24,44% dan diatas 12 hari 2,22%. Setelah menjalani apendektomi terbuka, namun pulang lebih awal tidak menambah angka infeksi luka operasi (Krismanuel,2002).

B. Karakteristik Obat 1. Jenis obat yang digunaan pasien berdasaran kelas terapi

Persentase hasil dari penggunaan antibiotik dan analgesik adalah sebagai berikut: Tabel 2. Karakteristik obat pada pasien apendektomi di RSUP Dr. Soeradji Tirtanegoro Klaten 2014

Kelas terapi Nama Obat Jumah Presentase (%) Antibiotik Cefadroksil Cefixime Seftriakson Ciprofloksasin Metronidazole Ampisilin 27 2 42 16 6 1 60 4,44 93,33 35,56 13,33 2,22 Analgesik Ketorolac Asam mefenamat Paracetamol Metamizole Na diklofenak 45 39 7 4 1 100 86,67 15,56 8,89 2,22 Anti tukak lambung Omeprazole

Ranitidin Sulkafrat 2 38 2 4,44 84,44 4,44

Anti Emetik Ondansentron 1 2,22

Anti Hipertensi Captopril Amplodipin

2 1

4,44 2,22

Mukolitik Ambroxol 2 4,22


(8)

Pada tabel 2 penelitian antibiotik yang digunakan oleh pasien apendiktomi adalah golongan sefalosporin generasi ke 3 yaitu seftriakson 93,33% dan cefixime 4,44% antibiotik lainnya sebanyak cefadroksil 60%, ciprofloksasin 35,56%, ampisilin 2,22%, dan metronidazole 13,33%. Pada penelitian di RSUD Dr. Moewardi Surakarta 2013 mengenai profilaksis antibiotik pada pasien apendiktomi menggunaan golongan sefalosporin generasi 3 yaitu seftriakson dan sefotaksim sebanyak 88% dan 12 %. Antibiotik lain yang digunakan adalah ciprofloksasin, amoxicillin, metronidazole, cefadroksil, levofloksasain dan gentamicin (Sulikhah, 2013).

Obat lain yang diberikan merupakan non antibiotik untuk terapi penunjang untuk kesembuhan pasien pasca apendektomi. Pemberian larutan elektrolit kesemua pasien bertujuan untuk membantu keseimbangan cairan dan elektrolit.Pemberian obat anti mual/anti emetik karena pasien merasakan mual.Untuk keluhan nyeri pasca apendektomi diberikan analgesik. Pemberian antara lain obat anti tukak lambung, antipiretik, anti inflamasi dan obat penyakit penyerta pasien.

2. Karateristik analgesik

Penggunaan analgesik pada pasien apendektomi untuk mencegah nyeri.

Tabel 3. Analgesik Pasca Bedah Pada Pasien Apendektomi di RSUP Dr. Soeradji Tirtanegoro Klaten 2014

Golongan Analgesik Rute Dosis yang digunakan Jumlah (n=45)

Persentase NSAID Ketorolac i.v 30 mg/ 8 jam 45 100 NSAID Asam mefenamat p.o 500 mg (3x1) 39 86,67 Analgesik non opioid Parasetamol p.o 500 mg (3x1) 7 15,56 Analgesik non opioid Metamizole p.o 500 mg (3x1) 4 8,89 NSAID Na diklofenak p.o 50 mg (2x1) 1 2,22

Tabel 3 diatas adalah analgesik yang digunakan pasca operasi, rute analgesik yang digunakan setelah operasi adalah intravena dengan analgesik yang digunakan adalah jenis NSAID dan opiod.Analgesik yang digunakan sebanyak ketorolac 100% dari 45 pasien dilanjutkan peroral. Pada tabel 3analgesik yang digunakan secara peroral dengan persentase metamizole 8,89%, asam mefenamat 86,67%, parasetamol 15,56% dan Na diklofenak 2,22% dari 45 pasien.

3. Evaluasi Analgesik a. Tepat indikasi

Obat yang diberikan sesuai dengan indikasi atau sesuai dengan gejala yang dialami oleh pasien.


(9)

Tabel 4.Evaluasi Tepat Indikasi Pada Pasien Apendektomi di RSUP Dr. Soeradji Tirtanegoro Klaten 2014

Analgesik Keterangan Persentase

Analgesik Ketorolac Asam mefenamat Parasetamol Metamizole Na diklofenak

Tepat indikasi Tepat indikasi Tepat indikasi Tepat indikasi Tepat indikasi

100

Berdasarkan tabel 4 tepat indikasi 100%.Pada rekam medik pasien setelah menjalani operasi pasien merasakan nyeri.Tepat indikasi dilihat dari nyeri pasca operasi yang dirasakan pasien.Penatalaksanaa nyeri pasca operasi adalah dengan golongan NSAID (National Guideline Clearinghouse, 2010).Pada tabel 4 digunakan obat golongan NSAID yaitu ketorolac untuk menangani rasa nyeri sedang sampai berat, ketorolac diunggulkan untuk menangani rasa nyeri setelah operasi (Koda, 2009).Penggunaan analgesik opioid tidak meningkatan kesalahan diagnosis dan pengobatan (Manterola, 2011).

b. Tepat obat

Obat yang diberikan merupakan drug of choice, obat yang diberian sesuai dengan standar yang digunakan.

Tabel 5.Evaluasi Tepat Obat Pada Pasien Apendektomi di RSUP Dr. Soeradji Tirtanegoro Klaten 2014

Analgesik Keterangan Jumlah Obat n = 96

Persentase Parasetamol Tepat obat 7 7,29 Ketorolac Tepat obat 45 46,87

Jumlah 54,16

Asam mefenamat Tidak tepat obat 39 40,63 Na diklofenak Tidak tepat obat 4 4,17 Metamizole Tidak tepat obat 1 1,04

Jumlah 45,84

Berdasarkan tabel 5 jumlah pasien yang tepat obat 54,16%. Menurut WHO, penggunaan obat nyeri yang direkomendasikan adalah parasetamol, dengan nyeri ringan sampai sedang. Obat yang diberikan untuk nyeri pasca operasi sudah sesuai dengan standar.Ketorolac lebih unggul dibandingkan dengan meperidine karena lebih dapat menghambat sintesis prostaglandin dan untuk menghilangkan nyeri sedang sampai nyeri yang parah (Stanski, 2012). Berdasarkan tabel 5jumlah pasien yang tidak tepat obat 45,84%. Ketidaktepatan obat karena obat yang diberikan tidak rekomendasikan berdasaran WHO.

c. Tepat pasien

Obat yang diberikan tidak kontraindikasi dengan keadaan pasien, pada data penelitian tidak terdapat obat analgesik yang dikontraindikasikan dengan keadaan pasien.


(10)

Tabel 6. Evaluasi Tepat Pasien Pada Pasien Apendektomi di RSUP Dr. Soeradji Tirtanegoro Klaten 2014

No kasus

Obat Penyakit penyerta

Obat penyakit penyerta

Jumlah Persentase Keterangan

3 Asam mefenamat Hipertensi Captopril 1 2,22 Tepat pasien Ketorolac, parasetamol dan

metamizole

- 97,78 Tepat pasien

Jumlah 100

Berdasarkan tabel 6 jumlah ketepatan pasien adalah 100%.Pemberian NSAID merupakan faktor sekunder peningkatan tekanan darah (Depkes RI, 2006). Menurut Medscape (2015) di bagian interaksi obat terdapat interaksi antara captopril dengan asam mefenamat yaitu kerusakan fungsi ginjal ginjal, dapat mengurangi efek antagonisme farmakodinamik pada kaptopril, termasuk interaksi yang membahayakan pasien, NSAID mengurangi sintesis vasodilatasi prostaglandin ginjal, dan mempengaruhi homeostatis cairan dan dapat mengurangi efek dari anti hipertensi sehingga perlu dilakukan monitoring ketat.

d. Tepat dosis

Tepat dosis adalah obat yang diberikan tepat dosis besaran dosis dan frekuensi atau interval pemberian.

Tabel 7.Evaluasi Tepat Dosis Pada Pasien Apendektomi di RSUP Dr. Soeradji Tirtanegoro Klaten 2014

Analgesik Rute Dosis yang digunakan

Dosis yang dianjurkan Jumlah Persentase Keterangan Ketorolac I.v 30 mg/ 8 jam 30mg/8 jam 45 46,87 Tepat dosis Metamizole P.o 500 mg (3x1) 500 mg (3x sehari) 1 1,04 Tepat dosis Na diklofenak P.o 50 mg (2x1) 50 mg (2-3x sehari) 4 4,17 Tepat dosis Asam

mefenamat

P.o 500 mg (3x1) 500mg (3 sehari) 39 40,63 Tepat dosis

Jumlah 89 92,71

Parasetamol P.o 500 mg (3x1) 650 mg/ 4-6 jam 7 7,29 Tidak Tepat Dosis

Jumlah 7 7,29

Pada tabel 7 pemberian dosis pada pasien sudah sesuai dengan standar dengan ketepatan dosis 92,71%. Penggunaan ketorolac setelah operasi adalah 15-30 mg (Syarif, 2011). Penggunaan Ketorolac secara iv 30 mg 6-8 jam perhari (BPOM, 2008). Penggunaan dosis na diklofenak 100 sampai 150 mg sehari dengan dosis terbagi 2 atau 3 dosis (Syarif, 2007). Penggunaaan metamizole 500 mg dapat digunakan 3 kali sehari (BPOM, 2008).Asam mefenamat 500 mg digunakan 3 kali sehari (BPOM, 2008). Pada tabel 10 ketidaktepatan dosis adalah 7,29%, pemberian parasetamol 650 mg setiap 4 -6 jam.


(11)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Evaluasi penggunaan analgesik pada pasien apendektomi di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro adalah sebagai berikut :

1. Pola pengobatan menggunakan analgesik pasien apendektomi adalah ketorolac, asam mefenamat, metamizole, na diklofenak dan parasetamol jumlah pasien 45 dengan persentase sebanyak ketorolac 100%, asam mefenamat 86,67%, parasetamol 15,56%, metamizole 8,89%, dan na diklofenak 2,22%.

2. Hasil evaluasi ketepatan penggunaan analgesik adalah tepat indikasi 100%, tepat pasien100%, tepat obat54,16% dan tidak tepat obat 45,84%dan tepat dosis 92,71% dan ketidaktepatan dosis 7,29%.

Saran

Perlu dilakukan penelitian prospektif tentang penggunaan analgesik pada pasien apendektomi untuk melihat keberhasilan terapi.

DAFTAR PUSTAKA

BPOM, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Seagung Seto

Depkes RI, 2006, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi, Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan

Ferdianto, 2007, Rasionalitas Pemberian Analgesik Tramadol Pasca Operasi Di Rs DR Kariadi Semarang, Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang.

National Guideline Clearinghouse, 2010, Post–Operative Pain Management. In Guidelines On Pain Management, U.S Departement of Health & Human Services.

Hapsari, I & Astuti,E.N, 2004, Pola Penggunaan Analgetik Pada Pasien Pasca Bedah Abdomen Akut: Studi Kasus Pasien Apendisitis Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Pada Periode 2004, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Humes D, J & Simpson, J.,2006, Acute appendicitis, BMJ 2006;333:530–4

Koda et al., 2009, Applied Therapeutics The Clinical Use of Drug. Lippincot Williams & Wilkins Philadephian, (8-2)-(8-33)


(12)

Krismanuel, H., 2002, Pemulangan Awal dari Rumah Sakit Sesudah Apendisektomi Terbuka Hubungannya dengan Infeksi Luka Operasi dan Penerimaan penderita,

Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro.

Masoomi, H., Nguyen, N. T., Dolich, M. O., Mills, S., Carmichael, J.C., Stamos, M. J., Laparoscopic appendectomy trends and outcomes in the United States: data from the Nationwide Inpatient Sample (NIS), 2004- 2011. Am Surg 2014;80:1074-7

Materola C, Vial M, Morage J & Astudillo P., 2011, Analgesia In Patients With Acut Abdominal Pain, Jurnal NCBI.

Medscape, 2015, http://reference.medscape.com/drug-interactionchecker,(Diakses hari kamis tanggal 9 juni 2015 pukul 20.00 WIB).

Omari, A. H., Khammash, M. R., Qasaimeh, G. R., Shammari A. K., Yaseen, M. K. B., Hammon, S. K., 2014, Acute Appendicitis In The Eldery Risk Factors For Perforation,World Journal of Emergency Surgery 2014, 9:6

Pranomo, A, 2014, The Comparation Between Tramadol With Ketorolac As Analgesic Post Appendectomy at PKU Muhammadiyah Hospital of Yogyakarta, Jurnal, international journal of PharmTech research, 363

Sindhavanda, W. et al., 2005, Parecoxib Versus Tramadol for Post-Appendectomy Pain, Jurnal, Departement of Anesthesiology, Faculty of Medicine Chulalongorn University, 1357,1359

Sulikhah N.M., 2013, Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pasien Operasi Apendektomi Di Rumah Sakit “X” Tahun 2013, Naskah Publikasi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Stanski, D.R, Cherry, C., Bradley, R., Sarnquist, F. H & Yee, J. P.,2012, Efficacy and Safety of Single Doses of Intramuscular Ketorolac Tromethamine Compared with Meperidine for Postoperative Pain, Jurnal of Human Pharmacology and Drug Theray,

Syarif, A.,et al., 2007, Farmakologi dan Terapi, Gunawan, S.G, Nafrialdi, R.S & Elysabeth, Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Cetak Ulang Dengan Tambahan 2011, Jakarta, Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


(1)

2. Diagnosis

Pada tabel 1 sebanyak 26 pasien dengan persentase 57,78 % didiagnosis apendisitis kronis, 14 pasien dengan presentase 31,11% didiagnosa apendisitis akut dan 5 pasien tercatat didiagnosis apendisitis saja dalam rekam medis 11,11%. Penanganan apendiksitis yang tertangani dengan lamban dapat menyebabkan apendisitis perforasi (Omari et al, 2014).Pada penelitian di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang dilakukan oleh Sulikhah, (2013) pasien yang mengalami apendisitis kronis 34%, apendisitis akut 52%, apendisitis perforasi 10% dan di catatan medik hanya tertulis apendisitis 4%.

3. Penyakit penyerta

Pada tabel 1 penyakit penyerta pada pasien adalah hipertensi dan ISPA dengan persentase 4,44% dan 4,44%. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sulikhah (2013) di Penelitian di RSUD Dr. Moewardi terdapat penyakit penyerta hipertensi 3%.

4. Cara keluar

Pada tabel 1 ada beberapa cara keluar dari rumah sakit yaitu diijinan pulang, pulang paksa, dirujuk ke tempat lain, pindah rumah sakit lain dan lari. Dari hasil penelitian diperoleh 45 pasien diizinan pulang sebanyak 97,78% dan 1 pasien pulang paksa 2,22 %. 5. Lama rawat inap

Pada tabel 1 lama rawat inap dikelompokan dengan selisih 2 hari sebanyak 3-5 hari 35,56%, 6-8 hari 37,78% ,9-11 hari 24,44% dan diatas 12 hari 2,22%. Setelah menjalani apendektomi terbuka, namun pulang lebih awal tidak menambah angka infeksi luka operasi (Krismanuel,2002).

B. Karakteristik Obat 1. Jenis obat yang digunaan pasien berdasaran kelas terapi

Persentase hasil dari penggunaan antibiotik dan analgesik adalah sebagai berikut: Tabel 2. Karakteristik obat pada pasien apendektomi di RSUP Dr. Soeradji Tirtanegoro Klaten 2014

Kelas terapi Nama Obat Jumah Presentase (%)

Antibiotik Cefadroksil Cefixime Seftriakson Ciprofloksasin Metronidazole Ampisilin 27 2 42 16 6 1 60 4,44 93,33 35,56 13,33 2,22 Analgesik Ketorolac Asam mefenamat Paracetamol Metamizole Na diklofenak 45 39 7 4 1 100 86,67 15,56 8,89 2,22 Anti tukak lambung Omeprazole

Ranitidin Sulkafrat 2 38 2 4,44 84,44 4,44

Anti Emetik Ondansentron 1 2,22

Anti Hipertensi Captopril Amplodipin

2 1

4,44 2,22

Mukolitik Ambroxol 2 4,22


(2)

Pada tabel 2 penelitian antibiotik yang digunakan oleh pasien apendiktomi adalah golongan sefalosporin generasi ke 3 yaitu seftriakson 93,33% dan cefixime 4,44% antibiotik lainnya sebanyak cefadroksil 60%, ciprofloksasin 35,56%, ampisilin 2,22%, dan metronidazole 13,33%. Pada penelitian di RSUD Dr. Moewardi Surakarta 2013 mengenai profilaksis antibiotik pada pasien apendiktomi menggunaan golongan sefalosporin generasi 3 yaitu seftriakson dan sefotaksim sebanyak 88% dan 12 %. Antibiotik lain yang digunakan adalah ciprofloksasin, amoxicillin, metronidazole, cefadroksil, levofloksasain dan gentamicin (Sulikhah, 2013).

Obat lain yang diberikan merupakan non antibiotik untuk terapi penunjang untuk kesembuhan pasien pasca apendektomi. Pemberian larutan elektrolit kesemua pasien bertujuan untuk membantu keseimbangan cairan dan elektrolit.Pemberian obat anti mual/anti emetik karena pasien merasakan mual.Untuk keluhan nyeri pasca apendektomi diberikan analgesik. Pemberian antara lain obat anti tukak lambung, antipiretik, anti inflamasi dan obat penyakit penyerta pasien.

2. Karateristik analgesik

Penggunaan analgesik pada pasien apendektomi untuk mencegah nyeri.

Tabel 3. Analgesik Pasca Bedah Pada Pasien Apendektomi di RSUP Dr. Soeradji Tirtanegoro Klaten 2014

Golongan Analgesik Rute Dosis yang digunakan Jumlah

(n=45)

Persentase

NSAID Ketorolac i.v 30 mg/ 8 jam 45 100

NSAID Asam mefenamat p.o 500 mg (3x1) 39 86,67

Analgesik non opioid Parasetamol p.o 500 mg (3x1) 7 15,56

Analgesik non opioid Metamizole p.o 500 mg (3x1) 4 8,89

NSAID Na diklofenak p.o 50 mg (2x1) 1 2,22

Tabel 3 diatas adalah analgesik yang digunakan pasca operasi, rute analgesik yang digunakan setelah operasi adalah intravena dengan analgesik yang digunakan adalah jenis NSAID dan opiod.Analgesik yang digunakan sebanyak ketorolac 100% dari 45 pasien dilanjutkan peroral. Pada tabel 3analgesik yang digunakan secara peroral dengan persentase metamizole 8,89%, asam mefenamat 86,67%, parasetamol 15,56% dan Na diklofenak 2,22% dari 45 pasien.

3. Evaluasi Analgesik a. Tepat indikasi

Obat yang diberikan sesuai dengan indikasi atau sesuai dengan gejala yang dialami oleh pasien.


(3)

Tabel 4.Evaluasi Tepat Indikasi Pada Pasien Apendektomi di RSUP Dr. Soeradji Tirtanegoro Klaten 2014

Analgesik Keterangan Persentase

Analgesik Ketorolac Asam mefenamat Parasetamol Metamizole Na diklofenak

Tepat indikasi Tepat indikasi Tepat indikasi Tepat indikasi Tepat indikasi

100

Berdasarkan tabel 4 tepat indikasi 100%.Pada rekam medik pasien setelah menjalani operasi pasien merasakan nyeri.Tepat indikasi dilihat dari nyeri pasca operasi yang dirasakan pasien.Penatalaksanaa nyeri pasca operasi adalah dengan golongan NSAID (National Guideline Clearinghouse, 2010).Pada tabel 4 digunakan obat golongan NSAID yaitu ketorolac untuk menangani rasa nyeri sedang sampai berat, ketorolac diunggulkan untuk menangani rasa nyeri setelah operasi (Koda, 2009).Penggunaan analgesik opioid tidak meningkatan kesalahan diagnosis dan pengobatan (Manterola, 2011).

b. Tepat obat

Obat yang diberikan merupakan drug of choice, obat yang diberian sesuai dengan standar yang digunakan.

Tabel 5.Evaluasi Tepat Obat Pada Pasien Apendektomi di RSUP Dr. Soeradji Tirtanegoro Klaten 2014

Analgesik Keterangan Jumlah Obat

n = 96

Persentase

Parasetamol Tepat obat 7 7,29

Ketorolac Tepat obat 45 46,87

Jumlah 54,16

Asam mefenamat Tidak tepat obat 39 40,63

Na diklofenak Tidak tepat obat 4 4,17

Metamizole Tidak tepat obat 1 1,04

Jumlah 45,84

Berdasarkan tabel 5 jumlah pasien yang tepat obat 54,16%. Menurut WHO, penggunaan obat nyeri yang direkomendasikan adalah parasetamol, dengan nyeri ringan sampai sedang. Obat yang diberikan untuk nyeri pasca operasi sudah sesuai dengan standar.Ketorolac lebih unggul dibandingkan dengan meperidine karena lebih dapat menghambat sintesis prostaglandin dan untuk menghilangkan nyeri sedang sampai nyeri yang parah (Stanski, 2012). Berdasarkan tabel 5jumlah pasien yang tidak tepat obat 45,84%. Ketidaktepatan obat karena obat yang diberikan tidak rekomendasikan berdasaran WHO.

c. Tepat pasien

Obat yang diberikan tidak kontraindikasi dengan keadaan pasien, pada data penelitian tidak terdapat obat analgesik yang dikontraindikasikan dengan keadaan pasien.


(4)

Tabel 6. Evaluasi Tepat Pasien Pada Pasien Apendektomi di RSUP Dr. Soeradji Tirtanegoro Klaten 2014

No kasus

Obat Penyakit penyerta

Obat penyakit penyerta

Jumlah Persentase Keterangan

3 Asam mefenamat Hipertensi Captopril 1 2,22 Tepat pasien

Ketorolac, parasetamol dan metamizole

- 97,78 Tepat pasien

Jumlah 100

Berdasarkan tabel 6 jumlah ketepatan pasien adalah 100%.Pemberian NSAID merupakan faktor sekunder peningkatan tekanan darah (Depkes RI, 2006). Menurut Medscape (2015) di bagian interaksi obat terdapat interaksi antara captopril dengan asam mefenamat yaitu kerusakan fungsi ginjal ginjal, dapat mengurangi efek antagonisme farmakodinamik pada kaptopril, termasuk interaksi yang membahayakan pasien, NSAID mengurangi sintesis vasodilatasi prostaglandin ginjal, dan mempengaruhi homeostatis cairan dan dapat mengurangi efek dari anti hipertensi sehingga perlu dilakukan monitoring ketat.

d. Tepat dosis

Tepat dosis adalah obat yang diberikan tepat dosis besaran dosis dan frekuensi atau interval pemberian.

Tabel 7.Evaluasi Tepat Dosis Pada Pasien Apendektomi di RSUP Dr. Soeradji Tirtanegoro Klaten 2014

Analgesik Rute Dosis yang

digunakan

Dosis yang dianjurkan Jumlah Persentase Keterangan

Ketorolac I.v 30 mg/ 8 jam 30mg/8 jam 45 46,87 Tepat dosis

Metamizole P.o 500 mg (3x1) 500 mg (3x sehari) 1 1,04 Tepat dosis

Na diklofenak P.o 50 mg (2x1) 50 mg (2-3x sehari) 4 4,17 Tepat dosis

Asam mefenamat

P.o 500 mg (3x1) 500mg (3 sehari) 39 40,63 Tepat dosis

Jumlah 89 92,71

Parasetamol P.o 500 mg (3x1) 650 mg/ 4-6 jam 7 7,29 Tidak Tepat

Dosis

Jumlah 7 7,29

Pada tabel 7 pemberian dosis pada pasien sudah sesuai dengan standar dengan ketepatan dosis 92,71%. Penggunaan ketorolac setelah operasi adalah 15-30 mg (Syarif, 2011). Penggunaan Ketorolac secara iv 30 mg 6-8 jam perhari (BPOM, 2008). Penggunaan dosis na diklofenak 100 sampai 150 mg sehari dengan dosis terbagi 2 atau 3 dosis (Syarif, 2007). Penggunaaan metamizole 500 mg dapat digunakan 3 kali sehari (BPOM, 2008).Asam mefenamat 500 mg digunakan 3 kali sehari (BPOM, 2008). Pada tabel 10 ketidaktepatan dosis adalah 7,29%, pemberian parasetamol 650 mg setiap 4 -6 jam.


(5)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Evaluasi penggunaan analgesik pada pasien apendektomi di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro adalah sebagai berikut :

1. Pola pengobatan menggunakan analgesik pasien apendektomi adalah ketorolac, asam mefenamat, metamizole, na diklofenak dan parasetamol jumlah pasien 45 dengan persentase sebanyak ketorolac 100%, asam mefenamat 86,67%, parasetamol 15,56%, metamizole 8,89%, dan na diklofenak 2,22%.

2. Hasil evaluasi ketepatan penggunaan analgesik adalah tepat indikasi 100%, tepat pasien100%, tepat obat54,16% dan tidak tepat obat 45,84%dan tepat dosis 92,71% dan ketidaktepatan dosis 7,29%.

Saran

Perlu dilakukan penelitian prospektif tentang penggunaan analgesik pada pasien apendektomi untuk melihat keberhasilan terapi.

DAFTAR PUSTAKA

BPOM, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Seagung Seto

Depkes RI, 2006, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi, Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan

Ferdianto, 2007, Rasionalitas Pemberian Analgesik Tramadol Pasca Operasi Di Rs DR Kariadi Semarang, Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang.

National Guideline Clearinghouse, 2010, Post–Operative Pain Management. In Guidelines On Pain Management, U.S Departement of Health & Human Services.

Hapsari, I & Astuti,E.N, 2004, Pola Penggunaan Analgetik Pada Pasien Pasca Bedah Abdomen Akut: Studi Kasus Pasien Apendisitis Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Pada Periode 2004, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Humes D, J & Simpson, J.,2006, Acute appendicitis, BMJ 2006;333:530–4

Koda et al., 2009, Applied Therapeutics The Clinical Use of Drug. Lippincot Williams & Wilkins Philadephian, (8-2)-(8-33)


(6)

Krismanuel, H., 2002, Pemulangan Awal dari Rumah Sakit Sesudah Apendisektomi Terbuka Hubungannya dengan Infeksi Luka Operasi dan Penerimaan penderita, Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro.

Masoomi, H., Nguyen, N. T., Dolich, M. O., Mills, S., Carmichael, J.C., Stamos, M. J., Laparoscopic appendectomy trends and outcomes in the United States: data from the Nationwide Inpatient Sample (NIS), 2004- 2011. Am Surg 2014;80:1074-7

Materola C, Vial M, Morage J & Astudillo P., 2011, Analgesia In Patients With Acut Abdominal Pain, Jurnal NCBI.

Medscape, 2015, http://reference.medscape.com/drug-interactionchecker,(Diakses hari kamis tanggal 9 juni 2015 pukul 20.00 WIB).

Omari, A. H., Khammash, M. R., Qasaimeh, G. R., Shammari A. K., Yaseen, M. K. B., Hammon, S. K., 2014, Acute Appendicitis In The Eldery Risk Factors For Perforation,World Journal of Emergency Surgery 2014, 9:6

Pranomo, A, 2014, The Comparation Between Tramadol With Ketorolac As Analgesic Post Appendectomy at PKU Muhammadiyah Hospital of Yogyakarta, Jurnal, international journal of PharmTech research, 363

Sindhavanda, W. et al., 2005, Parecoxib Versus Tramadol for Post-Appendectomy Pain, Jurnal, Departement of Anesthesiology, Faculty of Medicine Chulalongorn University, 1357,1359

Sulikhah N.M., 2013, Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pasien Operasi Apendektomi Di Rumah Sakit “X” Tahun 2013, Naskah Publikasi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Stanski, D.R, Cherry, C., Bradley, R., Sarnquist, F. H & Yee, J. P.,2012, Efficacy and Safety of Single Doses of Intramuscular Ketorolac Tromethamine Compared with Meperidine for Postoperative Pain, Jurnal of Human Pharmacology and Drug Theray,

Syarif, A.,et al., 2007, Farmakologi dan Terapi, Gunawan, S.G, Nafrialdi, R.S & Elysabeth, Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Cetak Ulang Dengan Tambahan 2011, Jakarta, Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Dokumen yang terkait

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik pada Pasien Geriatri di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Jawa Tengah

0 5 17

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik pada Pasien Geriatri di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Jawa Tengah Pe

0 3 12

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN TUKAK PEPTIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Tukak Peptik Di Instalasi Rawat Inap Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2014.

0 2 13

Lampiran 1. Data Penggunaan Obat pada Pasien Tukak Peptik di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2014 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Tukak Peptik Di Instalasi Rawat Inap Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2014.

0 4 13

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN TUKAK PEPTIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Tukak Peptik Di Instalasi Rawat Inap Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2014.

0 4 17

EVALUASI KETEPATAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK TERDIAGNOSA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI Evaluasi Ketepatan Antibiotik Pada Pasien Anak Terdiagnosa Pneumonia Di Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2014.

0 4 11

PENDAHULUAN Evaluasi Penggunaan Analgesik Pada Pasien Apendektomi Di Rsup Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten 2014.

0 3 6

EVALUASI PENGGUNAAN ANALGESIK PADA PASIEN APENDEKTOMI DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO Evaluasi Penggunaan Analgesik Pada Pasien Apendektomi Di Rsup Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten 2014.

0 3 12

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Demam Tifoid Di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2011.

0 3 13

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2011 Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Pneumonia Pediatrik Di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro K

0 1 11