Panjang akar oxysporum f.sp. capsici yang didapat dari lahan petani cabai di Marelan kabupaten.

2010 bahwa agen antagonis dapat melakukan proses dekomposisi bahan organik yang berasal dari sekam padi dan pupuk kandang yangdigunakan sebagai media tanam. Dalam proses dekomposisi tersebut agen antagonis baik Trichoderma sp. maupun Gliocladium sp. akan mengubah unsur yang ada dalam bentuk larut sehingga bisa diserap oleh tanaman. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pada perlakuan T4 berbeda nyata dengan perlakuan T0. Hal ini dikarenakkan pada perlakuan T4 diaplikasikan jamur Trichoderma sp., sedangkan pada perlakuan T0 tidak diberi perlakuan. Pemberian jamur Trichoderma sp. pada tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Trichoderma sp merupakan jamur parasit yang dapat menyerang dan mengambilnutrisi dari jamur lain.Hal ini sesuai literatur Setyowati 2003 yang menyatakan bahwa peranan Trichoderma sp yang mampu menyerang jamur lain namun sekaligus berkembang baik pada daerah perakaran menjadikan keberadaan jamur ini sebagai biokontrol dan memperbaiki pertumbuhan tanaman.

4. Panjang akar

cm, berat akar basah g, dan kering g Analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberi F. oxysporum dan jamur endofit berpengaruh sangat nyata terhadap panjang akar cm, berat akar basah dan kering g. Hasil uji beda rataan kejadian penyakit dapat dilihat pada Tabel 4 dan Lampiran 44-46. Tabel 4. Pengaruh inokulasi F. oxysporum dengan jamur Trichoderma sp. Dan G. virens terhadap panjang akar cm, berat akar basah dan kering g Perlakuan Pengamatan 5 MSI Berat Basah g Berat Kering Akar g Panjang Akar cm T0 4.17 abcd 1.22 bcd 28.37 a T1 2.14 d 0,39 f 16.93 c T2 3.12 cd 1.29 bcd 24.07 ab T3 6.04 a 1.85 a 26.47 ab T4 5.24 ab 1.04 cde 28.17 a Universitas Sumatera Utara T5 5.22 ab 1.40 abc 26.67 ab T6 2.29 cd 0.42 f 17.67 c T7 5.23 ab 1.58 ab 25.17 ab T8 2.50 cd 0.78 def 22.00 bc T9 4.94 abc 0.51 ef 18.17 c Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak duncan pada taraf 5. T1: F. oxysporum, T2 : T. virdae, T3: T. Koningii, T4: T. harzianum, T5: G. virens, T6: F. oxysporum + T. virdae T7: F. oxysporum + T. koningii , T8: F. oxysporum + T. harzianum, T9: F. oxysporum, + G. virens MSI : Minggu Setelah Inokulasi Hubungan antara panjang akar cm, berat basah dan kering g dengan pengaruh inokulasi F. oxysporum dan jamur Trichoderma sp. Dan Gliocladium virens dapat dilihat pada Gambar 6. Universitas Sumatera Utara Gambar 6. Hubungan antara terhadap panjang akar cm, berat akar basah dan kering g dengan pengaruh inokulasi F. oxysporum dan jamur Trichoderma sp. Dan Gliocladium virens Dari hasil pengamatan 7 msi diperoleh panjang akar tertinggi terdapat pada perlakuan T4 T. harzianum yaitu sebesar 28,17 cm. Hal ini dikarenakan jamur Trichoderma harzianum menghasilkan suatu suatu hormon yang dapat berpengaruh terhadap tanaman yang di aplikasikan. Salisbury dan Ross, 1995 dalam Sudantha dan Ernawati 2012 menyatakan bahwa Hormon tumbuhan merupakan senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain, dan pada konsentrasi yang sangat rendah mampu menimbulkan suatu respon fisiologis. Respon tersebut dapat berupa memacu pertumbuhan batang, daun, akar, bunga atau buah. Sebaliknya panjang akar terendah terdapat pada perlakuan F. oxysporum T1 yaitu sebesar 16,93 cm. Hal ini dikarenakan patogen F. oxysporum merupakan patogen tular tanah yang menyerang tanaman melalui akar, terutama akar yang luka. Kemudian berkembang sepanjang akar menuju batang, dan disini jamur berkembang secara meluas dalam jaringan pembuluh sebelum masuk ke dalam batang palsu. Djaenuddin 2011 menyatakan bahwa F. oxysporum menyerang tanaman melalui akar, terutama akar yang luka. Setelah masuk ke dalam akar, jamur berkembang sepanjang akar menuju batang, dan disini jamur berkembang secara meluas dalam jaringan pembuluh sebelum masuk ke dalam batang palsu. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil pengamatan pada 5 msi diketahui bahwa bobot basah akar dan kering tertinggi terdapat pada perlakuan T3 T. koningii masing-masing seberat 6,04 g dan 1,85 g. Hal ini dikarenakan T. koningii adalah salah satu mikroorganisme yang mampu memacu pertumbuhan tanaman dan terbentuknya rambut-rambut akar yang lebih banyak juga. Hal ini sesuai dengan literatur Setyowati et al 2003 yang terbentuknya rambut-rambut akar yang lebih banyak juga, sehingga mampu menyerap hara dari dalam tanah semakin tinggi sehingga meningkatkan kemampuan fotosintetis tanaman. Dengan semakin tingginya kemampuan berfotosintetis maka dapat meningkatkan bobot tanaman. Dari data pengamatan menunjukkan bahwa panjang akar dapat dihubungkan dengan berat akar basah dan berat akar kering, yaitu semakin panjang akar maka semakin tinggi berat akar basah dan berat akar kering. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa panjang akar, bobot akar basah dan kering tertinggi secara kombinasi terdapat pada perlakuan T7 F. oxysporum + T. koningii ini dikarenakan T. koningii lebih cepat pertumbuhannya untuk menghambat patogen. Hal ini sesuai dengan literature Pinem dan Sipayung 2005 yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa intensitas serangan Fusarium setelah aplikasi jamur antagonis menunjukan pada perlakuan T. koningii memiliki intensitas yang sangat rendah. Hal ini dikarenakn T. koningii mempunyai pertumbuhan yang cepat dan kemampuan menghasilkan konidia dalam jumlah yang besar.

5. Kejadian penyakit , dan keparaha penyakit

Dokumen yang terkait

Penggunaan Jamur Antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. untuk Mengendalikan Penyakit Layu (Fusarium oxysporum) pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

9 157 125

Uji Efektivitas Jamur Spicaria sp (Mooniliaales; Moniliaceae) Untuk Mengendalikan Hama-Hama Penting Pada Tanaman Kacang Hijau ( Phaseolus radiatus. L)

1 31 62

Uji Efektifitas Jamur Antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. dalam Mengendalikan Penyakit Rebah Semai (Phytium spp.) pada Tanaman Tembakau deli (Nicotiana tabaccum L.) di Pembibitan

1 84 59

Penggunaan Jamur Antagonis Gliocladium virens Miller untuk Menghambat Pertumbuhan Penyakit Fusarium oxysporum f. sp. passiflora pada Pembibitan Markisa di Rumah Kassa

5 48 107

Penggunaan Jamur Antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. untuk Mengendalikan Penyakit Layu (Fusarium oxysporum) pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

1 2 64

Penggunaan Jamur Antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. untuk Mengendalikan Penyakit Layu (Fusarium oxysporum) pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

2 2 9

Penggunaan Jamur Antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. untuk Mengendalikan Penyakit Layu (Fusarium oxysporum) pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

0 1 13

Uji Efektifitas Jamur Antagonis Trichoderma sp. Dan Gliocladium sp. Untuk Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium

0 0 8

PENDAHULUAN Latar Belakang - Uji Efektifitas Jamur Antagonis Trichoderma sp. Dan Gliocladium sp. Untuk Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium

0 9 10

Uji Efektifitas Jamur Antagonis Trichoderma sp. Dan Gliocladium sp. Untuk Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium

1 22 12