Objek Penelitian Citra Aburizal Bakrie Terkait Pemilu Presiden 2014 (Analisis Framing Laporan Utama “SIASAT ABURIZAL” di Majalah Tempo Edisi 25 November-1 Desember 2013)

bergantung pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri danberhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa danperistilahannya Moloeng, 2000: 3. Penelitian kualitatif memiliki beberapa karakteristik, antara lain: 1. Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan entity. 2. Menggunakan metode kualitatif. 3. Menggunakan analisis data secara induktif. 4. Menggunakan teori dari dasar grounded theory, penyusunanteori berasal dari data yang ada karena tidak ada teori aprioriyang dapat mencakup kenyataan ganda yang mungkin akandihadapi. 5. Lebih banyak mementingkan segi proses daripada hasil karenahubungan bagian-bagian yang diteliti akan jauh lebih jelas biladiamati dalam proses 6. Penelitian kualitatif mendefinisikan validitas, reliabilitas danobjektivitas dalam versi lain dibanding yang lazim digunakanpada penelitian klasik 7. Menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikandengan kenyataan lapangan. Penelitian ini akan menggunakan metode analisis isi dengankonteks framing. Tidak seperti analisis isi konvensional yang secara tipikaldifokuskan pada muatan isi teks berita yang manifest, analisis framing lebih difokuskan pada komentar-komentar interpretative di sekitar isimanifest tersebut.

3.2 Objek Penelitian

Majalah Tempo memiliki sejarah panjang di negeri ini.Kantor Majalah MingguanTempo yang beraksi di Jalan Proklamasi No.72, Jakarta, itu tak bisa dilepaskan denganperkembanganpemerintahan di Indonesia. Adilnya cukup besar baik dalam membantupenegakan hukum, memberikan wawasan kepada masyarakat dan masih banyak lagi.Walaupun pernah ditutup, pada 21 Juni 1994 oleh Pemerintahan Orde Baru tetapi terushidup dan semakin eksis. Saat ini Majalah Tempo, The Leading News Magazine di Indonesia dengan pembaca 535.000 orang.Sebagai majalah tertua di Indonesia yang diluncurkan di Universitas Sumatera Utara bulan Maret 1971, majalah ini adalah pemegang rekor media yang paling sering dibredel.Halini membukt ikan bahwa Tempo lebih mengutamakan independesi, walaupun hal tersebutbukanlah hal yang ringan dan mudah. Sejak diterbitkan kembali, dengan mengharmonikan tahunan pengalaman denganenergi darah muda, tidaklah mudah bagi Tempo untuk dapat kembali memimpin industrimajalah di tengah persaingan dan menjamurkan majalh- majalah baru.Saat ini Majalah Tempo telah kembali melayani sekita 535.000 pembaca yangberasal dari pembaca yang tetap loyal, sekaligus memikat hati pembaca muda yangberasal dari kalangan orang perkotaan dari kelas menengah atas. Mereka tentunya mapansecara ekonomis, berpendidikan dan diharapkan menjadi motor perkembangan bangsa ini. Tempo merupakan sebuah gambaran dalam industri pers Indonesia.Majalah ini menjadi salah satu media tertua di Asia Tenggara.Kegigihannya untuk memperjuangkan kemerdekaan jurnalisme telah membuat Tempo menjadi sebuah legenda dalam sejarah industri Pers Indonesia.Pada saat dilarang terbit pada tahun 1982 dan 1994, Tempo tidak berhenti menyuarakan perjuangannya dan telah menjadi salah satu sarana kemerdekaan pers yang dinikmati Indonesia saat ini.Jatuh-bangun, naik-turun, bukan sekadar hal yang biasa.Itu bagaikan dua sisi mata uang dalam pengalamannya.Sebagai majalah berita tertua di negeri ini Pontoh, 2005:30. Majalah mingguan ini terbit perdana pada April 1971 dengan berita utama mengenai cedera parah yang dialami Minarni, pemain badminton andalan Indonesia di Asean Games Bangkok, Thailand. Dimodali Rp 20 juta oleh Yayasan Jaya Raya milik pengusaha Ciputra; digawangi oleh mereka para seniman yang mencintai pekerjaannya dan para wartawan berpengalaman yang dipecat atau keluar dari tempat kerja sebelumnya: Ekspress, Kompas, dan lainnya. Para seniman dan wartawan itu adalah Goenawan Mohamad Ketua Dewan Redaksi, Bur Rasuanto Wakil Ketua, Usamah, Fikri Jufri, Cristianto Wibisono, Toeti Kakiailatu, Harjoko Trisnadi, Lukman Setiawan, Syu’bah Asa, Zen Umar Purba, Putu Wijaya, Isma Sawitri, Salim Said, dan lainnya. Satu orang Universitas Sumatera Utara kepercayaan dari Yayasan Jaya Raya juga turut serta mengelola Tempo, yaitu Eric Samola. Nama Tempo dipilih karena; pertama, singkat dan bersahaja, enak diucapkan oleh lidah orang Indonesia dari segala jurusan; kedua, terdengar netral, tidak mengejutkan dan tidak merangsang; ketiga, bukan simbol sebuah golongan; dan keempat, Tempo adalah waktu. Edisi pertama Tempo laku sekira 10.000 eksemplar.Disusul edisi kedua yang laku sekira 15.000 eksemplar. Progress penjualan oplah ini menepis keraguan Zainal Abidin, bagian sirkulasi Tempo, yang menganggap majalah ini tidak akan laku. Selanjutnya, oplah Tempo terus meningkat pesat hingga pada tahun ke-10, penjualan Tempo mencapai sekira 100.000 eksemplar. Dalam perjalanannya, terjadi dualisme kepemimpinan di tubuh Tempo antara Goenawan dengan Bur. Keduanya memiliki perbedaan ide dasar. Goenawan ingin Tempo bergaya tulis feature bercerita, sedangkan Bur cenderung ke news. Keduanya pun sering berbeda paham dan saling bertolak pendapat. Puncaknya pada saat Bur melemparkan air kopi ke arah Goenawan.Tindakan yang dianggap kelewatan oleh Goenawan hingga dia meminta kepada Eric Samola untuk memutuskan, apakah dia yang keluar atau Bur. Akhirnya Bur yang mengundurkan diri dari Tempo. Pembredelan I: Pada 12 April 1982, di usia yang ke-12 tahun, Tempo dibredel oleh Departemen Penerangan melalui surat yang dikeluarkan oleh Ali Moertopo Menteri Penerangan. Tempo dianggap telah melanggar kode etik pers. Ide pembredelan itu sendiri datang dari Persatuan Wartawan Indonesia PWI yang saat itu dipimpin oleh Harmoko, wartawan harian Pos Kota. Diduga, pembredelan tersebut terjadi karena Tempo meliput kampanye partai Golkar di Lapangan Banteng, Jakarta, yang berakhir rusuh. Presiden Soeharto, yang notabene motor partai Golkar, tidak suka dengan berita tersebut. Pada 7 Juni 1982, pembredelan Tempo dicabut setelah Goenawan membubuhkan tanda tangan di secarik kertas. Secarik kertas itu berisi permintaan maaf Tempo dan kesediaan untuk dibina oleh pemerintah.Waktu itu, Goenawan tidak punya pilihan lain memang. Universitas Sumatera Utara Pembredelan II, pada 21 Juni 1994, Tempo kembali dibredel bersama saudara tirinya: Editordan majalah yang sedang berkembang: Detik. Kali ini penyebabnya adalah berita Tempo terkait pembelian pesawat tempur eks Jerman Timur oleh BJ Habibie.Berita tersebut tidak menyenangkan para pejabat militer karena merasa otoritasnya dilangkahi. Namun, diduga, penyebab dasarnya adalah karena Presiden Soeharto tidak suka Tempo dari dulu; berita BJ Habibie hanyalah alasan pembenaran.Majalah Tempo, 6 Maret 2012 Kalau dulu syarat terbit kembali sangat mudah, hanya bertanda tangan di secarik kertas, kali ini sangat sulit. Keluarga Presiden Soeharto yang diwakili Hasyim Djojohadikusumo, adik Prabowo Subianto, dalam penjelasannya kepada Erick Samola di sebuah pertemuan di hotel memberikan syarat: berita Tempo harus diketahui oleh mereka Keluarga Presiden Soeharto, pemimpin redaksi harus ditentukan oleh mereka, dan mereka bisa membeli saham Tempo. Jajaran pemimpin Tempo mendiskusikan syarat tersebut.Semuanya kemudian bersepakat untuk menolaknya.Mereka rela Tempo tidak pernah terbit lagi.Ini adalah persoalan integritas diri, alasannya. Pembredelan tiga media tersebut di atas menyulut pelbagai demonstrasi massa. Salah satunya, demonstrasi berdarah pada 27 Juni 1994 oleh para aktifis, mahasiswa, dan buruh.Di tubuh PWI juga terjadi demonstrasi.Sebagian wartawan seperti Ahmad Taufik, Dita Indah Sari, dan lainnya sepakat untuk mendirikan Aliansi Jurnalis Independen AJI.Mereka menuduh PWI berdiri di bawah ketiak pemerintah. Walau pun dibredel, Tempo punya cara sendiri untuk tetap eksis dan menyapa pembacanya. Pada 1996, Tempo meluncurkan majalah digital pertama di Indonesia: Tempo Interaktif, melalui situs www.tempo.co.id. Karena beredar di dunia maya, majalah ini lolos dari jangkauan pembredelan. Meskipun Tempo tetap eksis, sebagian wartawannya tidak tahan hidup tanpa penghasilan yang jelas. Mereka pun keluar: Lukman Setiawan, Mahtoem Mastoem, Harjoko Trisnadi, Herry Komar, Amran Nasution, dan Agus Basri. Mereka kemudian mendirikan majalah Gatra yang dimodali Bob Hasan, pengusaha dan orang kepercayaan Presiden Soeharto. Sebagian yang lain bergabung di majalah Forum dan tabloid Kontan. Majalah Tempo, 6 Maret 2012 Universitas Sumatera Utara Jatuhnya Presiden Soeharto pada reformasi 21 Mei 1998 dan naiknya BJ Habibie sebagai Presiden memberi angin segar bagi masa depan Tempo. Ya, benar saja, BJ Habibie mencabut pembredelan Tempo dan mengizinkannya untuk terbit kembali. Gayung bersambut, awak Tempo bergerak.Sekira 40 orang berkumpul di Teater Utan Kayu untuk memikirkan Tempo baru. Hasilnya, melalui PT Arsa Raya Perdana dan dengan investasi baru sekira Rp 5 milliar, Tempo edisi perdana pascabredel terbit pada Selasa, 6 Oktober 1998. “Kami makin sadar: ada sesuatu yang lebih berharga ketimbang nafkah dan kepuasan profesional, yakni kemerdekaan dan harga diri,” tulis editorial perdana Tempo pascabredel.Perkembangan Tempo pascabredel sangat progress. Oplah mencapai sekira 60 ribu eksemplar tiap kali terbit, mengalahkan majalah pesaing: Gatra, Forum, Panji Masyarakat, dan Gamma. Begitu pula dari sisi iklan, Tempo meraih 41 porsi iklan dibandingkan para pesaingnya tersebut. Persentase tersebut meningkat pada tahun 2000 menjadi 50 dan pada tahun 2005 menjadi 70. Perkembangan yang luar biasa tersebut membuat manajemen menerbitkan Tempo dalam edisi Inggris bernama Tempo Magazine pada 12 September 2000.Edisi Inggris ini terbit tiap minggu, dua hari setelah edisi Indonesia terbit.Oplahnya lumayan, laku sekira 7 ribu eksemplar di edisi perdananya.Intinya, Tempo kini bisa dibeli di luar negeri dan dibaca oleh orang asing. Pada 6 Nopember 2000, Tempo menjadi media pertama yang masuk bursa saham go public. Nama PT Arsa Raya Perdana diganti menjadi PT Tempo Media Inti supaya mudah dikenali. Pada penawaran perdananya, Tempo menawarkan 200 juta saham dan 100 juta warran guna maraup dana segar Rp 75 milliar. Terbit dengan 120,000 eksemplar per-minggu dengan jumlah pembaca 535,000.Jaringan distribusi yang merata di Jakarta 44,5, Botabek 27,3 Bandung 4,1,Medan 3,4, Yogyakarta 2,1, Sleman-Bantul 2,4, Palembang 3,4 dan Denpasar 0,90. Cakupan pembaca Majalah TEMPO adalah 71 pria dan 21 wanita.Jenispekerjaan terbanyak 55 adalah white Universitas Sumatera Utara collar. Untuk pendidikan, 65 pembaca Tempo adalah lulusan SMA dan post graduate dengan tingkat pengeluaran kelas AB 65.

3.3 Subjek Penelitian

Dokumen yang terkait

Citra Aburizal Bakrie Terkait Pemilu Presiden 2014 (Analisis Framing Laporan Utama “SIASAT ABURIZAL” di Majalah TEMPO Edisi 25 November-1 Desember 2013)

1 7 110

Citra Aburizal Bakrie Terkait Pemilu Presiden 2014 (Analisis Framing Laporan Utama “SIASAT ABURIZAL” di Majalah TEMPO Edisi 25 November-1 Desember 2013)

0 0 12

Citra Aburizal Bakrie Terkait Pemilu Presiden 2014 (Analisis Framing Laporan Utama “SIASAT ABURIZAL” di Majalah TEMPO Edisi 25 November-1 Desember 2013)

0 0 2

Citra Aburizal Bakrie Terkait Pemilu Presiden 2014 (Analisis Framing Laporan Utama “SIASAT ABURIZAL” di Majalah TEMPO Edisi 25 November-1 Desember 2013)

0 0 6

Citra Aburizal Bakrie Terkait Pemilu Presiden 2014 (Analisis Framing Laporan Utama “SIASAT ABURIZAL” di Majalah TEMPO Edisi 25 November-1 Desember 2013)

0 0 39

Citra Aburizal Bakrie Terkait Pemilu Presiden 2014 (Analisis Framing Laporan Utama “SIASAT ABURIZAL” di Majalah TEMPO Edisi 25 November-1 Desember 2013)

0 0 3

Citra Aburizal Bakrie Terkait Pemilu Presiden 2014 (Analisis Framing Laporan Utama “SIASAT ABURIZAL” di Majalah TEMPO Edisi 25 November-1 Desember 2013)

0 0 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian - Citra Aburizal Bakrie Terkait Pemilu Presiden 2014 (Analisis Framing Laporan Utama “SIASAT ABURIZAL” di Majalah Tempo Edisi 25 November-1 Desember 2013)

0 0 39

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Citra Aburizal Bakrie Terkait Pemilu Presiden 2014 (Analisis Framing Laporan Utama “SIASAT ABURIZAL” di Majalah Tempo Edisi 25 November-1 Desember 2013)

0 0 6

Citra Aburizal Bakrie Terkait Pemilu Presiden 2014 (Analisis Framing Laporan Utama “SIASAT ABURIZAL” di Majalah Tempo Edisi 25 November-1 Desember 2013)

0 1 12