7 2.2.1
Pengumpulan data Dengan keterlibatanya secara langsung antara penulis dan
responden akan membuat peneliti melihat, mendengar dan merasakan pengalaman yang dialami oleh responden dan
menghasilkan data untuk dikumpulkan. Data yang berhasil dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi
dicatat dalam bentuk catatan lapangan field notes 2.2.2
Reduksi Data Reduksi data diperlukan karena banyaknya data dan masing-
masing informan yang dianggap tidak releven dengan fokus penelitian, sehingga perlu di buang atau dikurangi. Reduksi data
dilakukan dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan penelitian ini. Data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih tajam, tentang objek pengamatan yang telah dilakukan dalam penelitian
2.2.3 Penyajian data
Data yang sudah direduksi tersebut selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel, gambar, atau tulisan yang telah tersusun sistematis
2.2.4 Penarikan simpulan
Penarikan simpulan sudah dilakukan sejak awal penelitian berlangsung dan itu bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Disiplin
Kerja Guru Dalam hubungannya dengan kedisiplinan guru dalam kontribusinya
mengenai pengalaman, juga di dapati bahwa beliau berhasil meningkatkan kedisiplinan guru hingga berbeda dengan masa kepemimpinan kepala
8 sekolah sebelumnya seperti perkembangan kemampuan guru dalam bidang
studi yang memiliki obyek, sistem dan metode tertentu. Dalam kontribusinya dalam bentuk Usaha, kepala sekolah MTS Muhammadiyah
Surakarta yang sekarang bapak Sumarman, S.Ag., M.Ag. telah banyak mengupayakan agar para guru benar-benar menjadi panutan bagi siswa
dan juga menjadi guru yang benar-benar mampu dalam bidangnya mengembangkan pendidikan terutama mengembangkan sekolah mereka.
Bentuk kontribusi kepala sekolah dalam wujud usaha yaitu kepala sekolah memberikan beberapa projek pelatihan nasional maupun internasional
seperti diikutsertakannya para guru pada seminar-seminar nasional atau workshop
nasional mengenai
pendidikan belajar
pembelajaran, kurikulum, dan psikologi pendidikan. Jadi dalam hubungannya dengan
kedisiplinan guru kontribusi usaha yang saya berikan untuk mengikuti seminar maupun workshop nasional internasional tujuannya untuk
memberikan tanggung jawab kepada guru dan aparaturnya untuk patuh pada aturan, disiplin kerja dan juga disiplin dalam belajar mengajar.
3.1.1 Mengikuti dan menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku.
Dengan adanya pengenalan ini maka guru akan menjadi sosok yang mawas diri dan terkontrol karena mengenal siapa dia dan apa
yang ada disekitar mereka dan bagaimana cara menyesuaikannya. Hal tersebut di atas adalah bentuk ketaatan dan kedisiplinan guru
dalam proses belajar mengajar 3.1.2
Disiplin waktu Sedangkan ketaatan dan kedisiplinan dalam hal lain, juga bisa
dimunculkan dengan cara yang sama yaitu mengenal diri sendiri, mengenal materi, mengenali siswa, dan mengenali kurikulum yang
digunakan. Sebagai contoh adalah kedisiplinan waktu, merupakan salah satu bentuk kedisplinan yang memang secara tidak langsung
akan sering dilakukan oleh guru. Ini diperlukan adalah pemicu agar guru bisa sadar diri bahwa ia adalah seorang guru dan ia
mempunyai tanggung jawab seorang guru. Selain itu ada faktor
9 lain yang bisa mendorong akan kedisiplinan tersebut, yaitu faktor
lingkungan sekolah; faktor guru, kepala sekolah, dan mungkin siswa
3.1.3 Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah,
membina dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan
Di dalam workshop tersebut terdapat beberapa hal yang dapat mengacu para guru untuk bisa berdisiplin dalam menjalankan
pekerjaannya di dunia pendidikan. Terutama dalam hal Profesionalisme Guru dalam Menyonsong Kebijakan Kurikulum
2013 3.2
Bentuk-Bentuk Kedisiplinan Guru yang Dapat Ditingkatkan dan yang Sulit Ditingkatkan
3.2.1 Mengikuti dan menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku.
Dengan adanya pembekalan workshop dan seminar nasional, paling tidak guru akan lebih terfokus pada ketepatan mereka dalam
penyelesaian materi pelajaran untuk setiap semester berkenaan dengan penggunaan kurikulum 2013. Pemberian bekal workshop
oleh kepala sekolah ditujukan untuk memberikan pelatihan guru terhadap kedisiplinan dalam menggunakan materi yang sesuai
dengan kurikulum yang berlaku. Alhasil memang para guru ada kecenderungan untuk merubah metode mereka dan cara mengajar
mereka lebih tertata karena untuk mengejar target materi dengan metode baru.
3.2.2 Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah,
membina dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan
Guru lebih berpikir kedepan ketika mereka menghadapi masalah di dalam kelas dalam proses belajar mengajar. Paling tidak para guru
tahu bagaimana menyelesaikan masalah dalam proses mengajar seperti bagaimana meningkatkan keaktifan siswa yang kurang
10 aktif. Karena dalam kurikulum baru, ada tuntutan kearah keaktifan
siswa, jadi guru harus berusaha paling tidak beberapa siswa yang pada mulanya hanya diam, dituntut untuk sedikit lebih aktif.
Dengan adanya workshop tersebut, para guru jadi tahu dan bertambah pengetahuan mereka dan cara berfikir mereka untuk
meningkatkan keaktifan siswa. Sedangkan beberapa hal yang tidak dapat ditingkatkan dengan adanya
workshop yaitu 3.2.1 Kendala Waktu
Kendala waktu ini biasanya membuat guru menjadi kurang disiplin, karena keinginan mereka dan keegoisan mereka untuk bisa
menyelesaikan materi maka guru akan menggunakan metode pembelajaran sesuka mereka. Karena mengetahui bahwa guru
menjadi merasa lebih terbeban pada materi pembelajaran maka mereka akan berusaha untuk memperingan dan menggunakan
metode yang tidak sesuai dengan materi yang diajarkan dan juga tidak sesuai dengan siswa
3.2.2 Guru-guru kurang memiliki kompetensi dan profesionalitas yang baik karena beban mengajar yang bertambah, peran guru yang
berubah sebagai fasilitator Tingkat kedisiplinan akan kesadaran mereka sebagai guru akan
berkurang dan sulit ditingkatkan dengan workshop, terutama bagi guru-guru pemula yang kurang matang dalam pengalamannya di
dunia pendidikan. Selain itu akan dialami kesulitan juga pada guru lama yang sudah terbiasa dengan adanya KTSP 2006, mereka akan
sedikit sulit menyesuaikannya dengan pembaruan kurikulum. kedisiplinan dalam menguasai bidangnya sehingga guru-guru
kurang memiliki keterampilan kemungkinan beban mengajar yang bertambah, peran guru yang berubah sebagai fasilitator. Semua itu
akan berdampak pada berbagai aktifitas pembelajaran dalam kelas seperti kurangnya penguasaan dalam menilai hasil belajar siswa
11 yaitu serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
4. PENUTUP