KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN DISIPLIN KERJA GURU MELALUI PROGRAM Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Disiplin Kerja Guru Melalui Program Workshop Motivasi Kerja Di Mts Muhammadiyah Surakarta.

(1)

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN DISIPLIN KERJA GURU MELALUI PROGRAM

WORKSHOP MOTIVASI KERJA DI MTs MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Diajukan Kepada

Program Studi Magister Administrasi Pendidikan

Universitas Muhammadyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Administrasi Pendidikan

OLEH :

AGUS TRIONO Q100140055

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

1

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KERJA GURU MELALUI PROGRAM WORKSHOP MOTIVASI KERJA DI

MTS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ABSTRAK

Kepala sekolah selaku pimpinan yang mengatur semua yang ada di sekolah, mempunyai peranan sangat penting untuk kemajuan pendidikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kontribusi kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin kerja guru melalui program workshop di MTS Muhammadiyah Surakarta dan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk kedisiplinan guru yang dapat ditingkatkan dan yang sulit ditingkatkan melalui program workshop di MTs Muhammadiyah Surakarta. Sumber data pada penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer data ini berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui wawancara dengan informan atau partisipan yang sedang dijadikan sample penelitian, sumber data sekunder berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan observasi/pengamatan, wawancara, dan analisis dokumen. Tipe penelitian ini adalah deskriptive kualitatif. Peneliti menganalisa penelitian ini dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan/verifikasi.. Penelitian ini menunjukkan bahwa kontribusi yang diberikan kepala sekolah kepada guru di MTs Muhammadiyah berkaitan dengan effortnya adalah dengan melibatkan guru pada workshop pendidikan. Tujuannya adalah guru dapat meningkatkan kedisiplinan mereka berdasarkan a) menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku di sekolah, kesadaran din para guru dengan menaati perintah tanpa bertanya, b) mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan, c) mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku guru, d) pengetahuan, pengalaman dan keahlian guru dapat bekerja secara efektif. Beberapa bentuk kedisiplinan yang dapat ditingkatkan dengan adanya workshop adalah 1) kedisiplinan dalam mengikuti dan menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku, 2) disiplin waktu, dan disiplin dalam perilaku.

Kata kunci: kontribusi, disiplin kerja guru, workshop

ABSTRACT

The school principal as leader of the governing everything in school, have a very important role for the advancement of education. The purpose of this study was to describe the contribution of principals in improving labor discipline teachers through workshops program in MTS Muhammadiyah Surakarta and to describe forms of discipline teachers who could be improved and that is difficult to increase through the workshop program in MTs Muhammadiyah Surakarta. Sources of data in this study consisted of primary and secondary data sources. Sources of primary data such as text data obtained through interviews and interviews with informants or participants were sampled research, secondary data sources such as data that is already available and can be obtained by investigators


(6)

2

by reading, viewing or listening. In collecting the data the researcher used observation / observation, interviews and document analysis. This type of research is qualitative descriptive. Researchers analyzed this research with data collection., data reduction, data presentation, and drawing conclusions / verification .. This study shows that the contribution made by the principal to the teachers in MTs Muhammadiyah relating to effortnya is to involve teachers in educational workshops. The goal is teachers can improve their discipline is based on a) comply with the rules, values, and laws that apply in school, self-awareness of teachers to obey orders without question, b) affect, change, fostering and shaping behavior in accordance with the values specified or taught, c) educate, train, control and improve the behavior of teachers, d) knowledge, experience and expertise of teachers can work effectively. Some forms of discipline that could be improved with the workshop is 1) discipline in following and obeying rules, values, and laws, 2) time discipline, and discipline in behavior.

Keywords: contributions, work discipline-teachers, workshop

1. PENDAHULUAN

Kepala sekolah selaku pimpinan yang mengatur semua yang ada di sekolah, mempunyai peranan sangat penting untuk kemajuan pendidikan. Disebut juga bahwa satu kekuatan efektivitas dalam pengelolaan sekolah yang berperan bertanggung jawab menghadapi perubahan adalait kepemimpinan Kepala Sekolah. Yaitu perilaku kepala sekolah yang mampu memprakarsai pemikiran baru dalam proses interaksi dilingkungan sekolah dengan melakukan tujuan, prosedur, input, proses dan output dari suatu sekolah sesuai dengan tuntutan perkembangan (Daryanto, 2001: 81). Wujud prakarsa pemikiran baru inilah merupakan bentuk kontribusi yang memang harus dimiliki kepala sekolah untuk mendapatkan sebuah sekolah yang lebih bermutu dari pada sekedar menggembar-gemborkan sarana prasarana yang modern.

Bentuk kontribusi kepala sekolah ini tidak didapatkan hanya dengan sekolah yang tinggi melainkan pengalaman mereka di dunia pendidikan akan turut membantu kemampuan memimpin mereka. Dari seorang guru yang mengabdi hingga bertahun-tahun hingga mengenyam pengalaman luar biasa dan mampu menguasai kancah pendidikan, dibantu dengan sekolah tinggi maka akan membantu menghasilkan kepala sekolah yang mumpuni. Jadi kepala sekolah bisa merasakan dan pada akhirnya mengethaui bentuk kontribusi apa yang guru perlukan karena sebelumnya kepala sekolah pernah merasakan menjadi


(7)

3

guru. Tetapi adakalanya, meskipun pengangkatan kepala sekolah dilakukan seeara terencana dart sistematis, bahkan diangkat dan guru yang sudah berpengalaman atau mungkin sudah lama menjabat sebagai wakil kepala sekolah, namun tidak otomatis membuat kepala sekolah profesional dalam melakukan tugasnya.

Maka dari itu kontribusi kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin kerja guru akan menjadi sebuah contoh bagi pembaca dan pembelajaran bagi para calon pendidik. Dalam hal ini peneliti akan mengulas dalam sebuah penelitian berdasarkan uraian untuk mengetahui atau mendeskripsikan kontribusi kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin kerja guru dengan judul "Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekalah dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Guru Melalui Program Workshop Motivasi Kerja di MTS Muhammadiyah Surakarta".

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kontribusi kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin kerja guru melalui program workshop di MTS Muhammadiyah Surakarta dan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk kedisiplinan guru yang dapat ditingkatkan dan yang sulit ditingkatkan melalui program workshop di MTs Muhammadiyah Surakarta

Kontribusi merupakan bentuk sumbangan yang bisa disampaikan dalam bentuk pemikiran maupun tindakan kepada kelompok ataupun organisasi. Sedangkan kontribusi kepemimpinan kepala sekolah adalah sumbangan pemikiran ataupun tindakan yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada aparatur sekolah guna mendapatkan imbas positif demi kemajuan pendidikan (Soekarso & Putong, 20-15: 146). Pemimpin dan kepemimpinan adalah dua bentuk yang hampir disamakan dalam keseharian. Pemimpin memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok organisasi, atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka, karena pada umumnyabudaya organisasi merupakan hasil pengaruh dari personality pemimpin dan value yang diyakini oleh founder atau leader organisasi tersebut. Semakin tinggi kedudukan seseorang maka akan semakin kuat pengaruhnya dalam membentuk nilai-nilai dan


(8)

4

budaya organisasi (Moeljono, 2007: 177). Sedangkan kepemimpinan menurut Purwanto (2006: 26) kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa. Secara bahasa, makna kepemimpinan itu adalah kekuatan atau kualitas seseorang pemimpin dalam mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan.

Workshop atau disebut juga dengan lokakarya adalah pertemuan sekelompok orang dengan bidang pekerjaan yang sama. Workshop dilakukan berkaitan dengan masalah teknis pekerjaan (Syarifudin, dick, 2014: 270). Workshop tidak hanya terjadi di khalayak umum saja tetapi juga di dalam dunia pendidikan, yang mana pada umumnya worshop dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun pengembangan kompetensi maupun pengembangan karir pendidik. Pada umumnya workshop yang terjadi di dunia pendidikan adalah workshop kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum, pengembangan silabus, penuilisan RPP, dan sebagainya.

Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati peraturan perusahaan dan norma–norma sosial yang berlaku (Hasibuan, 2005: 193). Sedangkan menurut (Tu'u, 2004: 30-31) disiplin merupakan satu istilah yang terdiri dari bahasa latin discere yang artinya adalah belajar, yang kemudian dan kata ith muncul kata disciplus yang berarti murid atau pelajar. Kemudian muncul lagi kata disciplina yang merujuk pada kegiatan belajar dan mengajar. Lebih jelas lagi dalam bahasa Inggris yaitu discipline yang mempunyai arti:

Tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku atau penguasaan diri.

Latihan membentuk meluruskan atau menyempurnakan sesuatu sebagai kemampuan mental atau karakter moral

Hukuman yang diberikan untuk melatih memperbaiki Kumpulan atau sistem peraturan bagi tingkah laku.


(9)

5

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa disiplin tak lepas dari aturan-aturan, sangsi-sangsi yang harus ditepati. Bila tidak ditepati maka akan mendapatkan sangsi. Bentuk disiplin ini berlaku tanpa terkecuali dan akan memberikan dampak positif kepada orang yang melaksanakannya

Adapun indikator kedisiplinan guru yang perlu diperhatikan menurut Tu'u (2004: 33) yaitu:

Mengikuti dan merraati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku.

Ketatan tersebut terutama muncul karena adanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya.

Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.

Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku untuk mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku. Peraturan-peraturan sebagai pedoman dan ukuran perilaku.

Produktivitas pendidikan mencakup tiga fungsi yaitu: 1) the administrative function, 2) the psychology production fiinction, 3) the economic production function. Beberapa prinsip untuk meningkatkan produktivitas dan merupakan cara atau strategi dalam pencapaiannya yaitu: 1) mempercepat produk dapat diimplikasikan dalam dunia pendidikan adalah peningkatan proses pencapaian tujuan pembelajaran; 2). mendapatkan posisi yang tepat diimplikasikan di dunia pendidikan yaitu dengan menempatkan guru sesuai dengan bidang studi yang menjadi latar belakang pendidikannya; 3) jangan menambah kapasitas yang telah ada diimplikasikan di dunia pendidikan adalah memaksakan kerja kepada guru di luar kemampuannya; 4) gunakan informasi yang akurat untuk mengukur kerja.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskrioptif kualitatif. Sumber data pada penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer dapat berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui wawancara


(10)

6

dengan informan atau partisipan yang sedang dijadikan sample penelitian, sumber data sekunder berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan. Dalam pengumpulan data penelitin menggunakan observasi/pengamatan, wawancara, dan analisis dokumen,.

2.1Teknik Pengumpulan Data

Peneliti dalam memperoleh data menggunakan observasi/wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen.

2.1.1 Observasi/pengamatan

Observasi dilakukan terhadap kepala sekolah dan guru mengenai kontribusi kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin kerja guru di MTs Muhammadiyah Surakarta

2.1.2 Wawancara

Wawancara mendalam dilakukan dengan wawancara yang bersifat lentur dan terbuka, tidak berstruktur ketat, tidak pada suasana formal dan dilakukan berulang-ulang pada informan yang sama (Sutopo, 2006: 59). Wawancara dilakukan oleh semua pihak yang ada disekolah termasuk, kepala sekolah, guru dan aparatur lainnya

2.1.3 Analisis Dokumentasi

Adapun dokumentasi yang dikumpulkan terdiri atas profil sekolah dalam bentuk photograph, tertulis atau visual bisa berupa aktifitas maupun data prestasi yang telah diterima kepala sekolah dan guru, juga bentuk kontribusi yang diberikan kepala sekolah yaitu program workshop motivasi kerja

2.2Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis interaktif dan Miles dan Huberman (1994: 51). Ada empat komponen analisis yang dilakukan dengan model ini, yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan verifikasi. Masing-masing komponen berinteraksi dan membentuk suatu siklus


(11)

7 2.2.1 Pengumpulan data

Dengan keterlibatanya secara langsung antara penulis dan responden akan membuat peneliti melihat, mendengar dan merasakan pengalaman yang dialami oleh responden dan menghasilkan data untuk dikumpulkan. Data yang berhasil dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi dicatat dalam bentuk catatan lapangan (field notes)

2.2.2 Reduksi Data

Reduksi data diperlukan karena banyaknya data dan masing-masing informan yang dianggap tidak releven dengan fokus penelitian, sehingga perlu di buang atau dikurangi. Reduksi data dilakukan dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan penelitian ini. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih tajam, tentang objek pengamatan yang telah dilakukan dalam penelitian

2.2.3 Penyajian data

Data yang sudah direduksi tersebut selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel, gambar, atau tulisan yang telah tersusun sistematis 2.2.4 Penarikan simpulan

Penarikan simpulan sudah dilakukan sejak awal penelitian berlangsung dan itu bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Guru

Dalam hubungannya dengan kedisiplinan guru dalam kontribusinya mengenai pengalaman, juga di dapati bahwa beliau berhasil meningkatkan kedisiplinan guru hingga berbeda dengan masa kepemimpinan kepala


(12)

8

sekolah sebelumnya seperti perkembangan kemampuan guru dalam bidang studi yang memiliki obyek, sistem dan metode tertentu. Dalam kontribusinya dalam bentuk Usaha, kepala sekolah MTS Muhammadiyah Surakarta yang sekarang bapak Sumarman, S.Ag., M.Ag. telah banyak mengupayakan agar para guru benar-benar menjadi panutan bagi siswa dan juga menjadi guru yang benar-benar mampu dalam bidangnya mengembangkan pendidikan terutama mengembangkan sekolah mereka. Bentuk kontribusi kepala sekolah dalam wujud usaha yaitu kepala sekolah memberikan beberapa projek pelatihan nasional maupun internasional seperti diikutsertakannya para guru pada seminar-seminar nasional atau workshop nasional mengenai pendidikan (belajar pembelajaran, kurikulum, dan psikologi pendidikan). Jadi dalam hubungannya dengan kedisiplinan guru kontribusi usaha yang saya berikan untuk mengikuti seminar maupun workshop nasional internasional tujuannya untuk memberikan tanggung jawab kepada guru dan aparaturnya untuk patuh pada aturan, disiplin kerja dan juga disiplin dalam belajar mengajar. 3.1.1 Mengikuti dan menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku.

Dengan adanya pengenalan ini maka guru akan menjadi sosok yang mawas diri dan terkontrol karena mengenal siapa dia dan apa yang ada disekitar mereka dan bagaimana cara menyesuaikannya. Hal tersebut di atas adalah bentuk ketaatan dan kedisiplinan guru dalam proses belajar mengajar

3.1.2 Disiplin waktu

Sedangkan ketaatan dan kedisiplinan dalam hal lain, juga bisa dimunculkan dengan cara yang sama yaitu mengenal diri sendiri, mengenal materi, mengenali siswa, dan mengenali kurikulum yang digunakan. Sebagai contoh adalah kedisiplinan waktu, merupakan salah satu bentuk kedisplinan yang memang secara tidak langsung akan sering dilakukan oleh guru. Ini diperlukan adalah pemicu agar guru bisa sadar diri bahwa ia adalah seorang guru dan ia mempunyai tanggung jawab seorang guru. Selain itu ada faktor


(13)

9

lain yang bisa mendorong akan kedisiplinan tersebut, yaitu faktor lingkungan sekolah; faktor guru, kepala sekolah, dan mungkin siswa

3.1.3 Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan

Di dalam workshop tersebut terdapat beberapa hal yang dapat mengacu para guru untuk bisa berdisiplin dalam menjalankan pekerjaannya di dunia pendidikan. Terutama dalam hal Profesionalisme Guru dalam Menyonsong Kebijakan Kurikulum 2013

3.2Bentuk-Bentuk Kedisiplinan Guru yang Dapat Ditingkatkan dan yang Sulit Ditingkatkan

3.2.1 Mengikuti dan menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku. Dengan adanya pembekalan workshop dan seminar nasional, paling tidak guru akan lebih terfokus pada ketepatan mereka dalam penyelesaian materi pelajaran untuk setiap semester berkenaan dengan penggunaan kurikulum 2013. Pemberian bekal workshop oleh kepala sekolah ditujukan untuk memberikan pelatihan guru terhadap kedisiplinan dalam menggunakan materi yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Alhasil memang para guru ada kecenderungan untuk merubah metode mereka dan cara mengajar mereka lebih tertata karena untuk mengejar target materi dengan metode baru.

3.2.2 Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan

Guru lebih berpikir kedepan ketika mereka menghadapi masalah di dalam kelas dalam proses belajar mengajar. Paling tidak para guru tahu bagaimana menyelesaikan masalah dalam proses mengajar seperti bagaimana meningkatkan keaktifan siswa yang kurang


(14)

10

aktif. Karena dalam kurikulum baru, ada tuntutan kearah keaktifan siswa, jadi guru harus berusaha paling tidak beberapa siswa yang pada mulanya hanya diam, dituntut untuk sedikit lebih aktif. Dengan adanya workshop tersebut, para guru jadi tahu dan bertambah pengetahuan mereka dan cara berfikir mereka untuk meningkatkan keaktifan siswa.

Sedangkan beberapa hal yang tidak dapat ditingkatkan dengan adanya workshop yaitu

3.2.1 Kendala Waktu

Kendala waktu ini biasanya membuat guru menjadi kurang disiplin, karena keinginan mereka dan keegoisan mereka untuk bisa menyelesaikan materi maka guru akan menggunakan metode pembelajaran sesuka mereka. Karena mengetahui bahwa guru menjadi merasa lebih terbeban pada materi pembelajaran maka mereka akan berusaha untuk memperingan dan menggunakan metode yang tidak sesuai dengan materi yang diajarkan dan juga tidak sesuai dengan siswa

3.2.2 Guru-guru kurang memiliki kompetensi dan profesionalitas yang baik karena beban mengajar yang bertambah, peran guru yang berubah sebagai fasilitator

Tingkat kedisiplinan akan kesadaran mereka sebagai guru akan berkurang dan sulit ditingkatkan dengan workshop, terutama bagi guru-guru pemula yang kurang matang dalam pengalamannya di dunia pendidikan. Selain itu akan dialami kesulitan juga pada guru lama yang sudah terbiasa dengan adanya KTSP 2006, mereka akan sedikit sulit menyesuaikannya dengan pembaruan kurikulum. kedisiplinan dalam menguasai bidangnya sehingga guru-guru kurang memiliki keterampilan kemungkinan beban mengajar yang bertambah, peran guru yang berubah sebagai fasilitator. Semua itu akan berdampak pada berbagai aktifitas pembelajaran dalam kelas seperti kurangnya penguasaan dalam menilai hasil belajar siswa


(15)

11

yaitu serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

4. PENUTUP

4.1Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Guru

Kontribusi yang diberikan kepala sekolah kepada guru di MTs Muhammadiyah berkaitan dengan effortnya adalah dengan melibatkan guru pada workshop pendidikan. Tujuannya adalah guru dapat meningkatkan kedisiplinan mereka berdasarkan a) menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku di sekolah, kesadaran diri para guru dengan menaati perintah tanpa bertanya, b) mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan, c) mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku guru, d) pengetahuan, pengalaman dan keahlian guru dapat bekerja secara efektif.

Menaati peraturan, nilai, dan perintah tanpa bertanya diperoleh dengan belajar memahami bagaimana sebuah kurikulum diciptakan tidak hanya untuk peserta didik melainkan juga untuk guru dan materi yang akan mereka gunakan. Disiplin dalam mempengaruhi, mengubah dan membentuk perilaku guru yaitu dengan kurikulum menentukan bagaimana seorang pendidik dapat menyesuaikan status mereka sebagai pendidik.

Menaati peraturan, nilai, dan perintah tanpa bertanya diperoleh dengan belajar memahami bagaimana sebuah kurikulum diciptakan tidak hanya untuk peserta didik melainkan juga untuk guru dan materi yang akan mereka gunakan. Disiplin dalam mempengaruhi, mengubah dan membentuk perilaku guru yaitu dengan kurikulum menentukan bagaimana seorang pendidik dapat menyesuaikan status mereka sebagai pendidik.


(16)

12

Dapat menyesuaikan bagaimana mereka seharusnya bersikap didepan siswa mereka, dan bagaimana ketika mereka berada diluar kelas. Disiplin pengetahuan, pengalaman dan keahlian guru dalam mengajar yaitu disiplin dalam proses belajar mengajar, seperti ketepatan dalam menyelesaikan materi berdasarkan silabus yang telah disediakan oleh pemerintah, disiplin dalam menggunakan metode pembelajaran, dan disiplin dalam pemberian nilai kepada siswa. Dalam workshop mengenai profesionalitas guru sudah jelas bahwa tujuannya adalah keprofesionalan, sedangkan workshop kurikulum, lebih fokus pada kedisiplinan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana memanfaatkan kurikulum 2013 menjadi kurikulum baru yang sesuai untuk siswa dan pembelajarannya.

4.2Bentuk-bentuk kedisiplinan guru yang dapat ditingkatkan dan yang sulit ditingkatkan melalui program workshop di MTs Muhammadiyah Surakarta

Beberapa bentuk kedisiplinan yang dapat ditingkatkan dengan adanya workshop adalah 1) kedisiplinan dalam mengikuti dan menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku, 2) disiplin waktu, dan disiplin dalam perilaku. Dalam disiplin mengenai ketaatan terhadap peraturan, nilai dan hukum yang berlaku memang pada umumnya para guru di MTs Muhammadiyah Surakarta sudah diberikan peraturan ketat oleh kepala sekolah. Seperti kehadiran yang seharunya 80%, kemudian ketepatan waktu ketika masuk dalam kelas, ketepatan penyelesaian materi pelajaran untuk setiap semester. Para guru ada kecenderungan untuk merubah metode mereka dan cara mengajar mereka lebih tertata karena untuk mengejar target materi dengan metode baru. Guru tahu bagaimana menyelesaikan masalah dalam proses mengajar seperti bagaimana meningkatkan keaktifan siswa yang kurang aktif. Mampu menggunakan cara pemakaian teknik yang sistematis, mencakup anak secara individual dalam interaksinya terhadap beragam tugas yang serta terhadap siswa lain untuk mendiagnosa kebutuhan siswa tersebut


(17)

13 DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A Chaedar. 2003. Pokoknya Kualitatif Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Arifin, Samsul. 2014. Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: CV Budi Utama Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2006. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: BP. Cipta Jaya.

_________. 2007. Pendidikan dan Pelatihan. Departemen Pendidikan Nasional Department for Education. 2004. National Standards for Headteachers. Journal

International. Department for Education and Skills

Harefa, Andrias. 2003. Mematahkan Belenggu Motivasi, membangkitkan Energi pnggerak Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hasibuan, Malayu. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi

Aksara

Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

Miles, M.B. & IIuberman, A.M. 1994. Qualitative Data Analysis: An Expanded Sourcebook. New York: SAGE Publications.

Moeljono, Djokosantoso. 2007. Coorporate Culture Chalenge to Excellence. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Mustika, I Made. 2010. Kontribusi Kompetensi, Kepuasan Kerja terhadap motivasi dalam kaitan dengan Kinerja guru pada SMP Negeri 1 Kintamani,. Singaraja: Undiksha

Nauman, S.E. & Bennet, N. (2000). A case for procedural justice climate: development and test of a multilevel model. Academy of Management Journal, 43(5):.

Purwanto, Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Rivai, Veithzal. 2005. Performance Appraisal. Grafindo Persada Jakarta Sallis, Edward, 2006, Total Quality Management in Education Alih Bahasa:


(18)

14

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Soekarso & Putong. 2015. Kepemimpinan Kajian Teoretis dan Praktis. Jakarta: Bina Nusantara University.

Sugiyono, 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sumodiningrat, Gunawan. 2007. Pembederdayaan Sosial. Yogyakarta: Kompas Syarifudin, dkk. 2014. Solusi Cerdas BBM SMA/MA. Jakarta Selatan: Bintang

Wahyu

Tim Guru, 2015. Super Lengkap Pelajaran 6 in 1 SMA IPA. Jakarta Selatan: Bintang Wahyu

Tu'u, Tulus. 2004. Peran Disipiln pada perilaku dan prestasi Siswa. Jakarta: Gramedia widiasarana.

Unesco. 2015. Positive Discipline in the Inclusive, Learning-Friendly Classroom, A Guide for Teachers and Teacher Educators. International Journal. UNESCO

Usman, Moh. Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


(1)

9

lain yang bisa mendorong akan kedisiplinan tersebut, yaitu faktor lingkungan sekolah; faktor guru, kepala sekolah, dan mungkin siswa

3.1.3 Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan

Di dalam workshop tersebut terdapat beberapa hal yang dapat mengacu para guru untuk bisa berdisiplin dalam menjalankan pekerjaannya di dunia pendidikan. Terutama dalam hal Profesionalisme Guru dalam Menyonsong Kebijakan Kurikulum 2013

3.2Bentuk-Bentuk Kedisiplinan Guru yang Dapat Ditingkatkan dan yang Sulit Ditingkatkan

3.2.1 Mengikuti dan menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku. Dengan adanya pembekalan workshop dan seminar nasional, paling tidak guru akan lebih terfokus pada ketepatan mereka dalam penyelesaian materi pelajaran untuk setiap semester berkenaan dengan penggunaan kurikulum 2013. Pemberian bekal workshop oleh kepala sekolah ditujukan untuk memberikan pelatihan guru terhadap kedisiplinan dalam menggunakan materi yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Alhasil memang para guru ada kecenderungan untuk merubah metode mereka dan cara mengajar mereka lebih tertata karena untuk mengejar target materi dengan metode baru.

3.2.2 Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan

Guru lebih berpikir kedepan ketika mereka menghadapi masalah di dalam kelas dalam proses belajar mengajar. Paling tidak para guru tahu bagaimana menyelesaikan masalah dalam proses mengajar seperti bagaimana meningkatkan keaktifan siswa yang kurang


(2)

10

aktif. Karena dalam kurikulum baru, ada tuntutan kearah keaktifan siswa, jadi guru harus berusaha paling tidak beberapa siswa yang pada mulanya hanya diam, dituntut untuk sedikit lebih aktif. Dengan adanya workshop tersebut, para guru jadi tahu dan bertambah pengetahuan mereka dan cara berfikir mereka untuk meningkatkan keaktifan siswa.

Sedangkan beberapa hal yang tidak dapat ditingkatkan dengan adanya workshop yaitu

3.2.1 Kendala Waktu

Kendala waktu ini biasanya membuat guru menjadi kurang disiplin, karena keinginan mereka dan keegoisan mereka untuk bisa menyelesaikan materi maka guru akan menggunakan metode pembelajaran sesuka mereka. Karena mengetahui bahwa guru menjadi merasa lebih terbeban pada materi pembelajaran maka mereka akan berusaha untuk memperingan dan menggunakan metode yang tidak sesuai dengan materi yang diajarkan dan juga tidak sesuai dengan siswa

3.2.2 Guru-guru kurang memiliki kompetensi dan profesionalitas yang baik karena beban mengajar yang bertambah, peran guru yang berubah sebagai fasilitator

Tingkat kedisiplinan akan kesadaran mereka sebagai guru akan berkurang dan sulit ditingkatkan dengan workshop, terutama bagi guru-guru pemula yang kurang matang dalam pengalamannya di dunia pendidikan. Selain itu akan dialami kesulitan juga pada guru lama yang sudah terbiasa dengan adanya KTSP 2006, mereka akan sedikit sulit menyesuaikannya dengan pembaruan kurikulum. kedisiplinan dalam menguasai bidangnya sehingga guru-guru kurang memiliki keterampilan kemungkinan beban mengajar yang bertambah, peran guru yang berubah sebagai fasilitator. Semua itu akan berdampak pada berbagai aktifitas pembelajaran dalam kelas seperti kurangnya penguasaan dalam menilai hasil belajar siswa


(3)

11

yaitu serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

4. PENUTUP

4.1Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Guru

Kontribusi yang diberikan kepala sekolah kepada guru di MTs Muhammadiyah berkaitan dengan effortnya adalah dengan melibatkan guru pada workshop pendidikan. Tujuannya adalah guru dapat meningkatkan kedisiplinan mereka berdasarkan a) menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku di sekolah, kesadaran diri para guru dengan menaati perintah tanpa bertanya, b) mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan, c) mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku guru, d) pengetahuan, pengalaman dan keahlian guru dapat bekerja secara efektif.

Menaati peraturan, nilai, dan perintah tanpa bertanya diperoleh dengan belajar memahami bagaimana sebuah kurikulum diciptakan tidak hanya untuk peserta didik melainkan juga untuk guru dan materi yang akan mereka gunakan. Disiplin dalam mempengaruhi, mengubah dan membentuk perilaku guru yaitu dengan kurikulum menentukan bagaimana seorang pendidik dapat menyesuaikan status mereka sebagai pendidik.

Menaati peraturan, nilai, dan perintah tanpa bertanya diperoleh dengan belajar memahami bagaimana sebuah kurikulum diciptakan tidak hanya untuk peserta didik melainkan juga untuk guru dan materi yang akan mereka gunakan. Disiplin dalam mempengaruhi, mengubah dan membentuk perilaku guru yaitu dengan kurikulum menentukan bagaimana seorang pendidik dapat menyesuaikan status mereka sebagai pendidik.


(4)

12

Dapat menyesuaikan bagaimana mereka seharusnya bersikap didepan siswa mereka, dan bagaimana ketika mereka berada diluar kelas. Disiplin pengetahuan, pengalaman dan keahlian guru dalam mengajar yaitu disiplin dalam proses belajar mengajar, seperti ketepatan dalam menyelesaikan materi berdasarkan silabus yang telah disediakan oleh pemerintah, disiplin dalam menggunakan metode pembelajaran, dan disiplin dalam pemberian nilai kepada siswa. Dalam workshop mengenai profesionalitas guru sudah jelas bahwa tujuannya adalah keprofesionalan, sedangkan workshop kurikulum, lebih fokus pada kedisiplinan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana memanfaatkan kurikulum 2013 menjadi kurikulum baru yang sesuai untuk siswa dan pembelajarannya.

4.2Bentuk-bentuk kedisiplinan guru yang dapat ditingkatkan dan yang sulit ditingkatkan melalui program workshop di MTs Muhammadiyah Surakarta

Beberapa bentuk kedisiplinan yang dapat ditingkatkan dengan adanya workshop adalah 1) kedisiplinan dalam mengikuti dan menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku, 2) disiplin waktu, dan disiplin dalam perilaku. Dalam disiplin mengenai ketaatan terhadap peraturan, nilai dan hukum yang berlaku memang pada umumnya para guru di MTs Muhammadiyah Surakarta sudah diberikan peraturan ketat oleh kepala sekolah. Seperti kehadiran yang seharunya 80%, kemudian ketepatan waktu ketika masuk dalam kelas, ketepatan penyelesaian materi pelajaran untuk setiap semester. Para guru ada kecenderungan untuk merubah metode mereka dan cara mengajar mereka lebih tertata karena untuk mengejar target materi dengan metode baru. Guru tahu bagaimana menyelesaikan masalah dalam proses mengajar seperti bagaimana meningkatkan keaktifan siswa yang kurang aktif. Mampu menggunakan cara pemakaian teknik yang sistematis, mencakup anak secara individual dalam interaksinya terhadap beragam tugas yang serta terhadap siswa lain untuk mendiagnosa kebutuhan siswa tersebut


(5)

13 DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A Chaedar. 2003. Pokoknya Kualitatif Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Arifin, Samsul. 2014. Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: CV Budi Utama

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2006. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: BP. Cipta Jaya.

_________. 2007. Pendidikan dan Pelatihan. Departemen Pendidikan Nasional

Department for Education. 2004. National Standards for Headteachers. Journal International. Department for Education and Skills

Harefa, Andrias. 2003. Mematahkan Belenggu Motivasi, membangkitkan Energi

pnggerak Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hasibuan, Malayu. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

Miles, M.B. & IIuberman, A.M. 1994. Qualitative Data Analysis: An Expanded Sourcebook. New York: SAGE Publications.

Moeljono, Djokosantoso. 2007. Coorporate Culture Chalenge to Excellence. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Mustika, I Made. 2010. Kontribusi Kompetensi, Kepuasan Kerja terhadap motivasi dalam kaitan dengan Kinerja guru pada SMP Negeri 1 Kintamani,. Singaraja: Undiksha

Nauman, S.E. & Bennet, N. (2000). A case for procedural justice climate: development and test of a multilevel model. Academy of Management Journal, 43(5):.

Purwanto, Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Rivai, Veithzal. 2005. Performance Appraisal. Grafindo Persada Jakarta


(6)

14

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Soekarso & Putong. 2015. Kepemimpinan Kajian Teoretis dan Praktis. Jakarta: Bina Nusantara University.

Sugiyono, 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sumodiningrat, Gunawan. 2007. Pembederdayaan Sosial. Yogyakarta: Kompas

Syarifudin, dkk. 2014. Solusi Cerdas BBM SMA/MA. Jakarta Selatan: Bintang Wahyu

Tim Guru, 2015. Super Lengkap Pelajaran 6 in 1 SMA IPA. Jakarta Selatan: Bintang Wahyu

Tu'u, Tulus. 2004. Peran Disipiln pada perilaku dan prestasi Siswa. Jakarta: Gramedia widiasarana.

Unesco. 2015. Positive Discipline in the Inclusive, Learning-Friendly Classroom, A Guide for Teachers and Teacher Educators. International Journal. UNESCO

Usman, Moh. Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


Dokumen yang terkait

KONTRIBUSI DISIPLIN KERJA, MOTIVASI KERJA, DAN PERSEPSI GURU TENTANG GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP UNJUK KERJA GURU SMP NEGERI SSN DI KABUPATEN SEMARANG

0 3 12

Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Partisipasi Kerja Guru

0 5 8

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN DISIPLIN KERJA GURU MELALUI PROGRAM Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Disiplin Kerja Guru Melalui Program Workshop Motivasi Kerja Di Mts Muhammadiyah Surakarta.

0 3 14

PENDAHULUAN Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Disiplin Kerja Guru Melalui Program Workshop Motivasi Kerja Di Mts Muhammadiyah Surakarta.

0 2 9

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Di MTs Negeri Se-Kabupaten Sragen.

0 2 15

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Di MTs Negeri Se-Kabupaten Sragen.

0 2 13

KONTRIBUSI KESEJAHTERAAN GURU, SARANA PEMBELAJARAN,DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI KONTRIBUSI KESEJAHTERAAN GURU, SARANA PEMBELAJARAN, DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI KERJA PADA GURU SMK SWASTA DI SALATIGA.

0 1 18

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN KOMPENSASI TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SEKOLAH DASAR KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN KOMPENSASI TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN.

0 1 15

KONTRIBUSI DISIPLIN KERJA, MOTIVASI KERJA, DAN PERSEPSI GURU TENTANG GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP UNJUK KERJA GURU SMP NEGERI SSN DI KABUPATEN SEMARANG

0 0 12

KONTRIBUSI SUPERVISI AKADEMIK DAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU

0 1 11