EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI ORGANIK DI KECAMATAN PANDAK, KABUPATEN BANTUL DENGAN PENDEKATAN STOCHASTIC FRONTIER

(1)

Skripsi

Disusun oleh:

Wilda Fitra Khoirurrohmi 20120220086

Program Studi Agribisnis

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(2)

EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI

USAHATANI PADI ORGANIK DI KECAMATAN PANDAK

KABUPATEN BANTUL DENGAN PENDEKATAN

STOCHASTIC FRONTIER

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sebagai Bagian Dari Persyaratan Yang Diperlukan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Oleh:

Wilda Fitra Khoirurrohmi 20100220004

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA


(3)

(4)

xi

KABUPATEN BANTUL DENGAN PENDEKATAN STOCHASTIC

FRONTIER. 2016. WILDA FITRA KHOIRURROHMI (Skripsi dibimbing oleh ENI ISTIYANTI & LESTARI RAHAYU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fakto-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi organik dan mengetahui tingkat efisiensi teknis, harga serta ekonomi pada usahatani padi organik. Penelitian ini dilakukan di Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul secara sengaja (purposive). Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik

sensus yaitu semua petani padi organik yang tergabung dalam Gapoktan “Mitra Usaha Tani” yang berjumlah 33 petani dijadikan responden. Data primer

didapatkan dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglass Frontier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas lahan, benih dan pupuk kandang berpengaruh positif terhadap produksi, sedangkan pupuk petroganik dan tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap produksi padi organik. Tingkat efisiensi teknis yang dicapai usahatani padi organik di Kecamatan Pandak yaitu 0,71, sehingga tidak efisien. Faktor luas lahan dan pupuk kandang tidak efisien serta benih belum efisien. Secara rata-rata, usahatani padi organik belum mencapai efisiensi harga karena memiliki nilai lebih dari 1 yaitu 3,704. Jadi, efisiensi ekonomi pada usahatani padi organik di Kecamatan Pandak juga belum efisien karena memiliki nilai 2,635.


(5)

xii

Economic Efficiency in the Use of Organic Rice Farming Production Factors in Pandak Subdistrict Bantul Regency with Stochastic Frontier Approach

Wilda Fitra Khoirurrohmi Eni Istiyanti / Lestari Rahayu

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UMY

Abstract

This research aims to know the factors that influence the production of organic rice farming and to know the degree of technical, allocative, and economic efficiency. This research was done in Wijirejo village, Pandak subdistrict, Bantul Regency by using purposive sampling. The data was collected by using sensus which involved all of the farmers of organic rice with 33 people who are inconsolidated in Gapoktan “Mitra Usaha Tani”. Primary data were collected through direct interview by using questionnaire. Then, the data were analyzed using a production function model of Cobb-Douglas Frontier. The results indicated that land, seed and organic manure influenced to organic rice production positively. Whereas, petroganik manure and labor influenced to organic rice production negatively. The degree of technical efficiency that achieved by organic rice farming in Pandak subdistrict is 0,71, so that it is not efficient. Land and organic manure are not efficient while seed has not been efficient. In average, organic rice farming has not achieved allocative efficiency because its value is more than 1 (3,704). Therefore, economic efficiency of organic rice farming in Pandak subdistrict also has not been efficient because its value is 2,635.


(6)

cocok untuk pertanian. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Indonesia yaitu sebagai petani. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang dapat meningkatkan devisa negara dari hasil produksinya. Sektor pertanian mampu mengeskpor berbagai macam hasil produksinya hingga ke berbagai negara lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil pertanian diharapkan dapat memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan kualitas yang baik.

Saat ini telah banyak teknologi yang dapat membantu mengembangkan pertanian mulai sub sektor hulu seperti sarana produksi hingga ke hilir seperti pemanenan atau pasca panen. Teknologi sangat membantu petani dalam meningkatkan hasil produksinya seperti pemberian pestisida dan pupuk kimia. Pestisida sangat membantu petani dalam mengatasi hama agar tidak terjadi kerusakan pada tanaman sehingga tidak terjadi gagal panen. Selain itu, pupuk kimia juga membantu petani dalam meningkatkan hasil produksinya. Namun, kedua produk teknologi tersebut dapat menimbulkan masalah berupa penurunan unsur hara ataupun kerusakan pada tanah, pencemaran lingkungan hingga merugikan kesehatan masyarakat. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menerapkan sistem pertanian organik.

Pertanian organik memiliki dua pemahaman, yaitu pengertian pertanian organik secara luas dan sempit atau terbatas. Pertanian organik secara sempit


(7)

adalah pertanian yang bebas dari bahan-bahan kimia, mulai dari perlakuan untuk mendapatkan benih, penggunaan pupuk, pengendalian hama hingga ke pasca panen. Adapun pertanian organik secara luas adalah sistem produksi pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari atau membatasi penggunaan bahan-bahan kimia sintetis. Konsep awal pertanian organik yang ideal adalah menggunakan seluruh input yang berasal dari pertanian organik itu sendiri dan dijaga hanya minimal sekali input dari luar atau sangat dibatasi. (Winarno, 2002)

Salah satu produk pertanian organik yaitu padi. Padi merupakan salah satu tanaman pangan yang menghasilkan beras sebagai makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Keunggulan beras organik dengan beras non organik yaitu tidak mengandung bahan residu kimia, tekstur nasi dari beras organik lebih pulen dan daya simpannya lebih lama serta harga jual beras lebih tinggi. Keunggulan tersebut sangat mendorong petani untuk menggunakan pertanian organik dan konsumen untuk mengkonsumsi beras organik agar terhindar dari bahaya residu.

Desa Wijirejo merupakan salah satu sentra produksi padi organik di

Kabupaten Bantul. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) “Mitra Usaha Tani”

merupakan salah satu kelompok yang anggotanya memproduksi padi organik. Proses budidaya yang dilakukan oleh anggota ini ramah lingkungan dan menghasilkan produk yang aman. Hasil produksi padi yang diperoleh dari anggota gapoktan ini disebut sebagai beras higienis. Beras tersebut telah mendapatkan sertifikasi dari Otoritas Kemampuan Keamanan Pangan Daerah (OKKPD-DIY) pada tahun 2011 (Widyaningsih, 2014).


(8)

Gapoktan “Mitra Usaha Tani” menggunakan input benih padi organik,

pupuk organik dan pestisida alami. Benih padi organik didapatkan dari hasil panen sebelumnya untuk menjaga kualitas dan kemurnian organiknya. Pupuk organik yang digunakan oleh anggota gapoktan ini yaitu pupuk kandang dan petroganik. Pupuk kandang diperoleh dari kotoran hewan ternak yang mereka miliki, kemudian diolah menjadi pupuk kandang. Bagi anggota yang tidak memiliki hewan ternak, biasanya menggunakan dedaunan untuk dijadikan kompos. Untuk pupuk petroganik dapat diperoleh dari toko pertanian, karena para petani belum dapat membuat sendiri. Pestisida alami yang digunakan oleh para petani yaitu Beauveria bassiana. Insektisida ini merupakan musuh alami dari hama wereng dan walang sangit.

Selain itu, hasil produksi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal namun juga dapat dipengaruhi oleh faktor internal petani. Faktor internal petani tersebut seperti tingkat pendidikan, umur petani, pengalaman dan status kepemilikan lahan. Menurut Muhaimin (2012), umur petani berpengaruh positif terhadap inefisiensi teknis petani. Sehingga, semakin bertambahnya umur maka tingkat inefisiensi semakin tinggi. Menurut Gultom (2014), status kepemilikan lahan merupakan sumber inefisiensi teknis yang berpengaruh nyata terhadap tingkat efisiensi teknis. Sehingga, dalam penelitian ini juga dilakukan untuk menganalisis tingkat inefisiensi teknis yang dapat mempengaruhi efisiensi teknis padi organik di Kecamatan Pandak.

Adapun permasalahan yang dihadapi oleh petani dalam pengelolaan usahatani padi organik berkaitan dengan penggunaan faktor-faktor yang


(9)

mempengaruhi produksi padi organik. Faktor-faktor produksi dalam pengelolaan usahatani padi organik yaitu benih padi organik, pupuk organik, tenaga kerja dan luas lahan garapan. Penggunaan faktor-faktor produksi oleh petani hanya berdasarkan kebiasaan petani karena faktor-faktor produksi tersebut mudah didapat, harga murah atau bahkan tidak perlu mengeluarkan biaya jika petani tersebut memiliki hewan ternak. Selain itu, petani juga menganggap kebiasaan tersebut sudah dapat meningkatkan produksi. Penggunaan faktor-faktor produksi dalam pengelolaan usahatani padi organik dengan kebiasaan yang dilakukan petani akan menyebabkan penggunaan faktor produksi yang tidak efisien sehingga dapat mempengaruhi jumlah produksi padi organik. Selain itu, adanya faktor internal dari petani seperti tingkat pendidikan, umur petani, pengalaman dan status kepemilikan lahan yang dapat mempengaruhi inefisiensi teknis petani.

Permasalahan tersebut dapat menimbulkan perbedaan penggunaan faktor produksi antar petani yang dapat mengakibatkan perbedaan produksi yang akan diperoleh. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu diteliti mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi padi organik dan bagaimana tingkat efisiensi teknis, harga (alokatif) dan ekonomi pada usahatani padi organik. B.Tujuan

Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi organik.

2. Menganalisis tingkat efisiensi teknis, harga (alokatif) dan ekonomi pada usahatani padi organik.


(10)

C.Kegunaan

Kegunaan penelitian yang dilakukan di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul yaitu:

1. Bagi petani, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penggunaan faktor-faktor produksi secara efisien agar biaya yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhannya dan keuntungan yang diperoleh dapat maksimal.

2. Bagi pemerintah dan pihak yang terkait, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran dalam menentukan kebijakan terhadap pembangunan pertanian khususnya dibidang usahatani padi.

3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapakan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman khususnya di bidang usahatani padi organik.


(11)

Pertanian organik merupakan suatu sistem produksi pertanaman yang berasaskan daur-ulang hara secara hayati. Daur-ulang hara tersebut dapat melalui sarana limbah tanaman maupun ternak, serta limbah lainnya yang mampu mengembalikan kesuburan dan struktur tanah (Sutanto, 2002). Pertanian organik merupakan cara budidaya dan pengusahaan pertanian dengan mengandalkan input dan sarana produksi dari bahan alami tanpa menggunakan kimia sintetis, rekayasa genetik serta segala input luar yang menurunkan kualitas lahan dengan tujuan untuk menyediakan produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumen serta tidak merusak lingkungan (BPTP Jateng, 2012).

Menurut IASA (1990) dalam Tandisau dan Hernawati (2009), pertanian organik adalah suatu sistem pertanian yang mendorong tanaman dan tanah tetap sehat melalui cara pengelolaan tanah dan tanaman yang disyaratkan dengan pemanfaatan bahan-bahan organik sebagai input dan menghindari penggunaan pupuk buatan dan pestisida kecuali untuk bahan-bahan yang diperkenankan. Sistem pertanian organik berorientasi pada pemanfaatan sumber daya lokal, tanpa penggunaan pupuk buatan dan pestisida kimia (kecuali bahan yang diperkenankan), namun menekankan pada penggunaan pupuk organik (alam) dan pestisida hayati serta cara-cara budidaya lainnya yang tetap berpijak pada peningkatan produksi dan pendapatan yang berwawasan lingkungan dan


(12)

berkelanjutan (Tandisau & Hernawati, 2009). Jadi, pertanian organik merupakan suatu sistem pertanian yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan untuk melindungi ekosistem alam dengan menghindari penggunaan bahan-bahan kimia.

Standar pertanian organik yang dirumuskan oleh IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movements) dalam Tandisau dan Hernawati (2009), tentang budidaya tanaman organik harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

a. Lingkungan; lokasi harus bebas dari dari kontaminasi bahan-bahan kimia sintetik, sehingga pertanaman organik tidak boleh berdekatan dengan pertanaman yang menggunakan bahan-bahan kimia seperti pupuk dan pestisida kimia.

b. Bahan tanam; varietas yang ditanam sebaiknya sudah beradaptasi dengan baik terhadap lokasi dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. c. Pola tanam; hendaknya berpijak pada konservasi tanah dan air yang

berwawasan lingkungan.

d. Pemupukan dan pengatur zat tumbuh;

1) Bahan organik sebagai pupuk yaitu berasal dari kebun atau luar kebun yang diusahkan secara organik dan kotoran ternak, kompos sisa tanaman, pupuk hijau, jerami, mulsa lain, urin ternak, sampah kota (kompos) yang tidak tercemari bahan kimia sintetik atau zat beracun lainnya.

2) Pupuk buatan (mineral):


(13)

b) K2SO4 (Kalium Sulfat) boleh digunakan maksimal 40 kg/ha; kapur, kieserit, dolomite, fosfat batuan boleh digunakan;

c) Semua zat pengatur tumbuh tidak boleh digunakan; e. Pengelolaan organisme pengganggu:

1) Semua pestisida buatan (kimia) tidak boleh digunakan, kecuali yang diizinkan dan terdaftar pada IFOAM;

2) Pestisida hayati diperbolehkan.

Selain itu, prinsip-prinsip pertanian organik menurut IFOAM 2015 yaitu: a. Prinsip kesehatan; pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan

kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.

b. Prinsip ekologi; pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan. Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan.

c. Prinsip keadilan; pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. d. Prinsip perlindungan; pertanian organik dikelola secara hati-hati dan

bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup.

Menurut FDA Amerika (Food and Drug Administration) berdasarkan cara-cara memproduksi, makanan sehari-hari dapat diklasifikasikan menjadi 5 kelas dari kelas bintang 1 hingga kelas bintang 5. Berikut ini klasifikasinya:


(14)

a. Kelas bintang 1 (Kelas konvensional); FDA menentukan dosis penggunaan obat-obatan dan bahan kimia seperti penggunaan pupuk buatan, racun serangga, pembasmi hama, hormon tanaman dan lain-lain secara ketat.

b. Kelas bintang 2 (Kelas 100% murni); produk pertanian kelas konvensional setelah diproses menjadi jus sayur-sayuran dan buah-buahan tanpa dicampur dengan air namun, mendapat tambahan gula sesuai batas yang diizinkan.

c. Kelas bintang 3 (kelas peralihan 3 tahun); untuk memulai pertanian atau peternakan organik maka diperlukan pengujian sisa-sisa pupuk buatan, racun serangga dan pembasmi hama pada lahan pertanian serta lahan harus dibiarkan atau tidak digunakan selama 3 tahun. Jika dalam masa peralihan tersebut ditanami tanpa menggunakan obat-obatan dan pupuk kimia, maka hasil tanaman akan dianugerahi penilaian kelas bintang 3.

d. Kelas bintang 4 (Kelas ekologi); pada akhir jangka waktu 3 tahun, tanah akan bebas dari sisa-sisa bahan kimia dan pertanian di lahan tersebut sudah tidak menggunakan obat-obatan dan pupuk kimia, maka hasil tanaman akan tercemar secara tidak langsung. Hasil tanaman yang diproduksi dalam keadaan ini akan dianugerahi penilaian kelas bintang 4.

e. Kelas bintang 5 (Kelas organik); hasil yang diproduksi dari lahan yang dibiarkan atau tidak ditanami selama 3 tahun, bebas pencemaran dari jarak 30 km, kecepatan kendaraan di lahan pertanian tersebut tidak lebih dari 8 km/jam, bebas penggunaan obat-obatan dan pupuk kimia serta diawasi secara ketat maka akan dianugerahi kelas bintang 5.


(15)

Makanan pokok orang Indonesia yaitu beras yang berasal dari tanaman padi. Padi merupakan tanaman pangan yang sudah mulai menerapkan sistem organik. Padi merupakan tanaman dari famili Graminae dan termasuk tanaman monokotil serta memiliki nama ilmiah Oryza sativa L. Tanaman padi memiliki akar serabut yang berwarna coklat jika tanaman sudah mulai tua dan berwarna putih jika masih muda. Padi termasuk tanaman sejenis dengan rumput-rumputan sehingga memiliki daun yang berbentuk seperti pita memanjang. Pertumbuhan daun yang satu dengan daun berikutnya mempunyai selang waktu 7 hari. Selain itu, padi juga memiliki bunga yang biasa disebut malai. Malai merupakan sekumpulan bunga padi yang memiliki 6 buah tangkai sari dan 2 buah kepala putik. Tanaman padi merupakan tanaman yang memiliki area terluas di Indonesia karena merupakan tanaman yang dapat menghasilkan bahan makanan pokok sebagian besar orang Indonesia. (Oktora, 2013)

Berdasarkan data statistik dari The Research Institute of Organic Agriculture (FiBL) yang diterbitkan pada tahun 2014, Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang masuk 10 besar dalam kategori negara yang memiliki area organik terluas pada tahun 2012. Berikut ini gambar statistik 10 negara di Asia yang memiliki luas area organik.


(16)

Gambar 1. Statistik 10 negara di Asia yang memiliki area organik terluas. Sumber: Ditjen PPHP

Berdasarkan gambar 1, Indonesia merupakan salah satu negara 5 teratas dengan total luas lahan organik sebesar 88.247 ha. Indonesia lebih unggul dibandingkan dengan negara tetangga yaitu Vietnam dan Thailand, namun Indonesia masih tertinggal dengan Cina, India dan Kazakhstan. Walaupun demikian, Indonesia masih memiliki peluang besar dalam mengembangkan produksi maupun produktivitas padi organik.

Indonesia memiliki produktivitas padi organik rata-rata sebesar 7 ton/ha/tahun, sehingga Indonesia memiliki potensi yang cukup bagus untuk meningkatkan produksi beras organik dengan wilayah Indonesia yang cukup luas dan kondisi agroklimat yang sangat mendukung. Hal tersebut dapat dilihat dari sebaran dan luas areal pertanian padi organik yang telah disertifikasi oleh Lembaga Sertifikat Organik Indonesia (LSO) sebesar 596 ha. Berikut ini gambar yang menunjukkan sebaran luas areal pertanian padi organik.


(17)

Gambar 2. Sebaran dan luas areal pertanian padi organik yang disertifikasi LSO Indonesia tahun 2013.

Sumber: Ditjen PPHP

Pada gambar 2, dapat diketahui bahwa pulau Jawa merupakan areal terluas untuk lahan organik diikuti oleh pulau Kalimantan dan Sumatera. Hal ini menunjukkan bahwa pulau Jawa dapat menjadi sentra produksi padi organik dan memiliki peluang besar untuk mengekspor hasil produksi padi organik baik dalam negeri maupun keluar negeri.

Selain itu, Indonesia juga telah mengekspor beras organik yang telah disertifikasi ke beberapa Negara seperti Amerika Serikat, Jerman, Belanda, Italia, Uni Emirat Arab, Singapura, Malaysia dan Belgia. Berikut ini data ekspor beras organik sejak tahun 2009.

Tabel 1. Data ekspor beras organik Indonesia tahun 2009-2014 (dalam bentuk ton).

No Tahun Jumlah (ton)

1 2009 37

2 2010 0

3 2011 28.95

4 2012 66.63

5 2013 214.15

6 2014 73.55*

Sumber: Ditjen PPHP

Berdasarkan pada tabel 1, dapat diketahui jumlah beras organik tersertifikasi yang telah diekspor ke beberapa negara. Indonesia mampu


(18)

mengekspor beras organik hingga 214,15 ton pada tahun 2013, tahun tersebut merupakan jumlah ekspor terbanyak diantara tahun-tahun sebelumnya. Pada bulan Agustus 2014 diperkirakan Indonesia akan mengekspor sebesar 73,55 ton. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa Indonesia dapat mengembangkan beras organik dan memiliki peluang besar sebagai pengekspor beras organik di Asia maupun di seluruh dunia.

2. Faktor Produksi

Pada sektor pertanian, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi pertanian. Faktor-faktor tersebut yaitu:

a. Lahan Pertanian

Lahan pertanian yaitu tanah yang disiapkan untuk mengusahakan usahatani seperti usahatani padi sawah, padi organik dan lain-lain (Riyadi, 2007). Menurut Mubyarto (1989), lahan merupakan pabrik untuk menghasilkan produk pertanian yang memiliki peranan penting. Secara umum, semakin luas lahan yang digarap atau ditanami maka semakin banyak produksi pertanian yang akan dihasilkan. Adapun sumber kepemilikan lahan dapat diperoleh dari beli, sewa, sakap, warisan, pemberian negara, wakaf dan membuka lahan sendiri (Shinta, 2011). Menurut Shinta (2011), status kepemilikan lahan merupakan hubungan usahatani dengan pengolahannya dengan adanya status, maka memberikan kontribusi bagi pengelolanya. Terdapat beberapa macam status lahan yaitu:

1) Lahan hak milik; lahan milik sendiri memiliki ciri-ciri yaitu bebas diolah oleh petani, bebas untuk merencanakan dan menentukan cabang usaha di atas tanah tersebut, bebas menggunakan teknik dan cara budidaya yang paling dikuasai


(19)

serta disenangi oleh petani, bebas diperjualbelikan, dapat menumbuhkan tanggung jawab atas tanah tersebut dan dapat dijamin sebagai agunan.

2) Lahan sewa; merupakan lahan yang disewa oleh petani kepada pihak lain, sehingga petani memiliki kewenangan seperti tanah milik diluar jangka waktu sewa yang disepakati, tetapi penyewa tidak boleh menjual dan menjadikan lahan tersebut sebagai agunan.

3) Lahan sakap; adalah lahan orang lain yang atas persetujuan pemiliknya digarap atau dikelola oleh pihak lain. Pengelolaan usahataninya seperti penentuan cabang usaha dan pilihan teknologi harus dikonsultasikan dengan pemiliknya.

Menurut Gultom et al (2014), status kepemilikan lahan merupakan sumber inefisiensi teknis yang berpengaruh nyata meningkatkan efisiensi teknis usahatani padi semi organik. Adapun pada usahatani kentang, lahan sewa memproduksi kentang lebih besar dibandingkan dengan lahan milik sendiri (Apriyanto, 2005). Selain itu, luas lahan memiliki koefisien yang positif yang berarti bahwa semakin luas lahan yang digunakan untuk usahatani padi maka produksi padi yang dihasilkan semakin meningkat (Darwanto, 2013).

b. Modal

Modal adalah barang atau uang dan faktor-faktor produksi tanah serta tenaga kerja yang dapat menghasilkan suatu barang baru atau hasil pertanian (Mubyarto, 1989). Pada proses produksi pertanian, modal dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu modal tetap (fix cost) dan modal tidak tetap (variable cost). Modal tetap yaitu biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi namun tidak langsung habis seperti tanah, alat pertanian, bangunan dan mesin. Modal variabel yaitu


(20)

biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi yang bersifat langsung habis seperti benih, pupuk, pestisida dan upah tenaga kerja.

1) Benih; yaitu biji yang sudah diseleksi dan siap digunakan untuk bahan tanam. Benih merupakan biji yang mendapat perlakuan khusus sehingga dapat digunakan sebagai sarana untuk memperbanyak tanaman. Berdasarkan Peraturan menteri Pertanian, benih yaitu tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak atau mengembangbiakkan tanaman. Sehingga, dapat diketahui bahwa benih tidak hanya berasal dari biji, namun dapat berasal dari bagian tanaman lainnya seperti daun, akar maupun batang. Padi memiliki beberapa varietas yaitu mentik wangi, pandan wangi, IR 64, Ciherang, Situbagendit dan lain-lain. Pada padi semi organik, benih berpengaruh nyata pada produksi padi semi organik dengan tingkat kepercayaan 90% (Gultom et al, 2014). Variabel benih juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah produksi padi di Jawa Tengah dengan koefisien sebesar 0,33 (Darwanto, 2013).

2) Pupuk Organik; yaitu pupuk yang sebagian atau seluruhnya berasal dari tanaman maupun kotoran hewan yang telah melalui proses rekayasa. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik dalam tanah sehingga dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologinya. Pupuk organik dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan bahan penyusunnya. Berdasarkan bentuknya, pupuk organik terbagi menjadi dua macam yaitu pupuk organik padat dan cair. Sedangkan berdasarkan bahan penyusunnya, pupuk organik terbagi menjadi dua macam yaitu pupuk hijau


(21)

(kompos) dan pupuk kandang. Menurut Gultom et al (2014), variabel pupuk kompos berpengaruh nyata positif dan signifikan terhadap produksi padi semi organik di Cigombong pada tingkat kepercayaan 95% dengan besar koefisien sebesar 0,14. Hal ini sangat berkorelasi dengan keadaan lapangan karena pupuk organik tersebut dapat menambah unsur hara dan memperbaiki struktur fisik tanah.

c. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yaitu orang yang sedang atau sudah bekerja, mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain. Pada usahatani sebagian tenaga kerja berasal dari keluarga petani itu sendiri seperti ayah, ibu dan anak (Mubyarto, 1989). Tenaga kerja tersebut disebut sebagai tenaga kerja dalam keluarga. Selain itu, petani juga membutuhkan tenaga dari orang lain atau biasa disebut tenaga kerja luar keluarga. Menurut Shinta (2011), tenaga kerja adalah energi yang dicurahkan dalam suatu proses kegiatan untuk menghasilkan suatu produk. Menurut Soekartawi (2005) dalam Riyadi (2007), bila kualitas tenaga kerja tidak diperhatikan maka akan terjadi hambatan dalam proses produksi. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja yaitu tersedianya tenaga kerja, kualitas tenaga kerja, jenis kelamin dan upah tenaga kerja (Soekartawi, 1990). Ukuran tenaga kerja dapat dihitung dengan jumlah hari kerja orang (HKO). Faktor tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi padi di Desa Ngempoh kabupaten Malang (Tien, 2011). Selain itu, faktor tenaga kerja juga berpengaruh secara nyata terhadap produksi padi semi organik pada tingkat kepercayaan 85% (Gultom et al, 2014).


(22)

d. Manajemen

Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya. Pada usahatani membutuhkan manajemen produksi, tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lainnya agar mampu memberikan produksi seperti yang diharapkan. Menurut Shinta (2011), kemampuan manajemen usahatani kelompok tani perlu didorong dan dikembangkan mulai dari perencanaan, proses produksi, pemanfaatan potensi pasar dan pemupukan modal/investasi. Menurut Soekartawi (1990), faktor manajemen dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu tingkat pendidikan, tingkat keterampilan, skala usaha, besar-kecilnya kredit dan macam komoditas. Tingkat pendidikan berpengaruh negatif terhadap tingkat inefisiensi teknis yang berarti bahwa semakin tinggi pendidikan petani maka semakin menurun tingkat inefisiensi petani sehingga tingkat efisiensi petani dalam penggunaan faktor-faktor produksi semakin baik (Muhaimin, 2012).

3. Fungsi Produksi

Fungsi produksi yaitu hubungan atau keterkaitan antara input (barang yang akan dijadikan produk) dengan output (hasil dari suatu barang yang diolah). Menurut Soekartawi (1990), fungsi produksi yaitu hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (output) dengan variabel yang menjelaskan (input). Variabel output dapat dijelaskan dengan berbagai macam variabel input yang mempengaruhi output. Secara matematis, fungsi produksi dapat diformulasikan sebagai berikut:


(23)

Y= f (X1, X2, X3, …, Xn) Keterangan:

Y : tingkat produksi (output)

X1, X2, X3, …, Xn : berbagai macam input yang digunakan

Berdasarkan persamaan tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah produksi tergantung dengan jumlah penggunaan faktor produksi. Jadi, petani dapat melakukan tindakan yang mampu meningkatkan produksi dengan menambah ataupun mengurangi salah satu atau beberapa faktor produksi. Selain itu, suatu fungsi produksi dapat memberikan gambaran tentang penggunaan faktor produksi yang optimal sehingga mendapatkan produksi optimal dan keuntungan maksimal. Untuk mengetahui peran dari masing-masing faktor produksi, maka satu faktor produksi dianggap sebagai variabel dan faktor produksi lainnya dianggap sebagai konstan.

Pada teori ekonomi terdapat asumsi dasar mengenai fungsi produksi yaitu

The Law of Diminishing Returns” (hukum hasil yang semakin berkurang). Hukum ini menyatakan bahwa apabila salah satu faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya terus menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif. Sifat pertambahan produksi seperti ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya mencapai tingkat maksimum dan kemudian menurun (Sukirno, 2005). Pada teori ini terdapat tiga macam kurva yaitu kurva Total Physical Product, Marginal Physical Product dan Average Physical Product.


(24)

Kurva Total Physical Product (TPP) merupakan kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah produksi (Y) pada berbagai tingkat penggunaan salah satu faktor produksi variabel. Persamaan TPP dapat dituliskan sebagai berikut: TPP = Y = f (X)

Kurva Marginal Physical Product (MPP) merupakan kurva yang menunjukkan tambahan produksi ΔY yang diakibatkan oleh pertambahan satu

unit faktor produksi variabel ΔX. Secara matematis dapat dituliskan sebagai

berikut:

MPP = (Y2 – Y1) / (X2 – X1) = ΔY / ΔX

Adapun kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan produksi secara rata-rata yang dihasilkan oleh faktor produksi variabel pada berbagai tingkat penggunaannya. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

APP = Y/X = f (X)/X

Gambar 3. Grafik hubungan antara kurva TPP, MPP dan APP Sumber: Nicholson, 1999.


(25)

Pada tahap I produksi total mengalami pertambahan yang semakin cepat, sehingga bentuk kurva TPP cekung ke atas yang berarti bahwa salah satu input variabel (lainnya dianggap tetap) masih dapat ditambahkan atau belum optimal. Pada keadaan tersebut, MPP bertambah tinggi yang dapat dilihat dari kurva MPP yang menaik, selain itu kurva APP lebih rendah dari kurva MPP dan kurva APP mulai bergerak ke atas. Pada tahap II produksi total mengalami kelambatan dalam pertambahannya, keadaan ini dapat digambarkan oleh kurva MPP yang menurun dan kurva TPP yang mulai berbentuk cembung ke atas. Selain itu, terjadi perpotongan antara kurva MPP dan APP. Pada tahap III produksi total semakin lama semakin menurun setelah terjadi perpotongan antara kurva MPP dengan APP. Pada tahap ini kurva MPP memotong sumbu datar sehingga, keadaan tersebut menggambarkan bahwa MPP mencapai angka negatif, kurva TPP mulai menurun yang berarti bahwa TPP semakin berkurang apabila input variabel ditambah.

Elastisitas produksi (Ep) menunjukkan rasio perubahan relatif output yang dihasilkan terhadap relatif jumlah input yang digunakan atau perbandingan persentase perubahan output dengan persentase perubahan input. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Ep = % Δ %Δ =

×

=

��� ×

APP

=

��� ��� Ep = MPP/APP = 1


(26)

a. Pada saat MPP > APP dan Ep ≥ 1, maka daerah ini disebut daerah irrasional yang artinya jika input dinaikkan satu persen maka output akan naik lebih dari satu persen, sehingga pada daerah ini keuntungan maksimum belum tercapai. b. Pada saat MPP = APP dan 0 ≤ Ep < 1, maka daerah ini disebut daerah rasional

yang artinya penggunaan input pada daerah ini sudah optimal sehingga penggunaan input optimal dapat memperoleh output yang optimal dan keuntungan maksimum sudah tercapai.

c. Pada saat MPP < APP dan Ep < 0, maka daerah ini disebut daerah irrasional yang artinya penambahan input yang terus-menerus akan menyebabkan penurunan output, sehingga keuntungan yang didapat juga menurun hingga mengalami kerugian.

Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan salah satu bentuk fungsi produksi yang mudah untuk diselesaikan dengan cara regresi berganda ataupun regresi sederhana (Soekartawi, 1995 dan Sunaryo, 2001). Berikut ini fungsi produksi Cobb-Douglas:

Y = a. X1b1. X2b2. X3b3. X4b4. X5b5. eu dan dapat disederhanakan menjadi bentuk linier yaitu LnY = Lnα + β1LnX1 + β2LnX2 + β3LnX3 + β4LnX4 + β5LnX5 + u. 4. Fungsi Cobb-Douglas sebagai Fungsi Produksi Frontier

Fungsi produksi frontier adalah hubungan fisik faktor produksi dengan produksi pada frontier yang posisinya terletak pada garis isokuan (Soekartawi, 2003). Isokuan adalah kurva yang menunjukkan kombinasi input yang dipakai dalam proses produksi yang menghasilkan output tertentu dalam jumlah yang sama. Berikut ini menunjukkan kurva isokuan.


(27)

Gambar 4. Grafik Isokuan Sumber: Nicholson, 1999.

Gambar 4 menunjukkan kurva isokuan dengan sumbu horizontal untuk mengukur jumlah tenaga kerja secara fisik dan sumbu vertikal untuk mengukur jumlah modal secara fisik. Kurva tersebut menggambarkan setiap kombinasi pada dua input (modal dan tenaga kerja) dapat menghasilkan output yang sama dengan jumlah sesuai pada titik-titik di garis Q1.

Menurut Nicholson (1999), batas kemungkinan produksi atau production possibility frontier merupakan suatu grafik yang menunjukkan semua kemungkinan kombinasi barang-barang yang dapat diproduksi dengan sejumlah sumber daya tertentu seperti gambar dibawah ini.

Gambar 5. Batas Kemungkinan Produksi (Production Possibility Frontier).


(28)

Pada gambar tersebut, titik-titik pada P1, P2 dan P3 merupakan daerah batas kemungkinan produksi sehingga sepanjang batas kurva pada titik-titik tersebut produksi dikatakan efisien. Namun, jika produksi berada pada titik A, maka produksi dikatakan belum efisien karena output masih dapat ditingkatkan hingga mencapai kurva batas tersebut.

5. Efisiensi

Menurut Soekartawi (2003), efisiensi terbagi dalam tiga macam yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif (harga) dan efisiensi ekonomi. Efisiensi teknis yaitu besaran yang menunjukkan perbandingan antara produksi aktual dengan produksi maksimum. Efisiensi teknis dapat diukur dengan menggunakan rumus berikut ini:

ET = � ( ∗|��, , ,… , �,) � ( ∗|��= , , ,… , � )

Keterangan:

ET = efisiensi teknis petani ke-i

E (� ∗ |��, , ,… , �,) = output observasi (i=1, 2, …, n)

E (� ∗ |�= , , ,… , ) = output batas (i=1, 2, …, n)

Adapun nilai efisiensi teknis berada diantara 0 ≤ ET ≤ 1. Nilai efisiensi

petani dapat dikategorikan cukup efisien jika bernilai ≥ 0,7 dan belum efisien jika

bernilai < 0,7 (Gultom et al, 2014). Variabel Ui merupakan variabel acak yang menggambarkan inefisiensi teknis dalam produksi yang berkaitan dengan faktor internal. Jika nilai Ui semakin besar, maka inefisiensi usahatani juga semakin besar. Faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi inefisiensi produksi padi yaitu umur (Z1), pendidikan (Z2), pengalaman (Z3) dan status kepemilikan lahan (Z4). Secara matematis nilai distribusi efek inefisiensi (Ui) dapat ditulis sebagai berikut:


(29)

Ui = � + � + � + ⋯ + �5 5 dimana Ui = nilai inefisiensi teknis dan � = konstanta. Menurut Gultom et al (2014), usahatani padi semi organik di Kecamatan Cigombong sudah efisien secara teknis, karena berdasarkan hasil dugaan fungsi produksi stochastic frontier. Efisiensi produksi padi semi organik dapat ditingkatkan dengan memperhatikan inefisiensi teknis status kepemilikan lahan yang berkaitan dengan sewa lahan dan bagi hasil.

Efisiensi harga (alokatif) menunjukkan hubungan biaya dengan output yang dapat tercapai jika memaksimumkan keuntungan yaitu dengan menyamakan nilai produksi marjinal tiap faktor produksi dengan harganya (Soekartawi, 1990). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

(b.Y.Py /X) / Px = 1 NPMx / Px = 1 Keterangan:

b = elastisitas produksi Px = harga input rata-rata

Y = produksi X = input

Py = harga output rata-rata NPM = nilai produk marjinal

Namun, dalam kenyataan NPM tidak selalu sama dengan Px yang sering terjadi yaitu sebagai berikut:

a. (NPMx / Px) > 1; artinya penggunaan input X belum efisien sehingga penggunaan input X perlu ditambah untuk mencapai efisien.

b. (NPMx / Px) < 1; artinya penggunaan input X tidak efisien sehingga penggunaan input X perlu dikurang untuk mencapai efisien.

Menurut Miftachuddin (2014), efisiensi harga (alokatif) pada usahatani padi di Kecamatan Undaan belum efisien karena nilai efisiensi lebih besar dari 1, sehingga perlu penambahan input bibit, pupuk dan pestisida agar produksi padi


(30)

menjadi lebih efisien. Selain itu, usahatani padi organik di Kecamatan Sambirejo belum efisien karena nilai efisiensi harga lebih besar dari 1 sehingga penggunaan faktor produksi luas lahan, bibit dan pupuk perlu ditambah agar tercapai kondisi yang optimal (Notarianto, 2011).

Adapun efisiensi ekonomi adalah besaran yang menunjukkan perbandingan antara keuntungan yang sebenarnya dengan keuntungan maksimum (Soekartawi, 1990). Efisiensi ekonomi merupakan hasil perkalian antara efisiensi teknis dengan efisiensi harga (alokatif). Secara matematis, efisiensi ekonomi dapat ditulis sebagai berikut:

EE = ET x EH Keterangan:

EE = Efisiensi Ekonomi EH = Efisiensi Harga ET = Efisiensi Teknis

Menurut Miftachuddin (2014), efisiensi ekonomi pada usahatani padi belum efisien karena nilai efisiensi ekonomi sebesar 21,04 yang menunjukkan lebih dari 1. Selain itu, efisiensi ekonomi pada usahatani cabai juga belum efisien karena efisiensi ekonomi dapat tercapai jika efisiensi teknis dan efisiensi harga sudah tercapai (Harahap, 2013).

Menurut Gultom et al (2014), faktor-faktor produksi luas lahan, benih, kompos, urea dan tenaga kerja berpengaruh secara positif terhadap produksi usahatani padi semi organik di Kecamatan Cigombong. Usahatani padi semi organik di Kecamatan Cigombong sudah efisien secara teknis, karena berdasarkan hasil dugaan fungsi produksi stochastic frontier. Efisiensi produksi padi semi


(31)

organik dapat ditingkatkan dengan memperhatikan inefisiensi teknis status kepemilikan lahan yang berkaitan dengan sewa lahan dan bagi hasil.

Menurut Kuwornu et al (2013), faktor bahan kimia pertanian (seperti pestisida, fungisida dan herbisida), tenaga kerja luar keluarga dan input lainnya berpengaruh secara positif sedangkan benih, pupuk dan tenaga kerja dalam keluarga berpengaruh secara negatif terhadap produksi jagung di Ghana bagian timur. Selain itu, diketahui bahwa efisiensi teknis produksi jagung dan penggunaan faktor produksi masing-masing sebesar 51% dan 49% sehingga masih perlu ditingkatkan.

Menurut Soleh (2012), faktor-faktor produksi yang berpengaruh secara nyata terhadap produksi usahatani wortel adalah benih, pestisida dan tenaga kerja. Sedangkan faktor penggunaan pupuk tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi wortel. Selain itu, berdasarkan hasil analisis alokatif, diketahui bahwa pengunaan benih belum efisien. Agar penggunaan benih dapat optimal maka penggunaan benih dalam luasan 1 hektar sebesar 35 kg. Hasil analisis efisiensi alokatif pada penggunaan pestisida tidak efisien, sehingga penggunaan pestisida dapat optimal jika dilakukan pengurangan. Efisiensi untuk penggunaan tenaga kerja belum efisien, sehingga penggunaan tenaga kerja dapat optimal jika penggunaan tenaga kerja sebesar 607,19 HKO.

Menurut Notarianto (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi organik yaitu luas lahan, bibit, pupuk dan tenaga kerja berpengaruh secara bersama-sama terhadap produksi padi organik di Kabupaten Sragen. Selain itu, luas lahan, bibit dan pupuk secara parsial berpengaruh positif dan signifikan


(32)

terhadap jumlah produksi padi organik sedangkan variabel tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi padi organik. Berdasarkan perhitungan nilai efisiensi teknik, usahatani padi organik tidak efisien karena memiliki nilai kurang dari 1, sehingga penggunaan input harus dikurangi. Adapun hasil perhitungan dari nilai efisiensi harga (alokatif) dan ekonomi, maka usahatani padi organik belum efisien dengan nilai input lebih dari 1 sehingga perlu penambahan input.

B.Kerangka Pemikiran

Pada usahatani padi organik di Gapoktan “Mitra Usaha Tani” terjadi

proses produksi pada faktor-faktor produksi yaitu luas lahan, benih, pupuk dan tenaga kerja yang dapat mempengaruhi hasil produksi. Penggunaan jumlah faktor produksi dapat mempengaruhi hasil produksi. Penggunaan jumlah faktor produksi yang berbeda-beda dapat mempengaruhi hasil produksi. Penggunaan faktor produksi yang sedikit dapat menurunkan hasil produksi sehingga penggunaan faktor produksi dapat dinyatakan belum efisien dan pendapatan yang diperoleh petani belum maksimal. Adapun penggunaan faktor produksi yang berlebihan dapat menyebabkan penggunaan faktor produksi yang tidak efisien dan dapat mempengaruhi pendapatan petani.

Efisiensi usahatani dapat diukur dengan analisa fungsi produksi dengan pendekatan produksi frontier. Analisis fungsi produksi dengan pendekatan frontier merupakan fungsi yang menggambarkan produksi maksimal yang dapat diperoleh dari variasi kombinasi faktor produksi pada tingkat pengetahuan dan teknologi tertentu (Doll dan Orazem (1984) dalam Kurniawan (2012)). Sedangkan fungsi


(33)

produksi dengan metode OLS hanya menggambarkan produksi rata-rata. Analisis ini dapat melihat efisiensi teknis dan harga. Hasil dari analisis efisiensi teknis dan efisiensi harga dapat mempengaruhi efisiensi ekonomi. Namun, tingkat efisiensi teknis juga dapat dipengaruhi oleh inefisiensi faktor internal petani. Faktor internal petani yang dapat mempengaruhi tingkat efisiensi yaitu tingkat pendidikan, umur petani, status kepemilikan lahan dan pengalaman petani. Untuk memperjelas tentang kerangka pemikiran tersebut, maka dapat digambarkan sebagai berikut:


(34)

Gambar 6. Kerangka Pemikiran

C.Hipotesis

1. Diduga faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi organik yaitu luas lahan, benih dan pupuk;

2. Diduga penggunaan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi padi organik belum efisien secara teknis, harga dan ekonomi;


(35)

pemecahan masalah yang ada pada saat ini dan aktual. Tujuan analisis ini yaitu untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang diteliti (Surakhmad, 1994). Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi organik dan tingkat efisiensi teknis, harga dan ekonomi pada usahatani padi organik.

A.Metode Pengambilan Sampel 1. Sampel Daerah

Pengambilan sampel daerah ditentukan secara sengaja (purposive sampling) yaitu sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan disesuaikan dengan tujuan penelitian. Penelitian ini dilakukan di Desa Wijirejo dan Desa Caturharjo yang berada di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul dengan pertimbangan bahwa kedua desa tersebut terdapat petani padi organik

yang bergabung dengan Gapoktan “Mitra Usaha Tani”. Gapoktan tersebut

termasuk sentra pengembangan usaha padi organik. Selain itu, beras yang dihasilkan sudah mendapat sertifikat sebagai beras higienis dan mendapat bantuan operasional dari Bank Indonesia.


(36)

2. Sampel Petani

Pengambilan sampel petani dilakukan dengan teknik sensus yaitu semua petani padi organik dijadikan responden. Petani padi organik yang terdapat di Desa Wijirejo dan Desa Caturharjo diambil seluruhnya sebagai sampel petani. Jumlah responden petani padi organik dari seluruhnya yaitu 33 responden.

B.Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder.

1. Data primer yaitu data yang didapatkan secara langsung dari petani dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner. Data yang dikumpulkan yaitu profil petani (nama, umur, tingkat pendidikan, pengalaman dan jumlah tanggungan), luas lahan, status kepemilikan lahan, biaya dan penggunaan faktor-faktor produksi (benih, pupuk kandang, pupuk cair, pupuk petroganik, tenaga kerja), produksi dan harga jual produksi.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait seperti kantor kelurahan, kantor kecamatan dan beberapa instansi lainnya yang berhubungan dengan penelitian. Contoh data sekunder yang diperlukan yaitu keadaan umum wilayah, topografi, letak geografis, keadaan pertanian dan keadaan penduduk.

C.Asumsi dan Pembatasan Masalah 1. Asumsi

a. Varietas padi dianggap sama semua; b. Hasil produksi dianggap dijual semua;


(37)

c. Hasil produksi dalam bentuk beras. 2. Batasan Masalah

a. Petani yang diambil yaitu semua petani padi organik yang berada di Desa

Wijirejo dan Caturharjo yang tergabung dalam Gapoktan “Mitra Usaha Tani”;

b. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data pada tahun 2015; D.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Faktor-faktor produksi adalah faktor yang memiliki peran atau pengaruh dalam menghasilkan produksi yang diinginkan dalam pertanian. Faktor-faktor produksi tersebut yaitu:

a. Luas lahan petani yaitu sejumlah lahan yang digunakan oleh petani pada usahatani padi organik untuk memproduksi padi organik dalam 1 musim tanam, sehingga dapat dinyatakan dalam meter persegi (m2).

b. Benih adalah biji padi yang telah diseleksi untuk disemai. Benih dinyatakan dalam kilogram (kg).

c. Pupuk organik yaitu unsur organik yang diberikan pada tanaman untuk meningkatkan produksi padi organik dalam proses produksi. Pada penelitian ini yang termasuk pupuk organik adalah pupuk kandang, pupuk petroganik dan pupuk cair yang dinyatakan dalam kilogram (kg) untuk pupuk kandang dan petroganik dan mililiter (ml) untuk pupuk cair.

d. Tenaga kerja yaitu jumlah tenaga kerja yang dipakai dalam proses usahatani padi organik, mulai dari pengolahan lahan sampai pengolahan


(38)

menjadi beras. Satuan yang digunakan adalah hari kerja orang (HKO) dengan anggapan satu hari kerja yaitu 8 (delapan) jam.

2. Faktor internal petani yaitu tingkat pendidikan, umur petani, status kepemilikan lahan dan pengalaman petani. Pada penelitian ini, satuan pada tingkat pendidikan, umur dan pengalaman petani yaitu tahun. Status kepemilikan lahan dapat dilihat dari petani sebagai pemilik, penyewa dan penggarap.

3. Hasil produksi adalah jumlah produksi yang dapat dihasilkan petani padi organik dalam bentuk beras dan dinyatakan dalam bentuk kilogram (Kg). 4. Efisiensi produksi yaitu banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh

dari penggunaan faktor-faktor produksi. Pada penelitian ini efisiensi terbagi menjadi tiga macam, yaitu:

a. Efisiensi Teknik (ET) yaitu besaran yang menunjukkan perbandingan antara produksi aktual dengan produksi maksimum.

b. Efisiensi Harga (EH) yaitu menunjukkan hubungan biaya dengan output yang dapat tercapai jika memaksimumkan keuntungan dengan menyamakan nilai produksi marjinal tiap faktor produksi dengan harganya.

c. Efisiensi Ekonomi (EE) yaitu besara yang menunjukkan perbandingan antara keuntungan yang sebenarnya dengan keuntungan maksimum. E.Analisis Data

Data yang sudah terkumpul dari wawancara dengan petani kemudian dianalisis menggunakan metode sebagai berikut:


(39)

1. Fungsi Produksi Cobb-Douglas Frontier

Fungsi produksi Cobb-Douglas Frontier yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

LnY = Lnα + β1LnX1 + β2LnX2 + β3LnX3 + β4LnX4 + (vi - ui) Keterangan:

Y = Hasil produksi (kg) X2 = Benih

α = Konstanta X3 = Pupuk

β1 –β4 = Koefisien X4 = Tenaga kerja X1 = Luas lahan (vi-ui) = Distribusi normal 2. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial atau sendiri-sendiri.

Perumusan hipotesis:

Ho = bi = 0, artinya faktor produksi ke-i (Xi) tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi padi organik (Y).

Ha = bi ≠ 0, artinya faktor produksi ke-i (Xi) berpengaruh secara nyata terhadap produksi padi organik (Y).

t hitung = �� ���

t tabel = t (α%, (n-k-1)) Keterangan:

bi = koefisien regresi bi Sbi = standar deviasi bi

α = tingkat kesalahan k = jumlah variabel bebas n = jumlah sampel

Pengambilan Keputusan:

a. Jika t hitung ≥ t tabel; maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya faktor produksi ke-i (Xi) berpengaruh secara nyata terhadap produksi padi (Y).


(40)

b. Jika t hitung < t tabel; maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya faktor produksi ke-i (Xi) tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi padi organik (Y).

3. Analisis Efisiensi

Analisis efisiensi dapat dilakukan dengan menganalisis efisiensi teknis, harga dan ekonomi.

a) Efisiensi Teknis

Efisiensi teknis adalah besaran yang menunjukkan perbandingan antara produksi aktual dengan produksi maksimum sehingga, efisiensi teknis merupakan proses produksi dengan menggunakan beberapa input untuk menghasilkan output yang maksimal. Pada penelitian ini, nilai efisiensi teknis dapat dianalisis dengan menggunakan software Frontier 4.1.

b)Efisiensi Harga

Efisiensi harga yaitu dengan meyamakan nilai produksi marjinal tiap faktor produksi dengan harganya (Soekartawi, 1990). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

(b.Y.Py / X) / Px = 1 NPMx / Px = 1 = k Keterangan:

b = elastisitas produksi Px = harga input rata-rata

Y = produksi X = input

Py = harga output rata-rata NPM = nilai produk marjinal

Jika (NPMx / Px) > 1 maka penggunaan input x belum efisien sehingga input x perlu ditambah. Jika (NPMx / Px) < 1 maka penggunaan input x tidak


(41)

efisien sehingga input x perlu dikurangi. Pada pengujian efisiensi harga dapat dilakukan dengan uji t variabel dengan menggunakan nilai k, yaitu:

Ho = k = 1, artinya penggunaan input efisien

Ha = k ≠ 1, artinya penggunaan input tidak efisien atau belum efisien

t hitung = (1-k) / √� � � Keterangan:

Var k = (k/bi)2 x var (bi) t tabel = t (α%, (n-k-1)) Pengambilan keputusan:

a. t hitung ≥ t tabel, maka Ho ditolak Ha diterima, artinya nilai k tidak sama dengan 1 maka penggunaan input tersebut tidak atau belum efisien.

b. t hitung < t tabel, maka Ho diterima Ha ditolak, artinya nilai k sama dengan 1 maka penggunaan input tersebut efisien.

c) Efisiensi Ekonomi

Efisiensi ekonomi merupakan hasil perkalian dari efisiensi teknis dengan efisiensi harga (alokatif). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

EE = ET x EH Keterangan:

EE = Efisiensi Ekonomi ET = Efisiensi Teknis EH = Efisiensi Harga


(42)

Kecamatan Pandak merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bantul yang terletak di bagian selatan dengan jarak 5 km dari ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Pandak memiliki luas wilayah sebesar 4.069,8512 ha. Kecamatan Pandak berbatasan dengan Kecamatan Pajangan dan Sanden pada bagian utara dan selatan sedangkan pada bagian barat dan timur, Kecamatan Pandak berbatasan dengan Kecamatan Srandakan dan Bambanglipuro. Kecamatan Pandak terdiri dari 4 desa meliputi Desa Caturharjo, Desa Triharjo, Desa Gilangharjo dan Desa Wijirejo.

Kecamatan Pandak memiliki kondisi topografi dengan kondisi daerah datar dan landai serta memiliki kesuburan tanah yang tinggi dan cocok untuk budidaya pertanian tanaman pangan dengan lahan basah. Keadaan topografi tersebut sangat mendukung dalam menghasilkan produksi yang maksimal karena lahan yang dimiliki memiliki tingkat kesuburan yang cukup tinggi. Selain itu, Kecamatan Pandak memiliki iklim yang cukup panas dengan curah hujan relatif kecil dengan bulan basah 5-6 bulan berurutan dan bulan kering 2-4 bulan.

2. Keadaan Penduduk

a. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan estimasi hasil sensus penduduk pada tahun 2014, jumlah penduduk di Kecamatan Pandak sebesar 55.672 jiwa. Berikut ini tabel yang menunjukkan jumlah penduduk di Kecamatan Pandak.


(43)

Tabel 1. Jumlah Penduduk Kecamatan Pandak menurut Jenis Kelamin (2015). Jenis Kelamin Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)

Laki-laki 27.455 49,32

Perempuan 28.217 50,68

Jumlah 55.672 100

Monografi Kecamatan Pandak 2015.

Pada tabel 2, menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan perempuan. Hal ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi produksi padi karena sebagian besar pekerjaan pada usahatani padi organik membutuhkan tenaga laki-laki dibandingkan perempuan. Pada usahatani padi organik, biasanya tenaga perempuan hanya dibutuhkan pada kegiatan tanam saja sedangkan tenaga laki-laki dibutuhkan pada hampir semua kegiatan usahatani yaitu seperti pengolahan lahan, pemupukan, penyiangan dan lain-lain. Secara tidak langsung jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat mempengaruhi tingkat efisien penggunaan faktor produksi padi organik.

b. Jumlah Penduduk berdasarkan Umur

Penduduk Kecamatan Pandak sebagian besar termasuk pada usia produktif (17-55 tahun) yaitu sebesar 22.123 jiwa. Berikut ini tabel yang menunjukkan penduduk di Kecamatan Pandak berdasarkan kelompok umur.

Tabel 2. Penduduk di Kecamatan Pandak berdasarkan Kelompok Umur (2015). No. Umur Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)

1 0-16 tahun 13.434 24,13

2 17-55 tahun 22.123 39,74

3 > 56 tahun 20.115 36,13

Jumlah 55.672 100

Monografi Kecamatan Pandak 2015.

Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa penduduk di Kecamatan Pandak 39,74% merupakan usia produktif, sedangkan penduduk yang termasuk


(44)

kategori belum produktif sebesar 24,13% dan lebih kecil dari penduduk yang tidak produktif yaitu sebesar 36,13%. Hal tersebut sangat berpengaruh positif terhadap pertanian khususnya pertanian padi organik karena diharapkan banyaknya penduduk dengan umur produktif dapat meningkatkan hasil produksi padi organik dan mampu beradaptasi dengan teknologi yang dapat meningkatkan produksi padi organik.

c. Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat, maka semakin baik kualitas sumberdayanya. Berikut tabel yang menunjukkan tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Pandak.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Kecamatan Pandak Berdasarkan Tingkat Pendidikan (2015).

Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)

Belum Sekolah 5.126 10,86

Tidak Tamat Sekolah 4.223 8,94

Sekolah Dasar/ Sederajat 6.574 13,92

SMP/Sederajat 7.790 16,50

SMA/SMU/sederajat 8.913 18,88

Tamat D1 3.320 7,03

Tamat D2 4.750 10,06

Tamat Akademi/ Sederajat 4.257 9,02

Tamat Perguruan Tinggi 2.245 4,75

Tamat Pasca Sarjana 21 0,04

Jumlah 47.219 100,00

Monografi Kecamatan Pandak 2015.

Pada tabel 4, dapat diketahui bahwa persentase tingkat pendidikan di Kecamatan Pandak yang paling banyak yaitu tamat SMA/sederajat dengan persentase sebesar 18,88%. Selain itu, tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan


(45)

Pandak juga hingga ke jenjang pascasarjana walaupun dengan persentase kecil yaitu sebesar 0,04%. Hal ini dapat menunjukkan bahwa pendidikan bagi penduduk di Kecamatan Pandak merupakan hal yang penting. Tingkat pendidikan yang tinggi dapat mempengaruhi sikap dan pola pikir penduduk untuk lebih terbuka dengan teknologi baru. Jadi, pembangunan di daerah tersebut khususnya dibidang pertanian akan semakin baik, karena penduduk khususnya petani dapat menerima teknologi baru yang dapat membantu petani dalam mengembangkan usahataninya.

d. Jumlah Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian

Kecamatan Pandak memiliki penduduk dengan berbagai macam mata pencaharian mulai sebagai petani hingga sebagai PNS. Tabel berikut ini menunjukkan jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Kecamatan Pandak Berdasarkan Mata Pencaharian (2015).

Jenis Pekerjaan Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)

Petani Pemilik Tanah 1.454 5,27

Petani Penggarap Tanah 4.877 17,69

Petani Penggarap/Penyakap 5.321 19,30

Buruh Tani 5.262 19,09

Pengusaha Sedang/Besar 74 0,27

Pengrajin/Industri Kecil 597 2,17

Buruh Industri 787 2,86

Buruh Bangunan 1.105 4,01

Buruh Pertambangan 930 3,37

Pedagang 276 1,00

PNS 325 1,18

ABRI 95 0,34

Pensiunan 75 0,27

Peternak 6.387 23,17

Jumlah 27.565 100,00


(46)

Berdasarkan tabel 5, sebagian besar penduduk di Kecamatan Pandak bermata pencaharian sebagai petani baik sebagai petani pemilik tanah hingga sebagai buruh tani dengan total persentase sebesar 61,35%. Petani di Kecamatan Pandak terdiri dari petani pemilik dan petani penyewa, petani penggarap dan buruh tani. Pertanian di Kecamatan Pandak didukung dengan lahan pertanian yang luas dan sistem irigasi yang cukup baik. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan Pandak mengandalkan sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

3. Sarana Perekonomian

Sarana perekonomian merupakan faktor yang penting untuk menunjang kegiatan perekonomian penduduk. Kecamatan Pandak memiliki beberapa sarana perekonomian yang dapat menunjang kegiatan ekonomi penduduk agar dapat mempermudah penduduk dalam beraktivitas sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Tabel dibawah ini menunjukkan jenis dan jumlah sarana perekonomian di Kecamatan Pandak.

Tabel 5. Jenis dan Jumlah Sarana Perekonomian di Kecamatan Pandak pada tahun 2012-2014.

No Jenis Sarana Tahun

2012 2013 2014

1. Pasar Umum 3 3 3

2. Pasar Hewan 1 1 1

3. BUKP 1 1 1

4. KUD 1 1 1

5. Bank 2 2 2

6. Bank Pasar 2 2 2

BPS, Statistik Kecamatan Pandak 2015.

Pada tabel 6, dapat diketahui bahwa Kecamatan Pandak memiliki 6 jenis sarana perekonomian yaitu pasar umum, pasar hewan, BUKP (Badan Usaha


(47)

Kredit Pedesaan), KUD (Koperasi Unit Desa), Bank dan Bank pasar. Jumlah sarana perekonomian di Kecamatan Pandak dari tahun 2012-2014 tidak mengalami kenaikan yaitu hanya sebanyak 10 unit. Pasar umum merupakan sarana perekonomian yang paling banyak di Kecamatan Pandak dengan persentase sebesar 30%. Pasar hewan, BUKP dan KUD merupakan sarana perekonomian yang paling sedikit dengan persentase sebesar 10%. Sarana perekonomian yang tersedia seperti pasar umum dan pasar hewan sangat membantu petani dalam memasarkan hasil produksinya hingga sampai kepada konsumen, sehingga dapat membantu petani dalam memaksimalkan keuntungan yang didapat oleh petani. Selain itu, adanya bank, BUKP dan KUD sangat membantu petani dalam permodalan guna meningkatkan usahataninya sehingga secara tidak langsug dapat memaksimalkan produksi.

4. Pertanian

Sektor pertanian merupakan sektor penyumbang terbesar bagi perekonomian di Kabupaten Bantul terutama komoditas tanaman pangan (padi dan palawija). Tanaman pangan yang ditanam oleh penduduk di Kecamatan Pandak yaitu padi sawah, jagung, kacang tanah dan kedelai. Tabel dibawah ini menunjukkan luas panen dari komoditas tanaman pangan di Kecamatan Pandak. Tabel 6. Luas Panen Tanaman Pangan di Kecamatan Pandak (2014).

No Jenis Komoditas Luas Panen (ha)

1. Padi sawah 2.072

2. Jagung 100

3. Kacang tanah 49

4. Kedelai 190

5. Total 2.411


(48)

Berdasarkan tabel 7, dapat diketahui bahwa padi sawah memiliki luas panen yang paling tinggi dengan prosentase sebesar 85,94% diikuti dengan tanaman kedelai dan jagung masing-masing dengan prosentase 7,88% dan 4,15%. Kacang tanah memiliki luas panen yang paling rendah dengan persentase sebesar 2,03%. Pada tabel tersebut juga diketahui selisih luas panen antara padi sawah dengan lainnya sangat banyak sehingga dapat diketahui bahwa penduduk di Kecamatan Pandak mayoritas sebagai petani padi sawah. Selain itu, produktivitas padi sawah dari tahun 2014 hingga tahun 2015 mengalami peningkatan. Berikut ini tabel produktivitas padi sawah pada tahun 2014-2015.

Tabel 7. Produktivitas Padi Sawah di Kecamatan Pandak Tahun 2014-2015. No. Tahun Produktivitas (kw/ha)

1 2014 77,39

2 2015 79,82

Data Monografi Kecamatan Pandak.

Berdasarkan tabel 8, dapat diketahui bahwa produktivitas padi sawah mengalami kenaikan sebesar 2,43 kw/ha. Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Pandak memiliki potensi yang cukup besar untuk meningkatkan produktivitas padi sawah dan mengembangkan padi sawah. Selain itu, Kecamatan Pandak juga memiliki keadaan geografis yang mendukung dalam meningkatkan produktivitas padi sawah.

Pada Kecamatan Pandak terdapat beberapa kelompok tani dari masing-masing desa. Tabel ini menunjukkan jumlah kelompok tani di Kecamatan Pandak.


(49)

Tabel 8. Jumlah Kelompok Tani di Kecamatan Pandak (2014).

No Desa Jumlah Kelompok

1 Caturharjo 8

2 Triharjo 8

3 Gilangharjo 9

4 Wijirejo 9

5 Total 34

BPS, Statistik Kecamatan Pandak 2015.

Tabel 9 menunjukkan bahwa di Kecamatan Pandak terdapat 34 kelompok tani yang tersebar pada 4 desa. Pada desa Gilangharjo dan Wijirejo memiliki persentase kelompok tani yang sama yaitu sebesar 26,5%, sedangkan desa Caturharjo dan Triharjo memiliki prosentase sebesar 23,5%. Besaran persentase tersebut menunjukkan bahwa penyebaran kelompok tani di Kecamatan Pandak sudah merata.

B.Profil Gapoktan

Gapoktan “Mitra Usaha Tani” merupakan salah satu gapoktan yang berada

di Dusun Gedongsari, RT 04, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten

Bantul. Gapoktan “Mitra Usaha Tani” berdiri pada tanggal 13 Februari 2007

dengan mendapat pengukuhan dari SK Bupati Bantul pada tanggal 19 Mei 2008

No. 142 A tahun 2008. Gapoktan “Mitra Usaha Tani” mendapatkan prestasi

sebagai Peringkat 3 pada tingkat Provinsi tahun 2012 dengan Kategori Gapoktan Pengelola Program Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM). Selain itu, Gapoktan ini juga mendapatkan sertifikasi beras higienis dari OKKPD-DIY pada tahun 2011 serta mendapatkan bantuan fasilitas dari Bank Indonesia (BI).

Desa Wijirejo memiliki luas wilayah sebesar 467.959 ha dengan luas lahan pertanian setengah teknis dan tegalan kebun masing-masing sebesar 233,4 ha dan


(50)

150,28 ha. Desa Wijirejo terdiri dari 10 pedukuhan dan 24 RW serta 61 RT. Desa Wijirejo secara administrasi berbatasan dengan Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan dan Desa Triharjo, Kecamatan Pandak pada sebelah utara dan selatan. Pada bagian sebelah barat dan timur, Desa Wijirejo berbatasan dengan Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan dan Desa Gilangharjo, Kecamatan Pandak.

Desa Wijirejo memiliki 9 kelompok tani yaitu kelompok tani Rejo I, Rejo II, Maju I, Maju II, Ploso, Bogo, Makmur, Widoro dan Wijisari yang bergabung

dalam Gapoktan “Mitra Usaha Tani”. Berikut ini gambaran tata letak Desa

Wijirejo.

Gambar 1. Peta Desa Wijirejo

Pada gambar 7, dapat diketahui area persawahan di Desa Wijirejo sebagian besar mengelompok. Namun, masih ada area persawahan yang berada ditengah-tengah pemukiman. Pada kelompok tani Rejo I, II dan kelompok tani Bogo serta


(51)

kelompok tani Makmur lahan persawahannya sudah mengelompok. Namun, pada kelompok tani Maju I, II, Widoro dan Wijisari lahan persawahan yang dimiliki masih terpencar atau tidak berkelompok, bahkan terdapat salah satu lahan yang berada di tengah pemukiman warga. Keadaan lahan persawahan yang masih terpencar dapat menyebabkan penggunaan faktor produksi yang tidak efisien dan menghasilkan produksi yang kurang maksimal serta mengurangi kualitas beras higienis karena masih terkontaminasi oleh padi konvensional. Selain itu, dari 9 kelompok hanya terdapat 3 kelompok yang anggotanya merupakan petani padi organik yaitu Kelompok Tani Rejo II, Kelompok Tani Ploso dan Kelompok Tani Makmur.

1. Visi dan Misi

Gapoktan “Mitra Usaha Tani” memiliki visi yaitu mampu memproduksi

beras sehat berkualitas dan Wijirejo menjadi sentra beras higienis. Adapun misi gapoktan ini untuk mewujudkan visi tersebut yaitu:

a. Melaksanakan budidaya pertanian yang baik;

b. Meningkatkan produksi dan pendapatan petani serta menjalin kerjasama antar anggota kelompok;

c. Menjadikan kelompok tani sebagai unit produksi dan menjalin kemitraan dengan pihak lain, terutama penyediaan sarana produksi pertanian dan pemasaran;

d. Mewujudkan keharmonisan hubungan kerjasama petani dengan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) dan pemerintah serta pihak-pihak terkait.


(52)

2. Struktur Pengurus Gapoktan “Mitra Usaha Tani” a. Struktur Pengurus Gapoktan “Mitra Usaha Tani”

Gapoktan “Mitra Usaha Tani” memiliki struktur kepengurusan dengan

masa kepengurusan dari tahun 2012-2017. Gapoktan ini memiliki 6 unit kerja yaitu Unit Humas dan Pemberdayaan SDM, Unit LKM (Lembaga Keuangan Mikro) atau PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan), Unit Distribusi, Unit Alsintan (Alat Mesin Pertanian), Unit Cadangan Pangan dan Unit Peternakan serta TPH (Tanaman Pangan dan Hortikultura). Berikut ini gambar yang

menunjukkan struktur Pengurus Gapoktan “Mitra Usaha Tani”.

Gambar 2. Struktur Kepengurusan Gapoktan “Mitra Usaha Tani”

Berdasarkan gambar 8, dapat diketahui bahwa gapoktan ini memiliki struktur pengurusan yang langsung dibawahi oleh ketua gapoktan. Pada


(53)

masing-masing unit kerja terdiri dari 1-3 orang anggota dan unit humas, unit pemberdayaan serta unit distribusi merupakan unit yang memiliki anggota paling banyak yaitu 3 orang. Selain itu, ketua gapoktan juga dibantu oleh wakil ketua, bendahara dan sekretaris dalam mengelola gapoktan ini.

b. Tugas dalam Struktur Pengurus Gapoktan “Mitra Usaha Tani”

1) Ketua dan Wakil Ketua: Memimpin dan memajukan Gapoktan “Mitra Usaha Tani” secara keseluruhan.

2) Sekretaris: menyelenggarakan administrasi Gapoktan dan rapat serta membuat notulen dan undangan.

3) Bendahara: membuat rencana anggaran Gapoktan, menyelenggarakan administrasi keuangan, bertanggung jawab terhadap keuangan yang ada di kas bendahara dan membuat laporan pertanggung jawaban keuangan. 4) Unit Distribusi: mengadakan transaksi jual beli beras/gabah/jagung pada

petani, mencatat setiap transaksi secara tertib, menampung sementara dan bertanggung jawab terhadap keamanan barang, mengolah/menggiling gabah Gapoktan dan milik petani, memasarkan beras, gabah dan jagung keluar Desa Wijirejo dan membuat laporan secara periodik.

5) Unit Humas dan Pemberdayaan SDM: melakukan pemberdayaan/pelatihan, memberi penjelasan/informasi kepada masyarakat, menyelenggarakan publikasi dan informasi kepada petani, melakukan dan membantu tugas-tugas yang berkaitan dengan sekretaris serta penyebaran undangan.


(54)

6) Unit Cadangan Pangan: membeli dan menampung gabah/beras di gudang, menyalurkan pinjaman gabah/beras kepada petani dan mengelola cadangan pangan secara tertib.

7) Unit LKM/PUAP: mengelola dan menyelenggarakan simpan pinjam bagi anggota, mencatat dan melaporkan hasil pendapatan dari simpan pinjam secara tertib dalam RAT.

8) Unit Alsintan: mengelola dan merawat mesin-mesin milik gapoktan agar berhasil guna dan mendatangkan keuntungan serta mencatat dan melaporkan hasil-hasil dari mesin milik Gapoktan.

9) Unit Peternakan TPH: mencatat dan melaporkan keadaan lapangan dan luas areal musim tanam setiap triwulan yang berkaitan dengan TPH, melaporkan kepada pengurus dan instansi terkait apabila terjadi gejala-gejala serangan OPT yang merugikan petani, mengajak para petani untuk meningkatkan produktivitas, mengajak para petani untuk mengembangkan usaha ternak dan mendata populasi ternak dan melaporkan pada instansi terkait apabila terjadi serangan penyakit pada ternak.

c. Keanggotaan Gapoktan “Mitra Usaha Tani”

Gapoktan “Mitra Usaha Tani” terdiri dari 9 kelompok tani. Pada masing -masing kelompok tani tidak semua anggota kelompok merupakan petani padi organik. Berikut ini tabel yang menunjukkan jumlah petani padi organik dan


(55)

Tabel 9. Jumlah Petani Padi Organik dan Konvensional di Gapoktan “Mitra Usaha

Tani”

Nama Kelompok Organik (jiwa) Konvensional (jiwa)

Kelompok Tani Rejo I 0 100

Kelompok Tani Rejo II 3 97

Kelompok Tani Maju I 0 100

Kelompok Tani Maju II 0 100

Kelompok Poso 1 149

Kelompok Bogo 0 100

Kelompok Makmur 29 131

Kelompok Widoro 0 100

Kelompok Wijisari 0 100

Jumlah 33 977

Data Gapoktan “Mitra Usaha Tani”

Berdasarkan tabel 10, dapat diketahui tidak semua anggota Gapoktan

“Mitra Usaha Tani” merupakan petani padi organik. Petani padi organik hanya

terdapat di 3 Kelompok tani yaitu Kelompok Tani Rejo II, Kelompok Poso dan Kelompok Makmur. Kelompok Makmur memiliki anggota petani padi organik yang paling banyak diantara yang lainnya. Selain itu, dapat diketahui bahwa

anggota Gapoktan “Mitra Usaha Tani” sebanyak 96,73% masih belum

berusahatani padi konvensional dan hanya 3,27% anggota Gapoktan yang sudah berusahatani padi organik. Hal ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas padi organik karena lingkungan disekitar lahan pertanian organik masih terkontaminasi oleh bahan-bahan kimia dan dapat mempengaruhi tingkat penggunaan faktor produksi karena lahan yang digunakan untuk usahatani padi organik masih sedikit.


(56)

3. Program Kerja Gapoktan “Mitra Usaha Tani”

Gapoktan “Mitra Usaha Tani” memiliki program kerja yang terbagi dalam

tiga jangka waktu. Berikut ini program kerja Gapoktan “Mitra Usaha Tani” berdasarkan jangka waktu.

a. Program Kerja Jangka Pendek:

Program kerja jangka pendek di Gapoktan “Mitra Usaha Tani” yaitu

melakukan pertemuan rutin pengurus dan peningkatan SDM pengurus, mengoptimalkan iuran anggota dan saham anggota, mengembangkan teknologi pertanian (SLPTT dan SRI), melakukan pembuatan pupuk organik untuk subsidi petani/anggota, melakukan pengembangan dan peningkatan unit distribusi dan cadangan dan meningkatkan SDM petani dengan pelatihan, magang dan studi banding. Pada program jangka pendek, terdapat beberapa hal yang sudah tercapai yaitu pertemuan rutin pengurus, iuran anggota, pembuatan pupuk organik, pengembangan dan peningkatan distribusi dan cadangan pangan. Namun, pada pembuatan pupuk organik dilakukan oleh masing-masing anggota karena anggota sudah dapat membuat pupuk organik sendiri.

b. Program Kerja Jangka Menengah

Program jangka menengah Gapoktan “Mitra usaha Tani” yaitu

meningkatkan stok cadangan pangan dan penyaluran cadangan pangan, memberi bantuan kepada petani miskin dengan beras (program raskin), sewa lahan pertanian 1-4 ha untuk program pemberdayaan, memberdayakan petani miskin dengan menggarap sawah milik gapoktan dengan sistem bagi hasil, melengkapi kelembagaan gapoktan (komputer, laptop, printer, LCD dan layar serta meja kursi


(57)

kantor), gapoktan dapat memberi kompensasi kepada pengurus dan dapat memiliki alat-alat angkut/armada roda empat serta memiliki kelompok ternak sapi untuk memenuhi pembuatan pupuk organik. Pada program jangka menengah, terdapat beberapa hal yang sudah tercapai seperti melengkapi peralatan kelembagaan gapoktan seperti memiliki komputer, laptop, printer, LCD dan layar serta meja kursi kantor, memiliki alat angkutan beroda empat yaitu mobil pick up, meningkatkan cadangan, memberdayakan petani miskin dengan menggarap sawah milik gapoktan, gapoktan dapat memberi kompensasi kepada pengurus dalam bentuk SHU dan bingkisan pada lebaran.

c. Program Kerja Jangka Panjang

Adapun program kerja jangka panjang di Gapoktan “Mitra Usaha Tani” yaitu gapoktan mempunyai kantor sendiri/gedung pertemuan, memiliki badan usaha yang mantap dan profesional sejenis CV/PT/koperasi dan dapat memberi gaji bagi pengurus secara layak sesuai dengan UMR. Saat ini, program jangka panjang yang sudah tercapai yaitu gapoktan memiliki gedung pertemuan.

4. Budidaya Padi Organik

Budidaya padi organik di Gapoktan “Mitra Usaha Tani” menggunakan benih dari hasil panen sebelumnya agar dapat menjaga kualitas produksi. Varietas yang digunakan pada usahatani beras higienis yaitu varietas lokal dengan jenis pandan wangi atau mentik susu. Keunggulan dari varietas ini yaitu menghasilkan beras yang memiliki rasa enak, pulen, wangi dan tahan lama. Namun, masih banyak petani yang menggunakan varietas yang lain. Berikut ini pembudidayaan padi organik mulai dari pembibitan hingga pasca panen.


(58)

a. Pembibitan

Pada kegiatan pembibitan rata-rata petani menggunakan 5 kg benih untuk luasan lahan 1000m2. Selain itu, perendaman benih dilakukan selama 2x24 jam kemudian diperam selama 2-3 hari sampai tumbuh calon tunas. Adapun persiapan lahan persemaian dilakukan dengan mencangkul dan meratakan tanah. Penaburan benih dilakukan setelah tumbuh calon tunas kemudian ditutup dengan jerami untuk menjaga kelembapan tanah. Selain itu, perawatan pembibitan yang dilakukan petani yaitu dengan mengatur pemberian air agar tidak menggenang. Petani mencabut benih yang siap ditanam pada umur 21 hari di areal pertanaman.

Pada penanaman padi model SRI, hanya membutuhkan benih sebanyak 5-7 kg/ha. Hal ini sangat berbeda dengan yang dilakukan petani, sehingga menyebabkan petani tidak efisien dalam menggunakan variabel benih. Selain itu, pada metode SRI benih semai siap ditanam ketika berumur 7-10 hari. Hal tersebut dilakukan agar tanaman dapat beradaptasi dengan cepat sehingga dapat menghasilkan anakan yang lebih banyak, agar anakan dapat tumbuh lebih cepat dan mempercepat umur panen. Namun, petani mulai menanam bibit setelah bibit berumur 21 hari sehingga hal tersebut dapat menghambat pertumbuhan anakan karena bibit yang ditanam sudah mulai tua sehingga daya adaptasinya lambat dan memperlambat umur panen serta secara tidak langsung produksi yang didapat petani tidak optimal karena anakan yang tumbuh tidak maksimal karena umur bibit yang ditanam sudah mulai tua.


(1)

(2)

Lampiran 4

. Perhitungan Efisiensi Harga di Gapoktan “Mitra Usaha Tani”

Kecamatan Pandak tahun 2015.

EFISIENSI HARGA LUAS LAHAN

No bi y x1 y/x1 py npm px1 ki

1 0.75681688 600 2000 0.300 11000 2497.496 750000 0.003 2 0.75681688 120 140 0.857 9500 7189.760 52500 0.137 3 0.75681688 200 1000 0.200 11000 8324.986 375000 0.022 4 0.75681688 300 1000 0.300 10000 7568.169 375000 0.020 5 0.75681688 90 300 0.300 10000 7568.169 112500 0.067 6 0.75681688 120 500 0.240 10000 7568.169 187500 0.040 7 0.75681688 495 1500 0.330 9500 7189.760 562500 0.013 8 0.75681688 150 200 0.750 10000 7568.169 75000 0.101 9 0.75681688 300 500 0.600 10000 7568.169 187500 0.040 10 0.75681688 504 1400 0.360 11000 8324.986 525000 0.016 11 0.75681688 360 1000 0.360 10000 7568.169 375000 0.020 12 0.75681688 640 1000 0.640 10000 7568.169 375000 0.020 13 0.75681688 360 500 0.720 10000 7568.169 187500 0.040 14 0.75681688 396 1000 0.396 9500 7189.760 375000 0.019 15 0.75681688 180 500 0.360 11500 8703.394 187500 0.046 16 0.75681688 252 700 0.360 11500 8703.394 262500 0.033 17 0.75681688 720 2000 0.360 10000 7568.169 750000 0.010 18 0.75681688 420 2000 0.210 11000 8324.986 750000 0.011 19 0.75681688 420 2000 0.210 11000 8324.986 750000 0.011 20 0.75681688 390 1000 0.390 11000 8324.986 375000 0.022 21 0.75681688 1950 5000 0.390 11000 8324.986 1875000 0.004 22 0.75681688 600 2000 0.300 14000 10595.436 750000 0.014 23 0.75681688 204 500 0.408 12000 9081.803 187500 0.048 24 0.75681688 319 800 0.399 11000 8324.986 300000 0.028 25 0.75681688 195 450 0.433 15000 11352.253 168750 0.067 26 0.75681688 500 600 0.833 10000 7568.169 225000 0.034 27 0.75681688 500 500 1.000 10000 7568.169 187500 0.040 28 0.75681688 585 1500 0.390 9500 7189.760 562500 0.013 29 0.75681688 125 500 0.250 10000 7568.169 187500 0.040 30 0.75681688 276 650 0.425 11500 8703.394 243750 0.036 31 0.75681688 84 200 0.420 11500 8703.394 75000 0.116 32 0.75681688 135 500 0.270 10000 7568.169 187500 0.040 33 0.75681688 250 1100 0.227 10000 7568.169 412500 0.018 34 0.75681688 297 1000 0.297 10000 7568.169 375000 0.020


(3)

35 0.75681688 180 500 0.360 10000 7568.169 187500 0.040 36 0.75681688 162 500 0.324 10000 7568.169 187500 0.040 37 0.75681688 240 1000 0.240 10000 7568.169 375000 0.020 38 0.75681688 120 500 0.240 10000 7568.169 187500 0.040 39 0.75681688 195 500 0.390 10000 7568.169 187500 0.040 40 0.75681688 105 250 0.420 10000 7568.169 93750 0.081 41 0.75681688 780 1000 0.780 10000 7568.169 375000 0.020 42 0.75681688 210 900 0.233 10000 7568.169 337500 0.022

Rata2 0.75681688 357.833 968.810 0.411 10547.619 7843.866 363303.571 0.036

EFISIENSI HARGA BENIH

No bi y x2 y/x2 py npm px2 ki

1 0.36250501 600 4 150 11000 598133.267 28000 21.362 2 0.36250501 120 8 15 9500 51656.964 56000 0.922 3 0.36250501 200 4 50 11000 199377.756 40000 4.984 4 0.36250501 300 5 60 10000 217503.006 50000 4.350 5 0.36250501 90 1 90 10000 326254.509 10000 32.625 6 0.36250501 120 3 40 10000 145002.004 21000 6.905 7 0.36250501 495 8 61.875 9500 213084.976 80000 2.664 8 0.36250501 150 4 37.5 10000 135939.379 28000 4.855 9 0.36250501 300 5 60 10000 217503.006 35000 6.214 10 0.36250501 504 7 72 11000 287103.968 49000 5.859 11 0.36250501 360 5 72 10000 261003.607 35000 7.457 12 0.36250501 640 2.5 256 10000 928012.826 22500 41.245 13 0.36250501 360 2.5 144 10000 522007.214 22500 23.200 14 0.36250501 396 5 79.2 9500 272748.770 35000 7.793 15 0.36250501 180 2.5 72 11500 300154.148 17500 17.152 16 0.36250501 252 2.5 100.8 11500 420215.808 17500 24.012 17 0.36250501 720 8 90 10000 326254.509 80000 4.078 18 0.36250501 420 10 42 11000 167477.315 70000 2.393 19 0.36250501 420 10 42 11000 167477.315 70000 2.393 20 0.36250501 390 5 78 11000 311029.299 40000 7.776 21 0.36250501 1950 19 102.632 11000 409249.077 152000 2.692 22 0.36250501 600 4 150 14000 761260.521 28000 27.188 23 0.36250501 204 2.5 81.6 12000 354964.906 10000 35.496 24 0.36250501 319 5 63.8 11000 254406.016 35000 7.269 25 0.36250501 195 3 65 15000 353442.385 34500 10.245 26 0.36250501 500 2.5 200 10000 725010.020 25000 29.000


(4)

27 0.36250501 500 2.5 200 10000 725010.020 25000 29.000 28 0.36250501 585 7 83.5714 9500 287803.085 49000 5.874 29 0.36250501 125 2.5 50 10000 181252.505 25000 7.250 30 0.36250501 276 10 27.6 11500 115059.090 100000 1.151 31 0.36250501 84 5 16.8 11500 70035.968 50000 1.401 32 0.36250501 135 2.5 54 10000 195752.705 25000 7.830 33 0.36250501 250 8 31.25 10000 113282.816 80000 1.416 34 0.36250501 297 5 59.4 10000 215327.976 50000 4.307 35 0.36250501 180 2.5 72 10000 261003.607 25000 10.440 36 0.36250501 162 2.5 64.8 10000 234903.246 25000 9.396 37 0.36250501 240 5 48 10000 174002.405 50000 3.480 38 0.36250501 120 3 40 10000 145002.004 30000 4.833 39 0.36250501 195 2.5 78 10000 282753.908 25000 11.310 40 0.36250501 105 2.5 42 10000 152252.104 25000 6.090 41 0.36250501 780 5 156 10000 565507.816 50000 11.310 42 0.36250501 210 3.6 58.333 10000 211461.256 36000 5.874

Rata2 0.36250501 357.833 4.931 79.932 10547.619 306111.502 41940.476 10.9784

EFISIENSI HARGA PUPUK KANDANG

No bi y x3 y/x3 Py npm px3 ki

1 0.14972901 600 200 3.000 11000 4941.057 100000 0.049 2 0.14972901 120 500 0.240 9500 341.382 250000 0.001 3 0.14972901 200 500 0.400 11000 658.808 250000 0.003 4 0.14972901 300 260 1.154 10000 1727.642 130000 0.013 5 0.14972901 90 130 0.692 10000 1036.585 0 0.000 6 0.14972901 120 200 0.600 10000 898.374 10000 0.009 7 0.14972901 495 0 0.000 9500 0.000 0 0.000 8 0.14972901 150 40 3.750 10000 5614.838 0000 0.281 9 0.14972901 300 100 3.000 10000 4491.870 50000 0.090 10 0.14972901 504 560 0.900 11000 1482.317 280000 0.005 11 0.14972901 360 100 3.600 10000 5390.244 50000 0.108 12 0.14972901 640 500 1.280 10000 1916.531 250000 0.008 13 0.14972901 360 250 1.440 10000 2156.098 125000 0.017 14 0.14972901 396 40 9.900 9500 14082.013 20000 0.704 15 0.14972901 180 70 2.571 11500 4427.701 35000 0.127 16 0.14972901 252 80 3.150 11500 5423.933 40000 0.136 17 0.14972901 720 0 0.000 10000 0.000 0 0.000 18 0.14972901 420 50 8.400 11000 13834.961 25000 0.553


(5)

19 0.14972901 420 50 8.400 11000 13834.961 25000 0.553 20 0.14972901 390 200 1.950 11000 3211.687 60000 0.054 21 0.14972901 1950 1000 1.950 11000 3211.687 300000 0.011 22 0.14972901 600 400 1.500 14000 3144.309 400000 0.008 23 0.14972901 204 200 1.020 12000 1832.683 100000 0.018 24 0.14972901 319 400 0.798 11000 1313.498 200000 0.007 25 0.14972901 195 400 0.488 15000 1094.893 400000 0.003 26 0.14972901 500 600 0.833 10000 1247.742 300000 0.004 27 0.14972901 500 400 1.250 10000 1871.613 200000 0.009 28 0.14972901 585 0 0.000 9500 0.000 0 0.000 29 0.14972901 125 180 0.694 10000 1039.785 90000 0.012 30 0.14972901 276 325 0.849 11500 1462.277 227500 0.006 31 0.14972901 84 100 0.840 11500 1446.382 70000 0.021 32 0.14972901 135 180 0.750 10000 1122.968 90000 0.012 33 0.14972901 250 25 10.000 10000 14972.901 12500 1.198 34 0.14972901 297 0 0.000 10000 0.000 0 0.000 35 0.14972901 180 0 0.000 10000 0.000 0 0.000 36 0.14972901 162 0 0.000 10000 0.000 0 0.000 37 0.14972901 240 0 0.000 10000 0.000 0 0.000 38 0.14972901 120 0 0.000 10000 0.000 0 0.000 39 0.14972901 195 160 1.219 10000 1824.822 80000 0.023 40 0.14972901 105 80 1.313 10000 1965.193 40000 0.049 41 0.14972901 780 650 1.200 10000 1796.748 325000 0.006 42 0.14972901 210 0 0.000 10000 0.000 0 0.000

Rata2 0.14972901 357.833 212.619 1.884 10548 2971.869 110595.238 0.098

Lampiran 5. Perhitungan Pencapaian Efisiensi Harga

1.

Luas Lahan Optimal

�. �. �

=

, × , × . ,

. ,

= ,

m

2

2.

Benih Optimal

�. �. �

=

, × , × . ,


(6)

3.

Pupuk Kandang

�. �. �

=

, × , × . ,

. ,

= 5,

kg

Lampiran 6. Perhitungan Efisiensi Ekonomi

Efisiensi Harga

=

� +� +�

=

,

+ ,

+ ,

=

3,704

Efisiensi Ekonomi = Efisiensi Teknis x Efisiensi Harga

=

,

× ,