FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI AUDIT EXPECTATION GAP PADA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK (Studi Empiris pada Pemerintah Kota dan Kabupaten se-Daerah Istimewa Yogyakarta)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI AUDIT EXPECTATION
GAP PADA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK
(Studi Empiris pada Pemerintah Kota dan Kabupaten se-Daerah Istimewa
Yogyakarta)
THE FACTOR THAT INFLUENCE AUDIT EXPECTATION GAP IN
PUBLIC SECTOR ORGANIZATION
(Empirical Study at The Municipalities of Yogyakarta)
Oleh:
RARA DE FANTHERA
20130420342
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI AUDIT EXPECTATION
GAP PADA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK
(Studi Empiris pada Pemerintah Kota dan Kabupaten se-Daerah Istimewa
Yogyakarta)
THE FACTOR THAT INFLUENCE AUDIT EXPECTATION GAP IN
PUBLIC SECTOR ORGANIZATION
(Empirical Study at The Municipalities of Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
RARA DE FANTHERA
20130420342
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
i
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama
: Rara de Fanthera
Nomor Mahasiswa
: 20130420342
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMENGARUHI
AUDIT
EXPECTATION
GAP
PADA
ORGANISASI SEKTOR PUBLIK (Studi Empiris pada Pemerintah Kota
dan Kabupaten se-Daerah Istimewa Yogyakarta)” tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,
dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam
skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 20 Desember 2016
Rara de Fanthera
iv
MOTTO
“Jika Kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, Maka kamu
harus sanggup menahan perihnya Kebodohan.”
~Imam Syafi’i~
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”
(QS. Al Mujadalah: 11)
“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu
Sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar”
(Al-Baqarah: 153)
“Sesungguhnya Allah tidak akan menggubah keadaan suatu kaum
sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”
(Q.S. Ar-Ra’d: 11)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya kecil yang dimulai dari perjalanan yang cukup
panjang dari sebuah proses pembelajaran untuk menggapai sebuah
impian dan cita-cita mulia, karya kecilku ini aku persembahkan
kepada orang-orang tercinta:
Kedua Orang Tuaku Tersayang:
Zulpiah
Bayana
Kakakku Tercinta:
Zella Christina
Adikku Tercinta :
Derie Dariant
Nenekku Tercinta:
Jahima
Kakekku Tercinta :
Hasan Hamzah (Alm)
Minal (Alm)
Bibi dan Pamanku Tercinta :
Tri Astuti Ramadhani Haliza
Firtasari Haliza
Rofianti Haliza
Yulianti Haliza
Solihin
vi
Japandi
Wahyu Kurniawan
Keluarga Besarku…….
Almamaterku…….
THANKS TO :
Allah SWT yang Maha Besar
Terimakasih atas segala nikmat dan berkah yang telah dianugerahkan
kepada penulis hingga akhirnya penulis dapat mencapai gelar sarjana.
Nabi Muhammad SAW
yang menjadi pelita bagi kehidupan umat manusia menuju keridhaan Allah
SWT.
Ayah dan Ibu Tersayang
Terimakasih atas do’a, kasih sayang, pengorbanan, nasihat, motivasi, dan
dorongan selama ini, kaulah cahaya yang terang di kehidupanku dan
kaulah motivasi terbesarku untuk mencapai kesuksesan dikehidupan ini.
Mungkin karya kecil ini belum mampu membalas jasa dan pengorbanan
Ayah dan Ibu selama ini tapi Rara akan selalu berusaha menjadi anak yang
selalu berbakti dan membahagiakan kalian, Aamiin. Semoga Ayah Ibu
selalu diberkahi kesehatan dan panjang umur oleh Allah SWT aamiin.
Kakak dan Adikku tercinta
Terimakasih atas do’a serta support kepadaku, terimakasih sudah menjadi
kakak dan adik yang hebat dikehidupanku, mengajarkan banyak hal
vii
mengenai hidup ini, bahagia memiliki sosok saudara seperti kalian,
pokoknya terimakasih untuk segalanya.
Teman-teman ku tercinta
Buat teman seperjuangan organisasi KSPM UMY angkatan 201 3, 201 4 dan 201 5.
Buat kakak angkatan KSPM yang selalu setia membantu dan mencurahkan
waktunya sampai selesai karya tulis ini: Kak Risa Nadhiya Faradella dan Mbak
Ervita Luluk Zahara. Buat teman yang selalu setia mendampingi dari awal
perjuangan mulai kuliah sampai sekarang Litia Septiyanti dan Zulfah Feba Nurul
Abdilla. Buat teman seperjuangan olimpiade akuntansi Mariasih dan Tri widarti.
Buat teman seperjuangan kompetisi pengetahuan pasar modal Ayu Indriyani
Yusuf dan Salsabilla Laksmi Nastiti. Buat teman yang selalu memberi semangat
Herlina Susanti dan Erliza. Buat teman asisten praktikum dan asisten lab yang
selalu menyemangati dan membantu Ulfaturrahmah, Mahardhika Kurniawati,
Andi M. Abthal Zulwaqar, Ratnasari Muliyaningsih, Ekta Sofiyana dan Adli
Zuliansyah Putra. Buat teman seperjuangan proposal dan skripsi Andi Nurcahya,
RR Aminati Marita dan Ema Novita Sari. Buat teman satu rumah Aisyah Mumary
Songbatumis, Rozita Nur Aisyah dan Nisya Putri. Buat keluarga KKN UMY 30. Buat
semua mahasiswa akuntansi angkatan 201 3. Terima kasih atas bantuannya
selama ini, tanpa kalian saya tidak bisa berbuat apa-apa, semoga kalian diberi
kelancaran oleh Allah SWT untuk melangkah kedepan ke gerbang kesuksesan
yang kalian inginkan. Sukses!!! Aamiin..
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...............................
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................
INTISARI .......................................................................................................
ABSTRACT ....................................................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................
A. Latar Belakang Penelitian..........................................................
B. Batasan Masalah .......................................................................
C. Rumusan Masalah ....................................................................
D. Tujuan Penelitian .....................................................................
E. Manfaat Penelitian ....................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
A. Landasan Teori........................................................................
1. Kebutuhan akan Audit.....................................................
2. Teori Persepsi...................................................................
3. Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah.......................
4. Expectation Gap...............................................................
5. Tingkat Pendidikan..........................................................
6. Pelatihan...........................................................................
7. Pengalaman Kerja............................................................
B. Hasil Penelitian Terdahulu......................................................
C. Hipotesis ................................................................................
D. Model Penelitian ...................................................................
BAB III
METODE PENELITIAN ............................................................
A. Objek atau Subyek Penelitian ...............................................
B. Jenis Data ..............................................................................
C. Teknik Pengambilan Sempel .................................................
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ..............................
F. Metode Analisis Data ............................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...........................
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian .....................................
B. Analisis Karakteristik Responden...........................................
C. Uji Statistik Deskriptif............................................................
D. Uji Kualitas Instrumen dan Data.............................................
E. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) .............................................
F. Pembahasan.............................................................................
BAB V
KESIMPULAN SARAN DAN KETERBATASAN ...................
A. Simpulan.................................................................................
xiii
i
ii
iii
iv
v
ix
x
xi
xiii
xv
xvi
1
1
12
12
13
13
15
15
15
19
23
25
25
26
27
28
35
41
42
42
44
44
45
45
53
57
57
58
60
62
67
70
75
75
B. Saran ...................................................................................... 76
C. Keterbatasan Penelitian ......................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbedaan Pendidikan dan Pelatihan...............................................
26
Tabel 2.2. Ringkasan Penelitian-Penelitian Sebelumnya..................................
32
Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel.................................................................
50
Tabel 4.1. Jumlah Kuesioner.............................................................................
57
Tabel 4.2. Responden Berdasarkan Usia........................................................... 58
Tabel 4.3. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin........................................... 59
Tabel 4.4. Responden Berdasarkan Pangkat/ Jabatan....................................... 60
Tabel 4.5. Hasil Uji Statistik Deskriptif............................................................
61
Tabel 4.6. Hasil Uji Validitas............................................................................
63
Tabel 4.7. Hasil Uji Reliabilitas........................................................................
64
Tabel 4.8. Hasil Uji Normalitas........................................................................
65
Tabel 4.9. Hasil Uji Multikolinearitas...............................................................
66
Tabel 4.10. Hasil Uji Heteroskedastisitas.........................................................
66
Tabel 4.11. Hasil Uji Koefisien Determinasi....................................................
67
Tabel 4.12. Hasil Uji Nilai F.............................................................................
68
Tabel 4.13. Hasil Penelitian (Uji Nilai t)..........................................................
68
xv
DAFTAR GAMBAR
Kerangka Penelitian..........................................................................................
xvi
41
ABSTRACT
This study aims to get empirical evidence about the influence of education,
training and the users’ experience of the Audit Expectation Gap in public sector
organizational. The data obtained were by distributing 207 questionnaires to the
users of audited financial statements and the auditors of Badan Pemeriksa
Keuangan (Indonesian Supreme Audit Institution) the representative of
Yogyakarta. There were only 148 questionnaires which were returned and the
questionnaires that could be processed were 124 questionnaires. The samples of
the present study were selected using purposive sampling method. The data in the
study were tested using the software SPSS.22. The criteria of the respondents in
this study were the users of the financial statements who once used the audited
financial statements. Based on the analysis that has been done, it shows that the
users’ education and experiences do not affect the Audit Expectation Gap, while
the users’ training has significant positive effect on Audit Expectation Gap.
Keywords: Users’ Education, Users’ Training, Users’ Experience, Audit
Expectation Gap.
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang berisi
informasi keuangan (Mahsun et al., 2015). Informasi keuangan yang terkandung
dalam laporan keuangan tersebut digunakan oleh pengguna dalam mengambil
keputusan. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan harus
mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Laporan keuangan organisasi sektor
publik merupakan bagian penting dari akuntabilitas publik. Tuntutan akuntabilitas
sektor publik terkait dengan perlunya dilakukan transparansi dan pemberian
informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak- hak publik. Dilihat dari
sisi pemakai internal, laporan keuangan pemerintah merupakan alat pengendalian
dan evaluasi kinerja manajerial, sedangkan dilihat dari sisi pemakai eksternal,
laporan keuangan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban dan sebagai
dasar
pengambilan
keputusan.
Laporan
keuangan
pemerintah
dianggap
bermanfaat jika informasi yang terkandung di dalamnya dapat membantu
pengguna dalam membuat keputusan.
Laporan keuangan pemerintah merupakan asersi atau pernyataan dari
pihak manajemen pemerintah mengenai kondisi keuangan pemerintah. Laporan
keuangan yang mencerminkan kondisi keuangan tersebut harus bebas dari salah
saji yang material sehingga tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan.
Untuk memastikan bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material,
laporan keuangan harus diperiksa oleh pihak yang independen yaitu auditor. Pasal
1
2
23 E ayat 1 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
menyatakan bahwa “untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang
keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang bebas
dan mandiri”. BPK sebagai badan yang bebas dan mandiri melakukan
pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah dengan berpedoman pada Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Auditor independen pemerintah yaitu
audior BPK melakukan audit atas laporan keuangan pemerintah harus sesuai
dengan SPKN dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas dan
wewenang auditor adalah melakukan pemeriksaan yang terdiri dari pemeriksaan
keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Dalam Al-Qur’an surat Al Hujurat ayat 6 yang berbunyi :
َﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ آﻣَﻨُﻮا إِن ﺟَﺎءﻛُﻢْ ﻓَﺎﺳِﻖٌ ﺑِﻨَﺒَﺄٍ ﻓَﺘَﺒَﯿﱠﻨُﻮا أَن ﺗُﺼِﯿﺒُﻮا ﻗَﻮْﻣﺎً ﺑِﺠَﮭَﺎﻟَﺔٍ ﻓَﺘُﺼْﺒِﺤُﻮا ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻓَﻌَﻠْﺘُﻢْ ﻧَﺎدِﻣِﯿﻦ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
Ayat tersebut merupakan ayat penjelasan adab islam dalam menerima
kabar yaitu harus meneliti terlebih dahulu kebenarannya, agar informasi/ kabar
yang diterima tersebut tidak membawa musibah bagi yang menerimanya, terkait
dengan penelitian ini adalah auditor yang melakukan pemeriksaan atas laporan
keuangan pemerintah harus meneliti dengan benar laporan keuangan dengan
menggunakan keahlian profesionalnya sehingga bisa mencegah timbulnya
asimetri informasi
dengan begitu laporan keuangan memiliki kredibilitas yang
tinggi dan pihak pengguna laporan keuangan memiliki keyakinan yang memadai
3
atas laporan keuangan yang telah diaudit tersebut untuk membantu mereka dalam
mengambil keputusan. Hal ini sejalan dengan teory credibility yang mendasarkan
pada fungsi utama dari audit dalam memberikan nilai tambah atas kredibilitas
dari laporan keuangan yang disampaikan oleh sebuah entitas/ organisasi. Tidak
terkecuali untuk pengguna laporan keuangan, mereka harus meneliti arti atau
maksud dari laporan hasil pemeriksaan sehingga, dengan memahami maksud dari
laporan hasil pemeriksaan serta memahami apa yang menjadi tanggung jawab
auditor terhadap laporan tersebut akan mengurangi adanya audit expectation gap
antara pengguna laporan hasil pemeriksaan dan auditor BPK.
Al-Qur’an Surat an Nisa ayat 58 :
ِﱠَ ﻧِﻌِﻤﱠﺎ ﯾَﻌِﻈُﻜُﻢْ ﺑِﮫ
ﱠَ ﯾَﺄْﻣُﺮُﻛُﻢْ أَنْ ﺗُﺆَدﱡوا اﻷَْﻣَﺎﻧَﺎتِ إِﻟَﻰ أَھْﻠِﮭَﺎ وَإِذَا ﺣَﻜَﻤْﺘُﻢْ ﺑَﯿْﻦَ اﻟﻨﱠﺎسِ أَنْ ﺗَﺤْﻜُﻤُﻮا ﺑِﺎﻟْﻌَﺪْلِ إِنﱠ
إِنﱠ
ﱠَ ﻛَﺎنَ ﺳَﻤِﯿﻌًﺎ ﺑَﺼِﯿﺮًا
إِنﱠ
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.
Ayat tersebut memerintahkan agar setiap orang menyampaikan amanat
dengan benar kepada orang yang berhak menerimanya. Terkait dengan penelitian
ini, setiap organisasi sektor publik mempunyai akuntabilitas kepada publik untuk
menyampaikan tanggung jawab tentang pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara kepada masyarakat sebagai principal.
BPK sebagai lembaga yang oleh UUD 1945 diberikan mandat untuk
memeriksa
pengelolaan
dan
tanggung
jawab
keuangan
negara,
BPK
4
melaksanakan tugas tersebut dalam kerangka pengelolaan keuangan negara
ditujukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam tata kelola
keuangan negara, BPK memiliki peran strategis untuk mewujudkan kesejahteraan
rakyat,
yakni
dengan
tiga
peran
pemeriksaan
yang
dimiliki.
Dalam
perkembangannya telah terjadi pergeseran harapan publik atas kebermanfaatan
dan keandalan laporan yang dihasilkan oleh auditor. Semakin banyaknya tuntutan
masyarakat mengenai profesionalisme auditor menunjukkan besarnya expectation
gap. Kebutuhan masyarakat menjadi hal yang harus dipenuhi oleh auditor. Untuk
dapat memenuhi kebutuhan tersebut, auditor perlu memahami persepsi
masyarakat mengenai peran dan tanggung jawab mereka serta memahami apa
yang menjadi harapan masyarakat dari laporan yang dihasilkan oleh auditor.
BPK dalam siaran persnya menyebutkan bahwa Opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) tidak menjamin bahwa suatu entitas bebas dari korupsi
karena pemeriksaan laporan keuangan tidak ditujukan secara khusus untuk
mendeteksi adanya korupsi. Pernyataan Standar Pemeriksaan Nomor 2 Standar
Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan pada standar pelaksanaan tambahan ketiga
menyebutkan bahwa pemeriksa (auditor BPK) harus merancang pemeriksaan
untuk memberikan keyakinan yang memadai guna mendeteksi salah saji material
yang
disebabkan
oleh
ketidakpatuhan
terhadap
ketentuan
peraturan
perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian
laporan keuangan.
Guy dan Sullivan (1988) mengemukakan adanya perbedaan harapan
publik dan auditor dalam hal: (1) deteksi kecurangan dan tindakan ilegal, (2)
5
perbaikan keefektifan audit, dan (3) pengkomunikasian hasil audit yang lebih
intensif kepada publik dan komite audit. Publik beranggapan bahwa auditor
memainkan peranan sebagai “watchdog” yang melindungi para pemakai laporan
keuangan dari adanya kecurangan-kecurangan (Thomas et al., dalam Yuliati et al.,
2007). Sedangkan menurut Humphrey et al. (1993) mengemukakan ada empat
masalah sehubungan dengan expectation gap, yaitu: (1) tanggung jawab auditor
untuk mendeteksi kecurangan, (2) independensi auditor, (3) pelaporan
kepentingan publik, (4) maksud atau arti laporan audit.
Pasal 1 ayat 13 Undang-undang No 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan menyatakan bahwa standar pemeriksaan adalah patokan
untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
yang meliputi standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar
pelaporan yang wajib dipedomani oleh BPK dan/atau pemeriksa. Persepsi
pengguna laporan keuangan auditan mengenai peran auditor mungkin berbeda
dengan peran auditor yang sesungguhnya. Perbedaan antara apa yang masyarakat
atau pemakai laporan keuangan harapkan dari auditor dan apa yang sebenarnya
dilakukan oleh auditor menimbulkan adanya expectation gap. Audit expectation
gap pertama kali diungkapkan oleh Liggio yang menyatakan bahwa expectation
gap muncul karena adanya perbedaan persepsi antara akuntan independen dengan
pemakai laporan keuangan mengenai tingkat kinerja yang diharapkan dari profesi
akuntan (Indrijawati, 2013). Monroe dan Woodliff (1993) mendefinisikan
expectation gap sebagai perbedaan antara keyakinan auditor dan masyarakat
tentang tugas dan tanggung jawab yang ditanggung oleh auditor, dan pesan yang
6
disampaikan oleh laporan audit. Lee et al. dalam Indrijawati (2013) melakukan
penelitian di Malaysia. Tujuan penelitiannya adalah untuk meneliti apakah
terdapat audit expectation gap antara auditor, auditee dan penerima manfaat audit.
Hasilnya menunjukkan bahwa auditee dan penerima manfaat audit memiliki
harapan yang jauh lebih tinggi dibanding auditor itu sendiri. Dapat disimpulkan
bahwa expectation gap terjadi ketika ada perbedaan antara apa yang masyarakat
atau pengguna laporan keuangan harapkan dari auditor dan apa yang dilakukan
oleh auditor sebenarnya.
Adanya expectation gap menimbulkan permasalahan dalam menilai
kinerja pemerintah maupun auditor BPK. Publik yang menganggap bahwa
auditor mempunyai tanggung jawab untuk menemukan kecurangan pada laporan
keuangan akan membuat publik beranggapan bahwa auditor tidak menjalankan
tanggungjawabnya dengan baik, padahal pemeriksaan laporan keuangan tidak
ditujukan secara khusus untuk mendeteksi adanya kecurangan. Rachman (2014)
mengatakan bahwa terjadi bias ketika persepsi pengguna laporan keuangan
pemerintah daerah berbeda mengenai pihak yang bertanggung jawab dalam
mencegah terjadinya kecurangan (fraud) pada saat akan melakukan penilaian
kinerja pemerintah daerah dalam melakukan perbaikan pengendalian internal.
Saat ini expectation gap tidak hanya terjadi pada sektor swasta saja
tetapi juga terjadi pada sektor publik, hal ini disebabkan karena laporan keuangan
organisasi sektor publik juga harus dilakukan pemeriksaan oleh pihak independen
di luar organisasi itu sendiri. Pada organisasi sektor publik, pemeriksaan atas
laporan keuangan pemerintah dilakukan oleh auditor independen pemerintah
7
yaitu BPK. Keengganan dan kekurangpahaman masyarakat mengenai tugas dan
wewenang auditor BPK sebagaimana yang tercantum dalam Undang- undang
menimbulkan adanya expectation gap.
Penelitian mengenai expectation gap sudah pernah dilakukan dalam
sektor publik di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Yeni (2000)
membuktikan adanya expectation gap antara auditor dengan pemakai laporan
keuangan mengenai peran dan tanggung jawab auditor, di mana auditor
mempunyai persepsi yang lebih tinggi dari pada pemakai laporan keuangan
terhadap faktor memperbaiki keefektivan audit. Sedangkan pada faktor
pengkomunikasian hasil audit tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan.
Yang dimaksud pemakai laporan keuangan dalam penelitian Yeni (2000) adalah
para pengguna laporan keuangan dari sektor swasta, diantaranya adalah para
investor dan kreditor.
Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2004) menunjukkan bahwa: (1)
terdapat perbedaan persepsi antara auditor dengan pemakai laporan keuangan
auditan pemerintah (anggota DPRD), (2) ada perbedaan persepsi antara pemakai
laporan keuangan sektor swasta dengan pemakai laporan keuangan pemerintah,
dan (3) tidak ada perbedaan persepsi antara pemakai laporan keuangan
pemerintah di sektor pemerintahan daerah satu dengan pemakai laporan keuangan
pemerintah daerah lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Yuliati et al. (2007) membuktikan bahwa
terdapat expectation gap antara pemakai laporan keuangan pemerintah dan
auditor pemerintah mengenai peran dan tanggung jawab auditor pemerintah.
8
Auditor pemerintah mempunyai persepsi yang lebih tinggi terhadap peran dan
tanggung jawabnya dibanding pemakai laporan keuangan pemerintah. Tidak
terdapat expectation gap antara pemakai laporan keuangan pemerintah dan
auditor pemerintah mengenai peran dan tanggung jawab auditor pemerintah pada
faktor mendeteksi dan melaporkan kecurangan dan pada faktor mempertahankan
sikap independensi sedangkan pada faktor mengkomunikasikan hasil audit dan
faktor memperbaiki keefektivan audit terdapat expectation gap. Auditor
pemerintah mempunyai persepsi yang lebih baik daripada pemakai laporan
keuangan pemerintah untuk memperbaiki keefektivan audit.
Penelitian yang dilakukan oleh Rusliyawati dan Halim (2008)
membuktikan adanya perbedaan persepsi antara auditor BPK dengan pengguna
laporan keuangan daerah yaitu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
pemerintah daerah dan masyarakat dilihat dari sisi pelaporan, akuntabilitas, dan
dari sisi konsep-konsep audit yaitu independensi, kompetensi, pendapat wajar dan
audit kinerja. Perbedaan persepsi tersebut menimbulkan expectation gap antara
auditor dan pengguna laporan keuangan daerah di mana perbedaan persepsi yang
terbesar terjadi antara auditor BPK dan masyarakat.
Penelitian yang dilakukan oleh Sugiyarso dalam Setyorini (2010)
menemukan bahwa terdapat audit expectation gap antara auditor BPK dan
pengguna
laporan
keuangan
pemerintah
anggota
DPRD,
pemeriksa
Bawasda/Inspektorat, anggota Lembaga Swadaya Masyarakat, terdapat audit
expectation gap antar pengguna laporan keuangan pemerintah dan tidak terdapat
9
audit expectation gap antar pengguna laporan keuangan pemerintah daerah satu
dengan lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Setyorini (2010) membuktikan bahwa
secara empiris terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK)
dan pengguna laporan keuangan pemerintah yaitu anggota DPRD, pegawai
DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah dilihat dari sisi peran auditor,
independensi auditor, dan pengetahuan audit yang dilakukan di Kabupaten
Sragen.
Penelitian yang dilakukan oleh Aristania (2011) membuktikan bahwa
tidak terdapat eksistensi expectation gap dilihat dari sisi pelaporan, akuntabilitas,
independensi auditor, materialitas, dan audit kinerja. Sedangkan dilihat dari sisi
kompetensi auditor, bukti audit, dan pendapat wajar terdapat eksistensi
expectation gap.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yandi (2013) membuktikan bahwa:
1) Tidak terdapat Audit Expectation Gap dari sisi Pelaporan Audit antara auditor
BPK Provinsi Jambi dan pengguna laporan keuangan daerah di Pemerintah Kota
Jambi, 2) Tidak terdapat Audit Expectation Gap dari sisi akuntabilitas antara
auditor BPK dan pengguna laporan keuangan daerah, 3) Terdapat Audit
Expectation Gap dari sisi independensi antara auditor BPK dan pengguna laporan
keuangan daerah, 4) Tidak terdapat Audit Expectation Gap dari sisi kompetensi
auditor antara auditor BPK dan pengguna laporan keuangan daerah, 5) Tidak
terdapat Audit Expectation Gap dari sisi materialitas antara auditor BPK dan
pengguna laporan keuangan daerah, 6) Terdapat Audit Expectation Gap dari sisi
10
bukti audit antara auditor BPK dan pengguna laporan keuangan daerah, 7) Tidak
terdapat Audit Expectation Gap dari sisi pendapat wajar antara auditor BPK dan
pengguna laporan keuangan daerah, 8) Tidak terdapat Audit Expectation Gap dari
sisi audit kinerja antara auditor BPK dan pengguna laporan keuangan daerah di
Pemerintah Kota Jambi.
Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menguji apakah
terdapat audit expectation gap antara auditor BPK dan pengguna laporan
keuangan auditan. Dalam penelitian ini akan berusaha membuktikan pengaruh
faktor personal pengguna yang difokuskan pada kapasitas individu (Pendidikan,
pelatihan dan pengalaman pengguna) dengan keberadaan expectation gap.
Kapasitas individu sudah pernah digunakan dalam penelitian mengenai
“Pengaruh kapasitas individu yang diinteraksikan dengan Locus of Control
terhadap Budgetary Slack.” Kapasitas individu pada hakekatnya terbentuk dari
proses pendidikan secara umum, baik melalui pendidikan formal, nonformal
maupun informal. Terkait dalam audit expectation gap, pengguna yang memiliki
cukup pengetahuan akan mampu memahami arti dari laporan keuangan auditan
sehingga diharapkan mampu mengurangi audit expectation gap. Penelitian
mengenai pengaruh kapasitas individu pengguna terhadap audit expectation gap
ini penting dilakukan, sehingga bisa diketahui apakah kapasitas individu
pengguna yang terdiri dari pendidikan, pelatihan dan pengalaman pengguna
berpengaruh terhadap audit expectation gap. Alasan pemilihan variabel kapasitas
individu yang difokuskan pada pendidikan pengguna, pengalaman pengguna, dan
pelatihan pengguna adalah karena setiap individu memiliki persepsi yang berbeda
11
dalam mengartikan suatu objek/ benda yang dalam hal ini adalah persepsi
mengenai peran dan tanggung jawab auditor serta keandalan laporan keuangan
auditan. Walaupun informasi yang diterima sama namun, setiap pengguna
memiliki persepsi yang berbeda dalam mengartikannya, tergantung dari
pengetahuan yang dimiliki. Teori persepsi menyatakan bahwa dalam melihat
suatu masalah, setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan
tingkat pengetahuan dan pemahamannya. Pengetahuan seseorang dibentuk oleh
proses belajar baik jangka panjang seperti pendidikan maupun jangka pendek
seperti pelatihan. Selain itu, kemampuan persepsi juga tergantung pada
pengalaman. Oleh karena itu, peneliti memilih variabel pendidikan, pelatihan,
dan pengalaman pengguna sebagai variabel bebas.
Dalam penelitian ini, dimensi pertama expectation gap yang peneliti
pilih adalah dimensi peran dan tanggung jawab auditor. Alasan peneliti memilih
dimensi peran dan tanggung jawab auditor adalah karena semakin banyaknya
tuntutan dari masyarakat mengenai peran dan tanggung jawab auditor yang
berbeda sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang.
Pernyataan bahwa perolehan opini WTP tidak menjamin suatu entitas
bebas korupsi menjadi menarik untuk diteliti terkait dengan persepsi pengguna
laporan keuangan terhadap keandalan laporan hasil pemeriksaan. Oleh karena itu,
dimensi kedua expectation gap yang peneliti pilih adalah dimensi keandalan
laporan hasil pemeriksaan.
12
B. Batasan Masalah Penelitian
Untuk
akan menentukan
penelitian dapat
pelaksanaan
apa
penelitian,
sebenarnya
yang
maka
akan
terlebih
diteliti.
dahulu
peneliti
Agar
sasaran
tercapai, maka peneliti akan mengungkapkan batasan masalah
penelitian antara lain :
1.
Responden penelitian adalah Auditor Badan Pemeriksa Keuangan,
Pegawai Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang diwakili oleh
badan anggaran dan komisi B.
2.
Variabel bebas penelitian ini adalah :
a. Pendidikan Pengguna
b. Pelatihan Pengguna
c. Pengalaman Pengguna
3.
Variabel terikat penelitian ini adalah:
a. Audit Expectation Gap
C. Rumusan Masalah Penelitian
1. Apakah pendidikan pengguna berpengaruh terhadap audit expectation
gap?
2. Apakah pelatihan pengguna berpengaruh terhadap audit expectation gap?
3. Apakah pengalaman pengguna berpengaruh terhadap audit expectation
gap?
13
D. Maksud dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini dilakukan
dengan maksud untuk memperoleh gambaran berupa fakta-fakta empiris yang
dapat dijadikan indikator terjadinya audit expectation gap antara auditor BPK dan
pengguna laporan keuangan auditan.
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk
mendapatkan bukti empiris mengenai:
1.
Pengaruh pendidikan pengguna terhadap audit expectation gap.
2.
Pengaruh pelatihan pengguna terhadap audit expectation gap.
3.
Pengaruh pengalaman pengguna terhadap audit expectation gap.
E. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian, maka hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:
1.
Kegunaan Teoritis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, sebagai berikut:
a. Terkait dengan akuntansi sektor publik bahwa dengan adanya
laporan
keuangan
sebagai
bentuk
pertanggungjawaban,
bisa
mengakibatkan terjadinya expectation gap.
b. Terkait dengan teori expectation gap untuk membuktikan bahwa
telah terjadi kesenjangan antara auditor dan pengguna laporan keuangan.
14
c. Terkait dengan audit sektor publik bahwa dalam sektor publik juga bisa
terjadi audit expctation gap antara auditor dan pengguna laporan keuangan.
d. Terkait dengan teori persepsi dalam mempengaruhi cara seseorang
dalam menginterpretasikan suatu objek/ benda yang dalam hal ini adalah
audit expectation gap.
2. Kegunaan Praktis.
a. Bagi pemerintah agar menjadi bahan pertimbangan untuk menyesuaikan
jenis pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna laporan keuangan.
b. Bagi pemerintah agar menjadi bahan pertimbangan untuk memastikan
bahwa pelatihan yang diberikan kepada pengguna laporan keuangan untuk
menambah pengetahuan.
c. Mengetahui apakah pelatihan keuangan yang diberikan kepada
pengguna laporan keuangan menambah pemahaman terkait keandalan
laporan keuangan auditan dan tanggungjawab auditor.
d. Memberikan gambaran kepada pengguna laporan keuangan auditan
sehingga dapat mengembangkan pemahamannya mengenai peran dan
tanggung jawab auditor serta keandalan laporan hasil pemeriksaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1.
Kebutuhan akan Audit
Mulyadi dan Puradireja (1998) mengatakan bahwa audit adalah “Suatu
proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif
mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi,
dengan
tujuan
untuk
menetapkan
tingkat
kesesuaian
antara
pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian haisl-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.
Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi atau pernyataan atas
tindakan dan kejadian ekonomi, kesesuaian dengan standar yang telah
ditetapkan, dan mengkomunikasikan hasil-hasil tersebut kepada pihak
pengguna laporan (Malan et al., 1984).
Secara teknis, pelaksanaan audit pada sektor publik dan sektor swasta
adalah sama. Menurut Jones & Bates (1990) yang membedakan pelaksanaan
audit dua sektor tersebut adalah pada kebutuhan yang mendasari untuk
melaporkan pengaruh politik negara yang bersangkutan dan kebijaksanaan
pemerintahan. Selain itu, audit sektor publik memiliki cakupan tugas dan
memiliki tanggungjawab yang lebih luas dari pada audit pada sektor swasta.
15
16
Berdasarkan Pasal 6 ayat 3 Undang- undang No 15 Tahun 2006 tentang
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), pemeriksaan oleh BPK mencakup
pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan
tertentu. Yang membedakan antara sektor publik dan sektor swasta adalah
dalam sektor publik terdapat audit kinerja.
Yuliati et al. (2007) menyatakan bahwa auditor adalah orang atau
lembaga yang melakukan audit. Auditor sektor publik, selanjutnya dibatasi
auditor pemerintah, adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas
keuangan negara pada instansi-instansi pemerintah. Messier et al. dalam
Setyorini (2010) menambahkan bahwa auditor pemerintah dipekerjakan oleh
negara dan secara umum dapat dianggap sebagai bagian dari kategori yang
lebih luas dari auditor internal. Pasal 23 E ayat 1 Undang- undang Dasar
1945 memberi kewenangan kepada auditor eksternal pemerintah yaitu
auditor BPK untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang
keuangan negara.
Pasal 1 ayat 1 Undang- undang No 15 Tahun 2006 menjelaskan bahwa
BPK merupakan lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud
dalam Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. BPK
merupakan satu lembaga negara yang bebas dan mandiri dalam memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
17
Beberapa teori terkait dengan fungsi audit :
a.
Policeman theory.
Menurut teori ini, auditor bertanggung jawab untuk menemukan
kecurangan pada laporan keuangan. Auditor berperan layaknya seorang polisi
yang fokus pada ketepatan aritmatik dan melakukan upaya untuk mendeteksi
serta mencegah adanya kecurangan (Rachman, 2014).
b.
Credibility theory.
Teori ini menyatakan bahwa fungsi dari audit adalah untuk memberi nilai
tambah bagi suatu entitas/ organisasi atas laporan keuangannya sehingga
menambah keyakinan pengguna laporan keuangan. Informasi hasil audit
bukanlah basis utama bagi investor dalam membuat keputusan (Porter dalam
Rachman, 2014).
c.
Quasi-judicial theory.
Teori ini mendasarkan peran auditor layaknya seperti seorang hakim
dalam proses distribusi keuangan (Hayes et al. dalam Rachman, 2014). Porter
menyimpulkan bahwa (i) keputusan auditor dan proses pembuatan keputusan
tidak tersedia untuk publik (ii) doktrin mengenai keteladanan/konsistensi tidak
dijamin dalam proses audit, dan (iii) independensi auditor berbeda dari
independensi hakim karena perbedaan sistem mengenai penghargaan (reward)
yang diterapkan.
d.
Theory of inspired confidence.
Teori ini melihat dari sudut pandang permintaan dan penawaran terkait
dengan jasa audit sebagai dampak langung dari adanya kepentingan stakeholder
18
dalam suatu entitas/ organisasi. Stakeholder meminta pertanggung jawaban
kepada pihak manajemen atas pengelolaan keuangan yang telah dipercayakan
kepada mereka. Jasa audit diperlukan untuk memberi keyakinan kepada
stakeholder bahwa laporan keuangan yang disajikan sudah mencerminkan
kondisi keuangan yang sebenarnya.
e.
Teori Agency.
Konsep Agency theory menurut Anthony dan Govindarajan dalam
Rahmawati (2012) adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.
Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan
principal, termasuk pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dari principal
kepada agent. Menurut Eisenhardt dalam Rahmawati (2012), teori keagenan
dilandasi oleh 3 (tiga) buah asumsi yaitu: (a) asumsi tentang sifat manusia, (b)
asumsi tentang keorganisasian, dan (c) asumsi tentang informasi. Asumsi tentang
sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan
diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded
rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion). Asumsi keorganisasian
adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria
produktivitas, dan adanya Asymmetric Information (AI) antara prinsipal dan agen.
Sedangkan asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai
barang komoditi yang bisa diperjual belikan.
Menurut Zimmerman dalam Hilmi dan Martani (2012) agency problem
juga ada dalam konteks organisasi pemerintahan. Rakyat sebagai principles
memberikan mandat kepada pemerintah sebagai agent, untuk menjalankan tugas
19
pemerintahan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam konteks
lain, politisi dapat juga disebut principles karena menggantikan peran rakyat,
namun dapat juga dipandang sebagai agent karena menjalankan tugas
pengawasan yang diberikan oleh rakyat. Implikasi dari teori ini, principles baik
rakyat secara langsung perlu melakukan pengawasan kepada agent baik
pemerintah maupun para politisi. Politisi sebagai principles juga memerlukan
informasi untuk mengevaluasi jalannya pemerintahan.
Moe dalam Hilmi dan Martani (2012) mengemukakan bahwa hubungan
prinsipal dan agen dapat dilihat dalam politik demokrasi. Masyarakat adalah
prinsipal, politisi (legislatif) adalah agen mereka. Politisi (legislatif) adalah
prinsipal, birokrat/pemerintah adalah agen mereka. Pejabat pemerintahan adalah
prinsipal, pegawai pemerintahan adalah agen mereka. Keseluruhan politik
tersusun dari alur hubungan prinsipal-agen, dari masyarakat hingga level terendah
pemerintahan. Fadzil dan Nyoto dalam Hilmi dan Martani (2012) juga
menyatakan bahwa terdapat hubungan prinsipal- agen antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah.
2.
Teori Persepsi
Manusia pada dasarnya merupakan makhluk individu. Dalam melihat
suatu masalah setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan
tingkat pengetahuan dan pemahamannya. Hal ini pula yang menyebabkan
persepsi setiap individu memiliki perbedaan. Persepsi menurut manusia yang satu
belum tentu sama dengan persepsi manusia yang lainnya, karena adanya
20
perbedaan dari pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut
tinggal.
Untuk lebih memahami persepsi, berikut adalah beberapa definisi persepsi
menurut para ahli, diantaranya:
1) Desiderato, persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-
hubungan
yang
diperoleh
dengan
menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna
pada stimuli inderawi (sensory stimuli) (Rakhmat dalam Malihatin,
2012).
2) Branca, mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses yang didahului
oleh penginderaan (Walgito dalam Malihatin, 2012).
3) Moskowitz dan Orgel, persepsi merupakan proses yang intergrated
dari individu terhadap stimulus yang diterimanya (Walgito dalam
Malihatin, 2012).
4) Epstein dan Roger, persepsi adalah seperangkat proses dengan
mengenali, mengorganisasikan, dan memahami serapan- serapan
inderawi yang diterima dari stimuli lingkungan (Sternberg dalam
Malihatin, 2012).
5) Joseph A. Devito, persepsi adalah proses dengan mana kita menjadi
sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita
(Mulyana dalam Malihatin, 2012).
21
Dari pendapat tersebut dapat dikatakan persepsi merupakan suatu proses
pemberian makna atau proses pemahaman diri di dalam diri seseorang terhadap
suatu objek, baik itu yang berwujud ataupun tidak berwujud. Dalam hal ini
persepsi sangat berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, baik faktor internal maupun faktor
eksternal. Faktor internal diantaranya :
1.
Motif dan kebutuhan.
2.
Kesiapan seseorang untuk berespon terhadap suatu input tertentu, tetapi
tidak pada input lainnya.
Faktor eksternal diantaranya adalah :
1.
Intensitas dan ukuran dari yang akan diberikan atensi.
2.
Kontras dan hal-hal yang baru dari objek yang mendapat perhatian.
3.
Pengulangan dari yang diberi persepsi.
4.
Gerakan yang diberi persepsi.
Kemampuan persepsi adalah sesuatu yang sifatnya bawaan dan
berkembang pada masa yang sangat dini. Meskipun kebanyakan kemampuan
persepsi bersifat bawaan, pengalaman juga memainkan peranan penting. Secara
keseluruhan, kemampuan persepsi kita ditanamkan dan tergantung pada
pengalaman.
a. Proses terjadinya persepsi.
Proses terjadinya persepsi melalui tiga proses yaitu proses fisik, proses
fisiologis dan proses psikologis. Proses fisik berupa obyek menimbulkan
22
stimulus, lalu stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses fisiologi
berupa stimulus yang diterima oleh indera yang diteruskan oleh saraf
sensoris ke otak. Sedangkan proses psikologis berupa proses dalam otak
sehingga individu menyadari stimulus yang diterima.
b. Faktor yang mempengaruhi persepsi.
1) Diri yang bersangkutan
Apabila seseorang melihat dan berusaha memberikan interpretasi
tentang apa yang
dilihat. Karakteristik individu yang
turut
berpengaruh antara lain sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan
harapan.
2) Sasaran persepsi yang mungkin berupa orang, benda atau peristiwa.
Sasaran ini berpengaruh antara persepsi.
3) Faktor situasi. Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang artinya
bahwa dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu mendapatkan
perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam
menumbuhkan persepsi.
Sementara David
Krech dan
Richard
dalam
Malihatin (2012),
menyebutkan sebagai faktor fungsional, faktor struktural, faktor situasional dan
faktor personal.
1) Faktor Fungsional, adalah faktor yang berasal dari kebutuhan,
pengalaman masa lalu dan hal- hal yang termasuk apa yang kita sebut
sebagai faktor- faktor personal. Faktor personal yang menentukan persepsi
23
adalah objek- objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan
persepsi.
2) Faktor Struktural, adalah faktor yang berasal semata- mata dari sifat.
Stimulus fisik efek- efek saraf yang ditimbulkan pada system saraf
individu.
3) Faktor- faktor situasional. Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa
nonverbal. Petunjuk proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah,
petunjuk paralinguistik adalah beberapa dari faktor situasional yang
mempengaruhi persepsi.
4) Faktor personal. Faktor personal ini terdiri atas pengalaman, motivasi dan
kepribadian.
3.
Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah
Pemakai laporan keuangan sektor publik dapat diidentifikasikan dengan
menelusur siapa yang menjadi stakeholder organisasi. Drebin et al. dalam
Mardiasmo (2009) mengidentifikasikan terdapat sepuluh kelompok pemakai
laporan keuangan. Lebih lanjut Drebin dalam Mardiasmo (2009) menjelaskan
keterkaitan antar kelompok pemakai laporan keuangan tersebut dan menjelaskan
kebutuhannya.
Kesepuluh kelompok pemakai laporan keuangan tersebut adalah:
a. Pembayar pajak (tax payer),
b. Pemberi dana bantuan (grantors),
c. Investor,
24
d. Pengguna jasa (fee-paying service recipients),
e. Karyawan/ pegawai,
f. Pemasok (vendors),
g. Dewan legislatif,
h. Manajemen,
i. Pemilih (voters),
j. Badan pengawas (oversight bodies).
Pengklasifikasian tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa pembayar
pajak, pemberi dana bantuan, investor, dan pembayar jasa pelayanan merupakan
sumber penyedia keuangan organisasi; karyawan dan pemasok merupakan
penyedia tenaga kerja dan sumber daya material; dewan legislatif dan manajemen
membuat keputusan alokasi sumber daya; dan aktivitas mereka semua diawasi
oleh pemilih dan badan pengawas, termasuk level pemerintahan yang lebih
tinggi.
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan, terdapat beberapa kelompok
pengguna laporan keuangan, yaitu:
a. Masyarakat;
b. Wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;
c. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan
pinjaman; dan
d. Pemerintah.
25
4.
Expectation Gap
Expectation gap menurut Ligio dalam Yandi (2013) adalah perbedaan
pandangan mengenai tingkat kinerja yang diharapkan antara akuntan independen
dengan pengguna laporan keuangan, seperti direktur keuangan, analis keuangan,
analis investasi, dan jurnalis investasi. Menurut Guy dan Sullivan (1988),
expectation gap adalah perbedaan antara apa yang masyarakat dan pengguna
laporan keuangan percaya sebagai tanggung jawab akuntan dan auditor dan apa
yang akuntan dan auditor percayai sebagai tanggung jawabnya.
Berdasarkan definisi- definisi yang ada, maka penekanan dari expectation
gap adalah harapan masyarakat atau pemakai laporan keuangan terhadap auditor
tentang laporan keuangan secara nyata melebihi peran auditor dan opini auditnya.
Salehi (2011) menyatakan bahwa komponen-komponen dari audit
expectation gap dibagi lagi menjadi dua, yaitu:
a. Gap di antara yang layak diharapkan dari auditor dan auditor
menampilkan
kewajiban
sebagaimana
dijelaskan
dalam
undang-undang;
b. Gap di antara standar kinerja auditor yang diharapkan auditor dan
tugas- tugas yang diharapkan dan dirasa oleh masyarakat.
5.
Tingkat Pendidikan
Menurut Notoatmodjo dalam Afifah (2015), pendidikan adalah suatu
proses pengembangan kemampuan ke arah yang diinginkan. Pendidikan disini
adalah pendidikan jangka panjang atau pendidikan formal yang telah didapat oleh
26
pengguna laporan keuangan, sedangkan pendidikan jangka pendek disebut
dengan pelatihan.
Perbedaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi secara
teori dapat disimpulkan pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Perbedaan Pendidikan dan Pelatihan
No
Uraian
Pendidikan
1
Pengembangan Kemampuan Menyeluruh
2
Area Kemampuan
Kognitif, afektif
dan psikomotor
3
Jangka waktu pelaksanaan
Panjang
4
Materi yang diberikan
Lebih umum
5
Penekanan penggunaan
Konvensional
metode belajar- mengajar
6
Penghargaan akhir proses
Gelar
Sumber : Fakri Hilmi (2011)
Pelatihan
Spesifik
Psikomotor
Pendek
Lebih khusus
Inkonvensional
Sertifikat
Dengan tingkat pendidikan yang memadai, seorang pengguna diharapkan
dapat memahami arti atau maksud dari laporan keuangan auditan sehingga
dengan pemahaman bahwa laporan keuangan yang diberikan opini wajar tanpa
pengecualian oleh auditor BPK tidak mengindikasikan bahwa laporan tersebut
bebas dari korupsi karena peran dan tanggung jawab auditor BPK sebagaimana
yang terdapat dalam Undang- undang adalah untuk memberi opini atas tingkat
kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
6.
Pelatihan
Pelatihan merupakan bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar
untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan
yang berlaku dalam waktu relatif singkat dengan metode yang lebih
mengutamakan pada praktek dari pada teori (Rivai dan Sagala, 2009).
27
Menurut Sri Haryanti dalam Afifah (2015) pelatihan memiliki fungsifungsi yang edukatif, administratif dan personal. Dari fungsi edukatif mengacu
pada peningkatan kemampuan profesional, kepribadian, dedikasi dan loyalitas
pada organisasi. Fungsi administratif mengacu pada pemenuhan syarat- syarat
administrasi seperti promosi dan pembinaan karir. Terakhir adalah fungsi
personal yang menekankan pada pembinaan kepribadian dan bimbingan personal
untuk mengatasi kesulitan dan masalah dalam pekerjaan.
7.
GAP PADA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK
(Studi Empiris pada Pemerintah Kota dan Kabupaten se-Daerah Istimewa
Yogyakarta)
THE FACTOR THAT INFLUENCE AUDIT EXPECTATION GAP IN
PUBLIC SECTOR ORGANIZATION
(Empirical Study at The Municipalities of Yogyakarta)
Oleh:
RARA DE FANTHERA
20130420342
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI AUDIT EXPECTATION
GAP PADA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK
(Studi Empiris pada Pemerintah Kota dan Kabupaten se-Daerah Istimewa
Yogyakarta)
THE FACTOR THAT INFLUENCE AUDIT EXPECTATION GAP IN
PUBLIC SECTOR ORGANIZATION
(Empirical Study at The Municipalities of Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
RARA DE FANTHERA
20130420342
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
i
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama
: Rara de Fanthera
Nomor Mahasiswa
: 20130420342
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMENGARUHI
AUDIT
EXPECTATION
GAP
PADA
ORGANISASI SEKTOR PUBLIK (Studi Empiris pada Pemerintah Kota
dan Kabupaten se-Daerah Istimewa Yogyakarta)” tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,
dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam
skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 20 Desember 2016
Rara de Fanthera
iv
MOTTO
“Jika Kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, Maka kamu
harus sanggup menahan perihnya Kebodohan.”
~Imam Syafi’i~
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”
(QS. Al Mujadalah: 11)
“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu
Sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar”
(Al-Baqarah: 153)
“Sesungguhnya Allah tidak akan menggubah keadaan suatu kaum
sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”
(Q.S. Ar-Ra’d: 11)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya kecil yang dimulai dari perjalanan yang cukup
panjang dari sebuah proses pembelajaran untuk menggapai sebuah
impian dan cita-cita mulia, karya kecilku ini aku persembahkan
kepada orang-orang tercinta:
Kedua Orang Tuaku Tersayang:
Zulpiah
Bayana
Kakakku Tercinta:
Zella Christina
Adikku Tercinta :
Derie Dariant
Nenekku Tercinta:
Jahima
Kakekku Tercinta :
Hasan Hamzah (Alm)
Minal (Alm)
Bibi dan Pamanku Tercinta :
Tri Astuti Ramadhani Haliza
Firtasari Haliza
Rofianti Haliza
Yulianti Haliza
Solihin
vi
Japandi
Wahyu Kurniawan
Keluarga Besarku…….
Almamaterku…….
THANKS TO :
Allah SWT yang Maha Besar
Terimakasih atas segala nikmat dan berkah yang telah dianugerahkan
kepada penulis hingga akhirnya penulis dapat mencapai gelar sarjana.
Nabi Muhammad SAW
yang menjadi pelita bagi kehidupan umat manusia menuju keridhaan Allah
SWT.
Ayah dan Ibu Tersayang
Terimakasih atas do’a, kasih sayang, pengorbanan, nasihat, motivasi, dan
dorongan selama ini, kaulah cahaya yang terang di kehidupanku dan
kaulah motivasi terbesarku untuk mencapai kesuksesan dikehidupan ini.
Mungkin karya kecil ini belum mampu membalas jasa dan pengorbanan
Ayah dan Ibu selama ini tapi Rara akan selalu berusaha menjadi anak yang
selalu berbakti dan membahagiakan kalian, Aamiin. Semoga Ayah Ibu
selalu diberkahi kesehatan dan panjang umur oleh Allah SWT aamiin.
Kakak dan Adikku tercinta
Terimakasih atas do’a serta support kepadaku, terimakasih sudah menjadi
kakak dan adik yang hebat dikehidupanku, mengajarkan banyak hal
vii
mengenai hidup ini, bahagia memiliki sosok saudara seperti kalian,
pokoknya terimakasih untuk segalanya.
Teman-teman ku tercinta
Buat teman seperjuangan organisasi KSPM UMY angkatan 201 3, 201 4 dan 201 5.
Buat kakak angkatan KSPM yang selalu setia membantu dan mencurahkan
waktunya sampai selesai karya tulis ini: Kak Risa Nadhiya Faradella dan Mbak
Ervita Luluk Zahara. Buat teman yang selalu setia mendampingi dari awal
perjuangan mulai kuliah sampai sekarang Litia Septiyanti dan Zulfah Feba Nurul
Abdilla. Buat teman seperjuangan olimpiade akuntansi Mariasih dan Tri widarti.
Buat teman seperjuangan kompetisi pengetahuan pasar modal Ayu Indriyani
Yusuf dan Salsabilla Laksmi Nastiti. Buat teman yang selalu memberi semangat
Herlina Susanti dan Erliza. Buat teman asisten praktikum dan asisten lab yang
selalu menyemangati dan membantu Ulfaturrahmah, Mahardhika Kurniawati,
Andi M. Abthal Zulwaqar, Ratnasari Muliyaningsih, Ekta Sofiyana dan Adli
Zuliansyah Putra. Buat teman seperjuangan proposal dan skripsi Andi Nurcahya,
RR Aminati Marita dan Ema Novita Sari. Buat teman satu rumah Aisyah Mumary
Songbatumis, Rozita Nur Aisyah dan Nisya Putri. Buat keluarga KKN UMY 30. Buat
semua mahasiswa akuntansi angkatan 201 3. Terima kasih atas bantuannya
selama ini, tanpa kalian saya tidak bisa berbuat apa-apa, semoga kalian diberi
kelancaran oleh Allah SWT untuk melangkah kedepan ke gerbang kesuksesan
yang kalian inginkan. Sukses!!! Aamiin..
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...............................
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................
INTISARI .......................................................................................................
ABSTRACT ....................................................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................
A. Latar Belakang Penelitian..........................................................
B. Batasan Masalah .......................................................................
C. Rumusan Masalah ....................................................................
D. Tujuan Penelitian .....................................................................
E. Manfaat Penelitian ....................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
A. Landasan Teori........................................................................
1. Kebutuhan akan Audit.....................................................
2. Teori Persepsi...................................................................
3. Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah.......................
4. Expectation Gap...............................................................
5. Tingkat Pendidikan..........................................................
6. Pelatihan...........................................................................
7. Pengalaman Kerja............................................................
B. Hasil Penelitian Terdahulu......................................................
C. Hipotesis ................................................................................
D. Model Penelitian ...................................................................
BAB III
METODE PENELITIAN ............................................................
A. Objek atau Subyek Penelitian ...............................................
B. Jenis Data ..............................................................................
C. Teknik Pengambilan Sempel .................................................
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ..............................
F. Metode Analisis Data ............................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...........................
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian .....................................
B. Analisis Karakteristik Responden...........................................
C. Uji Statistik Deskriptif............................................................
D. Uji Kualitas Instrumen dan Data.............................................
E. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) .............................................
F. Pembahasan.............................................................................
BAB V
KESIMPULAN SARAN DAN KETERBATASAN ...................
A. Simpulan.................................................................................
xiii
i
ii
iii
iv
v
ix
x
xi
xiii
xv
xvi
1
1
12
12
13
13
15
15
15
19
23
25
25
26
27
28
35
41
42
42
44
44
45
45
53
57
57
58
60
62
67
70
75
75
B. Saran ...................................................................................... 76
C. Keterbatasan Penelitian ......................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbedaan Pendidikan dan Pelatihan...............................................
26
Tabel 2.2. Ringkasan Penelitian-Penelitian Sebelumnya..................................
32
Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel.................................................................
50
Tabel 4.1. Jumlah Kuesioner.............................................................................
57
Tabel 4.2. Responden Berdasarkan Usia........................................................... 58
Tabel 4.3. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin........................................... 59
Tabel 4.4. Responden Berdasarkan Pangkat/ Jabatan....................................... 60
Tabel 4.5. Hasil Uji Statistik Deskriptif............................................................
61
Tabel 4.6. Hasil Uji Validitas............................................................................
63
Tabel 4.7. Hasil Uji Reliabilitas........................................................................
64
Tabel 4.8. Hasil Uji Normalitas........................................................................
65
Tabel 4.9. Hasil Uji Multikolinearitas...............................................................
66
Tabel 4.10. Hasil Uji Heteroskedastisitas.........................................................
66
Tabel 4.11. Hasil Uji Koefisien Determinasi....................................................
67
Tabel 4.12. Hasil Uji Nilai F.............................................................................
68
Tabel 4.13. Hasil Penelitian (Uji Nilai t)..........................................................
68
xv
DAFTAR GAMBAR
Kerangka Penelitian..........................................................................................
xvi
41
ABSTRACT
This study aims to get empirical evidence about the influence of education,
training and the users’ experience of the Audit Expectation Gap in public sector
organizational. The data obtained were by distributing 207 questionnaires to the
users of audited financial statements and the auditors of Badan Pemeriksa
Keuangan (Indonesian Supreme Audit Institution) the representative of
Yogyakarta. There were only 148 questionnaires which were returned and the
questionnaires that could be processed were 124 questionnaires. The samples of
the present study were selected using purposive sampling method. The data in the
study were tested using the software SPSS.22. The criteria of the respondents in
this study were the users of the financial statements who once used the audited
financial statements. Based on the analysis that has been done, it shows that the
users’ education and experiences do not affect the Audit Expectation Gap, while
the users’ training has significant positive effect on Audit Expectation Gap.
Keywords: Users’ Education, Users’ Training, Users’ Experience, Audit
Expectation Gap.
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang berisi
informasi keuangan (Mahsun et al., 2015). Informasi keuangan yang terkandung
dalam laporan keuangan tersebut digunakan oleh pengguna dalam mengambil
keputusan. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan harus
mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Laporan keuangan organisasi sektor
publik merupakan bagian penting dari akuntabilitas publik. Tuntutan akuntabilitas
sektor publik terkait dengan perlunya dilakukan transparansi dan pemberian
informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak- hak publik. Dilihat dari
sisi pemakai internal, laporan keuangan pemerintah merupakan alat pengendalian
dan evaluasi kinerja manajerial, sedangkan dilihat dari sisi pemakai eksternal,
laporan keuangan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban dan sebagai
dasar
pengambilan
keputusan.
Laporan
keuangan
pemerintah
dianggap
bermanfaat jika informasi yang terkandung di dalamnya dapat membantu
pengguna dalam membuat keputusan.
Laporan keuangan pemerintah merupakan asersi atau pernyataan dari
pihak manajemen pemerintah mengenai kondisi keuangan pemerintah. Laporan
keuangan yang mencerminkan kondisi keuangan tersebut harus bebas dari salah
saji yang material sehingga tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan.
Untuk memastikan bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material,
laporan keuangan harus diperiksa oleh pihak yang independen yaitu auditor. Pasal
1
2
23 E ayat 1 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
menyatakan bahwa “untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang
keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang bebas
dan mandiri”. BPK sebagai badan yang bebas dan mandiri melakukan
pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah dengan berpedoman pada Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Auditor independen pemerintah yaitu
audior BPK melakukan audit atas laporan keuangan pemerintah harus sesuai
dengan SPKN dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas dan
wewenang auditor adalah melakukan pemeriksaan yang terdiri dari pemeriksaan
keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Dalam Al-Qur’an surat Al Hujurat ayat 6 yang berbunyi :
َﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ آﻣَﻨُﻮا إِن ﺟَﺎءﻛُﻢْ ﻓَﺎﺳِﻖٌ ﺑِﻨَﺒَﺄٍ ﻓَﺘَﺒَﯿﱠﻨُﻮا أَن ﺗُﺼِﯿﺒُﻮا ﻗَﻮْﻣﺎً ﺑِﺠَﮭَﺎﻟَﺔٍ ﻓَﺘُﺼْﺒِﺤُﻮا ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻓَﻌَﻠْﺘُﻢْ ﻧَﺎدِﻣِﯿﻦ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
Ayat tersebut merupakan ayat penjelasan adab islam dalam menerima
kabar yaitu harus meneliti terlebih dahulu kebenarannya, agar informasi/ kabar
yang diterima tersebut tidak membawa musibah bagi yang menerimanya, terkait
dengan penelitian ini adalah auditor yang melakukan pemeriksaan atas laporan
keuangan pemerintah harus meneliti dengan benar laporan keuangan dengan
menggunakan keahlian profesionalnya sehingga bisa mencegah timbulnya
asimetri informasi
dengan begitu laporan keuangan memiliki kredibilitas yang
tinggi dan pihak pengguna laporan keuangan memiliki keyakinan yang memadai
3
atas laporan keuangan yang telah diaudit tersebut untuk membantu mereka dalam
mengambil keputusan. Hal ini sejalan dengan teory credibility yang mendasarkan
pada fungsi utama dari audit dalam memberikan nilai tambah atas kredibilitas
dari laporan keuangan yang disampaikan oleh sebuah entitas/ organisasi. Tidak
terkecuali untuk pengguna laporan keuangan, mereka harus meneliti arti atau
maksud dari laporan hasil pemeriksaan sehingga, dengan memahami maksud dari
laporan hasil pemeriksaan serta memahami apa yang menjadi tanggung jawab
auditor terhadap laporan tersebut akan mengurangi adanya audit expectation gap
antara pengguna laporan hasil pemeriksaan dan auditor BPK.
Al-Qur’an Surat an Nisa ayat 58 :
ِﱠَ ﻧِﻌِﻤﱠﺎ ﯾَﻌِﻈُﻜُﻢْ ﺑِﮫ
ﱠَ ﯾَﺄْﻣُﺮُﻛُﻢْ أَنْ ﺗُﺆَدﱡوا اﻷَْﻣَﺎﻧَﺎتِ إِﻟَﻰ أَھْﻠِﮭَﺎ وَإِذَا ﺣَﻜَﻤْﺘُﻢْ ﺑَﯿْﻦَ اﻟﻨﱠﺎسِ أَنْ ﺗَﺤْﻜُﻤُﻮا ﺑِﺎﻟْﻌَﺪْلِ إِنﱠ
إِنﱠ
ﱠَ ﻛَﺎنَ ﺳَﻤِﯿﻌًﺎ ﺑَﺼِﯿﺮًا
إِنﱠ
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.
Ayat tersebut memerintahkan agar setiap orang menyampaikan amanat
dengan benar kepada orang yang berhak menerimanya. Terkait dengan penelitian
ini, setiap organisasi sektor publik mempunyai akuntabilitas kepada publik untuk
menyampaikan tanggung jawab tentang pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara kepada masyarakat sebagai principal.
BPK sebagai lembaga yang oleh UUD 1945 diberikan mandat untuk
memeriksa
pengelolaan
dan
tanggung
jawab
keuangan
negara,
BPK
4
melaksanakan tugas tersebut dalam kerangka pengelolaan keuangan negara
ditujukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam tata kelola
keuangan negara, BPK memiliki peran strategis untuk mewujudkan kesejahteraan
rakyat,
yakni
dengan
tiga
peran
pemeriksaan
yang
dimiliki.
Dalam
perkembangannya telah terjadi pergeseran harapan publik atas kebermanfaatan
dan keandalan laporan yang dihasilkan oleh auditor. Semakin banyaknya tuntutan
masyarakat mengenai profesionalisme auditor menunjukkan besarnya expectation
gap. Kebutuhan masyarakat menjadi hal yang harus dipenuhi oleh auditor. Untuk
dapat memenuhi kebutuhan tersebut, auditor perlu memahami persepsi
masyarakat mengenai peran dan tanggung jawab mereka serta memahami apa
yang menjadi harapan masyarakat dari laporan yang dihasilkan oleh auditor.
BPK dalam siaran persnya menyebutkan bahwa Opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) tidak menjamin bahwa suatu entitas bebas dari korupsi
karena pemeriksaan laporan keuangan tidak ditujukan secara khusus untuk
mendeteksi adanya korupsi. Pernyataan Standar Pemeriksaan Nomor 2 Standar
Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan pada standar pelaksanaan tambahan ketiga
menyebutkan bahwa pemeriksa (auditor BPK) harus merancang pemeriksaan
untuk memberikan keyakinan yang memadai guna mendeteksi salah saji material
yang
disebabkan
oleh
ketidakpatuhan
terhadap
ketentuan
peraturan
perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian
laporan keuangan.
Guy dan Sullivan (1988) mengemukakan adanya perbedaan harapan
publik dan auditor dalam hal: (1) deteksi kecurangan dan tindakan ilegal, (2)
5
perbaikan keefektifan audit, dan (3) pengkomunikasian hasil audit yang lebih
intensif kepada publik dan komite audit. Publik beranggapan bahwa auditor
memainkan peranan sebagai “watchdog” yang melindungi para pemakai laporan
keuangan dari adanya kecurangan-kecurangan (Thomas et al., dalam Yuliati et al.,
2007). Sedangkan menurut Humphrey et al. (1993) mengemukakan ada empat
masalah sehubungan dengan expectation gap, yaitu: (1) tanggung jawab auditor
untuk mendeteksi kecurangan, (2) independensi auditor, (3) pelaporan
kepentingan publik, (4) maksud atau arti laporan audit.
Pasal 1 ayat 13 Undang-undang No 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan menyatakan bahwa standar pemeriksaan adalah patokan
untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
yang meliputi standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar
pelaporan yang wajib dipedomani oleh BPK dan/atau pemeriksa. Persepsi
pengguna laporan keuangan auditan mengenai peran auditor mungkin berbeda
dengan peran auditor yang sesungguhnya. Perbedaan antara apa yang masyarakat
atau pemakai laporan keuangan harapkan dari auditor dan apa yang sebenarnya
dilakukan oleh auditor menimbulkan adanya expectation gap. Audit expectation
gap pertama kali diungkapkan oleh Liggio yang menyatakan bahwa expectation
gap muncul karena adanya perbedaan persepsi antara akuntan independen dengan
pemakai laporan keuangan mengenai tingkat kinerja yang diharapkan dari profesi
akuntan (Indrijawati, 2013). Monroe dan Woodliff (1993) mendefinisikan
expectation gap sebagai perbedaan antara keyakinan auditor dan masyarakat
tentang tugas dan tanggung jawab yang ditanggung oleh auditor, dan pesan yang
6
disampaikan oleh laporan audit. Lee et al. dalam Indrijawati (2013) melakukan
penelitian di Malaysia. Tujuan penelitiannya adalah untuk meneliti apakah
terdapat audit expectation gap antara auditor, auditee dan penerima manfaat audit.
Hasilnya menunjukkan bahwa auditee dan penerima manfaat audit memiliki
harapan yang jauh lebih tinggi dibanding auditor itu sendiri. Dapat disimpulkan
bahwa expectation gap terjadi ketika ada perbedaan antara apa yang masyarakat
atau pengguna laporan keuangan harapkan dari auditor dan apa yang dilakukan
oleh auditor sebenarnya.
Adanya expectation gap menimbulkan permasalahan dalam menilai
kinerja pemerintah maupun auditor BPK. Publik yang menganggap bahwa
auditor mempunyai tanggung jawab untuk menemukan kecurangan pada laporan
keuangan akan membuat publik beranggapan bahwa auditor tidak menjalankan
tanggungjawabnya dengan baik, padahal pemeriksaan laporan keuangan tidak
ditujukan secara khusus untuk mendeteksi adanya kecurangan. Rachman (2014)
mengatakan bahwa terjadi bias ketika persepsi pengguna laporan keuangan
pemerintah daerah berbeda mengenai pihak yang bertanggung jawab dalam
mencegah terjadinya kecurangan (fraud) pada saat akan melakukan penilaian
kinerja pemerintah daerah dalam melakukan perbaikan pengendalian internal.
Saat ini expectation gap tidak hanya terjadi pada sektor swasta saja
tetapi juga terjadi pada sektor publik, hal ini disebabkan karena laporan keuangan
organisasi sektor publik juga harus dilakukan pemeriksaan oleh pihak independen
di luar organisasi itu sendiri. Pada organisasi sektor publik, pemeriksaan atas
laporan keuangan pemerintah dilakukan oleh auditor independen pemerintah
7
yaitu BPK. Keengganan dan kekurangpahaman masyarakat mengenai tugas dan
wewenang auditor BPK sebagaimana yang tercantum dalam Undang- undang
menimbulkan adanya expectation gap.
Penelitian mengenai expectation gap sudah pernah dilakukan dalam
sektor publik di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Yeni (2000)
membuktikan adanya expectation gap antara auditor dengan pemakai laporan
keuangan mengenai peran dan tanggung jawab auditor, di mana auditor
mempunyai persepsi yang lebih tinggi dari pada pemakai laporan keuangan
terhadap faktor memperbaiki keefektivan audit. Sedangkan pada faktor
pengkomunikasian hasil audit tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan.
Yang dimaksud pemakai laporan keuangan dalam penelitian Yeni (2000) adalah
para pengguna laporan keuangan dari sektor swasta, diantaranya adalah para
investor dan kreditor.
Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2004) menunjukkan bahwa: (1)
terdapat perbedaan persepsi antara auditor dengan pemakai laporan keuangan
auditan pemerintah (anggota DPRD), (2) ada perbedaan persepsi antara pemakai
laporan keuangan sektor swasta dengan pemakai laporan keuangan pemerintah,
dan (3) tidak ada perbedaan persepsi antara pemakai laporan keuangan
pemerintah di sektor pemerintahan daerah satu dengan pemakai laporan keuangan
pemerintah daerah lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Yuliati et al. (2007) membuktikan bahwa
terdapat expectation gap antara pemakai laporan keuangan pemerintah dan
auditor pemerintah mengenai peran dan tanggung jawab auditor pemerintah.
8
Auditor pemerintah mempunyai persepsi yang lebih tinggi terhadap peran dan
tanggung jawabnya dibanding pemakai laporan keuangan pemerintah. Tidak
terdapat expectation gap antara pemakai laporan keuangan pemerintah dan
auditor pemerintah mengenai peran dan tanggung jawab auditor pemerintah pada
faktor mendeteksi dan melaporkan kecurangan dan pada faktor mempertahankan
sikap independensi sedangkan pada faktor mengkomunikasikan hasil audit dan
faktor memperbaiki keefektivan audit terdapat expectation gap. Auditor
pemerintah mempunyai persepsi yang lebih baik daripada pemakai laporan
keuangan pemerintah untuk memperbaiki keefektivan audit.
Penelitian yang dilakukan oleh Rusliyawati dan Halim (2008)
membuktikan adanya perbedaan persepsi antara auditor BPK dengan pengguna
laporan keuangan daerah yaitu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
pemerintah daerah dan masyarakat dilihat dari sisi pelaporan, akuntabilitas, dan
dari sisi konsep-konsep audit yaitu independensi, kompetensi, pendapat wajar dan
audit kinerja. Perbedaan persepsi tersebut menimbulkan expectation gap antara
auditor dan pengguna laporan keuangan daerah di mana perbedaan persepsi yang
terbesar terjadi antara auditor BPK dan masyarakat.
Penelitian yang dilakukan oleh Sugiyarso dalam Setyorini (2010)
menemukan bahwa terdapat audit expectation gap antara auditor BPK dan
pengguna
laporan
keuangan
pemerintah
anggota
DPRD,
pemeriksa
Bawasda/Inspektorat, anggota Lembaga Swadaya Masyarakat, terdapat audit
expectation gap antar pengguna laporan keuangan pemerintah dan tidak terdapat
9
audit expectation gap antar pengguna laporan keuangan pemerintah daerah satu
dengan lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Setyorini (2010) membuktikan bahwa
secara empiris terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK)
dan pengguna laporan keuangan pemerintah yaitu anggota DPRD, pegawai
DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah dilihat dari sisi peran auditor,
independensi auditor, dan pengetahuan audit yang dilakukan di Kabupaten
Sragen.
Penelitian yang dilakukan oleh Aristania (2011) membuktikan bahwa
tidak terdapat eksistensi expectation gap dilihat dari sisi pelaporan, akuntabilitas,
independensi auditor, materialitas, dan audit kinerja. Sedangkan dilihat dari sisi
kompetensi auditor, bukti audit, dan pendapat wajar terdapat eksistensi
expectation gap.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yandi (2013) membuktikan bahwa:
1) Tidak terdapat Audit Expectation Gap dari sisi Pelaporan Audit antara auditor
BPK Provinsi Jambi dan pengguna laporan keuangan daerah di Pemerintah Kota
Jambi, 2) Tidak terdapat Audit Expectation Gap dari sisi akuntabilitas antara
auditor BPK dan pengguna laporan keuangan daerah, 3) Terdapat Audit
Expectation Gap dari sisi independensi antara auditor BPK dan pengguna laporan
keuangan daerah, 4) Tidak terdapat Audit Expectation Gap dari sisi kompetensi
auditor antara auditor BPK dan pengguna laporan keuangan daerah, 5) Tidak
terdapat Audit Expectation Gap dari sisi materialitas antara auditor BPK dan
pengguna laporan keuangan daerah, 6) Terdapat Audit Expectation Gap dari sisi
10
bukti audit antara auditor BPK dan pengguna laporan keuangan daerah, 7) Tidak
terdapat Audit Expectation Gap dari sisi pendapat wajar antara auditor BPK dan
pengguna laporan keuangan daerah, 8) Tidak terdapat Audit Expectation Gap dari
sisi audit kinerja antara auditor BPK dan pengguna laporan keuangan daerah di
Pemerintah Kota Jambi.
Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menguji apakah
terdapat audit expectation gap antara auditor BPK dan pengguna laporan
keuangan auditan. Dalam penelitian ini akan berusaha membuktikan pengaruh
faktor personal pengguna yang difokuskan pada kapasitas individu (Pendidikan,
pelatihan dan pengalaman pengguna) dengan keberadaan expectation gap.
Kapasitas individu sudah pernah digunakan dalam penelitian mengenai
“Pengaruh kapasitas individu yang diinteraksikan dengan Locus of Control
terhadap Budgetary Slack.” Kapasitas individu pada hakekatnya terbentuk dari
proses pendidikan secara umum, baik melalui pendidikan formal, nonformal
maupun informal. Terkait dalam audit expectation gap, pengguna yang memiliki
cukup pengetahuan akan mampu memahami arti dari laporan keuangan auditan
sehingga diharapkan mampu mengurangi audit expectation gap. Penelitian
mengenai pengaruh kapasitas individu pengguna terhadap audit expectation gap
ini penting dilakukan, sehingga bisa diketahui apakah kapasitas individu
pengguna yang terdiri dari pendidikan, pelatihan dan pengalaman pengguna
berpengaruh terhadap audit expectation gap. Alasan pemilihan variabel kapasitas
individu yang difokuskan pada pendidikan pengguna, pengalaman pengguna, dan
pelatihan pengguna adalah karena setiap individu memiliki persepsi yang berbeda
11
dalam mengartikan suatu objek/ benda yang dalam hal ini adalah persepsi
mengenai peran dan tanggung jawab auditor serta keandalan laporan keuangan
auditan. Walaupun informasi yang diterima sama namun, setiap pengguna
memiliki persepsi yang berbeda dalam mengartikannya, tergantung dari
pengetahuan yang dimiliki. Teori persepsi menyatakan bahwa dalam melihat
suatu masalah, setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan
tingkat pengetahuan dan pemahamannya. Pengetahuan seseorang dibentuk oleh
proses belajar baik jangka panjang seperti pendidikan maupun jangka pendek
seperti pelatihan. Selain itu, kemampuan persepsi juga tergantung pada
pengalaman. Oleh karena itu, peneliti memilih variabel pendidikan, pelatihan,
dan pengalaman pengguna sebagai variabel bebas.
Dalam penelitian ini, dimensi pertama expectation gap yang peneliti
pilih adalah dimensi peran dan tanggung jawab auditor. Alasan peneliti memilih
dimensi peran dan tanggung jawab auditor adalah karena semakin banyaknya
tuntutan dari masyarakat mengenai peran dan tanggung jawab auditor yang
berbeda sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang.
Pernyataan bahwa perolehan opini WTP tidak menjamin suatu entitas
bebas korupsi menjadi menarik untuk diteliti terkait dengan persepsi pengguna
laporan keuangan terhadap keandalan laporan hasil pemeriksaan. Oleh karena itu,
dimensi kedua expectation gap yang peneliti pilih adalah dimensi keandalan
laporan hasil pemeriksaan.
12
B. Batasan Masalah Penelitian
Untuk
akan menentukan
penelitian dapat
pelaksanaan
apa
penelitian,
sebenarnya
yang
maka
akan
terlebih
diteliti.
dahulu
peneliti
Agar
sasaran
tercapai, maka peneliti akan mengungkapkan batasan masalah
penelitian antara lain :
1.
Responden penelitian adalah Auditor Badan Pemeriksa Keuangan,
Pegawai Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang diwakili oleh
badan anggaran dan komisi B.
2.
Variabel bebas penelitian ini adalah :
a. Pendidikan Pengguna
b. Pelatihan Pengguna
c. Pengalaman Pengguna
3.
Variabel terikat penelitian ini adalah:
a. Audit Expectation Gap
C. Rumusan Masalah Penelitian
1. Apakah pendidikan pengguna berpengaruh terhadap audit expectation
gap?
2. Apakah pelatihan pengguna berpengaruh terhadap audit expectation gap?
3. Apakah pengalaman pengguna berpengaruh terhadap audit expectation
gap?
13
D. Maksud dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini dilakukan
dengan maksud untuk memperoleh gambaran berupa fakta-fakta empiris yang
dapat dijadikan indikator terjadinya audit expectation gap antara auditor BPK dan
pengguna laporan keuangan auditan.
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk
mendapatkan bukti empiris mengenai:
1.
Pengaruh pendidikan pengguna terhadap audit expectation gap.
2.
Pengaruh pelatihan pengguna terhadap audit expectation gap.
3.
Pengaruh pengalaman pengguna terhadap audit expectation gap.
E. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian, maka hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:
1.
Kegunaan Teoritis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, sebagai berikut:
a. Terkait dengan akuntansi sektor publik bahwa dengan adanya
laporan
keuangan
sebagai
bentuk
pertanggungjawaban,
bisa
mengakibatkan terjadinya expectation gap.
b. Terkait dengan teori expectation gap untuk membuktikan bahwa
telah terjadi kesenjangan antara auditor dan pengguna laporan keuangan.
14
c. Terkait dengan audit sektor publik bahwa dalam sektor publik juga bisa
terjadi audit expctation gap antara auditor dan pengguna laporan keuangan.
d. Terkait dengan teori persepsi dalam mempengaruhi cara seseorang
dalam menginterpretasikan suatu objek/ benda yang dalam hal ini adalah
audit expectation gap.
2. Kegunaan Praktis.
a. Bagi pemerintah agar menjadi bahan pertimbangan untuk menyesuaikan
jenis pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna laporan keuangan.
b. Bagi pemerintah agar menjadi bahan pertimbangan untuk memastikan
bahwa pelatihan yang diberikan kepada pengguna laporan keuangan untuk
menambah pengetahuan.
c. Mengetahui apakah pelatihan keuangan yang diberikan kepada
pengguna laporan keuangan menambah pemahaman terkait keandalan
laporan keuangan auditan dan tanggungjawab auditor.
d. Memberikan gambaran kepada pengguna laporan keuangan auditan
sehingga dapat mengembangkan pemahamannya mengenai peran dan
tanggung jawab auditor serta keandalan laporan hasil pemeriksaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1.
Kebutuhan akan Audit
Mulyadi dan Puradireja (1998) mengatakan bahwa audit adalah “Suatu
proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif
mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi,
dengan
tujuan
untuk
menetapkan
tingkat
kesesuaian
antara
pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian haisl-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.
Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi atau pernyataan atas
tindakan dan kejadian ekonomi, kesesuaian dengan standar yang telah
ditetapkan, dan mengkomunikasikan hasil-hasil tersebut kepada pihak
pengguna laporan (Malan et al., 1984).
Secara teknis, pelaksanaan audit pada sektor publik dan sektor swasta
adalah sama. Menurut Jones & Bates (1990) yang membedakan pelaksanaan
audit dua sektor tersebut adalah pada kebutuhan yang mendasari untuk
melaporkan pengaruh politik negara yang bersangkutan dan kebijaksanaan
pemerintahan. Selain itu, audit sektor publik memiliki cakupan tugas dan
memiliki tanggungjawab yang lebih luas dari pada audit pada sektor swasta.
15
16
Berdasarkan Pasal 6 ayat 3 Undang- undang No 15 Tahun 2006 tentang
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), pemeriksaan oleh BPK mencakup
pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan
tertentu. Yang membedakan antara sektor publik dan sektor swasta adalah
dalam sektor publik terdapat audit kinerja.
Yuliati et al. (2007) menyatakan bahwa auditor adalah orang atau
lembaga yang melakukan audit. Auditor sektor publik, selanjutnya dibatasi
auditor pemerintah, adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas
keuangan negara pada instansi-instansi pemerintah. Messier et al. dalam
Setyorini (2010) menambahkan bahwa auditor pemerintah dipekerjakan oleh
negara dan secara umum dapat dianggap sebagai bagian dari kategori yang
lebih luas dari auditor internal. Pasal 23 E ayat 1 Undang- undang Dasar
1945 memberi kewenangan kepada auditor eksternal pemerintah yaitu
auditor BPK untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang
keuangan negara.
Pasal 1 ayat 1 Undang- undang No 15 Tahun 2006 menjelaskan bahwa
BPK merupakan lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud
dalam Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. BPK
merupakan satu lembaga negara yang bebas dan mandiri dalam memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
17
Beberapa teori terkait dengan fungsi audit :
a.
Policeman theory.
Menurut teori ini, auditor bertanggung jawab untuk menemukan
kecurangan pada laporan keuangan. Auditor berperan layaknya seorang polisi
yang fokus pada ketepatan aritmatik dan melakukan upaya untuk mendeteksi
serta mencegah adanya kecurangan (Rachman, 2014).
b.
Credibility theory.
Teori ini menyatakan bahwa fungsi dari audit adalah untuk memberi nilai
tambah bagi suatu entitas/ organisasi atas laporan keuangannya sehingga
menambah keyakinan pengguna laporan keuangan. Informasi hasil audit
bukanlah basis utama bagi investor dalam membuat keputusan (Porter dalam
Rachman, 2014).
c.
Quasi-judicial theory.
Teori ini mendasarkan peran auditor layaknya seperti seorang hakim
dalam proses distribusi keuangan (Hayes et al. dalam Rachman, 2014). Porter
menyimpulkan bahwa (i) keputusan auditor dan proses pembuatan keputusan
tidak tersedia untuk publik (ii) doktrin mengenai keteladanan/konsistensi tidak
dijamin dalam proses audit, dan (iii) independensi auditor berbeda dari
independensi hakim karena perbedaan sistem mengenai penghargaan (reward)
yang diterapkan.
d.
Theory of inspired confidence.
Teori ini melihat dari sudut pandang permintaan dan penawaran terkait
dengan jasa audit sebagai dampak langung dari adanya kepentingan stakeholder
18
dalam suatu entitas/ organisasi. Stakeholder meminta pertanggung jawaban
kepada pihak manajemen atas pengelolaan keuangan yang telah dipercayakan
kepada mereka. Jasa audit diperlukan untuk memberi keyakinan kepada
stakeholder bahwa laporan keuangan yang disajikan sudah mencerminkan
kondisi keuangan yang sebenarnya.
e.
Teori Agency.
Konsep Agency theory menurut Anthony dan Govindarajan dalam
Rahmawati (2012) adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.
Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan
principal, termasuk pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dari principal
kepada agent. Menurut Eisenhardt dalam Rahmawati (2012), teori keagenan
dilandasi oleh 3 (tiga) buah asumsi yaitu: (a) asumsi tentang sifat manusia, (b)
asumsi tentang keorganisasian, dan (c) asumsi tentang informasi. Asumsi tentang
sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan
diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded
rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion). Asumsi keorganisasian
adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria
produktivitas, dan adanya Asymmetric Information (AI) antara prinsipal dan agen.
Sedangkan asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai
barang komoditi yang bisa diperjual belikan.
Menurut Zimmerman dalam Hilmi dan Martani (2012) agency problem
juga ada dalam konteks organisasi pemerintahan. Rakyat sebagai principles
memberikan mandat kepada pemerintah sebagai agent, untuk menjalankan tugas
19
pemerintahan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam konteks
lain, politisi dapat juga disebut principles karena menggantikan peran rakyat,
namun dapat juga dipandang sebagai agent karena menjalankan tugas
pengawasan yang diberikan oleh rakyat. Implikasi dari teori ini, principles baik
rakyat secara langsung perlu melakukan pengawasan kepada agent baik
pemerintah maupun para politisi. Politisi sebagai principles juga memerlukan
informasi untuk mengevaluasi jalannya pemerintahan.
Moe dalam Hilmi dan Martani (2012) mengemukakan bahwa hubungan
prinsipal dan agen dapat dilihat dalam politik demokrasi. Masyarakat adalah
prinsipal, politisi (legislatif) adalah agen mereka. Politisi (legislatif) adalah
prinsipal, birokrat/pemerintah adalah agen mereka. Pejabat pemerintahan adalah
prinsipal, pegawai pemerintahan adalah agen mereka. Keseluruhan politik
tersusun dari alur hubungan prinsipal-agen, dari masyarakat hingga level terendah
pemerintahan. Fadzil dan Nyoto dalam Hilmi dan Martani (2012) juga
menyatakan bahwa terdapat hubungan prinsipal- agen antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah.
2.
Teori Persepsi
Manusia pada dasarnya merupakan makhluk individu. Dalam melihat
suatu masalah setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan
tingkat pengetahuan dan pemahamannya. Hal ini pula yang menyebabkan
persepsi setiap individu memiliki perbedaan. Persepsi menurut manusia yang satu
belum tentu sama dengan persepsi manusia yang lainnya, karena adanya
20
perbedaan dari pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut
tinggal.
Untuk lebih memahami persepsi, berikut adalah beberapa definisi persepsi
menurut para ahli, diantaranya:
1) Desiderato, persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-
hubungan
yang
diperoleh
dengan
menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna
pada stimuli inderawi (sensory stimuli) (Rakhmat dalam Malihatin,
2012).
2) Branca, mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses yang didahului
oleh penginderaan (Walgito dalam Malihatin, 2012).
3) Moskowitz dan Orgel, persepsi merupakan proses yang intergrated
dari individu terhadap stimulus yang diterimanya (Walgito dalam
Malihatin, 2012).
4) Epstein dan Roger, persepsi adalah seperangkat proses dengan
mengenali, mengorganisasikan, dan memahami serapan- serapan
inderawi yang diterima dari stimuli lingkungan (Sternberg dalam
Malihatin, 2012).
5) Joseph A. Devito, persepsi adalah proses dengan mana kita menjadi
sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita
(Mulyana dalam Malihatin, 2012).
21
Dari pendapat tersebut dapat dikatakan persepsi merupakan suatu proses
pemberian makna atau proses pemahaman diri di dalam diri seseorang terhadap
suatu objek, baik itu yang berwujud ataupun tidak berwujud. Dalam hal ini
persepsi sangat berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, baik faktor internal maupun faktor
eksternal. Faktor internal diantaranya :
1.
Motif dan kebutuhan.
2.
Kesiapan seseorang untuk berespon terhadap suatu input tertentu, tetapi
tidak pada input lainnya.
Faktor eksternal diantaranya adalah :
1.
Intensitas dan ukuran dari yang akan diberikan atensi.
2.
Kontras dan hal-hal yang baru dari objek yang mendapat perhatian.
3.
Pengulangan dari yang diberi persepsi.
4.
Gerakan yang diberi persepsi.
Kemampuan persepsi adalah sesuatu yang sifatnya bawaan dan
berkembang pada masa yang sangat dini. Meskipun kebanyakan kemampuan
persepsi bersifat bawaan, pengalaman juga memainkan peranan penting. Secara
keseluruhan, kemampuan persepsi kita ditanamkan dan tergantung pada
pengalaman.
a. Proses terjadinya persepsi.
Proses terjadinya persepsi melalui tiga proses yaitu proses fisik, proses
fisiologis dan proses psikologis. Proses fisik berupa obyek menimbulkan
22
stimulus, lalu stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses fisiologi
berupa stimulus yang diterima oleh indera yang diteruskan oleh saraf
sensoris ke otak. Sedangkan proses psikologis berupa proses dalam otak
sehingga individu menyadari stimulus yang diterima.
b. Faktor yang mempengaruhi persepsi.
1) Diri yang bersangkutan
Apabila seseorang melihat dan berusaha memberikan interpretasi
tentang apa yang
dilihat. Karakteristik individu yang
turut
berpengaruh antara lain sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan
harapan.
2) Sasaran persepsi yang mungkin berupa orang, benda atau peristiwa.
Sasaran ini berpengaruh antara persepsi.
3) Faktor situasi. Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang artinya
bahwa dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu mendapatkan
perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam
menumbuhkan persepsi.
Sementara David
Krech dan
Richard
dalam
Malihatin (2012),
menyebutkan sebagai faktor fungsional, faktor struktural, faktor situasional dan
faktor personal.
1) Faktor Fungsional, adalah faktor yang berasal dari kebutuhan,
pengalaman masa lalu dan hal- hal yang termasuk apa yang kita sebut
sebagai faktor- faktor personal. Faktor personal yang menentukan persepsi
23
adalah objek- objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan
persepsi.
2) Faktor Struktural, adalah faktor yang berasal semata- mata dari sifat.
Stimulus fisik efek- efek saraf yang ditimbulkan pada system saraf
individu.
3) Faktor- faktor situasional. Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa
nonverbal. Petunjuk proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah,
petunjuk paralinguistik adalah beberapa dari faktor situasional yang
mempengaruhi persepsi.
4) Faktor personal. Faktor personal ini terdiri atas pengalaman, motivasi dan
kepribadian.
3.
Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah
Pemakai laporan keuangan sektor publik dapat diidentifikasikan dengan
menelusur siapa yang menjadi stakeholder organisasi. Drebin et al. dalam
Mardiasmo (2009) mengidentifikasikan terdapat sepuluh kelompok pemakai
laporan keuangan. Lebih lanjut Drebin dalam Mardiasmo (2009) menjelaskan
keterkaitan antar kelompok pemakai laporan keuangan tersebut dan menjelaskan
kebutuhannya.
Kesepuluh kelompok pemakai laporan keuangan tersebut adalah:
a. Pembayar pajak (tax payer),
b. Pemberi dana bantuan (grantors),
c. Investor,
24
d. Pengguna jasa (fee-paying service recipients),
e. Karyawan/ pegawai,
f. Pemasok (vendors),
g. Dewan legislatif,
h. Manajemen,
i. Pemilih (voters),
j. Badan pengawas (oversight bodies).
Pengklasifikasian tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa pembayar
pajak, pemberi dana bantuan, investor, dan pembayar jasa pelayanan merupakan
sumber penyedia keuangan organisasi; karyawan dan pemasok merupakan
penyedia tenaga kerja dan sumber daya material; dewan legislatif dan manajemen
membuat keputusan alokasi sumber daya; dan aktivitas mereka semua diawasi
oleh pemilih dan badan pengawas, termasuk level pemerintahan yang lebih
tinggi.
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan, terdapat beberapa kelompok
pengguna laporan keuangan, yaitu:
a. Masyarakat;
b. Wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;
c. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan
pinjaman; dan
d. Pemerintah.
25
4.
Expectation Gap
Expectation gap menurut Ligio dalam Yandi (2013) adalah perbedaan
pandangan mengenai tingkat kinerja yang diharapkan antara akuntan independen
dengan pengguna laporan keuangan, seperti direktur keuangan, analis keuangan,
analis investasi, dan jurnalis investasi. Menurut Guy dan Sullivan (1988),
expectation gap adalah perbedaan antara apa yang masyarakat dan pengguna
laporan keuangan percaya sebagai tanggung jawab akuntan dan auditor dan apa
yang akuntan dan auditor percayai sebagai tanggung jawabnya.
Berdasarkan definisi- definisi yang ada, maka penekanan dari expectation
gap adalah harapan masyarakat atau pemakai laporan keuangan terhadap auditor
tentang laporan keuangan secara nyata melebihi peran auditor dan opini auditnya.
Salehi (2011) menyatakan bahwa komponen-komponen dari audit
expectation gap dibagi lagi menjadi dua, yaitu:
a. Gap di antara yang layak diharapkan dari auditor dan auditor
menampilkan
kewajiban
sebagaimana
dijelaskan
dalam
undang-undang;
b. Gap di antara standar kinerja auditor yang diharapkan auditor dan
tugas- tugas yang diharapkan dan dirasa oleh masyarakat.
5.
Tingkat Pendidikan
Menurut Notoatmodjo dalam Afifah (2015), pendidikan adalah suatu
proses pengembangan kemampuan ke arah yang diinginkan. Pendidikan disini
adalah pendidikan jangka panjang atau pendidikan formal yang telah didapat oleh
26
pengguna laporan keuangan, sedangkan pendidikan jangka pendek disebut
dengan pelatihan.
Perbedaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi secara
teori dapat disimpulkan pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Perbedaan Pendidikan dan Pelatihan
No
Uraian
Pendidikan
1
Pengembangan Kemampuan Menyeluruh
2
Area Kemampuan
Kognitif, afektif
dan psikomotor
3
Jangka waktu pelaksanaan
Panjang
4
Materi yang diberikan
Lebih umum
5
Penekanan penggunaan
Konvensional
metode belajar- mengajar
6
Penghargaan akhir proses
Gelar
Sumber : Fakri Hilmi (2011)
Pelatihan
Spesifik
Psikomotor
Pendek
Lebih khusus
Inkonvensional
Sertifikat
Dengan tingkat pendidikan yang memadai, seorang pengguna diharapkan
dapat memahami arti atau maksud dari laporan keuangan auditan sehingga
dengan pemahaman bahwa laporan keuangan yang diberikan opini wajar tanpa
pengecualian oleh auditor BPK tidak mengindikasikan bahwa laporan tersebut
bebas dari korupsi karena peran dan tanggung jawab auditor BPK sebagaimana
yang terdapat dalam Undang- undang adalah untuk memberi opini atas tingkat
kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
6.
Pelatihan
Pelatihan merupakan bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar
untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan
yang berlaku dalam waktu relatif singkat dengan metode yang lebih
mengutamakan pada praktek dari pada teori (Rivai dan Sagala, 2009).
27
Menurut Sri Haryanti dalam Afifah (2015) pelatihan memiliki fungsifungsi yang edukatif, administratif dan personal. Dari fungsi edukatif mengacu
pada peningkatan kemampuan profesional, kepribadian, dedikasi dan loyalitas
pada organisasi. Fungsi administratif mengacu pada pemenuhan syarat- syarat
administrasi seperti promosi dan pembinaan karir. Terakhir adalah fungsi
personal yang menekankan pada pembinaan kepribadian dan bimbingan personal
untuk mengatasi kesulitan dan masalah dalam pekerjaan.
7.