Pengaruh Brand Equity Pada Shareholder Values.
PENGARUH BRAND EQUITY
PADA SHAREHOLDER VALUES
Achmad Yanu Alif Fianto1)
1) Program StudiDesain Komunikasi Visual, SekolahTinggi Manajemen Informatika &Teknik Komputer Surabaya
Email: ayanu@stikom.edu
AB
AY
A
Abstract: Study in this paper are used to assess which brand asset metrics provide additional information
content to accounting performance measures in explaining stock returns. Emphasis on the analysis of the five
"pillars" (ie, central brand attributes) that forms the basis for the Brand Asset Valuation Model updated by
Young & Rubicam (2000) which consists of: differentiation, relevance, esteem, knowledge, and energy. The
analysis shows that brands that have relevance and energy to provide additional information for accounting
measurement in explaining stock returns. However, esteem and knowledge are not, that is, their effects are
reflected in current accounting-measurement items included in the brand relevance and energy. Financial
markets do not look brand differentiation as a provider of incremental information, should have contributed to
the brand differentiation. Changes in differentiation are indicative of future performance of accounting, which in
turn affects stock returns. Conclusions This study, invariant to the use of alternative accounting performance
measures, risk adjustment, and the inclusion of additional brand attributes into the analysis.
Keywords: Brand Equity, Shareholder Values, Brand Asset Valuator, Brand Valuation, Stock Returns
persaingan pasar yang sangat ketat Sehingga diperlukan
tidak hanya bersaing dalam fungsi produk saja, namun
pengelolaan merek yang juga tidak dapat dianggap
juga mengarah pada pertarungan merek. Produk atau
sebagai sebuah pekerjaan yang sederhana mengingat
pesatnya perkembangan persaingan pasar menjadi
SU
jasa yang sukses selalu memiliki merek yang kuat atau
R
Dewasa ini dalam persaingan pasar, perusahaan
dominan dalam persaingan pasar. Beberapa perusahaan
tantangan besar bagi pengembangan dan penguatan
memang sudah sangat peka pada nilai suatu merek dan
sebuah merek.
menyadari
bahwa
merek
merupakan
Perkembangan tersebut bisa saja dilihat dari
identitas diri dari perusahaan dan dianggap sebagai
perubahan perilaku pelanggan, strategi-strategi pesaing
added value bagi produk-produknya.
dan
M
sepenuhnya
produk
substitusi,
perubahan
aturan-aturan
pemerintah dan aspek lain dari lingkungan pemasaran
bagi strategi pemasaran khususnya pengembangan
yang juga berdampak langsung pada kegiatan tata
produk. Para pemasar semakin menyadari bahwa
kelola sebuah merek produk.Selain kekuatan dari
pemberian
dalam
lingkungan eksternal, pengaruh internal juga tidak dapat
pemasaran. Merek memang tidak dapat dianggap
diabaikan dari banyaknya aktifitas dan perubahan
O
Pemberian merek telah menjadi masalah penting
bagian
terpenting
IK
merupakan
strategis yang dilakukan dalam internal perusahaan
ataupun simbol semata, namun lebih dari itu, merek
dalam upaya untuk beradaptasi dengan lingkungan
merupakan sebauh janji perusahaan untuk secara nyata
eksternal juga dapat berpengaruh pada permerekan.
ST
sebagai sekedar sebuah nama, istilah, tanda-tanda
dan konsisten memberikan added value tidak hanya
Menurut Keller (1999) pengelolaan merek
bagi perusahaan itu sendiri dalam bentuk profit namun
memerlukan perspektif strategis jangka panjang dan
juga bagi konsumennya dalam bentuk benefit.
dikelola secara aktif setiap waktu dengan aktifitas-
Merek-merek terbaik dapat memberi jaminan
kualitas bagi pelanggannya. Merek menjadi sebuah hal
aktifitas pengembangan dan penguatan merek atau
bahkan juga bisa dilakukan revitalisasi merek.
yang sangat strategis bagi sebuah perusahaan karena
Dalam
rangka
menjalankan
aktifitas
merek bisa menjadi sebuah aset yang sangat berharga
pengembangan dan penguatan merek serta revitalisasi
bagi perusahaan untuk masuk dan bertahan dalam
merek,
membawa
konsekuensi
logis
dalam
hal
SNASTI 2012, LL - 37
pengelolaan merek yang efektif akan memerlukan
makna merek dan jika dilakukan dengan sangat
strategi-strategi proaktif dan agresif dengan tujuan
konsisten,
untuk meningkatkan kekuatan merek atau paling tidak
merevitalisasi merek. Ekuitas merek diperkuat dengan
mempertahankan posisi merek yang sudah ada dengan
tindakan
mengelola brand equity dalam berbagai pengaruh baik
menyampaikan makna dari merek kepada konsumen.
dari tekanan dan perubahan yang terjadi pada
lingkungan eksternal maupun internal perusahaan.
serta
dapat
pemasaran
Pertimbangan
memperkuat
juga
dilakukan
yang
yang
merek
adalah
dengan
konsisten
paling
untuk
penting
konsistensi
dalam
dukungan
pemasaran yang diterima sebuah merek misalnya sifat
ini, pengelola atau manajer merek menghadapi pasar
dari dukungan. Revitalisasi merek membutuhkan baik
yang sangat tersegmentasi dengan channel pasar yang
bahwa sumber-sumber ekuitas merek yang hilang
dinamis, perubahan dan perkembangan dunia global
ditangkap kembali atau bahwa sumber ekuitas merek
serta perubahan lingkungan bisnis yang pada akhirnya
baru diidentifikasi dan dibangun kembali. Ada dua
secara fundamental telah menambah beban kerja
pendekatan
mereka. Sedangkan dalam paradigma lama, pengelola
dan/atau
merek
yang
meningkatkan tingkat brand recall dan pengakuan
sederhana dan hanya melibatkan sedikit improvisasi, hal
konsumen selama pembelian atau konsumsi; dan
ini dikarenakan mereka berada dalam lingkungan yang
meningkatkan kekuatan, keberuntungan dan keunikan
relatif sederhana dengan situasi persaingan yang tidak
dari asosiasi merek yang membentuk citra merek.
menghadapi
struktur
merek
terlalu ketat. Paradigma lama ini rasanya tidak mungkin
yaitu
memperluas
memperluas
kesadaran
kedalaman
merek
dengan
Ekuitas Merek
SU
digunakan dengan situasi dan realitas persaingan pasar
umum
R
hanya
AB
AY
A
Pada paradigma baru persaingan pasar dewasa
dewasa ini sehingga pengelola merek memerlukan
Tata kelola ekuitas merek perlu dilakukan
usaha yang lebih keras lagi untuk mempertahankan
dengan cermat mengingat para pelanggan biasanya
sekaligus memperkuat merek mereka.
terikat pada sebuah merek pada saat melakukan
pertimbangan atas pengambilan keputusan pembelian
pandangan jangka panjang dari keputusan pemasaran.
sebuah produk. Sehingga ekuitas merek menjadi titik
M
Manajemen merek yang efektif memerlukan
tumpu yang kritis bagi pemasar yang ingin bertahan
mengakui bahwa setiap perubahan dalam mendukung
dalam persaingan pasar yang sedemikian ketat. Aaker
program pemasaran untuk merek mungkin berbeda,
(1996) menyebutkan bahwa ekuitas merek merupakan
dengan
brand asset dan liability yang berhubungan dengan
O
Sebuah perspektif jangka panjang manajemen merek
mengubah
pengetahuan
konsumen,
Selain
itu,
pandangan
jangka
sebuah nama merek tertentu.
panjang
Hal tersebut berkaitan dengan tingkat pengakuan
memerlukan strategi proaktif yang dirancang untuk
sebuah merek, kualitas yang diyakini dari sebuah
mempertahankan dan meningkatkan ekuitas merek
merek, asosiasi merek serta hubungan emosional
berbasis pelanggan dari waktu ke waktu dalam
tertentu serta aset merek lainnya seperti hak paten,
menghadapi perubahan eksternal dalam lingkungan
merek dagang dan saluran distribusi. Ekuitas merek
pemasaran dan perubahan internal dalam tujuan
akan
pemasaran perusahaan..
pelanggan yang puas dan merasa rugi bila berganti
ST
depan.
IK
mempengaruhi keberhasilan program pemasaran masa
Mengelola ekuitas merek sangat memerlukan
upaya
yang
lebih
sekedar
berkaitan
dengan
seberapa
banyak
merek, menghargai merek itu dan tergantung pada
memperhatikan
merek itu, serta pelanggan merasa terikat pada merek
perspektif jangka panjang. Ekuitas merek harus dikelola
itu. Keuntungan kompetitif yang dapat diperoleh dari
secara aktif dari waktu ke waktu dengan memperkuat
tingginya ekuitas merek menurut Kottler (2000) adalah:
SNASTI 2012, LL - 38
dari
sangat
2.
3.
Merek dapat memberikan pertahanan terhadap
image. Sehingga perspektf ekuitas merek merupakan
persaingan harga yang kompetitif
hal yang penting ketika membuat keputusan pemasaran
Lebih mudah meluncurkan perluasan merek karena
untuk mempertimbangkan perubahan tersebut terkait
kredibilitas
dengan pengaruhnya pada strategi pemasaran.
Mampu menetapkan harga yang lebih tinggi karena
reputasi
4.
5.
Kinerja Ekuitas Merek
Posisi yang lebih kuat dalam negoisasi dengan
Terkait dengan keputusan-keputusan program
distributor dan pengecer karena mereka sangat
dan strategi pemasaran yang secara strategis harus
menginginkan merek tersebut
dilaksanakan
Biaya pemasaran yang relatif lebih kecil karena
manajer pemasaran dewasa ini berada dalam tekanan
adanya tingkat kesadaran dan kesetiaan merek
yang besar kaitannya dengan pembiayaan pemasaran.
konsumen yang tinggi
Praktisi pemasaran biasanya secara intuitif mengetahui
AB
AY
A
1.
dan
direncanakan
dengan
seksama,
nilai dari brand yang dikelola. Namun bila nilai tersebut
tertentu dari sebuah merek sebagai bentuk respon dari
ditampilkan besarannya dalam dimensi keuangan,
aktifitas
yang
biasanya pemasar kesulitan untuk melakukannya.
memungkinkan terjadinya hubungan sebuah merek
Soehadi (2003) menggaris bawahi terdapat tiga
dengan pelanggan. Hubungan yang baik ini akan
pertanyaan mendasar terkait dengan kinerja keuangan
mempengaruhi tanggapan mereka secara positif pada
atas sebuah merek yaitu sebagai berikut:
pemasaran.
Ekuitas
merek
suatu produk, harga atau periklanan.
1.
How much investment to a brand?
2.
How much profit from a brand?
SU
Pemahaman akan merek tersebut dapat dilihat
R
Pelanggan juga dapat memiliki pemahaman
dari dua dimensi yaitu brand awareness dan brand
image. Brand awareness merupakan pengenalan merek
3.
How much time a profit can be taken from a
brand?
Permasalahan tentang kuantifikasi hasil imbal
untuk mengingat dan mengenali kembali sebuah merek
balik dari aktifitas pemasaran dalam unsur-unsur
dalam kategori tertentu. Sementara brand image
keuangan merupakan salah satu dari tantangan terbesar
M
oleh pelanggan yang diukur dari kemampuan mereka
yang harus dihadapi oleh para praktisi pemasaran
ayng dibangun oleh pengalaman mereka pada merek
dewasa ini. Rust et al(2004) menyebutkan bahwa
yang pada akhirnya membentuk suatu asosiasi-asosiasi
kebanyakan pemasar tidak bersifat akuntabel dalam
merek tertentu.
menggambarkan
O
merupakan persepsi konsumen terhadap sebuah merek
IK
Ekuitas merek yang tinggi dapat tercapai apabila
bagaimana
pemasaran
dapat
meningkatkan nilai pemegang saham sebagai pemilik
pelanggan menyadari keberadaan sebuah merek dan
perusahaan dan bahwa kekurangan dalam akuntabilitas
pelanggan memiliki asosiasi yang kuat bagi sebuah
ini dapat menjatuhkan kredibilitas pemasar.
Sementara itu, ukuran-ukuran akuntansi tidak
dan menyadari keunikan yang dimiliki oleh merek
cukup untuk dapat secara seksama menggambarkan
tersebut. Konsep ekuitas merek berdampak langsung
nilai perusahaan (firm value). Menurut Srivastava et al
pada pola tata kelola merek dalam jangka panjang yang
(1998) perusahaan seringkali memiliki intangible asset
berimplikasi pada strategi pemasaran.
atau menjalankan strategi-strategi yang manfaatnya
ST
merek dan menganggap merek tersebut menguntungkan
Aktifitas perusahaan dalam program pemasaran
secara
potensial
dapat
mengubah
tidak secara akurat digambarkan dalam penilaian
pemahaman
akuntansi dari aset perusahaan atau dalam pengukuran
pelanggan dalam persepsi mereka pada merek tertentu
kinerja keuangan sesuai dengan standar akuntasi.
baik dari sisi brand awareness ataupun dari sisi brand
Misalnya aset pemasaran seperti brand-attribut dan
SNASTI 2012, LL - 39
strategi brand-building memiliki manfaat yang tidak
dan Gerzema et al (2009) yang menggunakan beberapa
secara eksplisit ditunjukkan dalam kinerja keuangan
dimensi untuk menilai sebuah merek. Mizik et al (2008)
pada periode tertentu.
menekankan pada lima pilar yang membentuk model
Merek
biasanya
dinilai
berdasarkan
pada
penilaian aset merek yang dikembangkan oleh Young &
pengukuran mindset pelanggan seperti awareness dan
Rubicam (2000) sebagaimana yang digunakan oleh
perilaku pelanggan. Namun bagaimanapun juga, banyak
Fudge (2005) serta berbagai peneliti lainnya.
ahli misalnya saja Ailawadi et al (2003) mengindikasi
adanya
keterbatasan
dalam
pengukuran
Banyak sekali model penilaian aset merek yang
dikembangkan dari berbagai penelitian merek namun
pelanggan karena tidak dapat memenuhi tujuan
menurut Mizik (2008) model yang dikembangkan oleh
penilaian keuangan mengingat mindset tidak dapat
Young & Rubicam (2000) untuk menilai aset merek
diterjemahkan dalam nilai keuangan.
yang disebut sebagai Brand Asset Valuator (BAV)
AB
AY
A
mindset
Penilaian merek dengan atribut merek tidaklah
merupakan salah satu pendekatan yang paling visible.
cukup. Rangkaian dari atribut merek pada prinsip-
Pendapat Mizik et al (2008) tersebut didukung oleh
prinsip
lebih
pendapat Aaker (1996) dan Keller (1998) yang menilai
dalam.Pengamatan empiris pada implikasi finansial dari
konsep BAV sebagai metode penilaian merek yang
pengukuran mindset pelanggan atas atribut merek
paling relevan dalam menghasilkan pengukuran nilai
merupakan fokus pada beberapa penelitian seperti yang
aset merek.
kinerja
keuangan
perlu
diamati
BAV terdiri dari lima komponen yang disebut
Gerzema et al (2009), Soehadi (2003), Retnawati (2003)
BAV Pillars yaitu differentiation, relevance, esteem
dan sebagainya.
dan knowledge, yang merupakan pondasi utama model
SU
R
dilakukan oleh Mizik et al (2008), Madden et al (2006),
awal dari BAV. Selanjutnya Young & Rubicam (2000)
merek yang dapat menyediakan informasi inkremental
menambahkan pilar energy untuk menambahkan empat
pada pengukuran akuntansi dalam penjelasan mengenai
pondasi awal dari BAV. Mizik et al (2008) berpendapat
stock return seperti atribut merek yang mada yang
bahwa relevance dan energy menyediakan informasi
meningkatkan kekuatan eksplanatori tambahan pada
tambahan
M
Pengamatan tersebut dikhususkan pada atribut
variabel akuntansi dalam stock return.
merek yang memiliki konten informasi tambahan
tambahan.
O
knowledge
(terpisah dari efek yang berasal dari dampak mereka
akuntansi
periode
tertentu)
akuntansi
dalam
tidak
mampu
menyediakan
informasi
Pasar keuangan tidak melihat differentiation
karena
mampu menyediakan informasi tambahan namun Mizik
permerekan sangat rentan terhadap berkurangnya
et al (2000) berpendapat bahwa differentiation dapat
investasi. Mengingat efek merek tidak sepenuhnya
berkontribusi untuk hal tersebut. Dalam prakteknya,
tercermin dalam pengukuran arus akuntansi, manajer
perubahan dalam differentiation merupakan indikasi
mungkin memiliki kecenderungan untuk mengabaikan
dari kinerja keuangan atas branding di masa yang akan
pentingnya merek,
datang, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi stock
ST
IK
hasil
pengukuran
menjelaskan stock return. Sementara esteem dan
Dirasa penting untuk mengidentifikasi atribut
pada
pada
yang justru
akan
merugikan
kesuksesan jangka panjang dari operasi bisnis yang
dijalankan.
return.
Mizik
(2000)
anomali
pasar
dapat
mengkonfirmasi bahwa perusahaan dengan peningkatan
(penurunan)
Brand Valuation
diferensiasi
yang
berbanding
positif
yang
(negatif) dengan return saham abnormal pada periode
dilakukan oleh Mizik et al (2008), Madden et al (2006)
berikutnya.Model BAV tersebut dikonstruk berdasarkan
Terdapat
banyak
SNASTI 2012, LL - 40
penelitian
seperti
pada
pemikiran
yang
berprinsip
bahwa
merek
Merek
yang
berusaha
mempertahankan
merupakan konstruk multidimensional yang dapat
eksistensinya di pasar, orang harus dapat menyadari hal
dinilai melalui pengukuran persepsi pelanggan.
itu. Dengan demikian, pada tingkat yang paling dasar,
Meskipun Young & Rubicam (2000) mengamati
knowledge meliputi kesadaran merek dan sejauh mana
lebih dari 50 aspek yang berbeda dari persepsi merek,
pelanggan mengingat dan mengenali merek. Young &
lima pilar merek telah muncul sebagai dimensi inti
Rubicam
untuk menilai kesehatan merek, dan meskipun masing-
menunjukkan dengan skala tujuh poin keakraban
masing dari lima pilar ini mengemukakan untuk
mereka dengan merek, yang menjelaskan untuk
memainkan peran yang unik dalam siklus hidup merek,
memasukkan kesadaran merek secara keseluruhan dan
penilaian bersama pola lima pilar memungkinkan untuk
pemahaman tentang apa jenis produk atau jasa merek
mendiagnosis kesehatan merek secara komprehensif.
mewakili.
memiliki lima pilar yaitu differentiation, relevance,
esteem,
knowledge
dan
energy.
meminta
responden
untuk
AB
AY
A
Sebagaimana disebutkan bahwa model BAV
(2000)
Informasi Keuangan dalam Dimensi Merek
Differentiation
Walaupun dimensi atribut merek ini memiliki
merupakan kemampuan merek untuk membedakan diri
manfaat konseptual, analisis sistematis menunjukkan
dari pesaingnya dan menjadi komponen sentral dari
hubungan (atau, mungkin, ketiadaan) antara pilar merek
seluruh
dan
aset
merek.
Pengukuran
differentiation terdiri atas proporsi responen yang
diindikasi menganggap sebuah merek unik dan khusus.
keuangan
yang
diperlukan
untuk
mendukung nilai merek. Young & Rubicam (2000)
memberikan Mizik et al (2008) akses ke data untuk
penilaian implikasi keuangan dari lima pilar BAV.
SU
Di lain pihak, differentiation ini selain dapat membawa
kinerja
R
konseptualiasi
dampak baik namun bisa jadi sebaliknya.
Salah satu aspek dari penilaian return saham yang
Differentiation juga tidak akan berguna bila
terlibat pemodelan responuntuk menilai, jika ada, dari Y
tidak memiliki tingkat relevansi dari produk yang
& R pilar memberikan informasiuntuk variabel
diwakili sebuah merek, oleh karena itu pilar BAV yang
akuntansi dalam menjelaskan kinerja pasar saham.
M
kedua adalah relevance. Young & Rubicam meminta
Pemodelan
stock
menilai
return
apakah
informasi yang terkandung dalam pengukuran dikaitkan
merek pada skala tujuh poin, mulai dari "sama sekali
dengan
tidak relevan" (1) hingga "sangat relevan" (7), dan
ekspektasi pasar arus kas di masa depan). Kerangka
menggunakan skor rata-rata populasi sebagai ukuran
untuk menetapkan isi pengukuran informasi berasal dari
relevansi.
studi Ball dan Brown (1968), yang memicu aliran
IK
O
responden untuk membuat peringkat relevansi suatu
Esteem
mencerminkan tingkat respek, rasa
return
saham
(yaitu,
perubahan
penelitian yang lebih luas dalam akuntansi untuk
hormat, dan anggapan konsumen untuk merek tertentu.
meneliti
Komponen-komponen ini adalah (1) proporsi responden
(misalnya, laba) dengan pasar modal.
ST
dalam
hubungan
antara
informasi
keuangan
yang mengindikasikan bahwa mereka percaya sebuah
Dewasa ini, kerangka pengukuran nilai merek
merek memiliki kualitas tinggi, (2) proporsi responden
telah diperpanjang untuk menilai ukuran nonfinansial
yang mengindikasikan bahwa mereka percaya sebuah
dari isi informasi. Studi ini menilai "isi informasi
merek merupakan leader, (3) proporsi responden yang
tambahan" atau "relevansi nilai" dari langkah-langkah
menunjukkan bahwa mereka percaya bahwa merek itu
non finansial (yaitu, sejauh mana dapat memberikan
dapat diandalkan, dan (4) rating (pada skala tujuh poin)
kekuatan penjelas yang ditambahkan ke informasi
yang menunjukkan preferensi pribadi responden untuk
akuntansi standar dalam menjelaskan pergerakan harga
suatu merek.
saham).
SNASTI 2012, LL - 41
Perkembangan ini didorong oleh pendapat yang
dengan jumlah
saham beredar.
Jika perusahaan
memperoleh $ 2 juta dalam satu tahun, sementara
perusahaan tidak hanya berdasarkan arus informasi
memiliki 2 juta lembar saham beredar, EPS nya akan $
akuntansi
mencerminkan
1 per saham. Wellknown, merek yang sukses sering
sepenuhnya keadaan aktiva tidak berwujud dan peluang
dijual dengan harga premium dengan sesuai margin
pertumbuhan baru), tetapi juga informasi lain yang
keuntungan yang tinggi. Margin keuntungan yang lebih
relevan untuk mencerminkan kinerja masa depan.
tinggi dapat mengakibatkan EPS yang lebih tinggi.
Nilai Pemegang Saham
Model Respon Stock Return dan Analisis Event
jangka
(yang
tidak
Salah satu tujuan dari pemasaran adalah untuk
Study
AB
AY
A
menyatakan bahwa peserta pasar saham menilai
Metodologi yang digunakan bergantung pada
memberikan nilai pemegang saham (Srivastava et al.,
dasar-dasar teoritis yang sama sebagai metode event
1999). Ekuitas merek mempengaruhi pertumbuhan
study, tetapi berbeda pada dua aspek penting. Kedua
penjualan serta margin laba operasi dan merupakan
pendekatan dibangun atas dasar hipotesis pasar yang
salah satu faktor yang menciptakan nilai (Rappaport,
efisien, dan keduanya menilai reaksi return saham ke
1998). Salah satu metode untuk menentukan nilai
peristiwa yang tak terduga. Hipotesis pasar efisien
pemegang saham adalah dengan mengukur rasio nilai
mengemukakan bahwa penilaian perusahaan adalah
pasar terhadap nilai buku (Day dan Fahey, 1988).
sebuah harapan bias dari jumlah arus kas masa depan
Sebuah
perusahaan
menciptakan
kekayaan
yang didiskontokan, mengingat saat ini ditetapkan
informasi yang tersedia untuk investor.
SU
pemegang saham dengan memastikan bahwa nilai pasar
R
menciptakan dan mengelola aset berbasis pasar untuk
dibenarkan dari modal ekuitas yang diinvestasikan
Tanpa hipotesis pasar
yang efisien, baik
metodologi penelitian menilai dampak informasi baru
melebihi nilai buku (Varaiya et al., 1987). Menurut
pada ekspektasi investor dari diskon arus kas masa
Mortanges et al (2003) perusahaan menciptakan nilai
depan. Berdasarkan hipotesis pasar yang efisien, efek
ketika rasio nilai pasar terhadap nilainya lebih besar
ini juga merupakan estimasi tidak bias dari diskonto
M
dalam perusahaan dengan pemegang saham yang
dari 1,0, mengurangi nilai ketika rasio nilai pasar
kurang dari 1,0, dan bertahan jika rasio nilai pasar
terhadap nilai buku adalah 1,0.
aktual atas arus kas masa depan.
Perbedaan mendasar pertama antara event
O
studies dan pendekatan yang dilakukan oleh Mizik et al
(2008) adalah bahwa event study menilai reaksi pasar
saham adalah Total Shareholder Return (TSR). Investor
saham terhadap peristiwa tertentu yang terdefinisi
sering menganggap TSR sebagai ukuran yang paling
dengan baik, peristiwa yang tidak diantisipasi secara
penting untuk melihat kinerja perusahaan. Total
diskrit (atau rilis berita) yang terjadi pada tanggal yang
Shareholder Return = Dividen + Harga Saham
diketahui.
ST
IK
Metode lain untuk mengukur nilai pemegang
Apresiasi. Apa yang mendorong adanya dividen dan
apresiasi
harga
saham
kas.
menilai reaksi pasar modal untuk suatu proses yang
Kemampuan perusahaan untuk menaikkan harga saham
berkesinambungan dari waktu ke waktu tapi tidak
tergantung pada kemampuannya untuk secara konsisten
secara diskrit (ata lebih tepatnya, untuk bagian "tak
menghasilkan surplus kas di masa depan (Rappaport,
terduga" dari proses yang berkesinambungan). Event
1998). Ukuran ketiga yang dapat digunakan sebagai
studies biasanya hanya mempertimbangkan jangka
indikator untuk nilai pemegang saham adalah Laba per
waktu singkat di sekitar peristiwa (misalnya, hari),
Saham (EPS). EPS adalah laba perusahaan dibagi
sedangkan metode pemodelan respon return saham
SNASTI 2012, LL - 42
adalah
kelebihan
Sebaliknya, pemodelan respon return saham
memungkinkan untuk mengkaji proses yang berevolusi
menginvestasikan
selama jangka waktu yang lebih panjang (yaitu, bulan
mendukung inisiatif BAV.
lebih
dari
$
100
juta
untuk
atau tahun). Sebagai contoh, perubahan dalam persepsi
merek tidak dapat diisolasi dengan peristiwa yang
SIMPULAN
diskrit, melainkan bisa jadi berevolusi selama periode
yang panjang.
Penelitian ini mengkaji kembali isi informasi
dari dimensi merek dalam model Y&R BAV yang
diperbarui.
Data dan Pengukuran
Ditemukan
bahwa
return
saham
AB
AY
A
berhubungan tidak hanya dengan ukuran kinerja
Mizik et al (2008) menggabungkan data dari
akuntansi tetapi juga dengan relevansi merek dan energi
empat sumber yang berbeda untuk mengkompilasi
yang dirasakan. Artinya, informasi yang terkandung
rangkaian data yang digunakan dalam analisis mereka.
dalam merek terkait dengan informasi bahwa pasar
Database saham Pusat Penelitian Harga Sekuritas The
keuangan
University of Chicago (CRSP) memberikan informasi
harapan pada arus kas masa depan.
kembali. Basis data Thomson Financial I/B/E/S
menggunakannya
untuk
memperbarui
Informasi yang tercermin dalam harga dan
dijadikan sebagai sumber data laba per saham (EPS)
pengetahuan tidak memiliki konten informasi tambahan
yang digunakan dalam analisis sensitivitas.
untuk perhitungan akuntansi serta relevansi dan energi
dalam menjelaskan return saham. Khususnya, dikaji
yaitu Return On Asset (ROA) dan penjualan. Untuk
pula bukti sugestif bahwa pasar keuangan tidak
tahapan-tahapan aset merek, Mizik et al (2008) menitik
memasukkan informasi tentang prospek bisnis yang
terkandung dalam diferensiasi. Pasar bereaksi hanya
SU
beratkan pada lima pilar model BAV Y&R. Namun,
R
Digunakan juga dua ukuran kinerja akuntansi
mereka juga melakukan analisis faktor pada pengukuran
ketika efek diferensiasi telah diwujudkan dalam kinerja
tambahan atas mind-set pelanggan pada merek dan
akuntansi.
menilai keberadaan dimensi-dimensi lain dari informasi
Beberapa
pendekatan
yang
berbeda
telah
diajukan untuk mengukur ekuitas merek perusahaan.
mengubah lima pilar dari model BAV.
Sebuah metode yang umum adalah pendekatan "tidak
M
inkremental atau keterlibatan dalam analisis dapat
langsung" ("analisis split laba") yang melibatkan
melakukan survei konsumen berskala besar tentang
menurunnya laba perusahaan yang disebabkan oleh
persepsi merek pada sejumlah merek dengan metrik
variabel merek daripada faktor lain. Ditunjukkan bahwa
yang berbeda. Survei BAV dan insentif moneter
pendekatan ini memerlukan aspek kunci dari nilai
dikirimkan kepada anggota panel konsumen yang
merek. Sebagian besar dampak merek pada nilai
berskala besar, yang seimbang dalam hal usia, jenis
perusahaan tidak tercermin dalam pengukuran kinerja
kelamin, dan wilayah. Rata-rata, 10.000 survei dikirim
dalam akuntansi.
IK
O
Sejak tahun 1993, inisiatif BAV Y&R telah
ST
keluar dalam setiap gelombang pengumpulan data AS,
dan
sekitar
66%
dari mereka
Ditunjukkan
pula
bahwa
aset
merek
yang diisi dan
mempengaruhi tidak hanya saat ini tetapi juga kinerja
dikembalikan. Sekitar 2400 merek yang termasuk dalam
keuangan masa depan perusahaan. Analisis yang
setiap gelombang pengumpulan data, dan mengevaluasi
didasarkan pada dekomposisi dari hasil pasar produk
setiap responden subset (sel) sekitar 120 merek dari
saat ini tidak akan menangkap efek ini. Dengan
berbagai sektor industri.
menggunakan pengukuran mind-set pelanggan dalam
Merek besar termasuk dalam beberapa sel dan,
hubungannya dengan pemodelan respon return saham,
dengan demikian, memiliki basis responden lebih tinggi
dapat dimahami implikasi jangka panjang keuangan
dari merek kecil. Sampai saat ini, Y&R telah
dari komponen aset merek secara lebih lengkap.Banyak
SNASTI 2012, LL - 43
RUJUKAN
dalam penelitian-penelitian di masa depan khususnya
Aaker, D.A. (1996) Building Strong Brands. Free Press,
New York.
Agres, S.J. and Dubitsky, T.M. (1996) Changing needs
for brands. Journal of Advertising Research 1, 21–
30.
Day, G. and Fahey, L. (1988) Valuing Marketing
Strategies. Journal of Marketing July, 45–57.
Doyle, P. (2001) Building value-based branding
strategies.Journal of Strategic Marketing 4, 255–
268.
Kapferer, J.-N. (1994) Strategic Brand Management:
New Approaches to Creating and Evaluating Brand
Equity. Free Press, New York.
Keller, K.L. (1999) Managing brands for the long run:
brand reinforcement and revitalization strategies.
California Management Review 3, 102–124.
Kerin, R.A. and Sethuraman, R. (1998) Exploring the
brand value — shareholder value nexus for
consumer goods companies.Journal of the
Academy of Marketing Science 4, 260–273.
Kriegbaum, C. (1998) Valuation of brands — a critical
comparison of different methods.Dresdner
Beitra¨gezurBetriebswirtschaftslehre, 1–26.
Lane, V. and Jacobson, R. (1995) Stock market
reactions to brand extension announcements: The
effects of brand attitude and familiarity.Journal of
Marketing January, 63–77.
Morgan, R. M., & Hunt, S. D. (1994). The
Commitment-Trust Theory of Relationship
Marketing. Journal of Marketing, 58, 20-38.
Murphy, J. (1989) Brand Valuation. Hutchinson,
London.
Nayyar, P.R. (1995) Stock market reactions to customer
service changes.Strategic Management Journal,
39–53.
Pahud de Mortanges, C. and Tourani Rad, A. (1998)
Marketing strategy and market value: an event
study analysis. European Management Journal 3,
365–372.
Rappaport, A. (1998) Creating Shareholder Value: A
Guide for Managers and Investors (2nd edn). The
Free Press, New York.
Sandikci, O. (2011). Researching Islamic Marketing:
Past and Future Perspective. Journal of Islamic
Marketing, 2(3), 246-258.
Shimp, T. A. (2003). Advertising, Promotion &
Suplemental Aspects of Integrated Marketing
Communications (Vol. 6th ed.). Ohio: South
Western-Thomson Learing.
Shimp, T. A. (2010). Integrated Marketing
Communication in Advertising and Promotion (Vol.
8th ed.). Ohio: South-Western Cengage Learning.
Young &Rubicam (2000) BAV Brand Asset Valuator
white
paper.http://www.yr.com/knowledge/YRBAVwhitepaper.pdf
Temporal, P. (2000). Branding in Asia. Singapore: John
Wiley & Sons.
Till, B. D., Baack, D., & Waterman, B. (2011).
Strategic Brand Association Maps: Developing
Brand Insight. Journal of Product & Brand
Management, 20(2), 92-100.
Sebagai contoh, meskipun tidak dapat ditolaknya
hipotesis
homogenitas,
perbedaan
industri-spesifik
dalam efek aset merek mungkin ada, dan hal itu akan
bermanfaat untuk mengeksplorasi sifat perbedaan ini.
Analisis hubungan dinamis antara atribut merek juga
dapat menjadi arah yang berguna untuk penelitian lebih
lanjut. Penggunaan mind-set pelanggan memungkinkan
adanya kajian dari masing-masing daerah dan terdapat
platform untuk memahami secara lebih baik kontribusi
aset merek dalam mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan.
Penilaian merek dengan atribut merek tidaklah
cukup. Rangkaian dari atribut merek pada prinsipprinsip
kinerja
keuangan
perlu
diamati
lebih
dalam.Pengamatan empiris pada implikasi finansial dari
pengukuran mindset pelanggan atas atribut merek
SU
merupakan fokus pada beberapa penelitian seperti yang
dilakukan oleh Mizik et al (2008), Madden et al (2006),
Gerzema et al (2009), Soehadi (2003), Retnawati (2003)
dan sebagainya.
Meskipun Young & Rubicam (2000) mengamati
M
lebih dari 50 aspek yang berbeda dari persepsi merek,
lima pilar merek telah muncul sebagai dimensi inti
untuk menilai kesehatan merek, dan meskipun masing-
O
masing dari lima pilar ini mengemukakan untuk
memainkan peran yang unik dalam siklus hidup merek,
IK
penilaian bersama pola lima pilar memungkinkan untuk
mendiagnosis kesehatan merek secara komprehensif.
Sebagaimana disebutkan bahwa model BAV
ST
memiliki lima pilar yaitu differentiation, relevance,
esteem,
knowledge
dan
energy.
Differentiation
merupakan kemampuan merek untuk membedakan diri
dari pesaingnya dan menjadi komponen sentral dari
seluruh
R
nilai merek bagi perusahaan.
AB
AY
A
masalah yang memerlukan perhatian yang lebih lanjut
konseptualiasi
aset
merek.
Pengukuran
differentiation terdiri atas proporsi responen yang
diindikasi menganggap sebuah merek unik dan khusus.
Di lain pihak, differentiation ini selain dapat membawa
dampak baik namun bisa jadi sebaliknya.
SNASTI 2012, LL - 44
ST
IK
O
M
SU
R
AB
AY
A
Ting, H. D., Lim, F. S., Patanmacia, T. S., Low, C. G.,
& Ker, G. C. (2011). Dependency on Smartphone
and the Impact on Purchase Behaviour. Young
Consumers: Insight and Ideas for Responsible
Marketers, 12(3), 193-203.
SNASTI 2012, LL - 45
AB
AY
A
R
SU
M
O
IK
ST
SNASTI 2012, LL - 46
PADA SHAREHOLDER VALUES
Achmad Yanu Alif Fianto1)
1) Program StudiDesain Komunikasi Visual, SekolahTinggi Manajemen Informatika &Teknik Komputer Surabaya
Email: ayanu@stikom.edu
AB
AY
A
Abstract: Study in this paper are used to assess which brand asset metrics provide additional information
content to accounting performance measures in explaining stock returns. Emphasis on the analysis of the five
"pillars" (ie, central brand attributes) that forms the basis for the Brand Asset Valuation Model updated by
Young & Rubicam (2000) which consists of: differentiation, relevance, esteem, knowledge, and energy. The
analysis shows that brands that have relevance and energy to provide additional information for accounting
measurement in explaining stock returns. However, esteem and knowledge are not, that is, their effects are
reflected in current accounting-measurement items included in the brand relevance and energy. Financial
markets do not look brand differentiation as a provider of incremental information, should have contributed to
the brand differentiation. Changes in differentiation are indicative of future performance of accounting, which in
turn affects stock returns. Conclusions This study, invariant to the use of alternative accounting performance
measures, risk adjustment, and the inclusion of additional brand attributes into the analysis.
Keywords: Brand Equity, Shareholder Values, Brand Asset Valuator, Brand Valuation, Stock Returns
persaingan pasar yang sangat ketat Sehingga diperlukan
tidak hanya bersaing dalam fungsi produk saja, namun
pengelolaan merek yang juga tidak dapat dianggap
juga mengarah pada pertarungan merek. Produk atau
sebagai sebuah pekerjaan yang sederhana mengingat
pesatnya perkembangan persaingan pasar menjadi
SU
jasa yang sukses selalu memiliki merek yang kuat atau
R
Dewasa ini dalam persaingan pasar, perusahaan
dominan dalam persaingan pasar. Beberapa perusahaan
tantangan besar bagi pengembangan dan penguatan
memang sudah sangat peka pada nilai suatu merek dan
sebuah merek.
menyadari
bahwa
merek
merupakan
Perkembangan tersebut bisa saja dilihat dari
identitas diri dari perusahaan dan dianggap sebagai
perubahan perilaku pelanggan, strategi-strategi pesaing
added value bagi produk-produknya.
dan
M
sepenuhnya
produk
substitusi,
perubahan
aturan-aturan
pemerintah dan aspek lain dari lingkungan pemasaran
bagi strategi pemasaran khususnya pengembangan
yang juga berdampak langsung pada kegiatan tata
produk. Para pemasar semakin menyadari bahwa
kelola sebuah merek produk.Selain kekuatan dari
pemberian
dalam
lingkungan eksternal, pengaruh internal juga tidak dapat
pemasaran. Merek memang tidak dapat dianggap
diabaikan dari banyaknya aktifitas dan perubahan
O
Pemberian merek telah menjadi masalah penting
bagian
terpenting
IK
merupakan
strategis yang dilakukan dalam internal perusahaan
ataupun simbol semata, namun lebih dari itu, merek
dalam upaya untuk beradaptasi dengan lingkungan
merupakan sebauh janji perusahaan untuk secara nyata
eksternal juga dapat berpengaruh pada permerekan.
ST
sebagai sekedar sebuah nama, istilah, tanda-tanda
dan konsisten memberikan added value tidak hanya
Menurut Keller (1999) pengelolaan merek
bagi perusahaan itu sendiri dalam bentuk profit namun
memerlukan perspektif strategis jangka panjang dan
juga bagi konsumennya dalam bentuk benefit.
dikelola secara aktif setiap waktu dengan aktifitas-
Merek-merek terbaik dapat memberi jaminan
kualitas bagi pelanggannya. Merek menjadi sebuah hal
aktifitas pengembangan dan penguatan merek atau
bahkan juga bisa dilakukan revitalisasi merek.
yang sangat strategis bagi sebuah perusahaan karena
Dalam
rangka
menjalankan
aktifitas
merek bisa menjadi sebuah aset yang sangat berharga
pengembangan dan penguatan merek serta revitalisasi
bagi perusahaan untuk masuk dan bertahan dalam
merek,
membawa
konsekuensi
logis
dalam
hal
SNASTI 2012, LL - 37
pengelolaan merek yang efektif akan memerlukan
makna merek dan jika dilakukan dengan sangat
strategi-strategi proaktif dan agresif dengan tujuan
konsisten,
untuk meningkatkan kekuatan merek atau paling tidak
merevitalisasi merek. Ekuitas merek diperkuat dengan
mempertahankan posisi merek yang sudah ada dengan
tindakan
mengelola brand equity dalam berbagai pengaruh baik
menyampaikan makna dari merek kepada konsumen.
dari tekanan dan perubahan yang terjadi pada
lingkungan eksternal maupun internal perusahaan.
serta
dapat
pemasaran
Pertimbangan
memperkuat
juga
dilakukan
yang
yang
merek
adalah
dengan
konsisten
paling
untuk
penting
konsistensi
dalam
dukungan
pemasaran yang diterima sebuah merek misalnya sifat
ini, pengelola atau manajer merek menghadapi pasar
dari dukungan. Revitalisasi merek membutuhkan baik
yang sangat tersegmentasi dengan channel pasar yang
bahwa sumber-sumber ekuitas merek yang hilang
dinamis, perubahan dan perkembangan dunia global
ditangkap kembali atau bahwa sumber ekuitas merek
serta perubahan lingkungan bisnis yang pada akhirnya
baru diidentifikasi dan dibangun kembali. Ada dua
secara fundamental telah menambah beban kerja
pendekatan
mereka. Sedangkan dalam paradigma lama, pengelola
dan/atau
merek
yang
meningkatkan tingkat brand recall dan pengakuan
sederhana dan hanya melibatkan sedikit improvisasi, hal
konsumen selama pembelian atau konsumsi; dan
ini dikarenakan mereka berada dalam lingkungan yang
meningkatkan kekuatan, keberuntungan dan keunikan
relatif sederhana dengan situasi persaingan yang tidak
dari asosiasi merek yang membentuk citra merek.
menghadapi
struktur
merek
terlalu ketat. Paradigma lama ini rasanya tidak mungkin
yaitu
memperluas
memperluas
kesadaran
kedalaman
merek
dengan
Ekuitas Merek
SU
digunakan dengan situasi dan realitas persaingan pasar
umum
R
hanya
AB
AY
A
Pada paradigma baru persaingan pasar dewasa
dewasa ini sehingga pengelola merek memerlukan
Tata kelola ekuitas merek perlu dilakukan
usaha yang lebih keras lagi untuk mempertahankan
dengan cermat mengingat para pelanggan biasanya
sekaligus memperkuat merek mereka.
terikat pada sebuah merek pada saat melakukan
pertimbangan atas pengambilan keputusan pembelian
pandangan jangka panjang dari keputusan pemasaran.
sebuah produk. Sehingga ekuitas merek menjadi titik
M
Manajemen merek yang efektif memerlukan
tumpu yang kritis bagi pemasar yang ingin bertahan
mengakui bahwa setiap perubahan dalam mendukung
dalam persaingan pasar yang sedemikian ketat. Aaker
program pemasaran untuk merek mungkin berbeda,
(1996) menyebutkan bahwa ekuitas merek merupakan
dengan
brand asset dan liability yang berhubungan dengan
O
Sebuah perspektif jangka panjang manajemen merek
mengubah
pengetahuan
konsumen,
Selain
itu,
pandangan
jangka
sebuah nama merek tertentu.
panjang
Hal tersebut berkaitan dengan tingkat pengakuan
memerlukan strategi proaktif yang dirancang untuk
sebuah merek, kualitas yang diyakini dari sebuah
mempertahankan dan meningkatkan ekuitas merek
merek, asosiasi merek serta hubungan emosional
berbasis pelanggan dari waktu ke waktu dalam
tertentu serta aset merek lainnya seperti hak paten,
menghadapi perubahan eksternal dalam lingkungan
merek dagang dan saluran distribusi. Ekuitas merek
pemasaran dan perubahan internal dalam tujuan
akan
pemasaran perusahaan..
pelanggan yang puas dan merasa rugi bila berganti
ST
depan.
IK
mempengaruhi keberhasilan program pemasaran masa
Mengelola ekuitas merek sangat memerlukan
upaya
yang
lebih
sekedar
berkaitan
dengan
seberapa
banyak
merek, menghargai merek itu dan tergantung pada
memperhatikan
merek itu, serta pelanggan merasa terikat pada merek
perspektif jangka panjang. Ekuitas merek harus dikelola
itu. Keuntungan kompetitif yang dapat diperoleh dari
secara aktif dari waktu ke waktu dengan memperkuat
tingginya ekuitas merek menurut Kottler (2000) adalah:
SNASTI 2012, LL - 38
dari
sangat
2.
3.
Merek dapat memberikan pertahanan terhadap
image. Sehingga perspektf ekuitas merek merupakan
persaingan harga yang kompetitif
hal yang penting ketika membuat keputusan pemasaran
Lebih mudah meluncurkan perluasan merek karena
untuk mempertimbangkan perubahan tersebut terkait
kredibilitas
dengan pengaruhnya pada strategi pemasaran.
Mampu menetapkan harga yang lebih tinggi karena
reputasi
4.
5.
Kinerja Ekuitas Merek
Posisi yang lebih kuat dalam negoisasi dengan
Terkait dengan keputusan-keputusan program
distributor dan pengecer karena mereka sangat
dan strategi pemasaran yang secara strategis harus
menginginkan merek tersebut
dilaksanakan
Biaya pemasaran yang relatif lebih kecil karena
manajer pemasaran dewasa ini berada dalam tekanan
adanya tingkat kesadaran dan kesetiaan merek
yang besar kaitannya dengan pembiayaan pemasaran.
konsumen yang tinggi
Praktisi pemasaran biasanya secara intuitif mengetahui
AB
AY
A
1.
dan
direncanakan
dengan
seksama,
nilai dari brand yang dikelola. Namun bila nilai tersebut
tertentu dari sebuah merek sebagai bentuk respon dari
ditampilkan besarannya dalam dimensi keuangan,
aktifitas
yang
biasanya pemasar kesulitan untuk melakukannya.
memungkinkan terjadinya hubungan sebuah merek
Soehadi (2003) menggaris bawahi terdapat tiga
dengan pelanggan. Hubungan yang baik ini akan
pertanyaan mendasar terkait dengan kinerja keuangan
mempengaruhi tanggapan mereka secara positif pada
atas sebuah merek yaitu sebagai berikut:
pemasaran.
Ekuitas
merek
suatu produk, harga atau periklanan.
1.
How much investment to a brand?
2.
How much profit from a brand?
SU
Pemahaman akan merek tersebut dapat dilihat
R
Pelanggan juga dapat memiliki pemahaman
dari dua dimensi yaitu brand awareness dan brand
image. Brand awareness merupakan pengenalan merek
3.
How much time a profit can be taken from a
brand?
Permasalahan tentang kuantifikasi hasil imbal
untuk mengingat dan mengenali kembali sebuah merek
balik dari aktifitas pemasaran dalam unsur-unsur
dalam kategori tertentu. Sementara brand image
keuangan merupakan salah satu dari tantangan terbesar
M
oleh pelanggan yang diukur dari kemampuan mereka
yang harus dihadapi oleh para praktisi pemasaran
ayng dibangun oleh pengalaman mereka pada merek
dewasa ini. Rust et al(2004) menyebutkan bahwa
yang pada akhirnya membentuk suatu asosiasi-asosiasi
kebanyakan pemasar tidak bersifat akuntabel dalam
merek tertentu.
menggambarkan
O
merupakan persepsi konsumen terhadap sebuah merek
IK
Ekuitas merek yang tinggi dapat tercapai apabila
bagaimana
pemasaran
dapat
meningkatkan nilai pemegang saham sebagai pemilik
pelanggan menyadari keberadaan sebuah merek dan
perusahaan dan bahwa kekurangan dalam akuntabilitas
pelanggan memiliki asosiasi yang kuat bagi sebuah
ini dapat menjatuhkan kredibilitas pemasar.
Sementara itu, ukuran-ukuran akuntansi tidak
dan menyadari keunikan yang dimiliki oleh merek
cukup untuk dapat secara seksama menggambarkan
tersebut. Konsep ekuitas merek berdampak langsung
nilai perusahaan (firm value). Menurut Srivastava et al
pada pola tata kelola merek dalam jangka panjang yang
(1998) perusahaan seringkali memiliki intangible asset
berimplikasi pada strategi pemasaran.
atau menjalankan strategi-strategi yang manfaatnya
ST
merek dan menganggap merek tersebut menguntungkan
Aktifitas perusahaan dalam program pemasaran
secara
potensial
dapat
mengubah
tidak secara akurat digambarkan dalam penilaian
pemahaman
akuntansi dari aset perusahaan atau dalam pengukuran
pelanggan dalam persepsi mereka pada merek tertentu
kinerja keuangan sesuai dengan standar akuntasi.
baik dari sisi brand awareness ataupun dari sisi brand
Misalnya aset pemasaran seperti brand-attribut dan
SNASTI 2012, LL - 39
strategi brand-building memiliki manfaat yang tidak
dan Gerzema et al (2009) yang menggunakan beberapa
secara eksplisit ditunjukkan dalam kinerja keuangan
dimensi untuk menilai sebuah merek. Mizik et al (2008)
pada periode tertentu.
menekankan pada lima pilar yang membentuk model
Merek
biasanya
dinilai
berdasarkan
pada
penilaian aset merek yang dikembangkan oleh Young &
pengukuran mindset pelanggan seperti awareness dan
Rubicam (2000) sebagaimana yang digunakan oleh
perilaku pelanggan. Namun bagaimanapun juga, banyak
Fudge (2005) serta berbagai peneliti lainnya.
ahli misalnya saja Ailawadi et al (2003) mengindikasi
adanya
keterbatasan
dalam
pengukuran
Banyak sekali model penilaian aset merek yang
dikembangkan dari berbagai penelitian merek namun
pelanggan karena tidak dapat memenuhi tujuan
menurut Mizik (2008) model yang dikembangkan oleh
penilaian keuangan mengingat mindset tidak dapat
Young & Rubicam (2000) untuk menilai aset merek
diterjemahkan dalam nilai keuangan.
yang disebut sebagai Brand Asset Valuator (BAV)
AB
AY
A
mindset
Penilaian merek dengan atribut merek tidaklah
merupakan salah satu pendekatan yang paling visible.
cukup. Rangkaian dari atribut merek pada prinsip-
Pendapat Mizik et al (2008) tersebut didukung oleh
prinsip
lebih
pendapat Aaker (1996) dan Keller (1998) yang menilai
dalam.Pengamatan empiris pada implikasi finansial dari
konsep BAV sebagai metode penilaian merek yang
pengukuran mindset pelanggan atas atribut merek
paling relevan dalam menghasilkan pengukuran nilai
merupakan fokus pada beberapa penelitian seperti yang
aset merek.
kinerja
keuangan
perlu
diamati
BAV terdiri dari lima komponen yang disebut
Gerzema et al (2009), Soehadi (2003), Retnawati (2003)
BAV Pillars yaitu differentiation, relevance, esteem
dan sebagainya.
dan knowledge, yang merupakan pondasi utama model
SU
R
dilakukan oleh Mizik et al (2008), Madden et al (2006),
awal dari BAV. Selanjutnya Young & Rubicam (2000)
merek yang dapat menyediakan informasi inkremental
menambahkan pilar energy untuk menambahkan empat
pada pengukuran akuntansi dalam penjelasan mengenai
pondasi awal dari BAV. Mizik et al (2008) berpendapat
stock return seperti atribut merek yang mada yang
bahwa relevance dan energy menyediakan informasi
meningkatkan kekuatan eksplanatori tambahan pada
tambahan
M
Pengamatan tersebut dikhususkan pada atribut
variabel akuntansi dalam stock return.
merek yang memiliki konten informasi tambahan
tambahan.
O
knowledge
(terpisah dari efek yang berasal dari dampak mereka
akuntansi
periode
tertentu)
akuntansi
dalam
tidak
mampu
menyediakan
informasi
Pasar keuangan tidak melihat differentiation
karena
mampu menyediakan informasi tambahan namun Mizik
permerekan sangat rentan terhadap berkurangnya
et al (2000) berpendapat bahwa differentiation dapat
investasi. Mengingat efek merek tidak sepenuhnya
berkontribusi untuk hal tersebut. Dalam prakteknya,
tercermin dalam pengukuran arus akuntansi, manajer
perubahan dalam differentiation merupakan indikasi
mungkin memiliki kecenderungan untuk mengabaikan
dari kinerja keuangan atas branding di masa yang akan
pentingnya merek,
datang, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi stock
ST
IK
hasil
pengukuran
menjelaskan stock return. Sementara esteem dan
Dirasa penting untuk mengidentifikasi atribut
pada
pada
yang justru
akan
merugikan
kesuksesan jangka panjang dari operasi bisnis yang
dijalankan.
return.
Mizik
(2000)
anomali
pasar
dapat
mengkonfirmasi bahwa perusahaan dengan peningkatan
(penurunan)
Brand Valuation
diferensiasi
yang
berbanding
positif
yang
(negatif) dengan return saham abnormal pada periode
dilakukan oleh Mizik et al (2008), Madden et al (2006)
berikutnya.Model BAV tersebut dikonstruk berdasarkan
Terdapat
banyak
SNASTI 2012, LL - 40
penelitian
seperti
pada
pemikiran
yang
berprinsip
bahwa
merek
Merek
yang
berusaha
mempertahankan
merupakan konstruk multidimensional yang dapat
eksistensinya di pasar, orang harus dapat menyadari hal
dinilai melalui pengukuran persepsi pelanggan.
itu. Dengan demikian, pada tingkat yang paling dasar,
Meskipun Young & Rubicam (2000) mengamati
knowledge meliputi kesadaran merek dan sejauh mana
lebih dari 50 aspek yang berbeda dari persepsi merek,
pelanggan mengingat dan mengenali merek. Young &
lima pilar merek telah muncul sebagai dimensi inti
Rubicam
untuk menilai kesehatan merek, dan meskipun masing-
menunjukkan dengan skala tujuh poin keakraban
masing dari lima pilar ini mengemukakan untuk
mereka dengan merek, yang menjelaskan untuk
memainkan peran yang unik dalam siklus hidup merek,
memasukkan kesadaran merek secara keseluruhan dan
penilaian bersama pola lima pilar memungkinkan untuk
pemahaman tentang apa jenis produk atau jasa merek
mendiagnosis kesehatan merek secara komprehensif.
mewakili.
memiliki lima pilar yaitu differentiation, relevance,
esteem,
knowledge
dan
energy.
meminta
responden
untuk
AB
AY
A
Sebagaimana disebutkan bahwa model BAV
(2000)
Informasi Keuangan dalam Dimensi Merek
Differentiation
Walaupun dimensi atribut merek ini memiliki
merupakan kemampuan merek untuk membedakan diri
manfaat konseptual, analisis sistematis menunjukkan
dari pesaingnya dan menjadi komponen sentral dari
hubungan (atau, mungkin, ketiadaan) antara pilar merek
seluruh
dan
aset
merek.
Pengukuran
differentiation terdiri atas proporsi responen yang
diindikasi menganggap sebuah merek unik dan khusus.
keuangan
yang
diperlukan
untuk
mendukung nilai merek. Young & Rubicam (2000)
memberikan Mizik et al (2008) akses ke data untuk
penilaian implikasi keuangan dari lima pilar BAV.
SU
Di lain pihak, differentiation ini selain dapat membawa
kinerja
R
konseptualiasi
dampak baik namun bisa jadi sebaliknya.
Salah satu aspek dari penilaian return saham yang
Differentiation juga tidak akan berguna bila
terlibat pemodelan responuntuk menilai, jika ada, dari Y
tidak memiliki tingkat relevansi dari produk yang
& R pilar memberikan informasiuntuk variabel
diwakili sebuah merek, oleh karena itu pilar BAV yang
akuntansi dalam menjelaskan kinerja pasar saham.
M
kedua adalah relevance. Young & Rubicam meminta
Pemodelan
stock
menilai
return
apakah
informasi yang terkandung dalam pengukuran dikaitkan
merek pada skala tujuh poin, mulai dari "sama sekali
dengan
tidak relevan" (1) hingga "sangat relevan" (7), dan
ekspektasi pasar arus kas di masa depan). Kerangka
menggunakan skor rata-rata populasi sebagai ukuran
untuk menetapkan isi pengukuran informasi berasal dari
relevansi.
studi Ball dan Brown (1968), yang memicu aliran
IK
O
responden untuk membuat peringkat relevansi suatu
Esteem
mencerminkan tingkat respek, rasa
return
saham
(yaitu,
perubahan
penelitian yang lebih luas dalam akuntansi untuk
hormat, dan anggapan konsumen untuk merek tertentu.
meneliti
Komponen-komponen ini adalah (1) proporsi responden
(misalnya, laba) dengan pasar modal.
ST
dalam
hubungan
antara
informasi
keuangan
yang mengindikasikan bahwa mereka percaya sebuah
Dewasa ini, kerangka pengukuran nilai merek
merek memiliki kualitas tinggi, (2) proporsi responden
telah diperpanjang untuk menilai ukuran nonfinansial
yang mengindikasikan bahwa mereka percaya sebuah
dari isi informasi. Studi ini menilai "isi informasi
merek merupakan leader, (3) proporsi responden yang
tambahan" atau "relevansi nilai" dari langkah-langkah
menunjukkan bahwa mereka percaya bahwa merek itu
non finansial (yaitu, sejauh mana dapat memberikan
dapat diandalkan, dan (4) rating (pada skala tujuh poin)
kekuatan penjelas yang ditambahkan ke informasi
yang menunjukkan preferensi pribadi responden untuk
akuntansi standar dalam menjelaskan pergerakan harga
suatu merek.
saham).
SNASTI 2012, LL - 41
Perkembangan ini didorong oleh pendapat yang
dengan jumlah
saham beredar.
Jika perusahaan
memperoleh $ 2 juta dalam satu tahun, sementara
perusahaan tidak hanya berdasarkan arus informasi
memiliki 2 juta lembar saham beredar, EPS nya akan $
akuntansi
mencerminkan
1 per saham. Wellknown, merek yang sukses sering
sepenuhnya keadaan aktiva tidak berwujud dan peluang
dijual dengan harga premium dengan sesuai margin
pertumbuhan baru), tetapi juga informasi lain yang
keuntungan yang tinggi. Margin keuntungan yang lebih
relevan untuk mencerminkan kinerja masa depan.
tinggi dapat mengakibatkan EPS yang lebih tinggi.
Nilai Pemegang Saham
Model Respon Stock Return dan Analisis Event
jangka
(yang
tidak
Salah satu tujuan dari pemasaran adalah untuk
Study
AB
AY
A
menyatakan bahwa peserta pasar saham menilai
Metodologi yang digunakan bergantung pada
memberikan nilai pemegang saham (Srivastava et al.,
dasar-dasar teoritis yang sama sebagai metode event
1999). Ekuitas merek mempengaruhi pertumbuhan
study, tetapi berbeda pada dua aspek penting. Kedua
penjualan serta margin laba operasi dan merupakan
pendekatan dibangun atas dasar hipotesis pasar yang
salah satu faktor yang menciptakan nilai (Rappaport,
efisien, dan keduanya menilai reaksi return saham ke
1998). Salah satu metode untuk menentukan nilai
peristiwa yang tak terduga. Hipotesis pasar efisien
pemegang saham adalah dengan mengukur rasio nilai
mengemukakan bahwa penilaian perusahaan adalah
pasar terhadap nilai buku (Day dan Fahey, 1988).
sebuah harapan bias dari jumlah arus kas masa depan
Sebuah
perusahaan
menciptakan
kekayaan
yang didiskontokan, mengingat saat ini ditetapkan
informasi yang tersedia untuk investor.
SU
pemegang saham dengan memastikan bahwa nilai pasar
R
menciptakan dan mengelola aset berbasis pasar untuk
dibenarkan dari modal ekuitas yang diinvestasikan
Tanpa hipotesis pasar
yang efisien, baik
metodologi penelitian menilai dampak informasi baru
melebihi nilai buku (Varaiya et al., 1987). Menurut
pada ekspektasi investor dari diskon arus kas masa
Mortanges et al (2003) perusahaan menciptakan nilai
depan. Berdasarkan hipotesis pasar yang efisien, efek
ketika rasio nilai pasar terhadap nilainya lebih besar
ini juga merupakan estimasi tidak bias dari diskonto
M
dalam perusahaan dengan pemegang saham yang
dari 1,0, mengurangi nilai ketika rasio nilai pasar
kurang dari 1,0, dan bertahan jika rasio nilai pasar
terhadap nilai buku adalah 1,0.
aktual atas arus kas masa depan.
Perbedaan mendasar pertama antara event
O
studies dan pendekatan yang dilakukan oleh Mizik et al
(2008) adalah bahwa event study menilai reaksi pasar
saham adalah Total Shareholder Return (TSR). Investor
saham terhadap peristiwa tertentu yang terdefinisi
sering menganggap TSR sebagai ukuran yang paling
dengan baik, peristiwa yang tidak diantisipasi secara
penting untuk melihat kinerja perusahaan. Total
diskrit (atau rilis berita) yang terjadi pada tanggal yang
Shareholder Return = Dividen + Harga Saham
diketahui.
ST
IK
Metode lain untuk mengukur nilai pemegang
Apresiasi. Apa yang mendorong adanya dividen dan
apresiasi
harga
saham
kas.
menilai reaksi pasar modal untuk suatu proses yang
Kemampuan perusahaan untuk menaikkan harga saham
berkesinambungan dari waktu ke waktu tapi tidak
tergantung pada kemampuannya untuk secara konsisten
secara diskrit (ata lebih tepatnya, untuk bagian "tak
menghasilkan surplus kas di masa depan (Rappaport,
terduga" dari proses yang berkesinambungan). Event
1998). Ukuran ketiga yang dapat digunakan sebagai
studies biasanya hanya mempertimbangkan jangka
indikator untuk nilai pemegang saham adalah Laba per
waktu singkat di sekitar peristiwa (misalnya, hari),
Saham (EPS). EPS adalah laba perusahaan dibagi
sedangkan metode pemodelan respon return saham
SNASTI 2012, LL - 42
adalah
kelebihan
Sebaliknya, pemodelan respon return saham
memungkinkan untuk mengkaji proses yang berevolusi
menginvestasikan
selama jangka waktu yang lebih panjang (yaitu, bulan
mendukung inisiatif BAV.
lebih
dari
$
100
juta
untuk
atau tahun). Sebagai contoh, perubahan dalam persepsi
merek tidak dapat diisolasi dengan peristiwa yang
SIMPULAN
diskrit, melainkan bisa jadi berevolusi selama periode
yang panjang.
Penelitian ini mengkaji kembali isi informasi
dari dimensi merek dalam model Y&R BAV yang
diperbarui.
Data dan Pengukuran
Ditemukan
bahwa
return
saham
AB
AY
A
berhubungan tidak hanya dengan ukuran kinerja
Mizik et al (2008) menggabungkan data dari
akuntansi tetapi juga dengan relevansi merek dan energi
empat sumber yang berbeda untuk mengkompilasi
yang dirasakan. Artinya, informasi yang terkandung
rangkaian data yang digunakan dalam analisis mereka.
dalam merek terkait dengan informasi bahwa pasar
Database saham Pusat Penelitian Harga Sekuritas The
keuangan
University of Chicago (CRSP) memberikan informasi
harapan pada arus kas masa depan.
kembali. Basis data Thomson Financial I/B/E/S
menggunakannya
untuk
memperbarui
Informasi yang tercermin dalam harga dan
dijadikan sebagai sumber data laba per saham (EPS)
pengetahuan tidak memiliki konten informasi tambahan
yang digunakan dalam analisis sensitivitas.
untuk perhitungan akuntansi serta relevansi dan energi
dalam menjelaskan return saham. Khususnya, dikaji
yaitu Return On Asset (ROA) dan penjualan. Untuk
pula bukti sugestif bahwa pasar keuangan tidak
tahapan-tahapan aset merek, Mizik et al (2008) menitik
memasukkan informasi tentang prospek bisnis yang
terkandung dalam diferensiasi. Pasar bereaksi hanya
SU
beratkan pada lima pilar model BAV Y&R. Namun,
R
Digunakan juga dua ukuran kinerja akuntansi
mereka juga melakukan analisis faktor pada pengukuran
ketika efek diferensiasi telah diwujudkan dalam kinerja
tambahan atas mind-set pelanggan pada merek dan
akuntansi.
menilai keberadaan dimensi-dimensi lain dari informasi
Beberapa
pendekatan
yang
berbeda
telah
diajukan untuk mengukur ekuitas merek perusahaan.
mengubah lima pilar dari model BAV.
Sebuah metode yang umum adalah pendekatan "tidak
M
inkremental atau keterlibatan dalam analisis dapat
langsung" ("analisis split laba") yang melibatkan
melakukan survei konsumen berskala besar tentang
menurunnya laba perusahaan yang disebabkan oleh
persepsi merek pada sejumlah merek dengan metrik
variabel merek daripada faktor lain. Ditunjukkan bahwa
yang berbeda. Survei BAV dan insentif moneter
pendekatan ini memerlukan aspek kunci dari nilai
dikirimkan kepada anggota panel konsumen yang
merek. Sebagian besar dampak merek pada nilai
berskala besar, yang seimbang dalam hal usia, jenis
perusahaan tidak tercermin dalam pengukuran kinerja
kelamin, dan wilayah. Rata-rata, 10.000 survei dikirim
dalam akuntansi.
IK
O
Sejak tahun 1993, inisiatif BAV Y&R telah
ST
keluar dalam setiap gelombang pengumpulan data AS,
dan
sekitar
66%
dari mereka
Ditunjukkan
pula
bahwa
aset
merek
yang diisi dan
mempengaruhi tidak hanya saat ini tetapi juga kinerja
dikembalikan. Sekitar 2400 merek yang termasuk dalam
keuangan masa depan perusahaan. Analisis yang
setiap gelombang pengumpulan data, dan mengevaluasi
didasarkan pada dekomposisi dari hasil pasar produk
setiap responden subset (sel) sekitar 120 merek dari
saat ini tidak akan menangkap efek ini. Dengan
berbagai sektor industri.
menggunakan pengukuran mind-set pelanggan dalam
Merek besar termasuk dalam beberapa sel dan,
hubungannya dengan pemodelan respon return saham,
dengan demikian, memiliki basis responden lebih tinggi
dapat dimahami implikasi jangka panjang keuangan
dari merek kecil. Sampai saat ini, Y&R telah
dari komponen aset merek secara lebih lengkap.Banyak
SNASTI 2012, LL - 43
RUJUKAN
dalam penelitian-penelitian di masa depan khususnya
Aaker, D.A. (1996) Building Strong Brands. Free Press,
New York.
Agres, S.J. and Dubitsky, T.M. (1996) Changing needs
for brands. Journal of Advertising Research 1, 21–
30.
Day, G. and Fahey, L. (1988) Valuing Marketing
Strategies. Journal of Marketing July, 45–57.
Doyle, P. (2001) Building value-based branding
strategies.Journal of Strategic Marketing 4, 255–
268.
Kapferer, J.-N. (1994) Strategic Brand Management:
New Approaches to Creating and Evaluating Brand
Equity. Free Press, New York.
Keller, K.L. (1999) Managing brands for the long run:
brand reinforcement and revitalization strategies.
California Management Review 3, 102–124.
Kerin, R.A. and Sethuraman, R. (1998) Exploring the
brand value — shareholder value nexus for
consumer goods companies.Journal of the
Academy of Marketing Science 4, 260–273.
Kriegbaum, C. (1998) Valuation of brands — a critical
comparison of different methods.Dresdner
Beitra¨gezurBetriebswirtschaftslehre, 1–26.
Lane, V. and Jacobson, R. (1995) Stock market
reactions to brand extension announcements: The
effects of brand attitude and familiarity.Journal of
Marketing January, 63–77.
Morgan, R. M., & Hunt, S. D. (1994). The
Commitment-Trust Theory of Relationship
Marketing. Journal of Marketing, 58, 20-38.
Murphy, J. (1989) Brand Valuation. Hutchinson,
London.
Nayyar, P.R. (1995) Stock market reactions to customer
service changes.Strategic Management Journal,
39–53.
Pahud de Mortanges, C. and Tourani Rad, A. (1998)
Marketing strategy and market value: an event
study analysis. European Management Journal 3,
365–372.
Rappaport, A. (1998) Creating Shareholder Value: A
Guide for Managers and Investors (2nd edn). The
Free Press, New York.
Sandikci, O. (2011). Researching Islamic Marketing:
Past and Future Perspective. Journal of Islamic
Marketing, 2(3), 246-258.
Shimp, T. A. (2003). Advertising, Promotion &
Suplemental Aspects of Integrated Marketing
Communications (Vol. 6th ed.). Ohio: South
Western-Thomson Learing.
Shimp, T. A. (2010). Integrated Marketing
Communication in Advertising and Promotion (Vol.
8th ed.). Ohio: South-Western Cengage Learning.
Young &Rubicam (2000) BAV Brand Asset Valuator
white
paper.http://www.yr.com/knowledge/YRBAVwhitepaper.pdf
Temporal, P. (2000). Branding in Asia. Singapore: John
Wiley & Sons.
Till, B. D., Baack, D., & Waterman, B. (2011).
Strategic Brand Association Maps: Developing
Brand Insight. Journal of Product & Brand
Management, 20(2), 92-100.
Sebagai contoh, meskipun tidak dapat ditolaknya
hipotesis
homogenitas,
perbedaan
industri-spesifik
dalam efek aset merek mungkin ada, dan hal itu akan
bermanfaat untuk mengeksplorasi sifat perbedaan ini.
Analisis hubungan dinamis antara atribut merek juga
dapat menjadi arah yang berguna untuk penelitian lebih
lanjut. Penggunaan mind-set pelanggan memungkinkan
adanya kajian dari masing-masing daerah dan terdapat
platform untuk memahami secara lebih baik kontribusi
aset merek dalam mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan.
Penilaian merek dengan atribut merek tidaklah
cukup. Rangkaian dari atribut merek pada prinsipprinsip
kinerja
keuangan
perlu
diamati
lebih
dalam.Pengamatan empiris pada implikasi finansial dari
pengukuran mindset pelanggan atas atribut merek
SU
merupakan fokus pada beberapa penelitian seperti yang
dilakukan oleh Mizik et al (2008), Madden et al (2006),
Gerzema et al (2009), Soehadi (2003), Retnawati (2003)
dan sebagainya.
Meskipun Young & Rubicam (2000) mengamati
M
lebih dari 50 aspek yang berbeda dari persepsi merek,
lima pilar merek telah muncul sebagai dimensi inti
untuk menilai kesehatan merek, dan meskipun masing-
O
masing dari lima pilar ini mengemukakan untuk
memainkan peran yang unik dalam siklus hidup merek,
IK
penilaian bersama pola lima pilar memungkinkan untuk
mendiagnosis kesehatan merek secara komprehensif.
Sebagaimana disebutkan bahwa model BAV
ST
memiliki lima pilar yaitu differentiation, relevance,
esteem,
knowledge
dan
energy.
Differentiation
merupakan kemampuan merek untuk membedakan diri
dari pesaingnya dan menjadi komponen sentral dari
seluruh
R
nilai merek bagi perusahaan.
AB
AY
A
masalah yang memerlukan perhatian yang lebih lanjut
konseptualiasi
aset
merek.
Pengukuran
differentiation terdiri atas proporsi responen yang
diindikasi menganggap sebuah merek unik dan khusus.
Di lain pihak, differentiation ini selain dapat membawa
dampak baik namun bisa jadi sebaliknya.
SNASTI 2012, LL - 44
ST
IK
O
M
SU
R
AB
AY
A
Ting, H. D., Lim, F. S., Patanmacia, T. S., Low, C. G.,
& Ker, G. C. (2011). Dependency on Smartphone
and the Impact on Purchase Behaviour. Young
Consumers: Insight and Ideas for Responsible
Marketers, 12(3), 193-203.
SNASTI 2012, LL - 45
AB
AY
A
R
SU
M
O
IK
ST
SNASTI 2012, LL - 46