MODEL PEMBENTUKAN KESADARAN KOLEKTIF TERHADAP MANAJEMEN LINGKUNGAN PENGUSAHA KECIL TAHU – TEMPE DI SOLO

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kedelai adalah salah satu komoditi pangan utama. Kedelai merupakan bahan pangan
sumber protein nabati utama bagi rakyat (Rahmiana, 2002). Kebutuhan kedelai terus
meningkat. Kebutuhan terhadap kedelai saat ini telah menjadi sesuatu yang sangat
penting dalam proses produksi dan konsumsi masyarakat sehingga berakibat pada
kondisi kebutuhan impor komoditi kedelai (Rozi, dkk, 2006). Di satu sisi, fluktuasi
demand – supply berdampak pada fluktasi harga dan kondisi ini berdampak negatif
terhadap semua pihak, termasuk industri kecil – rumah tangga terutama pengrajin
tahu - tempe yang jumlahnya tak sedikit (Krisdiana dan Heriyanto, 2000). Bahkan,
fluktuasi ini juga berdampak tidak hanya di Indonesia tapi juga di semua negara.
Oleh karena itu, tuntutan dan komitmen terhadap percepatan swasembada menjadi
penting, terutama dikaitkan juga dengan kian meningkatnya permintaan terhadap
susu kedelai dalam dua tahun terakhir.
Pada semester awal tahun 2008 terjadi lonjakan harga kedelai yang sangat drastis
sehingga berpengaruh terhadap proses produksi kelompok pengrajin tahu – tempe
secara nasional. Hal ini juga menimpa Jawa Tengah. Bahkan diberitakan akibat
tingginya harga kedelai, ada sebanyak 1.766 unit usaha berbahan baku kedelai di
Jawa Tengah gulung tikar. Akibatnya, ada sekitar 19.981 tenaga kerja kehilangan

pekerjaan (Joglosemar, 31 januari 2008).
Dinas perindustrian Provinsi Jawa Tengah mencatat, jumlah industri tempe di Jawa
Tengah sampai 30 Januari 2008 ada 17.144 unit usaha, tetapi akibat melambungnya
harga kedelai, ada sekitar 1.371 industri tempe atau sekitar 8 persen tutup. Padahal,
industri tempe mampu menyerap tenaga kerja 47.203 orang. Menurut Kepala Dinas
Perindustrian Provinsi Jawa Tengah, ironisnya bahwa sejak harga kedelai naik telah
terjadi pengurangan tenaga kerja sebanyak 16.049 orang atau sekitar 34%. Selain
itu, yang masih bertahan juga terpaksa menurunkan kapasitas produksi. Total dari
kapasitas produksi tempe di Jawa Tengah 48.000 ton dengan nilai Rp 153 juta,
setelah terjadi kenaikan harga kedelai berkepanjangan, terjadi penurunan produksi
47% atau sekitar 22.560 ton.
Kondisi tak jauh berbeda terjadi pada industri tahu. Dari 5.633 unit usaha tahu di
Jawa Tengah, ada sekitar 7% atau 394 industri tahu gulung tikar karena tidak bisa
bertahan dari akibat lonjakan harga kedelai yang terus merangkak naik. Sebagai
konfirmasi, industri tahu berhasil menyerap 17.873 orang. Setelah industri tahu
gulung tikar, sebanyak 3.932 orang (22%) kehilangan mata pencaharian. Industri
tahu ini, juga melakukan penurunan produksi sekitar 34% dari kapasitas produksi
73.033,36 ton. Padahal nilai produksi tahu Rp 212.051.868.000,00. Menghadapi
terjadinya lonjakan harga kedelai ini, Dinas Perindustrian Provinsi Jawa Tengah
terus melakukan kajian atas beberapa bahan alternatif untuk pembuatan tempe,

misal dengan menggunakan singkong sebagai bahan campuran pembuatan tempe

1

dengan perbandingan 70% untuk kedelai dan 30% dengan singkong. Selain itu,
bahan substitusi lainnya antara lain kacang tolo, koro dan benguk (ibid, 208).
Dari gambaran diatas bahwa kedelai adalah salah satu bahan pangan dan sumber
gizi. Keterampilan mengolah kedelai menghasilkan aneka ragam makanan dan hasil
olahan digemari dan diakui sebagai makanan tradisional yang bernilai gizi tinggi
(Hermana 1985). Menurut Winarno (1985) bahwa kedelai merupakan sumber bahan
pangan masa depan yang penting, karena memiliki daya guna yang luas, bergizi
tinggi, dan menghasilkan zat-zat antioksidan. Di sisi lain, Krisdiana dan Heriyanto
(2000) menegaskan bahwa preferensi penggunaan kedelai untuk berbagai industri
pangan olahan relatif berbeda. Industri tahu menginginkan kedelai berukuran sedang
hingga besar, berkadar pati tinggi, berwarna kuning, dan berkulit tipis. Industri susu
kedelai membutuhkan kedelai berukuran kecil hingga besar, kadar pati tinggi, dan
diharapkan baru dipanen. Oleh karena itu, industrialisasi berbasis kedelai menjadi
salah satu aspek yang banyak dijumpai di Indonesia.
Industrialisasi tidak bisa terlepas dari tuntutan pengelolaan limbah. Oleh karena itu,
beralasan jika Amurwaraharja (2003) menegaskan bahwa peningkatan volume dan

keragaman limbah pada dasarnya adalah beban masyarakat karena berbagai dampak
negatif yang mungkin timbul akibat keberadaan limbah yang tidak dikelola dan hal
ini akhirnya akan dirasakan oleh masyarakat. Oleh karena itu, permasalahan limbah
harus dikelola oleh semua pihak, baik masyarakat dan pemerintah selaku pemegang
otoritas pemerintahan. Salvato (1982) menegaskan beberapa aspek yang termasuk
kegiatan pengelolaan limbah yaitu: pewadahan (storage), pengumpulan (collection),
pemindahan (transfer), pengangkutan (transport), pengolahan (processing) dan juga
pembuangan akhir (disposal).
Sinergi antara industrialiasasi yang ramah lingkungan dan manajemen pengelolaan
limbah yang terpadu – sistematis saat ini menjadi sesuatu yang sangat penting sebab
sinergi ini akan memberikan manfaat secara makro, yaitu tidak hanya kelangsungan
dari industrialisasi itu sendiri, termasuk skala industri rumah tangga dan usaha yang
dilakukan secara mikro, tapi juga terjaganya lingkungan dari ancaman polusi. Oleh
karena itu, beralasan jika Damayanti, et.al., (2004) menegaskan tentang pentingnya
membangun industrialisasi yang berwasasan lingkungan, terutama dengan mengacu
pada proses kegiatan penilaian terhadap resiko lingkungan akibat dari kegiatan atau
hasil buangan industri untuk mendapatkan resiko terkecil. Upaya untuk membangun
sinergi industrialisasi yang ramah lingkungan tidak hanya diprioritaskan di daerah
perkotaan yang padat penduduk, tetapi juga di perdesaan. Selain itu, konsumen juga
perlu ditumbuhkembangkan terhadap minat konsumsi produk yang ramah terhadap

lingkungan yang kemudian ini dikenal dengan pro-environmental product (PickettBaker dan Ozaki (2008).
Problem limbah di kota bukanlah masalah baru karena sudah merupakan bagian dari
konsekuensi, baik konsekuensi dari pertumbuhan dan perkembangan perkotaan, juga
konsekuensi dari banyaknya rumah tangga di perkotaan yang melakukan berbagai
aktivitas industri berskala rumah tangga yang menghasilkan berbagai bentuk limbah.
Setiap individu di kota menghasilkan limbah rata-rata 0,50-0,65 kg per orang per
hari dengan kepadatan 200 kg/m3 (Purwasasmita, 2005). Pengelolaan limbah sangat
terkait dengan aspek kesehatan masyarakat. Pengelolaan limbah yang tidak benar

2

bisa memicu bencana bagi kesehatan, polusi udara, pencemaran air, dan hambatan
bagi kegiatan kota (Tiwow, dkk., 2003).
Mayoritas limbah kota berbahan organik yang biodegradable (60-75%) yang berasal
dari berbagai sumber. Jenis ini jika dibiarkan atau terlambat diolah akan membau.
Biaya utama penanganan limbah kota diprediksi yaitu 50% untuk pengumpulan atau
angkutan, 40% untuk pembuangan dan 10% untuk daur ulang sehingga biaya yang
harus ditanggung setiap keluarga pertahun mencapai kisaran nilai yang tidak kecil.
Mengolah limbah kota harus melibatkan semua lapisan masyarakat (Amron, 2007).
Pengelolaan limbah kota hingga tuntas, tidak saja memerlukan teknik pengolahan

limbah berskala besar yang butuh padat modal, tetapi juga secara bersamaan butuh
proses penerapan teknik pengolahan limbah berskala kecil yang bisa terdistribusi
dalam jumlah banyak sehingga dapat mengurangi beban limbah secara terpusat dan
menjadi sarana penting bagi pemeliharaan praktik budaya mengolah limbah secara
lebih mandiri, yang akan menjadi basis ketahanan ekosistem pada saat unit berskala
besar mengalami gangguan (Purwanto, 2002).
Penanganan limbah di perkotaan, termasuk Solo merupakan salah satu permasalahan
perkotaan yang sampai kini menjadi tantangan terberat. Pertambahan penduduk dan
peningkatan aktivitas yang pesat di kota, termasuk juga keberagaman industri kecil,
termasuk industri pembuatan tahu - tempe, telah memicu jumlah limbah dan aspek
persoalannya. Diperkirakan paling banyak hanya 60% - 70 % yang bisa terangkut ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) oleh institusi yang bertanggung jawab masalah
kebersihan, misal Dinas Kebersihan. Limbah yang tak terangkut ditangani swadaya
masyarakat atau tercecer dan secara sistematis terbuang ke mana saja. Dari beragam
limbah yang ada, salah satunya yang menarik dikaji adalah limbah dari industri tahu
- tempe karena kedua makanan ini adalah identik dengan makanan pokok rakyat di
Indonesia sehingga penanganan limbahnya menjadi sangat menarik untuk dikaji.
Sebagian besar industri tahu – tempe merupakan industri rumah tangga yang belum
memiliki unit pengolahan limbah dan di sisi lain sebanyak 1,5 - 3 m3 limbah cair
dihasilkan untuk setiap pengolahan satu kuintal kedelai sehingga persoalan ini dapat

menjadi ancaman serius bagi lingkungan (Arsil dan Supriyanto, tanpa tahun).
Prinsip pembuatan tahu yaitu mengekstrak protein kedelai melalui penggilingan biji
kedelai menggunakan air. Konsumsi kedelai masyarakat Indonesia setiap tahunnya
mencapai 2,24 juta ton (BPS, 2006) dan lebih separuh konsumsi kedelai digunakan
untuk bahan pembuatan tahu (Sarwono, 1989 dalam Herlambang dan Said, 2001).
Aspek lain yang sangat perlu mendapat perhatian yaitu setiap kuintal kedelai yang
digunakan untuk pembuatan tahu menghasilkan air limbah 1,5 - 3 m3 (Nurhasan dan
Pramudyanto, 1991). Oleh karena itu, setiap tahun akan dihasilkan limbah cair tahu
lebih 16,8 juta ton dan hal ini menjadi masalah yang serius jika besarnya volume
limbah yang dihasilkan melebihi daya dukung lingkungan. Selain itu, efek negatif
yang juga timbul misal bau busuk, merembesnya air limbah mencemari air tanah,
penyakit gatal dan diare jika tercemar ke dalam air tanah yang dimanfaatkan oleh
manusia. Fakta lain sebagian besar industri tahu merupakan industri kecil sehingga
pengolahan air limbah menjadi beban ekonomi bagi proses produksi, selain fakta
keterbatasan sumberdaya yang ada (Arsil dan Supriyanto, tanpa tahun).

3

2. Perumusan Masalah
Industri rumah tangga pada khususnya dan industri kecil pada umumnya tidak dapat

terlepas dari problem penanganan limbah yang dihasilkan dari proses produksinya.
Di satu sisi, problem penanganan limbah yang melibatkan industri kecil tidak dapat
terlepas dari aspek kesadaran sosial dan di sisi lain juga terkait dengan pendanaan
yang harus dikeluarkan untuk pembuatan instalasi pengolahan limbah itu sendiri
yang tidak murah (Sukamto, 2004). Problem ini juga terjadi pada industri tahu –
tempe di Solo. Oleh karena itu, rumusan masalah penelitian ini adalah: “bagaimana
identifikasi perilaku pembuangan limbah yang dilakukan oleh industri tahu – tempe
di Solo”

4

DAFTAR PUSTAKA

Al-Tuwaijri, Sulaeman A., Theodore E. Christensen, K.E. Hughes II. (2004), The
relations among environmental disclosure, environmental performance, and
economic performance: A simultaneous equation approach, Accounting,
Organizations and Society, vol. 29, hal. 447-471.
Amine, L.S. (2003), An integrated micro and macro level discussion of global green
issues, Journal of International Management, Vol. 9, No. 4, hal. 375-389.
Amron, M. (2007), Kajian lingkungan hidup dalam pembangunan wilayah dalam

konteks pembangunan infrastruktur pekerjaan umum, Makalah yang disampaikan
pada Seminar Nasional “Pembangunan Wilayah Berbasis Lingkungan di
Indonesia”, Dies UGM ke-58, Yogyakarta 27 Oktober.
Amurwaraharja, I.P. (2003), Analisis teknologi pengolahan sampah dengan proses
Hirarki Analitik dan metoda valuasi kontingensi: Studi kasus di Jakarta Timur,
Tesis, Program Pascasarjaan, IPB, Bogor.
Aoyagi-Usui, M., Vinken, H., dan Kuribayashi, A. (2003), Pro-environmental attitudes
and behaviors: An international comparison, Human Ecology Review, Vol. 10, No.
1, hal. 23-31.
Arnould, E., Price, L. dan Zinkhan, G, (2002), Consumers, Boston: McGraw-Hill.
Arsil, P. dan Supriyanto (tanpa tahun), Pengolahan limbah cair dari industri kecil
pengolahan tahu secara biofiltrasi menggunakan enceng gondok, Publikasi.
Babin, B.J., dan Darden, W.R. (1995), Consumer self-regulation in a retail environment,
Journal of Retailling, 71, hal. 47-70.
Bank Indonesia (2005), Pola pembiayaan usaha kecil, Sentra produsen tahu – tempe,
Direktorat Kredit, BPR, dan UMKM, Jakarta.
Behrman, J.R., dan Wolfe, B.L. (1982), How does Mother’s schooling affect family
health, nutrition, medical care usage and household sanitation? Journal of
Econometrics, vol. 36, hal.185-204.
Bennet, D.E. (1997), Evaluation of environmental education program, New York : John

Willey & Son.
Blanciforti. L., Green, R., dan Lane, S. (1981), Income and expenditure for relatively
more versus relatively less nutritious food over the life cycle, American Journal of
Agricultural Economics, vol. 63, hal. 255-260.
BPS (2006), Produksi Kedelai Tahun 2000 (Angka Tetap) - 2006 (Angka Ramalan III).
Berita Resmi Statistik No.57 / IX / 1 Nopember 2006 (On-line).
http://www.bps.go.id/releases/files/padi-01nop06.pdf?
Buce, R.C. (1987), Socioeconomic, demographic and psychological variables in
demand analysis, dalam Raunikar R, Huang C-L, eds. Food demand analysis:
Problems, issues and empirical evidence, Iowa University Press, Ames, Iowa, hal.
186-215.
Cooper, D.A., dan Emory, C.W. (1995), Business research methods, 4th Edition, Irwin.
Cooper, D.P., dan Schindler, P.S. (2001), Business research methods, 7th Edition
Boston, McGraw Hill.
Damayanti, A., Hermana, J., dan Masduqi, A. (2004), Analisis resiko lingkungan dari
pengolahan limbah pabrik tahu dengan kayu apu (Pistia stratiotes L.), Jurnal
Purifikasi, Vol. 5, No.4, Oktober, hal. 151-156.

54


Damayanti, A. (2007), Pengelolaan limbah tahu dengan menggunakan Kayu Apu
(Pistia stratiotes L.), Tesis, Teknik Manajemen Lingkungan, ITS, Surabaya,
http://digilib.its.ac.id/
Darsono, V. (2007), Pengolahan Limbah Cair Tahu Secara Anaerob Dan Aerob, Jurnal
Teknologi Industri, Vol. XI, No.1, Januari, hal. 9-20.
Dhahiyat, Y. dan Prawiroatmodjo, S. (1991), Kandungan limbah cair pabrik tahu dan
pengolahannya dengan enceng gondok, Jakarta : Jurnal PSL-PTSI, vol. 11.
Diamantopoulos, A., Schlegelmilch, B.B., Sinkovics, R.R. dan Bohlen, G.M. (2003),
Can socio-demographics still play a role in profiling green consumers? A review
of the evidence and an empirical investigation, Journal of Business Research, Vol.
56, hal. 465-480.
Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah (2007), Pengelolaan limbah industri
pangan, Departemen Perindustrian, Jakarta.
Djarwanti, Moertinah, S., dan Harihastuti, N. (2000), Penerapan IPAL Terpadu Industri
Kecil Tahu di Adiwerna Kabupaten Tegal, Laporan Penelitian, Badan Penelitian
dan Pengembangan Industri Semarang.
ElTayeb, T.K., Zailani, S. dan Jayaraman, K. (2010), The examination on the drivers for
green purchasing adoption among EMS 14001 certified companies in Malaysia,
Journal of Manufacturing Technology Management, Vol. 21, No. 2, hal. 206-225.
Fatha, A. (2007), Pemanfaatan Seolit Aktif untuk menurunkan BOD dan COD limbah

tahu, Laporan Tugas Akhir, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Semarang
Gujarati, D., (2003), Basic econometrics, Boston, McGraw Hill International.
Gunawan, Endro (2005), Dampak perdagangan bebas terhadap daya saing dan
profitabilitas usahatani kedelai di propinsi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan
periode 2002-2003, Tesis Program Pascasarjana UI, Jakarta.
Hair, J.F., R.E. Anderson, R.L. Tatham dan W.C. Black, (1998), Multivariate data
analysis, 5th ed., Prentice Hall. Inc, New Jersey.
Herlambang dan Said (2001), Teknologi pengolahan limbah tahu-tempe dengan proses
biofilter
anaerob
dan
aerob,
http://www.kelair.bppt.go.id/Sipta/Artikel/Limbahtt/html.
Hambali, (2003), Analisis Resiko Lingkungan (Studi Kasus Limbah Pabrik CPO PT
Kresna Duta Agroindo Kabupaten Merangin, Jambi), Program Pascasarjana,
Program Studi Magister Teknik Lingkungan ITS, Surabaya.
Hermana, (1985), Pengolahan kedelai menjadi berbagai bahan makanan, Kedelai,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Horton, S.C. (1991), Wife’s employment, food expenditure, and apparent nutrient
intake: Evidence from Canada, American Journal of Agricultural Economics, vol.
73, hal. 784-794.
Hughes, S.B., Anderson, A., dan Golde, S. (2001), Corporate environmental disclosure:
are they useful in determining environmental performance, Journal of Accounting
and Public Policy, vol. 20, hal. 217-240.
Iwao S. (1993), The Japanese women, the traditional image and changing reality, The
Free Press, a Division of Macmillan Inc, New York.
Joglosemar (2008), Air tanah Solo tidak layak konsumsi, Solo, 26 juni.
--------- (2008), 1.766 unit usaha gulung tikar perajin tempe kolaps, 31 januari, Solo.
Joharja, W. (2007), Analisis kebijakan industri kecil tahu dan tempe di Propinsi DKI
Jakarta, Tesis, Magister Teknik dan Manajemen Industri, ITB, Bandung.

55

Kelly, A.C. (1981), Demographic impact on demand patterns in the low income setting,
Economic Development and Cultural Change, vol. 30, hal. 1-16.
Kholil, (2006), Rekayasa model dinamik untuk pengelolaan samph berbasis zero waste:
Studi kasus di Jakarta Selatan, Jurnal Teknik Lingkungan, Edisi Khusus, Agustus.
Kotler, P. dan Armstrong, G. (1999), Principle of marketing, 8th edition, Prentice Hall,
New Jersey.
Krisdiana, R. (2007), Preferensi industri tahu dan tempe terhadap ukuran dan warna biji
kedelai, Jurnal Iptek Tanaman Pangan, Vol. 2 No. 1, hal. 123-130.
Krisdiana, R. dan Heriyanto (2000), Penggunaan komoditas kedelai untuk industri
produk olahan rumah tangga di pulau Jawa, Makalah Balitkabi No.2000-149.
Disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian untuk
Mendukung Ketahanan Pangan, Denpasar, 23-24 Oktober.
Moertinah, S. dan Djarwanti, (2003), Penelitian Identifikasi Pencemaran Industri Kecil
Tahu-Tempe di Kelurahan Debong Tengah Kota Tegal dan Konsep
Pengendaliannya. Laporan Penelitian. Badan Penelitian dan Pengembangan
Industri Semarang
Nasir, M. (2008), Limbah industri rumah tangga – sektor informal dan manajemen
lingkungan: Kasus di Kecamatan Banjarsari, Solo, Laporan Penelitian Kerjasama
Dinas Koperasi dan UKM Solo dengan FE – UMS Solo.
------ (2007), Produksi yang ramah lingkungan: Kasus di Kampung Batik Laweyan,
Solo, Laporan Penelitian Kerjasama Disperindag Solo dengan FE - UMS Solo.
Nazech, E.K.M. (2001), Study on Indonesia industrial sectors contribution to
sustainable development, Final Report United Nasional Industrial Development
Organisation.
Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah Jawa Tengah 2000.
Nurhasan dan Pramudyanto, BB., (2007), Penanganan air Limbah Pabrik Tahu,
Yayasan Bina Karya Lestari (Bintari).
Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Pickett-Baker, J. dan Ozaki, R. (2008), Pro-environmental products: Marketing
influence on consumer purchase decision, Journal of Consumer Marketing, Vol.
25, No. 5, hal. 281-293.
Purwanto, A.T., (2002), Analisa pengaruh implementasi ISO 14001 terhadap indikator
kinerja lingkungan kuantitatif dan kualitatif menggunakan pengembangan model
EPE ISO 14031, Tesis, Institut Teknologi Bandung, Indonesia.
------------- (2004), Manajemen lingkungan: dulu, sekarang dan masa depan,
http://andietri.tripod.com/index.htm
Purwasasmita, M. (2005), Tuntaskan pengolahan sampah kota, Pikiran Rakyat, 2 april.
Rahmiana, A.A (2002), Keragaan tanaman dan hasil kedelai yang ditanam pada
berbagai tingkat ketersediaan air pada beberapa fase pertumbuhan tanaman,
Laporan teknis Hasil Penelitian Komponen Teknologi Tanaman Kacang-kacangan
dan Umbi-umbian.
Rangkuti, S.S. (2000), Hukum lingkungan dan kebijaksanaan lingkungan nasional,
Surabaya, Airlangga University Press.
Resphaty, W., Hasanudin, U. dan Utomo, T.P. (2005), Evaluasi dan disain sistem
pengolahan limbah cair industri tahu di Kelurahan Gunung Sulah, Kota Bandar
Lampung, Laporan Penelitian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Pertanian Unila, http://www.unila.ac.id/~fp

56

Riani, E.S. dan Irwan (2005), Analisis beban pencemaran dan kapasitas asimilasi
perairan Teluk Jakarta, Laporan Penelitian LPPM IPB – Pemda Provinsi DKI
Jakarta.
Rozi, F., Heryanto, R. Krisdiana, Marwoto, dan T. Adisarwanto (2006), Eksistensi
budidaya kedelai sebagai pilihan pola usaha tani petani, Laporan Teknis
Balitkabi.
Said, N. I., dan Herlambang, A. (2003), Teknologi Pengolahan Limbah Tahu Tempe
Dengan Proses Biofilter Anaerob dan Aerob, Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi, Jakarta.
Salvato, J.A. (1982), Environmental Engineering And Sanitation, 3rd Edition, John
Wiley and Sons, New York.
Schaltegger, S. dan Synnestvedt, T. (2001), The link between ‘green’ economic success:
environmental management as the crucial trigger between environmental and
economic performance, Journal of Environmental Management, 65, hal. 339-346.
Siahaan, N.H.T. (2004), Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan (edisi kedua),
Jakarta , Erlangga.
Sigit H. (1985), Income distribution and household characteristics, Bulletin of
Indonesian Ekonomic Studies, vol. 21, hal. 51-68.
Sitorus, H. (2004), Kerusakan lingkungan oleh limbah industri adalah masalah itikad, eUSU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara.
Setiyawan, A.S. (2007), Optimasasi efisiensi pengolahan efluen reaktor anaerobik
bersekat dengan menggunakan rekayasa aliran pada wetland: Studi kasus limbah
cair industri tahu, Skripsi Teknik Sipil, ITB, Bandung.
Slama, M.E., dan A. Taschian. (1985), Selected socioeconomic and demographic
characteristics associated with purchasing involvement, Journal of Marketing, vol.
49, no. 1, hal. 72-82.
Soeryadi, H.D. (1991), Kesadaran pengusaha kecil dalam pengelolaan air limbah di
Kotamadya Semarang, Jurnal Pusat Studi Lingkungan, Perguruan Tinggi Seluruh
Indonesia, Volume 11, No 2, UI-Press.
Sugiyono (2004), Statistik nonparametris untuk penelitian, Bandung: CV.
Alfabeta.
Sukamto (2002), Analisis determinan perilaku pimpinan industri kecil tahu – tempe
dalam mengolah air limbah di wilayah Kecamatan Candisari, Kota Semarang,
Tesis Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Sukamto, Widjanarko, B., dan Endah, N. (2004), Analisis determinan perilaku pimpinan
industri kecil tahu – tempe dalam mengolah air limbah di wilayah Kecamatan
Candisari, Kota Semarang, Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, Vol. 2, No.
2, Oktober, hal. 67-71.
Sulardiono, E. (1997), Evaluasi beban pencemaran dan kualitas perairan pesisir Pantai
Kotamadya Semarang, Tesis, Program Pascasarjana, IPB, Bogor
Sumodiningrat, G (1993), Pengantar ekonometrika, Yogyakarta, BPFE.
Suparto, W. (2003), Penyelesaian sengketa lingkungan (Environmental disputes
resolution), Surabaya, Airlangga Press.
Swastika, D.K.S. (1997), Swasembada kedelai antara harapan dan kenyataan, Forum
Penelitian Agro Ekonomi, Vol.15, No. 1, hal. 57–66.

57

Tiwow, C., D. Widjajanto; Darjamuni; E. Hartman; E.Mahajoeno; E. Irwansyah; dan
Nurhasanan (2003), Pengelolaan sampah terpadu sebagai salah satu upaya
mengatasi problem sampah di perkotaan, Makalah Pengantar Falsafah Sains,
Program Pasca Sarjana – Doktor, IPB – Bogor, April.
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Usman, R. (2003), Hukum lingkungan nasional, Bandung, PT Citra Aditya Bakti.
Van Berkel, R., (2001), Cleaner production for achieving eco-efficiency in Australian
industry, Curtin University of Technology, Perth.
Verma K.., Milledge, V., dan Wiest, D., (2001), Measurement of corporate
environmental performance: Role of the regulatory enforcement policies in the oil
and gas industry, Advances in Public Interest Accounting, Volume 8, hal. 215-238.
Wenas, R.I.F, Sunaryo, dan Styasmi, S. (2002), Comperative study on characteristics of
tannery, "kerupuk kulit", "tahu-tempe" and tapioca waste water and the altemative
of treatment, Environmental Technology. Ad. Manag, Seminar, Bandung, January
9-10, p. Pos 5-1 - pos 5-8.
Wibisono, G. (1995), Sistem pengelolaan dan pengolahan limbah domestik, Jurnal
Science, vol. 27, hal. 25-34.
Wibowo, A.S. (2007), Pengelolaan dan penataan prasarana air limbah permukiman di
kawasan pesisir Kabupaten Bojonegoro: Studi kasus permukiman masyarakat
pesisi Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan, Bojonegoro, Tesis, Teknik
Rekayasan Pengendalian Lingkungan, ITS, Surabaya, http://digilib.its.ac.id/
Widanarko, S. (2006), Pengolahan limbah industri tahu – tempe dan penerapannya,
Laporan Penelitian, Universitas Indonesia, Jakarta. http://www.digilib.ui.edu/
Widiarto, N. (2009), Beban pencemaran non point sources sungai Bengawan Solo
tinggi,
Makalah,
http://www.lptp.or.id/articlesdetail.php?id=8&topic=1257941932
Winarno, F.G., (1985), Pengolahan kedelai menjadi minyak dan bahan-bahan industri,
Kedelai, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Wiryani, E. (tanpa tahun), Analisis kandungan limbah cair pabrik tempe, Makalah Lab.
Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi FMIPA, Undip, Semarang.

58

SOSIAL-EKONOMI

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

MODEL PEMBENTUKAN KESADARAN KOLEKTIF
TERHADAP MANAJEMEN LINGKUNGAN
PENGUSAHA KECIL TAHU – TEMPE DI SOLO

Oleh :
M. Nasir, SE, M.M.
Drs. Fatkhurohman, M.M.

DIBIAYAI DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL RI
DENGAN SURAT PERJANJIAN NOMOR: 089/SP2H/PP/DP2M/III/2010
TERTANGGAL 01 MARET 2010

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
OKTOBER 2010

DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………………………..
Halaman Pengesahan ………………………………………………………………...
Halaman Daftar Isi …………………………………………………………………...
Halaman Daftar Tabel ………………………………………………………………..
Halaman Daftar Gambar ……………………………………………………………..
Bab I Pendahuluan …………………………………………………………………...
1. Latar Belakang …………………………………………………………………….
2. Perumusan Masalah ……………………………………………………………….
Bab II Tinjauan Pustaka ……………………………………………………………...
1. Industri Berbasis Kedelai ………………………………………………………….
2. Isu Manajemen Lingkungan ……………………………………………………….
3. Industrialisasi dan Kepedulian Lingkungan ……………………………………….
4. Manajemen Lingkungan …………………………………………………………...
5. Penelitian Sebelumnya …………………………………………………………….
Bab III Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………………………
1. Tujuan Penelitian ………………………………………………………………….
2. Manfaat Penelitian ………………………………………………………………...
3. Urgensi (Keutamaan) Penelitian …………………………………………………..
Bab IV Metodologi Penelitian ……………………………………………………….
1. Definisi Operasional dan Hipotesa ………………………………………………...
2. Lokasi Penelitian …………………………………………………………………..
3. Populasi dan Sampel ………………………………………………………………
4. Skala Pengukuran dan Variabel …………………………………………………...
5. Metode Pengumpulan Data dan Sumber Data …………………………………….
6. Metode Analisis …………………………………………………………………...
Bab V Hasil dan Pembahasan ………………………………………………………..
1. Profil Lokasi Penelitian ……………………………………………………………
2. Temuan Lapangan …………………………………………………………………
3. Identifikasi Responden …………………………………………………………….
4. Matrik Tingkat Resiko …………………………………………………………….
5. Hasil Analisis ……………………………………………………………………...
6. Pembahasan ………………………………………………………………………..
Bab VI Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran ………………………………………..
1. Kesimpulan ………………………………………………………………………..
2. Saran ……………………………………………………………………………….
3. Keterbatasan ……………………………………………………………………….
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………..
Lampiran ……………………………………………………………………………..

i
ii
iii
iv
v
1
1
4
5
5
8
9
13
15
18
18
18
19
20
20
22
22
22
23
23
25
25
28
34
39
46
48
52
52
52
53
54
76

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kebutuhan kedelai dan komoditas strategis lainnya ………………………
Tabel 2.2 Produksi beberapa komoditas pangan penting tahun 2000-2005 ………….
Tabel 2.3 Rasio ketergantungan impor setiap komoditas pangan tahun 2004 ……….
Tabel 2.4 Pola konsumsi di Indonesia tahun 2002-2005 …………………………….
Tabel 5.1 Sumber pencemaran dari peternakan di DAS Bengawan Solo ……………
Tabel 5.2 Sumber pencemaran dari pertanian di DAS Bengawan Solo ……………..
Tabel 5.3 Sumber pencemaran dari pemukiman di DAS Bengawan Solo …………..
Tabel 5.4 Sumber pencemaran dari industri kecil di DAS Bengawan Solo …………
Tabel 5.5 Identifikasi responden ……………………………………………………..
Tabel 5.6 Karakteristik responden (umur usaha) ..…………………………………...
Tabel 5.7 Karakteristik responden (usia pengusaha) ………………………………...
Tabel 5.8 Karakteristik responden (identifikasi pengusaha) …………………………
Tabel 5.9 Karakteristik responden (bentuk kepengusahaan) ………………………...
Tabel 5.10 Karakteristik responden (tingkat pendidikan) ……………………………
Tabel 5.11 Karakteristik responden (jumlah pekerja) …..……………………………
Tabel 5.12 Karakteristik responden (jumlah anggota keluarga) ……………………..
Tabel 5.13 Karakteristik responden (konsumsi kedelai per hari) ……………………
Tabel 5.14 Potensi resiko dari industri tahu – tempe ………………………………...
Tabel 5.15 Hasil Uji Hipotesa ………………………………………………………..

5
6
6
7
25
26
27
27
35
35
36
36
37
37
37
38
38
42
47

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model pengendalian input-output manajemen lingkungan ……………..
Gambar 2.2 Interaksi manajemen lingkungan ……………………………………….
Gambar 4.1 Model penelitian ………………………………………………………...
Gambar 5.1 Potret pencemaran di DAS Bengawan Solo …………………………….
Gambar 5.2 Alur pembuatan tempe ………………………………………………….
Gambar 5.3 Alur pembuatan tahu ……………………………………………………

10
15
24
28
39
40

v

RINGKASAN
MODEL PEMBENTUKAN KESADARAN KOLEKTIF TERHADAP
MANAJEMEN LINGKUNGAN PENGUSAHA KECIL TAHU – TEMPE DI SOLO
Oleh:
M. Nasir, SE, MM dan Drs. Fatkhurohman, MM

Penanganan limbah di perkotaan merupakan salah satu permasalahan perkotaan yang
sampai kini menjadi tantangan berat. Dari beragam limbah yang ada, salah satunya yang
menarik dikaji yaitu limbah dari industri tahu - tempe karena kedua makanan ini identik
dengan makanan pokok rakyat. Myoritas industri tahu – tempe adalah industri rumah
tangga yang belum memiliki unit pengolah limbah. Rumusan masalah kajian ini yaitu:
“bagaimana identifikasi perilaku pembuangan limbah yang dilakukan oleh industri tahu
– tempe di Solo”. Tujuan penelitian: mengetahui faktor yang mempengaruhi kepedulian
pengusaha kecil tahu-tempe di Solo dalam membuang limbah hasil produksi, sedangkan
manfaat penelitian ini: teridentifikasinya faktor-faktor yang mempengaruhi kepedulian
mereka dalam membuang limbah.

Penelitian ini menguji dua faktor yaitu internal dan eksternal yang mempengaruhi sikap
perilaku membuang limbah hasil produksi dari kasus industri tahu-tempe di Solo. Untuk
mendukung generalisasi hasil penelitian maka untuk industri tahu difokuskan di daerah
Krajan, Mojosongo, Kecamatan Jebres (sentra industri tahu di Solo) dan untuk industri
skala rumah tangga pembuatan tempe diambil 10 pengusaha untuk setiap kecamatan di
Solo sehingga total 80 responden. Istrumen penelitian memakai kuesioner dengan lima
poin tingkatan dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju. Riset ini memakai
regresi model log-linear. Dari hasil regresi, variabel faktor internal yang diwakili subvariabel pekerjaan (X3), kepribadian (X5) dan biaya (X6) signifikan pada α = 1%, dan
sub-variabel pendidikan (X1) signifikan pada α = 5%, dan sub-variabel status sosial (X2)
dan tingkat pendapatan (X4) ternyata tidak signifikan. Variabel faktor eksternal yang
diwakili sub-variabel green cunsomer (X8) dan sikap terhadap stimulus (X10) signifikan
pada α = 1% dan sub-variabel lingkungan sosial (X11) signifikan pada α = 5%, dan subvariabel regulasi (X7) dan pengalaman (X9) tidak signifikan. F-statistics menunjukan
signifikan pada α = 1%. Nilai R2 = 0.61 menunjukan variabel Y dipengaruhi variabel

2

independent-nya, dan sisanya dipengaruhi faktor lain diluar model dalam penelitian ini.
Nilai R2 yang mencapai 0.61 menunjukan hasil cukup memuaskan.

Kesimpulan penelitian ini bahwa temuan hasil analisis menunjukan adanya kontradiksi
antara satu variabel dan variabel yang lain. Keterbatasan penelitian ini: obyek kajian
cenderung memiliki tipikal perilaku yang cenderung sama yaitu pengusaha tahu - tempe
dengan kecenderungan membuang limbah ke areal rumah, selokan atau saluran air di
sekitar kawasan. Oleh karena itu, hal ini cenderung tidak ada perbedaan dalam melihat
persoalan tentang perilaku karena semuanya dianggap hal yang jamak untuk dilakukan.
Saran penelitian bahwa adanya kontradiksi dari sejumlah variabel yang diperoleh dari
hasil analisis menunjukan perlunya eksplorasi lebih lanjut dari penelitian ini, termasuk
pembentukan terhadap model kesadaran kolektif dari pengusaha industri tahu – tempe
terkait manajemen lingkungan.

3

SUMMARY
A MODEL OF BUILDING COLLECTIVE INTEREST IN THE MANAGEMENT
OF TOFU AND SOYBEAN CAKE SMALL-INDUSTRIAL ENTREPRENEURS
IN SOLO
by:
M. Nasir, SE, MM dan Drs. Fatkhurohman, MM

Solving waste in urban is one of the serious problems. Among several of wastes, tofu
and soybean cake waste is one of the interesting phenomena to analyze because the two
meals are identical with people’s staple foods. A majority of the tofu and soybean cake
industry is a household industry that does not have waste processing. The problem
statement is how to identify waste disposal by a tofu and soybean cake industry in Solo.
The study aims at examining the factors influencing the tofu and soybean cake small
entrepreneurs’ concern in disposing waste of production. The research is useful for the
identification of the factors influencing their concern in disposing waste.

The study examines internal and internal factors influencing the behavior attitude in
disposing tofu and soybean cake waste of industry in Solo. For generalization, the focus
of tofu and soybean cake is on Krajan area, Mojosongo, Jebres District (industrial centre
in solo); and tofu and soybean cake household industry used a sample of 10
entrepreneurs for each district in Solo; therefore, there were 80 respondents. This
research use a questionnaire with a 5-point range from very unapproved to very
approved. It used a regression of log-linear model. From the regression, an internal
variable factor reflected by a work sub-variable (X3), personality (X5), and cost are
significant at α = 1%, and an education sub-variable is significant at α = 5%, and social
status sub-variable (X2) and income are not really significant. An internal variable factor
represented by a green-consumer sub-variable (X8) and attitude in stimulus (X10) are
significant at α = 1%, and a socio-environment sub-variable (X11) is significant at α =
5%, and a regulation sub-variable (X7) and an experience one (X9) are not significant. Fstatistics showed a significant at α = 1%. The Value of R2 = 0, 61) showed Y variable
influenced by the independent variable, and the others are influenced by other factors
beyond this research. The value of R2 = 0, 61 showed a satisfactory outcome.

4

It could be concluded that there is a contradiction between one variable and another.
The study is limited to the object of analysis with the same intention, that is, the tofu
and soybean cake industry and intention to dispose waste in a surrounding area. Thus, it
tends not to be different from examining a problem of attitude because all are
considered as normal. It is recommended that because of the difference, it needs to
explore a further research, including building a collective interest of the tofu and
soybean cake related to an environment management.

5

Bidang Ilmu:
Sosial - Ekonomi

RINGKASAN DAN SUMMARY
LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

MODEL PEMBENTUKAN KESADARAN KOLEKTIF TERHADAP
MANAJEMEN LINGKUNGAN PENGUSAHA KECIL TAHU – TEMPE DI SOLO

No Kontrak: 089/SP2H/PP/DP2M/III/2010 Tertanggal 1 Maret 2010

Oleh:
M. Nasir, SE, MM
Drs. Fatkhurohman, MM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010

1

RINGKASAN
MODEL PEMBENTUKAN KESADARAN KOLEKTIF TERHADAP
MANAJEMEN LINGKUNGAN PENGUSAHA KECIL TAHU – TEMPE DI SOLO
Oleh:
M. Nasir, SE, MM dan Drs. Fatkhurohman, MM

Penanganan limbah di perkotaan merupakan salah satu permasalahan perkotaan yang
sampai kini menjadi tantangan berat. Dari beragam limbah yang ada, salah satunya yang
menarik dikaji yaitu limbah dari industri tahu - tempe karena kedua makanan ini identik
dengan makanan pokok rakyat. Myoritas industri tahu – tempe adalah industri rumah
tangga yang belum memiliki unit pengolah limbah. Rumusan masalah kajian ini yaitu:
“bagaimana identifikasi perilaku pembuangan limbah yang dilakukan oleh industri tahu
– tempe di Solo”. Tujuan penelitian: mengetahui faktor yang mempengaruhi kepedulian
pengusaha kecil tahu-tempe di Solo dalam membuang limbah hasil produksi, sedangkan
manfaat penelitian ini: teridentifikasinya faktor-faktor yang mempengaruhi kepedulian
mereka dalam membuang limbah.

Penelitian ini menguji dua faktor yaitu internal dan eksternal yang mempengaruhi sikap
perilaku membuang limbah hasil produksi dari kasus industri tahu-tempe di Solo. Untuk
mendukung generalisasi hasil penelitian maka untuk industri tahu difokuskan di daerah
Krajan, Mojosongo, Kecamatan Jebres (sentra industri tahu di Solo) dan untuk industri
skala rumah tangga pembuatan tempe diambil 10 pengusaha untuk setiap kecamatan di
Solo sehingga total 80 responden. Istrumen penelitian memakai kuesioner dengan lima
poin tingkatan dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju. Riset ini memakai
regresi model log-linear. Dari hasil regresi, variabel faktor internal yang diwakili subvariabel pekerjaan (X3), kepribadian (X5) dan biaya (X6) signifikan pada α = 1%, dan
sub-variabel pendidikan (X1) signifikan pada α = 5%, dan sub-variabel status sosial (X2)
dan tingkat pendapatan (X4) ternyata tidak signifikan. Variabel faktor eksternal yang
diwakili sub-variabel green cunsomer (X8) dan sikap terhadap stimulus (X10) signifikan
pada α = 1% dan sub-variabel lingkungan sosial (X11) signifikan pada α = 5%, dan subvariabel regulasi (X7) dan pengalaman (X9) tidak signifikan. F-statistics menunjukan
signifikan pada α = 1%. Nilai R2 = 0.61 menunjukan variabel Y dipengaruhi variabel

2

independent-nya, dan sisanya dipengaruhi faktor lain diluar model dalam penelitian ini.
Nilai R2 yang mencapai 0.61 menunjukan hasil cukup memuaskan.

Kesimpulan penelitian ini bahwa temuan hasil analisis menunjukan adanya kontradiksi
antara satu variabel dan variabel yang lain. Keterbatasan penelitian ini: obyek kajian
cenderung memiliki tipikal perilaku yang cenderung sama yaitu pengusaha tahu - tempe
dengan kecenderungan membuang limbah ke areal rumah, selokan atau saluran air di
sekitar kawasan. Oleh karena itu, hal ini cenderung tidak ada perbedaan dalam melihat
persoalan tentang perilaku karena semuanya dianggap hal yang jamak untuk dilakukan.
Saran penelitian bahwa adanya kontradiksi dari sejumlah variabel yang diperoleh dari
hasil analisis menunjukan perlunya eksplorasi lebih lanjut dari penelitian ini, termasuk
pembentukan terhadap model kesadaran kolektif dari pengusaha industri tahu – tempe
terkait manajemen lingkungan.

3

SUMMARY
A MODEL OF BUILDING COLLECTIVE INTEREST IN THE MANAGEMENT
OF TOFU AND SOYBEAN CAKE SMALL-INDUSTRIAL ENTREPRENEURS
IN SOLO
by:
M. Nasir, SE, MM dan Drs. Fatkhurohman, MM

Solving waste in urban is one of the serious problems. Among several of wastes, tofu
and soybean cake waste is one of the interesting phenomena to analyze because the two
meals are identical with people’s staple foods. A majority of the tofu and soybean cake
industry is a household industry that does not have waste processing. The problem
statement is how to identify waste disposal by a tofu and soybean cake industry in Solo.
The study aims at examining the factors influencing the tofu and soybean cake small
entrepreneurs’ concern in disposing waste of production. The research is useful for the
identification of the factors influencing their concern in disposing waste.

The study examines internal and internal factors influencing the behavior attitude in
disposing tofu and soybean cake waste of industry in Solo. For generalization, the focus
of tofu and soybean cake is on Krajan area, Mojosongo, Jebres District (industrial centre
in solo); and tofu and soybean cake household industry used a sample of 10
entrepreneurs for each district in Solo; therefore, there were 80 respondents. This
research use a questionnaire with a 5-point range from very unapproved to very
approved. It used a regression of log-linear model. From the regression, an internal
variable factor reflected by a work sub-variable (X3), personality (X5), and cost are
significant at α = 1%, and an education sub-variable is significant at α = 5%, and social
status sub-variable (X2) and income are not really significant. An internal variable factor
represented by a green-consumer sub-variable (X8) and attitude in stimulus (X10) are
significant at α = 1%, and a socio-environment sub-variable (X11) is significant at α =
5%, and a regulation sub-variable (X7) and an experience one (X9) are not significant. Fstatistics showed a significant at α = 1%. The Value of R2 = 0, 61) showed Y variable
influenced by the independent variable, and the others are influenced by other factors
beyond this research. The value of R2 = 0, 61 showed a satisfactory outcome.

4

It could be concluded that there is a contradiction between one variable and another.
The study is limited to the object of analysis with the same intention, that is, the tofu
and soybean cake industry and intention to dispose waste in a surrounding area. Thus, it
tends not to be different from examining a problem of attitude because all are
considered as normal. It is recommended that because of the difference, it needs to
explore a further research, including building a collective interest of the tofu and
soybean cake related to an environment management.

5