PENGARUH MODAL KERJA DAN KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEBERHASILAN USAHA : Survey Pada Pengusaha Tahu di Sentra Industri Tahu dan Tempe Cibuntu Kota Bandung.

(1)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.3.1Tujuan Penelitian ... 8

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1KajianPustaka... 10

2.1.1Konsep Usaha Mikro, Kecil danMenengah (UMKM)... 10

2.1.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil danMenengah (UMKM) ... 10

2.1.1.2 Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ... 12

2.1.1.3 KarakteristikKriteria Usaha Mikro, Kecil danMenengah (UMKM) ... 13

2.1.2KonsepKeberhasilan Usaha ... 16

2.1.2.1PengertianKeberhasilan Usaha ... 16

2.1.2.2Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha .... 16

2.1.2.3IndikatorKeberhasilan Usaha ... 19

2.1.2.4Teori-teoriKeberhasilan Usaha ... 22

2.1.3KonsepLaba ... 25

2.1.4Konsep Modal Kerja ... 35


(2)

vi

2.1.4.2 Macam-macam Modal Kerja... 38

2.1.4.3 Sumber-sumber Modal Kerja ... 39

2.1.4.4 Komponen Modal Kerja ... 39

2.1.5 KonsepKompetensiKewirausahaan ... 43

2.1.5.1 PengertianKompetensi ... 43

2.1.5.2 KompetensiKewirausahaan ... 44

2.2KajianEmpirikBeberapaHasilPenelitian ... 51

2.3KerangkaPemikiran ... 54

2.4Hipotesis ... 59

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 61

3.2 Metode Penelitian ... 61

3.3 Populasi dan Sampel ... 61

3.3.1 Populasi ... 61

3.3.2 Sampel ... 62

3.4Operasionalisasi Variabel ... 63

3.5Teknik danAlatPengumpulan Data ... 66

3.6Teknik Analisis DataDanPengujian Hipotesis ... 69

3.6.1 TeknikAnalisis Data... 69

3.6.2 Pengujian Hipotesis ... 71

3.7UjiAsumsiKlasik ... 74

3.7.1 Multikolinearitas ... 74

3.7.2 Heteroskedastisitas... 76

3.7.3 Autokorelasi ... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HasilPenelitian ... 80

4.1.1Gambaran Umum Objek Penelitian ... 80

4.1.2 Gambaran Umum KarakteristikResponden ... 81

4.1.3 Gambaran Umum Variabel Penelitian ... 85


(3)

vii

4.1.3.2 Modal Kerja ... 87

4.1.3.3 KompetensiKewirausahaan ... 89

4.1.4 UjiValiditasdanReliabilitas ... 98

4.1.4.1 UjiValiditas ... 98

4.1.4.2 UjiReliabilitas ... 99

4.1.5 Analisis Data ... 100

4.1.6 PengujianHipotesis ... 101

4.1.6.1 Uji t ... 101

4.1.6.2 Uji F ... 102

4.1.6.3 UjiR2 (Pengujian KoefisienDeterminasi) ... 103

4.1.7 UjiAsumsiKlasik ... 103

4.1.7.1 UjiMultikolinearitas... 103

4.1.7.2 UjiHeteroskedastisitas ... 104

4.1.7.3 UjiAutokorelasi ... 105

4.2PembahasanHasilPenelitian ... 106

4.2.1Pengaruh Modal Kerja Terhadap Keberhasilan Usaha ... 106

4.2.2 Pengaruh Kompetensi Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha... 108

4.2.3 Implikasi Pendidikan ... 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 116

5.2 Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... RIWAYAT HIDUP ...


(4)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bagian penting dalam membangun perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui sangat besar. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi UMKM terhadap lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pembangunan ekonomi pedesaan dan sebagai penggerak peningkatan ekspor manufaktur/nonmimgas.

Begitu pula di Jawa Barat, UMKM memiliki peran lebih tinggi terhadap perekonomian. Sejauh ini, posisi dan peran UMKM di Jawa Barat merupakan pelaku ekonomi yang cukup dominan dengan jumlah unit usaha mencapai 8,2 juta atau sekitar 6,17% dari total pelaku UMKM di Indonesia. Dari jumlah tersebut, UMKM memberikan kontribusi terbesar bagi penyerapan tenaga kerja yaitu mencapai 87.12% dari total pekerja. Hal tersebut memberikan kontribusi yang cukup besar pula terhadap PDRB Jawa Barat yang mencapai 60,32% (Dinas KUMKM Jabar, 2011).

Meski krisis ekonomi global tahun 2008 yang terjadi di negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa sempat berpengaruh terhadap fundamental perekonomian Jawa Barat, tetapi pengalaman ini malah membuat rakyat mampu bertahan hidup. Padahal, jumlah penduduk Jawa Barat mencapai 43.021.826 jiwa


(5)

2

dengan tingkat konsumsi yang tinggi. Ketangguhan UMKM-lah yang menjadi penyelamat krisis ekonomi selama ini.

Kota Bandung sebagai salah satu Kota terbesar di Jawa Barat memiliki banyak potensi ekonomi terutama dalam sektor UMKM. Dari tahun 2008 hingga 2009 jumlah industri kecil di Kota Bandung terus meningkat. Selain itu, industri kecil di Kota Bandung memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kegiatan ekonomi, salah satunya adalah ikut berperan dalam mengatasi masalah tenaga kerja sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini:

Tabel 1.1

Perkembangan Izin Industri di Kota Bandung

Jenis Industri

2008 2009

Unit Usaha

Tenaga Kerja (orang)

Investasi (ribuan)

Unit Usaha

Tenaga Kerja (orang)

Investasi (ribuan) Besar 103 8692 638.795.917 108 8819 653.799.224 Menengah 143 5750 111.199.757 146 5790 114.076.691 Kecil 2989 50.342 295.194.719 3069 51.042 310.355.989 Sumber: Dinas KUKM dan PERINDAG Kota Bandung

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa investasi pada industri kecil relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan industri besar. Namun dengan investasi yang kecil itu, industri kecil mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak daripada industri besar yaitu sebanyak 50.342 orang pada tahun 2008 dan meningkat sebanyak 51.042 orang pada tahun 2009. Tapi jika dibandingkan dengan industri menengah, investasi industri kecil jauh lebih besar. Meskipun begitu, penyerapan tenaga kerja pada industri menengah relatif kecil jika dibandingkan dengan investasinya yaitu sebesar Rp 114.076.691 pada tahun 2009. Sedangkan pada industri kecil, penyerapan tenaga kerja relatif cukup besar dengan investasi yang


(6)

3

hanya sebesar Rp 310.355.989 pada tahun 2009. Hal ini membuktikan bahwa peranan UMKM sangat penting dalam perekonomian Kota Bandung terutama dalam penyerapan tenaga kerja. Dengan demikian, industri kecil mempunyai prospek yang lebih baik untuk dikembangkan sebagai salah satu alternatif industri yang diharapkan mampu menanggulangi masalah ketenagakerjaan yakni sempitnya lapangan kerja yang ada.

Salah satu UMKM yang sedang dikembangkan sebagai sentra industri di Kota Bandung adalah industri tahu dan tempe Cibuntu yang berada di Kecamatan Bandung Kulon. Cibuntu adalah salah satu sentra pengusaha tahu di Kota Bandung yang mampu menyerap 1.000 tenaga kerja. Produksi tahu Cibuntu adalah yang terbesar di Kota Bandung. Hampir 70% tahu yang ada di Kota Bandung adalah produk dari industri tahu Cibuntu. Tetapi perkembangan usaha tahu dan tempe Cibuntu pada tahun 2010 mengalami penurunan yang dapat dilihat pada tabel 1.2 di bawah ini.

Tabel 1.2

Potensi Sentra Industri Tahu dan Tempe Cibuntu Kota Bandung

Potensi 2009 2010

- Unit usaha - Investasi (ribuan) - Tenaga kerja - Omzet/hari

1350 8.100.000

5400 276.000

1236 7.857.000

4475 267.000 Sumber: Dinas KUKM dan PERINDAG Kota Bandung

Dari data di atas terlihat bahwa potensi sentra industri tahu dan tempe Cibuntu mengalami penurunan. Jumlah unit usaha, investasi, tenaga kerja, dan omzet penjualan mengalami penurunan. Untuk jumlah unit usaha turun menjadi 114 unit usaha sehingga jumlah tenaga kerjanya pun berkurang sebesar 925 orang.


(7)

4

Pada tahun 2009 sentra industri tahu dan tempe dapat menghasilkan omzet sebesar Rp 276.000/hari tetapi pada tahun 2010 turun menjadi Rp 267.720/hari.

Kendala yang dihadapi sentra industri tahu dan tempe Cibuntu yaitu dalam hal bahan baku. Pada awal tahun 2012, harga kedelai impor mengalami kenaikan, meskipun harga kedelai impor selama ini memang cenderung terus berfluktuasi. Selama beberapa pekan terakhir, fluktuasi harga kedelai yang diterima perajin cenderung naik. Penyebabnya, importir sudah mulai memberlakukan bea masuk baru, yang semula nihil menjadi 5 persen.

Menurut Ketua Pusat Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia (Puskopti) Jawa Barat, Asep Nurdin, bahwa kenaikan pemberlakuan bea masuk kedelai impor di satu sisi memang mengancam keberadaan pengusaha tahu dan tempe. Harga bahan baku yang tinggi secara langsung akan membuat biaya produksi menjadi membengkak. Persoalannya, daya beli konsumen belum tentu bisa mengikuti atau menyesuaikan dengan kenaikan harga. Hal ini dikhawatirkan berdampak pada tingkat penjualan yang menurun karena harga menjadi naik. (http://www.bandungmedia.com)

Tabel 1.3

Jumlah Omzet dan Laba Pengusaha Tahu Cibuntu Bulan Oktober-Maret 2012

Bulan Omzet (Rp) Petumbuhan (%)

Laba (Rp) Pertumbuhan (%)

Oktober 771.150.000 - 159.200.000 -

November 770.400.000 -0.09 155.500.000 -2.32 Desember 785.600.000 1.97 160.400.000 3.15

Januari 780.380.000 -0.66 155.100.000 -3.3 Februari 781.000.000 0.08 156.400.000 0.84 Maret 770.000.000 -1.41 150.500.000 -3.7 Sumber: Pra penelitian, diolah


(8)

5

Berdasarkan hasil Survey yang dilakukan di Sentra Industri Tahu dan Tempe Cibuntu, rata-rata laba para pengusaha mengalami fluktuasi. Pada bulan November omzet pengusaha tahu Cibuntu mengalami penurunan sebesar 0.09 % begitu pula dengan labanya turun sebesar 2.32%. Peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada bulan Desember yaitu omzet mencapai 1.97% dan labanya sebesar 3.15%, kemudian labanya kembali turun cukup tajam sebesar -3.3% pada bulan Januari. Penurunan yang signifikan terjadi pada bulan maret dari omzet sebesar 781 juta rupiah menjadi 770 juta rupiah dengan laba dari 156,4 juta rupiah menjadi 150,5 juta rupiah. Penurunan tersebut terjadi karena harga bahan baku kedelai baik kedelai lokal maupun kedelai impor rata-rata mengalami kenaikan, untuk bulan Maret harga kedelai impor meningkat cukup tinggi akibat dari adanya isu kenaikan Bahan Bakar Minyak pada bulan April 2012. Kenaikan harga kedelai tersebut berdampak pada naiknya biaya produksi. Pilihannya, berhenti beroperasi, menaikkan harga jual, atau mengurangi ukuran tahu. Pengusaha tidak mungkin menaikan harga tahu dan tempe karena pembeli bisa protes. Salah satu solusinya adalah dengan memperkecil ukurannya. Akibatnya keuntungan para pengusaha tahu Cibuntu pun menurun.

Pada kebanyakan industri kecil, masalah yang dihadapi merupakan masalah klasik antara lain permodalan, pemasaran, persaingan, bahan baku, keahlian teknik industri dan kurang keahlian dalam pengelolalan. Bidang pemodalan dan pemasaran mendominasi kesulitan yang dihadapi usaha kecil. Namun, secara keseluruhan, usaha kecil mengalami kesulitan dalam berbagai aspek sehingga sulit untuk tumbuh dan bangkit dalam waktu singkat.


(9)

6

Modal merupakan faktor penting dalam mendukung produksi, produktivitas, dan pendapatan usaha mereka. Selain faktor modal, terdapat pula faktor lainnya yaitu seperti bahan baku yang digunakan, diferensiasi produk, saluran distribusi, teknologi, strategi pemasaran kurang baik, SDM yang rendah, dan lain-lain. Begitu juga di sentra industri tahu dan tempe Cibuntu, para pengusaha memiliki keterbatasan modal. Mereka memproduksi tahu setiap hari, karenanya pendapatan yang mereka miliki dari hasil penjualan digunakan kembali untuk membeli bahan baku dan keperluan lainnya untuk proses produksi.

Dalam masalah pemasaran pun, pengusaha masih melakukan sendiri-sendiri, tidak terintegrasi. Mereka memasarkan secara eceran atau berkeliling dengan menggunakan sepeda motor maupun gerobak. Banyak pengusaha yang ingin memiliki gedung atau bangunan yang bisa digunakan sebagai sentra penjualan. Seperti diketahui, kawasan Cibuntu terletak cenderung tersembunyi karena berada di kawasan pemukiman. Tidak mudah bagi orang luar untuk mengenali sentra produksi tahu dan tempe tersebut. Terlebih lagi limbah produksi tahu dan tempe tersebut menimbulkan bau yang tidak sedap. Oleh karena itu, dengan adanya gedung sentra penjualan, minat pembeli untuk datang ke kawasan ini akan lebih besar. Selain itu, masalah pengelolaan administrasi pun masih kurang, banyak pengusaha yang tidak memiliki pencatatan administrasi yang memadai. Hal ini tentu tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena kompetensi yang dimiliki pengusaha baik dalam pengetahuan tentang proses marketing maupun pengelolaan keuangan turut menentukan berhasil atau tidaknya suatu usaha.


(10)

7

Selanjutnya, berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Lambing pada tahun 2000, kebanyakan responden menjadi wirausaha kerena didasari oleh pengalaman sehingga ia memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jadi, untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan yang harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman usaha (Suryana, 2006: 88).

Hal ini didukung pula oleh hasil kajian Tambunan pada tahun 2000 yang menyatakan bahwa rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan halangan serius bagi banyak industri kecil di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek

entrepreneurship, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk,

engineering design, quality control, organisasi bisnis, perakunan, data processing, teknik pemasaran, dan kajian pasar. Sedangkan semua kemahiran ini sangat diperlukan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus pasar baru (Raswan Putra, 2012).

Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba untuk mengkaji lebih lanjut permasalahan ini dengan mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Modal Kerja dan Kompetensi Kewirausahaan terhadap Keberhasilan Usaha” (Survey Pada Pengusaha Tahu di Sentra Industri Tahu dan Tempe Cibuntu Kota Bandung).


(11)

8

1.2Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi lingkup permasalahan yang akan diteliti sehingga permasalahan dapat dirumuskan:

1. Bagaimana gambaran modal kerja, kompetensi kewirausahaan, dan keberhasilan usaha pada pengusaha tahu di sentra industri tahu dan tempe Cibuntu?

2. Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap keberhasilan usaha pada pengusaha tahu di sentra industri tahu dan tempe Cibuntu?

3. Bagaimana pengaruh kompetensi kewirausahaan terhadap keberhasilan usaha pada pengusaha tahu di sentra industri tahu dan tempe Cibuntu?

4. Bagaimana pengaruh modal kerja dan kompetensi kewirausahaan terhadap keberhasilan usaha pada pengusaha tahu di sentra industri tahu dan tempe Cibuntu?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran modal kerja, kompetensi kewirausahaan, dan keberhasilan usaha pada pengusaha tahu di sentra industri tahu dan tempe Cibuntu

2. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap keberhasilan usaha pengusaha tahu di sentra industri tahu dan tempe Cibuntu


(12)

9

3. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi kewirausahaan terhadap keberhasilan usaha pada pengusaha tahu di sentra industri tahu dan tempe Cibuntu

4. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja dan kompetensi kewirausahaan terhadap keberhasilan usaha pada pengusaha tahu di sentra industri tahu dan tempe Cibuntu

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan atau manfaat penelitian ini adalah:

1 Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu ekonomi, khususnya pada kajian ilmu ekonomi mikro.

2 Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan bahan informasi sebagai berikut:

1) Bagi pengusaha, dapat dijadikan sebagai masukan atau acuan untuk kemajuan dan keberhasilan usaha.

2) Bagi pemerintah, dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan kebijakan khususnya bagi pengembangan industri kecil.


(13)

61

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah pengusaha tahu Cibuntu Kota Bandung. Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh variabel bebas (X) yang terdiri dari Modal Kerja (X1) dan Kompetensi Kewirausahaan (X2) terhadap variabel terikat (Y) yaitu Keberhasilan Usaha.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey eksplanatori (explanatory methode) yaitu suatu metode penelitian yang bermaksud menjelaskan hubungan antar variabel dengan menggunakan pengujian hipotesis.Adapun pengertian penelitian survey menurut Masri Singarimbun (1995:3) adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok.Tujuan dari penelitian explanatory adalah untuk menjelaskan atau menguji hubungan antar variabel yang diteliti.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Suharsimi Arikunto (2006:130), menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha tahu pada sentra industri tahu dan tempe Cibuntu yang termasuk dalam


(14)

62

anggota Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia (KOPTI) Kota Bandung yang berjumlah 261 pengusaha.

3.3.2 Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:131) yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Adapun besaran sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Riduwan (2004:65)

Keterangan:

n = Ukuran sampel keseluruhan N = Ukuran populasi sampel

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan maka:

 

2

10 , 0 261 1

261

 

n

= 72,29 ≈ 73

Sehingga, sampel dalam penelitian ini berjumlah 73 pengusaha tahu yang tersebar di daerah Cibuntu Kota Bandung.

Adapun metode penarikan sampel yang digunakan adalah metode simple

random sampling atau simple sederhana. ”Dikatakan sederhana karena

pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.” (Sugiyono, 2009:64). Cara

ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Cara pengambilan simple

2

) ( 1 N e

N n

 


(15)

63

random sampling dapat dilakukan dengan cara undian maupun menggunakan tabel angka random.

3.4 Operasional Variabel

Pada dasarnya variabel yang akan diteliti dikelompokkan dalam konsep teoritis, empiris dan analitis. Konsep teoritis merupakan variabel utama yang bersifat umum. Konsep analitis merupakan konsep yang bersifat operasional dan terjabar dari konsep teoritis. Konsep analitis adalah penjabaran dari konsep teoritis dimana data itu diperoleh. Adapun bentuk operasionalnya dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1

Operasional Variabel

Konsep Variabel Definisi

Operasional Sumber Data Skala Keberhasilan dari

bisnis dalam mencapai

tujuannya

Keberhasilan Usaha (Y)

Data diperoleh dari jawaban responden mengenai rata-rata kenaikan laba selama 2 bulan terakhir dalam rupiah. Dengan rumus:

∆π = π2 –π1

Henry Faizal Noor

(2008:397)

Rasio

Keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki

perusahaan atau

dapat pula

dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan

sehari-hari.

Modal Kerja (X1)

Data diperoleh dari jawaban responden tentang jumlah: 1.Kas perusahaan

dalam rupiah 2.Piutang

perusahaan dalam rupiah

3.Persediaan bahan

baku dalam

rupiah

(Bambang Riyanto, 1993:51)


(16)

64

Pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan individu yang langsung

berpengaruh pada hasil, karena wirausaha adalah orang yang selalu berorientasi pada hasil.

Kompetensi Kewirausahaan (X2)

Data diperoleh dari jawaban responden mengenai kompetensi kewirausahaan, meliputi: 1. Technical competence Tingkat penguasaan

prosedur proses produksi

Tingkat pemahaman tentang teknologi dalam proses produksi

Tingkat penguasaan

peralatan yang digunakan dalam proses produksi Tingkat

kemampuan inovasi produk perusahaan

Tingkat kemampuan dalam mendesain kemasan

2. Marketing

competence Tingkat

pengetahuan tentang strategi pengkombinasian kegiatan pemasaran (marketing mix) Tingkat pengetahuan tentang ukuran pasar atau jumlah

(Suryana, 2006:5)


(17)

65

pasar Tingkat

pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh pesaing

Tingkat pengetahuan tentang kebijakan

harga yang

ditetapkan oleh pesaing

3. Financial

competence Tingkat

kemampuan dalam perhitungan laba/rugi Tingkat

kemampuan mencari dan menggunakan sumber dana secara tepat

4. Human relation

competence Tingkat

pengenalan

terhadap setiap karyawan dalam perusahaan

Berkomunikasi secara efektif dengan pekerja Tingkat

kemampuan memotivasi karyawan Tingkat

kemampuan memimpin,


(18)

66

menggerakkan orang lain Tingkat

kemampuan mengarahkan pekerja sesuai dengan bagian dan tanggung jawab

3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Angket, yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pertanyaan

maupun pernyataan tertulis kepada responden yang menjadi anggota sampel dalam penelitian.

2. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data dan dokumen-dokumen yang sudah ada serta berhubungan dengan variabel penelitian, tujuan digunakannya teknik studi dokumenter ini adalah untuk meneliti, mengkaji, dan menganalisa dokumen-dokumen yang ada dan berkaitan dengan penelitian.

3. Studi literatur, yaitu mempelajari teori-teori yang ada atau literatur-literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti baik dari buku, karya ilmiah berupa skripsi, thesis dan sejenisnya, artikel, jurnal, internet, atau bacaan lainnya.

Selanjutnya agar hasil penelitian tidak bias dan diragukan kebenarannya maka alat ukur tersebut harus valid dan reliabel. Untuk itulah terhadap angket yang diberikan kepada responden dilakukan 2 (dua) macam tes, yaitu tes validitas dan tes reliabilitas.


(19)

67

1. Tes Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih memiliki validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Suatu tes dikatakan memiliki validitas tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil dengan maksud digunakannya tes tersebut. Dalam uji validitas ini digunakan teknik korelasi Product Moment dengan rumus :

 

2 2 2 2

) ( ) ( ) ( ) ( Y Y N X X N Y X XY N

r (Suharsimi Arikunto, 2006:170)

Dimana:

r = koefisien validitas item yang dicari

X = skor yang diperoleh dari subjek dalam tiap item Y = skor total item instrumen

∑X = jumlah skor dalam distribusi X

∑Y = jumlah skor dalam distribusi Y

∑X2 = jumlah kuadrat pada masing-masing skor X

∑Y2 = jumlah kuadrat pada masing-masing skor Y N = jumlah responden

Dalam hal ini kriterianya adalah: rxy< 0,20 : Validitas sangat rendah 0,20 – 0,39 : Validitas rendah

0,40 – 0,59 : Validitas sedang/cukup 0,60 – 0,89 : Validitas tinggi


(20)

68

Dengan menggunakan taraf signifikan

= 0,05 koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai dari tabel korelasi nilai r dengan derajat kebebasan (n-2), dimana n menyatakan jumlah banyaknya responden.

Jika r hitung > r 0,05dikatakanvalid, sebaliknya jika r hitung r 0,05 tidak valid.

2. Tes Reliabilitas

Tes reliabilitas adalah tes yang digunakan dalam penelitian untuk mengetahui apakah alat pengumpul data yang digunakan menunjukan tingkat ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan, dan konsistensi dalam mengungkapkan gejala dari sekelompok individu walaupun dilaksanakan pada waktu yang berbeda.

Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini digunakan teknik belah dua dengan langkah sebagai berikut:

a. Membagi item-item yang valid menjadi dua belahan, dalam hal ini diambil pembelahan atas dasar nomor ganjil dan genap.

b. Mengelompokkan skor butir bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan kelompok skor butir bernomor genap sebagai belahan kedua.

c. Skor masing-masing item pada setiap belahan dijumlahkan sehingga menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden, yaitu skor total belahan pertama dan skor total belahan kedua.

d. Mengkorelasikan skor belahan pertama dan skor belahan kedua dengan teknik korelasi produk moment.


(21)

69

e. Mencari angka reliabilitas keseluruhan item tanpa dibelah dengan cara mengkorelasi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukannya ke dalam rumus:

Dimana:

rıı = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑σb2 = jumlah varians butir

σt2 = varians total

Keputusannya dengan membandingkan rıı dengan rtabel dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika rıı>rtabel berarti reliabel dan jika rıı < rtabel berarti tidak reliabel.

3.6 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.6.1 Teknik Analisis Data

Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, maka dilakukan pengolahan data. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada yang berupa data ordinal yaitu variabel kompetensi kewirausahaan. Dengan adanya data berjenis ordinal maka data tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi data interval dengan menggunakan Methods of Succesive Interval (MSI) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Untuk butir tersebut berupa banyak orang yang mendapatkan (menjawab) skor 1, 2, 3, 4, 5 yang disebut frekuensi.

k ∑σb2 ( ) (1 - )

(k – 1) σt2 rıı=


(22)

70

2) Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut Proporsi (P).

3) Tentukan proporsi kumulatif (PK) dengan cara menjumlah antara proporsi yang ada dengan proporsi sebelumnya.

4) Dengan menggunakan tabel distribusi normal baku, tentukan nilai Z untuk setiap kategori.

5) Tentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan menggunakan tabel ordinat distribusi normal.

6) Hitung SV (Scale of Value = nilai skala) dengan rumus sebagai berikut: SV= (Density of Lower Limit) – (Density at Upper Limit)

(Area Bellow Upper Limit) – (Area Bellow Lower Limit)

7) Tentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus: Y = SV + (1+ |SV min|)

Dimana nilai k = 1 + |SV min|

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda (multiple regression),dengan menggunakan bantuan yaitu Econometric Views (EViews) 5.0 untuk membuktikan apakah modal kerja dan kompetensi kewirausahaan berpengaruh terhadap keberhasilan usaha pengusaha tahu pada sentra industri tahu dan tempe Cibuntu Kota Bandung. Adapun model dalam penelitian ini adalah:

Y1 = β0 +β1X1 + β2X2 + e Keterangan :

Y1= Keberhasilan Usaha X1 = Modal Kerja


(23)

71

β0 = Konstanta regresi

β1 β2 = Koefisien regresi

Dalam melakukan analisis regresi akan berhubungan dengan metode kuadratik terkecil biasa (Ordinary Least Square/OLS) yaitu merupakan dalil yang mengungkapkan bahwa garis lurus terbaik yang dapat mewakili titik hubungan variabel bebas dan variabel terikat dalah garis lurus yang memenuhi kriteria jumlah kuadrat terkecil antara titik observasi dengan titik yang ada pada garis adalah minimum.

3.6.2 Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis maka penulis menggunakan uji statistik berupa uji parsial (uji t) dan uji simultan (uji f), uji koefisien determinasi majemuk (R2)

dan uji koefisien beta (uji β).

1. Uji t (Pengujian Koefisien Regresi Majemuk secara Parsial)

Uji parsial atau uji t bertujuan untuk menguji tingkat signifikansi dari setiap variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menganggap varabel lain konstan. Uji t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel X secara individu mampu menjelaskan variabel Y.

Uji t statistik ini menggunakan rumus: (Gudjarati, 2001: 75)

derajat keyakinan diukur dengan rumus:

 

i

i i

se t

    ˆ


(24)

72

Adapun pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan melalui uji satu pihak yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Uji Satu Pihak Sumber: Gudjarati, 2005: 59

Dimana: 1. Hipotesis

H0: β1 ≤ 0, artinya masing-masing variabel Xi tidak memiliki pengaruh variabel Y, dimana i =1,2

Ha : β1 > 0, artinya masing-masing variabel Xi memiliki pengaruh terhadap variabel Y, dimana i =1,2

2. Ketentuan

Jika thitung> ttabel maka H0 ditolah dan Ha diterima (variabel bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y).

Jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak (variabel bebas X tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y).

Dalam pengujian hipotesis melalui uji t tingkat kesalahan yang digunakan peneliti adalah 5% atau 0,05 pada taraf signifikansi 95%.

H0diterima H0 ditolak


(25)

73

2. Uji F (Pengujian Koefisien Regeresi Secara Simultan)

Uji F ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel X secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel Y dengan cara membandingkan nilai F hitung dan F tabel pada tingkat kepercayaan 95%. Uji F ini menggunakan rumus sebagai berikut:

) 1 /(

) 1 (

/ 2

2

  

k n R

k R F

(Sudjana, 2005:385) Dimana:

r = nilai koefisien korelasi ganda k = jumlah variabel bebas

n = jumlah sampel F = nilai F yang dihitung

Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Hipotesis

H0 : β1 = β2≤0 artinya variabel X secara bersama–sama tidak berpengaruh terhadap variabel Y

Ha : β1 = β2>0 artinya variabel X secara bersama–sama berpengaruhterhadap

variabel Y 2. Ketentuan:

Jika Fhitung <Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak (keseluruhan variabel bebas X tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Y).

Jika Fhitung >Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima (keseluruahan variabel bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y)


(26)

74

3. Uji R2(Pengujian Koefisien Determinasi)

Koefisien Determinasi (R2) merupakan cara untuk mengukur ketepatan suatu garis regresi. Menurut Gudjarati (2001:98) dijelaskan bahwa koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan variabel bebas terhadap terikat dari fungsi tersebut.

Hal yang penting pula dilakukan di dalam suatu penelitian yakni menguji koefisien determinasi. Hal tersebut dilakukan dengan cara pengukuran ketepatan suatu garis regresi dengan R2 yaitu angka yang menunjukan besarnya derajat kemampuan menerangkan variabel bebas (0 < R2< 1) dimana semakin mendekati 1 maka semakin dekat pula hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat atau dapat dikatakan bahwa model tersebut baik, demikian pula sebaliknya.

Pengaruh secara simultan variabel X terhadap Y dapat dihitung dengan koefisien determinasi secara simultan melalui rumus :

       2 2 2 1 3 3 1 2 2 1 1 1 0 2 2 nY Y nY Y x b Y x b Y x b Y b R TSS ESS R Keterangan:

ESS = Jumlah kuadrat yang dijelaskan/Regresi TSS = Jumlah kuadrat total(Gudjarati, 2001:139)

Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0<R2<1), dengan ketentuan sebagai berikut:  Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik.


(27)

75

 Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh/tidak erat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.

3.7 Uji Asumsi Klasik 3.7.1 Multikolinieritas

Masalah multikolinieritas muncul jika terdapat hubungan yang sempurna atau pasti di antara beberapa variabel atau semua variabel independen dalam model. Pada kasus terdapat multikolinieritas serius, koefisien regresi tidak lagi menunjukkan pengaruh murni dari variabel independen.

Multikoliniritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel bebas diantara satu dengan lainnya. Dalam hal ini variabel-variabel bebas tersebut bersifat tidak ortogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol.

Jika terdapat korelasi yang sempurna diantara sesama variabel-variabel bebas sehingga nilai koefisien korelasi diantara sesama variabel bebas ini sama dengan satu, maka konsekuensinya adalah:

1. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.

2. Nilai standard error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dalam suatu model regresi OLS, maka dapat dilakukan beberapa cara berikut ini:

1. Dengan R2, multikolinier sering diduga apabila nilai koefisien determinasinya cukup tinggi yaitu antara 0,7–1,0 tetapi jika dilakukan uji t, maka tidak


(28)

76

satupun atau sedikit koefisien regresi parsial yang signifikan secara individu. Maka kemungkinan tidak ada gejala multikolinieritas.

2. Dengan koefisien korelasi sederhana (zero coefficient of corellation), apabila nilainya tinggi menimbulkan dugaan terjadi multikolinieritas tetapi belum tentu dugaan itu benar.

3. Cadangan matrik melalui uji korelasi parsial, artinya jika hubungan antar variabel independent relatif rendah < 0,80 maka tidak terjadi multikolinieritas. 4. Dengan meregresikan masing-masing variabel bebas setelah itu R2 parsialnya

dibandingkan dengan koefesien determinasi keseluruhan. Jika R2 parsialnya lebih besar dari R2 maka model penelitian terkena multikolinearitas.

Apabila terjadi Multikolinearitas menurut Gudjarati (2001:45) disarankan untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Adanya informasi sebelumnya (informasi apriori)

2. Menghubungkan data cross sectional dan data urutan waktu, yang dikenal sebagai penggabungan data (pooling the data)

3. Mengeluarkan satu variabel atau lebih.

4. Transformasi variabel serta penambahan variabel baru.

3.7.2 Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama. Heteroskedastisitas merupakan suatu fenomena dimana estimator regresi bias, namun varian tidak efisien.Semakin besar populasi atau sampel, semakin besar varian. (Agus Widarjono, 2007: 127)


(29)

77

Salah satu asumsi pokok dalam model regresi linier klasik adalah bahwa varian-varian setiap disturbance term yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai variabel-variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai konstan yang sama dengan

δ2

. inilah yang disebut sebagai asumsi homoskeditas (Gudjarati, 2005: 177). Jika ditemukan heteroskedastisitas, maka estimator OLS tidak akan efisien dan akan menyesatkan peramalan atau kesimpulan selanjutnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas, dilakukan pengujian dengan menghitung koefsien korelasi rank spearman antara semua variabel independent dan residu. Jika semua koefsien korelasi rank spearman tersebut tidak signifikan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada gejala heteroskedastisitas.

Rumus korelasi Rank Spearman:

rs = 1 – 6 (Gudjarati, 2001: 188)

Dimana :

= perbedaan dalam rank yang ditempatkan untuk dua karakteristik yang berbeda dari individual atau fenomena ke I dan N = banyaknya individual atau fenomena yang di rank.

Langkah – langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Cocokkan regresi terhadap data mengenai X dan Y dan dapatkan residual ei 2. Dengan mengabaikan tanda dari ei, yaitu dengan mengambil nilai mutlaknya

|ei|, meranking baik harga mutlak |ei|, dan Xi sesuai dengan urutan yang meningkat atau menurun dan menghitung koefsien rank korelasi Spearman yang telah diberikan sebelumnya tadi.

    

  

) 1 ( 2

2

N N

di


(30)

78

3. Dengan mengasumsikan bahwa koefsien rank korelasi populasi ρs adalah nol dan N > 8, tingkat penting (signifikan) dari rs dapat di uji dengan pengujian t sebagai berikut:

4. jika nilai t yang dihitung melebihi nilai kritis, kita bisa menerima hipotesis adanya heteroskedatis, kalau tidak bisa menolaknya. Jika model regresi meliputi lebih dari satu variabel X, r, dapat dihitung antara |ei|, dan tiap-tiap variabel X secara dan dapat diuji untuk tingkat penting secara statistik dengan pengujian t yang di berikan diatas.

Penelitian ini menggunakan metode White, dengan langkah:

1. Estimasi persamaan �� = � −《 �� �− � �� (�− )+ � � dan dapatkan residualnya (ei)

2. Lakukan regresi auxiliary

3. Hipotesis nul pada uji ini adalah tidak ada heteroskedastisitas. Uji white didasarkan pada jumlah sampel (n) dikalikan dengan R2 yang akan mengikuti distribusi chi-square dengan degree of freedom sebanyak variabel indevendent tidak termasuk konstanta dalam regresi auxiliary

4. Jika nilai chi-square hitung > dari nilai X2 kritis dengan derajat kepercayaan tertentu (�) maka ada heteroskedastisitas dan sebaliknya jika chi-square < dari nilai X2 kritis menunjukkan tidak adanya heteroskedastisitas (Agus Widarjono, 2005: 161).

 

i i i

se t

    ˆ


(31)

79

3.7.3 Autokorelasi

Autokorelasi menggambarkan tidak adanya korelasi antara variabel pengganggu disturbance term. Faktor–faktor penyebab autokorelasi antara lain kesalahan dalam menentukan model, penggunaan lag dalam model dan tidak dimasukannya variabel penting. Akibatnya parameter yang diestimasi menjadi bias dan varian tidak minimum sehingga tidak efisien.

Konsekuensi dari adanya gejala autokorelasi dalam model regresi OLS dapat menimbulkan:

1. Estimator OLS menjadi tidak efisien karena selang keyakinan melebar

2. Variance populasi σ2 diestimasi terlalu rendah (underestimated) oleh varians

residual taksiran

3. Akibat butir 2, R2 bisa ditaksir terlalu tinggi (overestimeted)

4. Jika σ2 tidak diestimasi terlalu rendah, maka varians estimator OLS (^βi) 5. Pengujian signifikan (t dan F) menjadi lemah (Gudjarati, 2001: 201)

Dalam penelitian ini, cara yang digunakan untuk mengkaji autokorelasi adalah dengan uji Lagrange Multiplier (LM) atau uji Breusch Godfrey yaitu

dengan membandingkan nilai χ2

tabel dengan χ2hitung. Rumus untuk mencari χ2hitung sebagai berikut:

χ2

= (n-1)R2

Dengan pedoman: bila nilai χ2

hitung lebih kecil dibandingkan nilai χ2tabel

maka tidak ada autokorelasi. Sebaliknya bila nilai χ2

hitung lebih besar dibandingkan

dengan nilai χ2


(32)

116

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil keseluruhan penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk mengetahui pengaruh Modal Kerja dan Kompetensi Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha (Survey Pada Pengusaha Tahu di Sentra Industri Tahu dan Tempe Cibuntu Kota Bandung) maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Modal kerja pengusaha tahu Cibuntu berada pada kategori yang rendah karena sebagian besar pengusaha menggunakan modal sendiri yang jumlahnya terbatas disamping dari Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) sebagai modal pinjaman yang jumlahnya tidak banyak. Tingkat kompetensi kewirausahaan pengusaha tahu Cibuntu berada pada kategori sedang artinya pengusaha sudah dapat mengelola usahanya dengan baik. Keberhasilan usaha yang dimiliki pengusaha tahu Cibuntu berada pada kategori rendah. Artinya, keberhasilan usaha yang diraih yang dilihat dari pencapaian labanya masih kurang baik. Namun, masih memungkinkan adanya peningkatan-peningkatan lain sesuai target pengusaha itu sendiri.

2. Modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha pada sentra industry tahu dan tempe Cibuntu. Artinya, semakin besar modal kerja yang dimiliki pengusaha tahu Cibuntu maka akan menaikan keuntungan usaha pula sehingga tercapai keberhasilan usaha.


(33)

117

3. Kompetensi kewirausahaan berpengaruh positif terhadap keberhasilan usaha pada sentra industry tahu dan tempe Cibuntu. Artinya semakin tinggi tingkat kompetensi kewirausahaan pengusaha tahu Cibuntu, maka keuntungan yang diperoleh akan semakin besar.

4. Modal kerja dan kompetensi kewirausahaan secara simultan berpengaruh terhadap keberhasilan usaha pada sentra industry tahu dan tempe Cibuntu.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis rekomendasikan bagi para pemilik usaha untuk meningkatkan keberhasilan usahanya adalah sebagai berikut:

1. Kompetensi kewirausahaan pengusaha tahu Cibuntu yang meliputi kompetensi teknik, kompetensi pemasaran, kompetensi keuangan, dan kompetensi personal sebaiknya terus dikembangkan lagi sehingga dapat meningkatkan keuntungan usaha.

2. Modal kerja pengusaha tahu Cibuntu masih cukup rendah. Oleh karena itu, diharapkan para pengusaha dapat meningkatkan dan mengelola modal kerja yang dimiliki dengan baik agar tercapai efisiensi produksi sehingga keberhasilan usaha dapat tercapai. Selain itu para pengusaha bias mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disediakan pemerintah untuk usaha kecil yang membutuhkan bantuan dana guna mengembangkan usahanya melalui lembaga keuangan perbankan yaitu BRI, BNI, BTN, Bank Mandiri, BSM, dan Bukopin.


(34)

118

3. Secara umum kompetensi kewirausahaan berpengaruh terhadap keberhasilan usaha pada sentra industry tahu dan tempe Cibuntu. Untuk itu, diperlukan peran semua pihak baik pemerintah dan pihak swasta atau LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) untuk membantu meningkatkan kompetensi yang dimiliki baik melalui penyuluhan, pelatihan, pemberian informasi, atau mengikuti seminar sehingga dapat meningkatkan keberhasilan usahanya. 4. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan studi tentang sentra industri

tahu dan tempe Cibuntu, diharapkan agar mempertimbangkan variabellainnya yang mempengaruhi keberhasilan usaha baik factor internal maupun eksternal seperti produktivitas, strategi pemasaran, persaingan, dan sebagainya sehingga dapat memberikan hasil dan kontribusi yang maksimal bagi peneliti dan perusahaan.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks

Agus Widarjono. (2007). Ekonometrika Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia FE UII.

Abdullah NS. (1987). Pengantar Ilmu Ekonomi. FP3EK, FPIPS IKIP Bandung. Bambang Riyanto. (1993). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan edisi empat.

Yogyakarta: FE UGM.

Buchari Alma. (2009). Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung: Alfabeta.

Damodar Gudjarati. (2006). Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.

Dedi Haryadi, dkk. (1998). Tahap Perkembangan Usaha Kecil: Dinamika dan Peta Potensi Pertumbuhan. Bandung: Yayasan AKATIGA.

Henry Faizal Noor. (2007). Ekonomi Manajerial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kasmir. (2009). Kewirausahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Moh. Nazir. (2005). Metode Penelitian. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia.

Sadono Sukirno. (2002). Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Samuelson, Paul A. Nordhaus, William D. (1999). Mikro Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Suryana. (2006). Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.

Suyadi Prewirosentono. (2002). Pengantar Bisnis Modern. Jakarta: Bumi Aksara. Wasis. (1997). Pengantar Ekonomi Perusahaan. Bandung: Alumni.

Tulus Tambunan. (2002). Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia (Beberapa Isu Penting). Jakarta: Salemba Empat.


(36)

Karya Ilmiah

Aan Jarkasih. (2008). Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengusaha Terhadap Keberhasilan Usaha Pengusaha Sepatu di Sentra Industri Kecil Persepatuan Cibaduyut. Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Novari, N. (2002). Hubungan Latar Belakang Profesional Pengusaha dengan

Keberhasilan Usaha Industri Kecil Pengrajin Boneka di Daerah Sukamulya Kecamatan Sukajadi Kota Bandung. Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Risma Rahmatunnisa. (2010). Pengaruh Kompetensi Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Pengusaha Konveksi Di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung. SKRIPSI FPEB UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Bintang Dwi Ramadhan. (2005). Pengaruh Modal Kerja Terhadap Rentabilitas

Perusahaan Pada PT. Pos Indonesia (PERSERO) Bandung. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. [Online]. Tersedia: dspace.widyatama.ac.id/jspui/bitstream/10364/466/1/0100246.pdf

Chamdan Purnama dan Suyanto. (2010). Motivasi dan Kemampuan Usaha dalam Meningkatkan Keberhasilan Usaha Industri kecil (Studi Pada Industri Kecil Sepatu di Jawa Timur). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Fakultas Ekonomi Universitas Hasanudin Vol. 12 No. 2 September 2010: 177-184. [Online]. Tersedia: puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article /viewFile/.../18060

Djoko Suseno. (2008). Pengaruh Karakteristik Wirausaha dan Potensi Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha dengan Kebijakan Pengembangan UKM Sebagai Moderating (Studi Pada Pengusaha Kecil di Kota Surakarta dan Sekitarnya). Eksplorasi Volume XX No. 1 tahun 2008. [Online]. Tersedia: isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/20108916.pdf

I Gusti Putu Darya. (2012). Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan dan Karakteristik Kewirausahaan Terhadap Kompetensi Usaha dan Kinerja Usaha Mikro Kecil Di Kota Balikpapan. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Volume 1 No. 1 Januari 2010: 65-78. [Online] Tersedia: http://jurnal.dppm.uii.ac.id/files/2012/02/07.i_gusti_putu_darya.jurnal01010 12012_01.pdf

Musran Munizu. (2010). Pengaruh Faktor-Faktor Eksternal dan Internal Terhadap Kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Sulawesi Selatan. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Fakultas Ekonomi Universitas


(37)

Hasanudin Vol. 12 No. 1 Maret 2010: 33-41. [Online]. Tersedia: puslit.petra.ac.id/journals/pdf.php?PublishedID=MAN10120104

Raswan Putera. (2012). ____________. [Online]. Tersedia: http://raswanputra68.blogspot.com/2012/01/tesis-pendahuluan.html

R.M. Moch. Wispandono. (2010). Pengaruh Lingkungan Bisnis terhadap Kinerja Pengrajin Industri Batik di Kabupaten Bangkalan. Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol. 1 No. 2 Oktober 2010: 152-162. [Online]. Tersedia: puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/idei/article/view/.../18008 Rully Rolan. (2007). ____________. [Online]. Tersedia:

elib.unikom.ac.id/download.php?id=15398

Sumber Lain

________. Bandung Dalam Angka. Berbagai edisi. Badan Pusat Statistik.

. Potensi Sentra Industri Kecil Kota Bandung. Dinas KUKM dan PERINDAG Kota Bandung

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang ketenagakerjaan.

www.bps.go.id

www.bandungmedia.com http://diskumkm.jabarprov.go.id


(1)

116

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil keseluruhan penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk mengetahui pengaruh Modal Kerja dan Kompetensi Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha (Survey Pada Pengusaha Tahu di Sentra Industri Tahu dan Tempe Cibuntu Kota Bandung) maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Modal kerja pengusaha tahu Cibuntu berada pada kategori yang rendah karena sebagian besar pengusaha menggunakan modal sendiri yang jumlahnya terbatas disamping dari Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) sebagai modal pinjaman yang jumlahnya tidak banyak. Tingkat kompetensi kewirausahaan pengusaha tahu Cibuntu berada pada kategori sedang artinya pengusaha sudah dapat mengelola usahanya dengan baik. Keberhasilan usaha yang dimiliki pengusaha tahu Cibuntu berada pada kategori rendah. Artinya, keberhasilan usaha yang diraih yang dilihat dari pencapaian labanya masih kurang baik. Namun, masih memungkinkan adanya peningkatan-peningkatan lain sesuai target pengusaha itu sendiri.

2. Modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha pada sentra industry tahu dan tempe Cibuntu. Artinya, semakin besar modal kerja yang dimiliki pengusaha tahu Cibuntu maka akan menaikan keuntungan usaha pula sehingga tercapai keberhasilan usaha.


(2)

117

3. Kompetensi kewirausahaan berpengaruh positif terhadap keberhasilan usaha pada sentra industry tahu dan tempe Cibuntu. Artinya semakin tinggi tingkat kompetensi kewirausahaan pengusaha tahu Cibuntu, maka keuntungan yang diperoleh akan semakin besar.

4. Modal kerja dan kompetensi kewirausahaan secara simultan berpengaruh terhadap keberhasilan usaha pada sentra industry tahu dan tempe Cibuntu.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis rekomendasikan bagi para pemilik usaha untuk meningkatkan keberhasilan usahanya adalah sebagai berikut:

1. Kompetensi kewirausahaan pengusaha tahu Cibuntu yang meliputi kompetensi teknik, kompetensi pemasaran, kompetensi keuangan, dan kompetensi personal sebaiknya terus dikembangkan lagi sehingga dapat meningkatkan keuntungan usaha.

2. Modal kerja pengusaha tahu Cibuntu masih cukup rendah. Oleh karena itu, diharapkan para pengusaha dapat meningkatkan dan mengelola modal kerja yang dimiliki dengan baik agar tercapai efisiensi produksi sehingga keberhasilan usaha dapat tercapai. Selain itu para pengusaha bias mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disediakan pemerintah untuk usaha kecil yang membutuhkan bantuan dana guna mengembangkan usahanya melalui lembaga keuangan perbankan yaitu BRI, BNI, BTN, Bank Mandiri, BSM, dan Bukopin.


(3)

118

3. Secara umum kompetensi kewirausahaan berpengaruh terhadap keberhasilan usaha pada sentra industry tahu dan tempe Cibuntu. Untuk itu, diperlukan peran semua pihak baik pemerintah dan pihak swasta atau LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) untuk membantu meningkatkan kompetensi yang dimiliki baik melalui penyuluhan, pelatihan, pemberian informasi, atau mengikuti seminar sehingga dapat meningkatkan keberhasilan usahanya. 4. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan studi tentang sentra industri

tahu dan tempe Cibuntu, diharapkan agar mempertimbangkan variabellainnya yang mempengaruhi keberhasilan usaha baik factor internal maupun eksternal seperti produktivitas, strategi pemasaran, persaingan, dan sebagainya sehingga dapat memberikan hasil dan kontribusi yang maksimal bagi peneliti dan perusahaan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks

Agus Widarjono. (2007). Ekonometrika Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia FE UII.

Abdullah NS. (1987). Pengantar Ilmu Ekonomi. FP3EK, FPIPS IKIP Bandung. Bambang Riyanto. (1993). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan edisi empat.

Yogyakarta: FE UGM.

Buchari Alma. (2009). Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung: Alfabeta.

Damodar Gudjarati. (2006). Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.

Dedi Haryadi, dkk. (1998). Tahap Perkembangan Usaha Kecil: Dinamika dan Peta Potensi Pertumbuhan. Bandung: Yayasan AKATIGA.

Henry Faizal Noor. (2007). Ekonomi Manajerial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kasmir. (2009). Kewirausahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Moh. Nazir. (2005). Metode Penelitian. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia.

Sadono Sukirno. (2002). Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Samuelson, Paul A. Nordhaus, William D. (1999). Mikro Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Suryana. (2006). Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.

Suyadi Prewirosentono. (2002). Pengantar Bisnis Modern. Jakarta: Bumi Aksara. Wasis. (1997). Pengantar Ekonomi Perusahaan. Bandung: Alumni.

Tulus Tambunan. (2002). Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia (Beberapa Isu Penting). Jakarta: Salemba Empat.


(5)

Karya Ilmiah

Aan Jarkasih. (2008). Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengusaha Terhadap Keberhasilan Usaha Pengusaha Sepatu di Sentra Industri Kecil Persepatuan Cibaduyut. Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Novari, N. (2002). Hubungan Latar Belakang Profesional Pengusaha dengan

Keberhasilan Usaha Industri Kecil Pengrajin Boneka di Daerah Sukamulya Kecamatan Sukajadi Kota Bandung. Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Risma Rahmatunnisa. (2010). Pengaruh Kompetensi Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Pengusaha Konveksi Di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung. SKRIPSI FPEB UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Bintang Dwi Ramadhan. (2005). Pengaruh Modal Kerja Terhadap Rentabilitas

Perusahaan Pada PT. Pos Indonesia (PERSERO) Bandung. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. [Online]. Tersedia: dspace.widyatama.ac.id/jspui/bitstream/10364/466/1/0100246.pdf

Chamdan Purnama dan Suyanto. (2010). Motivasi dan Kemampuan Usaha dalam Meningkatkan Keberhasilan Usaha Industri kecil (Studi Pada Industri Kecil Sepatu di Jawa Timur). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Fakultas Ekonomi Universitas Hasanudin Vol. 12 No. 2 September 2010: 177-184. [Online]. Tersedia: puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article /viewFile/.../18060

Djoko Suseno. (2008). Pengaruh Karakteristik Wirausaha dan Potensi Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha dengan Kebijakan Pengembangan UKM Sebagai Moderating (Studi Pada Pengusaha Kecil di Kota Surakarta dan Sekitarnya). Eksplorasi Volume XX No. 1 tahun 2008. [Online]. Tersedia: isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/20108916.pdf

I Gusti Putu Darya. (2012). Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan dan Karakteristik Kewirausahaan Terhadap Kompetensi Usaha dan Kinerja Usaha Mikro Kecil Di Kota Balikpapan. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Volume 1 No. 1 Januari 2010: 65-78. [Online] Tersedia: http://jurnal.dppm.uii.ac.id/files/2012/02/07.i_gusti_putu_darya.jurnal01010 12012_01.pdf

Musran Munizu. (2010). Pengaruh Faktor-Faktor Eksternal dan Internal Terhadap Kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Sulawesi Selatan. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Fakultas Ekonomi Universitas


(6)

Hasanudin Vol. 12 No. 1 Maret 2010: 33-41. [Online]. Tersedia: puslit.petra.ac.id/journals/pdf.php?PublishedID=MAN10120104

Raswan Putera. (2012). ____________. [Online]. Tersedia: http://raswanputra68.blogspot.com/2012/01/tesis-pendahuluan.html

R.M. Moch. Wispandono. (2010). Pengaruh Lingkungan Bisnis terhadap Kinerja Pengrajin Industri Batik di Kabupaten Bangkalan. Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol. 1 No. 2 Oktober 2010: 152-162. [Online]. Tersedia: puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/idei/article/view/.../18008 Rully Rolan. (2007). ____________. [Online]. Tersedia:

elib.unikom.ac.id/download.php?id=15398

Sumber Lain

________. Bandung Dalam Angka. Berbagai edisi. Badan Pusat Statistik.

. Potensi Sentra Industri Kecil Kota Bandung. Dinas KUKM dan PERINDAG Kota Bandung

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang ketenagakerjaan.

www.bps.go.id

www.bandungmedia.com http://diskumkm.jabarprov.go.id