Pengusaha Tahu (Studi Deskriptif Terhadap Pengusaha Tahu di Kecamatan Medan Selayang)

(1)

Pengusaha Tahu

(Studi Deskriptif Terhadap Pengusaha Tahu

di Kecamatan Medan Selayang)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat mendapat gelar Sarjana Ilmu Sosial dalam bidang Antropologi

Disusun Oleh :

Yenni Farida

NIM. 050905060

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan : Nama : Yenni Farida

NIM : 050905060 Departemen : Antropologi

Judul : Pengusaha Tahu (Studi Deskriptif Terhadap Pengusaha Tahu di Kecamatan Medan Selayang)

Medan, Juni 2011

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Drs. Ermansyah, M.Hum Dr. Fikarwin Zuska

NIP. 19660304 199203 1 002 NIP. 19621220 198903 005

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Prof. Dr. Badaruddin NIP. 196805251 992031 002


(3)

PERNYATAAN

PENGUSAHA TAHU

(Studi Deskriptif Terhadap Pengusaha Tahu di Kecamatan Medan Selayang)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan disini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Juni 2011

Yenni Farida


(4)

ABSTRAK

Yenni Farida, 2011. Judul Skiripsi: PENGUSAHA TAHU (Studi Deskriptif Terhadap Pengusaha Tahu di Kecamatan Medan Selayang). Skiripsi ini terdiri dari 5 bab, 91 halaman, 12 daftar tabel, 4 daftar gambar, 2 halaman daftar pustaka, lampiran dan surat penelitian.

Terdapat banyak panganan yang baik untuk dikonsumsi, salah satunya adalah tahu. Tahu merupakan panganan yang telah dikenal oleh masyarakat. Kelezatannya yang dapat disantap mulai dari digoreng biasa hingga diolah menjadi sayur membuat banyak orang tertarik untuk mengkonsumsinya. Selain itu, tahu juga memiliki banyak manfaat lain. Terjadinya kenaikan harga kacang kedelai dan adanya isu formalin mengakibatkan produksi dan distribusi tahu menurun. Hal tersebut tentu merugikan pengusaha. Berbagai strategi pun dilakukan untuk tetap menstabilkan usahanya.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengusaha tahu dalam memproduksi dan memasarkan hasil produksi terkait dengan adanya kenaikan harga kacang kedelai dan isu formalin. Fokus penelitian ditujukan kepada pengusaha tahu yang berlokasi di Kecamatan Medan Selayang. Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bertipekan deskriptif, dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara mendalam.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada umumnya cara memproduksi tahu adalah sama, baik pada produksi tahu Sumedang maupun tahu Cina. Strategi yang mereka gunakan juga sama, baik itu ketika terjadinya kenaikan harga kacang kedelai maupun adanya isu formalin. Selain usaha tahu, ada pula usaha sampingan yang mereka jalani. Tujuannya adalah untuk menambah pendapatan guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Terjalin pula suatu keterlekatan yang terbangun seiring dengan berlangsungnya kegiatan ekonomi. Keterlekatan yang terjadi antara pengusaha dengan konsumen, khususnya konsumen tetap yang disebut sebagai langganan terjalin dengan baik. Keterlekatan tersebut menimbulkan rasa percaya yang cukup tinggi, sehingga tidak ada curiga bahwa pengusaha akan mencurangi mereka. Hal itu terbukti pada saat adanya isu formalin. Isu tersebut tidak mempengaruhi mereka sebagai langganan untuk tetap membeli tahu. Akhirnya, dapat dinyatakan bahwa strategi yang dimiliki pengusaha tahu di Kecamatan Medan Selayang mampu membuat mereka bertahan dalam tekanan ekonomi yang mendesak bahkan masih eksis hingga sekarang.


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya khususnya kepada Bapak Drs. Ermansyah, M.Hum., selaku dosen wali sekaligus pembimbing skripsi. Terima kasih atas kesabaran dalam membimbing saya menyelesaikan skripsi ini dan telah meluangkan waktu dalam memberikan kritikan yang membangun, serta memberikan masukan-masukan untuk penyempurnaan skripsi ini. Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

Bapak Prof. Badaruddin, selaku Dekan FISIP USU. Bapak Dr. Fikarwin Zuska, selaku Ketua Departemen Antropologi FISIP USU. Bapak Drs. Agustrisno, MSP., selaku Sekretaris Departemen Antropologi. Ibu Dra. Mariana Makmur, MA., selaku Ketua Penguji. Ibu Dra. Nita Savitri, M.Hum., selaku penguji I. Kepala dan Sekretaris Kecamatan Medan Selayang yang telah memberikan izin penelitian dan bersedia untuk meluangkan waktunya bagi peneliti, baik pada waktu wawancara maupun saat mengambil data di kantor kecamatan.

Kedua orangtuaku tercinta, ananda haturkan sujud sembah dan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Semoga Allah SWT meridho’i dalam setiap langkah. Keempat adik-adikku, Herri Gunawan, Pipin Adiani, Pandi Purnomo, dan Intan Pandini. Kakak harap kelak bila kalian kuliah, kalian tidak mengikuti jejak kakak yang salah karena terlalu lama selesai kuliah. Semoga kalian lebih bisa menghargai waktu dan mampu memprioritaskan hal yang sepantasnya diprioritaskan.


(6)

Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada para pengusaha tahu, khususnya di Kecamatan Medan Selayang. Kapada para pekerja dalam usaha produksi tahu, para konsumen dan para agen yang mendistribusikan tahu. Terima kasih atas waktu yang diberikan dan kemurahan hati dalam memberikan informasi yang peneliti butuhkan.

Special thanks untuk Safia Chairisa, Vera Syahnidar, Adhietya, Rhd, Frans, dan Hendri Ramadhan, terima kasih atas dukungan, motivasi, serta waktu dan kesabaran yang pernah diberikan untuk menemani peneliti di lapangan. Teman-temanku stambuk 2005, Fida, Tiqha, Wedari, Dani, Fitri, Sukma, Ria, Via, Tuti, Wendy, Andri, Ozie, Ruzi, Darwin, Avien, dan teman-teman yang belum peneliti sebutkan, semoga Tuhan memberikan rahmat-Nya kepada kalian semua. Seniorku bang Sakti Antro ’04 yang sering meminjamkan netbook, meluangkan waktunya dan juga memberikan semangatnya, terima kasih untuk itu semua. Adik-adik kelasku, Danur, Mimi, Fauzy, Marta Fitri, Uthie, Umar, Zizah, Fizha, Indri, Bitha, Beni, Dhavie, dan lainnya, terimakasih atas motivasinya.

Kepada teman-temanku alumni SMU Dharma Pancasila, Dora, Ime, A’chai, Uchie, Bayu, Tyo, Panjie, Ricky, Rizky Kartika, Amel, Safira Frida, Juli Rizkia, Asri Cipta Ningrum, si kembar Nina dan Nani, Nadra Armina, dan sahabatku sejak kecil Sri Wahyuni. Kepada adindaku, Yunie yang telah membantu mencari referensi skripsi dan kini masih kuliah sebagai salah satu mahasiswi di UNIMED. Terima kasih atas kebaikan kalian yang tak mungkin terlupakan. Semoga Tuhan membalas kebaikan dengan kebaikan yang jauh lebih baik.


(7)

Salam rindu selalu untuk kak Yelmis Fetri Levi, kak Syarifa, dan semua teman-temanku ketika di UKMI As-siyasah FISIP USU. Terima kasih atas pengetahuan tentang agama yang pernah diberikan. Semoga perjuangan dalam berdakwah mendapat rihdo Allah SWT, amin.

Terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Syamsuddin, Mpd. Guru yang pantas di contoh karena ketaatannya beribadah. Shalat 5 (lima) waktu yang tidak pernah ditinggalkan, bahkan shalat sunnah pun dikerjakan. Guru yang menjadi inspirasiku untuk memilih jurusan Antropologi. Pemilik kesabaran ketika mengajar, bersuara lembut dan berwajah tampan. Beliau lah guru terbaikku saat duduk di bangku SMU. Semoga Allah Meridho’i dalam setiap langkah. Amin ya Rabbal alamin.

Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya, khususnya bagi mahasiswa Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juni 2011 Penulis


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Lahir di kota Medan pada tanggal 23 Maret 1986, dari pasangan Bapak Miswanto dan Ibu Farida Anim, beragama Islam.

Penulis merupakan tamatan dari Sekolah Dasar Negeri Inpres No.064025 kota Medan pada tahun 1998. Kemudian, melanjutkan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Dharma Wanita Pemwildasu kota Medan dan tamat pada tahun 2001. Pendidikan Sekolah Menengah Umum di tempuh di SMU Dharma Pancasila dan tamat pada tahun 2004. Pada tahun 2005 peneliti lulus Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru di Universitas Sumatera Utara. Jurusan yang diambil adalah Antropologi Sosial (sekarang Departemen Antropologi) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Pengalaman berorganisasi penulis diantaranya: menjadi anggota tae-kwondo di SLTP pada tahun 2000, anggota Pramuka di SMU Dharma Pancasila dengan GUDEP (Gugus Depan) 17557-17558 pada tahun 2001-2004, anggota RM (Remaja Masjid) pada tahun 2003, dan anggota UKMI As-siyasah FISIP USU pada tahun 2007-2008, menjadi anggota INSAN Antropologi FISIP USU sejak tahun 2005 hingga sekarang.


(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja, puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah memberikan segala rahmat-Nya. Atas izin Allah, pengetahuan yang hanya sedikit ini dapat diperoleh dan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ilmu sosial dalam bidang Antropologi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Skripsi ini berjudul PENGUSAHA TAHU (Studi

Deskriptif Terhadap Pengusaha Tahu di Kecamatan Medan Selayang). Jenis

penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian sebagai studi deskriptif ini mendeskripsikan pengusaha tahu dalam memproduksi dan memasarkan hasil produksi terkait dengan adanya kenaikan harga kacang kedelai dan isu formalin.

Skripsi ini menggambarkan tentang bagaimana cara pengusaha tahu dalam memproduksi, mendistribusikan, dan menghadapi hal-hal yang terkait dengan usahanya. Terdapat kesamaan dan perbedaan antara proses produksi maupun distribusi tahu Cina dengan tahu Sumedang. Selain itu, terdapat pula kesamaan dalam mensiasati permasalahan yang timbul, baik itu ketika adanya kenaikan harga kacang kedelai maupun isu formalin.

Dalam kamus Antropologi disebutkan bahwa antropologi adalah ilmu yang membahas mengenai pengertian tentang manusia dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik, kepribadian, masyarakat, serta kebudyaannya. Dapat disimpulkan bahwa Antropologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji manusia dengan segala aspeknya. Hal tersebut pernah diungkapkan oleh


(10)

salah seorang dosen ketika masa perkuliahan. Jadi, dapat dipahami bahwa isi penelitian ini juga merupakan bagian dari Antropologi.

Skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan keilmuan, khususnya Antropologi Ekonomi. Akhir kata, karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan sesuai dengan kata pepatah bahwa tak ada gading yang tak

retak, maka penulis menyadari akan kekurangan dari skripsi ini. Untuk itu, saran

dan kritikan yang membangun sangat dibutuhkan demi kesempurnaan isi skripsi ini.

Medan, Juni 2011 Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN...i

PERNYATAAN ORIGINALITAS... ii

ABSTRAK ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Tinjauan Pustaka... 5

1.3. Perumusan Masalah ... 11

1.4. Kerangka Konsep ... 11

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12

1.6. Metode Penelitian ... 12

1.6.1. Jenis Penelitian ... 12

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data ... 13

1.6.3. Analisa Data ... 15

1.7. Lokasi Penelitian... 16

BAB II. GAMBARAN UMUM KECAMATAN MEDAN SELAYANG 2.1. Sejarah Terbentuknya Kecamatan Medan Selayang ... 17

2.2. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Medan Selayang 19 2.3. Kependudukan ... 23

2.3.1. Jumlah Penduduk ... 23

2.3.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 24

2.3.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Status Pendidikan ... 25

2.3.4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 26

2.3.5. Berdasarkan Mata Pencaharian ... 27

2.3.6. Berdasarkan Status Perkawinan ... 30

2.3.7. Berdasarkan Agama ... 31

2.3.8. Berdasarkan Suku Bangsa ... 31

2.4. Sarana dan Prasarana ... 32

2.4.1. Sarana dan Prasarana Rumah Ibadah ... 32

2.4.2. Sarana dan Prasarana Olah Raga ... 34

2.4.3. Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 35

2.4.4. Sarana dan Prasarana Kebersihan ... 37


(12)

BAB III. POFIL PENGUSAHA TAHU

3.1. Profil Pengusaha Tahu ... 39

3.2. Alasan Memilih Pekerjaan Sebagai Pengusaha Tahu ... 47

3.3. Alat dan Bahan yang Diperlukan Dalam Produksi Tahu ... 49

3.4. Tenaga Kerja dan Modal Usaha ... 52

3.4.1. Pola Hubungan Antara Pekerja dengan Pengusaha ... 52

3.2.2. Modal Usaha ... 55

3.2.3. Sistem Pengupahan dalam Pabrik/Home Industry Tahu ... 57

BAB IV. USAHA TAHU, PROBLEM, DAN STRATEGI YANG DILAKUKAN 4.1. Proses Produksi ... 60

4.2. Proses Distribusi ... 71

4.3. Masalah yang Dihadapi Dalam Usaha Industri Tahu ... 75

4.3.1. Dampak dan Hal yang Dilakukan Ketika Terjadinya Kenaikan Harga Kacang Kedelai ... 76

4.3.2. Ketika Adanya Isu Penggunaan Bahan Formalin ... 80

4.4. Hal Lain yang Dilakukan Pengusaha Tahu untuk Mengembangkan Usahanya ... 82

BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan... 85

5.2. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Luas Sawah di Kecamatan Medan Selayang ... 21

Tabel 2.1. Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadtan Penduduk per km² .... 23

Tabel 2.3. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin ... 24

Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Usia 7-12 tahun berdasarkan Status Pendidikan ... 25

Tabel 2.5. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur 0-64 tahun ... 26

Tabel 2.6. Mata Pencaharian Penduduk ... 27

Tabel 2.7. Banyaknya Perusahaan Industri Bersar/Sedang, Kecil, dan Kerajinan Rumah Tangga ... 28

Tabel 2.8. Sarana Ibadah menurut Kelurahan ... 33

Tabel 2.9. Banyaknya Lapangan Olah Raga ... 34

Tabel 2.10. Jumlah Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 35

Tabel 2.11. Jumlah Sekolah Taman Kanak-kanak Negeri dan Swasta ... 36


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Pemotongan Tahu Sumedang dari Pencetakan ... 51 Gambar 4.1. Persediaan Kayu Bakar ... 60 Gambar 4.2. Perbedaan Kotak Pencetakan Tahu Cina dengan Tahu Sumedang .. 70 Gambar 4.3. Hasil Produksi Tahu yang Akan Didistribusikan ... 73


(15)

ABSTRAK

Yenni Farida, 2011. Judul Skiripsi: PENGUSAHA TAHU (Studi Deskriptif Terhadap Pengusaha Tahu di Kecamatan Medan Selayang). Skiripsi ini terdiri dari 5 bab, 91 halaman, 12 daftar tabel, 4 daftar gambar, 2 halaman daftar pustaka, lampiran dan surat penelitian.

Terdapat banyak panganan yang baik untuk dikonsumsi, salah satunya adalah tahu. Tahu merupakan panganan yang telah dikenal oleh masyarakat. Kelezatannya yang dapat disantap mulai dari digoreng biasa hingga diolah menjadi sayur membuat banyak orang tertarik untuk mengkonsumsinya. Selain itu, tahu juga memiliki banyak manfaat lain. Terjadinya kenaikan harga kacang kedelai dan adanya isu formalin mengakibatkan produksi dan distribusi tahu menurun. Hal tersebut tentu merugikan pengusaha. Berbagai strategi pun dilakukan untuk tetap menstabilkan usahanya.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengusaha tahu dalam memproduksi dan memasarkan hasil produksi terkait dengan adanya kenaikan harga kacang kedelai dan isu formalin. Fokus penelitian ditujukan kepada pengusaha tahu yang berlokasi di Kecamatan Medan Selayang. Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bertipekan deskriptif, dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara mendalam.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada umumnya cara memproduksi tahu adalah sama, baik pada produksi tahu Sumedang maupun tahu Cina. Strategi yang mereka gunakan juga sama, baik itu ketika terjadinya kenaikan harga kacang kedelai maupun adanya isu formalin. Selain usaha tahu, ada pula usaha sampingan yang mereka jalani. Tujuannya adalah untuk menambah pendapatan guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Terjalin pula suatu keterlekatan yang terbangun seiring dengan berlangsungnya kegiatan ekonomi. Keterlekatan yang terjadi antara pengusaha dengan konsumen, khususnya konsumen tetap yang disebut sebagai langganan terjalin dengan baik. Keterlekatan tersebut menimbulkan rasa percaya yang cukup tinggi, sehingga tidak ada curiga bahwa pengusaha akan mencurangi mereka. Hal itu terbukti pada saat adanya isu formalin. Isu tersebut tidak mempengaruhi mereka sebagai langganan untuk tetap membeli tahu. Akhirnya, dapat dinyatakan bahwa strategi yang dimiliki pengusaha tahu di Kecamatan Medan Selayang mampu membuat mereka bertahan dalam tekanan ekonomi yang mendesak bahkan masih eksis hingga sekarang.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial tentu berkeinginan untuk hidup rukun dan damai. Kerukunan dan kedamaian tersebut akan tercapai bila manusia itu memiliki jiwa yang kuat, jiwa yang mampu melahirkan fikiran positif terhadap orang lain maupun budaya lain, budaya yang berbeda dari dirinya atau kelompoknya. Untuk mewujudkan jiwa yang kuat tentu harus memiliki tubuh yang sehat seperti statement yang menyatakan bahwa ‘dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat’, sehingga tercapailah kerukunan dan kedamaian tersebut.

Pada dasarnya manusia pun ingin hidup sehat karena dengan begitu maka akan mudah untuk melakukan segala aktivitas. Selain berolahraga, salah satu cara untuk mendapatkan hidup sehat adalah dengan mengkonsumsi panganan yang sehat. Ada banyak panganan yang baik untuk dikonsumsi, salah satunya adalah

tahu.

Tahu merupakan panganan yang telah dikenal oleh masyarakat khususnya

di Indonesia panganan yang berasal dari negeri Cina, namun masyarakat Cina sendiri menyebutnya doufu. Di Asia panganan ini dikenal dengan beragam nama, ada yang menyebutnya tofu sedangkan masyarakat Indonesia, Malaysia dan Thailand lebih suka menyebutnya sebagai tahu. Ada beragam jenis tahu di Indonesia seperti tahu Cina yang berwarna putih dan terasa lembut, tahu Sumedang yang


(17)

berwarna putih kecokelatan dan kosong melompong di bagian dalamnya, serta

tahu Bandung yang berwarna kuning dan terasa asin.

Dikatakan bahwa tahu memang lezat disantap, mulai dari digoreng biasa hingga diolah menjadi sayur kajian oleh tim medis dari Kanada yang membuktikan bahwa tahu dapat menurunkan kolesterol jahat dalam tubuh Selain menurunkan kolesterol, tahu juga terbukti dapat mencegah kanker payudara. Dikatakan juga bahwa tahu dapat memperlambat proses penuaan pada perempuan. Lebih dijelaskan bahwa telah dilakukan sebuah penelitian oleh Anna H. Wu dan rekan-rekannya di University of Southern California, AS. Mereka melakukan penelitian terhadap 144 perempuan sehat keturuna Cina di Singapura dan hasil yang mereka peroleh adalah 25 persen lebih banyak mengalami peningkatan pembentukan estrogen dan tekanan darah juga lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak mengkonsumsi tahu. Dijelaskan juga bahwa para wanita keturunan China di Singapura rata-rata mengkonsumsi tahu dari yang biasa (yang masih mentah/belum digoreng) sampai yang sudah digoreng, bahkan ada yang dicampur dengan sirop maupun yang berbentuk minuman ringan sampai 157 gram setiap harinya. Disebutkan bahwa rahasia khasiat tahu ternyata ada pada kandungan isoflavon yang mengandung hormon estrogen. Kandungan isoflavon tersebutlah yang dapat mencegah kanker payudara dan memperlambat proses penuaan pada perempuan.

Panganan yang sangat bermanfaat bagi tubuh ini, terbukti juga memiliki manfaat lain, yakni dapat membantu orang-orang yang tidak mampu membeli


(18)

daging atau ikan. Tahu merupakan panganan yang cukup ekonomis bila dibandingkan daging atau ikan sehingga tahu dapat dijadikan sebagai pengganti daging atau ikan. Pada beberapa waktu yang lalu, terjadi kenaikan harga kedelai sehingga mengakibatkan para pengusaha tahu resah bahkan banyak yang gulung tikar (bangkrut) Melonjaknya harga kedelai hingga 100 persen tersebut terjadi sejak

pertengahan tahun 2007 lalu (http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=view&id

=16836&Itemid=61). Disebutkan bahwa sedikitnya 65 persen pengrajin tahu-tempe yang tergabung dalam Primer Koperasi Pengrajin Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kota Magelang, mengalami kebangkrutan. Budi Cahyono selaku Manajer Primkopti Kota Magelang menyebutkan, 150 pengrajin tahu-tempe Indonesia di Kota Magelang mati suri sejak kenaikan harga kedelai. Budi mengatakan bahwa dari 65 persen pengrajin yang bangkrut adalah pengrajin tahu dan tempe yang omsetnya di bawah 30 kg/hari, sedangkan pengrajin yang beromset besar masih dapat bertahan ketika itu. Ia mencontohkan, dari 14 pengrajin tahu yang diberi fasilitas perumahan Primkopti di Kampung Tidar Sawe, Kecamatan Magelang Selatan, ketika itu yang bertahan hanya empat pengrajin saja.

Kedelai yang merupakan bahan utama dalam produksi tahu mengalami kenaikan hingga 100 persen yakni mencapai Rp.7400,- (tujuh ribu empat ratus rupiah) perkilogram bahkan harga kacang kedelai di pasaran mencapai Rp.7600,- (tujuh ribu enam ratus rupiah) perkilogram dari semula yang hanya Rp.4000,- (empat ribu rupiah) perkilogram


(19)

(http://www.indosiar.com/fokus/67253/pengusaha-tahu-dan-tempe-resah). Lebih dijelaskan, karena harga kedelai mengalami kenaikan maka para pengusaha tahu menyiasatinya dengan memperkecil ukuran tahu dan mengurangi hasil produksinya. Hal ini tentu menjadi dampak tersendiri bagi orang-orang yang tidak mampu membeli daging atau ikan tersebut.

Selain kenaikan harga kacang kedelai, pada beberapa tahun yang lalu juga muncul isu formalin yang mengakibatkan penjualan/produksi tahu menurun dalam beberapa waktu. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM), Surya Darma Ali, mengatakan akibat adanya isu penggunaan formalin pada bahan makanan, banyak KUKM di Indonesia, yakni pengusaha tahu mengalami penurunan omset penjualannya 40 persen hingga 50 persen (http://www.kapanlagi.com/h/0000099220.html). Lebih dijelaskan bahwa menurut Surya, akibat isu penggunaan formalin itu banyak KUKM pengusaha tahu yang `terpukul`, baik pengusaha yang menggunakan formalin maupun yang tidak. Hal tersebut mengakibatkan omset penjualannya menurun drastis, bahkan ada yang sampai tidak memproduksi lagi. Disebutkan juga yaitu pengusaha tahu di Tangerang, Banten, dari 200 pegawai yang ada, sekitar 100 orang pegawai dirumahkan dan juga pengusaha tahu di Karawang, Jawa Barat yang memiliki 450 pegawai, sekitar 200 orang pegawai dirumahkan. Kenyataan itu membuat pengusaha tahu harus memiliki cara-cara tertentu dalam menstabilkan usahanya. Dengan demikian kehidupan sebagai pengusaha tahu terus berjalan dan tetap dapat memberikan pekerjaan bagi banyak orang.

Adanya produksi dan distribusi tahu dapat menyelamatkan beberapa orang dari pengangguran. Produksi dan distribusi tahu dapat memberikan pendapatan


(20)

bagi mereka, baik itu bagi pengusaha tahu itu sendiri, orang yang bekerja sebagai distributor dan bagi pekerja yang memproduksi tahu, bahkan bagi konsumen kreatif yang mengolah tahu menjadi berbagai varian panganan. Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa cukup banyak manfaat tahu.

Salah satu faktor bagi seseorang menjadi pengusaha tahu adalah karena adanya anggapan bahwa tahu merupakan panganan rakyat. Disebut sebagai panganan rakyat karena panganan ini dapat dikonsumsi oleh masyarakat kelas bawah, sehingga panganan ini mudah untuk dipasarkan. Panganan ini cukup ekonomis serta bergizi, sehingga pengusaha tertarik untuk memproduksi dan mendistribusikannya. Adapun faktor lain bagi seseorang menjadi pengusaha tahu adalah karena faktor turun temurun, yaitu bahwa pengusaha/pemilik pabrik home

industri tahu biasanya mempekerjakan orang yang masih bagian dari anggota

keluarganya dalam memproduksi tahu sehingga pengetahuan (cara memproduksi

tahu) yang diperoleh selama bekerja dapat dimanfaatkan untuk membuat usaha

sendiri. Dengan begitu, seseorang tersebut menjadi pengusaha di pabrik yang ia dirikan.

1.2. Tinjauan Pustaka

Manusia sebagai makhluk yang berbudaya, memerlukan kebutuhan yang bersifat hayati dan manusiawi. Kebutuhan yang bersifat manusiawi adalah lebih ditujukan untuk meningkatkan martabat dan status mereka ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Oleh karenanya, kebutuhan yang bersifat manusiawi tidak hanya bersifat material semata, melainkan juga berkaitan dengan pendidikan, pekerjaan, kesenian, agama dan ekonomi (Poerwanto 1993:9).


(21)

Secara sederhana Malinowski (dalam Sjairin, 2002:1-2) menyatakan bahwa kebutuhan hidup manusia itu dapat dibagi pada tiga kategori besar yaitu :

a. Kebutuhan alamiah-biologi (manusia harus makan dan minum untuk menjaga kestabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainnya).

b. Kebutuhan kejiwaan (manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan, gelisah, dan lain-lain).

c. Kebutuhan sosial (manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan, untuk tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaannya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh dan lain-lain).

Untuk memenuhi kebutuhannya maka manusia membutuhkan kegiatan-kegiatan yang menyangkut atas kebutuhan, kegiatan-kegiatan tersebut disebut juga sebagai kegiatan ekonomi (Putong 2002:16). Adanya kebutuhan inilah maka manusia tidak pernah terlepas dari kegiatan ekonomi. Sebagaimana yang didefinisikan oleh ahli antropologi ekonomi yang dikemukakan oleh Karl Polanyi bahwa ekonomi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup di tengah lingkungan alam dan lingkungan sosialnya (Polanyi dalam Sjairin, 2002:16-17).

Dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia hendaknya bekerja, melakukan suatu kegiatan. Seperti yang dikatakan Karl Marx, yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah kerja karena hanya manusialah, makhluk yang mampu melakukan kerja (Marx dalam Damsar, 2009:68). Banyak pekerjaan


(22)

yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti halnya berdagang atau membuat usaha sendiri, sebagai contoh adalah pengusaha tahu. Membuat

tahu sebagai mata pencaharian tentu terkait dengan kegiatan produksi dan

pemasaran.

Membahas mengenai kegiatan produksi maka disini peneliti paparkan terlebih dahulu pengertian produksi yang dikemukakan oleh Damsar (2009:67)

”Kata produksi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu

production. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata produksi

yaitu hasil dan pembuatan. Pengertian produksi tersebut mencakup segala kegiatan, termasuk prosesnya, yang dapat menciptakan hasil, penghasilan dan pembuatan. Kegiatan produksi adalah suatu produk. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, produk didefinisikan sebagai : satu, barang atau jasa yang dibuat ditambah gunanya atau nilainya dalam proses produksi dan menjadi hasil akhir dari proses produksi itu. Dua, benda atau yang bersifat kebendaan seperti barang, bahan, atau bangunan yang merupakan hasil konstruksi. Tiga, hasil; hasil kerja. Dari ketiga definisi dari produk tersebut dapat dipahami bahwa produk berkait dengan suatu proses yang barnama kerja.”

Menurut Assauri (1993:11) pengertian produksi dalam ekonomi adalah merupakan kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk menciptakan dan menambah kegunaan atau utilitas suatu barang atau jasa. Setelah dilakukannya proses produksi maka tahap selanjutnya adalah pendistribusian. Distribusi berakar dari bahasa Inggris distribution, yang berarti penyaluran sedangkan kata dasarnya

to distribute, berdasarkan Kamus Inggris Indonesia John M, Echols dan Hasan

Shadilly bermakna membagikan, menyalurkan, menyebarkan, mendistribusikan, dan mengageni (Damsar, 2009:93). Kamus Besar Bahasa Indonesia menterjemahkan kata distribusi sebagai penyaluran (pembagian, pengiriman) kepada beberapa orang atau ke beberapa tempat. Jadi, berdasarkan rujukan tersebut, Damsar memahami distribusi sebagai proses penyaluran barang atau jasa kepada pihak lain atau dapat disebut sebagai suatu kegiatan pemasaran.


(23)

Menurut Sunarto (2006:4) kegiatan pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai bagi pihak lain. Agar kegiatan pemasaran berjalan dengan baik maka pengusaha maupun distributor tahu haruslah memiliki strategi tertentu, baik itu ketika harga kedelai mengalami kenaikan maupun adanya isu formalin yang mengakibatkan hilangnya rasa percaya konsumen bahwa tidak semua hasil produksi tahu menggunakan bahan tersebut.

Strategi yang dimiliki merupakan suatu proses bertahan hidup. Strategi bertahan hidup adalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan (Iwan, 2009:22). Lebih dijelaskan oleh Edi Suharno bahwa definisi dari strategi bertahan hidup (coping strategies) adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Jadi, dalam penelitian ini strategi dilakukan agar pengusaha tahu dapat menstabilkan usahanya.

Adanya strategi tentu tidak terlepas dari pengetahuan yang diperoleh. Berbagai pengetahuan yang dimiliki oleh para pengusaha tahu merupakan bagian dari kebudayaan yang mereka miliki. Manusia dan kebudayaan merupakan kesatuan yang tidak dapat terpisahkan, sementara itu pendukung kebudayaan adalah makhluk manusia itu sendiri.

Koentjaraningrat (1990:180) mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Pengetahuan yang diperoleh melalui proses belajar tentu terkait dengan definisi


(24)

kebudayaan yang dikemukakan oleh Spradley (1997:19-20) yaitu kebudayaan sebagai sebuah sistem pengetahuan yang diperoleh manusia dengan proses belajar, yang mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka dan sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka. Dalam penelitian ini, maka pemahaman budaya atas perilaku dalam menjalankan usahanya menjadi sangatlah penting.

Kebudayaan yang dimiliki manusia tentu dapat diterapkan dalam berbagai tindakan demi keperluan hidupnya. Kebudayaan juga disebut sebagai suatu pedoman atau pegangan yang operasional, yang dipunyai oleh warga masyarakat dalam menghadapi lingkungan tertentu (sosial, fisik, alam dan kebudayaan) agar masyarakat tersebut dapat tetap melangsungkan kehidupannya dan untuk dapat hidup lebih baik lagi (Suparlan 1984:14-15). Secara keseluruhan kebudayaan manusia itu terbagi atas tiga wujud kebudayaan yaitu : sistem budaya, sistem sosial dan kebudayaan fisik (Koentjaraningrat 1974:15).

Sistem budaya mencakup ide-ide, gagasan yang mengkonsepkan hal-hal yang bernilai, yang hidup dalam pikiran manusia. Gagasan yang berlangsung membentuk pola pikir seorang individu dan terlihat dalam mata pencahariannya, dalam hal ini misalnya pengusaha tahu. Seseorang menjadi pengusaha tahu karena adanya ide ataupun gagasan dalam pikirannya sehingga seseorang itu menjadi pengusaha tahu. Ketika seseorang tersebut telah menjadi pengusaha tahu maka ia pun harus memiliki ide-ide atau gagasan. Dalam hal ini, yang peneliti maksud adalah gagasan atau ide yang menjadi strategi pengusaha tahu untuk tetap mempertahankan usahanya ketika ada atau muncul hal-hal yang dapat mengancam


(25)

kestabilan usahanya. Terkait dengan penelitian ini adalah ketika adanya isu formalin yang berkembang di masyarakat dan kenaikan harga kedelai.

Adam Smith (dalam Fukuyama, 2002:17) menyatakan bahwa kehidupan ekonomi tertanam secara mendalam pada kegiatan sosial, dan ia tidak bisa dipahami terpisah dari adat, moral, dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat dimana proses ekonomi itu terjadi. Singkatnya, ia tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan. Dalam kehidupan ekonomi yang tertanam secara mendalam pada kegiatan sosial, pasti lah terjadi interaksi sosial.

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antar orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang-perorangan dengan kelompok-kelompok manusia (Soejono, 1987). Pendapat lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan interaksi sosial adalah proses dimana antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok berhubungan satu dengan yang lain (Narwoko dan Suyanto, 2007:20).

Dalam lingkungan kerja, interaksi sosial yang terjadi adalah antara pengusaha, distributor (orang yang menjualkan hasil produksi) dan pekerja (orang yang memperoduksi). Sedangkan diluar lingkungan kerja, interaksi sosial yang terjadi adalah antara orang-orang yang berada dalam lingkungan kerja dengan masyarakat sekitar, distributor dengan konsumen dan konsumen dengan konsumen.


(26)

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang diajukan adalah bagaimanakah cara pengusaha tahu dalam memproduksi, mendistribusikan, dan menghadapi hal-hal yang terkait dengan usahanya? Permasalahan penelitian ini diuraikan ke dalam 4 pertanyaan penelitian yaitu:

1. Apa alasan mendasar untuk menjadi pengusaha tahu? 2. Bagaimana proses produksi dan distribusi tahu?

3. Bagaimana pengusaha tahu dalam pencarian tenaga kerja?

4. Hal apa saja yang dilakukan pengusaha tahu dalam menghadapi kenaikan harga kedelai dan isu formalin?

1.4. Kerangka Konsep

Konsep-konsep yang terkandung dalam penelitian ini perlu dijelaskan agar tidak menimbulkan persepsi dan pemahaman yang berbeda pada tulisan ini. Pengusaha tahu terdiri dari dua kata yaitu pengusaha dan tahu. Pengusaha adalah seseorang yang memiliki usaha dan memperkerjakan orang lain dalam proses produksi maupun distribusi demi keberlangsungan usahanya, sedangkan tahu adalah kata benda. Jadi pengusaha tahu adalah seseorang yang memiliki usaha dan mempekerjakan orang lain dalam proses produksi maupun distribusi terhadap usaha tahu.

Kegiatan ekonomi dalam tulisan ini menjelaskan tentang aktifitas manusia yang meliputi aspek produksi, distribusi maupun konsumsi suatu barang, tentu saja dalam tulisan ini yang dimaksudkan adalah tahu. Dalam penelitian ini, kegiatan ekonomi yang dibahas terbatas pada aspek produksi dan distribusinya


(27)

saja. Pola produksi adalah bentuk, sifat dan cara yang ditempuh oleh manusia untuk menghasilkan sesuatu barang. Pola distribusi adalah bentuk, sifat dan cara yang dijalankan oleh manusia untuk membagi hasil produksi.

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengusaha tahu dalam memproduksi dan memasarkan hasil produksi terkait dengan adanya kenaikan harga kedelai dan isu formalin. Secara akademis, penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan keilmuan, khususnya antropologi ekonomi. Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak terkait, seperti halnya dapat membantu Pemerintah Kota Medan maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam mensosialisasikan bahwa tahu adalah panganan yang baik untuk dikonsumsi dan tidak semua pengusaha menggunakan formalin karena terbukti masih ada pengusaha yang tidak menggunakan bahan tersebut. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam menentukan kebijaksanaannya terkait dengan industri kecil.

1.6. Metode Penelitian 1.6.1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang dapat menghasilkan data, tulisan, tingkah laku yang didapat dari apa yang diamati (Nawawi, 1994:203). Berkenaan dengan penelitian ini sebagai studi deskriptif maka penelitian ini akan menjelaskan dan mendeskripsikan pengusaha tahu dalam


(28)

memproduksi dan memasarkan hasil produksi terkait dengan adanya kenaikan harga kedelai dan isu formalin.

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Loflan dan Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain (Moleong, 2006:157). Data dalam penelitian ini dikategorikan atas 2 (dua) jenis data yakni data primer dan data skunder.

Data primer merupakan data utama yang diperoleh melalui observasi (pengamatan) dan interview (wawancara):

i. Observasi (pengamatan) merupakan salah satu metode yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini. Observasi (pengamatan) yang peneliti lakukan adalah observasi partisipasi tapi tidak penuh. Observasi partisipasi tapi tidak penuh yang peneliti maksudkan adalah selain mengamati proses produksi dan pemasarannya, disini peneliti juga ikut terjun langsung dalam menjual hasil produksi yaitu tahu kepada konsumen. Peneliti melakukan observasi (pengamatan) terhadap proses produksi dan pemasaran hasil produksi. Setelah melakukan observasi (pengamatan) maka hasil observasi (pengamatan) kemudian dituangkan ke dalam catatan pengamatan lapangan. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat memudahkan peneliti untuk mengingat kembali hasil pengamatan.

ii. Interview (wawancara) yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara mendalam (in-depth interview) yaitu berdialog langsung (face


(29)

mendalam dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide). Interview Guide adalah pedoman wawancara berdasarkan poin-poin penting yang akan ditanyakan kepada informan. Pertanyaan tersebut akan berkembang lebih luas ketika dalam proses wawancara. Proses wawancara dibantu dengan alat rekam (tape recorder). Hasil wawancara dituangkan ke dalam catatan wawancara.

Sebelum melakukan interview (wawancara), peneliti terlebih dahulu melakukan pendekatan terhadap orang yang terpilih sebagai informan. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan pokok atau informan kunci (key informant), informan biasa dan informan pangkal. Bernard (1994:165) menyatakan bahwa informan kunci (key informant) yang baik adalah informan yang mudah untuk dimintai informasi (diwawancarai), memahami informasi yang dibutuhkan peneliti dan dapat bekerjasama dengan peneliti dengan baik. Sedangkan informan biasa adalah orang-orang yang memberikan informasi mengenai suatu masalah sesuai dengan pengetahuannya dan bukan merupakan ahlinya dan informan pangkal adalah informan yang pertama sekali ditemui. Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah pengusaha maupun distributor. Sedangkan yang menjadi informan biasa adalah pekerja yang ada di pabrik dan konsumen, dan yang menjadi informan pangkal adalah Instansi yang berada di Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag).

Interview (wawancara) yang ditujukan kepada informan kunci (key informant) adalah untuk memperoleh informasi tentang produksi dan


(30)

distribusi tahu agar tetap dapat berjalan normal ditengah adanya pemberitaan mengenai penggunaan bahan formalin yang berkembang saat itu dan hal-hal yang mereka lakukan ketika harga kedelai mengalami kenaikan, kerugian yang dicapai akibat adanya pemberitaan mengenai bahan formalin dan kerugian akibat kenaikan harga kedelai. Sedangkan

interview (wawancara) yang ditujukan kepada informan biasa yaitu

pekerja dan konsumen adalah untuk mengetahui informasi tentang pengaruh kenaikan harga kedelai dan adanya pemberitaan bahan formalin tersebut terhadap pekerja dan konsumen. Sedangkan interview (wawancara) yang ditujukan kepada Instansi yang berada di Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) adalah untuk mengetahui salah satu lokasi yang banyak melakukan produksi tahu di Kota Medan. Data skunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek

penelitian. Pengumpulan data skunder dalam penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berasal dari buku, juga dari sumber lainnya seperti surat kabar, koran, dokumen, majalah, jurnal dan internet yang berkaitan dengan masalah penelitian dan dianggap relevan dengan penelitian ini.

1.6.3. Analisa Data

Analisa data merupakan suatu upaya untuk mencari benang merah antara masalah-masalah yang ada dalam topik penelitian dengan dasar teoritis yang ada ataupun isu-isu yang berkembang berkenaan dengan permasalahan pengusaha


(31)

data perlu dilakukan secara continue atau terus menerus dan berkelanjutan sepanjang proses penelitian. Peneliti akan menganalisa data yang sudah didapat dari lapangan dengan mengumpulkan data yang sejenis kedalam kategori-kategori yang telah ditentukan. Setelah itu, peneliti akan memeriksa ulang data untuk melihat kelengkapan data. Data yang diperoleh dari lapangan kemudian di analisis sesuai metode yang digunakan yaitu metode kualitatif. Data-data yang akan ditulis akan diperkuat dengan data kepustakaan yang berupa teori-teori. Dalam menulis dan menganalisis, peneliti juga menambahkan data-data berupa hasil pengamatan (observasi) sebagai penguat data hasil wawancara yang telah dikategorikan tadi.

1.7. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di beberapa tempat pembuatan tahu (pabrik/home

industri tahu) di kota Medan, namun peneliti lebih memfokuskan di Kecamatan

Medan Selayang, dan yang menjadi alasan pemilihan lokasi ini adalah :

 Peneliti merasa akan lebih mudah untuk mendapatkan data karena menurut data yang peneliti peroleh melalui Kantor Disperindag (Dinas Perindustrian dan Perdagangan), Kecamatan Medan Selayang merupakan salah satu Kecamatan yang banyak melakukan produksi tahu di kota Medan.

Ada 4 (empat) pabrik tahu di Kecamatan Medan Selayang dan dari keempat pabrik ini terdapat dua jenis tahu diantaranya yaitu 2 (dua) pabrik yang memproduksi jenis tahu Cina dan 2 (dua) pabrik lagi memproduksi jenis tahu Sumedang.


(32)

BAB II

GAMBARAN UMUM KECAMATAN MEDAN SELAYANG

2.1. SejarahTerbentuknya Kecamatan Medan Selayang

Menurut data yang diperoleh melalui kantor Kecamatan Medan Selayang disebutkan bahwa Kecamatan Medan Selayang adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di bagian Barat Daya Wilayah Kota Medan yang memiliki luas dengan perkiraan sekitar 23,89 km2 atau 4,83% dari seluruh luas wilayah Kota Medan. Kecamatan ini berada pada ketinggian 26-50 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Medan Selayang merupakan pecahan dari Kecamatan Medan Baru, Medan Sunggal dan Medan Tuntungan.

Sebelum menjadi kecamatan defenitif (kecamatan yang berdiri sendiri), maka terlebih dahulu diproses melalui Kecamatan Perwakilan. Sesuai dengan Keputusan Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor : 138/402/K/1991 tentang Penetapan dan Perubahan 10 Perwakilan Kecamatan yang merupakan pemekaran wilayah Kecamatan Medan Baru, Medan Sunggal dan Medan Tuntungan dengan nama “Perwakilan Kecamatan Medan Selayang” dengan 5 (lima) kelurahan. Ketika itu, kantor masih menyewa bangunan rumah berukuran 6x12 m di Jalan Bunga Cempaka Kelurahan Padang Bulan Selayang II.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.50 Tahun 1991 tentang pembentukan beberapa kecamatan di Sumatera Utara termasuk 8 (delapan) Kecamatan Pemekaran di Kota Medan maka secara resmi Perwakilan Kecamatan Medan Selayang menjadi kecamatan defenitif yaitu Kecamatan Medan Selayang. Kantornya pun telah menempati bangunan permanen dengan


(33)

luas tanah lebih kurang 2000 m2 dan luas bangunan 396 m2 dan dibangun atas adanya bantuan masyarakat. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 146.1/1101/k/1994 tentang Pembentukan 7 (tujuh) Kelurahan Persiapan di Kota Medan maka Kecamatan Medan Selayang berkembang dari 5 (lima) kelurahan menjadi 6 (enam) kelurahan yaitu: Kelurahan Beringin, Kelurahan Padang Bulan Selayang I, Kelurahan Padang Bulan Selayang II, Kelurahan Tanjungsari, Kelurahan Swasembada dan yang terakhir adalah Kelurahan Sempakata.

Sejak terbentuknya Perwakilan Kecamatan Medan Selayang dari tahun 1991 sampai sekarang, wilayah ini telah dipimpin oleh beberapa Camat. Berdasarkan data yang diperoleh melalui kantor Kecamatan Medan Selayang, terdapat 5 (lima) kali pergantian camat yang terhitung sejak tahun 1991 hingga tahun 2007 bahkan hingga sekarang. Adapun daftar nama camat tersebut diantaranya adalah :

1. OK Lailan Zaitun merupakan camat yang pertama menjabat di Kecamatan Medan Selayang sejak terbentuknya Perwakilan Kecamatan Medan Selayang dengan masa bakti sejak tahun 1991 hingga tahun 1993.

2. Drs. Farit Wajedi, M.Si., menduduki jabatannya dengan masa bakti sejak tahun 1993 hingga tahun 1998.

3. Drs. Parluhutan Hasibuan menduduki jabatannya dengan masa bakti sejak tahun 1998 hingga tahun 2000.

4. H. Syarifuddin, SH., menduduki jabatannya dengan masa bakti sejak Desember pada tahun 2000 hingga Juli pada tahun 2006.


(34)

5. M. Reza Hanafi S.STP. M.AP., menduduki jabatannya pada Desember 2006 hingga sekarang.

2.2. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Medan Selayang

Secara geografis, kondisi fisik Kecamatan Medan Selayang berada di wilayah Barat Daya Kota Medan yang secara spasial merupakan dataran kemiringan antara 0-5% (profil Kecamatan Medan Selayang). Wilayah-wilayah yang berdekatan dan berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Selayang adalah :

- Sebelah Utara : Kecamatan Medan Baru dan Medan Sunggal - Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor - Sebelah Timur : Kecamatan Polonia

- Sebelah Barat : Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Luas wilayah Kecamatan Medan Selayang adalah lebih kurang 2.379 Ha. Disebutkan bahwa Kecamatan Medan Selayang terbagi menjadi 6 (enam) kelurahan dan 63 lingkungan dengan status Kelurahan Swasembada. Kelurahan yang terluas di kecamatan ini adalah Kelurahan Padang Bulan Selayang II dengan luas 700 Ha dan memiliki 17 lingkungan. Adapun kelurahan yang lain adalah Kelurahan Tanjung Sari 510 Ha dan memiliki 14 lingkungan, Sempakata dengan luas 510 Ha dan memiliki 6 (enam) lingkungan, Asam Kumbang dengan luas 400 Ha dan memiliki 10 lingkungan, Padang Bulan Selayang I dengan luas 180 Ha dan memiliki 10 lingkungan, kemudian yang terakhir adalah Kelurahan Beringin sebagai Kelurahan terkecil dengan luas yang hanya 79 Ha dan memiliki 6 lingkungan.


(35)

Secara garis besar, kawasan Medan Selayang merupakan pemukiman. Namun masih ada kawasan pertanian yang terdapat di Kelurahan Tanjung Sari, Asam Kumbang, dan Padang Bulan Selayang II, yang masih memiliki peluang untuk mengembangkan kawasan agrobisnis yang bernilai ekonomis, apalagi jika dapat dikembangkan secara professional. Salah satu faktor penting di wilayah Kecamatan Medan Selayang ini adalah tingkat kesuburan tanahnya. Hal ini dikarenakan tanah tersebut merupakan tanah yang berjenis tanah andosol. Jenis tanah andosol ini memiliki tingkat kesuburan yang tinggi serta dilewati sungai, sehingga wilayah ini menjadi daerah yang subur bagi pertanian.

Daerah yang subur bagi pertanian ini ternyata tidak dibarengi dengan tingkat pertanian yang semakin tinggi, namun justru lahan pertanian banyak yang dijadikan sebagai komplek/perumahan. Hal ini terbukti dengan banyaknya komplek/perumahan yang telah berdiri di Kecamatan Medan Selayang seperti Taman Setia Budi Indah, Graha Tanjung Sari, Villa Malina Indah, Taman Asoka dan lain-lain. Adapun jenis pemukiman perumahan yang berkembang tersebut yaitu perumahan/komplek berjumlah 13 unit, asrama 1 (satu) unit, rumah sehat 16.816 unit dan rumah sederhana 924 unit (Profil Kelurahan, tahun 2006). Sejak tahun 2006 hingga tahun 2010 lahan pertanian semakin berkurang karena fungsinya telah berubah menjadi komplek/perumahan.

Perubahan lahan pertanian menjadi komplek/perumahan tentu menimbulkan dampak tersendiri karena pada setiap perubahan tentu dapat memunculkan hal yang positif maupun negatif. Hal positif yang terjadi akibat perubahan lahan pertanian menjadi komplek/perumahan yaitu lokasi tersebut menjadi ramai karena pertambahan penduduk yang berada di


(36)

komplek/perumahan. Adanya komplek/perumahan menjadikan lokasi tersebut terlihat mewah karena bangunan komplek/perumahan itu sendiri adalah bangunan yang dapat dikatakan mewah bagi masyarakat pada umumnya. Di dalam komplek/perumahan terdapat kolam renang yang disediakan untuk umum sehingga kolam renang tersebut tidak hanya dipakai oleh mereka yang tinggal di komplek/perumahan. Adapun hal negatif yang terjadi akibat dari perubahan lahan pertanian menjadi komplek/perumahan yaitu berkurangnya hasil pertanian. Lahan yang subur karena memiliki jenis tanah andosol seperti yang telah dituliskan di atas seharusnya dapat menjadikan hasil pertanian yang berkualitas, namun dengan adanya perubahan fungsi lahan maka hasil pertanian yang seharusnya berkualitas itu menjadi tidak terwujud dan bahkan hasil pertanian pun menjadi berkurang.

Berdasarkan data luas sawah di Kecamatan Medan Selayang menunjukkan bahwa telah terjadi pengurangan lahan yang rata-rata mencapai 0,5% per tahun. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini :

Tabel 2.1

Luas Sawah di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2002 - 2006

No Tahun Luas (Ha) 1 2002 515 2 2003 496 3 2004 450 4 2005 423 5 2006 398

Sumber Data : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kota Medan

Dari tabel 2.1 di atas dapat dilihat jumlah luas sawah ketika tahun 2002 adalah 515 Ha dan di tahun 2006 mengalami penurunan hingga menjadi 398 Ha maka dengan begitu telah terjadi penurunan sawah wilayah sejumlah 117 Ha. Tidak hanya kebutuhan pokok seperti penyediaan lahan yang telah disebutkan pada kalimat di atas yang menjadi salah satu hal penting untuk masyarakat, namun


(37)

ada pula kebutuhan sekunder masyarakat yang harus terpenuhi. Untuk itu dalam menunjang kebutuhan sekunder masyarakat maka di Kecamatan Medan Selayang telah disediakan penyediaan air bersih dengan jumlah 56,44%, listrik berjumlah 99%, telepon 28,15%, lapangan olahraga 24 persil, rumah ibadah 60 unit, rumah sakit 1 (satu) unit, dan terdapat 3 (tiga) unit puskesmas yang sudah tersedia dengan baik.

Pada tahun 2008 penyediaan listrik dari PLN (Pembangkit Listrik Negara) dan penyediaan air bersih dari PAM (Perusahaan Air Minum) sudah lebih membaik. Tercatat sebanyak 32.210 rumah tangga yang berlangganan listrik PLN dan sebanyak 16.547 rumah tangga yang berlangganan air PAM di Kecamatan Medan Selayang. Di Kecamatan Medan Selayang ini juga terdapat beberapa jenis pelayanan untuk masyarakat yang membutuhkan antara lain yaitu:

 KTP dan KK

 Surat Keterangan Pindah

 Kartu Nomor Induk Kependudukan (Kartu NIK)  Kartu Identitas Penduduk Musiman (KIPEM)  Surat Izin Menetap (SIM)

 Surat Keterangan Kelahiran dan Surat Keterangan Lahir Mati  Surat Keterangan Kematian

 Surat Keterangan Perubahan Status Kewarganegaraan (SKPSK)  Dan Surat-surat keterangan lainnya


(38)

2.3. Kependudukan 2.3.1. Jumlah Penduduk

Kecamatan Medan Selayang dihuni oleh 84.913 jiwa. Diantara keenam kelurahan yang berada di Kecamatan Medan Selayang, kelurahan yang terbanyak penduduknya yaitu Kelurahan Tanjung Sari dengan jumlah 29.319 jiwa dan kelurahan yang paling sedikit penduduknya yaitu Kelurahan Beringin dengan jumlah 7.662 jiwa.

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan Penduduk per km² Tahun 2008

Kelurahan Jumlah Penduduk Luas Wilayah Kepadatan Penduduk per

km²

1. Sempakata 8957 5,1 1756

2. Beringin 7662 0,79 9699

3. PB Selayang II 14445 7 2064

4. PB Selayang I 9773 1,8 5429

5. Tj. Sari 29319 5,1 5749

6. Asam Kumbang 14758 4 3690

Medan Selayang 84913 23,79 3569

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan

Data pada tabel 2.2 di atas adalah data pada tahun 2008. Telah terjadi peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Berdasarkan pada hasil registrasi penduduk kelurahan disebutkan bahwa pada tahun 2000 penduduk di Kecamatan Medan Selayang berjumlah 73.500 jiwa, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2001 dengan jumlah jumlah 77.783 jiwa, dan pada tahun 2004 berjumlah 84.304, hingga tahun 2008 peningkatan jumlah penduduk tersebut terus terjadi.


(39)

2.3.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan data jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat perbandingannya antara jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan pada Kecamatan Medan Selayang. Jumlahnya cukup jauh berbeda yaitu terpaut 833 orang lebih banyak perempuan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.3 di bawah ini:

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin

Kelurahan Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan

1. Sempakata 4562 4395 8957 2. Beringin 3727 3935 7662 3. PB Selayang II 6491 7953 14445 4. PB Selayang I 4966 4807 9773 5. Tj.Sari 14919 14400 29319 6. Asam Kumbang 7375 7384 14758 Jumlah 42040 42873 84913 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan

Berdasarkan data pada tabel 2.3 di atas dapat dilihat bahwa untuk se Kecamatan Medan Selayang yang menjadi penduduk terbanyak adalah yang berjenis kelamin perempuan yaitu dengan jumlah 42.873 jiwa, sedangkan laki-laki berjumlah 42.040 jiwa. Jika dihitung berdasarkan per kelurahan maka terdapat perbandingan 50:50 yaitu 3 (tiga) kelurahan yang berjenis kelamin laki-laki terbanyak, diantaranya adalah Kelurahan Sempakata, Kelurahan PB Selayang I, dan Kelurahan Tanjung Sari dan 3 (tiga) kelurahan lagi berjenis kelamin perempuan terbanyak, diantaranya yaitu: Kelurahan Beringin, Kelurahan PB Selayang II, dan Kelurahan Asam Kumbang. Jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Medan Selayang berada di Kelurahan Tanjung Sari dengan jumlah 29.319 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit berada di Kelurahan Beringin dengan jumlah 7.662 jiwa. Kelurahan Tanjung Sari itu sendiri adalah


(40)

salah satu kelurahan yang termasuk lebih banyak penduduk yang berjenis kelamin laki-laki daripada perempuan, sedangkan Kelurahan Beringin adalah salah satu kelurahan yang lebih didominasi oleh penduduk yang berjenis kelamin perempuan dari pada laki-laki.

2.3.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Status Pendidikan

Jumlah penduduk Kecmatan Medan Selayang berdasarkan status pendidikannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.4

Jumlah Penduduk Usia 7-12 tahun berdasarkan Status Pendidikan Tahun 2008

Kelurahan Sekolah Tidak Sekolah Jumlah

1. Sempakata 1241 0 1241

2. Beringin 3098 0 3098

3. PB Selayang II 4341 0 4341 4. PB Selayang I 2834 0 2834

5. Tj.Sari 8515 0 8515

6. Asam Kumbang 4106 0 4106 Medan Selayang 24135 0 24135 Sumber: kantor Lurah se-Kecamatan Medan Selayang

Dapat dilihat pada tabel 2.4 di atas bahwa seluruh penduduk Kecamatan Medan Selayang yang berusia 7-12 tahun adalah berstatus bersekolah dan tidak ada 1 (satu) orang pun yang tidak bersekolah. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan. Kelurahan Tanjung Sari yang merupakan kelurahan terbanyak penduduknya bila dibandingkan dengan kelurahan lainnya yaitu dengan jumlah penduduk 29.319 jiwa maka dengan begitu generasi penerusnya atau angka kelahirannya tentu juga lebih banyak dari pada angka kelahiran penduduk di kelurahan lainnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.4 di halaman sebelumnya yaitu penduduk yang berusia 7-12 tahun berjumlah sebanyak 8.515 jiwa.


(41)

2.3.4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

Jumlah penduduk Kecamatan Medan Selayang menurut kelompok umur dan jenis kelaminnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.5

Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur 0-65 tahun Di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

Kelompok Umur

Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan

0-4 3625 3800 7425

5-14 7926 7878 15804

15-44 22583 23041 45624

45-64 6593 6335 12928

> = 65 1313 1820 3133

Jumlah 42040 42873 84913

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan

Data pada tabel 2.5 di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk kelompok umur 15-44 tahun dengan jumlah 45.624 jiwa adalah yang mendominasi dari kelompok umur lainnya. Hal ini dikarenakan berdasarkan kelompok umur, selisih umur 15-44 tahun adalah selisih umur yang paling jauh dari pada kelompok umur lainnya yaitu 29 tahun banyaknya selisih umur tersebut. Data pada tabel menunjukkan bahwa umur 15-44 tahun adalah usia produktif maka kelompok umur ini di dasarkan atas kelompok usia produktif.

2.3.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Terdapat beberapa mata pencaharian bagi penduduk Kecamatan Medan Selayang. Diantaranya yaitu Pegawai Negeri, Pegawai Swasta, ABRI, Petani, Pedagang, Pensiunan dan lainnya. Untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat pada tabel 2.6 di halaman berikutnya:


(42)

Tabel 2.6

Mata Pencaharian Penduduk

Kelurahan Peg. Negeri

Peg. Swasta

ABRI Peta-ni Peda-gang Pen-siun an Lain nya 1. Sempakata 453 1415 32 381 351 67 491 2. Beringin 391 2317 37 278 1917 193 71 3. PB Selayang II 1881 716 569 193 195 119 145 4. PB Selayang I 331 1371 42 191 276 154 274 5. Tj. Sari 618 2021 74 272 427 103 372 6. Asam Kumbang 517 323 832 293 157 139 3794

Jumlah 4191 8163 1586 1608 3323 775 5147 Sumber: kantor Lurah se-Kecamatan Medan Selayang

Data pada tabel 2.6 di atas menunjukkan bahwa yang mendominasi mata pencaharian penduduk terbanyak adalah berada di Kelurahan Asam Kumbang dengan jumlah 6.055 jiwa, sedangkan yang paling sedikit adalah berada di Kelurahan PB Selayang I dengan jumlah 2.641 jiwa. Hal tersebut menunjukkan bahwa banyaknya penduduk dengan status bekerja terdapat di Kelurahan Asam Kumbang daripada kelurahan lainnya bila dilihat melalui se Kecamatan Medan Selayang dan hal itu berarti bahwa lebih sedikit penduduk yang berstatus tidak bekerja (pengangguran).

Selain beberapa mata pencaharian yang tersebut pada tabel 2.6 di atas terdapat pula mata pencaharian lainnya, salah satu diantaranya adalah usaha industri. Terdapat beberapa perusahaan industri di Kecamatan Medan Selayang, baik itu industri besar/sedang, kecil dan kerajinan rumah tangga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.7 di halaman berikutnya:


(43)

Tabel 2.7

Banyaknya Perusahaan Industri Besar/Sedang, Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga

Tahun 2008

Kelurahan Besar/Sedang Kecil Rumah Tangga

1. Sempakata 1 3 0

2. Beringin 0 4 0

3. PB Selayang II 0 3 10

4. PB Selayang I 1 0 2

5. Tj. Sari 2 5 43

6. Asam Kumbang 2 8 14

Medan Selayang 6 23 69

Sumber: kantor Lurah se-Kecamatan Medan Selayang

Data pada tabel 2.7 di atas menunjukkan bahwa keseluruhan jumlah perusahaan industri Kecamatan Medan Selayang adalah 98 perusahaan industri, baik itu industri besar/sedang, kecil maupun industri rumah tangga. Perusahaan industri di Kecamatan Medan Selayang sudah mulai bermunculan. Perusahaan industri di Kecamatan Medan Selayang lebih didominasi oleh industri rumah tangga. Tercatat pada tahun 2008 terdapat 6 (enam) industri besar, 23 industri kecil dan 69 industri rumah tangga. Adapun salah satu industri yang terdapat di Kecamatan Medan Selayang yaitu pabrik/home industry tahu. Terdapat 4 (empat) pabrik/home industry tahu di Kecamatan Medan Selayang (data kantor Disperindag). Ada 2 (dua) jenis tahu yang diproduksi diantaranya yaitu 2 (dua) pabrik/home industry tahu memproduksi jenis tahu Cina dan 2 (dua) pabrik/home

industry tahu memproduksi jenis tahu Sumedang.

Jika dalam bidang pertanian dibutuhkan lahan untuk pertanian, maka pada industri tahu, selain dibutuhkan lahan untuk pembangunan pabrik industrinya, hal lain yang juga dibutuhkan adalah adanya aliran sungai. Di Kecamatan Medan Selayang terdapat aliran sungai yang cukup panjang. Aliran sungai ini melintasi Kelurahan Padang Bulan Selayang II ke Kelurahan Tanjung Sari, dan dari


(44)

Kelurahan Tanjung Sari kemudian menuju ke Kelurahan Selayang I, lalu dari Kelurahan Selayang I kemudian menuju ke Kecamatan Medan Sunggal yang mengalir dari Selatan ke Utara. Menurut sejarahnya sungai ini adalah sungai yang digunakan masyarakat sekitar untuk air bersih dan memancing. Hingga kini pun sungai tersebut masih digunakan untuk memancing.

Pada umunya, lokasi usaha pabrik/home industry tahu di Kecamatan Medan Selayang berada tidak jauh dari aliran sungai. Hal tersebut dikarenakan aliran sungai dijadikan sebagai tempat pembuangan limbah dari produksi tahu. Limbah dari produksi tahu tentu mengganggu penduduk sekitar pabrik/home

industry tahu apabila pembuangannya tidak diatur dengan baik. Untuk itulah

sebelum membangun pabrik sebagai tempat produksi tahu, terlebih dahulu pengusaha tahu memikirkan dampak negatif yang kemungkinan akan timbul dari penduduk sekitarnya terkait dengan usahanya, khususnya dalam hal pembuangan limbah produksi. Aliran sungai adalah solusi bagi pengusaha tahu agar pembuangan limbah produksi tidak mengganggu penduduk sekitarnya, sehingga dengan begitu maka proses produksi tahu dapat berjalan dengan lancar. Penduduk tidak merasa terganggu dengan adanya pembuangan limbah ke sungai karena penduduk tidak memanfaatkan air sungai untuk air bersih

Limbah yang dihasilkan melalui produksi tahu bukanlah limbah yang berbahaya karena limbah berasal dari sisa saripati kacang kedelai yang tidak bermanfaat dalam produksi tahu. Limbah tersebut dibuang melalui saluran pembuangan yaitu pipa air yang mengarah ke aliran sungai. Panjang pipa tersebut tentu disesuaikan dengan panjangnya jarak antara tempat produksi ke arah sungai. Keempat pabrik industri tahu adalah pabrik industri rumahan yang merupakan


(45)

pabrik industri sederhana atau disebut sebagai home industry tahu. Dari keempat pabrik home industry tahu tersebut, 3 (tiga) diantaranya berada tidak jauh dari rumah si pengusaha (pemilik home industry tahu) dan yang satu lagi cukup jauh dengan rumah si pemilik home industry tahu, hal tersebut dikarenakan akibat lokasi yang tidak sesuai apabila home industry dibangun di areal rumahnya.

2.3.6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Status Perkawinan

Dalam setiap tahunnya tentu terdapat beberapa penduduk yang berubah statusnya dari lajang (belum menikah) menjadi sudah menikah (menikah) dan terdapat beberapa penduduk pula yang bercerai, baik itu yang bercerai mati maupun yang bercerai hidup. Data jumlah penduduk berdasarkan status perkawinan di Kecamatan Medan Selayang hingga 02 Juli 2007 adalah berjumlah 116.184 jiwa. Berdasarkan data, terdapat 4 (empat) status yang dijabarkan. Adapun penjabaran status tersebut adalah belum kawin, kawin, cerai hidup dan cerai mati. Jumlah yang berstatus belum kawin yaitu 66.548 jiwa, diantaranya adalah 35.181 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 31.367 berjenis kelamin perempuan. Mereka yang berstatus kawin berjumlah 46.357 jiwa, diantaranya adalah 23.285 yang berjenis kelamin laki-laki dan 23.072 berjenis kelamin perempuan. Untuk yang berstatus cerai hidup berjumlah 115 jiwa, diantaranya adalah 25 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 90 jiwa berjenis kelamin perempuan, sedangkan untuk yang berstatus cerai mati berjumlah 3.164 jiwa, diantaranya 419 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 2.745 jiwa berjenis kelamin perempuan. Jumlah keseluruhan dalam status perkawinan adalah 116.184 jiwa.

Dari penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah status penduduk yang cerai mati lebih banyak dengan jumlah 3.164 jiwa, sedangkan penduduk


(46)

dengan status cerai hidup berjumlah 115 jiwa. Hal tersebut menunjukkan bahwa hingga 02 Juli 2007 banyak pasangan yang saling setia hingga kematian yang menceraikan mereka. Berdasarkan pada penjabaran tersebut pula dapat disimpulkan bahwa hingga 02 Juli 2007 jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada jenis kelamin perempuan berdasarkan status perkawinan.

2.3.7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

Penduduk di Kecamatan Medan Selayang memeluk agama yang berbeda namun saling menghargai perbedaan tersebut sehingga dapat terwujud lingkungan yang tenteram dan damai, bahkan hingga kini tidak pernah terjadi perselisihan/pertengkaran antaragama. Terdapat lima agama yang terdata di Kecamatan Medan Selayang sesuai dengan agama yang disahkan pemerintah yakni Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Budha dan Hindu. Mayoritas penduduk di Kecamatan Medan Selayang pada tahun 2005 beragama Islam dengan jumlah 57.398 jiwa (60,53%), sedangkan Protestan 29.771 jiwa (31,40%), Katolik 5.488 jiwa (5,79%), Budha 1.119 jiwa (1,18%), dan Hindu 1.049 jiwa (1,11%).

2.3.8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

Disebutkan bahwa penduduk Kecamatan Medan Selayang cukup heterogen. Hal ini dikarenakan terdapat banyaknya suku bangsa yang hidup dan tinggal di wilayah ini. Berdasarkan data pada tahun 2006 disebutkan bahwa suku bangsa yang terbesar adalah suku bangsa Jawa dengan jumlah penduduk 35.463 jiwa (30%), kemudian suku bangsa Karo dengan jumlah 31.909 jiwa (27,00%), suku bangsa Melayu dengan jumlah 23.615 jiwa (20,00%), suku bangsa Batak


(47)

Mandailing dengan jumlah 11.768 jiwa (10.00%), suku bangsa Simalungun dengan jumlah 3.735 jiwa (3,22%), suku bangsa Minang Kabau dengan jumlah 3.474 jiwa (3,00%), suku bangsa Pakpak dengan jumlah 3.213 jiwa (2,78%), dan suku bangsa yang terkecil yaitu suku bangsa Nias dan lainnya dengan jumlah 2.289 (2,00%).

2.4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Sarana fisik merupakan sarana umum yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk melakukan aktifitas sehari-hari, khususnya yang berhubungan dengan kepentingan umum. Di Kecamatan Medan Selayang terdapat sarana dan prasarana fisik antara lain yaitu : a) sarana dan prasarana rumah ibadah, b) sarana dan prasarana olahraga, c) sarana dan prasarana pendidikan, d) kebersihan, dan e) sarana dan prasarana wisata.

2.4.1. Sarana dan Prasarana Rumah Ibadah

Bagi yang beragama Islam hampir setiap tahun, Kecamatan Medan Selayang mengadakan MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) tingkat kecamatan sekaligus menjadi seleksi bagi peserta MTQ Tingkat Kota Medan. Pelaksanaan MTQ tingkat kecamatan setiap tahun dilakukan secara bergiliran di setiap kelurahan. Pada tahun 2007 diadakan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II di mssjid Nurussalam di Jalan Bunga Cempaka. Suksesnya pelaksanaan MTQ Nasional ke 40 Tahun 2007 tingkat kecamatan adalah karena adanya peran serta masyarakat, instansi pemerintah maupun swasta, serta lembaga pengembangan Tilawatil Qur’an Kecamatan Medan Selayang pada saat itu.


(48)

Pada data tahun 2008 disebutkan bahwa mayoritas penduduk di Kecamatan Medan Selayang adalah beragama Islam maka jenis rumah ibadah yang sangat menonjol adalah masjid dan langgar. Terdapat 41 buah bangunan masjid dan terdapat 14 buah bangunan langgar. Begitu juga agama lain seperti Agama Kristen Protestan dan Kristen Katolik. Mereka membangun gereja di berbagai tempat. Terdapat 34 buah bangunan gereja yang tersebar di Kecamatan Medan Selayang, sedangkan agama Buddha hanya satu buah. Tidak banyak penduduk yang beragama Buddha, sehingga rumah ibadah bagi mereka hanya terdiri satu buah saja. Untuk lebih jelasnya, hal ini dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:

Tabel 2.8

Sarana Ibadah menurut Kelurahan Tahun 2008

Kelurahan Masjid Langgar Gereja Kelenteng Jumlah

1. Sempakata 4 0 6 0 10

2. Beringin 4 0 3 0 7

3. PB Selayang II 9 3 5 0 17

4. PB Selayang I 6 3 6 0 15

5. Tj. Sari 13 5 11 0 29

6. Asam Kumbang 5 3 3 1 12

7. Medan Selayang 41 14 34 1 90 Sumber: KUA (Kantor Urusan Agama) Kecamatan Medan Selayang

Dapat dilihat pada tabel 2.8 di atas bahwa masjid adalah tempat ibadah yang paling banyak di Kecamatan Medan Selayang. Hal tersebut di karenakan agama Islam mengungguli sebagai agama yang mendominasi di Kecamatan Medan Selayang. Kelurahan Tanjung Sari adalah kelurahan yang mendominasi sarana ibadah, hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduk adalah yang terbanyak di kelurahan ini maka fasilitas sarana ibadahnya pun menjadi lebih banyak dari pada kelurahan lain.


(49)

2.4.2. Sarana dan Prasarana Olah Raga

Seiring dengan perkembangan kemajuan teknologi dan informasi pada saat ini maka hampir setiap rumahtangga di Kecamatan Medan Selayang telah memiliki media elektronik seperti televisi dan radio, sehingga setiap perkembangan dari luar maupun dalam negeri telah dapat disaksikan secara langsung melalui siaran televisi, dan tidak terkecuali siaran olahraga. Hal ini tentu dapat mendorong masyarakat untuk meningkatkan gairah berolahraga. Adapun fasilitas sarana olah raga yang ada di Kecamatan Medan Selayang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.9

Banyaknya Lapangan Olah Raga Tahun 2008

Kelurahan Banyaknya Lapangan Futsal Bola

Kaki

Bola Volly

Bulutangkis Tenis Meja

1. Sempakata 0 1 1 3 0

2. Beringin 0 0 1 2 0

3. PB Selayang II 0 0 1 3 0

4. PB Selayang I 0 1 2 2 1

5. Tj. Sari 2 4 2 5 0

6. Asam Kumbang 1 1 2 3 0

Medan Selayang 3 7 9 18 1

Sumber: kantor Lurah se-Kecamatan Medan Selayang

Dapat dilihat pada tabel 2.9 di atas bahwa sarana olah raga di Kecamatan Medan Selayang sudah cukup banyak. Terdapat 38 unit sarana olah raga di kecamatan ini. Dapat disimpulkan bahwa penduduk di kecamatan ini menggemari olah raga. Kelurahan yang memiliki sarana olah raga terbanyak yaitu Kelurahan Tanjung Sari dengan jumlah 13 unit, sedangkan kelurahan yang paling sedikit adalah Kelurahan Beringin dengan jumlah hanya 3 unit.


(50)

2.4.3. Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sarana dan prasarana pendidikan sangatlah perlu bagi masyarakat agar terwujud SDM (Sumber Daya Manusia) yang bermutu dan berkualitas. Dalam mewujudkan dan meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusia di Kecamatan Medan Selayang agar tercipta tenaga terampil, handal dan yang berwawasan iman dan taqwa (Imtaq) serta Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi (Iptek) yang berdaya guna dan berhasil guna maka Pemerintah Kota Medan dan Yayasan Pendidikan Swasta berupaya menyediakan sarana pendidikan untuk kebutuhan masyarakat, antara lain dapat dilihat pada tabel 2.10 di bawah ini:

Tabel 2.10

Jumlah Sarana dan Prasarana Pendidikan Tahun 2006

No Kelurahan TK SD SMP SLTA AKADEMI PT 1 Asam Kumbang 2 3 2

2 Beringin 2 2 1

3 PB Selayang I 2 3 2 2 4 PB Selayang II 3 4 2 2

5 Sempakata 3 4 2 1 1

6 Tanjung Sari 4 5 4 3 2

Jumlah 16 21 13 8 1 2

Sumber Data : Profil Kelurahan Tahun 2006

Berdasarkan tabel 2.10 di atas dapat diketahui bahwa Kecamatan Medan Selayang memiliki sarana pendidikan mulai dari tingkat TK hingga perguruan tinggi. Kelurahan Tanjung Sari memiliki sarana pendidikan yang terbilang lengkap karena terdapat sarana pendidikan dari tingkat TK (taman kanak-kanak) sampai pada tingkat perguruan tinggi, meskipun Kelurahan Tanjung Sari ini tidak memiliki sarana pendidikan di tingkat Akademi namun terlihat jelas pada tabel bahwa Tanjung Sari adalah satu-satunya Kelurahan yang memiliki sarana pendidikan di tingkat perguruan tinggi. Tabel 2.10 di atas menunjukkan bahwa


(51)

jumlah sarana pendidikan Sekolah Dasar mengungguli sarana pendidikan lainnya dengan jumlah 21 unit.

Pada tahun 2006 terdapat 16 unit TK (Taman Kanak-kanak) dan 21 unit SD (Sekolah Dasar). Pada tahun 2008 terjadi peningkatan sarana dan prasarana pendidikan terkhusus pada tingkat TK dan SD. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.11

Jumlah Sekolah TK (Taman Kanak-kanak) Negeri dan Swasta Tahun 2008

Kelurahan Negeri Swasta Jumlah

1. Sempakata 0 2 2

2. Beringin 0 1 1

3. PB Selayang II 0 7 7

4. PB Selayang I 0 2 2

5. Tj Sari 0 6 6

6. Asam Kumbang 0 2 2

Jumlah 0 20 20

Sumber: kantor Lurah se-Kecamatan Medan Selayang

Dapat dilihat pada tabel 2.11 di atas bahwa telah terjadi peningkatan sarana dan prasarana pendidikan tingkat TK (Taman Kanak-kanak) terhitung sejak tahun 2006. Pada tahun 2006 terdapat 16 unit TK (Taman Kanak-kanak), sedangkan pada tahun 2008 adalah sebanyak 20 unit. Terjadinya peningkatan ini tentu diharapkan juga akan terjadi peningkatan kecerdasan terhadap anak-anak, sehingga ketika mereka masuk pada tingkatan pendidikan selanjutnya yaitu SD (Sekolah Dasar), diharapkan mereka sudah tidak lagi ’canggung’ menghadapi keramaian atau mereka sudah mulai mandiri dan dapat berinteraksi dengan baik.

Sarana dan prasarana SD (Sekolah Dasar) juga mengalami peningkatan terhitung sejak tahun 2006. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.12 di halaman berikutnya:


(52)

Tabel 2.12

Jumlah Sekolah Dasar Negeri dan Swasta Tahun 2008

Kelurahan Negeri Swasta Jumlah

1. Sempakata 2 2 4

2. Beringin 0 3 3

3. PB Selayang II 2 3 5

4. PB Selayang I 0 3 3

5. Tanjung Sari 1 6 7

6. Asam Kumbang 3 1 4

Jumlah 8 18 26

Sumber: kantor Depdikbud Kecamatan Medan Selayang

Dapat dilihat pada tabel 2.12 di atas bahwa jumlah SD, baik SD Negeri maupun SD Swasta pada tahun 2008 adalah sebanyak 26 unit, sedangkan pada tahun 2006 hanya 21 unit. Hal ini menunjukkan bahwa sudah ada peningkatan sarana dan prasarana pendidikan di Kecamatan Medan Selayang. Dapat disimpulkan pula bahwa generasi penerus penduduk kecamatan ini, diharapkan tidak akan mengalami buta huruf.

2.4.4. Sarana dan Prasarana Kebersihan

Kebersihan adalah salah satu hal yang perlu diperhatikan agar suatu tempat/lokasi menjadi menarik, tidak hanya indah dipandang oleh mata namun juga lingkungan yang bersih dapat menghindari kita dari bibit penyakit. Untuk itu, dalam mengupayakan agar lingkungan menjadi bersih maka di Kecamatan Medan Selayang telah disediakan dua buah unit mobil typer dengan jumlah buruh sebanyak 8 (delapan) orang dan 1 (satu) buah unit konvektor yang masih aktif dan tong sampah yang berasal dari swadaya masyarakat dan tersebar di seluruh Kecamatan Medan Selayang. Terdapat pula 17 (Tujuhbelas) unit becak sampah yang masih beroperasi dengan baik sampai sekarang. Pelayanan kebersihan dilaksanakan setiap hari yaitu pagi, sore dan malam.


(53)

Untuk menjaga lingkungan tetap bersih, di Kecamatan Medan Selayang masih terdapat gotong royong untuk membersihkan lingkungannya masing-masing. Gotong royong tersebut tidak ditentukan waktunya namun biasanya dilakukan pada hari minggu sekitar pukul 9 WIB. Adapun yang menggerakkan warga untuk melakukan aktifitas gotong royong ini adalah KEPLING (Kepala Lingkungan) setempat.

2.4.5. Sarana dan Prasarana Wisata

Khusus untuk sarana hiburan yang dapat pula dijadikan sebagai sektor kepariwisataan, yang cukup menonjol adalah obyek wisata ternak buaya di Kelurahan Asam Kumbang yang terletak di Jalan Bunga Raya. Taman Buaya ini terletak di Kecamatan Medan Selayang tepatnya di Kelurahan Asam Kumbang, yang berjarak sekitar kurang lebih 10 km, kita dapat menjumpai suatu taman buaya yang cukup besar. Di dalam taman buaya ini kita dapat melihat anak-anak buaya yang berumur 25 tahun ke bawah. Mereka hidup di rawa-rawa dan di dalam bak-bak kecil. Di taman buaya ini, ada 2 (dua) jenis buaya yang dapat kita lihat. Sebahagian dari buaya tersebut dapat memberikan suatu atraksi kepada pengunjung. Taman buaya ini dibuka untuk umum setiap harinya yang dimulai dari pukul 9.00 pagi sampai dengan pukul 17.00 sore.


(54)

BAB III

PROFIL PENGUSAHA TAHU

3.1. Profil Pengusaha Tahu 3.1.1. Bapak Dharmadi

Pak Dharmadi lahir di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Kota Medan pada tahun 1964 yang lalu. Pak Dharmadi menikah dengan wanita yang bernama Yusrirayani. Ibu Yusrirayani adalah seorang sarjana lulusan IAIN (Institut Agama Islam Negeri) di Kota Medan, sedangkan Pak Dharmadi adalah seorang lulusan universitas swasta yang juga di Kota Medan dengan jurusan D3 akuntansi.

Pak Dharmadi adalah laki-laki yang baik dan bertanggung jawab bagi istri dan keempat anaknya. Keempat anaknya tersebut terdiri dari 3 (tiga) orang anak laki-laki dan 1 (satu) orang anak perempuan. Ketiga anak laki-lakinya tinggal bersamanya, namun anak perempuannya tinggal bersama adiknya sejak masih kecil.

Hal tersebut terjadi dikarenakan adiknya tidak mempunyai seorang anak, sehingga mengadopsi anaknya. Pak Dharmadi awalnya tidak menyetujui namun pada akhirnya ia luluh juga dan menyerahkan anak perempuan satu-satunya itu kepada adiknya, karena ia pun tahu bahwa adiknya sangat menyayangi putrinya itu. Keluluhan hatinya juga didasarkan atas adanya izin dari istrinya sehingga ia pun mampu mengizinkan putri tunggalnya diadopsi oleh adiknya.

Istri Pak Dharmadi yang seorang sarjana lulusan IAIN dahulunya adalah seorang guru, namun ketika terjadi krisis moneter di negeri ini maka istrinya


(55)

memutuskan untuk membantu usahanya. Pak Dharmadi adalah seorang pengusaha yang memproduksi tahu. Terjadinya krisis moneter tersebut membuat mereka berfikir untuk tetap menstabilkan usahanya sekaligus mengendalikan keuangan rumah tangga mereka. Dalam situasi seperti itu maka muncul ide untuk menambah penghasilan yaitu dengan cara menjadi seorang pembuat tahu goreng.

Tahu yang digoreng oleh Ibu Yusrirayani adalah tahu yang dihasilkan

melalui pabrik suaminya sendiri, sehingga biaya pengeluaran yang mereka hadapi tidaklah besar. Selain membuat tahu goreng, Pak Dharmadi juga memproduksi tempe, sehingga mereka mampu mengatasi krisis moneter ketika itu. Beliau menjadi seorang pengusaha tahu sejak tahun 1989 yang lalu hingga sekarang di tahun 2011 ini dengan usia yang sudah 46 tahun.

Dahulunya usaha ini di bantu oleh ayahnya yaitu Bapak M. Yasin. Bantuan yang diberikan orangtuanya adalah berupa uang sebagai modal usahanya. Modal usaha itu dimanfaatkan olehnya untuk membangun pabrik serta pembelian bahan-bahan maupun alat-alat untuk proses produksi tahu. Pak Dharmadi sama sekali tidak mengetahui cara memproduksi tahu. Pengetahuan Pak Dharmadi dalam memproduksi tahu diperoleh dari anggota (pekerja).

Anggota (pekerja) yang sengaja didatangkan oleh Pak Dharmadi adalah mereka yang sudah mengatahui cara memproduksi tahu. Pada awalnya anggota (pekerja) Pak Dharmadi terdiri dari enam orang. Namun, setelah beliau mengetahui cara memproduksi tahu, maka beliau mengurangi jumlah anggota (pekerja). Hal ini dilakukan agar beliau dapat menghemat pengeluaran karena biaya pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangganya semakin bertambah seiring dengan bertambahnya biaya pendidikan untuk anak-anak.


(56)

Jenis tahu yang diproduksi Pak Dharmadi adalah jenis tahu Sumedang. Kini beliau hanya memiliki satu orang anggota (pekerja) yang memproduksi tahu dan empat orang anggota yang memasarkan hasil produksinya tersebut. Seorang anggotanya adalah laki-laki bernama Rudi. Rudi berumur 26 tahun, dia merupakan saudara Pak Dharmadi yang berasal dari Pematangsiantar. Rudi dijadikan anggota oleh Pak Dharmadi karena selain masih tergolong sebagai keluarganya, Rudi juga masih pengangguran di kampungnya.

Proses produksi tahu dimulai sejak pukul 07:00 WIB hingga berakhir pada pukul 16:00 WIB. Pak Dharmadi dan seorang anggotanya itulah yang memproduksi tahu. Sebelum ikut terjun langsung dalam memproduksi tahu, beliau terlebih dahulu memasarkan (mendistribusikan) tahunya ke pasar yang sudah menjadi langganannya (pembeli tetap). Beliau memasarkan tahu pada pukul 04:00 WIB (dini hari), dengan menggunakan mobil pick-up (mobil yang terbuka bagian belakangnya). Beliau tidak sendirian karena dibantu oleh anak pertamanya.

Sepulang dari mengantarkan tahu ke tempat langganannya, beliau istirahat sejenak dirumah untuk sarapan pagi. Setelah istirahat dan sarapan pagi, beliau langsung menuju pabriknya. Jarak antara pabrik dan rumahnya cukup jauh, maka hal tersebut mengharuskannya untuk tetap menggunakan mobilnya agar cepat sampai.

3.1.2. Bapak Suwardi

Pak Suwardi berusia 46 tahun, beliau lahir di Jawa Timur. Pak Suwardi memiliki seorang istri yang bernama Erni. Ibu Erni lahir di Kota Medan dan beliau berusia 42 tahun. Pak Suwardi dan Ibu Erni memiliki 3 (tiga) orang anak. Ketiga anaknya masih sekolah, diantaranya yaitu: anak pertama berusia 17 tahun


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofjan. 1993. Manajemen Produksi Dan Operasi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Bahri, Samsul. 1998. Pengrajin Rotan (Suatu Studi Antropologi Tentang Kegiatan Ekonomi Pengrajin Rotan Di Lingkungan X, Kelurahan Sei Sikambing D, Kecamatan Petisah, Kotamadya Medan). Medan: Skripsi S1, FISIP USU.

Bernard, H. Russel. 1994. Reasearch Methods in Antropology : Qualitative and Quantitative Approach (second edition). California: Sage Publication.

Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana.

Fukuyama, Francis. 2002. Trust: Kebijakan Sosial Dan Penciptaan Kemakmuran. Yogyakarta: Qalam.

Haviland, William. 1988. Antropologi I. Jakarta: Erlangga.

Iwan Siregar, Edi. 2009. Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Menyiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan). Medan: Skripsi S1, FISIP USU.

James, Spradley. 1997. Metode Etnografi (terjemahan Amri Marzali). Tiara Yogyakarta: Kencana.

Koentjaraningrat. 1981. Pengantar Ilmu Antropologi. Aksara Baru, Jakarta. ---. 1990. Pengantar Ilmu Ekonomi. PT. Rinaka Cipta, Jakarta.

---. 2004. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

---, dkk. 2003. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Progres.

Moleong, Lexi J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari. 1994. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Narwoko, J. Dwi dan Suyanto, Bagong. 2007. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana.

Putong, Iskandar. 2002. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: Ghalia Indonesia.


(2)

Sairin, Sjafri. 2002. Pengantar Antropologi Ekonomi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Saragih, Nelly. 1995. Tinjauan Antropologis terhadap Kondisi Sosial, Manfaat dan Masalah Penganyam Keranjang pada Masyarakat Desa Simpang Sigodang, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun. Medan: Skripsi S1, FISIP USU.

Soekanto, Soejono. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Sunarto. 2006. Pengantar Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: UST Press.

Sumber lain :

• Data Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan • Data Kecamatan Medan Selayang

• Data Badan Pusat Statistik Kota Medan Sumber Internet :

(Jumat, 12 Februari 2010)

17 Maret 2010)


(3)

PEDOMAN WAWANCARA

Pedoman wawancara (interview guide) ditujukan kepada informan pangkal, kunci, dan informan biasa. Adanya informan adalah untuk mendapatkan informasi mengenai penelitian yang akan dilakukan di lapangan. Untuk mempermudah dan mengarahkan peneliti dalam mendapatkan data yang sistematis maka digunakan pedoman wawancara sesuai fokus penelitian.

 Informan Pangkal

Informan pangkal ditujukan kepada kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag). Adapun fungsinya adalah untuk memperoleh informasi mengenai pengusaha tahu di Kota Medan.

Pedoman wawancaranya:

Dimanakah lokasi yang banyak melakukan produksi tahu di Kota Medan?

Informan kunci (key informant)

Informan kunci (key informant) ditujukan kepada pengusaha tahu. Ketika terjadinya kenaikan harga kacang kedelai dan adanya isu formalin maka pengusaha yang lebih mersakan dampaknya. Adanya masalah tersebut mengharuskan pengusaha untuk memiliki strategi agar dapat mempertahankan usahanya.

Pedoman wawancaranya:

1. Apa yang melatarbelakangi anda memilih usaha ini? 2. Sejak kapan anda memilih usaha ini?

3. Apakah pekerjaan yang ditekuni sebelum menjadi seorang pengusaha tahu?


(4)

4. Mengapa anda tidak lagi menekuni pekerjaan sebelumnya dan beralih menjadi seorang pengusaha tahu?

5. Adakah usaha lain yang anda tekuni selain usaha ini? 6. Apa sajakah usaha yang anda tekuni tersebut?

7. Sejak kapan menekuni usaha lain tersebut?

8. Darimanakah pengetahuan mengenai produksi dan distribusi tahu anda peroleh?

9. Berapa orang pekerja dalam memproduksi maupun yang mendistribusikan?

10. Darimanakah pekerja berasal?

11. Adakah hubungan keluarga dengan pekerja? 12. Apa alasan anda memilih mereka sebagai pekerja? 13. Bagaimanakah cara memproduksi tahu?

14. Bahan apa saja yang dibutuhkan?

15. Alat apa saja yang digunakan dalam memproduksi? 16. Kapankah proses produksi dilakukan?

17. Berapakah modal untuk melakukan usaha ini? 18. Adakah kesulitan ketika mengawali usaha ini? 19. Bagaimanakah distribusi dilakukan?

20. Siapakah yang mendistribusikannya? 21. Kemanakah tahu didistribusikan?

22. Berapa lamakah tahu dapat bertahan untuk bisa dikonsumsi? 23. Bagaimana hubungan anda dengan konsumen?


(5)

25. Apakah kenaikan harga kacang kedelai pada beberapa waktu lalu mempengaruhi produksi dan distribusi anda?

26. Apakah yang anda lakukan untuk tetap menstabilkan usaha anda? 27. Beberapa waktu yang lalu, berkembang isu formalin di tengah-tengah

masyarakat. Apakah isu tersebut mempengaruhi usaha anda?

28. Apa yang anda lakukan untuk menstabilkan usaha anda di tengah-tengah isu yang berkembang?

29. Adakah konsumen memberikan komentar maupun pertanyaan mengenai isu tersebut?

30. Menurut anda, manakah yang lebih mempengaruhi usaha anda?

Apakah terjadinya kenaikan harga kacang kedelai ataukah adanya isu formalin yang berkembang?

 Informan biasa

Informan biasa ditujukan kepada pekerja dan konsumen. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui informasi tentang pengaruh adanya kenaikan harga kacang kedelai maupun isu formalin terhadap mereka. Pedoman wawancaranya:

Untuk konsumen

1. Apakah yang membuat anda masih membeli tahu di tengah-tengah adanya isu formalin yang berkembang?

2. Apakah yang membuat anda tetap membeli tahu dengan harganya yang sudah naik dan potongan tahu yang sudah diperkecil?

Untuk pekerja


(6)

2. Mengapa anda memilih pekerjaan ini?