PENGARUH GEJOLAK MONETER TERHADAP HARGA SAHAM SYARIAH SEKTOR MANUFAKTUR DI INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu

pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

MEGA SELVIA PUTRI NIM: 20130730319

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

SKRIPSI

Oleh:

MEGA SELVIA PUTRI NIM: 20130730319

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

(4)

v

Hidup dimulai dari nol, untuk mencapai nilai 99 dibutuhkan

niat, usaha dan doa.

Kegagalan bukanlah suatu penghalang untuk kita meraih

mimpi.

Jarak boleh berpisah, tapi komunikasi adalah kunci

persaudaraan.

(Penulis)


(5)

vi

Ibuku Tersayang Siti Mauludiyah dan Bapakku Warimin. Terimakasih atas bimbingan, kasih sayang, dukungan moral ataupun materil.

Terimakasih telah dengan sabar mendidik putrimu.

Adikku Tika Lutvi Anggraini yang sangat peduli dengan kakaknya. Terimakasih telah berkorban banyak buat kakak. Terimakasih selalu

ada buat kakak di kala senang ataupun sedih.

Adikku terkecil, Clarisa Hikmah. Terimakasih telah memeberikan senyum yang lucu buat kakak. Semoga menjadi anak yang berguna bagi


(6)

x

Nota Dinas ... ii

Pengesahan ... iii

Pernyataan Keaslian ... iv

Motto ... v

Persembahan ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xiv

Abstrack ... xv

Abstrak ... xvi

Transliterasi ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Batasan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Sistematika Pembahasan ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 14


(7)

xi

4. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) ... 29

5. Pembentukan Harga Saham ... 30

6. Indeks Harga Saham ... 33

7. Gejolak Moneter ... 35

8. Analisis Harga Saham ... 47

C. Hipotesis ... 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 59

B. Jenis Data ... 59

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 59

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 63

E. Model Penelitian ... 64

F. Teknik Analisis Data ... 66

G. Metode Estimasi Model Regresi Panel ... 66

H. Pemilihan Model ... 68

I. Uji Asumsi Klasik untuk Data Panel ... 69

J. Uji Statistik Analisis Regresi ... 70

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Fenomena Gejolak Moneter Dan Implikasi Terhadap Harga Saham ... 73

B. Analisis Deskriptif ... 74

C. Pengaruh Gejolak Moneter Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Manufaktur Di ISSI ... 79

1. Pemilihan Model Regresi Panel ... 79

2. Uji Asumsi Klasik ... 81


(8)

xii

4. Interpretasi Hasil dan Pembahasan ... 87

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 105 B. Saran ... 108


(9)

xiii

2.1 Tabulasi Hasil Penelitian Terdahulu ... 19

2.2 Kegiatan Ekspor Impor Indonesia Tujuan Negara Amerika ... 46

2.3 Matrik Hubungan Beberapa Faktor Makro Ekonomi Terhadap Harga Saham .... 52

4.1 Hasil Uji Chow ... 79

4.2 Hasil Uji Multikolinieritas ... 82

4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 82


(10)

xiv

Gambar 2.3 Penyesuaian Harga Saham Akibat Masuknya Informasi Baru ... 52 Gambar 4.1 Pergeseran Kurva Akibat Pengaruh BI Rate Terhadap Harga Saham ... 88 Gambar 4.2 Grafik Pengaruh BI Rate Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Manufaktur

Di ISSI ... 90 Gambar 4.3 Pergeseran Kurva Akibat Pengaruh Inflasi Terhadap Harga Saham... 92 Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Inflasi Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Manufaktur

Di ISSI ... 93 Gambar 4.5 Grafik Pengaruh Inflasi Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Manufaktur

Di ISSI ... 96 Gambar 4.6 Pergeseran Kurva Akibat Pengaruh Kurs (Dolar AS Terhadap Rupiah)

Terhadap Harga Saham ... 97 Gambar 4.7 Grafik Pengaruh Kurs (Dolar AS Terhadap Rupiah) Terhadap Harga Saham

Syariah Sektor Manufaktur Di ISSI ... 99 Gambar 4.8 Pergeseran Kurva Akibat Pengaruh DJIA Terhadap Harga Saham ... 101 Gambar 4.9 Grafik Pengaruh DJIA Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Manufaktur


(11)

(12)

xv

international stock index. These monetary fluctuations can influence the decrease of the share price directly and indirectly. The conditions influence the company performance. The decrease of company performance can influence the decrease of the industrial sector contribution to the national growth. The aim of the research is to analyze how far the influence of monetary fluctuations to the syariahshare price of manufacture sector in Indonesian Syariah Stock Index (ISSI).

The method used in the research is regression data analysis panel. The research data are collected from yahoo finance, electronic business or cash news and Indonesian Bank (BI) report. The sampling techniques used in the research are non-probability sampling and purposive sampling. The research data are collected by using documentation technique.

The result of the research shows that the independent variable can influence the dependent variablesimultaneously. Meanwhile, partially the BI interest rate and U.S. dollar exchange rate variables give negative and significant influence towards the syariah share price of the manufacture sector in ISSI.

Keywords: BI interest rate, inflation, U.S. dollar exchange rate towards rupiah, Dow Jones Industrial Average (DJIA), syariah share price of the manufacture sector in ISSI


(13)

xvi

Gejolak moneter tersebut dapat mempengaruhi penurunan harga saham baik secara langsung ataupun tidak langsung. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Menurunnya kinerja perusahaan dapat berpengaruh terhadap penurunan kontribusi sektor industri terhadap pertumbuhan nasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis seberapa jauh pengaruh gejolak moneter terhadap harga saham syariah sektor manufaktur di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi data panel . Data penelitian diperoleh dari yahoo finance, harian surat kabar bisnis atau kontan dan laporan Bank Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah teknik Non Probability sampling dengan Purposive sampling. Data peneliian dikumpulkan dengan teknik dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, secara simultan variabel independen dapat mempengaruhi variabel dependen. Sedangkan secara parsial variabel suku bunga BI rate dan kurs dolar AS terhadap rupiah memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham syariah sektor manufaktur di ISSI. Variabel inflasi berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan dan variabel Dow Jones Industrial Average (DJIA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham syariah sektor manufaktur di ISSI.

Kata kunci : Suku bunga BI rate, inflasi, kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah, Dow Jones Industrial Average (DJIA), harga saham syariah sektor manufaktur di ISSI.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sektor industri merupakan sektor strategis dalam pengembangan ekonomi nasional karena mampu membantu mengatasi masalah pengangguran. Undang-Undang (UU) Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJKN) 2005–2025 menyebutkan bahwa, struktur perekonomian diperkuat dengan mendudukkan sektor industri sebagai motor penggerak perekonomian yang didukung oleh kegiatan pertanian dalam arti luas, kelautan, dan pertambangan yang menghasilkan produk-produk secara efisien, modern, dan berkelanjutan serta jasa-jasa pelayanan yang efektif yang menerapkan praktik terbaik dan ketatakelolaan yang baik agar terwujud ketahanan ekonomi yang tangguh.

Sektor manufaktur merupakan bentuk dari sektor industri yang berperan besar terhadap pembangunan nasional. Debuti Senior Gubernur Bank Indonesia (Mirza Adityaswara) mengatakan bahwa, terdapat tiga sektor yang diharapkan mampu berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2017. Ketiga sektor tersebut meliputi sektor pertanian 20 persen, manufaktur 22-24 persen dan perdagangan 22 persen.1 Sektor manufaktur diharapkan memiliki kontribusi yang lebih besar dibanding dengan sektor lainnya. Peran industri manufaktur terhadap pembangunan nasional tercermin pada kontribusi industri manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

1 http://ekbis.sindonews.com/read/1138704/33/bi-ini-tiga-sektor-penopang-pertumbuhan-ekonomi-2017-1473677342


(15)

Adapun data kontribusi industri manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dari tahun 2011 hingga tahun 2015 adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1

Perkembangan Kontribusi Sektor Manufaktur Terhadap PDB Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU)

Sasaran Strategis

IKU 2011 2012 2013 2014 2015 Satuan

Tingginya Nilai Tambah Industri

Laju

pertumbuhan industry

6.74 6.40 6.10 5.61 5.04 Persen

Kontribusi manufaktur terhadap PDB

20.92 20.85 20.76 17.87 18.18 Persen

Sumber : Laporan Kinerja Kementrian Perindustrian 2015

Pada Indikator Kinerja Utama (IKU), kontribusi industri manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (BDB) nasional sampai dengan tahun 2015 adalah sebesar 18.18 persen dengan nilai Rp. 2.098,117 Triliun. Pada tahun 2015 terjadi pertumbuhan sebesar 5.04 persen, lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik sebesar 7,83 persen, disusul oleh industri makanan dan minuman sebesar 7,54 persen dan Industri mesin dan perlengkapan sebesar 7,49 persen. Kontribusi sektor manufaktur semakin menurun mengingat pada tahun 2011 kontribusi manufaktur mampu menembus 20.92 persen terhadap PDB. Adanya penurunan kontribusi industri manufaktur terhadap PDB menjadi suatu masalah yang harus segera diselesaikan mengingat pembangunan pada sektor industri adalah sebagai


(16)

rencanan pembangunan nasional. Dengan demikian maka sektor industri khususnya manufaktur harus meningkatkan kinerjanya.

Untuk mencapai pembangunan dalam industri manufaktur tersebut, maka diperlukan dukungan yang kuat dari beberapa faktor produksi. Adapun salah satu faktor produksi yang mampu meningkatkan pembangunan industri manufaktur adalah modal. Modal dapat mempengaruhi hasil dari kuantitas barang yang dihasilkan oleh suatu produksi. Perusahaan dapat beroperasi dengan lebih efisien dengan adanya modal yang cukup. Adanya modal yang cukup memungkinkan perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan suplay barang yang dibutuhkan.2 Dalam upaya pemenuhan modal tersebut, perusahaan dapat bekerjasama dengan berbagai pihak seperti perbankan, pasar modal ataupun lembaga pembiayaan lainnya.

Pasar modal menjadi tempat investasi yang sangat dinikmati oleh berbagai kalangan, terutama kalangan menengah ke atas. Efisiensi sistem transaksi dan sistem investasi menjadi daya tarik investor dalam memilih berinvestasi di pasar modal.3 Dengan demikian, para perusahaan yang ingin menambah modal guna menghasilkan output yang lebih besar dapat melakukan go publik di pasar modal. Adanya tambahan modal dari para investor diharapkan mampu menambah produktifitas perusahaan sehingga akan diperoleh laba yang semakin tinggi. Laba tersebut selain bermanfaat bagi

2 Jumingan, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006, hal:68

3 Khairul Umam, Pasar Modal Syariah & Praktik Pasar Modal Syariah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2013,hal:113


(17)

perusahaan juga bermanfaat bagi investor serta pertumbuhan perekonomian Negara.

Keberadaan pasar modal membantu meningkatkan perekonomian Indonesia. Fasilitas yang diberikan oleh pasar modal dengan mempertemukan antara investor dan pelaku bisnis dapat mempercepat pertumbuhan industri Indonesia melalui pertumbuhan kinerja perusahaan. Hal ini terlihat dari perkembangan indeks sektor manufaktur yang mengalami kenaikan dari tahun 2010 hingga tahun 2014. Kenaikan indeks sektoral tersebut mencerminkan adanya pertumbuhan pada kinerja perusahaan industri manufaktur. Adapun perkembangan indeks sektor manufaktur adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2

Perkembangan Indeks Sektor Manufaktur Per Desember

Sektoral Indeks

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Industri Dasar 381.4 408.27 526.55 480.74 541.22 409.585 Laju pertumbuhan 7.0451 28.971 -8.7 12.5806 -24.322 Aneka Industri 937.55 1,311.15 1,336.52 1,205.01 1,280.64 1,052.48

Laju pertumbuhan 39.85 1.93 -9.84 6.28 -17.82

Industri Konsumsi

1,058.21 1,315.96 1,565.88 1,782.09 2,134.81 2,058.89

Laju pertumbuhan 24.36 18.99 13.81 19.79 -3.56

Jumlah 2,377.16 3,035.38 3,428.95 3,467.84 3,956.67 3,520.96

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Minggu ke-4 PerDesember Pasar Modal Tahun 2010-2015

Berdasarkan tabel 1.2 di atas, indeks harga saham sektor manufaktur dari tahun 2010-2014 mengalami kenaikan signifikan dari 2,377.16 menjadi 3,956.67. Hal ini menunjukkan selama periode 2010-2014 telah terjadi keniakn harga saham sebesar 66.44 persen. Namun, sangat disayangkan di tahun 2015 sektor manufaktur mengalami penurunan sebesar 435.71.


(18)

Penurunan tersebut terjadi pada semua sektoral manufaktur. Penururn indeks harga saham di tahun 2015 dikarenakan menurunnya kinerja sektor manufaktur.

Pasar modal merupakan pasar dimana kondisi perdagangannya sangat dipengaruhi oleh aktivitas di berbagai bidang termasuk bidang moneter. Kondisi moneter yang bergejolak dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi fluktuasi harga saham. Harga saham pada setiap emiten berbeda-beda. Menurut Usman, faktor yang mempengaruhi harga saham adalah faktor fundamental dan faktor teknis. Adapun faktor fundamental meliputi kemampuan manajemen, prospek perusahaan, prospek pemasaran, perkembangan teknologi, kemampuan menghasilkan keuntungan, manfaat terhadap perekonomian nasional, kebijakan pemerintah dan hak- hak investor. Sedangkan faktor teknis meliputi volume dan frekuensi pasar, perkembangan kurs, keadaan dan kekuatan pasar, faktor lingkungan sosial dan ekonomi (seperti tingkat inflasi dan suku bunga, kebijakan moneter, neraca pembayaran, dan APBD) dan keadaan politik.4

Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Samsul yang menyatakan bahwa faktor ekonomi yang secara langsung dapat mempengaruhi harga saham maupun kinerja perusahaan diantaranya adalah tingkat bunga umum domestik, tingkat inflasi, peraturan perpajakan, kebijakan khusus pemerintah yang terkait dengan perusahaan tertentu, kurs valas, tingkat bunga pinjaman luar negeri, kondisi perekonomian internasional, siklus ekonomi faham ekonomi,

4 Usman, Marzuki, Singgih Riphat, Syahrir iko. Pengetahuan dasar Pasar Modal. Institute Bankir Indonesia. 1999, Hal:168


(19)

dan peredaran uang.5 Dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dari segi ekonomi moneter diantaranya yaitu, perkembangan kurs, tingkat inflasi, suku bunga, kebijakan moneter, kondisi perekonomian internasional, jumlah uang beredar, neraca pembayaran dan APBD. Dalam penelitian ini, penulis melakukan pendekatan tingkat suku bunga, inflasi, kurs dan kondisi perekonomian internasional sebagai variabel yang berpengaruh terhadap harga saham sektor manufaktur.

Di tahun 2011 hingga tahun 2015 telah terjadi berbagai gejolak moneter di Indonesia seperti terjadinya kenaikan harga BBM dan terjadinya pemilihan anggota dewan legislatif serta pemilihan presiden dan wakil presiden. Terhitung sejak 22 Juni 2013, ditetapkan kenaikan harga premium Rp 2.000 per liter dan kenaikan harga solar Rp 1.000 per liter. Kenaikan BBM ini menimbulkan kenaikan inflasi yang diakibatkan menurunnya daya beli masyarakat.6 Pada Mei 2013, tingkat inflasi sebesar 5.47 persen. Di bulan Juni mengalami kenaikan lagi menjadi 5.90 persen dan pada bulan Juli 2013 terjadi kenaikan drastis menjadi 8.61 persen.7 Kenaikan drastis ini merupakan dampak dari kenaikan harga BBM itu sendiri. Selanjutnya, 9 April 2014 telah diadakan pemilihan para anggota dewan legislatif dan pada 9 Juli 2014, telah diadakan pemilihan umum presiden.8 Adanya pemilihan umum

5 Samsul, Mohamad.. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga. 2006, hal: 200

6 Kenaikan harga BBM , diakses melalui https://www.merdeka.com/uang/mulai-22-juni-2013-harga-premium-rp-6500-solar-rp-5500.html pada 16 November 2016

7 Keniakan inflasi, diakses melalui http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx

pada 16 November 2016

8 Pengumuman pemilu, diakses melalui www.pemilu.com/jadwal-pemilu-2014/ pada 16 November 2016


(20)

mengakibatkan tidak stabilnya perekonomian. Hal ini pernah terjadi pada pemilu 5 Oktober 2014 yang dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dengan kemenangan SBY, pasar modal bereaksi positif dan IHSG terus meningkat setiap hari hingga mencapai 860 poin.9

Adanya teori dan gejolak moneter tersebut, menjadikan peneliti ingin melakukan penelitian mengenai gejolak moneter terhadap harga saham. Selain itu, pada beberapa penelitian terdahulu terdapat beberapa perbedaan dari peneliti satu dengan peneliti yang lain. Dari sini peneliti semakin ingin meneliti bagaimana jika pengaruhnya terhadap harga saham syariah manufaktur.

Yulia Efni dalam penelitiannya di tahun 2001 dengan judul “Pengaruh Suku Bunga Deposito, SBI, Kurs Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate Dan Property” menyatakan bahwa suku bunga dan inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham sedangkan kurs tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Ardy Haryogo dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Nilai Tukar dan Indeks Dow Jones Terhadap Composite Index di Bursa Efek Indonesia” juga

menyatakan bahwa secara parsial kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian Yulia Efni mengenai suku bunga dan inflasi didukung oleh hasil penelitian dari Ni Made Anita Dewi Sudarsana dan Ica Rika Candraningrat dengan judul “Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar, Inflasi dan Indeks Dow Jones Terhadap Indeks Harga Sagam Gabungan di BEI


(21)

yang menyatakan suku bunga SBI dan inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham.

Namun pada penelitian Ni Made dan Ica menyatakan bahwa nilai tukar memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Deny Rohmanda,

Suhadak dan Topowijino dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Kurs

Rupiah, Inflasi Dan BI Rate Terhadap Harga Saham Studi Pada Indeks Buersa Efek Indonesia Periode 2005–2013” juga menyatakan bahwa kurs rupiah berpengaruh secara parsial terhadap harga saham pada masing-masing indeks sektoral BEI.

Dalam penelitian Deny Rohmanda, Suhadak dan Topowijino mengungkapkan bahwa secara parsial inflasi tidak berpengaruh terhadap harga saham dan suku bunga BI Rate hanya berpengaruh pada sektor tertentu. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh L.M.C.S. Menike dengan judul “The Effect Of Macroeconomic Variables On Stock Prices In Emerging Sri Lankan Stock Market” menyatakan bahwa inflasi hanya berpengaruh kecil

terhadap harga. Kedua penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulia Efni dan Ni Made dkk yang telah dijelaskan di atas.

Berdasarkan latar belakang di atas, terjadinya penurunan sektor manufaktur dan teori yang menyatakan adanya pengaruh gejolak moneter serta terdapatnya hasil penelitian terdahulu yang tidak sama, maka penelitian ini berjudul “PENGARUH GEJOLAK MONETER TERHADAP HARGA SAHAM SYARIAH SEKTOR MANUFAKTUR DI INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA”.


(22)

B. Rumusan Masalah

Dorongan pengembangan sektor manufaktur sebagai Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJKN 2005-2025) oleh pemerintah terhadap pelaku bisnis terus ditingkatkan. Jumlah sektor manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2011-2015 terus mengalami peningkatan. Tahun 2011 jumlah sektor manufaktur yang terdaftar di BEI adalah 133 emiten dan di tahun 2014-2015 jumlah emiten manufaktur bertambah menjadi 143.10

Peran pemerintah sebagai pengendali kebijakan moneter dan peran Bank Indonesia sebagai pengendali kebijakan fiskal sangat mempengaruhi harga saham khususnya sektor manufaktur. Pengendalian kebijakan terhadap variabel-variabel makro seperti suku bunga BI Rate, inflasi dan nilai tukar untuk tetap berada pada posisi yang stabil akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, pemerintah juga harus tetap waspada terhadap perekonomian Negara lain terutama Amerika Serikat yang dapat berdampak terhadap perekonomian Indonesia, khususnya pergerakan harga saham pada Dow jones industrial average (DJIA). Peningkatan harga saham sektor manufaktur berarti meningkatkan pula pertumbuhan ekonomi Negara. Karena harga saham dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran maka keterbukaan informasi mengenai variabel-variabel makro tersebut sangat diperlukan oleh para investor sebagai bahan pertimbangan dalam menjatuhkan keputusan berinvestasi.

10 Jumlah emiten manufaktur di BEI, diakses melalui www.sahamok.com (diperbarui 12 Agustus 2016, diolah) pada 12 November 2016.


(23)

Atas dasar penjelasan di atas dalam penelitian ini penulis mencoba mencari variabel-variabel yang mempengaruhi harga saham syariah sektor manufaktur berdasarkan variabel-variabel dinamis yaitu suku bunga BI Rate, inflasi, nilai tukar dan Dow jones industrial average (DJIA) yang mana penulis ingin mengetahui detail dan pasti mengenai:

1. Seberapa besar pengaruh suku bunga (BI Rate), inflasi, nilai tukar dan

Dow jones industrial average (DJIA) terhadap harga saham syariah sektor manufaktur secara simultan?

2. Seberapa besar pengaruh suku bunga (BI Rate), inflasi, nilai tukar dan

Dow jones industrial average (DJIA) terhadap harga saham syariah sektor manufaktur secara parsial?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh secara simultan variabel suku bunga (BI Rate), inflasi, nilai tukar dan Dow jones industrial average (DJIA) terhadap harga saham syariah sektor manufaktur.

2. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh secara parsial variabel suku bunga (BI Rate), inflasi, nilai tukar dan Dow jones industrial average (DJIA) terhadap harga saham syariah sektor manufaktur.


(24)

D. Batasan Penelitian

Mengacu pada latar belakang dan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini dibatasi pada harga saham syariah pada emiten sektor manufaktur yang terdaftar di ISSI periode pengamatan 2011:01 sampai dengan 2015:12 dengan jumlah sampel 21 perusahaan. Variabel makro ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada suku bunga (BI Rate), pertumbuhan inflasi, nilai tukar dolar Amerika (USD) terhadap rupiah, dan pergerakan harga saham Dow jones industrial average (DJIA).

E. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, manfaat yang menjadi prioritas penulis adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah

Dengan adanya penelitian ini, pemerintah sebagai pengendali kekuasaan moneter dan penentu kebijakan dapat menggunakan dan mengkaji penelitian ini sebagai masukan dalam menentukan suatu kebijakan moneter. Dengan demikian akan tercapai kondisi perekonomian yang kondusif sehingga harga saham syariah sektor manfaktur akan berjalan dengan baik dan RPJKN 2005-2025 dapat tercapai.

2. Bagi Investor dan Pelaku Bisnis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan sedikit banyak informasi mengenai pengaruh gejolak moneter terhadap harga saham sektor manufaktur sehingga investor tahu kapan ia harus


(25)

berinvestasi dan pelaku bisnis dapat memanfaatkan dana investasi dengan baik.

3. Bagi Akademisi atau Peneliti

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu menambah referensi dan untuk peneliti berikutnya diharapkan dapat menyempurnakan kekurangan dari penelitian ini.

4. Bagi Penulis

Penelitian ini dilakukan sebagai bentuk menerapkan teori – teori yang telah didapat selama perkuliahan serta untuk mengetahui bagaimana dampak gejolak moneter yang meliputi suku bunga BI Rate, inflasi, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah dan Dow Jones Indeks terhadap harga saham sektor manufaktur yang tercatat di indeks ISSI. Adanya penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam skripsi ini disajikan dalam lima bab, yaitu: Bab I : Pendahuluan, pada bab ini memuat tentang penjelasan yang melatar

belakangi penelitian ini secara umum, tujuan penelitian,batasan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II : Tinjauan pustaka dan kerangka teori, pada bab ini menjelaskan tentang tinjauan pustaka yang dilihat dari penelitian terdahulu dan juga kerangka teori yang menjelaskan tentang teori yang berkaitan dengan penelitian.


(26)

Bab III : Metode penelitian, pada bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian dan jenis data, teknik pengambilan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, definisi operasional variabel penelitian dan teknik analisis data.

Bab IV : Hasil dan pembahasan, pada bab ini menjelaskan tentang hasil analisis dari pengolahan data, baik analisis data secara deskriptif maupun analisis data hasil pengujian hipotesis. Selanjutnya dilakukan interpretasi terhadap hasil analisis pengolahan data dengan kerangka teori serta kondisi nyata selama periode penelitian. Bab V : Penutup, pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan penelitian yang didapat dari hasil dan pembahasan. Selain itu pada bab ini, penulis memberikan saran kepada pihak-pihak yang terkait dengan masalah atau fokus penelitian.


(27)

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini mengacu kepada beberapa penelitian terdahulu dengan perbedaan objek dan periode waktu. Adanya penelitian terdahulu dimaksudkan untuk menggali informasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Dengan demikian akan di dapat hal yang berbeda sehingga dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya. Adapun tinjauan pustaka yang digunakan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Yulia Efni melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Suku Bunga Deposito, SBI, Kurs Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate Dan Property Di BEI”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh suku bunga deposito, SBI, kurs dan inflasi terhadap harga saham perusahaan real estate dan properti di BEI. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan VAR dan ECM.

Hasil dari penelitian tersebut didapati nilai R Square 0.7 yang berarti 70 persen harga saham dipengaruhi oleh suku bunga, kurs rupiah dan inflasi. Untuk 30 persen lagi dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Melalui Uji F, nilai signifikansi 0.000 persen yang berarti bahwa variabel independent secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham. Hasil dari Uji t menunjukkan secara parsial terdapat pengaruh negatif signifikan dari suku bunga deposito, tidak terdapat


(29)

pengaruh yang signifikan dari variabel nilai tukar dan terdapat pengaruh inflasi terhadap harga saham perusahaan real estate dan properti di BEI.75 2. Ni Made Anita Dewi Sudarsana dan Ica Rika Candraningrat melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar, Inflasi Dan Indeks Dow Jones Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di BEI”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suku bunga, SBI, nilai tukar, inflasi dan indeks Dow Jones (DJIAA) terhadap IHSG. Penelitian ini dilakukan di BEI dengan menggunakan sampel 72 terdiri dari data bulanan seluruh variabel selama tahun 2008-2013 dengan pemilihan sampel melalui metode non probability sampling dengan metode purpose sampling dan data dianalisis dengan teknik analisis regresi linier berganda.

Dari Uji t didapatkan hasil bahwa variabel suku bunga SBI, nilai tukar, dan inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG. Sedangkan variabel indeks Dow Jones perpengaruh positif signifikan terhadap IHSG. Hasil uji koefisien determinasi (R2) menunjukkan angka 0.884 yang berarti bahwa secara bersama-sama suku bunga SBI, nilai tukar, inflasi dan indeks Dow Jones mempengaruhi pergerakan IHSG sebesar 88.4 persen. Sedangan 11.6 persen lainnya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian.76

75 Efni, Yulia. Pengaruh Suku Bunga Deposito, SBI, Kurs dan Inflasi Terhadap Harga Saham

Perusahaan Real Estate dan Property Di BEI, Jurnal Ekonomi, Vol 17, No 1, 2009

76 Sudarsana, Ni Made AD dan Candraningrat, Ica Rika. Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai

Tukar, Inflasi dan Indeks Dow Jones Terhadapa Indeks Harga Saham Gabungan di BEI, E-jurnal


(30)

3. Deny Rohmanda, Suhadak dan Topowijono melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kurs Rupiah, Inflasi dan BI rate Terhadap Harga Saham (Studi pada Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2013)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas, yaitu rupiah, inflasi, BI rate terhadap variabel terikat, yaitu harga saham pada masing-masing Indeks Sektoral BEI. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda, uji F, analisis koefisien determinasi, uji t dan uji asumsi klasik melalui software SPSS 16.0.

Pada penelitian ini dihasilkan empat kesimpulan. Pertama, kurs rupiah, inflasi dan BI Rate berpengaruh secara simultan terhadap harga saham pada masing-masing Indeks Sektoral BEI. Kedua, kurs rupiah berpengaruh secara parsial terhadap harga saham pada masing-masing Indeks Sektoral BEI. Ketiga, inflasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap harga saham pada masing-masing Indeks Sektoral BEI. Keempat, BI Rate hanya berpengaruh secara parsial terhadap harga saham di enam Indeks Sektoral BEI yaitu sektor properti dan real estate, indeks sektor aneka industri, indeks sektor manufaktur, indeks sektor perdagangan, jasa dan investasi, indeks sektor pertambangan, serta indeks sektor keuangan.77 4. L.M.C.S. Menike melakukan penelitian dengan judul “The Effect of

Macroeconomic Variables on Stock Price in Emerging Sri Lankan Stock

Market”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dampak

77 Rohmanda Deny, Suhadak dan Topowijono. Pengaruh Kurs Rupiah, Inflasi dan BI Rate

Terhadap Harga Saham Studi pada Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2013).


(31)

dari perlakukan variabel makroekonomi terhadap harga saham. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda dengan meregres variabel ekonomi terhadap masing-masing saham individu.

Dari penelitian ini diperoleh beberapa hasil diantaranya; 1) dari 34 perusahaan, variabel inflasi, suku bunga, nilai tukar dan jumlah uang beredar secara simultan perpegaruh terhadap harga saham di 27 perusahaan, 2) secara parsial, inflasi dan jumlah uang beredar hanya memiliki pengaruh kecil terhadap harga saham, 3) nilai tukar paling berpengaruh secara negatif signifikan terhadap harga saham, 4) tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap harga saham sebagian besar perusahaan, 5) inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham sebagian besar perusahaan.78

5. Herjum Muharam dan Zuraedah Nurafni MS melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah dan Indeks Saham Dow

Jones Industrial Average Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di

BEJ”. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh nilai tukar rupiah dan Dow Jones Industrial Average (DJIAA) berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG di BEJ. Analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan metode regresi linier berganda dengan metode kuadrat terkecil. Sebelum melakukan analisis regresi data-data penelitian sudah lolos berbagai uji prasyarat (uji asumsi klasik).

78 Menike. The Effect of Macroeconomic C=Variables On Stock Prices In Emerging Sri Lankan


(32)

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai tukar rupiah (IDR) berpengaruh negatif terhadap IHSG di BEJ, sedangkan indeks saham Dow Jones Industrial Average (DJIAA) berpengaruh positif. Dari hasil uji koefisien determinasi didapatkan 33.5 persen secara simultan kedua variabel berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan secara parsial, asing-masing variabel berpengaruh terhadap harga saham.79

6. Danika Reka Artha, Noer Azam Achsani dan Hendro Sasongko melakukan penelitian dengan judul “Analisis Fundamental, Teknikal, dan Makroekonomi Harga Saham Sektor Pertanian”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari analisis fundamental dan faktor makroekonomi terhadap harga saham sektor pertanian. Menggunakan metode regresi data panel dengan lama penelitian 2013:02 – 2013:04. Hasil penelitian ini yaitu faktor Book Value per Share (BVS), Price to Book Value (PBV), Debt to Equity Ratio (DER), trend harga saham, BI rate, harga minyak dunia, dan kurs rupiah memberikan pengaruh signifikan terhadap harga saham sektor pertanian pada level 1 persen.80

Dari keenam penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan satu sama lain, baik secara subjek ataupun periode. Persamaan dari keenam penelitian di atas yaitu sama-sama menganalisis mengenai pengaruh ekonomi makro terhadap harga saham. Sedangkan perbedaan dari kelima penelitian

79 Muharam, Harjum dan Nurafni, Zuraedah. Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Dan Indeks

Saham Dow Jones Industrial Average Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan DI BEJ. Jurnal

Maksi Vol. 8 No. 1 Januari 2008 ; 24-42

80 Artha, Danika Reka dkk. Analisis Fundamental, Teknikal dan Makroekonomi Harga Saham

Sektor Pertanian. JMK, Vol.16, No.2, September 2014, 175-184, ISSN 1411-1438 print/ ISSN


(33)

tersebut dapat dilihat dari objek penelitian, periode waktu dan variabel

independent. Adapun secara singkat perbedaan dari keenam penelitian di atas adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Tabulasi Hasil Penelitian Terdahulu No Penelitian

Terdahulu

Hasil Penelitian Perbedaan

1 Yulia Efni,

Pengaruh Suku Bunga Deposito, Sbi, Kurs Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Perusahaan Real

Estate Dan

Property Di BEI

Variabel suku bunga deposito, SBI, kurs dan inflasi secara simultan mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Sedangkan secara parsial suku bunga deposito dan inflasi dan SBI mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap harga saham dan kurs tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

1. Objek Penelitian : Perusahaan Real Estate dan Properti 2. Variabel : Suku bunga deposito, SBI dan tidak terdapat variabel

Dow Jones Index

3. Waktu :

Perusahaan yang

listing hingga tahun 2001

4. Alat analisi: VAR dan ECM


(34)

2 Ni Made Anita Dewi Sudarsana Dan Ica Rika,

Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar, Inflasi Dan Indeks Dow Jones Terhadap IHSG Di BEI

Suku bunga SBI, inflasi, nilai tukar dan indeks Dow Jones secara simultan berpengaruh terhadap IHSG. Suku bunga SBI, inflasi dan nilai tukar secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG. Indeks Dow Jones secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap IHSG.

1.Objek Penelitian : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

2.Variabel : Suku bunga SBI

3.Waktu : 2008-2013 4. Alat analisis: Regresi linier berganda


(35)

3 Deny Rohmanda, Suhadak dan Topowijono,

Pengaruh Kurs Rupiah, Inflasi Dan BI Rate Terhadap Harga Saham

(Studi Pada Indeks Sektoral

Bursa Efek

Indonesia Periode 2005-2013)

1. Kurs rupiah, inflasi dan BI rate berpengaruh secara simultan terhadap harga saham pada masing-masing Indeks Sektoral BEI.

2. Kurs rupiah secara parsial berpengaruh negatif terhadap harga saham pada masing-masing Indeks Sektoral BEI. 3. Inflasi tidak berpengaruh

secara parsial terhadap harga saham pada masing-masing Indeks Sektoral BEI.

4. BI rate hanya berpengaruh secara parsial terhadap harga saham di enam Indeks Sektoral BEI, yaitu Indeks Sektor Properti dan Real Estate, Indeks Sektor Aneka Industri, Indeks Sektor Manufaktur, Indeks Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi, Indeks Sektor Pertambangan, serta Indeks Sektor Keuangan.

1.Objek Penelitian : Indeks Sektoral di BEI

2.Variabel : Dow Jones Index

3.Waktu : 2005-2013 4. Alat analisis: Uji


(36)

4 L.M.C.S. Menike,

The Effect Of Macroeconomic Variables On Stock Prices In Emerging Sri Lankan Stock Market

1. Dari 34 perusahaan, variabel inflasi, suku bunga, nilai tukar dan jumlah uang beredar secara simultan perpegaruh terhadap harga saham di 27 perusahaan. 2. Secara parsial, inflasi dan

jumlah uang beredar hanya memiliki pengaruh kecil terhadap harga saham.

3. Nilai tukar paling berpengaruh secara negatif signifikan terhadap harga saham.

4. Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap harga saham sebagian besar perusahaan 5. Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham sebagian besar perusahaan

1. Objek Penelitian : 34 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Colombo

2. Variabel : Suku bunga, JUB dan

Dow Jones Index

3. Waktu :

September 1991 – Desember 2002 4. Alat analisis:


(37)

5 Herjum

Muharam dan Zuraedah

Nurafni MS,

Analisis

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah

dan Indeks

Saham Dow

Jones Industrial Average

Terhadap IHSG di BEJ

Nilai tukar rupiah (IDR) berpengaruh negatif terhadap IHSG di BEJ, sedangkan indeks saham Dow Jones Industrial Average (DJIAA) berpengaruh positif. Secara simultan ataupun secara parsial kedua variabel berpengaruh terhadap harga saham.

1. Objek Penelitian : IHSG

2. Variabel : tidak terdapat variabel inflasi dan suku bunga

3. Waktu : Januari 2005- Desember 2006

4. Alat analisis: Regresi linier berganda

6 Danika Reka Artha dkk,

Analisis Fundamental, Teknikal, dan Makroekonomi Harga Saham Sektor Pertanian

Secara parsial BI rate dan kurs (USD/IDR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham sektor pertanian.

1. Objek penelitian: sektor pertanian 2. Variabel: EPS,

BVS, PER, ROA, ROE,PBV, DER, Tren saham, harga minyak dunia, dummy 3. Waktu:

2005-2011

4. Alat analisis: regresi data panel


(38)

B.Kerangka Teori

1. Investasi Sebagai Pembangunan Nasional

Kata investasi berasal dari bahasa inggris yaitu investment. Dalam kamus istilah pasar modal dan keuangan, investasi diartikan sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk memperoleh keuntungan.81 Pernyataan tersebut sama dengan pernyataan Tandelilin (2001) yang menyatakan bahwa, investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada masa sekarang dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa depan.82 Menurut Jogiyanto (2008), investasi diartikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan sebagai produksi yang efektif guna untuk dimanfaatkan di masa depan.83 Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa investasi adalah penempatan sejumlah kekayaan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.

Dalam Islam, investasi termasuk salah satu unsur yang penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu Negara.84 Investasi dalam Islam sangat didorong karena diyakini membawa pada peningkatan produktivitas sektor

81 Arifin, Johar dk. Kamus Istilah Pasar Modal, Akuntasi, Keuangan dan Perbankan. Gramedia : Jakarta, 1999

82 Tandelilin, Eduardus. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi pertama. Yogyakarta: BEFE-YOGYAKARTA. 2001,hal: 3

83 Hartono, Jogiyanto. Teori Portofolio danAnalisis Investasi, edisi keliam. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2008

84 Jusmaliani. Investasi Syariah, Implementasi Konsep pada Kenyataan Empirik. Yogyakarta: Kreasi Wacana. 2008, hal: 221


(39)

riil dan memberikan manfaat bagi umat.85 Adapun perintah untuk berinvestasi tertuang dalam QS. Al-Hasyr ayat 18:

اَيا

اَه يَأ

ا

اَنيِذلا

ا

اوُنَمآ

ا

اوُق تا

ا

اَّا

ا

اْرُظْنَ تْلَو

ا

ا سْفَ ن

ا

اَما

اْتَمدَق

ا

ا دَغِل

ا

اوُق تاَو

ا

اَّا

ا

انِإ

ا

اَّا

ا

ا يِبَخ

ا

اَِِا

اَنوُلَمْعَ ت

“Hai orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah.

Hendaklah setiap orang memperhatikan berbuatan yang telah ia lakukan untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala yang kamu lakukan”

Lafal ا دَغِلا اْتَمدَقا اَما ا سْفَ نا اْرُظْنَ تْلَو ditafsirkan dengan ; “hitung dan instrospeksilah kalian sebelum diintrospeksikan dan lihatlah amal shaleh apa yang telah kalian simpan (invest) sebagai bekal menuju hari perhitungan amal pada hari kiamat untuk keselamatan di depan Allah.86 Demikian perintah Allah dalam mengingatkan hambanya untuk melakukan investasi amal shaleh untuk bekal dirinya di hari kiamat.

Investasi menjadi penting karena memungkinkan suatu masyarakat untuk terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan kemakmuran. Adam Smith dalam bukunya yang berjudul An Inquiry Into The Nature and Causes Of The Wealth of The Nations menyatakan terdapat 3 aspek dalam produksi suatu Negara, yaitu: sumber daya alam, jumlah penduduk dan stok modal.

85 Huda, Nurul. Kinerja Pasar Modal Sariah Indonesia Suatu Kajian terhadap Saham Syariah.

Makalah disampaikan dalam Diskusi Bulanan IAEI,FE Yarsi, 11 Agustus 2006.

86 Huda, Nurul dan Nasution, Mustafa Edwin. Investasi pada Pasar Modal Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, hal: 18


(40)

Pada tiga aspek tersebut dikatakan bahwa modal sangat sentral terhadap petumbuhan. Modal disini dimaksud pula modal dana dari investor.

2. Pasar Modal

a. Konsep dan Definisi Pasar Modal

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 1995 menyebutkan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek tersebut. Tujuannya adalah terciptanya suatu pasar modal yang wajar, tertib, teratur, dan efisien yang pada gilirannya melindungi kepentingan investor dengan perlindungan hukum yang memadai. Pasar modal adalah pasar untuk berbagai isntrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal, baik yang diterbitkan oleh pemerintah,

public authorities maupun perusahaan swasta.87 Dana jangka panjang berupa utang biasanya berbentuk obligasi (bond) sedangkan dana jangka panjang berupa dana modal berbentuk saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferen stock).

Pasar modal memiliki dua fungsi sekaligus yang dapat berperan penting terhadap pertumbuhan ekonomi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.88 Sebagai fungsi ekonomi karena pasar modal memberikan fasilitas mempertemukan pihak yang membutuhkan dana (issuer) dengan

87 Husnan, Suad. Manajemen Keuangan (Teori dan Penerapan),Ed.Ke-4. Yogyakarta: BPFE. 1996, hal: 3

88 Darmadjia, Tjiptono dan Fakhruddin, Hendi M. Pasar Modal di Indonesia Pendekatan


(41)

pihak yang kelebihan dana (investor). Sedangkan pasar modal dengan fungsi keuangan adalah karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan bagi investor untuk memperoleh imbalan (return). b. Pasar Modal Syariah Indonesia

Berdasarkan legal formalnya, pasar modal dengan prinsip syariat Islam berdiri pada 14 Maret 2003. Pada 3 Juli 2000, setelah ditandatanganinya Nota Kesepahaman antara Bapepam dan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) selanjutnya Nota Kesepahaman yang ditandatangani oleh DSN-MUI dengan SROs (Self Regulatory Organizations), BEJ mengeluarkan daftar perusahaan yang tercantum dalam bursa yang sesuai dengan syariat Islam.

Kriteria produk-produk investasi sesuai ajaran Islam terdapat pada fatwa DSN Nomor:40/DSN-MUI/X/2003 tanggal 4 Oktober 2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal. Kriteria produk tersebut diantaranya sebagai berikut:89

1) Jenis usaha, produk barang dan jasa serta pengolahan perusahaan emiten harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam.

2) Jenis transaksi dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian dan tidak melakukan spekulasi.


(42)

Menurut Matewally, fungsi keberadaan pasar modal syariah yaitu:90 1) Memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan

bisnis dengan memperoleh pendapatan ataupun risiko.

2) Memungkinkan pemegang saham menjual sahamnya guna mendapatkan likuiditas

3) Memungkinkan perusahaan mendapatkan modal lebih besar guna mengembangkan produksi.

4) Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi harga saham jangka pendek seperti yang diterapkan oleh pasar modal konvensional.

5) Memungkinkan investasi pada ekonomi ditentukan oleh kinerja kegiatan bisnis.

3. Defini dan Jenis Saham

Saham merupakan tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan.91 Wujud saham berupa selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik peruhaan. Saham memiliki dua jenis diantaranya yaitu:

1) Saham Biasa ( Common Stocks)

Saham biasa merupakan saham yang banyak diterbitkan oleh emiten dan yang paling diminati oleh masyarakat. Ketika investor membeli saham biasa, maka ia akan memperoleh kertas yang menjelaskan kepemilikannya atas perusahaan penerbit saham tersebut.

90 Matewally, Teori dan Praktik Ekonomi Islam, Jakarta: Bangkit Daya Insani, 1995, hal: 177


(43)

2) Saham Preferen (Preferred Stocks)

Saham preferen merupakan saham dengan karakteristik gabungan antara obligasi dengan saham biasa. Dikatakan seperti obligasi karena saham preferen dapat menghasilkan pendapatan tetap, sedangkan dikatakan sebagai saham biasa karena bisa tidak menghasilkan pendapatan sesuai dengan yang dikehendaki investor.

4. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di BEI. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2011 dengan jumlah saham syariah sebanyak 214 saham. Hingga saat ini, jumlah emiten yang terdaftar di ISSI sebanyak 308 emiten. Hal ini berarti selama 6 tahun, saham syariah di ISSI mencapai peningkatan sejumlah 94 emiten. Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah tercatat di BEI dan terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES). Konstituen ISSI direview setiap 6 bulan sekali (Mei dan November) dan dipublikasikan pada awal bulan berikutnya. Konstituen ISSI juga dilakukan penyesuaian apabila ada saham syariah yang baru tercatat atau dihapuskan dari DES. Metode perhitungan indeks ISSI menggunakan rata-rata tertimbang dari kapitalisasi pasar. Tahun dasar yang digunakan dalam perhitungan ISSI adalah awal penerbitan DES yaitu Desember 2007.92

92 Indeks Saham Syariah Indonesia. Dikutip melalui http://www.idx.co.id/id-id/beranda/produkdanlayanan/pasarsyariah/indekssahamsyariah.aspx diakses pada 24 Oktober 2016


(44)

5. Pembentukan Harga Saham

Harga saham di pasar modal sangat ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Semakin banyak investor yang ingin membeli suatu saham, semakin besar harga saham tersebut dimana supply relatif tetap.93

Jumlah permintaan adalah jumlah barang yang rela dan mampu dibayar oleh pembeli. Jumlah permintaan berhubungan secara negatif terhadap harga. Hukum dari permintaan adalah jika semua hal dibiarkan sama, ketika harga suatu barang meningkat, maka permintaan akan menurun, dan ketika harganya turun, maka jumlah permintaannya akan naik.94

Jumlah penawaran dari suatu barang adalah jumlah barang yang rela dan mampu dibayar oleh pejual. Jumlah penawaran berhubungan positif terhadap harga. Hukum penawaran mengatakan jika semua hal dibiarkan sama, ketika harga suatu barang meningkat, maka jumlah penawarannya akan meningkat, dan ketika harganya turun, maka jumlah penawarannya akan ikut turun.95

Secara alamiah, tindakan penjual dan pembeli akan menggerakkan pasar menuju pada titik keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Ketika pasar telah mencapai titik keseimbangan, maka pembeli dan penjual akan merasa puas sehingga tidak ada dorongan harga untuk lebih mahal atau

93 Umam, khairul, Pasar Modal Syariah.Bandung: CV Pustaka Setia, 2013, hal: 114

94 Mankiw, N Gregory, Principles Of Economics Pengantar Ekonomi Mikro, Jakarta: Salemba Empat.2011, hal: 80


(45)

murah. Hukum permintaan dan penawaran menyatakan bahwa harga suatu barang akan menyesuaikan diri sehingga jumlah penawaran dan permintaan barang tersebut akan seimbang.96

Gambar 2.1 Keseimbangan Penawaran dan Permintaan

Dari tabel 2.1 di atas, terdapat dua variabel yaitu P (price) dan Q (quantity). Slop S merupakan slop supply (penawaran) dan slop D merupakan slop demand (permintaan). Sementara titik E merupakan titik

equilibrium (keseimbangan). Titik EP merupakan titik Equilibrium Price

(keseimbangan harga) dan titik EQ merupakan titik Equilibrium Quantity

(keseimbangan jumlah barang).

Dari kurva di atas, dapat kita lihat bahwa terjadi permintaan dengan jumlah 8 lot dengan permintaan harga Rp 2.300 dan terdapat penawaran sejumlah 8 lot dengan harga penawaran Rp 2.800. Dengan adanya kekuatan

96 Mankiw, N Gregory, Principles Of Economics Pengantar Ekonomi Mikro, Jakarta: Salemba Empat.2011, hal 92-93

D P (Rp)

Q (lot) S

2.300

E EP 2.500

7 EQ

2.800


(46)

permintaan dan penawaran tersebut terbentuklah titik keseimbangan yang digambarkan oleh titik E pada EP Rp 2.500 dan EQ 7 lot. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada permintaan dan penawaran tersebut didapatkan harga yang terbentuk sebesar Rp 2.500 dengan mendapatkan jumlah saham sebesar 7 lot.

Istilah harga saham yang tertera pada monitor pemantau perdagangan saham adalah sebagai berikut:97

1) previous price, menunjukkan harga saham pada saat penutupan di hari sebelumnya.

2) open atau opening price, menunjukkkan harga saham pada saat pasar saham sesi I di buka yaitu pukul 09:30 WIB.

3) high atau highest price, menunjukkan harga saham tertinggi sepajang hari tersebut berjalan.

4) low atau lowest price, menunjukkan harga saham terendah sepajang hari tersebut berjalan.

5) last price, menunjukkan harga terakhir yang terjadi dari suatu saham

6) change, menunjukkan selisih antara harga saham pembukaan dan harga saham terakhir pada saat tersebut.

7) close atau closing price, menunjukkan harga saham penutupan yang terjadi di sesi II pada pukul 16:00 WIB.


(47)

6. Indeks Harga Saham

Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham dimana kondisi harga saham tersebut menggambarkan kondisi pasar. Dengan adanya indeks harga dapat dilakukan perbandingan kinerja perusahaan dari waktu ke waktu. Dengan demikian indeks harga memperlihatkan bagaimana kinerja dari suatu emiten. Dalam Bursa Efek Indonesia, terdapat sebelas indeks harga saham diantaranya yaitu:98

1) Indeks Harga Saham Individu (IHSI)

Indeks Harga Saham Individu (IHSI) merupakan indeks harga masing-masing saham.Indeks ini merupakan indikator perubahan harga suatu saham dibandingkan dengan harga perdananya. Perhitungan indeks harga saham individu yaitu:

x 100 2) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

IHSG mencangkup seluruh pergerakan harga saham dari berbagai jenis saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Nilai dasar IHSG adalah 100. Perhitungan IHSG adalah sebagai berikut:

IHSG = =

x 100


(48)

3) Indeks Harga Saham Sektoral

Indeks harga saham sektoral menggunakan harga saham pada masing-masing sektoral. Indeks sektoral diklasifikasikan ke dalam tiga sektor yaitu sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier.

4) Indeks LQ45

Dalam indeks LQ45 terdiri dari 45 saham yang pilih melalui seleksi beberapa kriteria tertentu. Saham dalam indeks LQ45 terdiri atas saham yang memiliki kriteria likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar tinggi. 5) Indeks syariah (Jakarta Islamic Indeks)

Kriteria indeks syariah didasarkan dengan syariat Islam yang terdiri dari 30 saham yang diplih sesuai dengan syariat Islam. Kriteria saham JII tertuang dalam Peraturan Bapepam-LK Nomor II K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.

6) Indeks Kompas 100

Pada indeks ini terdapat 100 saham dengan penentuan berdasarkan likuiditas, kapitalisasi pasar dan kinerja fundamental.

7) Indeks Bisnis-27

Pada indek ini terdiri dari 27 saham yang berdasarkan kriteria fundamental, teknikal, likuiditas, dan akuntabilitas.

8) Indeks PERINDO25

Indeks ini terdiri dari 25 saham. Kehadiran indeks PERINDO25 dimaksudkan untuk memberikan tambahan pedoman investasi bagi pemodal yaitu dengan membuat suatu benchmark indeks baru yang


(49)

secara khusus membuat kinerja saham emiten kecil dan menengah melalui kriteria dan metodologi konsisten.

9) Indeks SRI-SEHATI

SRI adalah kependekan dari Sustainable and Responsible Investment

terdiri dari 25 saham. Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan pedoman investasi bagi pemodal yaitu dengan benchmark indeks baru yang secara khusus memuat emiten yang memiliki kinerja baik dalam mendorong usaha-usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran tinggi terhadap lingkungan hidup, social dna tata kelola perusahaan yang baik. Indeks ini terdiri dari 25 saham yang dipilih berdasarkan

10) Indeks papan utama

Papan utama ditunjukkan untuk emiten yang memiliki ukuran besar dan mepunyai track record yang baik.

11) Indeks papan pengembangan

Indeks ini dimaksudkan untuk perusahaan-perushaan yang belum dapat memenuhi persyaratan pencatatan di Papan Utama, termasuk perusahaan yang mempunyai prospektif bagus namun belum menghasilkan keuntungan dan meryupakan sarana bagi perusahaan yang sedang dalam penyehatan.

7. Gejolak Moneter

Seperti yang dikatakan Tandelilin (2001) bahwa faktor makroekonomi dapat mempengaruhi kinerja perusahaan sehingga dapat berpengaruh


(50)

terhadap harga saham.99 Adapun faktor makroekonomi tersebut diantara adalah sebagai berikut:

a. Suku Bunga (BI Rate)

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang ditetapkan oleh bank Indonesia yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter dan diumumkan kepada publik.100

Setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan, Dewan Gubernur Bank Indonesia mengumumkan tingkat suku bunga BI rate. BI rate

diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Perubahan tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap harga sekuritas.101

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate

apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila

99 Tandelilin, Eduardus, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama, Yogyakarta: PT BPFE-YOGYAKARTA, 2001, 209

100 BI.go.id

101 Huda, Nurul dan Nasution Mustafa Edwin, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, Jakarta:Kencana Media Group.2008, hal:15


(51)

inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.

Menurut teori keuangan Keynes, salah satu tujuan permintaan uang adalah untuk spekulasi, yaitu uang digunakan untuk membeli surat-surat berharga seperti obligasi pemerintah dan saham-saham perusahaan. Permintaan uang untuk spekulasi ditentukan oleh perubahan tingkat bunga. Pada tingkat bunga tinggi, maka permintaan uang untuk spekulasi adalah rendah. Hal ini dikarenakan masyarakat akan berbondong-bondong menabungkan uangnya di bank guna mendapatkan suku bunga yang tinggi. Sedangkan pada saat suku bunga rendah, permintaan uang untuk spekulasi tinggi.102

Gambar 2.2 Kurva Permintaan Uang untuk Spekulasi

Pada gambar 2.2 di atas, sumbu datar menunjukan jumlah uang yang diminta untuk spekulasi sedangkan sumbu tegak menunjukkan suku

102 Jafar, Syamsuddin. Ekonomi Moneter, Teori Dasar, Kebijakan, Analisis dan Kriteria. Yogyakarta: Kota Kembang. 1993, Hal: 48

Msp

R0

M1

M0

0 R1

Ms


(52)

bunga. Pada suku bunga (r0), permintaan uang pada (M0). Dan ketika suku bunga turun ke (r1), permintaan uang bergeser ke (M1). Semakin rendah suku bunga, semakin banyak permintaan uang untuk spekulasi dengan artian semakin rendah suku bunga maka semakin besar keinginan masyarakat untuk membeli surat-surat berharga.

b. Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus-menerus selama suatu periode tertentu. Adapun indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain:103

1) Indeks biaya hidup (consumer price index)

Indeks biaya hidup mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang dan jasa. Laju inflasi dapat dihitung dengan cara menghitung kenaikan prosentase kenaikan/penurunan indeks harga dari tahun ke tahun. Adapun rumus laju inflasi sebagai berikut:

Laju inflasi (tahun) = – Keterangan :

IBHt, indeks biaya hidup tahun sekarang IBHt-1, indeks biaya hidup tahun sebelumnya


(53)

2) Indeks harga perdagangan besar ( wholesale price index)

Indeks harga perdagangan besar menitikberatkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Perubahan indeks harga perdagangan sejalan dengan indeks biaya hidup.

3) GNP deflator

GNP deflator berbeda dengan indeks biaya hidup dan indeks perdagangan besar. GNP deflator mencangkup barang dan jasa yang masuk dalam perhitungan GNP. GNP deflator diperoleh dari:

GNP deflator = x 100

Secara garis besar inflasi dibedakan menjadi dua yaitu:104 1) Inflasi menurut sifatnya

Berdasarkan besarnya laju inflasi, inflasi dibedakan menjadi tiga diantaranya yaitu:

a) Inflasi merayap (creeping inflation)

Inflasi merayap ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10 persen). Pada inflasi merayap, kenaikan harga berjalan secara lambat dengan presentase yang kecil dan jangka waktu yang relatif lama.

b) Inflasi menengah (galloping inflation)

Inflasi menengah ditandai dengan kenaikan harga barang yang cukup besar dengan waktu yang pendek. Kenaikan harga dari


(54)

minggu ke minggu terlihat jelas. Inflasi menengah memiliki efek yang lebih berat disbanding dengan inflasi merayap.

c) Inflasi tinggi (hyper inflation)

Inflasi tinggi merupakan inflasi yang paling parah. Inflasi ini mengakibatkan terpuruknya suatu perekonomian. Inflasi tinggi ditandai dengan harga barang yang mengalami kenaikan 5-6 kali dari harga sebelumnya, perputaran uang semakin cepat, dan terjadi kemerosotan nilai uang.

2) Inflasi menurut sebabnya

a) Demand-pull inflation

Inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan permintaan total, sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh. Apabila kenaikan permintaan menyebabkan keseimbangan GNP melebihi GNP pada kesempatan kerja penuh maka akan terdapat adanya “inflationary gap” yang menimbulkan terjadinya

inflasi. Gap inflasi ini terjadi ketika terjadi permintaan yang menyebabkan kenaikan harga tetapi output yang dihasilkan tetap. Jadi kenaikan harga akan terus terjadi selama adanya permintaan.

b) Cosh-push inflation

Cosh-push inflation ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Keadaan ini imbul karena penurunan penawaran total yang dikarenakan adanya kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi akan menimbulkan penurunan produksi dan kenaikan


(55)

harga barang. Apabila hal ini terjadi terus menerus maka akan menimbulkan cosh-push inflation.

Di Negara Indonesia, inflasi timbul karena adanya demand pull inflation, cosh push inflation dan ekspektasi inflasi. Demand pull inflation disebabkan karena tingginya permintaan barang dan jasa dibanding dengan ketersediaan barang dan jasa yang diminta. Demand pull inflation terjadi ketika menjelang datangnya bulan Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri, tahun ajaran baru, bulan Desember hingga Januari yang merupakan perayaan natal dan tahun baru. Cosh push inflation dapat terjadi karena depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara counterpart, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah, dan terjadinya negative supply shocks yang diakibatkan oleh bencana alam atau gangguan distribusi. Contoh terjadinya inflasi yang disebabkan oleh cosh push inflation adalah kenaikan harga BBM. Dengan adanya kenaikan BBM, maka akan menaikkan biaya produksi ataupun distribusi. Dengan demikian akan terjadi kenaikan harga barang dan jasa.

Sementara itu, ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam memutuskan kegiatan ekonominya. Ekspektasi tersebut apakan melihat forward looking atau adaptif. Perilaku ekspektasi masyarakat tercermin dari perilaku produsen dan pedagang yang menaikkan harga menjelang hari-hari besar keagamaan. Meskipun


(56)

ketersediaan barang mencukupi, namun harga barang dan jasa meningkat lebih tinggi dari kondisi supply demand tersebut. Selain itu, kenaikan upah minumum regional (UMR) juga dimanfaatkan oleh pedagang untuk meningkatkan harga barang.105

Sejak Juli 2005, Bank Indonesia melaksanakan kebijakan moneter dengan menganut sebuah kerangka yang dinamakan Inflation Targeting Framework (ITF). Kebijakan moneter diarahkan kepada sasaran inflasi yang ditetapkan oleh pemerintah, dengan kerangka ITF Bank Indonesia mengumumkan sasaran inflasi kepada publik. Kebijakan moneter dilakukan secara forward looking, yaitu perubahan stance kebijakan moneter dilakukan melalui evaluasi perkembangan inflasi apakah masih sesuai dengan sasaran inflasi yang telah direncanakan. Apabila sasaran inflasi tidak tercapai, maka diperlukan penjelasan kepada publik dan langkah-langkah dalam mengembalikan inflasi sesuai dengan sasaran. Dalam kerangka kerja ITF terdapat transparansi dan akuntabilitas kebijakan kepada publik.

105 Bank Indonesia. Penyebab inflasi di Indonesia. Diakses melalui (http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Disagregasi.aspx) pada 24 November 2016


(57)

Adapun sejumlah alasan penggunaan kerangka ITF adalah sebagai berikut:106

1) ITF lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Sasaran inflasi yang telah diumukan kepada publik secara eksplisit akan dengan mudah memahami arah inflasi.

2) Fokus ITF terhadap inflasi telah sesuai dengan mandat Bank Indonesia 3) ITF bersifat forward looking sesuai dengan dampak kebijakan inflasi

yang memerlukan time lag

4) ITF meningkatkan transparansi dan akuntabilitas kebijakan moneter mendorong kredibilitas kebijakan moneter. Transparansi dan akuntabilitas ini merupakan aspek good governance dari sebuah bank yang telah diberikan independensi.

5) ITF merupakan pendekatan yang komprehensif dengan mempertimbangkan sejumlah variabel informasi tentang kondisi perekonomian.

c. Kurs (Nilai Tukar)

Kurs valuta asing (valas) adalah harga atau nilai dari valas. Permintaan valuta asing biasanya bertujuan untuk pembelian barang-barang impor. Importir dan pedagang valuta asing dapat melakukan pembelian valas di perbankan. Tugas Bank Indonesia adalah menjadi stabilisator kurs valas sehingga Bank Indonesia turut aktif dalam mekanisme pasar valas.

106 Bank Indonesia. Kerangka Kebijakan Moneter di Indonesia (diakses memalui (http://www.bi.go.id/id/moneter/kerangka-kebijakan/Contents/Mengapa.aspx pada 16 November 2016)


(58)

Kurs valas terdiri dari kurs beli dan kurs jual. Kurs beli adalah kurs yang digunakan sebagai standar para pedagang valas atau bank membeli valas. Sedangkan kurs jual adalah kurs yang digunakan sebagai standar ketika pedagang valas atau bank menjual valas. Perdagangan yang dilakukan dengan lebih satu Negara maka dalam menyelesaikan pembayarannya mereka membutuhkan valuta asing lebih dari satu mata uang. Para importir Indonesia harus membeli dolar ketia ia melakukan impor barang dari Amerika. Begitu juga sebaliknya Amerika sebagai importir barang dari Indonesia maka ia harus membeli rupiah sebagai alat bayar terhadap barang yang ia impor. Permintaan valas oleh importir suatu Negara merupakan gambaran jumlah valas yang dibutuhkan sebagai pembayaran barang-barang impor. Apabila permintaan barang impor meningkat, maka permintaan valas juga akan meningkat.107

Dalam mekanisme pasar, kurs valas lebih dikenal dengan kurs bebas atau berubah-ubah. Kurs valas dalam pasar bebas dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran terhadap valuta asing. Adapun faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing adalah sebagai berikut:108

1) Selera masyarakat

Selera masyarakat terhadap valuta asing sangat mempengaruhi perubahan permintaan barang dan jasa. Ketika masyarakat Indonesia

107 Jafar, Syamsuddin, Ekonomi Moneter, Teori Dasar, Kebijakan, Analisis dan Kriteria. 1993,Yogyakarta: Kota Kembang. Hal: 157


(59)

menyukai barang-barang dari Jepang, maka permintaan yen akan meningkat sehingga harga yen atau kurs akan meningkat.

2) Harga barang-barang ekspor dan impor

Permintaan akan barang sangat dipengaruhi oleh harga barang. Apabila harga barang tinggi maka permintaan akan menurun. Ketika harga barang impor dari Indonesia mahal, maka permintaan impor oleh Amerika akan menurun. Menurunnya permintaan barang tersebut menyebabkan menurunnya permintaan akan rupiah. Dengan demikian kurs rupiah akan mengalami penurunan.

3) Kenaikan harga-harga umum (inflasi)

Terjadinya inflasi mengakibatkan nilai mata uang dari Negara tersebut mengalami penurunan. Dalam keadaan inflasi, harga barang akan meningkat sehingga menyebabkan Negara melakukan impor barang dari Negara lain. Impor dari Negara lain menyebabkan kurs valuta asing akan meningkat.

4) Tingkat bunga dan harapan berlaba

Tingkat bunga dan harapan laba (Marginal Efficiency of Capital, MEC) sangat mempengaruhi investor asing dalam mengucurkan modal jangka pendek ataupun jangka panjang. Semakin tinggi suku bunga modal dan MEC suatu Negara, maka semakin besar dapat mempengaruhi Negara lain untuk menanamkan modalnya di Negara tersebut. Dengan besarnya modal yang ditanamkan pada Negara tersebut maka akan meningkatkan


(60)

penawaran valuta asing di Negara tersebut. Hal ini menyebakan kurs valas semakin menurun dan mata uang Negara semakin meningkat. 5) Perkembangan ekonomi

Perkembangan ekonomi suatu Negara mendorong meningkatnya permintaan mata uang oleh Negara lain. Permintaan mata uang tersebut mengakibatkan kurs mata uang Negara meningkat.

d.Dow Jones Industrial Average (DJIA)

Perubahan harga saham biasanya merupakan respon dari kekuatan ekternal atau Negara lain. Bagi perusahaan yang melakukan ekspor ataupun impor dengan Negara lain, kondisi ekonomi Negara counterpart (Negara asal impor atau Negara tujuan ekspor) sangat perpengaruh terhadap kinerja emiten di masa mendatang. Amerika merupakan tujuan ekspor terbesar dari Indonesia. Oleh karena itu, kondisi perekonomian Amerika akan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Adapun data kegiatan ekspor impor yang dilakukan Indonesia terhadap Amerika adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2

Kegiatan Ekspor Impor Indonesia Tujuan Negara Amerika

Kegiatan 2011 2012 2013 2014

Ekspor 16,459.1 14,874.4 15,691.7 16,530.1 Impor 10 813.20 11 602.60 9 065.70 8 170,1

Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (diolah tahun 2016)

Pada tabel 2.2 di atas, nilai impor dari tahun 2013 hingga tahun 2014 mengalami penurunan yang diakibatkan kebijakan pemerintah pemerintah dalam menetralisir inflasi melalui jalur nilai tukar. Kebijakan pemerintah


(61)

tersebut adalah dengan menguatkan ekspor terutama dibidang manufaktur dan melaukan pembatasan terhadap impor. Selain itu, beberapa kebijakan moneter juga dapat berpengaruh tehadap pasar modal pasar uang bersama-sama. Keterkaitan ini dimulai sejak diperbolehkannya investor asing untuk melakukan investasi pada perusahaan yang listing di BEI. Dalam pengambilan keputusan, investor sering mengacu kepada bursa global.109

Salah satu indeks saham Amerika Serikat adalah Dow jones industrial average (DJIA). Indeks tersebut dimulai pada tahun 1896 dengan jumlah saham 20. Pada tahun 1928, menjadi indeks saham 30 perusahaan industri terbesar (blue-chip) di Amerika Serikan yang sudah go public. Indeks DJIA merupakan rata-rata indeks terbesar di dunia sehingga pergerakannya dapat mempengaruhi pergerakan harga saham syariah sektor manufaktur di Indonesia. Semakin mengglobalnya perekonomian dunia, semakin berkaitan erat bursa-bursa saham antar Negara.110

8. Analisis Harga Saham

Jogiyanto menyatakan terdapat dua macam analisis untuk menentukan nilai sebenarnya dari saham,yaitu:111

a. Analisis teknikal (technical analysis), yaitu nilai saham ditentukan dengan menggunakan data pasar dari saham. Misalnya dengan menggunakan harga saham dan volume transaksi saham.

109 Samsul, Muhamad. Pasar Modal & Manajemen Portofolio, Jakarta: Erlangga. 2006, hal: 203

110 Muharam, Harjum dan Nurafni, Zuraedah. Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Dan

Indeks Saham Dow Jones Industrial Average Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan DI BEJ.

Jurnal Maksi Vol. 8 No. 1 Januari 2008 ; 24-42

111 Hartono, Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, edisi kelima, Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2008, hal: 126


(62)

b. Analisis fundamental (fundamental analysis) atau analisis perusahaan (company analisys), yaitu menentukan nilai saham dengan menggunakan data fundamental atau data berasal dari data keuangan perusahaan. Misalnya laba, dividen yang dibayarkan, penjualan, dan lain sebagainya. Prestasi kondisi fundamental perusahaan yang meningkat biasanya diikuti dengan kenaikan harga saham.

Tandelilin (2001) lebih memberikan penjelasan mengenai analisis dalam menentukan harga saham. Ialebih menjelaskan terhadap analisis fundamental dimana kinerja perusahaan dipengaruhi oleh variabel makroekonomi.

Prospek perusahaan sangat tergantung pada kondisi ekonomi, maka seorang investor dalam menilai saham juga harus memperhitungkan beberapa variabel ekonomi makro yang mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.112 Salah satu analisis penilaian saham bagi investor adalah analisis terhadap faktor-faktor makro ekonomi yang dapat mempengaruhi kinerja keseluruhan perusahaan. Analisis ekonomi penting dilakukan karena adanya kecenderungan hubungan yang kuat antara kondisi ekonomi makro dengan kinerja pasar modal. Nilai investasi ditentukan oleh aliran kas yang diharapkan dan tingkat return atas investasi, dimana kedua faktor tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro. Oleh sebab itu, pasar modal merupakan cermin dari kondisi

112 Tandelilin, Eduardus, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama, Yogyakarta:PT BPFE-YOGYAKARTA.2001, hal: 209


(63)

perekonomian makro.113 Ketika ekonomi memasuki siklis yang cenderung menurun atau perekonomian dalam masa resesi, maka harga saham biasanya akan menurun. Semakin kuat tingkat resesi, semakin drastis penurunan harga saham. Perubahan variabel-variabel makro seperti inflasi, tingkat bunga dan nilai tukar rupiah dipercaya bisa membantu investor dalam meramalkan harga saham di pasar modal.114

Fluktuasi harga pada saham akan terkait dengan perubahan pada variabel ekonomi makro. Harga saham merupakan cerminan dari ekspektasi investor terhadap faktor-faktor earning, aliran kas dan tingkat return yang disyaratkan investor dimana seperti yang dijelaskan di atas bahwa faktor tersebut dipengaruhi oleh keadaan ekonomi makro. Perubahan harga saham selalu terjadi sebelum adanya perubahan kondisi ekonomi makro. Hal ini di karenakan pertama, harga saham terbentuk karena ekspektasi investor terhadap earning, dividen dan tingkat bunga yang akan didapat. Ekspektasi terhadap tiga variabel tersebut atas dasar ekspektasi kondisi ekonomi yang belum terjadi. Kedua, kinerja pasar modal akan bereaksi ketika terjadi perubahan kondisi makro ekonomi. Dengan demikian, investor menentukan harga saham dengan merefleksikan pada kemungkinan kondisi ekonomi yang akan terjadi.

113 Tandelilin, Eduardus, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama, Yogyakarta:PT BPFE-YOGYAKARTA.2001, hal: 210


(64)

Adapun hubungan antara beberapa faktor makro ekonomi terhadap harga saham adalah sebagai berikut:

1. Suku bunga BI rate

BI rate merupakan suku bunga kebijakan yang diharapkan mampu menstimulus suku bunga deposito dan suku bunga kredit. Kenaikan suku bunga BI rate akan diikuti oleh kenaikan suku bunga deposito dan suku bunga kredit. Ketika BI rate dinaikkan, maka suku bunga deposito juga akan naik. Hal ini memicu investor saham untuk beralih pada investasi deposito karena pada suku bunga deposito yang tinggi, ia akan mendapatkan return yang tinggi. Perpindahan investor saham menuju investasi deposito mengakibatkan penurunan akan permintaan saham sedangkan penawaran berada pada kondisi relatif tetap. Dengan demikian akan terjadi penurunan pada harga saham.

Selain itu, kenaikan BI rate akan menaikkan suku bunga kredit. Kenaikan suku bunga kredit mengakibatkan biaya operasional perusahaan menjadi lebih besar. Hal ini menjadikan laba yang diperoleh perusahaan semakin kecil. Mengecilnya laba perusahaan tersebut mengakibatkan investor perpikir bahwa kemungkinan perusahaan membagikan laba semakin kecil. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan terhadap permintaan saham sehingga harga saham akan mengalami penurunan. 2. Inflasi

Inflasi yang tinggi dapat meningkatkan biaya produksi perusahaan sehingga mengakibatkan laba yang didapat oleh perusahaan semakin


(1)

2.

Variabel Independen Inflasi

Dependent Variable: INFL? Method: Pooled Least Squares Date: 12/22/16 Time: 23:38 Sample: 2011M01 2015M12 Included observations: 60 Cross-sections included: 19

Total pool (balanced) observations: 1140

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.128501 0.033002 -3.893677 0.0001 I? 1.026014 0.081011 12.66511 0.0000 LOG(ER?) -0.020227 0.006826 -2.963369 0.0031 LOG(DJIA?) 0.031829 0.006947 4.581564 0.0000 Fixed Effects (Cross)

_ALKA--C -2.30E-17 _AMFG--C -2.30E-17 _DPNS--C -2.30E-17 _DVLA--C -2.30E-17 _EKAD--C -2.30E-17 _IGAR--C -2.30E-17 _INAF--C -2.30E-17 _INDF--C -2.30E-17 _INTP--C -2.30E-17 _JPRS--C -2.30E-17 _KAEF--C -2.30E-17 _KBLM--C -2.30E-17 _KDSI--C -2.30E-17 _MRAT--C -2.30E-17 _RICY--C -2.30E-17 _SMGR--C -2.30E-17 _SMSM--C -2.30E-17 _TCID--C -2.30E-17 _UNVR--C -2.30E-17

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.322569 Mean dependent var 0.058862 Adjusted R-squared 0.309844 S.D. dependent var 0.015332 S.E. of regression 0.012737 Akaike info criterion -5.869453 Sum squared resid 0.181383 Schwarz criterion -5.772214 Log likelihood 3367.588 Hannan-Quinn criter. -5.832731 F-statistic 25.35009 Durbin-Watson stat 0.335640 Prob(F-statistic) 0.000000


(2)

3.

Variabel Independen Kurs (Dolar AS Terhadap Rupiah)

Dependent Variable: LOG(ER?) Method: Pooled Least Squares Date: 12/22/16 Time: 23:39 Sample: 2011M01 2015M12 Included observations: 60 Cross-sections included: 19

Total pool (balanced) observations: 1140

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.720332 0.143405 5.023063 0.0000 I? 4.711500 0.350853 13.42870 0.0000 INFL? -0.385305 0.130023 -2.963369 0.0031 LOG(DJIA?) 0.860923 0.016544 52.03849 0.0000 Fixed Effects (Cross)

_ALKA--C -8.57E-16 _AMFG--C -8.57E-16 _DPNS--C -8.57E-16 _DVLA--C -8.57E-16 _EKAD--C -8.57E-16 _IGAR--C -8.57E-16 _INAF--C -8.57E-16 _INDF--C -8.57E-16 _INTP--C -8.57E-16 _JPRS--C -8.57E-16 _KAEF--C -8.57E-16 _KBLM--C -8.57E-16 _KDSI--C -8.57E-16 _MRAT--C -8.57E-16 _RICY--C -8.57E-16 _SMGR--C -8.57E-16 _SMSM--C -8.57E-16 _TCID--C -8.57E-16 _UNVR--C -8.57E-16

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.883672 Mean dependent var 9.280854 Adjusted R-squared 0.881487 S.D. dependent var 0.161485 S.E. of regression 0.055593 Akaike info criterion -2.922425 Sum squared resid 3.455217 Schwarz criterion -2.825185 Log likelihood 1687.782 Hannan-Quinn criter. -2.885703 F-statistic 404.4154 Durbin-Watson stat 0.598262 Prob(F-statistic) 0.000000


(3)

4.

Variabel Independen

Dow Jones Industrial Average

(DJIA)

Dependent Variable: LOG(DJIA?) Method: Pooled Least Squares Date: 12/22/16 Time: 23:40 Sample: 2011M01 2015M12 Included observations: 60 Cross-sections included: 19

Total pool (balanced) observations: 1140

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.926055 0.129473 14.87608 0.0000 I? 0.125894 0.369456 0.340755 0.7334 INFL? 0.579003 0.126377 4.581564 0.0000 LOG(ER?) 0.822129 0.015798 52.03849 0.0000 Fixed Effects (Cross)

_ALKA--C -3.84E-16 _AMFG--C -3.84E-16 _DPNS--C -3.84E-16 _DVLA--C -3.84E-16 _EKAD--C -3.84E-16 _IGAR--C -3.84E-16 _INAF--C -3.84E-16 _INDF--C -3.84E-16 _INTP--C -3.84E-16 _JPRS--C -3.84E-16 _KAEF--C -3.84E-16 _KBLM--C -3.84E-16 _KDSI--C -3.84E-16 _MRAT--C -3.84E-16 _RICY--C -3.84E-16 _SMGR--C -3.84E-16 _SMSM--C -3.84E-16 _TCID--C -3.84E-16 _UNVR--C -3.84E-16

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.867586 Mean dependent var 9.598727 Adjusted R-squared 0.865099 S.D. dependent var 0.147910 S.E. of regression 0.054326 Akaike info criterion -2.968533 Sum squared resid 3.299520 Schwarz criterion -2.871293 Log likelihood 1714.064 Hannan-Quinn criter. -2.931811 F-statistic 348.8204 Durbin-Watson stat 0.663794 Prob(F-statistic) 0.000000


(4)

B.

Heterokedastisitas

Dependent Variable: LOG(HS?)

Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Date: 12/22/16 Time: 23:42

Sample: 2011M01 2015M12 Included observations: 60 Cross-sections included: 19

Total pool (balanced) observations: 1140 Linear estimation after one-step weighting matrix

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1.707995 0.469556 -3.637473 0.0003 I? -9.768904 1.224260 -7.979433 0.0000 INFL? 0.546745 0.422664 1.293571 0.1961 LOG(ER?) -0.800277 0.096840 -8.263887 0.0000 LOG(DJIA?) 1.759930 0.099099 17.75936 0.0000 Fixed Effects (Cross)

_ALKA--C -0.749330 _AMFG--C 1.739848 _DPNS--C -1.009177 _DVLA--C 0.255932 _EKAD--C -1.163924 _IGAR--C -1.239872 _INAF--C -1.943675 _INDF--C 1.581694 _INTP--C 2.772641 _JPRS--C -1.356191 _KAEF--C -0.682994 _KBLM--C -2.201699 _KDSI--C -1.351210 _MRAT--C -1.088597 _RICY--C -1.935351 _SMGR--C 2.319286 _SMSM--C 0.766295 _TCID--C 2.254195 _UNVR--C 3.032128

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.991944 Mean dependent var 10.49243 Adjusted R-squared 0.991785 S.D. dependent var 7.092509 S.E. of regression 0.285558 Sum squared resid 91.08396 F-statistic 6251.574 Durbin-Watson stat 0.350866 Prob(F-statistic) 0.000000


(5)

R-squared 0.973217 Mean dependent var 7.127691 Sum squared resid 92.42894 Durbin-Watson stat 0.181381


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I.

IDENTITAS PRIBADI

1.

Nama

: Mega Selvia Putri

2.

Tempat, Tanggal Lahir: Blitar, 07 Desember 1994

3.

Alamat

: Rt 05 Rw 07 Kunir Wonodadi Blitar Jawa Timur

4.

No. HP

: 085785330735

II.

PENDIDIKAN

1.

TK Dharma Wanita 1

Tahun 1999-2001

2.

SDN Kunir 03

Tahun 2001-2005

3.

SDI Sunan Giri

Tahun 2005-2007

4.

MTsN Kunir Blitar

Tahun 2007-2010

5.

SMA N 1 Srengat Blitar

Tahun 2010-2013

III.

LATAR BELAKANG KELUARGA

1.

Ayah

: Warimin

2.

Tempat, Tanggal Lahir

: Malang, 23 Maret 1970

3.

Ibu

: Siti Mauludiyah