Pengaruh Inflasi Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Manufaktur

Semakin tinggi nilai tukar dolar terhadap rupiah, maka semakin kecil keuntungan yang didapat oleh perusahaan. Hal ini memicu investor enggan untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut karena dengan laba yang kecil maka kemungkinan dibagikannya deviden sangat kecil. Selain itu, semakin tinggi nilai tukar maka pasar valas lebih menguntungkan daripada pasar modal. Dengan demikian investor akan beralih berinvestasi ke pasar valas. Oleh karena itu perubahan nilai tukar akan berpengaruh terhadap harga saham di pasar modal. Dengan jumlah penawaran yang besar sedangkan permintaan semakin sedikit maka mengakibatkan harga saham akan turun. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Deny Rohmanda dkk dengan judul “Pengaruh Kurs Rupiah, Inflasi dan BI Rate Terhadap Harga Saham Studi Pada Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia Periode 2005- 2013” diperoleh hasil bahwa kurs rupiah secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu di atas, maka hipotesis yang dapat ditarik yaitu : H3 : Nilai tukar dolar berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham syariah sektor manufaktur di ISSI 4. Pengaruh Dow jones industrial average DJIA Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Manufaktur di ISSI Samsul menyatakan bahwa faktor ekonomi yang secara langsung dapat mempengaruhi harga saham maupun kinerja perusahaan salah satunya adalah kondisi perekonomian internasional. 118 Indonesia dan Amerika merupakan dua Negara yang bekerjasama dalam hal ekspor dan impor. Adanya kerjasama kedua Negara tersebut mengakibatkan kondisi kedua Negara tersebut saling memberikan dampak terutama bidang perekonomian. Ketika perusahaan salah satu Negara counterpart mengalami kelemahan akibat perekonomian yang memburuk maka akan memberikan dampak negataif terhadap Negara counterpart lainnya. Dow Jones Industrial Average merupakan indeks saham tertua di Amerika Serikat. Pergerakan harga saham DJIA merupakan cermin dari perekonomian Amerika. Jadi, ketika perekonomian Amerika mengalami resesi maka Negara counterpart Amerika akan terkena imbas dari resesi tersebut. Ketika Negara Amerika mengalami resesi, maka DJIA akan bernilai negatif. Apabila harga saham di DJIA menurun, maka harga saham di Indonesia juga akan mengalami penurunan karena perusahaan terkena imbas dari resesi Amerika dan masyarakat dalam menentukan keputusan membeli saham cenderung melihat bursa global. Dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Herjum Muharam dengan judul “Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah dan Indeks Saham Dow Jones Industrial Average Terhadap IHSG di BEI” diperoleh hasil bahwa secara parsial indeks DJIA berpengaruh positif terhadap IHSG. Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu di atas, maka hipotesis yang dapat ditarik yaitu : 118 Samsul, Mohamad.. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga. 2006, hal: 200 H4 : Dow jones industrial average berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham syariah sektor manufaktur di ISSI.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif karena data berupa angka-angka yang didapat dari laporan capaian variabel makroekonomi BI rate, inflasi, kurs US dollar terhadap rupiah dan indeks harga saham Dow Jones Industrial Average serta data dari historical harga saham syariah sektor manufaktur di ISSI. Selanjutnya dilakukan analisis menggunakan statistik.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari historical harga saham di finance yahoo , data inflasi dan BI rate didapat dari laporan pada web site Bank Indonesia, data kurs tengah didapat dari harian surat kabar investasi kontan. Sedangkan harga indeks DJIA didapatkan dari yahoofinance. Data yang digunakan adalah data pada tahun 2011-2015 dalam bentuk bulanan.

C. Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah harga saham syariah sektor manufaktur di Indeks Saham Syariah Indonesia.

2. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah teknik Non Probability sampling dengan Purposive sampling. Teknik Non Probability sampling adalah teknik pengumpulan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sedangkan Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. 75 Adapun kriteria dari sampel penelitian ini yaitu: a Emiten manufaktur yang listing di ISSI dari tahun 2011-2015, hal ini di karenakan periode pengamatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu 2011:01 hingga 2015:12. Jadi kelengkapan data harga saham diperlukan pada periode tersebut. b Emiten manufaktur yang tidak melakukan stock split selama 2011- 2015. Stock split adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham sehingga harga per lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1n dari harga sebelumnya. Tujuan perusahaan melakukan stock split adalah untuk meningkatkan daya ual saham dengan cara menurunkan nilai saham per lembarnya. Nilai saham yang rendah akan memudahkan perusahaan untuk menerbitkan saham tambahan. 76 Dengan adanya stock split tersebut akan terjadi penurunan harga saham yang tidak diakibatka oleh faktor gejolak moneter. Karena tujuan 75 Basuki, Agus Tri dan Yuliadi, Imamudin, Ekonometrika: Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Mitra Pustaka Matani, 2015, hal: 82 76 Sugiartini, Ni Komang Asri. Studi Komparatif Volume Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split Pada Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013 . 2014, Vol:4 No:1 peneliti adalah untuk meganalisis seberapa jauh pengaruh gejolak moneter terhadap harga saham, maka peneliti meghindari perusahaan yang melakukan stock split agar diketahui secara murni pengaruh gejolak moneter terhadap harga saham. Adapun sektor manufaktur yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 19 emiten antara lain 1. Industri Dasar dan Kimia Pada penelitian ini, sampel sektor industri dasar dan kimia terdiri dari: a. Alakas Industrindo Tbk. ALKA bergerak pada sub sektor logam dan sejenisnya. b. Asahimas Flat Glass Tbk. AMFG bergerak pada sub sektor keramik, porselin dan kaca. c. Duta Pertiwi Nusantara Tbk. DPNS bergerak pada sub sektor kimia. d. Ekadharma Internatinal Tbk. EKAD bergerak pada sub sektor kimia. e. Champion Pacific Indonesia Tbk. IGAR bergerak pada sub sektor plastik dan kemasan. f. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. INTP bergerak pada sub sektor semen. g. Jaya Pari Steel Tbk. JPRS bergerak pada sub sektor logam dan sejenisnya.