MOTIVASI PETANI SAYURAN ORGANIK DALAM BERMITRA KERJA DENGAN CV TANI ORGANIK MERAPI (TOM) DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

(1)

YOGYAKARTA

Skripsi

Disusun oleh: Yuniar Alvi Dwiningrum

20120220102

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(2)

MOTIVASI PETANI SAYURAN ORGANIK DALAM BERMITRA KERJA DENGAN CV TANI ORGANIK MERAPI (TOM) DI

KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Disusun oleh: Yuniar Alvi Dwiningrum

20120220102

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(3)

DENGAN CV. TANI ORGANIK MERAPI (TOM) DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

Yang dipersiapkan dan disusun oleh Yuniar Alvi Dwiningrum

20120220102

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 28 Juni 2016

Skripsi tersebut telah diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

Yogyakarta, 30 Agustus 2016

Pembimbing Utama Penguji

Dr. Ir. Widodo, MP Ir. Lestari Rahayu, MP

NIK: 19670322199202 133 011 NIK: 19650612199008 133 008 Pembimbing Pendamping

Dr. Ir. Triwara Buddhi S, MP NIK: 19590712199603 133 022

Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan,

Ir. Sarjiyah, MS NIP: 196109181991 032 001


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil’alamin, puji syukur bagi Allah Subhanahuwata’ala, Tuhan semesta alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Hanya karena rahmat dan ridhoNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Motivasi Petani Sayuran Organik dalam Bermitra Kerja dengan CV. Tani Organik Merapi (TOM) di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Yogyakarta”.

Penulis menyadari sepenuhnya tanpa kesungguhan, kerja keras, serta bantuan dari berbagai pihak dan ridho Allah SWT, maka skripsi ini tidak terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis dengan tulus mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Papa, Mama, Mba Ii, Ka Ichsan, Hapsari dan Rania serta seluruh keluarga besar penulis atas dukungan, dorongan, nasehat dan do’a yang telah diberikan. 2. Dr. Ir. Widodo, MP selaku dosen pembimbing utama, Dr. Ir. Triwara Buddhi S,

MP selaku dosen pendamping, yang dengan segala aktivitasnya masih memberikan kesempatan bimbingan kepada penulis.

3. Teteh Arin, Kak Haqy, Kaka Oneng, Emak, Billa, Teman-Teman Agribisnis 2012, Best Camp, Student English Activity, Himasepta UMY, Bekasi Lovers, Wisma Alzadda, Marissa Dwiandhany, Nalar Mutiara Esa, dan Tabattia Dwi. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas budi dan uluran tangan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat.


(5)

iv DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

INTISARI ... xi

ABSTRACT ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 4

C. Kegunaan Penelitian ... 5

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 19

C. Kerangka Pemikiran ... 22

III. METODE PENELITIAN ... 24

A. Teknik Pengambilan Responden ... 24

B. Jenis Data dan Sumber Data ... 25

C. Teknik Pengumpulan Data ... 25

D. Asumsi dan Pembatasan Masalah ... 26

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 27

F. Teknik Analisis Data ... 31

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN CV. TANI ORGANIK MERAPI ... 32

A. Keadaan Umum Desa Wukirsari ... 32

B. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ... 33

C. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 36

D. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 37

E. Keadaan Sarana Ekonomi ... 38


(6)

v

G. Sejarah Perusahaan ... 42

H. Lokasi Perusahaan ... 43

I. Bidang Usaha ... 43

J. Bidang Bisnis ... 44

K. Sistem Kemitraan CV. Tani Organik Merapi ... 49

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi ... 53

B. Motivasi Wirausaha Petani Sayuran Organik ... 58

C. Prestasi Kerja Sayuran Organik ... 79

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 91

A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(7)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Bobot Nilai Tiap Butir Pertanyaan... 31

Tabel 2. Kategori Motivasi dan Prestasi Kerja Menurut Persentase Skor ... 31

Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Umur di Desa Wukirsari ... 34

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Wukirsari ... 35

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Wukirsari .. 36

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Wukirsari ... 37

Tabel 7. Kelembaga Ekonomi di Desa Wukirsari ... 38

Tabel 8. Produksi Tanaman Pangan dan Sayuran Desa Wukirsari ... 41

Tabel 9. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi ... 53

Tabel 10. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi ... 54

Tabel 11. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi ... 55

Tabel 12. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi ... 55

Tabel 13. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi ... 56

Tabel 14. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi ... 57

Tabel 15. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi ... 57

Tabel 16. Capaian Skor dan Kategori Motivasi Wirausaha ... 58

Tabel 17. Capaian Skor dan Kategori Kebutuhan untuk Berprestasi dalam Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 60

Tabel 18. Capaian Skor dan Kategori Dorongan untuk Unggul dalam Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 61

Tabel 19. Capaian Skor dan Kategori Keinginan untuk Bertanggung Jawab atas Hasil yang Dicapai dalam Bermitra dengan TOM ... 63

Tabel 20. Capaian Skor dan Kategori Usaha untuk Memperoleh Umpan Balik dari Keterlibatannya Menjalin Mitra dengan TOM ... 65

Tabel 21. Capaian Skor dan Kategori Memiliki Aktivitas Enerjik Sejak Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 67

Tabel 22. Capaian Skor dan Kategori Memandang bahwa Keuntungan Finansial68 Tabel 23. Capaian Skor dan Kategori Kebutuhan Untuk Berafiliasi ... 69

Tabel 24. Capaian Skor dan Kategori Usaha untuk Memelihara Hubungan Baik dengan Petani Lain dalam Rangka Mencapai Tujuan dalam Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 71

Tabel 25. Capaian Skor dan Kategori Usaha untuk selalu Kooperatif dengan Petani Lain dalam Menjalin Mitra dengan CV. Tani Organik Merapi. 72 Tabel 26. Capaian Skor dan Kategori Usaha untuk Selalu Menjaga Kenyamanan Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 74

Tabel 27. Capaian Skor dan Kategori Kebutuhan Untuk Kekuasaan ... 75

Tabel 28. Capaian Skor dan Kategori Usaha untuk dapat Merangkul Petani Non Mitra untuk Tujuan Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 76


(8)

vii

Tabel 29. Capaian Skor dan Kategori Keuntungan yang Didapatkan Merupakan

Bagian Terpenting dalam Bermitra Dengan TOM ... 77

Tabel 30. Capaian Skor dan Kategori Usaha untuk Memiliki dan Menerapkan Ide-Ide untuk Mengembangkan Kemitraan ... 79

Tabel 31. Capaian Skor dan Kategori Prestasi Kerja Sayuran Organik ... 80

Tabel 32. Capaian Skor dan Kategori Prestasi Kerja Petani Sayuran Organik Secara Kualitas ... 80

Tabel 33. Capaian Skor dan Kategori Peningkatan Dalam Kualitas Produk ... 82

Tabel 34. Capaian Skor dan Kategori Peningkatan Keberhasilan Panen... 84

Tabel 35. Capaian Skor dan Kategori Peningkatan Alat-Alat Pertanian ... 85

Tabel 36. Capaian Skor dan Kategori Peningkatan Penghematan Input Produksi ... 86

Tabel 37. Capaian Skor dan Kategori Pemenuhan Permintaan Perusahaan Mitra ... 86

Tabel 38. Capaian Skor dan Kategori Prestasi Kerja Petani Sayuran Organik Secara Kuantitas ... 87

Tabel 39. Capaian Skor dan Kategori Peningkatan Dalam Tingkat Kuantitas Produksi ... 88

Tabel 40. Capaian Skor dan Kategori Peningkatan Dalam Tingkat Pendapatan . 89 Tabel 41. Capaian Skor dan Kategori Pemenuhan Permintaan Perusahaan Mitra ... 90


(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Motivasi Petani Sayuran Organik di CV. Tani Organik Merapi ... 1 Gambar 2. Peta Desa Wukirsari ... 32 Gambar 3. Struktur Organisasi CV. Tani Organik Merapi ... 46


(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner ... 96 Lampiran 2. Tabel Frekuensi Indikator Dorongan Untuk Unggul dalam bermitra

dengan CV. Tani Organik Merapi ... 101 Lampiran 3. Tabel Frekuensi Indikator Keinginan untuk Bertanggung Jawab Atas

Hasil yang Dicapai dalam Bermitra dengan CV. Tani Organik

Merapi ... 102 Lampiran 4. Tabel Frekuensi Indikator Usaha untuk Memperoleh Umpan Bali dari

Keterlibatannya Menjalin Mitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 103 Lampiran 5. Tabel Frekuensi Indikator Memiliki Aktivitas Enerjik Sejak Bermitra

dengan CV. Tani Organik Merapi ... 105 Lampiran 6. Tabel Frekuensi Indikator Memandang Bahwa Keuntungan Finansial

dan Kemampuan sebagai Acuan dalam Suatu Keberhasilan Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 106 Lampiran 7. Tabel Frekuensi Indikator Usaha untuk Memelihara Hubungan Baik

dengan Petani Lain dalam Rangka Mencapai Tujuan dalam Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 107 Lampiran 8. Tabel Frekuensi Indikator Usaha untuk Selalu Kooperatif dengan

Petani Lain dalam Menjalin Mitra dengan CV. Tani Organik Merapi. ... 109 Lampiran 9. Tabel Frekuensi Indikator Usaha untuk Selalu Menjaga Kenyamanan

Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 110 Lampiran 10. Tabel Frekuensi Indikator Usaha untuk dapat Merangkul Petani Non Mitra untuk Tujuan Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 111 Lampiran 11. Tabel Frekuensi Indikator Keuntungan yang Didapatkan Merupakan Bagian Terpenting dalam Bermitra Dengan TOM... 112 Lampiran 12. Tabel Frekuensi Indikator Usaha untuk Memiliki dan Menerapkan

Ide-Ide untuk Mengembangkan Kemitraan ... 114 Lampiran 13. Tabel Frekuensi Indikator Peningkatan Dalam Kualitas Produk . 115 Lampiran 14. Tabel Frekuensi Indikator Peningkatan Keberhasilan Panen ... 117 Lampiran 15. Tabel Frekuensi Indikator Kategori Peningkatan Alat-Alat

Pertanian ... 118 Lampiran 16. Tabel Frekuensi Indikator Peningkatan Penghematan Input Produksi ... 119 Lampiran 17. Tabel Frekuensi Indikator Permintaan Perusahaan Mitra ... 120 Lampiran 18. Tabel Frekuensi Indikator Peningkatan dalam Tingkat Kuantitas


(11)

DENGAN CV. TANI ORGANIK MERAPI (TOM) DI KECAMATAN

CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA Yang dipersiapkan dan disusun oleh

Yuniar Alvi llwiningrum 20120220102

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 28 Juni 2016

Skripsi tersebut telah diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

Yogyakarfa, 30 Agustus 2016 Penguji

r33 01 r NIK: 19650612199008 133 008

Fakultas Pertanian

Uni versitas Muhammadiyah Y ogyakarta NIK: 19670322

Dr. Ir. Triwarduddhi S- MP NIK: 1 95907 12199603 133 022

Dekan,

//A\&y^R,i14,

14f;K.;,

\f


(12)

xii

MOTIVASI PETANI SAYURAN ORGANIK DALAM BERMITRA KERJA DENGAN CV TANI ORGANIK MERAPI (TOM) DI

KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

Motivation of Organic Vegetables Farmers In Cooperation With CV. Tani Organik Merapi At Cangkringan District Sleman Regency Yogyakarta

Yuniar Alvi Dwiningrum

Dr. Ir. Widodo, MP. / Dr. Ir. Triwara Buddhi S, MP. Agribusiness Departement Faculty of Agriculture

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRACT

Safety trend in farming product is a sensitive issue in the world of food. Various cases of food poisoning occur derived from chemical and biological contamination. This problems prosecute the farmers to be able to meet consumers demand for organic food. CV. Tani Organik Merapi is the partner for farmers especially in organic vegetables to be able to help realize the organic food for consumers. But until now, there is no much farmers who want to join with CV. Tani Organik Merapi. The aims of this research are determine the cooperation system that applied by CV. Tani Organik Merapi, knowing the farmers motivation in cooperation with CV. Tani Organik Merapi, knowing the work achievement of farmers in CV. Tani Organik Merapi. This research is a quantitative research using a likert scale analysis techniques which are located in the CV. Tani Organik Merapi in Yogyakarta. The data taken from 15 farmers as respondents with a questionnaire consisting of 5 variables, 19 indicators and 50 questions. The result of this research are showed the cooperation system that used by CV. Tani Organik Merapi is a core plasma cooperation system, farmers motivation role in cooperation with CV. Tani Organik Merapi based on need for affiliation, and the result of work achievement by farmers based on work achievement in quality and quantity is high.


(13)

1 A. Latar Belakang

Trend keamanan pada produk pangan pertanian menjadi isu yang cukup sensitif dalam industri pangan. Berbagai kasus keracunan pangan yang terjadi, berasal dari kontaminasi bahan kimia dan mikrobiologi. Faktor kesehatan dan keamanan menjadi salah satu alasan mengapa sebagian konsumen sangat selektif dalam memilih dan mengonsumsi pangan. Perbaikan mutu kehidupan dan gaya hidup sehat telah mendorong masyarakat di berbagai negara dan mendorong gerakan gaya hidup sehat dengan tema global “Kembali ke Alam”. Hal ini menuntut para petani untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen akan pangan organik. Sutanto (2002) mendefinisikan pertanian organik yakni menunjukan campur tangan manusia secara lebih intensif dalam memanfaatkan lahan dan berusaha meningkatkan hasil pertanian berdasarkan prinsip daur ulang yang dilaksanakan sesuai dengan kondisi setempat. Pertanian organik menghimpun seluruh imajinasi petani dan konsumen yang secara serius dan bertanggung jawab menghindarkan bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat.

Menurut Inawati (2011), berkembangnya produsen dan komoditas organik ini karena pengaruh gaya hidup masyarakat sebagai konsumen yang mulai memperhatikan pentingnya kesehatan dan lingkungan hidup dengan menggunakan produk organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia sintetis buatan. Selain itu juga karena mulai berkembangnya bisnis produk organik. Selain terus


(14)

bertambahnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian organik, Aliansi Organis Indonesia (AOI) juga mencatat semakin meningkatnya jumlah produsen komoditas organik semakin meningkat pula ragam komoditas organik yang dibudidaya, merk dagang organik, dan pemasok ke pengecer seperti supermarket dan restoran besar.

Luas lahan yang tersedia untuk pertanian organik di Indonesia sangat besar, dari 188,2 juta ha lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian, baru sekitar 70 juta ha yang telah digunakan untuk berbagai sistem pertanian dan sisanya belum dimanfaatkan. Disamping itu, menurut Nurdin (2012) terdapat 11,1 juta tanah yang diidentifikasikan sebagai tanah terlantar yang sebagian dapat digunakan untuk pertanian organik.

Menurut Widiastuti (2009), tingginya permintaan sayuran organik yang didukung oleh ketersediaan lahan untuk pertanian organik di Indonesia menjadikan peluang bagi negara ini untuk untuk menjadi negara pengekspor sayuran organik terbesar di dunia. Permintaan akan sayuran organik tidak hanya datang dari rumah tangga, namun juga dari hotel dan restoran. Meningkatnya permintaan di masyarakat akan ragam varietas ini menjadi peluang bisnis yang besar bagi pasar modern. Pasar modern membutuhkan pasokan sayuran dengan kuantitas yang cukup, kualitas yang baik dan kontuinitas. Hal inilah yang mendorong tumbuhnya perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam memproduksi sayuran organik. Peran perusahaan sayuran organik inilah yang menjadi jembatan penghubung antara petani dengan pasar modern.


(15)

Kemitraan bisnis merupakan salah satu upaya dalam pembangunan pertanian kedepannya sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani melalui program kemitraan yang unggul, berdaya saing tinggi dan berkesinambungan (Sumardjo, 2004). Kemitraan bertujuan untuk mengatasi berbagai macam kekurangan yang dihadapi oleh petani organik serta menjadi solusi untuk merangsang tumbuhnya petani organik di Indonesia terutama bagi petani organik yang memiliki modal relatif kecil. Pembentukan kemitraan memiliki beberapa kelebihan diantaranya mudah dibentuk, luwes diimplementasikan, tidak memerlukan dana yang besar dan beresiko kecil (Aulia Qonita, 2012). Kemitraan bisnis yang dilakukan oleh petani juga mampu meningkatkan prestasi kerja petani dari segi kualitas dan kuantitas.

Pusat pengembangan petani sayuran organik yang bernama CV. Tani Organik Merapi (TOM) merupakan wadah bagi para petani sayuran organik yang berlokasi di Dusun Balangan, Kelurahan Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman untuk dapat menjalin mitra. Selain itu CV. Tani Organik Merapi merupakan salah satu pemasok sayuran organik terbesar ke hampir seluruh supermarket di Yogyakarta seperti Super Indo, Carrefour, Hero, Hypermart, Giant namun petani mitra CV. Tani Organik Merapi masih terbilang sedikit karena petani mitra TOM merupakan kelompok minoritas dalam bertani di Desa Wukirsari dibandingkan dengan petani pembudidaya sayuran organik diluar CV. Tani Organik Merapi. CV. Tani Organik Merapi memiliki 15 petani sayuran organik yang memiliki lahan secara mandiri dan lahan sewa serta menjalin mitra


(16)

dengan TOM. CV. Tani Organik Merapi memiliki beberapa kompetitor dalam pelaksanaannya diantaranya adalah Tani Organik Seraphine (TOS) dan Freshland.

Motivasi adalah sebuah dorongan baik dari luar maupun dari dalam yang mampu menjadikan penggerak manusia untuk melaksanakan sesuatu. Menurut McClelland kebutuhan dipelajari (learned need) melalui kehidupan dalam suatu budaya, seseorang belajar tentang kebutuhan dengan mempelajarinya. Oleh karena itu, terdapat hubungan positif antara kebutuhan untuk berprestasi dengan prestasi kerja yang dihasilkan.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu, bagaimanakah sistem kemitraan yang terjadi diantara petani dan CV. Tani Organik Merapi ?, bagaimanakah motivasi petani dalam bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta ? dan bagaimanakah prestasi kerja petani mitra CV. Tani Organik Merapi di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dalam bermitra dengan Tani Organik Merapi (TOM).

Untuk menjawab permasalahan maka diperlukan penelitian yang berjudul “Motivasi Petani Sayuran Organik Dalam Bermitra Kerja Dengan CV. Tani Organik Merapi di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Yogyakarta”.

B. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui sistem kemitraan yang terjadi diantara petani sayuran organik dengan CV. Tani Organik Merapi.

2. Mengetahui motivasi petani dalam bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.


(17)

3. Mengetahui prestasi kerja petani mitra CV. Tani Organik Merapi di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dalam bermitra dengan Tani Organik Merapi (TOM).

C. Kegunaan Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan ajar para fasilitator pemberdayaan pertanian organik khususnya dalam meningkatkan motivasi wirausaha petani.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi oleh CV. Tani Organik Merapi dalam meningkatkan prestasi kerja petani mitra.


(18)

6

A. Tinjauan Pustaka

1. Pertanian Organik

Pembangunan pertanian harus dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dengan memperhatikan dimensi yang lebih luas dan dilakukan secara holistik, antara lain mencakup: aspek sosial, ekonomi, politik, kelembagaan maupun ekologi. Praktek-praktek pengelolaan pertanian yang mengeksploitasi sumberdaya secara berlebihan dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia telah berdampak terjadinya levelling off ketika produksi tidak setara dengan besarnya input yang digunakan dan telah berdampak negatif terhadap kesuburan lahan (tanah menjadi tandus dan rentan terhadap serangan hama penyakit). Untuk memulihkan kesuburan tanah, meningkatkan produktivitas dan melestarikan lingkungan, maka kegiatan pengembangan pertanian organik akan semakin dikembangkan dan diperluas. (Deptan, 2008)

Menurut Sutanto (2002), pertanian organik menunjukan campur tangan manusia secara lebih intesif dalam memanfaatkan lahan dan berusaha meningkatkan hasil pertanian berdasarkan prinsip daur ulang yang dilaksanakan sesuai dengan kondisi setempat. Pertanian organik menghimpun seluruh imajinasi petani dan konsumen yang secara serius dan bertanggung jawab menghindarkan bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Aspek yang masuk kedalam pertanian organik cukup luas diantaranya adalah tanaman hortikultura, tanaman


(19)

hias dan buah-buahan. Aspek yang akan diteliti dalam penelitian disini adalah tanaman hortikultura yakni sayuran organik.

Sayuran organik adalah sayuran yang dibudidayakan dengan teknik pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama sayuran organik adalah menyediakan produk pertanian bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumen serta tidak merusak lingkungan. Sayuran organik sebagai bagian dari pertanian yang akrab dengan lingkungan perlu segera dimasyarakatkan sejalan makin banyaknya dampak negatif terhadap lingkungan yang terjadi akibat dari penerapan teknologi intensifikasi yang mengandalkan bahan kimia pertanian. (Pracaya, 2007)

2. Kemitraan

Menurut Dr. Muhammad Jafar Hafsah (2008), kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis.

Dalam Pasal 27 Undang-Undang Usaha Kecil ditentukan pola-pola kemitraan sebagai berikut:

a. Inti Plasma

Pola inti plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha menengah atau usaha besar bertindak sebagai inti dan usaha kecil selaku plasma, perusahaan inti


(20)

melaksanakan pembinaan mulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis, sampai dengan pemasaran hasil produksi.

b. Subkontrak

Pola subkontrak adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha kecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar sebagai bagian dari produksinya. Kelemahan pola subkontrak ini adalah pada besarnya kebergantungan pengusaha kecil pada pengusaha menengah atau besar. Hal tersebut dapat berdampak negatif terhadap kemandirian dan keuntungan yang diperoleh oleh pengusaha kecil.

Manfaat yang diperoleh pengusaha kecil melalui pola subkontrak ini adalah dalam hal :

1) Kesempatan untuk mengerjakan sebagian produksi dan atau komponen. 2) Kesempatan yang seluas-luasnya dalam memperoleh bahan baku. 3) Bimbingan dan kemampuan teknis produksi dan atau manajemen. 4) Perolehan, penguasaan, dan peningkatan teknologi yang digunakan. 5) Pembiayaan.

c. Dagang Umum

Pola dagang umum adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha menengah atau usaha besar memasarkan produksi usaha kecil atau usaha kecil memasok kebutuhan yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar mitranya.


(21)

d. Waralaba

Pola waralaba adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya usaha menengah atau usaha besar pemberi waralaba memberikan hak penggunaan lisensi merk dan saluran distribusi perusahaan kepada usaha kecil penerima waralaba dengan disertai bantuan dan bimbingan manajemen.

Pengaturan yang terinci mengenai kemitraan bisnis pola waralaba ini telah diatur di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 26 Tahun 1997 tentang waralaba. Dalam peraturan pemerintah kemitraan sendiri terdapat pengaturan khusus tentang waralaba ini, antara lain dalam pasal 7 yang menentukan sebagai berikut :

1) Usaha besar dan atau usaha menengah yang bermaksud memperluas usahanya dengan memberi waralaba, memberikan kesempatan dan mendahulukan usaha kecil yang memiliki kemampuan untuk bertindak sebagai penerima waralaba untuk usaha yang bersangkutan.

2) Perluasan usaha oleh usaha besar dan atau usaha menengah dengan cara waralaba di kabupaten atau kotamadya Daerah Tingkat II di luar ibukota propinsi hanya dapat dilakukan melalui kemitraan dengan usaha kecil.

e. Keagenan

Pola keagenan adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya usaha kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha menengah atau usaha besar mitranya. Pengertian agen hampir sama dengan distributor karena sama-sama menjadi perantara dalam memasarkan barang dan jasa perusahaan menengah


(22)

atau besar (prisipal). Namun, secara hukum berbeda karena mempunyai karakteristik dan tanggung jawab hukum yang berbeda.

f. Modal Ventura

Modal Ventura dapat didefinisikan dalam berbagai versi. Pada dasarnya berbagai macam definisi tersebut mengacu pada satu pengertian mengenai modal ventura yaitu suatu pembiayaan oleh suatu perusahaan pasangan usahanya yang prinsip pembiayaannya adalah penyertaan modal.

Meskipun prinsip dari modal ventura adalah “penyertaan” namun hal tersebut tidak berarti bahwa bentuk formal dari pembiayaannya selalu penyertaan. Bentuk pembiayaannya bisa saja obligasi atau bahkan pinjaman, namun obligasi atau pinjaman itu tidak sama dengan obligasi atau pinjaman biasa karena mempunyai sifat khusus yang pada intinya mempunyai syarat pengembalian dan balas jasa yang lebih lunak.

Dari hasil survey yang telah dilaksanakan analisis sementara penulis menyatakan bahwa CV. Tani Organik Merapi menganut pola kemitraan inti plasma. Pola kemitraan inti plasma yaitu hubungan kemitraan antara mitra usaha (dalam hal ini petani sayuran organik) sebagai plasma dengan CV. Tani Organik Merapi sebagai inti perusahaan.

3. Motivasi

Motivasi adalah sebuah dorongan baik dari luar maupun dari dalam yang mampu menjadikan penggerak manusia untuk melaksanakan sesuatu. Expanctancy theory ( vroom) menjelaskan bahwa besar kecilnya usaha kerja yang akan diperlihatkan oleh seseorang, tergantung pada bagaimana orang ini


(23)

memandang kemungkinan berhasil dari tingkah lakunya itu dalam mencapai atau menghindari. Teori lain tentang motif harus dipelajari dan dipahami, sehingga dapat mengarahkan motivasi ini kearah perilaku yang diharapkan. Teori yang diterapkan antara lain:

a. Teori Hierarki Kebutuhan dari Abraham H. Moslow

1)Memuaskan kebutuhan dasar (Basic Need). Memperoleh uang secara mandiri untuk kebutuhan fisik.

2)Memuaskan kebutuhan rasa nyaman (Safety Need). Memperoleh rasa aman dalam kehidupan berkeluarga, dan bermasyarakat dengan terpenuhinya aspek-aspek perlindungan melalui keberhasilan usaha.

3)Memuaskan kebutuhan sosial (Social Need). Memperoleh keleluasaan dan peluang yang lebih besar untuk melakukan kontak sosial dalam membangun persahabatan dan relasi bisnis.

4)Memuaskan kebutuhan penghargaan (Self Esteem Need). Memperoleh rasa hormat dari lingkungan sesuai dengan kedudukan sebagai pimpinan/ pemilik bisnis pribadi.

5)Memuaskan kebutuhan pengakuan diri (Self Actualization). Memperoleh pengakuan masyarakat atas hasil karyanya yang bermanfaat bagi kepentingan banyak orang.

b. Teori Motivasi Pemeliharaan /Hiegieness dari Frederik Herzberg yaitu: 1)Kemajuan dan peningkatan.

2)Tanggung jawab.


(24)

4)Adanya penghargaan. 5)Prestasi.

c. Teori Prestasi dari David Mc. Clelland

1)Kebutuhan akan persahabatan (Need for Affiliation) a) Keinginan kuat untuk bersahabat

b)Keinginan berkumpul

c) Khawatir putusnya persahabatan 2)Kebutuhan akan kekuasaan

a) Keinginan untuk memerintah b)Menyukai hubungan vertikal c) Bangga atas posisi dan reputasi 3) Kebutuhan akan prestasi

a) Memikul tanggung jawab b)Pengambilan resiko c) Kreatif dan inovatif

Motif berprestasi adalah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai hasil terbaik guna memperoleh kepuasan pribadi (Suharyadi et.al., 2007).

David C. MacClelland dalam Suharyadi et.al. (2007), mengungkapkan bahwa:

a. Kebutuhan untuk berprestasi wirausaha (n-Ach), orang-orang yang memiliki n-Ach tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri:


(25)

1)Senang menetapkan sasaran kerja yang menantang, mengandung unsur resiko sedang (moderate risk), dan menghindari.

2)Tugas dan tanggung jawab yang terlalu mudah untuk diselesaikan, karena tantangannya rendah.

3)Tugas dan tanggung jawab yang terlalu sukar untuk diselesaikan, karena keberhasilan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor keberuntungan.

4)Selalu merasa bahwa apapun yang terjadi sebagian besar adalah tanggung jawabnya.

5)Dalam bekerja selalu ingin mendapatkan umpan balik.

b. Kebutuhan akan kekuasaan (n-Pow), orang dengan n-Ach tinggi tidak membuat seorang manajer efektif, sebab seorang manajer harus mempengaruhi, membujuk, atau memberi inspirasi kepada bawahannya yang dalam hal inilah n-Pow diperlukan. Ciri-ciri dari seseorang dengan n-Pow tinggi adalah:

1)Berusaha untuk selalu mempengaruhi orang lain atau berusaha membuat orang lain kagum terhadapnya.

2)Lebih mementingkan hasil akhir daripada proses.

3)Mempunyai dorongan kuat untuk dilihat sebagai penyelamat, pembantu, penolong, atau pahlawan.

N-pow tidak selalu dikonotasikan dengan hal negatif, sebab pada kenyataannya untuk beberapa jabatan atau pekerjaan, seperti guru, dan manajer memerlukan n-Pow.


(26)

c. Kebutuhan untuk berafiliasi (n-Aff), merupakan kebutuhan untuk memantapkan, melestarikan, atau memperoleh hubungan dengan orang lain. Secara ringkas n-Aff berfokus pada usaha untuk membina suasana persahabatan dan menghimpun teman. Orang-orang dengan n-Aff memiliki ciri-ciri:

1)Dalam bekerja lebih mementingkan suasana antara orang-orang yang bekerja dibandingkan dengan pekerjaannya itu sendiri.

2)Lebih memperhatikan reaksi atau sikap orang lain terhadapnya dan tidak merasa nyaman bila orang lain bersikap kurang bersahabat.

3)Dalam melaksanakan tugas sangat dipengaruhi oleh siapapun yang akan menjadi rekan kerja. Jadi pertimbangan utama bukanlah pekerjan itu menarik atau menantang, tetapi dengan siapa dia akan bekerja.

Menurut Stephen P. Robbins dalam Suharyadi et.al. (2007), kebutuhan akan kekuasaan (n-Pow) dan kebutuhan untuk berafiliasi (n-Aff) erat kaitannya dengan keberhasilan manajer saat ini. Sedangkan kebutuhan untuk berprestasi (n-Ach) mencirikan seseorang menjadi wirausahawan karena memiliki motivasi yang kuat untuk berprestasi.

Wirausahawan terdorong oleh kebutuhan untuk berprestasi (n-Ach) yang tinggi, dan kebutuhan akan kekuasaan (n-Pow) serta kebutuhan untuk berafiliasi (n-Aff) pada tingkatan sedang. Menurut McClelland dalam Wahyuningsih (2009), karakteristik wirausahawan adalah sebagai berikut:


(27)

a. Keinginan untuk berprestasi. Penggerak psikologis utama yang memotivasi wirausahawan adalah kebutuhan untuk berprestasi, yang biasanya di identifikasi sebagai n-Ach. Kebutuhan ini diidentifikasi sebagai keinginan atau dorongan dalam diri yang memotivasi kearah pencapaian tujuan merupakan tantangan dari kompetisi individu.

b. Keinginan untuk bertanggung jawab. Wirausahawan menginginkan tanggung jawab pribadi bagi pencapaian tujuan. Mereka memilih menggunakan sumber daya sendiri dengan cara bekerja sendiri untuk mencapai tujuan dan bertanggung jawab sendiri terhadap hasil yang dicapai. Akan tetapi mereka akan melakukan secara kelompok sepanjang mereka bisa secara pribadi mempengaruhi hasil-hasil.

c. Preferensi kepada resiko-resiko menengah. Wirausahawan bukanlah penjudi, mereka memilih menetapkan tujuan-tujuan yang membutuhkan tingkat kinerja yang tinggi, suatu tingkatan mereka percaya akan menuntut usaha keras tetapi yang masih bisa dipercaya untuk dipenuhi.

d. Persepsi pada kemungkinan berhasil. Keyakinan pada kemampuan untuk mencapai keberhasilan adalah kualitas kepribadian wirausahawan yang penting. Mereka mempelajari fakta-fakta yang dikumpulkan dan menilainya. Ketika semua fakta tidak tersedia, mereka berpaling kepada sikap percaya diri mereka yang tinggi dan melanjutkan tugas-tugas mereka.

e. Rangsangan oleh umpan balik. Wirausahawan ingin mengetahui bagaimana hal yang mereka kerjakan, apakah umpan baliknya baik atau


(28)

buruk. Mereka dirangsang untuk mencapai hasil kerja yang lebih tinggi dan mempelajari seberapa efektif usaha mereka.

f. Aktifitas enerjik. Wirausahawan menunjukan energi yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata orang. Mereka bersifat aktif dan mobilitas tinggi serta mempunyai proporsi waktu yang besar dalam mengerjakan tugas dengan cara baru. Mereka sangat menyadari perjalanan waktu. Kesadaran ini merangsang mereka untuk terlibat secara mendalam pada kerja yang mereka lakukan. g. Orientasi ke masa depan. Wirausahawan melakukan perencanaan dan

berfikir kedepan. Mereka mencari dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi jauh di masa depan.

h. Keterampilan dalam pengorganisasian. Wirausahawan menunjukan keterampilan dalam mengorganisasi kerja dan orang-orang dalam mencapai tujuan. Mereka sangatlah obyektif dalam memilih individu-individu untuk tugas tertentu. Mereka memilih ahli dan bukannya teman agar pekerjaan bisa dilakukan dengan efisien.

i. Sikap terhadap uang. Mereka memandang uang sebagai lambang kongkrit dari tercapainya tujuan dan sebagai pembuktian bagi kompetisi mereka. 4. Prestasi Kerja

Menurut Mangkunegara, (2010) prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Menurut Moenir, (2005) terdapat beberapa faktor yang dapat dijadikan standar prestasi kerja, yaitu:


(29)

a. Kualitas kerja yang meliputi ketepatan, ketelitian, keterampilan serta kebersihan.

b. Kuantitas kerja yang meliputi output rutin serta output non rutin (ekstra). c. Keandalan atau dapat tidaknya diandalkan yakni dapat tidaknya mengikuti

instruksi, kemampuan inisiatif, kehati-hatian serta kerajinan. d. Sikap terhadap perusahaan dan karyawan.

Menurut Handoko (2000), metode penilaian prestasi kerja terbagi dalam dua metode yaitu:

a. Metode-metode penilaian berorientasi pada masa lalu 1)Skala Rata-Rata (Rating scale)

Pada metode ini, evaluasi subjektif dilakukan oleh penilai terhadap prestasi kerja pegawai dengan skala tertentu dari rendah sampai tinggi. 2)Checklist

Metode penilaian ini dimaksudkan untuk untuk mengurangi beban penilai. Penilai tinggal memilih kalimat-kalimat atau kata- kata yang menggambarkan prestasi kerja dan karakteristik pegawai.

3)Metode Peristiwa Kritis

Pada metode ini didasarkan pada catatan-catatan penilai yang menggambarkan perilaku pegawai sangat baik atau sangat buruk dalam kaitannya dalam pelaksanaan kerja.

4)Metode Peninjauan Lapangan

Pada metode ini, wakil ahli departemen personalia turun ke lapangan dan membantu para penyelia dalam menilai.


(30)

5)Tes dan Observasi Prestasi Kerja

Bila jumlah pekerjaan terbatas, penilaian prestasi kerja biasa didasarkan pada tes pengetahuan dan keterampilan. Agar berguna harus reliabel dan valid.

6)Metode Evaluasi Kelompok

Penilaian ini biasanya dilakukan oleh penyelia atau atasan langsung. Metode ini berguna untuk pengambilan keputusan untuk menaikkan upah, promosi dan berbagai bentuk penghargaan organisasional karena dapat menghasilkan rangking pegawai dari yang terbaik dan yang terburuk. b. Metode-metode yang berorientasi pada masa depan

1)Penilaian Diri (Self Appraisal)

Teknik evaluasi ini, berguna bila tujuan evaluasi adalah tujuan untuk melanjutkan pengembangan diri.

2)Penilaian Psikologis (Physicological Appraisal)

Penilaian ini biasanya dilakukan oleh para psikolog, terutama untuk menilai potensi pegawai di waktu yang akan datang.

3)Pendekatan Management By Objectives (MBO)

Pada pendekatan ini setiap pegawai dan penyelia secara bersama menetapkan tujuan-tujuan dan sasaran pelaksanaan kerja di waktu yang akan datang.

4)Teknik Pusat Penilaian

Bentuk penilaian pegawai yang distandarisasikan dimana tergantung pada berbagai tipe penilaian.


(31)

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Noor Widayat Ika Prasetya (2015), dalam Motivasi Wirausaha Petani dalam Usahatani Padi Organik Di Dusun Wijirejo Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul Yogyakarta menggunakan motivasi dari teori McClelland yang terdiri dari tiga kebutuhan yakni kebutuhan untuk berprestasi, afiliasi dan kekuasaan. Pengukuran variabel dengan menggunakan kuesioner yang mengacu pada skala likert. Analisis data dengan menggunakan ANOVA dilanjutkan dengan Metode Fisher’s LSD (Least Significant Difference), menggunakan uji proporsi, dan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini adalah kebutuhan untuk berprestasi dan berafiliasi merupakan komponen utama dalam motivasi wirausaha usahatani padi organik di Dusun Wijirejo, petani padi organik di Dusun Wijirejo memiliki motivasi wirausaha yang tinggi dalam usahatani padi organik, serta terdapat pengaruh secara stimulan antara komponen motivasi wirausaha dengan prestasi kerja petani padi organik.

Penelitian oleh Aisyi Ridwan, (2015) dalam Minat Petani Tebu Untuk

Bermitra Dengan Pabrik Gula Trangkil Kabupaten Pati. Tingkat minat petani

tebu untuk bermitra dengan PG Trangkil yang didekati dengan indikator kepuasan, kesenangan, kemauan, dan semangat adalah tinggi. Pola kemitraan yang terjalin antara petani tebu dengan PG Trangkil adalah pola inti plasma yaitu hubungan kemitraan antra mitra usaha sebagai plasma dengan PG Trangkil sebagai perusahaan inti. Data yang dikumpulkan melalui metode wawancara dengan menghitung nilai rata-rata skor minat. Teknik analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan korelasi Rank Sperman. Faktor-faktor yang


(32)

mempengaruhi minat petani tebu untuk bermitra dengan PG Trangkil adalah faktor luas lahan yang menunjukan hubungan rendah dengan tingkat korelasi sebesar 0,313. Sedangkan faktor-faktor yang lain juga berpengaruh terhadap minat petani tebu untuk bermitra dengan PG Trangkil namun tidak signifikan.

Penelitian oleh Aulia Qonita, (2012) dalam Motivasi Kerja Utama Petani Dalam Kemitraan Dengan Pusat Pengolahan Kelapa Terpadu Di Kabupaten Kulon Progo. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan metode sampling berdasarkan sensus. Data yang dikumpulkan dengan melalui metode kuesioner. Analisis data yakni dengan metode skoring dan regresi sederhana.Hasil dari penelitian ini adalah motivasi utama petani dalam menjalin mitra dengan PPKT berdasarkan adanya motivasi. Motivasi petani dalam bekerja tidak berpengaruh signifikan terhadap mitra kerja dengan PPKT. Keuntungan terbesar dari sistem kemitraan dengan PPKT adalah teknik keuntungan.

Penelitian oleh Juniarto (2013), dalam Pengaruh Kebutuhan Akan Berprestasi, Kebutuhan Afiliasi, Kebutuhan Dominasi, dan Kebutuhan Otonomi

terhadap Kesuksesan Entrepreneur Wanita di Kota Semarang. Menggunakan

motivasi dari teori kebutuhan McClelland yang terdiri dari tiga kebutuhan yaitu kebutuhan berprestasi, berafiliasi, dan dominasi ditambah dengan kebutuhan akan otonomi. Pengukuran variabel dengan menggunakan kuesioner yang mengacu pada skala likert. Analisis data dengan menggunakan uji kualitas data ( uji validitas dan reliabilitas), uji asumsi klasik (normalitas, multikolonieritas, heterocedastisitas), analisis regresi berganda, uji kebaikan model (Uji F dan koefisien determinasi), uji hipotesis (uji T). Hasil penelitian tersebut terdapat


(33)

pengaruh yang signifikan antara kebutuhan akan berprestasi, berafiliasi dan dominansi terhadap kesuksesan entrepreneur wanita di Kota Semarang. Sedangkan kebutuhan akan otonomi tidak berpengaruh signifikan.

Penelitian oleh Ria Puji Astuti, (2010) dalam Motivasi Petani Dalam Usahatani Padi Organik Di Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul menggunakan analisis deskriptif dengan metode scoring dan interval. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis korelasi Rank Spearman. Hasil dari penelitian ini adalah intensitas penyuluhan, modal, dan manfaat merupakan faktor yang saling berhubungan serta mempengaruhi motivasi petani sedangkan umur, pendidikan, pengalaman berusaha tani, luas peluang pasar, harga dan produksi merupakan faktor yang tidak mempengaruhi motivasi petani dalam usahatani padi organik.

Dari hasil penelitian sebelumnya peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam penelitian yang bertemakan motivasi wirausaha yakni menggunakan pendekatan teori motivasi McClelland yang terdiri dari tiga kebutuhan untuk berprestasi, afiliasi dan kekuasaan. Teknik analisis data yang digunakan dapat dilakukan dengan teknik analisis regresi maupun korelasi.


(34)

C. Kerangka Pemikiran

Dari uraian diatas, teori yang dikembangkan oleh David McClelland lebih mendekati dengan penelitian ini. David McClelland mengemukakan bahwa terdapat tiga kebutuhan sosial dalam motivasi, yaitu kebutuhan untuk berprestasi, afiliasi dan kekuasaan. Ketiga kebutuhan tersebut merupakan dorongan yang kuat bagi para wirausahawan. Dorongan tersebut diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja yang dihasilkan. Prestasi kerja disini ialah prestasi yang meliputi kualitas kerja dan kuantitas kerja pada petani yang menjalani mitra dengan CV. Tani Organik Merapi. Motivasi dan prestasi kerja dari petani mitra tersebut tidak terlepas dari adanya sistem kemitraan yang menjadi perantara didalamnya karena dengan bermitra petani memiliki prestasi kerja yang baik dan sesuai dengan motivasi mereka untuk bermitra. Berikut digambarkan kerangka pemikiran yang dalam penelitian ini.


(35)

3. Hak 4. Kewajiban

Kualitas Kerja Petani Mitra CV. TOM

1. Peningkatan dalam kualitas produk 2. Peningkatan

keberhasilan panen 3. Peningkatan alat-alat

pertanian 4. Peningkatan

penghematan bahan produksi

5. Pemenuhan permitaan perusahaan

Kebutuhan Untuk Berprestasi 1. Dorongan untuk unggul

dalam bermitra 2. Keinginan untuk

bertanggung jawab 3. Usaha untuk memperoleh

umpan balik

4. Memiliki aktivitas enerjik dalam bermitra

5. Keuntungan finansial dan kemampuan merupakan komponen utama bermitra

Kebutuhan Untuk Berafiliasi 1. Usaha untuk memelihara hubungan baik 2. Usaha untuk

selalu kooperatif 3. Usaha untuk

selalu menjaga kenyamaan

Kebutuhan Untuk Kekuasaan 1. Usaha untuk

merangkul petani non mitra 2. Keuntungan merupakaan tujuan utama bermitra 3. Usaha untuk

menerapkan ide dan peluang Motivasi Petani

Mitra CV. TOM

Kuantitas Kerja Petani Mitra CV. TOM 1. Peningkatan dalam tingkat produksi 2. Peningkatan dalam tingkat pendapatan 3. Penghematan dalam input produksi 4. Pemenuhan permintaan perusahaan Prestasi Kerja Petani


(36)

24

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif adalah ilmu yang berkaitan dengan tata cara metode pengumpulan data, analisa data, interpretasi hasil analisis untuk mendapatkan informasi guna penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan.

A. Teknik Pengambilan Responden

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan 2 tahapan yaitu:

1. Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja. Daerah penelitian yang diambil adalah Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang merupakan sebuah CV. Tani Organik Merapi yang bergerak dalam bidang sayuran organik mulai dari hulu sampai dengan hilir. Penentuan lokasi berdasarkan atas pertimbangan bahwa CV. Tani Organik Merapi merupakan pemasok sayuran organik terbesar ke hampir seluruh perusahaan retail besar di Yogyakarta.

2. Pengambilan Responden

Metode pengambilan responden dilakukan dengan metode sensus. Berdasarkan data yang diperoleh pasca survey, jumlah petani yang menjalin mitra dengan CV. Tani Organik Merapi (TOM) di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman, Yogyakarta berjumlah 15 petani yang secara keseluruhan petani tersebut menjadi responden dalam penelitian ini. 15 petani tersebut memiliki status lahan


(37)

yang diantaranya adalah 10 petani memiliki lahan secara mandiri dan 5 petani sisanya merupakan petani dengan lahan sewa.

B. Jenis Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini terdapat dua data yang digunakan untuk mendukung kelengkapan data yaitu:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara dan observasi. Data primer mencangkup data motivasi dan prestasi kerja serta sistem kemitraan yang digunakan oleh CV. Tani Organik Merapi yang disajikan dalam bentuk kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan cara mencatat dokumen berupa laporan atau arsip dari literatur CV. Tani Organik Merapi. Data yang diperoleh yakni berupa data profil perusahaan, sistem kemitraan yang diterapkan oleh CV. Tani Organik Merapi dan data order produksi CV. Tani Organik Merapi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap objek dilapangan. Observasi dilakukan di lokasi penelitian adalah dengan mengamati proses pemanenan, penerimaan barang, pensortiran, penimbangan dan pembuatan nota, pengemasan hingga tahap pengiriman.


(38)

2. Wawancara

Wawancara yang dilakukan yakni dengan mewawancarai Sekretaris CV. Tani Organik Merapi dalam rangka pengambilan data mengenai sistem kemitraan yang berlaku di CV. Tani Organik Merapi.

3. Pencatatan

Pencatatan merupakan pengumpulan data dengan mencatat semua data primer dari responden yang dibutuhkan dalam penelitian ini dan pengumpulan data dengan mencatat semua data sekunder dari CV. Tani Organik Merapi yang berkaitan dengan penelitian ini.

4. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan tujuan penelitian, data tersebut antara lain buku bacaan yang menjadi dasar teori, dan hasil penelitian terdahulu.

D. Asumsi dan Pembatasan Masalah 1. Asumsi

Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa petani mitra CV. Tani Organik Merapi memiliki motif untuk berprestasi secara kuantitas dan kualitas.

2. Pembatasan Masalah

Batasan penelitian yang dilakukan dilihat dari tiga komponen motivasi dari teori McClelland yaitu motivasi berprestasi, berafiliasi dan kekuasaan serta prestasi kerja yang dihasilkan.


(39)

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Sistem kemitraan adalah suatu jalinan kerjasama antara petani mitra dengan CV. Tani Organik Merapi yang memberikan keuntungan diantara kedua belah pihak tersebut.

2. Hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan pada setiap petani yang menjalani mitra dengan CV. Tani Organik Merapi.

3. Kewajiban adalah segala sesuatu yang harus dilaksanakan pada setiap petani yang menjalani mitra dengan CV. Tani Organik Merapi.

4. Tahapan bermitra adalah alur yang menggambarkan proses penerimaan calon mitra CV. Tani Organik Merapi menjadi plasma CV. Tani Organik Merapi. 5. Motivasi adalah sebuah dorongan baik dari luar maupun dari dalam yang

mampu menjadikan penggerak petani untuk bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi (TOM). Dorongan ini memiliki sebuah komponen kebutuhan pada setiap individu yakni kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi dan kebutuhan kekuasaan.

6. Kebutuhan untuk berprestasi adalah usaha mencapai sukses atau berhasil dalam bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi (TOM) dengan suatu ukuran keunggulan yang dapat berupa prestasi orang lain maupun prestasi sendiri.

Indikator yang dinilai dalam kebutuhan untuk berprestasi dalam penelitian ini adalah:

a. Dorongan untuk unggul dalam bermitra dengan CV.Tani Organik Merapi.


(40)

b. Keinginan untuk bertanggung jawab atas hasil yang dicapai dalam bermitra dengan CV.Tani Organik Merapi.

c. Usaha memperoleh umpan balik dari keterlibatannya menjalin mitra dengan CV.Tani Organik Merapi.

d. Memiliki aktivitas yang enerjik dalam bermitra dengan CV.Tani Organik Merapi.

e. Memandang bahwa keuntungan finansial sebagai acuan dalam suatu keberhasilam bermitra CV.Tani Organik Merapi.

Kebutuhan untuk berprestasi diukur dalam lima kategori dengan masing-masing kategori yakni skor 1= Sangat Tidak Setuju, Skor 2= Tidak Setuju, Skor 3= Cukup, Skor 4= Setuju, Skor 5= Sangat Setuju.

7. Kebutuhan untuk berafiliasi adalah kebutuhan untuk berteman, bersosialisasi, bertegur sapa bergabung hidup dengan orang lain, bekerja sama dan bercakap-cakap dengan orang lain, serta mendapatakan afeksi dari orang lain dalam bermitra dengan Tani Organik Merapi (TOM).

Indikator yang dinilai dalam kebutuhan untuk berafiliasi dalam penelitian ini adalah:

a. Usaha untuk memelihara hubungan baik dengan petani lain dalam rangka mencapai tujuan dalam bermitra dengan CV.Tani Organik Merapi.

b. Usaha untuk selalu kooperatif dengan petani lain dalam menjadi mitra dengan CV. Tani Organik Merapi.

c. Usaha untuk selalu menjaga kenyamanan bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi.


(41)

Kebutuhan untuk berafiliasi diukur dalam lima kategori dengan masing-masing kategori yakni skor 1= Sangat Tidak Setuju, Skor 2= Tidak Setuju, Skor 3= Cukup, Skor 4= Setuju, Skor 5= Sangat Setuju.

8. Kebutuhan untuk kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa akan berperilaku untuk memutuskan bermitra dengan Tani Organik Merapi (TOM) atau suatu bentuk ekspresi untuk mengendalikan atau mempengaruhi orang lain.

Indikator yang dinilai dalam kebutuhan untuk kekuasaan dalam penelitian ini adalah:

a. Usaha untuk dapat merangkul petani non mitra untuk tujuan bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi

b. Keuntungan yang didapatkan merupakan bagian terpenting dalam bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi.

c. Usaha untuk memiliki dan menerapkan ide-ide untuk mengembangkan mitra usaha dengan petani lain.

Kebutuhan untuk kekuasaan diukur dalam lima kategori dengan masing-masing kategori yakni skor 1= Sangat Tidak Setuju, Skor 2= Tidak Setuju, Skor 3= Cukup, Skor 4= Setuju, Skor 5= Sangat Setuju.

9. Prestasi kerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam bermitra dengan Tani Organik Merapi (TOM). Prestasi kerja dapat diukur dengan melihat kualitas dan kuantitas dari masing-masing individu.


(42)

10. Kualitas kerja merupakan mutu hasil yang didasarkan pada standar yang ditetapkan. Kualitas kerja dalam bermitra dengan Tani Organik Merapi (TOM) dapat diukur melelui ketepatan, ketelitian, ketrampilan, dan kebersihan hasil kerja.

Indikator yang dinilai dalam kualitas kerja dalam penelitian ini adalah: a. Peningkatan dalam kualitas produk.

b. Peningkatan dalam keberhasilan panen. c. Perbaikan alat-alat pertanian.

d. Peningkatan penghematan biaya produksi. e. Pemenuhan permintaan perusahaan mitra.

Kualitas kerja diukur dalam lima kategori dengan masing-masing kategori yakni skor 1= Sangat Tidak Setuju, Skor 2= Tidak Setuju, Skor 3= Cukup, Skor 4= Setuju, Skor 5= Sangat Setuju.

11. Kuantitas kerja merupakan banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja yang ada, yang perlu diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat pekerjaan dapat diselesaikan.

Indikator yang dinilai dalam kuantitas kerja dalam penelitian ini adalah: a. Peningkatan dalam tingkat produksi

b. Peningkatan dalam tingkat pendapatan. c. Pemenuhan permintaan perusahaan mitra.

Kuantitas kerja diukur dalam lima kategori dengan masing-masing kategori yakni skor 1= Sangat Tidak Setuju, Skor 2= Tidak Setuju, Skor 3= Cukup, Skor 4= Setuju, Skor 5= Sangat Setuju.


(43)

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan yakni dengan menggunakan skala likert. Tani Organik Merapi. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk menanggapi pertanyaan dalam bentuk persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia.

Teknis analisis yang digunakan untuk mengetahui sistem kemitraan CV. Tani Organik Merapi yakni dengan menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu dengan mendeskripsikan sistem kemitraan yang diterapkan oleh CV. Tani Organik Merapi.

Kuesioner yang dibuat akan ditujukan kepada responden dengan diberikan 5 pilihan bentuk persetujuan dengan skala 5 (sangat setuju) sampai dengan skala 1 (sangat tidak setuju) dan tabel persentase nilai sebagai berikut;

Tabel 1. Bobot Nilai Tiap Butir Pertanyaan

Jawaban Bobot Nilai

Sangat Tidak Setuju 1

Tidak Setuju 2

Netral 3

Setuju 4

Sangat Setuju 5

Rumus yang digunakan dalam penentuan skoring adalah;

Tabel 2. Kategori Motivasi dan Prestasi Kerja Menurut Persentase Skor

Persentase Kategori

0% - 19,99% Sangat Rendah

20% - 39,99% Rendah

40% - 59,99% Cukup

60% - 79,99% Tinggi


(44)

32 A. Keadaan Umum Desa Wukirsari

Desa Wukirsari terletak di lereng gunung Merapi pada ketinggian dataran tinggi dan memiliki udara cukup sejuk. Suhu udara rata-rata di desa ini adalah 25

°C. Desa Wukirsari terletak pada koordinat 7°32’16”- 8°43’40” LS dan

110°14’00” - 110°33’00” BT. Musim kemarau berlangsung dari bulan Mei sampai dengan bulan September, sedangkan musim penghujan berlangsung dari bulan Oktober sampai dengan bulan April.


(45)

Secara administratif Desa Wukirsari merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Wukirsari mempunyai orbitasi berupa jarak dari pusat pemerintahan kecamatan 2 km, sedangkan dari ibukota kabupaten 17 km dan dari ibukota propinsi 22 km. Batas-batas wilayah Desa Wukirsari adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan

Sebelah Barat : : :

:

Desa Hargobinganun, Kecamatan Pakem Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan

Desa Umbulmartani, Desa Widodomartani Kecamatan Ngemplak

Desa Umbulharjo, Desa Pakembinangun, Kecamatan Pakem

Dekatnya jarak Desa Wukirsari dengan ibu kota provinsi dan ibu kota kabupaten membuat arus informasi dari pusat dengan mudah diterima oleh penduduknya. Arus informasi dalam hal ini mengenai pertanian sayuran organik dapat dengan mudah disampaikan oleh pemerintah pusat ke daerah sehingga memudahkan aparat dalam hal ini penyuluh berkordinasi dengan pemerintahan dan menyampaikannya kepada petani yang bersangkutan.

B. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Struktur penduduk menurut kelompok umur dapat digambarkan menurut jenjang umur yang berhubungan dengan kehidupan produktif manusia. Kelompok umur produktif berada pada umur 15-64 tahun. Keadaan penduduk menurut usia di Desa Wukirsari dapat dilihat dari tabel 3.


(46)

Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Umur di Desa Wukirsari Kelompok Umur

(Tahun)

Jumlah Penduduk

Orang %

< 16 16-65

> 65

2.143 6.975 1.526

20,13 65,53 14,34

Jumlah 10.644 100

Sumber : Data Monografi Desa Wukirsari Tahun 2015

Berdasarkan distribusi penduduk dari tabel 3 diketahui keadaan penduduk di Desa Wukirsari bahwa penduduk Desa Wukirsari sebagian besar berada pada tingkat umur antara 16 - 65 tahun. Jenjang umur tersebut termasuk dalam kelompok umur produktif. Jumlah penduduk umur produktif yang tinggi merupakan salah satu modal pembangunan pertanian, yaitu berkaitan dengan ketersediaan tenaga kerja produktif akan terpenuhi. Sedangkan jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk mengetahui sex ratio di suatu wilayah.

Sex ratio erat kaitannya dengan keberadaan laki-laki sebagai pemimpin

keluarga. Laki-laki merupakan tenaga untuk melaksanakan pengembangan pertanian sayuran organik, lelaki di daerah pedesaan umumnya akan menjadi tulang punggung keluarga sehingga hal tersebut membuat laki-laki mempunyai andil yang besar dalam hal menentukan mata pencaharian, hal tersbut menjadi sangat penting karena keputusan dalam menerapkan pertanian sayuran organik sangat erat kaitanya dengan posisi mata pencaharian dalam keluarga. Keadaan penduduk menurut jenis kelamin di Desa Wukirsari dapat dilihat pada tabel 4.


(47)

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Wukirsari

No. Jenis Kelamin Jumlah Penduduk

Orang %

1. 2.

Laki-Laki Perempuan

5.244 5.400

49,2 50,8

Jumlah 10.644 100,0

Sumber : Data Monografi Desa Wukirsari 2015

Berdasarka tabel 4 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan di Wukirsari lebih banyak daripada penduduk laki-laki. Penduduk perempuan sebanyak 5.400 Jiwa (50,80%) dan penduduk laki-laki sebanyak 5.244 Jiwa (49,20%). Dengan melihat keadaan penduduk menurut jenis kelamin, Desa Wukirsari mempunyai perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan cukup berimbang.

Data jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dapat digunakan untuk menghitung angka sex ratio yaitu perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dengan rumus :

Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa angka sex ratio di Desa Wukirsari adalah 97,11 yang berarti tiap 100 penduduk perempuan terdapat kurang lebih 97 orang penduduk laki-laki. Angka tersebut menunjukkan bahwa di Desa Wukirsari jumlah penduduk laki-laki dan perempuan relatif seimbang.


(48)

C. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir dan dapat mengarahkan seseorang dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dan lebih menguntungkan bagi diri sendiri, masyarakat dan lingkungan. Keadaan penduduk menurut pendidikan di Desa Wukirsari dapat dilihat dari tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Wukirsari

Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk

Orang %

Tidak Sekolah / Tidak Tamat SD Belum Sekolah

Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar SMP / SLTP / MTs SMA / SMK / MA Akademi (D1, D2, D3) Sarjana (S1, S2, S3)

512 619 1.742 1.215 1.845 3.919 295 497 4,81 5,82 16,37 11,41 17,33 36,82 2,77 4,67

Jumlah 10.644 100

Sumber : Data Monografi Desa Wukirsari Tahun 2015

Tabel 5 menunjukkan bahwa penduduk Desa Wukirsari sebagian besar berada pada tingkat pendidikan SMA / SMK / MA (36,82%). Jumlah penduduk Desa Wukirsari yang mengenyam pendidikan sampai tingkat atas (lebih dari program pemerintah wajib belajar sembilan tahun) berdasarkan data pada tabel sudah cukup tinggi. Penduduk yang menyelesaikan pendidikan dari sekolah menengah pertama sampai tingkat yang lebih atas sebesar 6.556 orang atau 61,59% dari jumlah penduduk yang ada. Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan formal masyarakat Desa Wukirsari tergolong tinggi. Tingkat pendidikan yang tinggi mempengaruhi kemampuan berpikir dalam menganalisis suatu masalah. Penduduk Desa Wukirsari mempunyai tingkat pendidikan terbanyak di tingkat


(49)

atas, dengan tingkat pendidikan tersebut penduduk Desa Wukirsari merupakan sumberdaya yang potensial, dan akan lebih terbuka dalam menerima hal-hal baru. D. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Keadaan mata pencaharian penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh sumberdaya yang tersedia dan keadaan sosial ekonomi. Keadaan penduduk menurut mana pencaharian di Desa Wukirsari dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Wukirsari

Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk

Orang %

Karyawan 1). PNS 2). TNI 3). Polri 4). Swasta Wiraswasta/pedagang Petani Pertukangan Buruh Tani Pensiunan Jasa 269 28 57 1.304 369 2.315 282 438 222 62 5,03 0,52 1,07 24,39 6,90 43,30 5,27 8,19 4,15 1,16

Jumlah 5.346 100

Sumber : Data Monografi Desa Wukirsari Tahun 2015

Mayoritas penduduk Desa Wukirsari bekerja di sektor pertanian. Banyaknya penduduk Desa Wukirsari yang bekerja di sektor pertanian salah satunya dipengaruhi oleh luasnya lahan pertanian di Desa Wukirsari. Ditambah dengan kondisi alam yang berada di lereng gunung Merapi sangat mendukung untuk berkembangnya sektor pertanian, seperti kesuburan tanah dan ketersediaan air. Hal ini juga tidak terlepas dari luas wilayahnya yang sebagian besar didominasi oleh sawah dan ladang yang membuat penduduknya lebih banyak bekerja sebagai petani.


(50)

Penduduk yang mempunyai mata pencaharian petani merupakan aset potensial untuk pengambangan sebuah inovasi dibidang pertanian, Desa Wukirsari sendiri merupakan desa yang potensial untuk pengembangan pertanian sayuran organik, karena selain wilayahnya yang strategis desa ini sendiri hampir setengah penduduknya mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian.

E. Keadaan Sarana Ekonomi

Keadaan sarana ekonomi menjadi salah satu unsur penting dalam perkembangan inovasi pertanian sayuran organik. Karena sarana ekonomi yang lengkap akan membuat petani sebagai orang yang mengadopsi mendapatkan akses mudah untuk menjangkau sarana perekonomian, keadaan sarana perekonomian di Desa Wukirsari dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Kelembaga Ekonomi di Desa Wukirsari

Lembaga Ekonomi Jumlah

Industri Kios Pasar

Swalayan / Supermarket Koperasi Simpan Pinjam Lumbung Desa

Usaha Ekonomi Desa

37 17 1 1 39 2 1 Sumber : Data Monografi Desa Wukirsari 2015

Keadaan prasarana perekonomian di Desa Wukirsari cukup memadai untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakatnya, termasuk sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dari kekuatan ekonomi yang ada di desa tersebut. Ketersediaan koperasi simpan pinjam membuat petani dimudahkan dalam akses permodalan. Petani Desa Wukirsari lebih menyukai koperasi bersifat plasma dibanding dengan koperasi yang menyediakan kredit modal dengan agunan.


(51)

Sistem kredit bersifat plasma lebih disukai karena petani tidak mempunyai barang berharga untuk di agunkan kepada pemodal, petani lebih memilih diberikan kredit berupa saprodi dengan persyaratan petani diharukskan menyetorkan hasil panennya ke badan usaha bersangkutan. Tani Organik Merapi sebagai salah satu badan usaha di bidang pertanian memberlakukan persyaratan tersebut, Tani Organik Merapi memberikan kredit berupa sarana prodiksi berupa bibit, pupuk dan sebagainya kepada petani anggota, lalu petani anggota akan menyetorkan hasil panennya dengan harga yang telah disepakati diawal, hal ini lebih disukai petani karena walaupun petani akan merasa rugi ketika harga dari komoditas yang ditanam naik, tapi petani tidak akan benar - benar rugi dari segi harga ketika harga turun dipasar karena harga sebelumya telah disepakati.

Adanya pasar di Desa Wukirsari juga membuat petani lebih mudah memasarkan hasil panennya. Jarak yang dekat antara pasar dan tempat tinggal petani membuat petani tidak perlu keluar daerah untuk memasarkan hasil panen, Selain itu tersedianya pedagang atau wirausaha di daerah ini membuat petani mudah menjual hasil panen, pedagang atau penadah akan datang ketika petani panen untuk membeli hasil panen petani. Selain pedagang yang membeli adapula pedagang atau wirausaha yang menjual sarana produksi bagi petani di Desa Wukirsari. Sama dengan kemudahaan menjual, di Desa Wukirsari petani dapat kemudahaan dalam membeli sarana produksi karena mereka tidak perlu keluar daerah untuk membeli sarana yang diperlukan dalam kegiatan usahataninya.


(52)

F. Keadaan Pertanian

Keadaan pertanian merupakan salah satu indikator pembangunan pertanian di suatu daerah. Komoditi yang dibudidayakan berbeda antara daerah satu dengan daerah lain. Hal ini dipengaruhi antara lain oleh kesuburan dan jenis tanah, iklim dan ketinggian tempat.

Padi masih menjadi komoditas utama yang dibudidayakan masyarakat petani di Desa Wukirsari. Sedangkan untuk komoditas paling sedikit dibudidayakan oleh mayarakat Desa Wukirsari adalah sawi, terong, dan buncis. Untuk produktivitas dari masing-masing komoditas, kacang tanah adalah komoditas yang paling besar produktivitasnya diikuti dengan padi. Untuk komoditas yang mempunyai produktivitas paling rendah adalah ketimun diikuti dengan ketela rambut yang mempunyai produktivitas rendah. Untuk Komoditas pertanian dan luas tanam dalam pembudidayaannya di Desa Wukirsari dapat diamati pada tabel 8.

Produktivitas sayuran di Desa Wukirsari rata-rata sebesar 1,5 ton per hektar. Petani di daerah penelitian tidak sepanjang tahun menanam sayuran, tanaman padi sebagai bahan makanan pokok masih menjadi pilihan utama sebagian besar petani. Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa luas lahan untuk menanam padi sangat besar, begitu juga dengan produksi padi di Desa Wukirsari. Berbanding terbalik dengan luas tanam sayuran dan produksinya.


(53)

Tabel 8. Produksi Tanaman Pangan dan Sayuran Desa Wukirsari Jenis Tanaman Luas Lahan

(Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas Lahan (Ton / Ha) Tanaman Pangan Padi Jagung Ketela Pohon Kacang Tanah Ketela Rambat Tanaman Buah Pisang Pepaya Jeruk Semangka Rambutan Anggur Salak Melon Tanaman Sayur Sawi Tomat Kacang Panjang Terong Buncis Lombok Ketimun 681,0 46,0 4,1 4,0 3,1 4,0 0,6 0,1 5,5 0,5 1 6,2 1 2 6 9 2 2 5 4 2.725 146 16 22 4 5,5 0,5 - 7,5 2 - 14,6 1,3 3 9 29 3 3 9 3 4,00 3,17 3,90 5,12 1,29 1,4 0,8 0,0 1,4 3,7 0,0 2,4 1,3 1,50 1,50 3,22 1,50 1,50 1,80 0,75 Sumber : Data Monografi Desa Wukirsari 2015

Tanaman sayuran hanya akan ditanam petani ketika adanya kelangkaan air untuk menanam padi, atau ketika lingkungan sekitar sedang memulai trend menanam sayuran, seperti halnya untuk menanam sayuran tertentu, petani lebih cendrung akan mengikuti pengaruh dari lingkungannya. Kedepannya potensi pertanian sayuran organik di Desa Wukirsari masih sangat besar, dengan memunculkan trend menanam sayuran organik di daerah penelitian makan petani di daerah ini akan cendrung untuk mengikutinya.


(54)

G. Sejarah Perusahaan

CV. Tani Organik Merapi (TOM) didirikan oleh Untung Wijanarko dengan didasari oleh kristalisasi, cita-cita, pemikiran, niat dan harapan akan kondisi alam pada umumnya juga kondisi tanah pertanian pada khususnya. Perkembangan selanjutnya dapat kita harapkan menjadi lebih baik, dalam arti menyeluruh, baik dari segi potensi alam maupun sumber daya manusianya. TOM juga bertekad ikut ambil bagian dalam program menyelamatkan lahan pertanian dengan bijak. CV. Tani Organik Merapi ikut berperan aktif dalam mengembangkan sistem pertanian organik secara langsung dan mengharapkan dapat menghasilkan produk – produk pertanian organik yang berkualitas, yang secara tidak langsung juga mendukung kesehatan masyarakat.

Sistem pertanian yang digunakan dan kembangkan adalah sistem organik yang sama sekali tidak menggunakan produk kimia sintetis. Untuk itu TOM senantiasa mengembangkan sistem pertanian organik secara maksimal. Adanya persamaan dan cita-cita berdasarkan atas kepeduliaan akan kelestarian lingkungan dan kesehatan saat ini dan mendatang. Maka pada tanggal 1 September 2008 lahirlah CV. Tani Organik Merapi ( TOM). Visi dari TOM itu sendiri adalah membangun usaha tani berbasis tekhnologi organik, menyediakan produk tanaman pangan sehat untuk kemandirian bangsa dan kelestarian alam semesta. Misi dari TOM adalah menjalankan dan mengembangakan usaha agribisnis secara organik, memasyarakatkan usaha agribisnis dan perdagangan umum, menyebarkan wawasan pertanian organik yang berkelanjutan secara utuh dan menyeluruh.


(55)

H. Lokasi Perusahaan

Lokasi CV Tani Organik Merapi terletak di Dusun Balangan, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

I. Bidang Usaha

CV. Tani Organik Merapi bergerak dalam bidang Agribisnis Organik, Agrowisata Organik, Perdagangan Umum dan Jasa Konsultan. Badan usaha ini membagi kegiatannya kedalam 2 bagian yakni secara internal maupun eksternal. Kegiatan internal CV. Tani Organik Merapi yakni meliputi budidaya sayuran organik, pemasaran produk TOM keseluruh supermarket di Yogyakarta serta pendampingan pada mitra binaan. Kegiatan eksternal CV. Tani Organik Merapi yakni meliputi pelatihan dan pendampingan pertanian organik pada masyarakat korban bencana alam di Bantul tahun 2010 bekerjasama dengan LSM IOM (International Organizational for Migration), mengikuti pendampingan dari PUM (Programma Uitzending Managers) Belanda tentang peningkatan produksi dan manajemen (program pasca erupsi dari Kadin), mengikuti pameran produksi hasil pertanian, memberikan pelatihan masalah pertanian organik ke kelompok tani, sebagai mitra binaan Bank Indonesia mulai tahun 2014, sebagai tempat penelitian dan PKL para mahasiswa, bergabung menjadi anggota AOI (Aliansi Organis Indonesia ) sejak September 2008, serta tempat studi banding para kelompok tani dan umum.


(56)

J. Bidang Bisnis

Cakupan bidang bisnis di CV. Tani Organik Merapi dalam penelitian ini meliputi 4 aspek yakni aspek produk, pangsa pasar, kerjasama dan sumber produk.

1. Produk

CV. Tani Organik Merapi memiliki 34 jenis komoditas didalamnya, komoditas tersebut diantaranya adalah 1.) okra, 2.) jamur tiram, 3.) bayam sekul, 4.) paitsay, 5.) pakchoy baby, 6.) kalian baby, 7.) daun bawang 150, 8.) bayam merah 150, 9.) labu siam, 10.) biet, 11.) brokoli, 12.) daun bawang 250, 13.) daun ginseng, 14.) kacang panjang, 15.) tomat, 16.) wortel, 17.) terong ungu panjang, 18.) buncis, 19.) caisim baby, 20.) buncis baby, 21) paesley, 22.) kangkung baby, 23.) tomat cherry, 24.) cabe rawit, 25.) selada merah, 26.) kemangi, 27.) pare hijau, 28.) oyong, 29.) bayam hijau, 30.) caisim, 31.) kangkung, 32.) selada hijau, 33.) pakchoy, dan 34.) seledri.

2. Pangsa pasar

CV. Tani Organik saat ini memiliki pangsa pasar supermarket yang terbagi atas 9 supermarket di Yogyakarta. Supermarket tersebut diantaranya adalah 1.) Super Indo, Supermarket Super Indo yang menjadi pangsa pasar TOM terletak di Jalan Kaliurang, Jalan Sultan Agung, Kota Gede, Seturan, Jalan Parangtritis, Jalan Solo dan Jalan Godean, 2.) Giant, Supermarket Giant yang menjadi pangsa pasar TOM terletak di Jalan Solo, Jalan Godean, Jalan Urip Sumoharjo, Condong Catur, Catur Tunggal, 3.) Carrefour, Supermarket Carrefour yang menjadi pangsa pasar TOM terletak didaerah Maguwo, Ambarrukmo Plaza dan Hartono Mall,


(57)

4.) Alfamart, 5.) Progo, 6.) Indo Grosir, 7.) Ramai Family Mall, 8.) Hero dan 9.) Hypermart.

3. Kerjasama

Dalam menjalankan aktivitasnya, CV. Tani Organik Merapi melakukan kejasama secara internal maupun eksternal dalam rangka pemenuhan kebutuhannya. Kerjasama secara internal yakni dengan memperkerjakan keempat petani mitra yang berstatus lahan sewa sebagai karyawan tetap yang digaji dan diberikan bonus setiap bulannya jika mencapai target serta pemberian pelatihan kepada petani mitra CV. Tani Organik Merapi.

Kerjasama secara eksternal dilakukan dengan LSM IOM sejak tahun 2010 dalam rangka pelatihan dan pendampingan pertanian organik pada masyarakat korban bencana alam di Bantul, bekerja sama dengan PUM Belanda dalam rangka pendampingan mengenai peningkatan produksi dan manajemen. Selain itu CV Tani Organik melakukan kerjasama dengan LSM Pamor dalam hal sertifikasi plasma bagi calon petani mitra TOM.

4. Sumber produk

Produk sayuran organik yang dihasilkan oleh TOM berasal dari 15 petani mitra TOM yang memiliki lahan secara pribadi. Selain itu TOM memiliki lahan ± 2 Ha yang ditanami 14 jenis sayuran diantaranya adalah selada, pakchoy, sawi hijau, bayam merah, tomat cherry, okra, bayam hijau, kalian baby, sere, kangkung, caisim, buncis, kacang panjang, dan ginseng. Lahan yang dimiliki oleh CV. Tani Organik Merapi tersebut dibudidaya oleh 4 petani sayuran organik yang


(58)

menjadi karyawan TOM dengan masing-masing petani membudidaya lahan sayuran organik seluas 2500 .

5. Struktur Organisasi

Selayaknya perusahaan lainnya, CV Tani Organik Merapi memiliki struktur organisasi, bentuk organisasi di CV Tani Organik Merapi adalah garis yang telah menempatkan posisi karyawan berdasarkan tugasnya masing-masing. Struktur organisasi dapat digambarkan dalam gambar 3.

Gambar 3. Struktur Organisasi CV. Tani Organik Merapi KETUA

UNTUNG W

BENDAHARA

SUGIARTO

SEKRETARIS

YULI DYAH S

KONSUMSI

L. SUMARTI

AKOMODASI

BAYU WIBOWO

PELATIHAN

SUGIARTO

HUMAS


(59)

Berdasarkan gambar diatas, setiap jabatan memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda, yaitu:

a. Ketua

1) Mengarahkan program dan kegiatan operasional CV Tani Organik Merapi 2) Membina keutuhan dan mendorong kemajuan CV Tani Organik Merapi

melalui jalinan kerjasama dan komunikasi antar anggota 3) Membangun citra CV Tani Organik Merapi

4) Mengusahakan peluang penghimpunan dana yang sah

5) Mengingatkan peran serta CV Tani Organik Merapi dalam pemecahan masalah-masalah pembangunan yang terkait dengan profesi.

b. Sekretaris

1) Membantu ketua dalam mengarahkan dan mengendalikan kegiatan operasional CV Tani Organik Merapi

2) Membina hubungan dengan pihak luas, baik swasta maupun pemerintah dalam kaitannya dengan kerjasama dan pembangunan citra CV Tani Organik Merapi

3) Mengendalikan operasional CV Tani Organik Merapi baik internal maupun eksternal.

c. Bendahara

1) Menghimpun dana lain dari sember-sumber yang sah 2) Mengalokasikan dana atas dasar program kerja 3) Menata-bukukan dana CV Tani Organik Merapi


(60)

4) Menyusun laporan keuangan sebagai bahan laporan dan pembayaran pajak.

d. Humas

1) Menginterpretasikan, menganalisis, dan mengevaluasi kecenderungan perilaku publik, kemudian merekomendasikan kepada manajemen untuk merumuskan kebijakan CV Tani Organik Merapi.

2) Mempertemukan kepentingan CV Tani Organik Merapi dengan kepentingan publik

3) Mengevaluasi program-program CV Tani Organik Merapi khususnya yang berkaitan dengan publik.

e. Pelatihan

1) Merencanakan anggaran-anggaran pelatihan fungsional, biaya-biaya peramalan yang diperlukan untuk kebutuhan pelatihan

2) Mengukur kebutuhan pelatihan yang relevan untuk para peserta pelatihan 3) Membuat strategi dan rencana-rencana untuk memenuhi kebutuhan

pelatihan dan pengembangan bagi peserta

4) Mendesign program pelatihan dan kursus-kursus yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan dengan melibatkan penyedia jasa dari luar perusahaan.

5) Memonitor dan melaporkan segala bentuk aktivitas, biaya, kinerja dsb. f. Akomodasi

1) Bertanggung jawab terhadap transportasi terkait distribusi sarana prasarana CV Tani Organik Merapi dan pemasaran sayuran organik ke supermarket.


(1)

Tabel 4. Kebutuhan Untuk Berprestasi

N0 Indikator Skor

Total

Persentase (%)

Kategori

1 Dorongan Untuk Unggul 193 64,3 Tinggi

2 Keinginan Bertanggung Jawab 200 66,7 Tinggi 3 Usaha Memperoleh Umpan

Balik

257 64,2 Tinggi

4 Memiliki Aktivitas Enerjik 93 31 Rendah 5 Keberhasilan Bermitra Dilihat

Dari Segi Finansial Dan Kemampuan

174 58 Cukup

Total 917 57,3 Cukup

Sumber: Analisis Data Primer

b. Kebutuhan untuk berafiliasi. Kebutuhan untuk berafiliasi adalah kebutuhan untuk berteman, bersosialisasi, bertegur sapa bergabung hidup dengan orang lain. Komposisi kebutuhan untuk berafiliasi dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Kebutuhan Untuk Berafiliasi

N0 Indikator Skor Persentase

(%)

Kategori

1 Usaha Memelihara Hubungan Baik 256 64 Tinggi

2 Usaha Untuk Kooperatif 189 63 Tinggi

3 Usaha Menjaga Kenyamanan 135 67,5 Tinggi

Total 580 64,4 Tinggi

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan pada tabel 5 tersebut, kebutuhan untuk berafiliasi memiliki 3 indikator didalamnya. Petani beranggapan bahwa dengan selalu menjaga kenyamanan dalam bekerja, maka rasa tenang akan didapatkan. Ketenangan akan memunculkan sebuah semangat bekerja karena petani merasa bahagia ketika menjadi bagian dari CV. Tani Organik merapi.


(2)

c. Kebutuhan untuk kekuasaan. Kebutuhan untuk kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa akan berperilaku untuk memutuskan bermitra. Komposisi kebutuhan untuk kekuasaan dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini;

Tabel 6. Kebutuhan Untuk Kekuasaan

N0 Indikator Skor Persentase

(%)

Kategori

1 Usaha Untuk Merangkul Petani 103 51,5 Cukup 2 Keuntungan Merupakan Hal Penting 191 47,8 Cukup 3 Usaha Memiliki dan Menerapkan

Ide

156 52 Cukup

Total 450 50 Cukup

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan pada tabel 6 tersebut, kebutuhan untuk kekuasaan memiliki 3 indikator didalamnya. Petani beranggapan bahwa dengan memunculkan sebuah ide baru serta mampu menerapkannya dengan tujuan membangun kredibilitas TOM, maka itu adalah sebuah titik awal kemajuan TOM, oleh karena itu TOM sangat menjunjung tinggi aspirasi dari petani mitra TOM.

C. Prestasi Kerja Sayuran Organik

Prestasi kerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam bermitra dengan Tani Organik Merapi (TOM). Prestasi kerja dapat diukur dengan melihat kualitas dan kuantitas dari masing-masing individu. Komposisi prestasi kerja petani sayuran organik secara kualitas dapat dilihat pada tabel 7.

Berdasarkan tabel 7 tersebut, indikator peningkatan alat-alat pertanian menjadi indikator yang paling tinggi, hal ini dikarenakan petani merasakan adanya keterjaminan pada sayuran organik yang mereka tanam dari segi pemasaran oleh karena itu mereka memiliki keinginan untuk memperbaharui atau menambah peralatan mereka guna menunjang kebutuhan tersebut.


(3)

Tabel 7. Prestasi Kerja Petani Sayuran Organik Secara Kualitas

N0 Indikator Skor Persentase

(%)

Kategori

1 Peningkatan Kualitas Produk 306 61,2 Tinggi 2 Peningkatan Keberhasilan Panen 181 60,3 Tinggi 3. Peningkatan Alat-Alat Pertanian 64 64 Tinggi 4 Peningkatan Penghematan Biaya 94 47 Cukup 5 Pemenuhan Permintaan Perusahaan 56 56 Cukup

Total 701 58,4 Cukup

Sumber: Analisis Data Primer

Komposisi prestasi kerja petani sayuran organik secara kualitas dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Prestasi Kerja Petani Sayuran Organik Secara Kuantitas

N0 Indikator Skor Persentase

(%)

Kategori

1 Peningkatan dalam tingkat kuantitas Produksi

55 55 Cukup

2 Peningkatan dalam tingkat pendapatan 59 59 Cukup 3. Pemenuhan perusahaan mitra 98 49 Cukup

Total 212 40,7 Cukup

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan pada tabel 8 tersebut, indikator peningkatan tingkat pendapatan menjadi indikator terbesar. Hal ini dikarenakan petani merasakan bahwa semenjak bermitra dengan TOM penjualan sayuran organik mereka menjadi lebih banyak dari sebelumnya sehingga pendapatan petani pun meningkat


(4)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal dari hasil penelitian ini, diantaranya adalah;

1. Sistem kemitraan yang dilakukan oleh petani mitra di CV. Tani Organik Merapi merupakan sistem kemitraan inti plasma yakni melaksanakan pembinaan mulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis, sampai dengan pemasaran hasil produksi.

2. Hasil penelitian yang didapatkan yakni, adanya kesesuaian teori McClelland yang menyatakan bahwa kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berafiliasi dan kebutuhan untuk kekuasaan merupakan tiga kebutuhan penting dalam berwirausaha. Motivasi petani dalam bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi yaitu untuk memenuhi kebutuhan untuk berafiliasi dengan total persentase 64,4%.

3. Prestasi kerja yang dihasilkan oleh petani mitra TOM masuk dalam kategori cukup dengan persentase 57,1%. Prestasi kerja diukur pada segi kualitas dan kuantitas dimana indikator peningkatan alat-alat pertanian menjadi indikator terbesar dalam segi kualitas yakni sebesar 64% dan peningkatan tingkat pendapatan merupakan indikator terbesar dalam segi kuantitas yakni sebesar 59%.

B. Saran

1. Dalam rangka peningkatan kenyamanan yang lebih lanjut, pengurus CV. Tani Organik Merapi sebaiknyaa melakukan sebuah diskusi untuk membicarakan dan menetapkan sebuah peraturan-peraturan yang belum tertulis didalam peraturan kontrak mitra kerja CV. Tani Organik Merapi agar nantinya tidak terjadi lagi sebuah permasalahan diluar kontrak mitra kerja.

2. Dalam rangka mengurangi pandangan negatif masyarakat sekitar mengenai CV. Tani Organik Merapi, sebaiknya pengurus CV. Tani Organik Mengadakan penyuluhan ataupun aktivitas yang memberikan keuntungan untuk masyarakat


(5)

sekitar agar masyarakat mengetahui bahwa CV. Tani Organik tidak hanya berorientasi profit pribadi semata.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi R. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Ar-ruzz Media.Yogyakarta. Astuti, R. P. 2014. Motivasi Petani Dalam Usaha Tani Padi Organik Di Kecamatan

Pandak Kabupaten Batul. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Hafsah, M. J. 2008. Kemitraan Usaha: Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

Kotler P. 1984.Manajemen Pemasaran Jilid 2.PT Midas Surya Grafindo. Jakarta.

Mangkunegara, A.P. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Rosda. Jakarta

Pracaya. 2002. Bertanam Sayuran Organik. Penebar Swadaya Jakarta

Prasetya, N. W. 2015. Motivasi Wirausaha Petani Dalam Usahatani Padi Organik Di Desa Wijirejo Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul Yogyakarta.Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Qonita A. 2012. Motivasi Kerja Utama Petani Dalam Kemitraan Dengan Pusat Pengolahan Kelapa Terpadu Di Kabupaten Kulon Progo.Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Ridwan A. 2015. Minat Petani Tebu Untuk Bermitra Dengan Pabrik Gula Trangkil Kabupaten Pati. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Siregar S. 2000. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Gramedia Pustaka Utama. JakartaYuyus & K. Bayu. 2011. Kewirausahaan. Prenada Media Group. Jakarta. Soedjais Z. 2002. Subsidi Pupuk Organik dan Pertanian Organik Di

Indonesia.Grafindo. Jakarta.

Sopiah & Sangadji, E.M. 2013.Perilaku Konsumen.CV Andi Offset.Yogyakarta.

Suharyadi et.al. 2007. Kewirausahaan: Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda. Salemba Empat. Jakarta.


(6)

Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Kanisius.Yogyakarta Widiastuti.2009. Budidaya Sayuran Organik

(online).http://infobisnisukm.wordpress.com/2009/05/23/budidaya-sayuran-organik.html diakses 03 Februari 2016.