Analisis Permintaan Pupuk Organik Oleh Petani Sayuran Di Tanah Karo

(1)

ANALISIS PERMINTAAN PUPUK ORGANIK OLEH

PETANI SAYURAN DI TANAH KARO

SKRIPSI

Oleh : GAYU SAPUTRA

050304024 SEP – AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS PERMINTAAN PUPUK ORGANIK OLEH

PETANI SAYURAN DI TANAH KARO

SKRIPSI

Oleh : GAYU SAPUTRA

050304024 SEP – AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Serjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(HM. Mozart B. Darus M.Sc) (Ir. Luhut Sihombing, MP)

NIP . 131689798 NIP. 1965 1008 1992 031001

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Skripsi : ANALISIS PERMINTAAN PUPUK ORGANIK OLEH PETANI SAYURAN DI TANAH KARO

Nama : Gayu Saputra

Nim : 050304024

Departemen : Agribisnis Program Studi : Agribisnis

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(HM. Mozart B. Darus MSc) (Ir. Luhut Sihombing, MP)

Mengetahui,

Ketua Departemen Agribisnis


(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Pada Tanggal, Juni 2009

Panitia Penguji Skripsi

Ketua : Ir. Luhut Sihombing, MP ………...

Anggota : 1). HM. Mozart B. Darus MSc ………...

2). Dr. Ir. Salmiah, Ms ………...

3). Emalisa SP. M.Si ………...

Mengesahkan, Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian USU

Ketua


(5)

RINGKASAN

Gayu Saputra (050304024 SEP-AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Analisis Permintaan Pupuk Organik oleh Petani Sayuran di Tanah Karo.

Skripsi ini dibuat untuk mengetahui berapa besar permintaan pupuk organik oleh petani sayuran, besar daya subtitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik dan untuk mengetahui pengaruh harga pupuk organik, harga pupuk anorganik, dan luas lahan terhadap permintaan pupuk organik oleh petani sayuran di daerah penelitian..

Besar permintaan pupuk organik oleh petani sayuran di daerah penelitian adalah rata – rata sebesar 1.626,79 kg untuk tiap musim tanam pada luas lahan rata – rata sebesar 0,28 Ha, pupuk organik yang dipakai adalah pupuk kompos dan pupuk kandang, permintaan pupuk kandang lebih besar dari pada pupuk kompos. Permintaan pupuk kandang oleh petani sayuran adalah sebesar 96% sedangkan permintaan pupuk kompos sebesar 4%.

Besar daya subtitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik oleh petani sayuran adalah sebesar 0,28 kg artinya pada 1 Kg pupuk organik dapat menggantikan pupuk anorganik sebesar 0,28 Kg pada luas lahan rata – rata sebesar 0,28 Ha.

Harga pupuk organik, harga pupuk anorganik dan luas lahan secara serempak berpengaruh nyata terhadap permintaan pupuk organik. Secara parsial harga pupuk organik, harga pupuk anorganik dan luas lahan berpengaruh terhadap permintaan pupuk organik oleh petani sauran.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sedinginan pada tanggal 23 Juli 1987 oleh Ibu Masdiah Lubis.

Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1993 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 034 Tanah Putih, Kab. Rokan Hilir, Prov. Riau.

2. Tahun 1999 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1 Tanah Putih, Kab. Rokan Hilir, Prov. Riau

3. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Tanah Putih, Kab. Rokan Hilir, Prov Riau.

4. Tahun 2005 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

5. Bulan Juni - Juli 2009 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Mangan Mulih, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi.

6. Bulan Februari 2009 melaksanakan penelitian di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan karunia kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian Jurusan SEP/Agribisnis di Universitas Sumatera Utara. Dalam kesempatan ini penulis mengambil judul “Analisis Permintaan Pupuk Organik oleh Petani Sayuran di Tanah Karo ”.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Hal ini disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan serta pengalaman yang mendukung skripsi ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada ibu saya Masdiah Lubis dan bapak saya Drs. Hazri atas doa, bimbingan, perhatian dan kasih sayangnya selama ini, dan kepada

kakak-adik yaitu Helvianti, SE, Resti Anggreini, Radi Saputra dan Siska Sari Putri yang telah memberikan dukungan, doa dan hiburannya kepada

penulis.

Secara khusus juga penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. HM. Mozart B. Darus, Msc selaku Ketua Komisi Pembimbing.

2. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Anggota Komisi Pembimbing. 3. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Departemen SEP FP – USU.


(8)

4. Bapak-bapak petani sayuran di Kecamatan Kabanjahe yang telah banyak membantu dam memberikan informasi kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.

5. Kepada seluruh teman-teman kampus yang selalu memberi dukungan, semangat dan bantuan yaitu marthin, kenorton. Serta kepada teman-teman stambuk 2005 dan 2004 Jurusan SEP FP USU yang telah memberikan saran dan kritik kepada penulis hingga selesainya skripsi ini

6. Kepada teman – teman satu kos dan yang lainnya yang telah memberikan semangat dan dorongan hingga skripsi ini selesai.

Medan, Desember 2009


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka ... 7

2.2. Landasan Teori ... 11

2.3. Kerangka Pemikiran ... 14

2.4. Hipotesis ... 17

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Lokasi ... 18

3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 18

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 20

3.4. Metode Analisis Data ... 20

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 23

3.5.1. Defenisi ... 23


(10)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 25

4.1.1. Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah ... 25

4.1.2. Keadaan Penduduk ... 26

4.1.3. Penggunaan Tanah ... 28

4.1.4. Sarana dan Prasarana ... 32

4.1.5. Karakteristik Sampel ... 30

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Permintaan Pupuk Organik ... 32

5.2. Besar Daya Subtitusi Pupuk Organik Terhadap Pupuk Anorganik ... 36

5.3. Pengaruh Harga Pupuk Organik, Harga Pupuk Anorganik dan Luas Lahan Terhadap Permintaan Pupuk Organik... 44

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 56

6.2. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA


(11)

RINGKASAN

Gayu Saputra (050304024 SEP-AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Analisis Permintaan Pupuk Organik oleh Petani Sayuran di Tanah Karo.

Skripsi ini dibuat untuk mengetahui berapa besar permintaan pupuk organik oleh petani sayuran, besar daya subtitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik dan untuk mengetahui pengaruh harga pupuk organik, harga pupuk anorganik, dan luas lahan terhadap permintaan pupuk organik oleh petani sayuran di daerah penelitian..

Besar permintaan pupuk organik oleh petani sayuran di daerah penelitian adalah rata – rata sebesar 1.626,79 kg untuk tiap musim tanam pada luas lahan rata – rata sebesar 0,28 Ha, pupuk organik yang dipakai adalah pupuk kompos dan pupuk kandang, permintaan pupuk kandang lebih besar dari pada pupuk kompos. Permintaan pupuk kandang oleh petani sayuran adalah sebesar 96% sedangkan permintaan pupuk kompos sebesar 4%.

Besar daya subtitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik oleh petani sayuran adalah sebesar 0,28 kg artinya pada 1 Kg pupuk organik dapat menggantikan pupuk anorganik sebesar 0,28 Kg pada luas lahan rata – rata sebesar 0,28 Ha.

Harga pupuk organik, harga pupuk anorganik dan luas lahan secara serempak berpengaruh nyata terhadap permintaan pupuk organik. Secara parsial harga pupuk organik, harga pupuk anorganik dan luas lahan berpengaruh terhadap permintaan pupuk organik oleh petani sauran.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengembalian bahan organik ke dalam tanah adalah hal yang mutlak dilakukan untuk mempertahankan lahan pertanian agar tetap produktif. Dua alasan yang selama ini yang sering dikemukakan para ahli adalah pengolahan tanah yang dangkal selama bertahun – tahun mengakibatkan menurunnya kandungan C dan N-organik, dan penggunaan pupuk kimia seperti urea, KCL, dan TSP telah melampaui batas efisiensi teknis dan ekonomis sehingga efisiensi dan pendapatan bersih yang diterima petani dari setiap unit pupuk yang digunakan semakin menurun (Efi Ismawati Musnamar, 2003).

Kandungan bahan organik dalam tanah semakin lama semakin berkurang. Data yang pernah dilaporkan bahwa tanah dipulau jawa umumnya mengandung bahan organik dibawah 2%. Sementara dari pusat penelitian tanah dan agroklimatologi menunjukkan sekitar 95% lahan pertanian di indonesia mengandung C-organik kurang dari 1%. Padahal batas minimum bahan organik dianggap layak untuk lahan pertanian antara 4%-5%. Selain penurunan kandungan bahan organik terjadi pula kecenderungan penurunan pH pada lahan pertanian. Pemakaian pupuk kimia seperti urea dan ZA secara terus – menerus membuat kondisi tanah semakin masam. Hal ini harus menjadi perhatian bahwa ternyata pupuk organik memegang peran penting dalam pembentukan zat hara dalam tanah, namun di indonesia pupuk organik masih digunakan sebagai pendamping pupuk kimia karena adanya target produksi (ton/ha). Masih adanya pendapat bahwa tanaman yang hanya


(13)

dipupuk organik sering mengalami defisiensi unsur hara karena kandungan unsur hara yang diberikan tidak sebanding dengan kebutuhan tanaman ditambah pelepasan unsur haranya lambat. Padahal, efek pemupukan organik pada pertumbuhan tanaman cukup menakjubkan. Dari hasil yang dilaporkan di Amerika, efek pemberian pupuk organik sebanyak 14 ton tiap tahun pada satuan luas tanah selama delapan tahun masih terasa empat puluh tahun sesudah pemberian pupuk yang terakhir (Efi Ismawati Musnamar, 2003).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lahan pertanian di Indonesia, baik lahan kering maupun lahan sawah, mempunyai kandungan bahan organik tanah yang rendah < 2%. Oleh karena itu penggunaan bahan organik untuk memperbaiki produktivitas lahan perlu digalakkan. Potensi Produksi pupuk organik di Indonesia sangat banyak, salah satu contohnya adalah Jerami Padi, Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jerami 5 ton/ha secara nyata dapat meningkatkan produksi padi dan mampu mensubstitusi pupuk KCl 50 kg/ha (Nuansa persada online, 2009).

Pada daerah pertanian seiring dengan berjalannya waktu kadar bahan organik tanah cendrung menurun dan hal ini akan menentukan kesuburan tanah. Kelangkaan serta tingginya harga pupuk dibeberapa daerah telah menyebabkan rendahnya aplikasi pemupukan. Kondisi ini mengakibatkan permasalahan yang serius dalam sektor pertanian. Pada satu sisi pendapatan usaha berkurang karena menurunnya produksi, sedangkan di sisi lain biaya produksi dan biaya operasi mengalami peningkatan. Para petani memerlukan berbagai kiat untuk


(14)

mengantisipasi kelangkaan pupuk agar terhindar dari kebangkrutan usaha yaitu dengan penggunaan pupuk organik sebagai komplemen/substitusi pupuk anorganik (Departemen Pertanian RI, 2008).

Persediaan pupuk di Sumatera Utara sampai bulan november 2009, Untuk pupuk ZA mencapai 10.770 ton, Superphos sebanyak 7.810 ton, Phonska sebanyak 17.100 ton dan pupuk organik mencapai 8.000 ton. Sedangkan realisasi pendistribusian pupuk subsidi hingga september 2009, pupuk Phonska mencapai 63.526 ton dari alokasi 80.000 ton, pupuk Superphos mencapai 33.175 ton dari alokasi 40.000 ton, pupuk ZA mencapai 43.335 ton dari alokasi 50.000 ton dan pupuk organik realisasi mencapai 6.730 ton dari alokasi 29.000 ton (Medan Bisnis, 2009).

Data Agro Indonesia menunjukkan kapasitas industri pupuk nasional mencapai 8,0 juta ton. Namun realisasi produksi hanya 5,9 juta ton. Tidak terpenuhinya kapasitas produksi tersebut karena industri pupuk kesulitan mendapatkan pasokan gas (Agroindonesia, 2009).

Kelangkaan pupuk anorganik (kimia) di berbagai daerah, seharusnya menjadi refleksi bagi petani untuk kembali mengembangkan pupuk dari bahan alamiah. Jika petani konsisten memakai pupuk organik yang bahan bakunya banyak tersedia, maka penjarahan gudang pupuk dan penghadangan truk pengangkut pupuk tidak akan terjadi (Agroindonesia, 2009).


(15)

Kebutuhan pupuk organik yang sangat besar untuk memperbaiki kerusakan lahan pertanian di Indonesia tidak seimbang dengan jumlah industri pupuk organik yang berkembang di Indonesia. Hal ini disebabkan pupuk organik hanya diproduksi secara parsial dengan skala industri rumah tangga (home industry) sehingga jumlah produksi yang dihasilkan relatif kecil dan tidak berkelanjutan. Sebagai konsekuensi ketidakseimbangan permintaan dan penawaran, harga pupuk organik yang dihasilkan sangat fluktuatif, bergantung pada jenis, cara pembuatan, dan bahan baku yang digunakan. Salah satu alasan pentingnya penggunaan pupuk organik adalah persoalan kerusakan lahan pertanian yang semakin parah. Penggunaan pupuk kimia yang terus-menerus menjadi penyebab menurunnya kesuburan lahan bila tidak diimbangi dengan penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati (Harian pikiran rakyat, 2009).

Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dibandingkan bahan pembenah lainnya. Nilai pupuk yang dikandung bervariasi, baik unsur mikro maupun unsur makro (Sutanto, 2002).

Ada beberapa kelebihan dari pupuk organik sehingga ia sangat disukai petani, diantaranya sebagai berikut :

1. Memperbaiki struktur tanah.

Ini dapat terjadi karena saat penguraian bahan organik dalam tanah pupuk bersifat sebagai perekat dan dapat mengikat butir – butir tanah menjadi butiran yang lebih besar.


(16)

2. Menaikkan daya serap tanah terhadap air.

Bahan organik memiliki daya serap yang besar terhadap air tanah. Itulah sebabnya pupuk organik sering berpengaruh positif terhadap hasil tanaman, terutama pada musim kering.

3. Menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah.

Hal ini terutama disebabkan oleh organisme dalam tanah yang memanfaatkan bahan organik sebagai makanan.

4. Sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Pupuk organik sangat ramah lingkungan dan mengandung zat makanan yang lengkap meskipun kadarnya tidak setinggi pupuk anorganik. (Lingga, P dan Marsono, 2004).

Permintaan pupuk organik semakin meningkat seiring dengan maraknya pertanian organik. Jerami dan pupuk kandang merupakan sumber pupuk organik yang biasa dimanfaatkan petani. Manfaat utama pupuk organik adalah dapat memperbaiki kesuburan kimia, fisik dan biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanaman. Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai jenis bahan, antara lain sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, sabut kelapa), serbuk gergaji, kotoran hewan, limbah pasar, limbah rumah tangga dan limbah pabrik, serta pupuk hijau. Permintaan produk atau pangan organik terutama sayuran cenderung meningkat. Oleh karena itu pemanfaatan pupuk organik baik berupa kompos, pupuk kandang atau bentuk lainnya perlu didukung dan dipromosikan lebih intensif (Nuansa Persada Online, 2009).


(17)

Identifikasi Masalah

1. Berapa besar permintaan pupuk organik di daerah penelitian ?

2. Berapa besar daya subtitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik di daerah penelitian ?

3. Bagaimana pengaruh harga pupuk organik, harga pupuk anorganik, dan luas lahan terhadap permintaan pupuk organik oleh petani sayuran di daerah penelitian ?

Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dilaksanakannya penelitian ini antara lain : 1. Untuk mengetahui permintaan pupuk organik di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui seberapa besar daya subtitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui pengaruh harga pupuk organik, harga pupuk anorganik, dan luas lahan terhadap permintaan pupuk organik oleh petani sayuran di daerah penelitian.

Kegunaan

Adapun kegunaan penelitian ini ialah :

1. Sebagai bahan informasi bagi petani dalam memilih pupuk yang akan digunakan.

2. Sebagai bahan informasi bagi produsen pupuk organik sehingga dapat merencanakan supply pupuk organik secara tepat.

3. Sebagai bahan informasi dan refrensi bagi penelitian lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai

bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Sudirja, 2007).

Sumber bahan organik dapat berupa, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota yang berasal dari tanaman, setelah dipisah dari bahan-bahan yang tidak dapat dirombak misalnya plastik, kertas, botol, dan kertas (Simanungkalit, R.D.M dkk, 2006).

Fungsi pupuk organik adalah mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Selain itu bahan/pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan, Pupuk organik/bahan organik memiliki fungsi kimia yang penting untuk tanaman seperti:


(19)

1. Penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya relatife sedikit. Penggunaan bahan organik dapat mencegah kekurangan unsur mikro pada tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang.

2. Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah; dan

3. Dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti Al, Fe, dan Mn

Fungsi biologis bahan organik adalah sebagai sumber energi dan makanan mikroorganisme tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yangsangat bermanfaat dalam penyediaan hara tanaman. Dengan demikian pemberian pupuk organik pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman (Warta penelitian dan pengembangan pertanian, 2005).

Fungsi fisik Bahan organik adalah sebagai pembentukan agregat tanah yang mantap. Keadaan ini berpengaruh besar pada penyimpanan dan penyediaan air serta aerasi dan temperatur tanah. Bahan organik dengan C/N tinggi seperti jerami dan sekam memberikan pengaruh yang lebih besar pada perubahan sifat-sifat fisik tanah (Warta penelitian dan pengembangan pertanian, 2005).

Pupuk organik yang telah dikomposkan relatif lebih kecil volumenya dan mempunyai kematangan tertentu sehingga sumber hara mudah tersedia bagi tanaman. Pengomposan antara lain bertujuan untuk menghasilkan pupuk organik dengan kepadatan serta kandungan air tertentu, menyederhanakan komponen


(20)

bahan dasar yang mudah didekomposisi, serta memineralisasi hara untuk pertumbuhan tanaman (Nuansa Persada Online, 2009).

Kebutuhan pupuk organik cukup tinggi, di Sumatera Utara sendiri permintaan pupuk itu tidak terpenuhi. Permintaan pupuk organik di Sumatera Utara sedikitnya mencapai 500 ton per bulan sehingga dalam satu tahun bisa dijual 6.000 ton. Permintaan 500 ton per bulan itupun masih hanya datang dari petani atau pengusaha tanaman hortikultura di dua kabupaten yakni Tanah Karo dan Simalungun (Antara news, 2009).

Dengan berpedoman pada luas total lahan pertanian 24,2 juta hektar, yang terdiri atas lahan sawah 7,8 juta hektar dan lahan kering untuk pengembangan tanaman pangan 16,4 juta hektar, maka pupuk organik yang dibutuhkan sekitar 48,4 juta ton dengan takaran anjuran 2 t/ha. Potensi ketersediaan pupuk organik yang berasal dari jerami dan pupuk kandang masing-masing adalah 15,708 dan 28,932 juta ton atau total 44,640 juta ton. Nilai ini mendekati jumlah kebutuhan pupuk organik untuk tanaman pangan. Dalam kenyataannya, pupuk organik digunakan untuk berbagai komoditas terutama sayuran. Pupuk organik yang umum digunakan petani sayuran adalah kotoran ternak dengan takaran 20-40 t/ha (Warta penelitian dan pengembangan pertanian, 2005).

Penggunaan pupuk organik cukup besar karena didorong oleh pemahaman peranan bahan organik dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Nakada (1981) melaporkan terjadinya kenaikan N, P, K dan Si tanah karena


(21)

pemberian kompos jangka panjang juga mampu meningkatkan aktivitas mikrobia penyemat nitrogen melalui peningkatan kandungan bahan organik tanah yang mudah terdekomposisi, meningkatkan pembentukan agregat yang stabil dan kapasitas pertukaran kation (Sutanto, 2002).

Jenis pupuk organik sangat beragam, ditentukan berdasarkan bahan terbentuknya, dari sinilah lahir sebutan pupuk kandang, kompos, pupuk hijau, humus, dan pupuk burung liar atau guano. Adapun jenis – jenis pupuk organik adalah sebagai berikut:

1. Pupuk Kandang

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik berupa kotoran padat yang tercampur dengan sisa makanan maupun air kencing (urine).

2. Kompos

Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan – bahan berupa dedaunan, jerami, alang – alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota, dan sebagainya. 3. Pupuk Hijau

Disebut pupuk hijau karena yang dimanfaatkan sebagai pupuk adalah hijauan, yaitu bagian – bagian sepeperti daun, tangkai, batang tertentu yang masih muda.

4. Humus

Humus adalah sisa tumbuhan berupa daun, akar, cabang, batang yang sudah membusuk secara alami lewat bantuan mikro organisme (didalam tanah) dan cuaca (diatas tanah).


(22)

5. Kotoran Burung Liar (guano)

Pupuk kotoran burung yang lazim disebut guano merupakan kotoran berbagai jenis burung liar dan bukan burung peliharaan

(Lingga dan Marsono,2004).

Landasan Teori

Permintaan adalah jumlah barang/jasa yang ingin diminta oleh konsumen pada berbagai tingkatan harga selama periode waktu tertentu. Fungsi permintaan dapat dinyatakan dalam hubungan matematika dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Melalui fungsi permintaan dapat diketahui hubungan antara variabel tidak bebas (dependent variabel) dengan variabel-variabel bebas (independent variabel). Fungsi permintaan terhadap dua barang X dan Y dapat dinyatakan dalam bentuk matematik sebagai berikut :

Dx = f(Px, Py, I) Dimana :

Dx = Jumlah barang X yang diminta Px = harga barang X

Py = harga barang Y I = pendapatan

(Rahardja dan Manurung, 2004).

Permintaan seseorang atau suatu masyarakat kepada suatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Faktor faktor tersebut antara lain :

1. Harga barang itu sendiri.


(23)

3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata – rata masyarakat. 4. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat

5. Cita rasa masyarakat. 6. Jumlah penduduk.

7. Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang.

Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan corak permintaan terhadap berbagai barang. Perubahan pendapatan selalau menimbulkan perubahan terhadap permintaan berbagai jenis barang (Sukirno, 2003).

Hukum permintaan menyatakan makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Sifat hubungan seperti itu disebabkan karena kenaikan harga menyebabkan para pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti terhadap barang yang mengalami kenaikan harga. Suatu barang dinamakan barang pengganti kepada barang lain apabila ia dapat menggantikan fungsi barang lain tersebut (Sukirno, 2003).

Apabila harga suatu barang utama meningkat maka permintaannya menurun, secara relatif permintaan barang pengganti meningkat, konsumen akan mengurangi pembelian barang utama yang harganya meningkat dan menggantikannya dengan barang pengganti (Anonimous, 2008).


(24)

Ada dua faktor yang menyebabkan permintaan ke atas suatu barang berubah sekiranya harga barang itu mengalami perubahan :

1. Efek penggantian

Perubahan harga suatu barang mengubah nilai guna marginal per rupiah dari barang yang mengalami perubahan harga tersebut. Kalau harga mengalami kenaikan, nilai guna marginal per rupiah yang di wujudkan oleh barang tersebut menjadi semakin rendah. Dan sebaliknya penurunan harga meyebabkan barang itu mewujudkan nilai guna marginal per rupiah yang lebih tinggi dari pada nilai guna marginal per rupiah dari barang – barang lainnya yang tak berubah harganya. Maka, karena membeli barang tersebut akan memaksimumkan nilai guna, permintaan ke atas barang tersebut menjadi bertambah banyak apabila harganya bertambah rendah.

2. Efek pendapatan

Kalau pendapatan tidak mengalami perubahan maka kenaikan harga menyebabkan pendapatan rill menjadi semakin sedikit. Dengan perkataan lain, kemampuan pendapatan yang diterima untuk membeli barang – barang menjadi bertambah kecil dari sebelumnya, maka kenaikan harga menyebabkan konsumen mengurangi jumlah berbagai barang yang di belinya, termasuk barang yang mengalami kenaikan harga. Penurunan harga suatu barang menyebabkan pendapatan rill bertambah, dan ini akan mendorong konsumen menambah jumlah barang yang dibelinya ( Sukirno, 2003).


(25)

Kerangka Pemikiran

Permintaan pupuk organik adalah jumlah pupuk organik yang ingin diminta oleh konsumen pada berbagai tingkatan harga selama periode waktu tertentu. Pupuk organik akan mengembalikan kesuburan tanah. Tanah keras akan menjadi lebih gembur. Tanah miskin akan menjadi subur. Tanah masam akan menjadi lebih netral. Tanaman yang diberi pupuk organik tumbuh lebih subur dan kualitas panennya lebih baik daripada tanaman tanpa pupuk organik.

Pupuk organik dapat digunakan untuk subtitusi pupuk anorganik yang langka dan harganya mahal dipasaran. Permintaan pupuk organik ini disebabkan adanya kebutuhan Pupuk organik oleh petani (dalam hal ini adalah petani sayuran). Tingginya harga dan kelangkaan pupuk anorganik membuat petani mengurangi aplikasi pemupukan, dan penggunaan pupuk kimia dalam jangka panjang telah mengurangi kadar organik dalam tanah yang menyebabkan tanah menjadi berkurang kesuburannya. Sehingga perlu dilakukan perbaikan lahan pertanian dengan menggunakan pupuk organik sebagai subtitusi pupuk anorganik (pupuk kimia) yang dapat meningkatkan bahan organik dalam tanah serta ramah lingkungan. Ketersediaan pupuk organik juga banyak, hal ini disebabkan banyaknya bahan–bahan di sekitar lingkungan kita yang dapat digunakan untuk dijadikan pupuk organik.

permintaan pupuk organik dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain harga pupuk anorganik, harga pupuk organik itu sendiri dan luas lahan petani. Permintaan pupuk organik semakin meningkat seiring dengan maraknya pertanian


(26)

organik karena harga pupuk anorganik semakin mahal dan langka. Semakin luas lahan petani, kebutuhan akan pupuk (organik dan anorganik) meningkat. Dari pembahasan tersebut penulis ingin mengetahui seberapa besar kebutuhan pupuk organik, daya substitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik dan pengaruh harga pupuk organik, harga pupuk anorganik, luas lahan terhadap jumlah permintaan pupuk organik oleh petani sayuran di daerah penelitian Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo. Secara skematis kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.


(27)

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran

Keterangan : Menyatakan hubungan

Menyatakan pengaruh Menyatakan subtitusi Permintaan

Pupuk organik

X1 : harga pupuk

anorganik

X2 : harga pupuk

organik

X3 : Luas lahan

Petani sayuran Permintaan


(28)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori – teori yang ada maka diperoleh hipotesis sebagai berikut: 1. Ada pengaruh harga pupuk organik, harga pupuk anorganik, dan luas lahan


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Menentuan Daerah Sampel

Penelitian dilakukan di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara Purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa kecamatan ini merupakan salah satu sentra produksi sayuran di Kabupaten Karo, sehingga banyak terdapat petani sayuran di daerah tersebut yang membutuhkan pupuk organik.

Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani kol, petani buncis, dan petani cabe. Penentuan populasi ini berdasarkan data luas panen tanaman sayur sayuran (Ha) Di Kecamatan Kabanjahe.

Tabel 1. Data Luas Panen Tanaman Sayur-Sayuran Kecamatan Kabanjahe

No Jenis tanaman Luas panen (Ha)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Tomat Kol Kentang Petsai Bawang Merah Bawang Putih Cabe Buncis Wortel Lobak Labu siam Arcis 125 386 327 250 0 0 475 480 225 95 12 85


(30)

Dari tabel 1. dapat dilihat bahwa tanaman kol, buncis dan cabe luas panennya lebih besar dari pada tanaman sayur- sayuran lainnya. Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah Simple Random Sampling (Acak sederhana). Agar sampel yang diambil dalam penelitian ini dapat mewakili populasi maka dapat ditentukan jumlah sampel yang dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla, 1993) sebagai berikut :

N n =

1 + N e2

Keterangan : n = besarnya sampel

N = besarnya populasi sampel e = margin error (15%) Tabel 2. Jumlah Populasi Sampel

No Jenis tanaman Jumlah populasi sampel

1 2 3

Kol Buncis Cabe

180 orang 214 orang 212 orang

Jumlah total populasi 606 orang

Sumber : BPP tahun 2009

Dari tabel 2. dapat di lihat bahwa total populasi sampel adalah 606 orang dengan menggunakan rumus Slovin maka dapat di tentukan jumlah sampel yaitu sebagai berikut :

606

n = = 42 sampel

1 + 606 (15%)2

Dari jumlah sempel 42 orang tesebut maka diambil 12 petani kol, 15 petani


(31)

Metode Pengumpulan data

Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan dan wawancara langsung dengan petani responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga terkait seperti BPS, Dinas pertanian serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data

Untuk Masalah 1, pada hipotesis (1) digunakan analisis deskriptif dengan menggambarkan besarnya permintaan pupuk organik di daerah penelitian berdasarakan informasi, dan data yang diperoleh di lapangan.

Untuk masalah 2, pada hipotesis (2) digunakan analisis perehitungan daya substitusi marginal (marginal rate of technical substitution) yaitu dari penggunaan pupuk organik (X) terhadap pupuk anorganik (Y) menunjukkan jumlah dari pemakaian pupuk anorganik dalam satu unit yang memberikan kenaikan penggunaan pupuk organik dengan rumus sebagai berikut:

Produk marginal pupuk organik (X) MRTS =

Produk marginal pupuk anorganik (Y) Keterangan :

MRTS = Marginal rate of technikal substitution X = Pupuk organik

Y = Pupuk anorganik ( Khalid A.Q, dkk, 1986).


(32)

Untuk masalah 3 pada hipotesis (3), dianalisis dengan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan menggunakan model penduga regresi linear berganda serta dengan alat bantu SPSS, secara matematik dapat ditulis sebagai berikut :

Y = a+b1 X1 +b2 X2+b3 X3 + μi Keterangan :

Y = Permintaan pupuk organik

X1 = Harga pupuk organik (Rp)

X2 = Harga pupuk anorganik (Rp)

X3 = luas lahan (Ha)

a = Koefisien intercept

b1, b2, b3 = Koefisien regresi ( parameter yang dicari) μi = Error term

(Nachrowi dan usman, 2005).

Untuk mengetahui apakah harga pupuk organik (X1), harga pupuk anorganik (X2)

dan luas lahan (X3) secara serempak berpengaruh nyata atau tidak terhadap

permintaan pupuk organik (Y) maka digunakan uji F. Hipotesisi yang digunakan adalah :

H0 = 0 : Tidak ada pengaruh variabel harga pupuk organik, harga pupuk

anorganik, luas lahan terhadap permintaan pupuk organik (Y).

H1≠ 0 : Ada pengaruh variabel harga pupuk organik, harga pupuk anorganik,

luas lahan terhadap permintaan pupuk organik (Y). Jika : F-hitung > Ftabel maka terima H1, tolak H0


(33)

Untuk mengetahui apakah harga pupuk organik, harga pupuk anorganik, luas lahan secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap permintaan pupuk organik (Y) maka digunakan uji –t.

Hipotesisi yang digunakan adalah :

H0 = 0 : Tidak ada pengaruh variabel Xi terhadap permintaan pupuk organik (Y)

H1≠ 0 : Ada pengaruh variabel Xi terhadap permintaan pupuk organik(Y)

Jika : t hitung > ttabel atau -t hitung < - ttabel maka terima H1, tolak H0


(34)

Definisi dan Batas Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman mengenai pengertian tentang istilah – istilah yang terdapat penelitian, maka dibuat definisi dan batas operasional sebagai berikut :

Definisi

1. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah 2. Permintaan pupuk organik adalah jumlah pupuk organik yang ingin diminta

oleh petani sayuran pada tingkat harga tertentu .

3. Suatu barang dinamakan barang pengganti kepada barang lain apabila ia dapat menggantikan fungsi barang lain tersebut.

4. Barang komplementer adalah suatu barang yang dikonsumsi bersama – sama dengan barang lain.

5. Daya substitusi pupuk organik adalah besar kemampuan pupuk organik menggantikan pupuk anorganik

6. Luas lahan adalah lahan yang digunakan petani untuk usaha tani sayuran 7. Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik – pabrik pupuk

dengan meramu bahan – bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi.

8. Kebutuhan pupuk organik adalah banyaknya pupuk organik yang ingin dibeli petani sayuran pada tiap musim tanam


(35)

Batas Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo. 2. Penelitian dilakukan pada tahun 2010.

3. Sampel penelitian adalah petani kol, petani buncis dan petani cabe.

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan yang ingin diteliti adalah harga barang itu sendiri, harga barang subtitusi dan luas lahan.


(36)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

RESPONDEN

Deskripsi Daerah Penelitian a. Luas dan Letak Geogarafis

Kecamatan Kabanjahe merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Karo dan terletak pada ketinggian 1.200 meter diatas permukaan laut. Luas Kecamatan Kabanjahe 44,65 km2 yang terdiri dari datar berombak 70% dan miring berbukit 30%. Batas – batas wilayah kecamatan kabanjahe adalah :

Sebelah Utara : Kecamatan Berastagi Sebelah Selatan : Kecamatan Simpang empat Sebelah Barat : Kecamatan Munte

Sebelah Timur : Kecamatan Tigapanah

Jarak kantor camat ke kantor bupati sekitar 0,5 km, Kecamatan Kabanjahe terdiri dari 13 desa/ kelurahan dan suhu berkisar 27 0C – 16 0C. Kecamtan Kabanjahe, Kabupaten Karo terkenal sebagai sentra sayur mayur Provinsi Sumatera Utara. Berbagai jenis tanaman sayuran cocok di daerah beriklim sejuk ini. Karena pertimbangan harga jual dan keuntungan yang diperoleh petani, tanaman yang banyak diusahakan antara lain kol, kentang, tomat, wortel, bunga kol, cabe, buncis, selada, terong belanda, dan daun prei.


(37)

b. Keadaan Penduduk

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah penduduk Kecamatan Kabanjahe berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Penduduk Kecamatan Kabanjahe Menurut Kelompok Umur Kelompok umur

(Tahun)

Laki – laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 >75 3.494 3.336 3.328 3.004 2.407 2.562 2.394 2.095 1.799 1.499 1.159 881 773 443 369 347 3.328 3.115 3.156 2.909 2.554 2.681 2.431 2.165 1.882 1.548 1.174 989 851 594 489 562 6.822 6.451 6.484 5.913 4.961 5.243 4.825 4.260 3.681 3.047 2.333 1.870 1.624 1.073 858 909 11,30 10,69 10,74 9,80 8,22 8,69 7,99 7,06 6,10 5,05 3,87 3,10 2,69 1,78 1,42 1,51

Jumlah 29.890 30.424 60.354 100

Sumber : kecamatan kabanjahe dalam angka 2008

Penduduk Kecamatan Kabanjahe berjumlah 60.354 jiwa terdiri dari 29.890 jiwa laki – laki dan 30.424 jiwa perempuan dengan 14.362 rumah tangga yang tersebar disetiap desa dan kelurahan yang ada di Kecamatan Kabanjahe. Tabel 3 menunjukan bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat pada kelompok umur 0-4 tahun yakni 6.822 jiwa dengan persentase sebesar 11,30% dan yang terendah adalah kelompok umur 70-74 tahun yakni 858 jiwa dengan persentase sebesar 1,42%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kelompok usia produktif (15-54 tahun) sebanyak 34.263 jiwa dengan persentase sebesar 56,80% dan usia non produktif sebesar 26.091 jiwa dengan persentase sebesar 43,23% sehingga dapat


(38)

diketahi bahwa jumlah penduduk kecamatan kabanjahe usia produktif lebih besar dari pada jumlah usia non produktif.

Keadaan penduduk menurut mata pencarian disajikan pada tabel 4 yaitu sebagai berikut:

Tabel 4. Kepadatan Penduduk Menurut Mata Pencarian

No Mata pencarian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 2 3 4

Pertanian Industri PNS/ABRI Lainnya

13.079 320 2.391 6.222

59,42 1,45 10,86 28,27

Jumlah 22.012 100

Sumber : kecamatan kabanjahe dalam angka 2008

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa jumlah pekerjaan penduduk yang terbesar di Kecamatan Kabanjahe adalah petanian yaitu sebesar 13.079 jiwa dengan persentase sebesar 59,42%. Ini berarti bahwa penduduk Kecamatan Kabanjahe rata – rata berkerja sebagai petani.


(39)

c. Penggunaan Tanah

Luas lahan Kecamatan Kabanjahe menurut penggunaannya disajikan pada tabel 5 yaitu sebagai berikut:

Tabel 5. Luas Lahan Menurut Penggunaanya di Kecamatan Kabanjahe

No Jenis penggunaan lahan Luas lahan (Ha) Persentase (%) 1

2 3 4

Tanah sawah Tanah kering

Bangunan/pekarangan Lainnya

63,5 2.711,5

795 895

1,42 60,73 17,81 20,04

Jumlah 4.465 100

Sumber : kecamatan kabanjahe dalam angka 2008

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa penggunaan lahan yang paling banyak adalah tanah kering yaitu sebesar 2.711,5 Ha dengan persentaase sebesar 60,73%. Lahan kering digunakan untuk menanam tanaman keras dan holtikultura seperti buah- buahan dan sayur –sayuran. Ini berarti bahwa pada umumnya lahan yang diusahakan paling banyak adalah lahan kering untuk menanam tanaman keras dan holtikultura.


(40)

d. Sarana dan Prasarana

Adanya saran dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan suatu masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana yang tersedia maka akan mempercepat laju pembangunan suatu daerah. Sarana dan prasarana yang tersedia di Kecamatan Kabanjahe sudah baik, hal ini dilihat dari jenis – jenis sarana dan prasarana yang tersedia sudah cukup memadai.

Tabel 6. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Kabanjahe

No Sarana dan prasarana Jumlah ( unit )

1 2 3 4 5 Pendidikan a. SD b. SMTP c. SMU Kesehatan

a. Rumah sakit / klinik b. Puskesmas c. Pustu d. BPU e. BKIA f. Posyandu Rumah Ibadah a. Mesjid b. Mushola/langgar c. Gereja d. Vihara Bengkel a. Mobil

b. Sepeda motor c. Servis elektronik

37 14 12 32 1 23 2 2 14 19 2 53 1 41 31 20

Sumber : kecamatan kabanjahe dalam angka 2008

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Kecamatan Kabanjahe sebanyak 63 unit yang terdiri dari SD 37 unit, SMTP 14 unit dan SMU sebanyak 12 unit. Sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia di Kecamtan Kabanjahe beragam, mulai dari Negeri


(41)

maupun Swasta yang tersebar di desa dan kelurahan yang ada di Kecamatan Kabanjahe untuk mempermudah masyarakat memperoleh pendidikan formal.

Saran dan prasarana kesehatan yang tersedia di Kecamatan Kabanjahe sebanyak 74 unit, terdiri dari Rumah Sakit / klinik 32 unit, Puskesmas 1 unit, Pustu 23 unit, BPU 2 unit, BKIA 2 unit dan Posyandu 14 unit. Sarana dan prasarana ini dimiliki pemerintah dan ada pula yang dikelola pihak swasta, semua saran prasarana kesehatan yang tersedia ini bertujuan untuk mempermudah masyarakat untuk memperoleh layanan kesehatan.

Sarana dan prasarana rumah ibadah yang tersedia di Kecamatan Kaabanjahe sebanyak 75 unit yang terdiri dari mesjid 19 unit, mushola/ langgar 2 unit, gereja 53 unit dan vhiara 1 unit. Dari keterangan tersebut dapat kita ketahui bahwa gereja memiliki jumlah terbanyak yang terdapat di Kecamtan Kabanjahe.

Di Kecamatan Kabanjahe sarana dan prasarana jasa seperti bengkel juga banyak tersedia, yakni bengkel mobil sebanyak 41 unit, bengkel sepeda motor 31 unit dan servis elektronik 20 unit sehingga dapat diketahui bahwa bengkel mobil memiliki jumlah yang paling besar.

Karakteristik Petani Sampel

Petani sampel dalam penelitian saya adalah petani sayur – sayuran yang terdiri dari petani kol, petani buncis dan petani cabe, jumlah sampel ynag diambil sebanyak 42 sampel yang terdiri dari 12 petani kol, 15 petani buncis dan 15 petani cabe. Karekteristik petani sampel pada penelitian ini terdiri dari umur, pendidikan


(42)

formal, pengalaman bertani dan luas lahan. Secara lengakapnya karakteristik petani sampel ini terdapat pada lampiran 1. Rataan dan range setiap karakteristik petani sampel adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Karakteristik Petani Sayur di Kecamatan Kabanjahe

No Karakteristik Range Satuan Rataan

1 2 3 4

Umur

Pendidikan formal Pengalaman bertani Luas lahan

29 -75 6 - 17 2-50 0,02 – 0.5

Tahun Tahun Tahun

Ha

47,76 10,98 22,29 0,28

Sumber : Analisis data Lampiran 1

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa umur petani sampel raata – rata 47,76 tahun dengan range berkisar antara 29-75 tahun. Dari umur rata – rata tersebut diketahui bahwa petani sayuran di Kecamatan Kabanjahe tergolong usia produkrif. Tingkat pendidikan formal petani sampel cukup tinggi yaitu rata – rata 10,98 tahun, dengan range antara 6-17 tahun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan formal petani sampel rata – rata setingkat SMP.

Pengalaman petani sampel rata – rata 22,29 tahun dengan range berkisar antara 2-50 tahun. Dari rata – rata pengalaman bertani tersebut, dapat dikatakan bahwa petani sampel memiliki pengalaman yang tinggi dalam mengelola usaha taninya. Luas lahan petani sampel yang digunakan untuk menanam komoditi sayur - sayuran rata – rata 0,28 Ha dengan range antara 0,02–0,05 Ha.


(43)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Permintaan pupuk organik

Petani sayuran di Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo memakai dua jenis pupuk organik, yaitu pupuk kandang dan pupuk kompos. Rata - rata petani sayuran di Kecamatan Kabanjahe sudah mulai beralih menggunakan pupuk organik, sehingga permintaan pupuk organik di daerah tersebut semakin meningkat. Semakin meningkatnya permintaan pupuk organik disebabkan oleh lahan pertanian di Kecamatan Kabanjahe sudah semakin tandus akibat penggunaan pupuk kimia / anorganik yang berkepanjangan. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa tanpa menggunakan pupuk organik, produksi sayuran yang diperoleh petani tidak sesuai dengan harapan dan permintaan pasar sehingga mengakibatkan petani tidak mendapatkan keuntungan. Untuk mengetahui permintaan pupuk organik petani sayuran disajikan pada tabel 8. Tabel 8. Permintaan pupuk organik petani sayuran tiap musim tanam

No Uraian Rataan Satuan

1 2 4 5

Luas lahan

Permintaan pupuk kandang Permintaan pupuk kompos Total permintaan pupuk organik

0,28 1.561,31

65,48 1.626,79

Ha Kg Kg Kg

Sumber : Analisis data Lampiran 5

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa permintaan pupuk kandang lebih besar dibandingkan permintaan pupuk kompos, permintaan pupuk kandang sebesar 96% sedangkan permintaan pupuk kompos sebesar 4% dari total


(44)

permintaan pupuk organik. Hal ini disebabkan pupuk kandang lebih mudah diperoleh dan harganya lebih murah bila dibandingkan dengan harga pupuk kompos.

Permintaan pupuk organik di Kecamatan Kabanjahe semakin tinggi untuk memperbaiki kerusakan lahan pertanian akibat penggunaan pupuk anorganik yang berkepanjangan, pada luas lahan rata - rata 0,28 Ha permintaan pupuk organik rata – rata sebesar 1.626,79 Kg untuk tiap musim tanam atau permintaan pupuk organik pada luas lahan 1 Ha adalah sebanyak 5.809,96 Kg yang terdiri dari 5.577,56 Kg pupuk kandang dan 232,39 Kg pupuk kompos pada tiap musim tanam.

Tabel 9. Permintaan pupuk organik petani kol tiap musim tanam

No Uraian Rataan Satuan

1 2 4 5

Luas lahan

Permintaan pupuk kandang Permintaan pupuk kompos Total permintaan pupuk organik

0,36 2.625 95,83 2.720,83

Ha Kg Kg Kg

Sumber : Analisis data Lampiran 6

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa permintaan pupuk kandang lebih besar bila dibandingkan dengan permintaan pupuk kompos, permintaan pupuk kandang sebesar 96,5% sedangkan permintaan pupuk kompos sebesar 3,5% dari total permintaan pupuk organik. Hal ini disebabkan pupuk kandang lebih mudah diperoleh dan harga pupuk kandang lebih murah bila dibandingkan dengan harga pupuk kompos yang dijual ditoko - toko pupuk. Jika petani


(45)

membuat pupuk kompos sendiri, maka petani membutuhkan waktu yang cukup lama, karena itu petani kol di daerah penelitian lebih memilih untuk membeli pupuk kandang.

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa pada luas lahan rata – rata 0,36 Ha permintaan pupuk organik adalah sebesar 2720,83 Kg untuk tiap musim tanam atau permintaan pupuk organik pada luas lahan 1 Ha adalah sebanyak 7.557,86 Kg yang terdiri dari 7293,33 Kg pupuk kandang dan 264,53 Kg pupuk kompos pada tiap musim tanam.

Tabel 10. Permintaan pupuk organik petani buncis tiap musim tanam

No Uraian Rataan Satuan

1 2 4 5

Luas lahan

Permintaan pupuk kandang Permintaan pupuk kompos Total permintaan pupuk organik

0,22 291,67

40 331,67

Ha Kg Kg Kg

Sumber : Analisis data Lampiran 7

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa permintaan pupuk kandang lebih banyak bila dibandingkan dengan permintaan pupuk kompos, permintaan pupuk kandang sebesar 87,9% sedangkan permintaan pupuk kompos sebesar 12,1% dari total permintaan pupuk organik. Hal ini disebabkan pupuk kandang lebih mudah diperoleh dan harga pupuk kandang lebih murah bila dibandingkan dengan harga pupuk kompos yang dijual di toko - toko pupuk.


(46)

permintaan pupuk organik pada luas lahan 1 Ha adalah sebanyak 1.507,6 Kg yang terdiri dari pupuk kandang 1.325,2 Kg dan pupuk kompos 182,4 Kg pada tiap musim tanam.

Tabel 11. Permintaan pupuk organik petani cabe tiap musim tanam

No Uraian Rataan Satuan

1 2 4 5

Luas lahan

Permintaan pupuk kandang Permintaan pupuk kompos Total permintaan pupuk organik

0,28 1.980 66,67 2.046,67

Ha Kg Kg Kg

Sumber : Analisis data Lampiran 8

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahawa permintaan pupuk kandang lebih besar dibandingkan permintaan pupuk kompos, permintaan pupuk kandang sebesar 96,7% sedangkan permintaan pupuk kompos sebesar 3,3% dari total permintaan pupuk organik. Hal ini disebabkan karena petani lebih mudah memperoleh pupuk kandang dan harga pupuk kandang juga lebih murah bila dibandingkan dengan harga pupuk kompos yang dijual di toko – toko pupuk.

Permintaan pupuk organik oleh petani cabe pada luas lahan rata – rata sebesar 0,28 Ha adalah rata – rata sebanyak 2.046,67 Kg pada tiap musim tanam atau permintaan pupuk organik pada luas lahan 1 Ha adalah sebanyak 7.309,5 Kg yang terdiri dari pupuk kandang 7.071,4 Kg dan pupuk kompos 238,1 Kg pada tiap musim tanam.


(47)

Besar daya substitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik

Untuk memperoleh besar daya substitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik dilakukan dengan cara membandingkan marginal produksi pupuk organik dengan marginal produksi pupuk anorganik, untuk mencari basar marjinal produksi pupuk organik dilakukan dengan cara membandingkan produksi sayuran yang dihasilkan dengan pupuk organik yang digunakan. Untuk mencari marginal produksi pupuk anorganik sama caranya dengan mencari barginal produksi pupuk organik. Untuk mengetahui seberapa besar daya substitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik disajikan pada tabel 12, 13,14, dan 15.

Tabel 12. Daya substitusi pupuk organik komoditi sayuran tiap musim tanam

No Uraian Rataan Satuan

1 2

Daya substitusi Total produksi

0,28 715,48

Kg Kg

Sumber : Analisis data Lampiran 9

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui besar daya substitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik sebesar 0,28 kg, artinya 1 Kg pupuk organik dapat menggantikan pupuk anorganik sebesar 0,28 Kg pada luas lahan rata – rata sebesar 0,28 Ha, dan produksi yang diperoleh rata – rata sebesar 715,48 kg. Pada lampiran 9 diketahui bahwa daya substitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik berbeda – beda untuk tiap petani, hal ini disebabkan karena jenis sayuran, luas lahan dan pemakaian pupuk tiap petani berbeda – beda, sehingga diperoleh daya substitusi yang berbeda - beda pula.


(48)

Berdasarkan data yang diperoleh pada lampiran 9 dengan asumsi luas lahan, harga pupuk organik dan anorganik tetap dapat digambarkan kurva daya subtitusi pada tingkat produksi tertinggi sebagai berikut :

-500 0 500 1000 1500 2000 2500 3000

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

daya substitusi

p

ro

d

u

k

s

i

Gambar 2. kurva daya subtitusi pupuk organik komoditi sayuran

Pada gambar 2 dapat diketahui bahwa besar daya subtitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik untuk memperoleh produksi tertinggi adalah 0,28 kg. Dengan daya subtitusi sebesar 0,28 maka dapat diperoleh tingkat produksi tertinggi yaitu sebesar 2.700 kg, dengan asumsi luas lahan yang digunakan tidak berubah.


(49)

Tabel 13. Daya substitusi pupuk organik tanaman kol tiap musim tanam

No Uraian Rataan Satuan

1 2

Daya substitusi Total produksi

0,12 1.716,67

Kg Kg

Sumber : Analisis data Lampiran 10

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa 1 Kg pupuk organik dapat menggantikan pupuk anorganik rata – rata sebesar 0,12 kg pada tingkat produksi rata – rata sebesar 1.716,67 Kg, dengan menggunakan luas lahan rata – rata sebesar 0,36 Ha. Semakin langaka dan mahalnya harga pupuk organik serta kerusakan lahan yang disebabkan penggunaan pupuk anorganik yang berkepanjangan, sudah seharusnya petani di daerah penelitian beralih kearah pertanian organik. Mengganti pupuk anorganik dengan cara menggunakan pupuk organik yang ramah lingkungan akan lebih menguntungkan bagi petani.

Besar daya substitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik untuk tiap petani kol juga perbeda, hal ini disebabkan luas lahan yang digunakan berbeda - beda sehingga kebutuhan pupuk organik dan anorganiknya pun menjadi berbeda untuk tiap petani kol. Pada lampiran 10 dapat dilihat perbedaan daya substitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik pada komoditi kol untuk tiap petani.


(50)

Berdasarkan data yang diperoleh pada lampiran 10 dengan asumsi luas lahan, harga pupuk organik dan anorganik tetap dapat digambarkan kurva daya subtitusi pada tingkat produksi tertinggi sebagai berikut :

0 500 1000 1500 2000 2500 3000

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

daya subtitusi

p

ro

d

u

k

s

i

Gambar 3. kurva daya subtitusi pupuk organik komoditi kol

Pada gambar 3 dapat diketahui bahwa besar daya subtitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik untuk memperoleh produksi tertinggi adalah 0,12 kg. Dengan daya subtitusi sebesar 0,12 maka dapat diperoleh tingkat produksi tertinggi yaitu sebesar 2.600 kg, dengan asumsi luas lahan yang digunakan tidak berubah.


(51)

Tabel 14. Daya substitusi pupuk organik tanaman buncis tiap musim tanam

No Uraian Rataan Satuan

1 2

Daya substitusi Total produksi

0,58 220,67

Kg Kg

Sumber : Analisis data Lampiran 11

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa 1 Kg pupuk organik dapat menggantikan pupuk anorganik rata – rata sebesar 0,58 kg pada tingkat produksi rata – rata sebesar 220,67 Kg, dengan menggunakan luas lahan rata – rata sebesar 0,22 Ha. Pada lampiran 11 diketahui bahwa daya substitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik berbeda – beda untuk tiap petani, hal ini disebabkan karena jenis sayuran, luas lahan dan kebutuhan pupuk tiap petani berbeda – beda, sehingga diperoleh daya substitusi yang berbeda - beda pula.


(52)

Berdasarkan data yang diperoleh pada lampiran 11 dengan asumsi luas lahan, harga pupuk organik dan anorganik tetap dapat digambarkan kurva daya subtitusi pada tingkat produksi tertinggi sebagai berikut :

0 100 200 300 400 500 600 700 800

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

daya subtitusi

p

ro

d

u

k

s

i

Gambar 4. kurva daya subtitusi pupuk organik komoditi buncis

Pada gambar 4 dapat diketahui bahwa besar daya subtitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik untuk memperoleh produksi tertinggi adalah 0,58 kg. Dengan daya subtitusi sebesar 0,58 maka dapat diperoleh tingkat produksi tertinggi yaitu sebesar 700 kg, dengan asumsi luas lahan yang digunakan tidak berubah.


(53)

Tabel 15. Daya substitusi pupuk organik tanaman cabe tiap musim tanam

No Uraian Rataan Satuan

1 2

Daya substitusi Total produksi

0,11 409,33

Kg Kg

Sumber : Analisis data Lampiran 12

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa 1 Kg pupuk organik dapat menggantikan pupuk anorganik rata – rata sebesar 0,11 kg pada tingkat produksi rata – rata sebesar 409,33 Kg, dengan menggunakan luas lahan rata – rata sebesar 0,28 Ha.

Besar daya substitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik untuk tiap petani cabe juga perbeda, hal ini disebabkan luas lahan yang digunakan berbeda - beda sehingga kebutuhan pupuk organik dan anorganiknya pun menjadi berbeda untuk tiap petani cabe. Pada lampiran 12 dapat dilihat perbedaan daya substitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik pada komoditi cabe untuk tiap petani.


(54)

Berdasarkan data yang diperoleh pada lampiran 12 dengan asumsi luas lahan, harga pupuk organik dan anorganik tetap dapat digambarkan kurva daya subtitusi pada tingkat produksi tertinggi sebagai berikut :

0 200 400 600 800 1000 1200

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3

daya subtitusi

p

ro

d

u

k

s

i

Gambar 5. kurva daya subtitusi pupuk organic komoditi cabe

Pada gambar 5 dapat diketahui bahwa besar daya subtitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik untuk memperoleh produksi tertinggi adalah 0,11 kg. Dengan daya subtitusi sebesar 0,11 maka dapat diperoleh tingkat produksi tertinggi yaitu sebesar 1.100 kg, dengan asumsi luas lahan yang digunakan tidak berubah.


(55)

Pengaruh harga pupuk organik, harga pupuk anorganik, dan luas lahan terhadap permintaan pupuk organik oleh petani sayuran.

Variabel bebas yang mempengaruhi permintaan pupuk organik yang dimasukkan dalam analisis meliputi harga pupuk organik, harga pupuk anorganik dan luas lahan, sedangkan variabel terikatnya adalah permintaan pupuk organik. Untuk mengetahui apakah variabel bebas tersebut berpengaruh terhadap permintaan pupuk organik oleh petani sayuran dapat diuji dengan analisis regresi linier berganda dan diperoleh hasilnya sebagai berikut :

Tabel 16. Analisis regresi pengaruh harga pupuk organik, harga pupuk anorganik dan luas lahan terhadap permintaan pupuk organik petani sayuran.

Coeffi cientsa

2501.044 834.744 2.996 .005

3586.857 900.439 .375 3.983 .000 .663 1.508

-8. 270 1.742 -.459 -4. 749 .000 .627 1.596

.192 .083 .224 2.312 .026 .623 1.605

(Const ant) LA HAN X1 X2 Model 1

B St d. E rror Unstandardized

Coeffic ients

Beta St andardi

zed Coeffic ien

ts

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: ORGA NIK a.

Konstanta = 2501,044

R2 = 0,777

T tabel = 2,024

F tabel = 2,852

(sumber : diolah dari data lampiran 17)

Pada bagian ini ditampilkan nilai koefisien a, b1, b2 dan b3, t hitung serta tingkat

signifikasi. Dari tabel dapat diperoleh persamaan : Y = 2501,044 – 8,270X1 + 0,192X2 + 3586,857 X3


(56)

Berdasarkan tabel dan persamaan diatas dapat diintepretasikan sebagai berikut: Nilai R2 sebesar 0,777 tersebut menunjukkan informasi bahwa 77,7% permintaan pupuk organik dapat dijelaskan oleh variabel harga pupuk organik, harga pupuk anorganik dan luas lahan. Berdasarkan uji F yang dilakukan diperoleh nilai F hitung = 44,149 > Ftabel = 2,852 artinya bahwa harga pupuk organik, harga pupuk

anorganik dan luas lahan secara serempak berpengaruh nyata terhadap permintaan pupuk organik oleh petani sayuran.

Nilai – 8,270 merupakan koefisien harga pupuk organik (X1) yang menunjukkan

bahwa jika variabel independen lain nilainya tetap dan harga pupuk organik mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka akan menurunkan permintaan pupuk organik sebesar 8,270 kg. Tanda koefisien yang negatif untuk harga pupuk organik memberikan arti bahwa pengaruh antara harga pupuk organik terhadap permintaan pupuk organik oleh petani sayuran bersifat negatif, semakin meningkat harga pupuk organik maka permintaan pupuk organik oleh petani sayuran akan semakin menurun dan sebaliknya.

Nilai 0,192 merupakan koefisien harga pupuk anorganik (X2) yang menunjukkan

bahwa jika variabel independen lain nilainya tetap dan harga pupuk anorganik mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka akan menaikkan permintaan pupuk organik sebesar 0,192 kg. Tanda koefisien yang positif untuk harga pupuk anorganik memberikan arti bahwa pengaruh antara harga pupuk organik terhadap permintaan pupuk organik oleh petani sayuran bersifat positif, semakin meningkat


(57)

harga pupuk anorganik permintaan pupuk organik oleh petani sayuran akan semakin meningkat dan sebalikya.

Nilai 3586,857 merupakan koefisien luas lahan (X3) yang menunjukkan bahwa

jika variabel independen lain nilainya tetap dan luas lahan mengalami penambahan sebesar 1 satuan maka akan menaikkan permintaan pupuk organik sebesar 3586,857 kg. Tanda koefisien yang positif untuk luas lahan memberikan arti bahwa pengaruh antara luas lahan terhadap permintaan pupuk organik bersifat positif, semakin bertambah luas lahan permintaan pupuk organik akan semakin meningkat dan sebaliknya.

Secara parsial harga pupuk organik berpengaruh terhadap permintaan pupuk rganik oleh petani sayuran. Hal ini dapat diketahui dari nilai -t hitung < -t tabel

(-4,749 < -2,024) maka H1 diterima artinya secara parsial ada pengaruh variabel

harga pupuk organik (X1) terhadap permintaan pupuk organik(Y).

Secara parsial harga pupuk anorganik berpengaruh terhadap permintaan pupuk organik oleh petani sayuran. Hal ini dapat diketahui dari nilai t hitung > t tabel

(2,312 > 2,024) maka H1 diterima artinya secara parsial ada pengaruh variabel

harga pupuk anorganik (X2) terhadap permintaan pupuk organik(Y).

Secara parsial luas lahan berpengaruh terhadap permintaan pupuk organik oleh petani sayuran. Hal ini dapat diketahui dari nilai t hitung > t tabel (3,983 > 2,024)


(58)

maka H1 diterima artinya secara parsial ada pengaruh variabel luas lahan (X3)

terhadap permintaan pupuk organik(Y).

Tabel 17. Analisis regresi pengaruh harga pupuk organik, harga pupuk anorganik dan luas lahan terhadap permintaan pupuk organik petani kol.

Konstanta = 2104,970

R2 = 0,697

T tabel = 2,306

F tabel = 4,066

(sumber : diolah dari data lampiran 18)

Dari tabel 16 di peroleh persamaan :

Y = 2104,970 – 2,966X1 + 0,118X2 + 5667,355 X3

Berdasarkan tabel dan model persamaan diatas dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

Nilai R2 sebesar 0,697 tersebut menunjukkan informasi bahwa 69,7% permintaan pupuk organik dapat dijelaskan oleh variabel harga pupuk organik, harga pupuk anorganik dan luas lahan. Berdasarkan uji F yang dilakukan diperoleh nilai F hitung = 6,131 > Ftabel = 4,066 artinya bahwa harga pupuk organik, harga pupuk

Coefficientsa

2104.970 1704.305 1.235 .252

5667.355 2278.907 .717 2.487 .038 .455 2.196

-2.966 3.608 -.220 -.822 .435 .528 1.895

.118 .191 .135 .619 .553 .800 1.250

(Constant) LAHAN X1 X2 Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardi

zed Coefficien

ts

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: ORGANIK a.


(59)

anorganik dan luas lahan secara serempak berpengaruh nyata terhadap permintaan pupuk organik.

Nilai – 2,966 merupakan koefisien harga pupuk organik (X1) yang menunjukkan

bahwa jika variabel independen lain nilainya tetap dan harga pupuk organik mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka akan menurunkan permintaan pupuk organik sebesar 2,966 kg. Tanda koefisien yang negatif untuk harga pupuk organik memberikan arti bahwa pengaruh antara harga pupuk organik terhadap permintaan pupuk organik oleh petani kol bersifat negatif, semakin meningkat harga pupuk organik maka permintaan pupuk organik oleh petani kol akan semakin menurun dan sebaliknya.

Nilai 0,118 merupakan koefisien harga pupuk anorganik (X2) yang menunjukkan

bahwa jika variabel independen lain nilainya tetap dan harga pupuk anorganik mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka akan menaikkan permintaan pupuk organik sebesar 0,118 kg. Tanda koefisien yang positif untuk harga pupuk anorganik memberikan arti bahwa pengaruh antara harga pupuk organik terhadap permintaan pupuk organik oleh petani kol bersifat positif, semakin meningkat harga pupuk anorganik permintaan pupuk organik oleh petani kol akan semakin meningkat dan sebalikya.

Nilai 5667,355 merupakan koefisien luas lahan (X3) yang menunjukkan bahwa

jika variabel independen lain nilainya tetap dan luas lahan mengalami penambahan sebesar 1 satuan maka akan menaikkan permintaan pupuk organik


(60)

sebesar 5667,355 kg. Tanda koefisien yang positif untuk luas lahan memberikan arti bahwa pengaruh antara luas lahan terhadap permintaan pupuk organik bersifat positif, semakin bertambah luas lahan permintaan pupuk organik akan semakin meningkat dan sebaliknya.

Secara parsial harga pupuk organik tidak berpengaruh terhadap permintaan pupuk organik petani kol. Hal ini dapat dilihat dari nilai -t hitung > t -tabel (-0,822 > -2,306)

sehingga H0 diterima yang menyatakan tidak ada pengaruh harga pupuk organik

(X1) terhadap permintaan pupuk organik (Y). Petani kol tidak mengurangi

pembelian pupuk organiknya meskipun harga pupuk organik naik, ini disebabkan oleh kebutuhan tanaman akan pupuk organik dan kerusakan lahan. Tanpa pupuk organik, hasil yang diperoleh petani tidak memuaskan karena kondisi lahan di daerah penelitian tidak subur lagi akibat penggunaan pupuk kimia/ anorganik yang berkepanjangan.

Secara parsial harga pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap permintaan

pupuk organik oleh petani kol. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung = 0,619 < t tabel = 2,306, sehingga H0 diterima yang menyatakan tidak ada

pengaruh harga pupuk anorganik (X2) terhadap permintaan pupuk organik (Y).

Hal tersebut disebabkan karena kerusakan lahan akibat penggunaan pupuk anorganik yang berkepanjangan, sehingga petani tetap membeli pupuk organik untuk memperbaiki lahan yang rusak agar diperoleh hasil yang baik.


(61)

Secara parsial luas lahan berpengaruh terhadap permintaan pupuk organik petani kol. Hal ini dapat diketahui dari nilai t hitung = 2,487 > t tabel = 2,306, maka H1

diterima artinya secara parsial ada pengaruh variabel luas lahan (X3) terhadap

permintaan pupuk organik(Y).

Tabel 18. Analisis regresi pengaruh harga pupuk organik, harga pupuk anorganik dan luas lahan terhadap permintaan pupuk organik petani buncis.

Coeffi cientsa

1921.492 588.780 3.264 .008

2010.035 490.324 .645 4.099 .002 .498 2.010

-5. 388 1.437 -.443 -3. 749 .003 .883 1.133

1.835E -02 .048 .058 .383 .709 .544 1.839

(Const ant) LA HAN X1 X2 Model 1

B St d. E rror Unstandardized

Coeffic ients

Beta St andardi

zed Coeffic ien

ts

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: ORGA NIK a.

Konstanta = 1921,492

R2 = 0,865

T tabel = 2,201

F tabel = 3,587

(sumber : diolah dari data lampiran 19)

Dari tabel 17 diperoleh persamaan :

Y = 1921,492 – 5,388X1 + 0,0183X2 + 2010,035 X3

Berdasarkan tabel dan model persamaan diatas dapat diintepretasikan sebagai berikut:


(62)

Nilai R2 sebesar 0,865 tersebut menunjukkan informasi bahwa 86,5% permintaan pupuk organik dapat dijelaskan oleh variabel harga pupuk organik, harga pupuk anorganik dan luas lahan. Berdasarkan uji F yang dilakukan diperoleh nilai F hitung = 23,437 > Ftabel = 3,587 artinya bahwa harga pupuk organik,

harga pupuk anorganik dan luas lahan secara serempak berpengaruh nyata terhadap permintaan pupuk organik oleh petani buncis.

Nilai – 5,388 merupakan koefisien harga pupuk organik (X1) yang menunjukkan

bahwa jika variabel independen lain nilainya tetap dan harga pupuk organik mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka akan menurunkan permintaan pupuk organik sebesar 5,388 kg. Tanda koefisien yang negatif untuk harga pupuk organik memberikan arti bahwa pengaruh antara harga pupuk organik terhadap permintaan pupuk organik oleh petani buncis bersifat negatif, semakin meningkat harga pupuk organik permintaan pupuk organik oleh petani buncis akan semakin menurun dan sebaliknya.

Nilai 0,0183 merupakan koefisien harga pupuk anorganik (X2) yang menunjukkan

bahwa jika variabel independen lain nilainya tetap dan harga pupuk anorganik mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka akan menaikkan permintaan pupuk organik sebesar 0,0183 kg. Tanda koefisien yang positif untuk harga pupuk anorganik memberikan arti bahwa pengaruh antara harga pupuk organik terhadap permintaan pupuk organik oleh petani buncis bersifat positif, semakin meningkat harga pupuk anorganik permintaan pupuk organik oleh petani buncis akan semakin meningkat dan sebaliknya.


(63)

Nilai 2010,035 merupakan koefisien luas lahan (X3) yang menunjukkan bahwa

jika variabel independen lain nilainya tetap dan luas lahan mengalami penambahan sebesar 1 satuan maka akan menaikkan permintaan pupuk organik sebesar 2010,035 kg. Tanda koefisien yang positif untuk luas lahan memberikan arti bahwa pengaruh antara luas lahan terhadap permintaan pupuk organik bersifat positif, semakin bertambah luas lahan permintaan pupuk organik oleh petani buncis akan semakin meningkat dan sebalikya.

Secara parsial harga pupuk organik berpengaruh terhadap permintaan pupuk

organik oleh petani buncis. Hal ini dapat diketahui dari nilai -t hitung < -t tabel ( -3,749 < -2,201) maka H1 diterima artinya secara parsial ada

pengaruh variabel harga pupuk organik (X1) terhadap permintaan pupuk

organik(Y).

Secara parsial harga pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap permintaan

pupuk organik oleh petani buncis. Hal ini dapat diketahui dari nilai t hitung = 0,383 < t tabel = 2.201, maka H0 diterima artinya tidak ada pengaruh harga

pupuk anorganik (X2) terhadap permintaan pupuk organik (Y). Hal tersebut

disebabkan oleh kebutuhan petani akan pupuk organik, tanpa pupuk organik hasil yang diperoleh petani tidak memuaskan karena kondisi lahan di daerah penelitian tidak subur lagi akibat penggunaan pupuk kimia/ norganik yang berkepanjangan.

Secara parsial luas lahan berpengaruh terhadap permintaan pupuk organik oleh petani buncis. Hal ini dapat diketahui dari nilai t hitung = 4,099 > t tabel = 2,201


(64)

maka H1 diterima artinya secara parsial ada pengaruh variabel luas lahan (X3)

terhadap permintaan pupuk organik (Y).

Tabel 19. Analisis regresi pengaruh harga pupuk organik, harga pupuk anorganik dan luas lahan terhadap permintaan pupuk organik petani cabe.

Coeffi cientsa

2480.292 1486.763 1.668 .123

4096.936 1182.078 .538 3.466 .005 .796 1.256

-8. 171 3.430 -.381 -2. 382 .036 .750 1.334

.225 .120 .270 1.873 .088 .924 1.083

(Const ant) LA HAN X1 X2 Model 1

B St d. E rror Unstandardized

Coeffic ients

Beta St andardi

zed Coeffic ien

ts

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: ORGA NIK a.

Konstanta = 2880,292

R2 = 0,789

T tabel = 2,201

F tabel = 3,587

(sumber : diolah dari data lampiran 20)

Dari tabel 18 diperoleh persamaan :

Y = 2480,292 – 8,171X1 + 0,225X2 + 4096,936 X3

Berdasarkan tabel dan model persamaan diatas dapat diintepretasikan sebagai berikut:

Nilai R2 sebesar 0,789 tersebut menunjukkan informasi bahwa 78,9% permintaan pupuk organik dapat dijelaskan oleh variabel harga pupuk organik, harga pupuk anorganik dan luas lahan. Berdasarkan uji F yang dilakukan diperoleh nilai F hitung = 13,713 > Ftabel = 3,587 artinya bahwa harga pupuk organik, harga pupuk


(65)

anorganik dan luas lahan secara serempak berpengaruh nyata terhadap permintaan pupuk organik oleh petani cabe.

Nilai – 8,171 merupakan koefisien harga pupuk organik (X1) yang menunjukkan

bahwa jika variabel independen lain nilainya tetap dan harga pupuk organik mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka akan menurunkan permintaan pupuk organik sebesar 8,171 kg. Tanda koefisien yang negatif untuk harga pupuk organik memberikan arti bahwa pengaruh antara harga pupuk organik terhadap permintaan pupuk organik oleh petani cabe bersifat negatif, semakin meningkat harga pupuk organik permintaan pupuk organik petani cabe akan semakin menurun dan sebaliknya.

Nilai 0,225 merupakan koefisien harga pupuk anorganik (X2) yang menunjukkan

bahwa jika variabel independen lain nilainya tetap dan harga pupuk anorganik mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka akan menaikkan permintaan pupuk organik sebesar 0,225 kg. Tanda koefisien yang positif untuk harga pupuk anorganik memberikan arti bahwa pengaruh antara harga pupuk organik terhadap permintaan pupuk organik oleh petani cabe bersifat positif, semakin meningkat harga pupuk anorganik permintaan pupuk organik oleh petani cabe akan semakin meningkat dan sebaliknya.

Nilai 4096,936 merupakan koefisien luas lahan (X3) yang menunjukkan bahwa

jika variabel independen lain nilainya tetap dan luas lahan mengalami penambahan sebesar 1 satuan maka akan menaikkan permintaan pupuk organik


(66)

sebesar 4096,936 kg. Tanda koefisien yang positif untuk luas lahan memberikan arti bahwa pengaruh antara luas lahan terhadap permintaan pupuk organik oleh petani cabe bersifat positif, semakin bertambah luas lahan permintaan pupuk organik petani cabe akan semakin meningkat.

Secara parsial harga pupuk organik berpengaruh terhadap permintaan pupuk organik oleh petani cabe. Hal ini dapat diketahui dari nilai -t hitung < -t tabel

(-2,382 < -2,201) maka H1 diterima, artinya secara parsial ada pengaruh variabel

harga pupuk organik (X1) terhadap permintaan pupuk organik (Y).

Secara parsial harga pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap permintaan

pupuk organik oleh petani cabe. Hal ini dapat diketahui dari nilai t hitung = 1,873 < t tabel = 2.201 maka H0 diterima, artinya harga pupuk anorganik

(X2) tidak berpengaruh terhadap permintaan pupuk organik (Y). Ini disebabkan

oleh kebutuhan petani akan pupuk organik tersebut, tanpa pupuk organik hasil yang diperoleh petani tidak memuaskan karena kondisi lahan di daerah penelitian tidak subur lagi akibat penggunaan pupuk kimia/ anorganik yang berkepanjangan.

Secara parsial luas lahan berpengaruh terhadap permintaan pupuk organik oleh petani cabe. Hal ini dapat diketahui dari nilai t hitung = 3,466 > t tabel = 2,201 maka

H1 diterima artinya secara parsial ada pengaruh variabel luas lahan (X3) terhadap


(67)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Permintaan Pupuk organik oleh petani sayuran rata- rata sebesar 1.626,79 Kg dengan luas lahan rata – rata sebesar 0,28 Ha pada tiap musim tanam.

2. Besar daya substitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik adalah sebesar 0,28. artinya 1 Kg pupuk organik mampu mensubstitusi pupuk anorganik sebesar 0,28 kg.

3. Harga pupuk organik, harga pupuk anorgaik dan luas lahan berpengaruh terhadap permintaan pupuk organik oleh petani sayuran.

Saran

1. Kepada petani

Disarankan agar petani beralih menggunakan pupuk organik untuk memperbaiki kerusakan lahan yang disebabkan oleh penggunaan pupuk anorganik/kimia.

2. Kepada pemerintah

Disarankan agar pemerintah lebih memperhatikan persediaan pupuk

organik untuk memenuhi kebutuhan petani dan membuat program – program pembangunan pertanian kearah yang ramah


(68)

DAFTAR PUSTAKA

Agroindonesia, 2009. Saatnya Kembali ke Pupuk Organik

Anonimous, 2008, Teori Permintaan, Penawaran dan Keseimbangan Pasar

Antara News,2009. PT. Petrokimia Gresik tahun depan akan meningkatkan produksi pupuk organiknya hingga menjadi sekitar 50 ribu ton dari 3.000 ton tahun ini menyusul meningkatnya permintaan.

Departemen Pertanian RI, 2008. Kiat Saat Pupuk Langka,

Musnamar, I,E, 2003. Pupuk Organik Padat, Penebar Swadaya , Jakarta.

Government Information System, 30 November 2006. Potensi Wilayah dan Peluang Investasi Di Kabupaten Karo,

Harian Pikiran Rakyat, 2009. Potensi Pasar Produk Pertanian Organik,

Khalid A.Q, dkk,1986. Ekonomi , Erlangga, Jakarta

Lingga, P dan Marsono, 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk, Penebar Swadaya, Jakatra

Medan Bisnis, 2009. Stok Pupuk Petrokimia Cukup Hingga Dua Bulan Kedepan, www.medanbisnisonline.com/2009/10/13/stok-pupuk-petrokimia-cukup-hingga-dua-bulan-ke-depan/

Nachrowi. D. dan Usman. H, 2005. Penggunaan Teknik Ekonometrik, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Nuansa Persada Online, 2009, Pupuk Organik Untuk Produksi Pertanian,

Rahardja, P dan Manurung, M, 2004. Teori Ekonomi Mikro, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta


(69)

Simanungkilat, R.D.M dan Hartatik, W, 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor

Sudirja, R., 2007. Standar Mutu Pupuk Organik dan Pembenahan Tanah, Balai

Besar dan Pengembangan Peluasan Kerja,

Sukirno, S., 2003. Pengantar Teori Mikroekonomi, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta

Sutanto, R., 2002. Pertanian Organik, kanisius, Yogyakarta

Warta Penelitian dan Pembangunan Pertanian. 2005, Pupuk Organik Tingkatkan Produksi Pertanian, Balai Penelitian Tanah, Bogor


(1)

ANOV Ab

12022631 3 4007543.769 13.713 .000a

3214702 11 292245.639

15237333 14 Regres sion Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean S quare F Sig.

Predic tors: (Constant), KIMIA, LAHA N, HARGA a.

Dependent Variable: ORGA NIK b.

Coeffi cientsa

2480.292 1486.763 1.668 .123

4096.936 1182.078 .538 3.466 .005 .796 1.256

-8. 171 3.430 -.381 -2. 382 .036 .750 1.334

.225 .120 .270 1.873 .088 .924 1.083

(Const ant) LA HAN X1 X2 Model 1

B St d. E rror Unstandardized Coeffic ients Beta St andardi zed Coeffic ien ts

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: ORGA NIK a.


(2)

(3)

92

Lampiran 9. Besar daya substitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik komoditi sayuran

No Nama petani Komoditi Luas lahan Pupuk Pupuk Produksi MP MP Daya subtitusi

(Ha) organik (Kg) anorganik ( Kg) (Kg) organik anorganik organik

1 Nurlela br Tarigan Kol 0.5 5000 500 2500 0.50 5.00 0.10

2 Sada ukur br sembiring Kol 0.25 2100 100 1500 0.71 15.00 0.05

3 Sirjon sitepu Buncis 0.125 100 100 100 1.00 1.00 1.00

4 Jinet br purba Cabe 0.125 900 150 100 0.11 0.67 0.17

5 Mamak fitra br sembiring Cabe 0.25 1200 40 450 0.38 11.25 0.03

6 JS, kal purba Cabe 0.125 1200 35 150 0.13 4.29 0.03

7 Mamak apri Cabe 0.25 2000 50 500 0.25 10.00 0.03

8 Rita br sembiring Cabe 0.3 3000 150 600 0.20 4.00 0.05

9 Samudra Cabe 0.25 3000 150 400 0.13 2.67 0.05

10 Iskandar Barus Buncis 0.25 200 75 150 0.75 2.00 0.38

11 Aris ginting Cabe 0.04 500 20 40 0.08 2.00 0.04

12 MR. tarigan Buncis 0.02 75 15 40 0.53 2.67 0.20

13 Julian Ginting Cabe 0.5 3000 700 1000 0.33 1.43 0.23

14 Sakeus Ginting Buncis 0.5 1500 550 700 0.47 1.27 0.37

15 Rasinganta S Cabe 0.2 3000 300 200 0.07 0.67 0.10

16 Johan tarigan Cabe 0.25 1500 300 250 0.17 0.83 0.20

17 Rusli Barus Cabe 0.3 1200 240 250 0.21 1.04 0.20

18 Erguna Samuel Cabe 0.5 4000 400 1100 0.28 2.75 0.10

19 P. br tarigan Kol 0.5 3000 500 2800 0.93 5.60 0.17

20 U. karo karo Kol 0.5 3500 500 2600 0.74 5.20 0.14

21 Usman barus Buncis 0.25 400 100 150 0.38 1.50 0.25

22 Nahar purba Buncis 0.3 750 150 300 0.40 2.00 0.20

23 Jon kuasa barus cabe 0.5 3000 500 600 0.20 1.20 0.17

24 Nurdin ginting Kol 0.4 4000 400 2000 0.50 5.00 0.10

25 Kawar sembiring Kol 0.25 2500 100 1000 0.40 10.00 0.04

26 Malam pagi sinukaban Kol 0.25 2000 150 1000 0.50 6.67 0.08

27 Marih sinulingga Kol 0.5 3000 600 2000 0.67 3.33 0.20

28 Dakut sitepu Buncis 0.3 400 200 250 0.63 1.25 0.50

29 Maju tarigan Buncis 0.2 150 150 200 1.33 1.33 1.00

30 S. karo -karo Buncis 0.25 300 100 250 0.83 2.50 0.33

31 Nabari ginting Kol 0.5 3000 700 2300 0.77 3.29 0.23

32 Damayanti br tarigan Kol 0.125 1050 100 700 0.67 7.00 0.10


(4)

34 Haryanus karo - karo Kol 0.25 2000 150 1200 0.60 8.00 0.08

35 Simon sembiring buncis 0.2 200 200 200 1.00 1.00 1.00

36 W. manulang kol 0.25 1500 300 1000 0.67 3.33 0.20

37 Gunana kaban buncis 0.3 250 200 320 1.28 1.60 0.80

38 Farida ginting cabe 0.3 2000 150 300 0.15 2.00 0.08

29 Edison karo -karo buncis 0.2 200 150 200 1.00 1.33 0.75

40 Uji sinubakti buncis 0.125 100 100 100 1.00 1.00 1.00

41 Junita br karo - karo buncis 0.04 100 50 50 0.50 1.00 0.50

42 semarang ginting buncis 0.25 250 100 300 1.20 3.00 0.40

Jumlah total 11,73 68.325 9.825 30.050 23 147 12

Rata -rata 0.28 1.626,79 233,93 715,48 0,54 3,51 0,28

Lampiran 10. Besar daya substitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik komoditi kol

No Nama petani Komoditi Luas lahan Pupuk Pupuk Produksi MP MP Daya subtitusi

(Ha) organik (Kg) anorganik ( Kg) (Kg) organik anorganik organik

1 Nurlela br Tarigan Kol 0.5 5000 500 2500 0.50 5.00 0.10

2 Sada ukur br sembiring Kol 0.25 2100 100 1500 0.71 15.00 0.05

3 P. br tarigan Kol 0.5 3000 500 2800 0.93 5.60 0.17

4 U. karo karo Kol 0.5 3500 500 2600 0.74 5.20 0.14

5 Nurdin ginting Kol 0.4 4000 400 2000 0.50 5.00 0.10

6 Kawar sembiring Kol 0.25 2500 100 1000 0.40 10.00 0.04

7 Malam pagi sinukaban Kol 0.25 2000 150 1000 0.50 6.67 0.08

8 Marih sinulingga Kol 0.5 3000 600 2000 0.67 3.33 0.20

9 W. manulang kol 0.25 1500 300 1000 0.67 3.33 0.20

10 Nabari ginting Kol 0.5 3000 700 2300 0.77 3.29 0.23

11 Damayanti br tarigan Kol 0.125 1050 100 700 0.67 7.00 0.10

12 Haryanus karo - karo Kol 0.25 2000 150 1200 0.60 8.00 0.08

Jumlah total 4,275 32.650 4.100 20.600 7,66 77,42 1,48


(5)

94

Lampiran 12. Besar daya substitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik komoditi cabe

No Nama petani Komoditi Luas lahan Pupuk Pupuk Produksi MP MP Daya subtitusi

(Ha) organik (Kg) anorganik ( Kg) (Kg) organik anorganik organik

1 Jinet br purba Cabe 0.125 900 150 100 0.11 0.67 0.17

2 Mamak fitra br sembiring Cabe 0.25 1200 40 450 0.38 11.25 0.03

3 JS, kal purba Cabe 0.125 1200 35 150 0.13 4.29 0.03

4 Mamak apri Cabe 0.25 2000 50 500 0.25 10.00 0.03

5 Rita br sembiring Cabe 0.3 3000 150 600 0.20 4.00 0.05

6 Samudra Cabe 0.25 3000 150 400 0.13 2.67 0.05

7 Aris ginting Cabe 0.04 500 20 40 0.08 2.00 0.04

8 Julian Ginting Cabe 0.5 3000 700 1000 0.33 1.43 0.23

9 Rasinganta S Cabe 0.2 3000 300 200 0.07 0.67 0.10

10 Johan tarigan Cabe 0.25 1500 300 250 0.17 0.83 0.20

11 Rusli Barus Cabe 0.3 1200 240 250 0.21 1.04 0.20

12 Erguna Samuel Cabe 0.5 4000 400 1100 0.28 2.75 0.10

13 Jon kuasa barus cabe 0.5 3000 500 600 0.20 1.20 0.17

14 Suara perangin angin cabe 0.25 1200 300 200 0.17 0.67 0.25

15 Farida ginting cabe 0.3 2000 150 300 0.15 2.00 0.08

Jumlah total 4,14 30.700 3.485 6.140 2,84 45,46 1,72


(6)

Lampiran 11. Besar daya substitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik komoditi buncis

No Nama petani Komoditi Luas lahan Pupuk Pupuk Produksi MP MP Daya subtitusi

(Ha) organik (Kg) anorganik ( Kg) (Kg) organik anorganik organik

1 Sirjon sitepu Buncis 0.125 100 100 100 1.00 1.00 1.00

2 Iskandar Barus Buncis 0.25 200 75 150 0.75 2.00 0.38

3 MR. tarigan Buncis 0.02 75 15 40 0.53 2.67 0.20

4 Sakeus Ginting Buncis 0.5 1500 550 700 0.47 1.27 0.37

5 Usman barus Buncis 0.25 400 100 150 0.38 1.50 0.25

6 Nahar purba Buncis 0.3 750 150 300 0.40 2.00 0.20

7 Dakut sitepu Buncis 0.3 400 200 250 0.63 1.25 0.50

8 Maju tarigan Buncis 0.2 150 150 200 1.33 1.33 1.00

9 S. karo -karo Buncis 0.25 300 100 250 0.83 2.50 0.33

10 Simon sembiring buncis 0.2 200 200 200 1.00 1.00 1.00

11 Gunana kaban buncis 0.3 250 200 320 1.28 1.60 0.80

12 Edison karo -karo buncis 0.2 200 150 200 1.00 1.33 0.75

13 Uji sinubakti buncis 0.125 100 100 100 1.00 1.00 1.00

14 Junita br karo - karo buncis 0.04 100 50 50 0.50 1.00 0.50

15 semarang ginting buncis 0.25 250 100 300 1.20 3.00 0.40

Jumlah total 3,31 4.975 2.240 3.310 12,30 24,46 8,68