Faktor yang mempengaruhi Respon Nyeri

5 sedangkan seraf saraf yang berdiameter kecil mempermudah transmisi yang artinya “pintu dibuka” Asmadi, 2008.

2.1.6 Faktor yang mempengaruhi Respon Nyeri

Nyeri yang dialami oleh pasien dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk pengalaman masa lalu dengan nyeri, ansietas, usia, dan pengharapan tentang penghilang nyeri efek plasebo. Faktor-faktor ini dapat meningkatkan atau menurunkan persepsi nyeri pasien, meningkat dan menurunnya toleransi terhadap nyeri dan pengaruh sikap respons terhadap nyeri Brunner Suddarth, 2002. 1. Pengalaman Masa Lalu dengan Nyeri Cara seseorang berespons terhadap nyeri adalah akibat dari banyak kejadian nyeri selama rentang kaehidupanny. Bagi beberapa orang, nyeri masa lalu dapat saja menetap dan tidak terselesaika, seperti pada nyeri berkepanjangan atau kronis dan persisten. Individu yang mengalami nyeri berbulan-bulan atau bertahun-tahun dapat menjadi mudah marah, menarik diri, dan depresi Brunner Suddarth, 2002. Efek yang tidak diinginkan yang diakibatkan dari pengalaman sebelumnya menunjukkan pentingnya perawat untuk waspada terhadap pengalaman masa lalu pasien dengan nyeri. Jika nyerinya teratasi dengan cepat dan adekuat, individu mungkin lebih sedikit ketakutan terhadap nyeri dimasa mendatang dan mampu mentolenrasi lebih baik Brunner Suddarth, 2002. 2. Ansietas dan Nyeri Meskipun umum diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keaadan. Riset tidak memperlihatkan sutu hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri juga tidak memperlihatkan bahwa peltihan pengurangan stres praoperatif menurunkan nyeri saat pascaoperatif. Namun ansietas yang relevan atau berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. Secara umum, cara yang lebih efektif ntuk menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan pengobatan pada nyeri ketimbang ansietas Brunner Suddarth, 2002. 3. Budaya dan Nyeri Budaya dan etniksitas mempunyai pengaruh pada bagaimana seseorang berespons terhadap nyeri Bagaimana nyeri diuraikan atau seseorang berprilaku dalam Universitas Sumatera Utara 6 berespons terhadap nyeri. Namun, budaya dan etni tidak mempengaruhi persepsi nyeri Zatzick dan Dimsdale, 1990. Mengenali nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki seseorang dan memehami mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya membantu untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan pada harapan dan nilai budaya seseorang. Namun demikian sama pentingnya untuk menyamaratakan pasien secara budaya. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya akan mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih akurat dalm menkaji nyeri dan respons-respons perilaku terhadap nyeri juga efektif dalam menghilangkan nyeri pasien Brunner Suddarth, 2002. 4. Usia dan Nyeri Pengaruh usia pada persepsi nyeri dan tolenrasi nyeri tidak diketahui secara luas. Pengkajian nyeri pada lansia mungkin sulit karena perubahan fisiogis dan psikologis yang menyertai proses penuaan. Cara lansia berespons terhadap nyeri dapat berbeda dengan cara berespons orang yang lebih muda. Atau nyeri pada lansia mungkin dialihkan jauh dari tempat cedera atau penyakit. Penilaian tentang nyeri dan keadekuatan pengobatan harus didasarkan pada laporan nyeri pasien dan pereda nyeri ketimbang didasarkan pada usia Brunner Suddarth, 2002. 5. Efek Plasebo Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespons terhadap pengobatan atau tindakan lain karena suatu harapan bahwa pengobatan atau tidakan tersebut memberikan hasil bukan karena tindakan atau pengobatan tersebut benar-benar beakerja. Efek plasebo timbul dari produksi alamiah endogen endorfin dalam sistem kontrol desenden. Efek ini merupakan respons fisiologis sejati yang dapat diputar balik oleh nalokson, suatu antagonis narkotik Brunner Suddarth, 2002.

2.1.7 Penilaian Nyeri Hayward 1975 mengembangkan sebuah alat ukur nyeri painometer dengan