Peraturan PertanahanAgraria di Indonesia

24

1.6.2. Peraturan PertanahanAgraria di Indonesia

Konsep dasar tentang kasus-kasus pertanahan platform dari filosofis konstitusional tercermin dalam perumusan sila ke lima Pancasila yaitu “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Selanjutnya kebijakan dan regulasi di bidang pertanahan ditegakkan pada landasan konstitusi negara yaitu pada pasal 33 3 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa bumi,air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara untuk diperuntukkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Peraturan Pelaksanaan dari ketentuan tersebut diatur lebih lanjut dam Undang-undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104 atau disebut juga Undang-undang Pokok Agraria UUPA, serta dijabarkan dalam berbagai peraturan organik dalam bentuk Peraturan Pemerintah PP, Keputusan Presiden Kepres, Peraturan MentriPejabat dan lain-lain. 19 Hak-hak atas tanah yang dapat diberikan kepada subjek hukum diatur dalam pasal 16 Undang-undang Pokok Agraria UUPA yang terdiri dari: 1 Hak Milik, 2 Hak Guna Usaha, 3 Hak Guna Bangunan, 4 Hak Pakai, 5 Hak Sewa, 6 Hak Membuka Tanah, 7 Hak Memungut Hasil Hutan, 8 Hak-hak lain serta hak-hak yang sifatnya sementara. Hak-hak lain misalnya Hak Pengelolaan, sedangkan Hak yang sifatnya sementara 19 Ediwarman, Perlindungan Hukum Bagi Korban Kasus-Kasus pertanahan, Medan: Pustaka Bangsa Press, 2003, cet I, hal. 35. Universitas Sumatera Utara 25 adalah Hak Gadai, Hak Guna Usaha Bagi Hasil, Hak Menumpang dan Hak Sewa Tanah Pertanian. Tuntutan Masyarakat atas areal perkebunan PT. Smart Cooporation adalah ganti rugi atas tanah rakyat yang telah diambil alih dan dilakukan penggusuran atas tanah-tanah rakyat tersebut oleh Perkebunan Padang Halaban ditahun 19691970 seluas 3000 Ha. Selain itu adanya tuntutan masyarakat atas dasr Hak Ulayat Masyarakat Adat dan masyarakat lainnya menjadi salah satu faktor penyebab kasus pertanahan di Sumatera Utara, termasuk di Perkebunan Padang Halaban sampai sekarang belum dapat diselesaikan secara tunas karena permasalahan yang dihadapi sangat rumit sejalan dengan sejarah keberadaan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang berlaku di Sumatera Utara khususnya mengenai sengketa tanah perkebunan. Peraturan perundang-undangan dan kebijakan tersebut antara lain sebgai berikut: 1. Undang-undang darurat Nomor 8 Tahun 1954 Tentang Pemakaian Tanah oleh Rakyat 2. Undang-undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 3. Undang-undang Nomor 51 Prp Tahun 1960 Tentang Larangan Pemakaian Tanah yang berhak atau kuasanya 4. Pedoman Menteri Agraria Nomor I Tahun 1960 Tentang Penyelesaian Sengketa Pemakaian Tanah Perkebunan Di Sumatera Timur Universitas Sumatera Utara 26 5. Pedoman Menteri Pertanian dan Agraria Nomor II Tahun 1963 Tentang Penyelesaian Tanah Jaluran 6. Surat Keputusan Badan Pekerja Panitia Landreform Kabupaten Labuhan Batu Nomor 2KII121968 Tentang penyelesaian persoalan tanah-tanah garapan yang berada diatas areal Perkebunan Padang Halaban 7. Surat Keputusan Kepala Agraria Daerah Kabupaten Labuhan Batu Nomor 94II12LR-69 Tentang Pembayaran Bantuan Ganti Rugi atas tanah Garapan yang terletak di atas areal Perkebunan Padang Halaban 8. Peraturan Menteri Pertaniaan dan AgrariaKepala BPN Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum adat 9. SK BPN Nomor 42HGUBPN2002 10. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 11. PP Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan,dan Hak Pakai atas tanah

1.6.3. Hak Azasi Manusia HAM

Dokumen yang terkait

Peranan Organisasi Massa Petani Dalam Pendidikan Politik Kaum Tani di Indonesia (Studi Kasus : Organisasi Massa Petani STPHL-AGRA, Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara)

1 62 136

Konflik Agraria (Studi Etnografi Di Desa Aek Buaton, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara)

1 109 111

Konflik Agraria Dalam Perspektif Ham (Studi Kasus: Konflik antara masyarakat Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara dengan PT. SMART)

4 50 123

Konflik Agraria Dalam Perspektif Ham (Studi Kasus: Konflik antara masyarakat Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara dengan PT. SMART)

0 2 9

Konflik Agraria Dalam Perspektif Ham (Studi Kasus: Konflik antara masyarakat Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara dengan PT. SMART)

0 0 2

Konflik Agraria Dalam Perspektif Ham (Studi Kasus: Konflik antara masyarakat Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara dengan PT. SMART)

0 1 18

Konflik Agraria Dalam Perspektif Ham (Studi Kasus: Konflik antara masyarakat Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara dengan PT. SMART)

0 2 5

Peranan Organisasi Massa Petani Dalam Pendidikan Politik Kaum Tani di Indonesia (Studi Kasus : Organisasi Massa Petani STPHL-AGRA, Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara)

0 0 21

Peranan Organisasi Massa Petani Dalam Pendidikan Politik Kaum Tani di Indonesia (Studi Kasus : Organisasi Massa Petani STPHL-AGRA, Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara)

0 0 12

Konflik Agraria (Studi Etnografi Di Desa Aek Buaton, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara)

0 0 12