Peranan Organisasi Massa Petani Dalam Pendidikan Politik Kaum Tani di Indonesia (Studi Kasus : Organisasi Massa Petani STPHL-AGRA, Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara)

(1)

PERANAN ORGANISASI MASSA PETANI DALAM PENDIDIKAN POLITIK KAUM TANI DI INDONESIA

(Studi Kasus : Organisasi Massa Petani STPHL-AGRA, Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara)

Disusun Oleh : Dona Yosevha Pardede

090906009

Dosen Pembimbing : Drs. Tonny P Situmorang, M.Si Dosen Pembaca : Indra Fauzan, S.HI, M.Soc, Sc

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Dona Yosevha Pardede (090906009)

Peranan Organisasi Massa Petani Dalam Pendidikan Politik Kaum Tani di Indonesia (Studi Kasus : Organisasi Massa Petani STPHL-AGRA, Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara)

Rincian isi Skripsi viii, 102 halaman, 6 tabel, 7 gambar, 12 buku, 4 artikel dari situs internet 14, , serta 3 wawancara. (Kisaran buku dari tahun 1990-2006)

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba menguraikan tentang pendidikan politik yang dilakukan Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA) Sumatera Utara dalam meningkatkan pemahaman dan kesadaran politik petani, khususnya petani di Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kou, Kabupaten Labuhan Batu Utara. AGRA merupakan organisasi massa petani nasional yang berusaha untuk menghimpun dan menyatukan petani ke dalam sebuah aliansi organisasi. Dengan melihat kondisi pendidikan masyarakat petani yang masih rendah yang secara langsung mempengaruhi kesadaran politik mereka, merupakan faktor yang mendorong AGRA untuk memberikan pendidikan politik kepadan petani dengan metode-metode dan tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan tingkat pemahaman petani dalam mendorong partisipasi politik sebagai dampak dari pendidikan politik petani. Penelitian ini juga mengaitkan konflik agraria yang terjadi di desa ini dengan kondisi sosial, ekonomi, politik masyarakat. Oleh karena itu, peneliti menggunakan desain studi kasus dan metode wawancara sebagai teknik utama pengumpulan data dan penelitian ini mengandalkan hasil analisis yang diperoleh.

Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori pendidikan politik Kartini Kartono, dan Rusadi Kartaprawira, teori ekonomi politik karl marx yang membahas dengan jelas tentang teori komoditas, teori nilai lebih, teori upah, teori gerakan social dan teori kelas dan perjuangan kelas, teori ini digunakan untuk melihat lebih jelas tentang kondisi petani di Indonesia, pola produksi di Indonesia dan kondisi gerakan tani di Indonesia. Dengan menggunakan desain studi kasus dan metode wawancara sebagai teknik utama dalam pengumpulan data, penelitian ini mengandalkan hasil analisis dari data wawancara yang diperoleh dan relevansinya dengan teori yang digunakan. Kata kunci : Pendidikan politik, organisasi, agraria.


(3)

ABSTRACT

This research tries to elaborate on political education conducted the Alliance Movement Reforma Agraria (AGRA) of North Sumatra in raising political awareness and understanding of the farmers, especially farmers in the village of Padang Halaban, sub Regency of Aek Kou, North Labuhan Batu . AGRA is a mass organization of farmers nationwide are trying to gather and unite the farmers into an Alliance organization. By looking at the condition of the farmers ' community education is still low, which directly affect their political awareness, a factor which encourages AGRA to provide political education whether the farmers with methods and stages that are adapted to the level of understanding of farmers in encouraging political participation as the impact of the political education of farmers. This research also relate the agrarian conflict happens in the village, with the condition of social, economic, and political communities. Therefore, researchers are using design case study and interview methods as a primary data collection techniques and research rely on analysis results obtained.

The theory used to explain these problems is political education theory of Kartini Kartono, and Kartaprawira Rusadi, karl marx's theory of political economy which addresses clearly about the theory, the theory of commodity value, the theory of wages, social movement theory and the theory of classes and class struggle, this theory was used to seeing more clearly about the condition of farmers in Indonesia, patterns of production in Indonesia and the condition of the farmer's movement in Indonesia. Using design case studies and interviews as the primary technique method in data collection, the study relies on data from the analysis of interview results obtained and relevance to the theory are used.


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SIOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh Nama : Dona Yosevha Pardede

NIM : 090906009 Departement : Ilmu Politik

Judul : Peranan Organisasi Massa Petani Dalam Pendidikan Politik Kaum Tani di Indonesia. Studi Kasus : Organisasi Massa Tani STPHL-AGRA, Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara.

Menyetujui ; Ketua

Departemen Ilmu Politik,

Dra. T. Irmayani, M.Si NIP : 196806301994032001

Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,

(Drs. Tonny P Sitmorang, M.Si) (Indra Fauzan, S,HI,M.Soc, sc)

NIP : 196210131987031004 NIP : 198102182008121002 Mengetahui :

Dekan FISIP USU

(Prof. Dr. Badarudin, M.Si) NIP : 196805251992031002


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas berkat, kasih sayang dan karuniaya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.Usaha diiringi doa serta bantuan orang-orang sekitar merupakan hal-hal yang memampukan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “Peranan Organisasi Petani Dalam Pendidikan Politik Kaum Tani di Indonesia (Studi Kasus: Organisasi Massa Petani STPHL-AGRA, Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara) ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Politik pada jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mengalami kesulitan yang sedikit banyak mempengaruhi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namum kesulitan-kesulitan yang dihadapi juga bisa dijadikan motivasi.

Penulis dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Badarudin M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan

2. Ibu Dra. T Irmayani, selaku Ketua Departemen S-1 Ilmu Politik, Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.


(6)

3. Bapak Drs. Tonny P Situmorang, M.Si selaku Dosen pembimbing I, yang sudah banyak memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis dan memberikan penghargaan dengan sabar dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

4. Bapak Indra Fauzan, SHI, M.Soc, Sc selaku dosen pembimbing II, yang sudah banyak memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis dan memberikan penghargaan dengan sabar dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

5. Bapak/Ibu Dosen departemen Ilmu Politik S-1 Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

6. Orang tua penulis yaitu, Bapak Wolden Pardede S.Pd dan Ibu Ratna Manullang, yang selalu mendoakan dan mendukung agar penulis selalu sehat dan semangat, dan telah banyak mendoakan dan mendukung agar penulis selalu sehat dan semangat, dan telah banyak memberikan dukungan moral dan material yang tidak terhingga sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini, menyelesaikan perkuliahan dan mendapatkan gelar sarjana seperti yang telah di cita-citakan, dan tanpa kedua orang tua penulis, penulis tidak akan mampu menjadi seperi saat ini.

7. Kepada kakak dan adik-adik penulis, Hana Pardede, Dedy Pardede, Rizki Pardede, dan Raymond Pardede yang telah mendukung dan memotivasi kepada penulis.


(7)

8. Kepada teman-teman penulis di departemen Ilmu Politik stambuk 2009, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, semoga pertemanan kita dapat terus berlanjut dan tidak terbatas hanya dalam perkuliahan.

9. Kepada kakak-kakak senior dan adik-adik junior di departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

10.Kepada kawan-kawan Front Mahasiswa Nasional (FMN) Bung Kosner, Bung Irfan, Bung Rahmad, Bung Solihin, Bung Tariq, Bung Amar, Bung Putra, Bung Janter, Bung Jeki, Bung Halim, dan kawan-kawan lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

11.Kepada kawan-kawan Gabungan serikat buruh Independen (GSBI) Bung Eben dan Bung Nico Demus Sagala.

12.Kepada kawan-kawan Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA) Bung , Bung Slamet, Bung Badrus, Bung Aan, Bung Sukardi dan Bung Aris. 13.Kepada para narasumber, Bung Slamet Riadi, Bung Suratmin, Bung

Sukardi dari pengurus Serikat Petani Padang Halaban (STPHL), Bung Halim, Bung Aris, Bung Adi, dari Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA) Sumatera Utara. Banyak Kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, isi dari skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat memperbaiki kesalahan pada masa mendatang.


(8)

Akhir kata, penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat bagi para pambaca khususnya bagi peneliti yang memiliki keterkaitan dengan isi kripsi ini

Medan, Juni 2014 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Pembatasan Masalah ... 12

1.4 Tujuan Penelitian ... 12

1.5 Manfaat Penelitian ... 13

1.6 Kerangka Teori ... 13

1.6.1 Teori Organisasi ... 14

1.6.2 Organisasi Massa Petani ... 18

1.6.3 Pendidikan Politik ... 20

1.6.4 Gerakan Sosial ... 21


(10)

1.7.1 Jenis Penelitian ... 31

1.7.2 Lokasi Penelitian ... 31

1.7.3 Penentuan Informan ... 33

1.7.4 Teknik Pengumpulan Data ... 33

1.7.5 Teknik Analisis Data ... 34

1.8 Sistematika Penulisan ... 35

BAB II PROFIL LOKASI PENELITIAN ... 37

2.1 Desa Padang Halaban ... 37

2.1.1 Letak Lokasi dan Batas-batas Wilayah ... 37

2.1.2 Kondisi Alam ... 40

2.1.3 Sejarah Desa ... 43

2.1.3.1 Sejarah Padang Halaban ... 43

2.1.4 Jumlah dan Susunan Penduduk ... 53

2.1.4.1 Agama ... 53

2.1.4.2 Pendidikan ... 54

2.1.4.3 Sistem Mata Pencaharian ... 55

2.1.5 Sistem Kepemilikan Tanah ... 57

2.1.6 Hubungan Masyarakat Asli dan Pendatang ... 58

2.1.7 Sarana dan Prasarana ... 60

2.1.8 Organisasi Sosial ... 62


(11)

2.2.1 Sejarah Berdirinya AGRA Ranting Padang Halaban ... 71

BAB III PENDIDIKAN POLITIK ORGANISASI MASSA PETANI . 75 3.1 Pendidikan Politik Kaum Tani ... 75

3.1.1 Model Pendidikan Politik ... 77

3.1.2 Metode Pendidikan Politik ... 79

3.1.3 Tahap-Tahap Pendidikan Politik ... 82

3.1.4 Proses Perintisan Pendidikan Politik AGRA Padang Halaban ... 75

3.1.5 Dampak Pendidikan Politik Kaum Tani ... 90

3.1.6 Kondisi Sosial Politik Desa Padang Halaban ... 94

BAB IV PENUTUP ... 98

4.1 Kesimpulan ... 98

4.2 Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Penduduk Padang Halaban Menurut Agama ... 53 Tabel 2 Jumlah Penduduk Padang Halaban Menurut Tingkat Pendidikan 54 Tabel 3 Jumlah Penduduk Padang Halaban Menurut Pekerjaan ... 56 Tabel 4 Struktur Kepengurusan STPHL AGRA

Tabel 5 Data Anggota STPHL AGRA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Masayarakat Desa Padang Halaban sedang mendengarkan materi yang disampaikan oleh Bung Adi pengurus AGRA Sumatera Utara Gambar 2 : Ketua STPHL-AGRA sedang memberikan arahan kepada anggota Gambar 3 : Masyarakat Desa Padang Halaban yang tergabung dalam

STPHL-AGRA bergotong royong untuk membangun rumah salah seorang anggota organisasi.

Gambar 4 : Sekretariat Organisasi STPHL-AGRA Desa Padang Halaban, Kec.Aek Kuo, Labuhan Batu Utara

Gambar 5 : Lambang Organisasi Massa Petani AGRA

Gambar 6 : Foto bersama dengan beberapa pengurus Organisasi Serikat Pemuda Nasional (SPN)


(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Dona Yosevha Pardede (090906009)

Peranan Organisasi Massa Petani Dalam Pendidikan Politik Kaum Tani di Indonesia (Studi Kasus : Organisasi Massa Petani STPHL-AGRA, Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara)

Rincian isi Skripsi viii, 102 halaman, 6 tabel, 7 gambar, 12 buku, 4 artikel dari situs internet 14, , serta 3 wawancara. (Kisaran buku dari tahun 1990-2006)

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba menguraikan tentang pendidikan politik yang dilakukan Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA) Sumatera Utara dalam meningkatkan pemahaman dan kesadaran politik petani, khususnya petani di Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kou, Kabupaten Labuhan Batu Utara. AGRA merupakan organisasi massa petani nasional yang berusaha untuk menghimpun dan menyatukan petani ke dalam sebuah aliansi organisasi. Dengan melihat kondisi pendidikan masyarakat petani yang masih rendah yang secara langsung mempengaruhi kesadaran politik mereka, merupakan faktor yang mendorong AGRA untuk memberikan pendidikan politik kepadan petani dengan metode-metode dan tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan tingkat pemahaman petani dalam mendorong partisipasi politik sebagai dampak dari pendidikan politik petani. Penelitian ini juga mengaitkan konflik agraria yang terjadi di desa ini dengan kondisi sosial, ekonomi, politik masyarakat. Oleh karena itu, peneliti menggunakan desain studi kasus dan metode wawancara sebagai teknik utama pengumpulan data dan penelitian ini mengandalkan hasil analisis yang diperoleh.

Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori pendidikan politik Kartini Kartono, dan Rusadi Kartaprawira, teori ekonomi politik karl marx yang membahas dengan jelas tentang teori komoditas, teori nilai lebih, teori upah, teori gerakan social dan teori kelas dan perjuangan kelas, teori ini digunakan untuk melihat lebih jelas tentang kondisi petani di Indonesia, pola produksi di Indonesia dan kondisi gerakan tani di Indonesia. Dengan menggunakan desain studi kasus dan metode wawancara sebagai teknik utama dalam pengumpulan data, penelitian ini mengandalkan hasil analisis dari data wawancara yang diperoleh dan relevansinya dengan teori yang digunakan. Kata kunci : Pendidikan politik, organisasi, agraria.


(14)

ABSTRACT

This research tries to elaborate on political education conducted the Alliance Movement Reforma Agraria (AGRA) of North Sumatra in raising political awareness and understanding of the farmers, especially farmers in the village of Padang Halaban, sub Regency of Aek Kou, North Labuhan Batu . AGRA is a mass organization of farmers nationwide are trying to gather and unite the farmers into an Alliance organization. By looking at the condition of the farmers ' community education is still low, which directly affect their political awareness, a factor which encourages AGRA to provide political education whether the farmers with methods and stages that are adapted to the level of understanding of farmers in encouraging political participation as the impact of the political education of farmers. This research also relate the agrarian conflict happens in the village, with the condition of social, economic, and political communities. Therefore, researchers are using design case study and interview methods as a primary data collection techniques and research rely on analysis results obtained.

The theory used to explain these problems is political education theory of Kartini Kartono, and Kartaprawira Rusadi, karl marx's theory of political economy which addresses clearly about the theory, the theory of commodity value, the theory of wages, social movement theory and the theory of classes and class struggle, this theory was used to seeing more clearly about the condition of farmers in Indonesia, patterns of production in Indonesia and the condition of the farmer's movement in Indonesia. Using design case studies and interviews as the primary technique method in data collection, the study relies on data from the analysis of interview results obtained and relevance to the theory are used.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara demokrasi yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dimana rakyat memegang peranan penting dalam setiap proses demokrasi tersebut. Proses yang dimaksud adalah proses-proses politik sebagai upaya untuk menciptakan tatanan masyarakat sebagai aktualisasi perwujudan masyarakat Indonesia yang demokratis. Dalam mewujudkan tatanan masyarakat yang demokratis, masyarakat tentunya terlibat dalam proses politik tersebut. Sebagai implementasi dari nilai-nilai dan prinsip-prinsip demokrasi tersebut, masyarakat mengambil peran aktif dalam setiap proses politik, yang salah satunya diwujudkan dalam bentuk Pemilihan Umum (Pemilu) untuk mewujudkan kedaulatan rakyat sebagai perwujudan pemerintahan yang legitimate.

Setelah lima belas tahun reformasi telah berjalan, berbagai langkah untuk mendemokratisasikan institusi politik dan prosedur-prosedur politik Indonesia telah dilakuan dengan sejumlah perbaikan yang nyata. Pemerintahan terpilih, pemilu yang bebas, kebebasan berkumpul dan berekspresi, keterbukaan informasi, desentralisasi dan otonomi daerah, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara kompetitif. Dari beberapa perubahan yang telah dicapai di atas sebagai upaya penguatanM prinsip demokrasi, dimana rakyatlah memegang


(16)

peran penting, tidak secara langsung memperbaiki dan menjawab persoalan-persoalan yang terjadi sebelumnya. Perubahan dan perbaikan sistem demokrasi yang dijanjikan reformasi nyatanya masih banyak meniggalkan banyak persoalan. Proses transisi demokrasi yang terjadi pasca orde baru memberikan harapan baru bagi masyarakat akan perubahan nasib dan kesejahteraan. Namun kenyataan yang didapat masyarakat, perubahan dan perbaikan sistem demokrasi belum menyentuh akar permasalahan masyarakat.

Pemilu merupakan bagian dari proses demokrasi dimana masyarakat menyalurkan haknya untuk memilih wakil rakyat yang akan mewakili aspirasinya di lembaga pemerintah, baik eksekutif maupun legislatif. Pemilihan umum menjadi salah satu indikator yang digunakan untuk menilai apakah proses demokrasi itu berhasil atau tidak yang dinilai dari tingkat partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya. Partai-partai politik yang menjadi peserta pemilu akan bersaing untuk mendapatkan simpati masyarakat melalui visi misi dan program-program yang mereka tawarkan kepada konstituennya dengan harapan masyarakat akan memilih partai mereka. Partai politik adalah salah satu instrumen untuk dapat mengikuti proses pemilu untuk mendapatkan kekuasaan, baik kekuasaan legislatif atau eksekutif. Partai politik juga diharapkan mampu menampung dan menyampaikan aspirasi dari seluruh masyarakat Indonesia.

Dalam sistem demokrasi, partai politik bukan sekedar sebagai alat untuk memperoleh kekuasaan, akan tetapi partai politik juga memiliki tugas dan


(17)

fungsi seperti menjadi wadah sosialisasi politik, pendidikan politik, kontrol sosial, agregasi kepentingan, rekrutmen politik dan sebagainya.

Pemilu tidak sekedar persoalan memilih dan dipilih, namun merupakan salah satu wahana pendidikan politik untuk warga negara. Salah satu tujuan pendidikan secara mendasar adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga pendidikan apapun jenisnya tidak dapat dilepaskan dari misi tersebut. Artinya, partai politik tidak saja hanya sebagai alat untuk mendapatkan kekuasaan dan sebagainya, tetapi partai politik juga harus berperan dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Salah satu fungsi partai politik menurut pasal 11 Undang-Undang No.2 tahun 2008 tentang partai politik, adalah sebagai sarana pendidikan politik bagi anggotanya dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Partai politik merupakan pilar demokrasi yang juga mempunyai fungsi sebagai penyerap, penghimpun dan penyalur aspirasi rakyat sekaligus sebagai alat perjuangan rakyat untuk mencapai keadilan dan kemakmuran. Berbicara tentang pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan hak kita sebagai manusia dan warga negara.

Pendidikan pada hakikatnya adalah hak semua warga negara Indonesia dan telah diatur dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 bahwa “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Undang-undang ini tentunya membuka akses bagi setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Walaupun


(18)

Undang-Undang telah menjamin hak setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan, masyarakat Indonesia masih kesulitan dalam mengakses dunia pendidikan. Himpitan ekonomi masyarakat yang masih sulit akan berdampak pada sulitnya untuk mengakses jenjang pendidikan dan mengancam anak-anak putus sekolah dan harus mencari pekerjaan lain seperti menjadi petani, buruh tani, buruh pabrik untuk sekedar membantu ekonomi keluarga.

Implementasi dari kebijakan belum memberikan pengaruh signifikan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Kenyataan yang ada saat ini adalah tingkat angka putus sekolah khususnya siswa yang tidak bisa melanjutkan ke jenjang SMA berjumlah sekitar 3.8 juta siswa1. Ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia belum mampu mengecap dunia pendidikan yang layak. Himpitan ekonomi secara langsung akan mempengaruhi sektor-sektor kehidupan lain, seperti, pendidikan, kesehatan, politik, dan berdampak pada tingkat pemahaman masyarakat tentang hak politiknya sebagai warga negara.

Pendidikan dan politik adalah dua elemen penting dalam sistem sosial politik di suatu negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Keduanya bahu-membahu dalam proses pembentukan karakteristik masyarakat di suatu negara. Lebih dari itu, keduanya satu sama lain saling menunjang dan saling mengisi. Lembaga-lembaga dan proses pendidikan berperan penting dalam membentuk perilaku politik masyarakat di negara tersebut. Begitu juga sebaliknya, lembaga-lembaga dan proses politik di suatu negara membawa       

1

http://edukasi.kompas.com/read/2011/12/26/10392444/Angka.Putus.Sekolah.dan.Komersialisasi. Pendidikan. Diakses pada tanggal 20 Februari 2014, pukul 12:49 wib.


(19)

dampak besar pada karakteristik pendidikan yang ada di negara tersebut. Pendidikan merupakan proses menumbuhkan sisi-sisi kepribadian manusia secara seimbang dan integral, maka pendidikan politik dapat dikategorikan sebagai dimensi pendidikan, dalam konteks manusia adalah makhluk politik (zoon

politicon) . Pendidikan politik bagi warga negara perlu dilakukan untuk

menentukan pilihan yang cerdas. Namun pendidikan politik menjadi persoalan ketika hanya dilakukan oleh lembaga formal ataupun partai politik. Persoalan yang lebih besar lagi adalah ketika partai politik belum menjalankan pendidikan politiknya kepada masyarakat atau dengan kata lain partai politik masih absen dalam pekerjaan ini.

Badan Pusat Statistik Nasional (BPS) mencatat, pada 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 237, 6 juta jiwa. Dari jumlah penduduk Indonesia, kaum tani merupakan populasi terbesar di Indonesia saat ini., yaitu sekitar 70 % 2 . Dengan jumlah populasi terbesar ini, petani menjadi kekuatan produktif yang paling besar. Akan tetapi, meski menempati posisi mayoritas, kaum tani termasuk kelompok yang kurang beruntung. Kondisi dibuktikan dengan tingginya jumlah tani miskin dan tani sedang bawah dan maraknya corak produksi sisa feodalisme di pedesaan yang mengakibatkan ketimapangan sosial di negeri ini.

Negara Indonesia sebagai negara agraris secara langsung menentukan corak produksi masyarakatnya yaitu dari sektor pertanian. Sebagian besar       

2

Data diperoleh dari situs resmi Badan Pusat Statistik Nasional


(20)

masyarakat Indonesia bekerja sebagai petani yang mengolah lahan pertanian sebagai alat produksi untuk kesejahteraan hidup. Secara politik, meskipun masih menjadi golongan yang mayoritas, namun kehidupan politik kaum tani masih terbelakang. Kaum tani belum bisa secara bebas dan penuh terlibat dalam berbagai upaya pengambilan kebijakan ekonomi dan politik baik yang menyangkut kepentingan khusus kaum tani maupun dalam kerangka kehidupan berbangsa dan bernegara secara menyeluruh. Hal di atas diakibatkan oleh belum dipenuhinya seluruh hak-hak demokratis kaum tani, yang diwujudkan dengan tidak adanya jaminan kebebasan berorganisasi, pembatasan untuk memberikan pendapat secara bebas di muka umum, serta hambatan-hambatan terhadap berbagai bentuk partisipasi politik. Pemerintah seharusnya mampu mengurangi beban hidup kaum tani untuk kesehatan, pendidikan, dan harga-harga barang kebutuhan pokok lainnya. Mahalnya biaya kesehatan, pendidikan menyebabkan jutaan rakyat, termasuk kaum tani tidak dapat mengakses kesehatan yang layak, pendidikan yang tinggi, memperbaiki gizi keluarga, membuat rumah yang sehat.

Produk kebijakan yang dibuat pemerintah di bidang pertanian belum mampu menjawab permasalahan petani saat ini. Hal ini mencerminkan betapa lemahnya upaya politik yang dicurahkan untuk menempatkan sektor pertanian dan para petani pada tingkatan yang lebih tinggi. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting di Indonesia, dimana sektor ini memegang peran untuk menjaga ketahanan pangan secara nasional. Peran dan tanggung jawab yang besar ini semestinya menjadi tolak ukur bagi pembuat kebijakan untuk menempatkan


(21)

petani ke posisi yang lebih tinggi dengan produk kebijakan yang mampu meningkatkan kesejahteraan petani.

Permasalahan petani seperti ancaman perampasan tanah yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar untuk kepentingan penanaman tanaman komoditas seperti kelapa sawit, karet dan lain-lain masih menghantui petani. Perluasan lahan kelapa sawit yang terjadi mengakibatkan kaum tani semakin terpinggirkan dengan semakin sempitnya lahan untuk bercocok tanam. Perluasan lahan kelapa sawit seringkali menjadi pemicu terjadinya konflik antara petani dan perusahaan-perusahaan pengembang tanaman kelapa sawit . Data Badan Pertanahan Nasional (BPN) tahun 2011 mencatat, telah terjadi 2.791 kasus pertanahan. Dalam konflik tanah, BPN Sumatera Utara mencatat ada 700 kasus sengketa lahan di daerah itu yang cenderung bertambah seiring munculnya kasus sengketa tanah baru. Kondisi tentunya menjadi bukti bahwa belum adanya lembaga pemerintah yang serius dalam menyelesaikan konflik tanah tersebut. Badan Pertanahan Nasional yang dibentuk pemerintah belum mampu menyelesaiakan konflik agraria dan mewakili kepentingan masyarakat, khususnya kaum tani. Beberapa peristiwa kriminalisasi kepada petani menunjukkan tidak berpihaknya pemerintah kepada petani, melainkan posisi petani semakin terjepit dan senantiasa menjadi korban dari permasalahan pertanahan. Adanya kriminalisasi terhadap petani mempengaruhi lemahnya massa rakyat berjuang bersama untuk menuntuk haknya kepada pengambil dan pelaksana kebijakan di negeri ini.


(22)

Penguasaan lahan besar-besaran oleh perusahaan-perusahaan dan negara semakin mempersempit lahan bagi petani untuk bercocok tanam, dan bahkan banyak petani yang sudah tidak memiliki lahan sehingga berimbas pada perekonomian kaum tani semakin merosot. Kondisi seperti juga terjadi pada masyarakat petani di Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara, dimana masyarakat petani dihadapkan dengan konflik lahan dengan PT. SMART (Sinar Mas Agro Resourche and Technology) anak perusahaan SINAR MAS GROUP. Lahan seluas 83 ha yang menjadi tumpuan hidup masyarakat petani mulai dari nenek moyang mereka di klaim oleh PT SMART sebagai milik mereka. Kriminalisasi terhadap kaum tani yang melibatkan kekuasaan negara (TNI/POLRI) adalah sebagai bentuk perlindungan atas kepentingan kapital monopoli internasional dan kelas-kelas reaksioner dalam negeri, untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dan menimpakan beban krisis ekonomi pada pundak kaum tani dan rakyat pekejaan lainnya.

Perjuangan yang dilakukan petani Padang Halaban untuk memperjuangkan dan mempertahankan lahan kerap kali menemui hambatan. Beberapa kali pihak perusahaan yang dibantu kepolisian berusaha mengusir masyarakat dari lahan, yang menimbulkan gesekan antara petani dan pihak dan menimbulkan korban penembakan. Dengan adanya ancaman perampasan lahan ini mengancam kondisi ekonomi petani akan semakin merosot, dikarenakan mayoritas kaum tani Padang Halaban adalah petani yang sepenuhnya bergantung pada hasil pertanian untuk dapat memecahkan persoalan baik di bidang kesehatan, bidang pendidikan


(23)

keluarga dan sebagainya.

Hal ini juga diakibatkan pemahaman masyarakat yang masih terbatas mengenai perkembangan situasi daerah dan nasional terhadap hubungannya dengan kehidupan mereka sebagai petani. Sehingga mereka dengan mudahnya ditipu dan bahkan dikhianati oleh pihak-pihak lain dengan berbagai cara yang cenderung ditakuti oleh petani. Pemahaman-pemahan ini tentunya dapat diperoleh dari beberapa cara antara lain melalui pendidikan formal (SD,SMP,SMA dan seterusnya) dan melalui pendidikan non-formal (baik dari organisasi sosial, politik, massa). Artinya, apabila masyarakat petani belum mendapatkan pendidikan dari jalur pendidikan formal, maka salah satu alternatifnya adalah melalui pendidikan non-formal karena persayaratan yang tergolong mudah. Dan salah satu yang didapatkan oleh petani adalah tentang pendidikan politik yang bertujuan untuk bagaimana menguatkan organisasi mereka sendiri dan bagaimana memberikan jalan keluar untuk memperoleh hak-hak sebagai petani khususnya dengan kembalinya tanah kepada kaum tani.

Di tengah-tengah kondisi pendidikan masyarakat petani yang masih rendah yang secara langsung mempengaruhi kesadaran politik mereka, maka muncul inisiatif dan kesadaran untuk membetulkan dan melakukan pemulihan kesadaran terhadap organisasi yang telah dibentuk petani sebelumnya yaitu KTPHS (Kelompok Tani Padang Halaban Sekitarnya) menjadi STPHL (Serikat Petani Padang Halaban) dan bergabung dengan sebuah organisasi massa tani nasional Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA) Sumatera Utara dengan ranting


(24)

Padang Halaban untuk mengambil peran aktif dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat dan memberikan pemahaman kepada pimpinan dan anggota atas persoalan yang ada di tengah-tengah mereka.

Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA) Sumatera Utara merupakan organisasi massa tani yang sampai saat ini masih aktif dan konsisten dalam memperjuangkan hak-hak petani. Ini dibuktikan dengan peran aktif AGRA Sumatera Utara dalam mendampingi kelompok-kelompok tani di beberapa daerah di Sumatera Utara, seperti Kelompok Tani Arih Ersada Bolon di Desa Durin Tonggal, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Kelompok Tani Maju Jaya, Desa Sei Mencirim, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, dan Serikat Tani Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara. Ketiga kelompok tani ini merupakan kelompok tani yang sedang dihadapkan dengan ancaman perampasan tanah oleh tuan-tuan tanah besar yang mengancam mata pencaharian mereka sebagai petani.

Dalam hal ini, AGRA Sumatera Utara turut serta membantu perjuangan dalam mempertahankan lahan mereka. Secara organisasi, AGRA mempunyai program-program pendidikan politik yang bertujuan menigkatkan pemahaman politik kaum tani dan menjelaskan hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara . Pendidikan politik yang dilakukan AGRA antara lain :

1. Pendidikan Anggota 2. Pendidikan Pimpinan dan, 3. Pendidikan Massa


(25)

Dengan maksud untuk memberikan pemahaman yang baik bagi pimpinan dan anggota atas persoalan yang ada di tengah-tengah kaum tani, partisipasi aktif masyarakat dalam mengkonseptualisasikan dan mengelola organisasi yang fungsional bagi masyarakat merupakan penerapan dari prinsip-prinsip demokrasi. Cara berpikir dan bertindak yang kritis akan mendorong lingkungan yang demokratis dan akan melahirkan kesadaran masyarakat.

Dengan demikian, penulis tertarik untuk meneliti Aliansi Gerakan Reforma Agfraria Sumatera sebagai objek penelitian atas dasar bahwa AGRA sebagai organisasi massa petani yang memperjuangkan hak-hak kaum tani, penggerak dalam partisipasi untuk bagaimana nantinya dapat membantu meningkatkan kesadaran politik yang akan mempengaruhi kehidupan dan kesejahteraan kaum tani Desa Sidomukti, Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan AGRA Sumatera Utara sebagai organisasi massa petani dalam upaya peningkatan kesadaran politik STPHL-AGRA melalui pendidikan politik di Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara ?

2. Pencapaian apa yang didapatkan AGRA setelah memberikan pendidikan politik kepada STPHL-AGRA ?


(26)

1.3 PEMBATASAN MASALAH

Pembatasan masalah merupakan usaha-usaha bagaimana untuk menetapkan masalah dalam batasan penelitian yang hendak diteliti. Dimana batasan masalah berfungsi untuk mengidentifikasi faktor apa saja yang masuk dalam ruang penelitian dan faktor yang mana yang tidak masuk dalam ruang penelitian, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini akan mengkaji bagaimana peranan Organisasi Massa Tani AGRA Sumut dalam memberikan pendidikan politik untuk Serikat Petani Padang Halaban (STPHL) Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara.

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menggambarkan proses-proses yang dikembangkan oleh AGRA dalam memberikan pendidikan politik kepada STPHL-AGRA

2. Menjelaskan strategi dan langkah-langkah yang digunakan dalam memberdayakan masyarakat khususnya dalam pendidikan politik. 3. Menggambarkan pencapaian-pencapaian STPHL- AGRA setelah


(27)

1.5 MANFAAT PENELITIAN

1. Secara akademik, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan seputar pemberdayaan masyarakat, strategi, langkah-langkah, khususnya masyarkat kaum tani serta menambah referensi bacaan.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangsih bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam Ilmu politik, dan menjadi pisau analisis bagi para serikat tani, aktivis sosial dan lain-lain dalam membedah persoalan dalam suatu masyarakat dan negara yang bersinggungan dengan Ideologi.

1.6 Kerangka Teori

Setiap organisasi mempunyai kekhususan sendiri-sendiri yang ditentukan oleh arah tujuan, materi kepentingan, sasaran perjuangan dan aktivitas organisasi yang berbeda-beda bentuk dan sifatnya. Dari beberapa kekhususan ini disusunlah sebuah struktur organisasi.Namun dari beberapa kekhususan tersebut, semua organisasi secara umum mempunyai kesamaan, yaitu bahwa setiap berdiri di atas basis serta bergerak menjalankan kerja organisasi yang dipimpin oleh pimpinan organisasinya.Organisasi basis (pokok atau dasar) sebagai dasar kekuatan, dan pimpinan sebagai pengendali organisasi, merupakan dua hal yang mutlak diperlukan dan tidak bisa ditinggalkan.

Struktur organisasi harus disusun dan diatur agar memenuhi syarat dan mencapai tujuan dari hakikat struktur organisasi yaitu pertama, bagaimana


(28)

hubungan pimpinan sebagai pengendali dan pengarah penggunaan kekuatan organisasi dengan organisasi basis sebagai wadah dan penghimpun langsung sebagai dasar dan sumber-sumber kekuatan organisasi bisa lebih cepat efisien dan efektif. Kedua adalah mampu memelihara dan menjaga kekuatannya agar tetap solid serta selalu siap untuk bergerak melangkah melaksanakan tugas organisasi.

1.6.1 Organisasi3

Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut.

 Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama

 James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.

       3

Kelompok Kerja Untuk Demokrasi Rakyat. Tentang Organisasi Massa Demokrasi Nasional.Indonesia 2004


(29)

 Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih

 Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. 4

Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran

Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.


(30)

a. Organisasi Politik

Organisasi yang bertujuan mengubah sistem sosial dan politik, dan organisasi semacam ini berbentuk partai politik sebagai wujud bentuk tertingginya.Bentuk –bentuk perjuangannya lebih pada aksi-aksi politik dibanding dengan aksi ekonomi.Sebagai organisasi yang berjuang untuk mengubah satu sistem, organisasi ini bergerak pada banyak lini kehidupan. b. Organisasi Massa

Di dalam mengorganisasikan massa dalam berbagai organisasi massa, maka menjadi penting bahwa organisasi tersebut mampu merumuskan ide-ide perjuangan yang didapatkan dari massa sekaligus didukung secara luas oleh massa. Dengan demikian organisasi ini adalah milik massa dan massa akan terlibat secara aktif dalam mengembangkan organisasi serta programnya.

Organisasi massa adalah organisasi yang mengedepankan, mengakomodasikan/memeperjuangkan kepentingan massa, baik organisasi massa kelas buruh, kaum tani, perempuan serta pemuda dan mahasiswa, yaitu kepentingan dan tujuan kesejahteraan sosial atau ekonomi. Lapangan dan sasaran aktivitas dari perjuangan organisasi massa adalah satu sektor sosial atau ekonomi bagi kepentingan kesejahteraan massa atau anggotanya.Perjuangan organisasi massa tersebut akan mengarah dan meningkat pada perjuangan politik ketikan perjuangan sosial atau ekonominya sudah samapi berhadapan dengan dinding politik yang


(31)

dikuasai oleh penguasa yang mengahadang.

Karena perjuangan politik akan dimengerti, dan ditanggapi massa apabila berkaitan dengan kepentingan sosial dan ekonnominya. Apabila tidak, tentunya perjuangan-perjuangan politik akan sangat lemah ditanggapi massa dan tidak mengakar. Perjuangan politik yang diklakukan tentunya dalam kerangka membebaskan dirinya dari sistem penindasan yang dilakukan oleh imperialisme dan feodalisme. Maka arah dan perjuangan dari organisasi massa dimulai dari tahap yang bersifat kuantitatif ke kualitatif, dari reform dan demokratis ke perubahan- perubahan yang bersifat revolusioner.Hanya dengan cara ini organisasi massa akan kuat serta tumbuh dan berkembang secara luas.

c. Organisasi Sosial

Organisasi sosial adalah organisasi yang didirikan oleh segelintir orang yang memiliki hak-hak istimewa dengan anggota selanjutnya.Organisasi ditujukan untuk memberikan pelayanan sosial pada masyarkat. Bentuk dari organisasi sosial, antara lain yayasan sosial, lembaga bantuan, dan sejenisnya.Sehingga dalam penelitian ini juga menggunakan pendekatan ekonomi politik dalam model produksi dan hubungan produksi dalam masyarakat Indonesia setengah feodal5.


(32)

1.6.2. Pengertian Organisasi Massa Petani

Berangkat dari pengertian ‘organisasi’ dan organisasi massa yang telah dijelaskan di atas, maka dalam penelitian ini yang dimaksud dengan ‘organisasi massa petani adalah organisasi yang bertujuan untuk membela kepentingan sosial-ekonomi massa petani, dengan pola keanggotaan yang luas dan berbasis petani.

Dalam buku Seri Panduan Organisasi Tani yang diterbitkan oleh Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), dinyatakan bahwa :

Organisasi massa petani harus berjenjang dari tingkat desa/lokal, tingkat wilayah , dan tingkat nasional. Organisasi tingkat lokal merupakan organisasi tingkat desa yang dipimpin oleh kader-kader petani. Karena masalah-masalah yang kongkrit dihadapi petani berada pada tingkat lokal, maka perjuangan kongkrit berada pada tingkat lokal pula.Organisasi tingkat lokal ini kemudian menghimpun diri ke dalam organisasi tingkat wilayah, baik wilayah kabupaten maupun provinsi. Adapun tugas organisasi tingkat wilayah yang dimpimpin oleh kader-kader terpilih dari tingkat lokal tersebut memimpin perjuangan dan kampanye politik di tingkat wilayah, selain juga melakukan pendidikan.6

Organisasi massa kaum tani, organisasi milik kaum tani yang dibangun diatas sendi-sendi perjuangan politik kaum tani. Politik kaum tani adalah politik untuk terciptanya reforma agraria sejati atau Land Reform Sejati. Reforma agraria sejati berbicara mengenai pengakuan penuh atas tanah bagi kaum tani, jaminan politik atas pemanfaatan sumber daya alam bagi kehidupan kaum tani dan juga perlindungan atas hak-hak       

6

Faryadi, ed, Seri Panduan Organisasi Tani, Jakarta: Konsorsium Pembaruan Agraria, 2005 hal. 11


(33)

kaum tani. Reforma agraria hanya bisa diperoleh jika seluruh rakyat termasuk kaum tani bisa bangkit dari penindasan yang berabad-abad lamanya. Kaum tani bersatu dengan kelas buruh, perempuan, dan pemuda dalam merebut hak-hak yang dirampas.

Melalui ikatan organisasi massa langkah perjuangan yang dijalankan secara bersama-sama (kolektif), bukan tertumpu pada segelintir orang atau individu-individu yang menonjol di kelompok kita. Kebersamaan yang ada membuat kita memiliki berlapis-lapis manusia hebat yang siap menjadi pelopor dan tauladan dalam perjuangan. Karena kita menyadari bahwa perjuangan atas terpenuhinya hak-hak rakyat tidaklah mudah seperti membalikkan kedua belah tangan dan perjuangan sendiri tidak hanya akan kita hadapi saat ini saja, tapi juga akan berlanjut sampai anak cucu kita. Di dalam organisasi massa semua kawan diharapkan ambil bagian aktif dalam kerja-kerja organisasi dengan tergabung dalam departemen atau kepanitiaan kerja (Komite).

Dalam organisasi massa dibutuhkan kegiatan rapat secara rutin dan membuat laporan secara rutin. Rapat digunakan sebagai media untuk mengkonsolidasikan setiap kegiatan organisasi. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan dan resolusi untuk berjalannya program kerja lanjutan. Setiap pekerjaan organisasi harus dibuat laporannya yang berisi capaian kerja dan kendala yang dihadapi dalam menjalankan kerja. Rapat dan laporan adalah kunci untuk menjaga kestabilan organisasi, karena dari dua kegiatan


(34)

tersebut kenyataan atas setiap perkembangan anggota dan perjuangan didiskusikan, dinilai dan disimpulkan secara demokratis, atau di organisasi massa sering disebut dengan Sentralisme Demokrasi (SenDem).

Inti dari semua kegiatan organisasi adalah jika setiap pimpinan dan anggota memegang prinsip Garis Massa. Dimaksud dengan garis massa adalah tindakan dari setiap pimpinan dan anggota organisasi untuk mendengarkan aspirasi massa, memperhatian keluhan massa, memahami masalah massa, mengerti masalah massa dan bersama-sama massa memecahkan masalah massa. Karena bagi organisasi massa, setiap apa yang dilakukan oleh massa adalah pelajaran, hal ini sesuai dengan pepatah kuno yang menyatakan “guru utama kita adalah massa. pimpinan lahir dari massa”.

Sementara menurut Undang-undang No. 17 Tahun 2013 tentang organisasi kemasyarakatan atau yang disebut ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan,kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

1.6.3. Pendidikan Politik

Istilah “pendidikan politik” merupakan istilah yang kerap digunakan oleh para praktisi pemberdayaan masyarakat untuk menggambarkan setiap proses yang dilakukan dalam kerangka meningkatkan kesadaran sosial masyarakat terhadap


(35)

dinamika politik yang terjadi. Dalam ranah teori politik klasik, Machiaveli menyatakan bahwan pendidikan politik perlu diberikan kepada orang-orang “orang-orang yang belum tahu”. Pendidikan politik tersebut dimaknai bukan sebagai pendidikan politik yang negatif tentang pembenci tiran, melainkan pendidikan positif, yaitu diberikan kepada orang-orang yang mengakui betapa pentingnya pendidikan tersebut. Pendidikan politik merupakan suatu perangkat dengan mana kelompok sosial melajutkan keberadaannya memperbaharui diri sendiri dan mempertahankan ideal-idealnya dalam mengahadapi berbagai macam kegiatan dalam suatu sistem politik dengan berbagai tujuannya. Sederhananya, adalah setiap upaya yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu di dalam masyarakat untuk membebaskan manusia dari ketergantungan kemiskinan sosial untuk kemudian memilik kontribusi pada proses politik yang sedang terjadi, terutama pada persoalan yang menyagkut langsung dengan kepentingan hidupnya.

Dalam memberikan pengertian tentang pendidikan politik harus dijelaskan terlebih dahulu mengenai sosialisasi politik. Sosialisasi politik dibagi dua yaitu pendidikan politik dan indoktrinasi politik. Pendidikan politik merupakan suatu proses dialogik diantara pemberi dan penerima pesan. Melalui proses ini para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik negaranya dari berbagai pihak dalam sistem politik seperti sekolah, pemerintah, dan partai politik7. Pendapat di atas secaras tersirat menyatakan bahwa pendidikan politik merupakan       

7


(36)

bagian dari sosialisasi politik. Pendidikan politik mengajarkan masyarakat untuk lebih mengenal sistem politik negaranya. Dapat dikatakan bahwa sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat. Melalui proses sosialisasi politik inilah para anggota masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat.

Kartini Kartono8, memberikan pendapatnya tentang hubungan antara pendidikan dengan politik yaitu "pendidikan dilihat sebagai faktor politik dan kekuatan politik. Sebabnya, pendidikan dan sekolah pada hakekatnya juga merupakan pencerminan dari kekuatan-kekuatan sosial-politik yang tengah berkuasa, dan merupakan refleksi dari orde penguasa yang ada".

Berdasarkan pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa pendidikan dan politik adalah dua unsur yang saling mempengaruhi. Pengembangan sistem pendidikan harus selalu berada dalam kerangka sistem politik yang sedang -dijalankan oleh pemerintahan masa itu. Oleh karena itu segala permasalahan yang terjadi di dunia pendidikan akan berubah menjadi permasalahan politik pada saat pemerintah dilibatkan untuk memecahkannya.

Rusadi Kartaprawira9 mengartikan pendidikan politik sebagai "upaya untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar mereka dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya." Berdasarkan       

8

 Kartini Kartono. Wawasan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Penerbit CV Mandar Maju, 1990, vii

9

 Rusadi Kantaprawira,. Sistem Polilik Indonesia: Suatu Model Pengantar Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2004, hal 54.


(37)

pendapat tersebut, maka pendidikan politik perlu dilaksanakan secara berkesinambungan agar masyarakat dapat terus meningkatkan pemahamannya terhadap dunia politik yang selalu mengalami perkembangan. Pembelajaran pendidikan politik yang berkesinambungan diperlukan mengingat masalah-masalah di bidang politik sangat kompleks, bersegi banyak, dan berubah-ubah. Pendidikan merupakan salah satu fungsi dari struktur politik dalam masyarakat. Dengan “menyamartakan” pendidikan politik dengan sosialisasi politik, Kantaprawira mendefenisikan pendidikan politik sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat, yang pada akhirnya rakyat dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politik tersebut. Pendidikan politik tersebut dapat diselenggarakan antara lain melalui :

1. Bahan-bahan yang dapat dibaca ( readable, legible) seperti surat kabar, majalah, dan lain-lain yang bersifat publikasi massa dan yang bisa membentuk pendapat umum.

2. Siaran yang dapat didengar (audible) dan televisi yang dapat dilihat dan di dengar

3. Lembaga-lembaga, asosiasi-asosiasi dalam masyarakat dan juga melalui pendidikan formil ataupun non-formil.10

Merujuk pada semua pengertian pendidikan politik yang disampaikan oleh beberapa ahli di atas, pada akhirnya telah membawa penulis sampai pada kesimpulan yang menyeluruh. Bahwa yang dimaksud dengan pendidikan       


(38)

politik adalah suatu upaya sadar yang dilakukan antara pemerintah dan para anugota masyarakat secara terencana, sistematis, dan dialogis dalam rangka untuk mempelajari dan menurunkan berbagai konsep, simbol, hal-hal dan norma-norma politik dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Fungsi pendidikan politik sangat penting sebab pendidikan politik meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kehidupan politik yang pada gilirannya akan mendorong timbulnya kesadaran politik secara maksimal dalam suatu sistem politik.

Dari beberapa pengertian pendidikan politik yang telah disebutkan sebelumnya, maka pendidikan politik mempunyai dua tujuan utama. Pertama, fungsi pendidikan politik adalah untuk mengubah dan membentuk tata perilaku seseorang agar sesuai dengan tujuan politik yang dapat menjadikan setiap individu sebagai partisipan politik yang bertanggung jawab. Kedua, fungsi pendidikan politik dalam arti yang lebih luas untuk membentuk suatu tatanan masyarakat yang sesuai dengan tuntutan politik yang ingin diterapkan.

Inti dari pendidikan politik adalah mengenai bagaimana rakyat direkrut dan disosialisasikan. Jadi, fungsi dari pendidikan politik adalah untuk menjelaskan proses perekrutan dan upaya sosialisasi kepada rakyat untuk mengerti mengenai peranannya dalam sistem politik serta agar dapat memiliki orientasi kepada sistem politik. Fungsi yang disampaikan di atas lebih menonjolkan fungsi pendidikan politik dalam mengubah tatanan masyarakat yang ada menjadi lebih baik dan lebih mendukung tercapainya proses


(39)

demokrasi. Sedangkan fungsi pendidikan politik bagi individu antara lain adalah:

1) peningkatan kemampuan individual supaya setiap orang mampu

berpacu dalam lalu lintas kemasyarakatan yang menjadi semakin padat penuh sesak dan terpolusi oleh dampak bermacam-macam penyakit sosial.

2) di samping mengenai kekuasaan, memahami mekanismenya, ikut

mengendalikan dan mengontrol pelaksanaan kekuasaan di tengah masyarakat.

Fungsi pendidikan politik bagi individu yang tertera di atas tidak hanya mengubah individu tapi juga membentuk individu yang baru. Dalam artian bahwa seseorang individu dengan melalui pendidikan politik tidak hanya memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang politik tapi juga mempunyai kesadaran dan sensitifitas dalam berpolitik yang direalisasikan dalam bentuk perbuatan yaitu dengan ikut berpartisipasi atau ditunjukkan dengan sikap dan perilaku politif yang lebih luas dalam usahanya untuk mencapai tujuan politik.

Pendidikan politik merupakan bagian tak terpisahkan dari sosialisasi politik, baik secara konseptual maupun dalam prakteknya, karena unsur-unsur tersebut dapat diasumsikan sama dengan unsur-unsu yang terdapat dalam sosialiasi politik. Unsur-unsur tersebut mencakup :

1. Nilai-nilai politik yang didefenisikan Frans Bona Sihombing sebagai berikut:


(40)

a. Seperangkat taksiran atau perhitungan yang diberikan atas kebijakan-kebijakan politik.

b. Kebijakan-kebijakan yang telah ditaksirkan tersebut dihadapkan dengan kenyataan-kenyataan politik, sehingga menimbulkan pertanyaan, tindakan-tindakan politik apa saja yang seharusnya terlaksana?

c. Tindakan-tindakan politk yang seharusnya terlaksana tersebut ditingkatkan menjadi keharusan politik. Keharusan politik dalam arti mempertimbangkan melalui apa yang baik dan apa yang benar itu berakhir dengan suatu keputusan bahwa keharusan politik tersebut harus terlaksana karena memang itulah sebaiknya.

d. Yang sebaiknya harus terlaksana itu bersifat memajukan.

e. Yang sebaiknya harus terlaksana dan memajukan itu harus dapat diterapkan dalam bentuk tingkah laku yang ditentukan oleh sifat kebudayaan dari suatu bangsa.

f. Penerapan dalam bentuk tingkah laku itu menimbulkan tingkatan perubahan yang berfaedah.

g. Perubahan yang berfaedah itu meliputi apa saja yang mungkin terpenting dari suatu kepentingan kemungkinan politik.


(41)

2. Pengetahuan politik

Pengetahuan politik memiliki tiga variabel, yaitu; pengetahuan tentang pemerintahan, pengetahuan tentang aturan main politik, dan pengetahuan tentang lingkungan masyarakat.

3. Sikap politik

Sikap politik adalah kesiapan untuk bereaksi terhadap objek tertentu yang bersifat politik, sebagai hasil penghayatan terahadap objek tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan aktivitas, akan tetapi baru merupakan kecendeungan dari suatu sikap tertentu, dan dapat diperkirakan tindakan apa yang akan dilakukan dengan objek-objek yang dimaksud.11

Pendidikan politik juga berkaitan erat dengan pembangunan budaya politik yang tinggi. Budaya politik yang dimaksud sebagaimana yang dikatakan oleh Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, merupakan suatu sikap orientasi yang khas dari warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya dan sikap terhadap peranan warga negara didalam sistem itu. Sikap individu dan masyarakat dalam sistem politik, jelas Almond dan Verba, dapat diukur dengan menggunakan ketiga komponen, yaitu kognitif, afektif, dan evaluatif. Komponen kongnitif misalnya tingkat pengetahun seseorang mengenai perkembangan sistem politik, para elite birokrasi, kebijakan-kebijakan yang diambil, dan simbol-simbol yang dimiliki oleh sistem politik.       

11


(42)

Komponen afektif berbicara mengenai aspek perasaan seorang warga negara yang khas terhadap aspek-aspek sistem politik tertentu, yang membuatnya menerima atau menolak sistem politik tersebut. Sedangkan dalam komponen evaluatif, orientasi warga negara ditentukan oleh evaluasi moral yang memang telah dimilikinya. Pendidikan politik adalah bagaimana sebuah bangsa mentransfer budaya politik dari generasi ke generasi berikutnya. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan pendidikan politik adalah keseluruhan dari nilai, keyakinan empirik, dan lambang ekspresif yang menentukan terciptanya situasi dalam mana kegiatan politik terselenggara.

Azas-azas yang melandasi dilaksanakannya pendidikan politik adalah:

1. Edukatif kultural, berupa pembinaan berdasarkan nilai-nilai budaya yang dianut masyarakat setempat

2. Demokratis dalam penyelenggaraannya

3. Integralistik dengan program-program di bidang lain 4. Membawa manfaat bagi kesejahteraan

5. Dilakukan secara bertahap, berjenjang dan berkelanjutan 6. Tidak mengganggu keamanan dan stabilitas politik12 1.6.4. Gerakan Sosial Karl Marx

Perjuangan kelas inilah yang menjadi merupakan salah satu metodologi pemikiran Karl Marx yang paling pokok. Demikian pulahlah bagaimana dapat       

12

  Ramdlon Naning , Himpunan Perangkat Peraturan Perundang-Undangan Pelaksanaan KUHAP, Surabaya; Liberty 1984,hal 12


(43)

diketahui dari perspektif historis bagaimana kelas tertindas sebagai tenaga produktif tiap fase perkembangan masyarakat mempunyai peranan besar dalam konteks perubahan sosial. Menurut Karl Marx kelas-kelas yang berkuasa yakni yang menguasai alat-alat produksi sejak kemunculannya di panggung sejarah terus-menerus menyempurnakan sistem penindasan dan penghisapan terhadap kelas pekerja termasuk sekarang di fase masyarakat kapitalisme tahap tertinggi (Imperialisme).13 Perjuangan kelas proletar melawan kapitalis adalah suatu keniscayaan sejarah sebagai hukum perkembangan masyarakat yang digambarkan Marx. Mengubah sistem lama menjadi sistem baru harus melalui revolusi. Oleh sebab itu revolusi merupakan gerakan politik yang dimulai dari perebutan kekuasaan politik. Sistem masyarakat lama yang usang telah diganti dengan sistem baru, yang melepaskan penghisapan atas manusia dengan manusia lainnya, melahirkan manusia yang bermasyarakat, tidak memblenggu alam berpikir manusia dengan dogma-dogma mistis, alat produksi yang dikuasai Negara.

Menurut Karl Marx sejarah perjuangan dan perkembangan masyarakat adalah sejarah perjuangan kelas. Teori kelas merupakan analisis Karl Marx dan Friedirch Engles terhadap kapitalisme dan pada mulanya memfokuskan pada corak produksi. Analisis Marx tertuju pada inti ketidakadilan yang tersembunyi dari hubungan masyarakat dalam sistem ekonomi kapitalisme di mana ia melihat hubungan tersebut bersifat eksploitatif, Sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh pemikir sosial lainnya. Masyarakat di mana-mana terbagi menjadi klas penghisap       


(44)

dan terhisap. Sementara itu, kelas penghisap karena kepemilikan monopolinya atas alat produksi, mereka mendapat bagian terbesar dari barang yang diproduksi dalam masyarakat untuk keuntungannya sendiri sekalipun tidak bekerja. Sementara, ada kelas yang terhisap yang hanya memiliki tidak memiliki sama sekali, sekalipun mereka yang bekerja untuk memproduksi barang akan tetapi mereka hanya mendapat bagian yang sangat kecil bahkan tidak cukup untuk bertahan hidup. Perjuangan klas lahir dari pertentangan kepentingan klas-klas dalam masyarakat secara keseluruhan. Ini adalah pertarungan antara klas yang mengeruk keuntungan dan karenanya mempertahankan hubungan produksi yang lama dengan klas yang berusaha menghancurkan hubungan produksi yang lama dan menggantikannya dengan yang baru. Perjuangan antara klas penghisap dan klas terhisap terpusat pada penghilangan tipe penghisapan tertentu dalam sebuah sistem kemasyarakatan. Dan karena penghisapan itu berasal dari sebuah tipe tertentu dari monopoli atas alat produksi, maka perjuangan klas berlangsung di seputar pihak-pihak yang mempertahankan dan menentang monopoli tersebut.

1.7. Metodologi Penelitian

Berangkat dari uraian serta penjelasan tujuan penelitian maupun kerangka teori di atas, maka penulis menggunakan penelitian deskriptif, dimana penelitian deskriptif merupakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah pada masa sekarang berdasarkan fakta-fakta dan data-data yang ada. Penelitian ini


(45)

memberikan gambaran yang detail mengenai gejala atau fenomena.14 Tujuan dasar penelitian deskrtiptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidik. Jenis penelitian ini tidak sampai mempersoalkan jalinan hubungan antar variabel yang ada, tidak dimaksudkan untuk menarik generalisasi yang menjelaskan variabel-variabel yang menyebabkan suatu gejala atau kenyataan sosial, karenanya pada penelitian deskriptif tidak menggunakan atau melakukan pengujian hipotesa seperti yang dilakukan pada penelitian eksplanatif berarti tidak dimaksudkan untuk membangun dan mengembangkan perbendaharaan teori.15

1.7.1. Jenis Penelitian

Menurut Hadari Nawawi16 , metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagai mana adanya. Penelitian deskriptif melakukan analisis dan menyajikan data-data dan fakta-fakta secara sistematis sehingga dapat dipahami dan disimpulkan.Tujuan dari penelitian deskriptif analisis adalah untuk membuat penggambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi atau daerah       

14

Bambang Prasetyo dkk, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, Jakarta; Raja Grafindo Persada,2005, hal 42.

15

Sanafiah Faisal, Format Penulisan Sosial Dasar-Dasar Aplikasi, Jakarta; Raja Grafindo Persada, 1995, hal. 20.

16


(46)

tertentu. Penelitian ini bermaksud untuk mengugkapkan bagaimana peranan organisasi massa petani Aliansi Reforma Agraria (AGRA) Sumatera Utara dalam memberikan pendidikan politik kepada Serikat Petani Padang Halaban (STPHL), Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara. Di samping itu juga penelitian ini menggunakan teori-teori, data-data dan konsep-konsep sebagai sebuah kerangka acuan dari pengamatan langsung yang diperoleh di lapangan untuk menjelaskan hasil penelitian, menganalisis dan sekaligus menjawab persoalan yang diteliti. Oleh karenanya jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.

1.7.2. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, lokasi yang menjadi sumber penelitian yaitu Organisasi Massa Tani STPHL-AGRA (Aliansi Gerakan Reforma Agraria) Ranting Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Utara. Provinsi Sumatera Utara. Ada beberapa pertimbangan penulis dalam menentukan lokasi penelitan, antara lain :

1. Karena AGRA merupakan organisasi massa Nasional yang berbasis petani 2. AGRA merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang edukasi baik

secara ekonomi, sosial, politik dan kebudayaan

3. Program AGRA bukan hanya pendidikan alternatif, akan tetapi menjangkau kesejahteraan petani, seperti program pendidikan politik, maupun program pemberdayaan ekonomi.


(47)

1.7.3 Penentuan Informan

Dalam penelitian ini, penentuan informan dipilih karena mereka adalah pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan kinerja pendidikan alternatif di desa tersebut.Informan yang diambil, dipilih secara purposive sampling. Penggunaan

purposive sampling bertujuan atau bermaksud untuk mengambil sampel secar

subjektif, dengan anggapan bahwa sampel yang diambil tersebut merupakan keterwakilan (representative) bagi peneliti,sehingga pengumpulan data yang langsung pada sumbernya dapat dilakukan secara proporsional demi keakuratan peneliti ini.17

1.7.4. Teknik Pengumpulan Data

Data-data, keterangan atau fakta-fakta yang diperlukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik pengumpulan data primer dan data sekunder.18 Teknik pengumpulan data tersebut yaitu sebagai berikut :

1. Data Primer

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini yakni melalui wawancara (interview). Teknik pengumpulan data melalui wawancara adalah dengan bertanya langsung kepada informan ataupun narasumber yang dianggap sesuai dengan objek penelitian serta melakukan tanya jawab secara langsung kepada informan yang terkait dengan penelitian ini. Dalam hal ini peneliti mengambil informan yang       

17

 Muhazir, Metode Penelitian Sosial, Jakarta : Bumi Aksara, 1995 hal 34

18


(48)

berkaitan dengan organisasi massa tani Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA) dan Serikat Petani Padang Halaban (STPHL) dan aktivis gerakan tani. 

2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini adalah mencari data dan informasi melalui buku-buku, internet, jurnal, dan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Selain itu penulis juga mencari informasi dan referensi tambahan melalui artikel-artikel dalam majalah, koran dan sebagainya.

I.7.3. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan analisa kualitatif. Tujuan dari analisa data adalah untuk memperoleh keluaran (output) dari hasil yang ingin dicapai dari penelitian. Penelitian ini mencoba menganalisis bagaimana peranan sebuah organisasi massa tani Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA) dalam memberikan pendidikan kepada Serikat Tani Padang Halaban (STPHL) di tengah masih rendahnya pendidikan petani, khususnya dalam pendidikan politik yang dijalankan melalui sebuah organisasi petani. Metode analisis deskriptif yaitu suatu metode dimana data yang diperoleh disusun dan kemudian diinterpretasikan.Sehingga memberikan keterangan-keterangan terhadap masalah-masalah yang aktual berdasarkan data-data yang terkumpul dari penelitian.


(49)

I.8. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab Satu ini akan menguraikan dan membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Dalam bab II ini, penulis akan memaparkan gambaran umum lokasi penelitian, dimana penulis megambil lokasi penelitian di Organisasi Massa Tani AGRA (Aliansi Gerakan Reforma Agraria) Ranting Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara. BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Dalam bab ketiga ini akan membahas proses pendidikan politik organisasi massa petani dalam kehidupan kaum tani. Dalam bab ini juga, penulis akan menguraikan perkembangan pendidikan politik terhadap kaum tani, yaitu meningkatkan pemahaman kaum tani akan situasi kehidupannya disertai metode yang dijalankan oleh AGRA dalam pendidikan politik, serta dampak pendidikan tersebut dan program-program yang akan dan telah dijalankan.


(50)

BAB IV : PENUTUP

Bab ini akan berisi kesimpulan dan saran-saran yang diperoleh dari penelitian.


(51)

BAB II

PROFIL LOKASI PENELITIAN

2.1 Gambaran Umum Desa Padang Halaban 2.1.1 Letak Lokasi dan Batas-batas Wilayah

Desa Padang Halaban berada di kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara. Secara geografis, Kabupaten Labuhan Batu Utara terletak diantara terletak 99.25.00o - 100.05.00o Bujur Timur dan 01o58’ - 02o50’Lintang Utara dengan ketinggian 0 – 700 meter di atas permukaan laut. Kabupaten ini memiliki wilayah seluas 354.580 Ha dengan batas-batas sebagai berikut :

 Sebelah Utara dengan Kabupaten Asahan dan Selat Malaka

 Sebelah Selatan dengan Kabupaten Labuhanbatu dan Kabupaten Padang Lawas Utara

 Sebelah Barat dengan Kabupaten Tapanuli Utara; dan Kabupaten Toba Samosir

 Sebelah Timur dengan Kabupaten Labuhanbatu

Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Labuhanbatu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2008 pada 24 Juni 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara, semasa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ibu kota kabupaten ini terletak di Aek Kanopan. Kabupaten Labuhanbatu Utara terbagi ke dalam 8


(52)

wilayah kecamatan dan 90 desa/kelurahan. Delapan kecamatan tersebut antara lain :

1. Kecamatan NA IX-X 2. Kecamatan Merbau 3. Kecamatan Aek Kuo 4. Kecamatan Aek Natas 5. Kecamatan Kualuh Selatan 6. Kecamatan Kualuh Hulu 7. Kecamatan Kualuh Hilir 8. Kecamatan Kualuh Leidong

Khusus untuk kecamatan Aek Kuo mempunyai luas 25.020 ha, dengan ibukota kecamatan Aek Korsik. Desa Sidomukti, Perkebunan Padang Halaban menjadi lokasi penelitian merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Aek Kuo. Jarak dari ibukota kecamatan ke lokasi penelitian sekitar 1.50 km. Jarak dari desa Sidomukti ke Ibukota kabupaten sekitar 20 km, serta jarak ke Medan sebagai ibukota provinsi adalah 187 km dan jarak ini bisa ditempuh dengan angkutan umum roda empat sekitar 7-8 jam perjalanan. Untuk mencapai kecamatan Aek Kuo dari ibukota kabupaten bisa ditempuh sekitar 1-2 jam. Dari Aek Kanopan dengan menggunakan angkutan kota dan angkutan antar kota antar provinsi dengan ongkos Rp. 15.000,-. Sementara dari ibukota provinsi Medan, ditempuh dengan angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP) melalui jalur jalan lintas


(53)

timur sumatera menuju Kampung Pajak, Simpang Panigoran dengan ongkos Rp. 50.000,-. Selain itu, untuk menuju lokasi ini, dapat juga ditempuh dengan kereta api tujuan Medan- Rantau Parapat dengan ongkos Rp. 100.000,- dan turun di Stasiun Kereta Api Padang Halaban. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan ke Perkebunan Padang Halaban, Desa Sidomukti. Perjalanan ke lokasi penelitian menggunakan kendaraan dua atau roda empat. Sebagian besar masyarakat menggunakan roda dua, dikarenakan tidak adanya angkutan umum menuju lokasi ini.

Secara administrative, Padang Halaban, Desa Sidomukti mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah utara berbatasan dengan dusun Perlabean-Desa Aek Korsik, Desa Bandar Selamet dan Desa Purworejo Kecamatan Aek Kuo

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Padang Maninjau Kecamatan Aek Kuo dan Desa Pulo Jantan Kecamatan Na IX-X

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Simpang Empat, Desa Lobu Rampah Kecamatan Marbau

 Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Parit Minyak Desa Aek Korsik Kecamatan Aek Kuo, Desa Aek Hitetoras dan Desa Bulungihit Kecamatan Marbau.


(54)

Perkebunan Padang Halaban termasuk dataran rendah dengan sedikit bukit-bukit kecil serta rawa-rawa. Daerah yang berada di antara dataran tinggi sebelah barat dan dataran rendah di sebelah Timur provinsi Sumatera Utara. Berada di antara kabupaten Labuhan Batu Utara dan Labuhan Batu Induk, namun lokasinya lebih dekat jika ke Labuhan Batu Induk atau ke Kota Rantau Prapat. Sekitar 7 Km ke sebelah barat dari perkebunan Padang Halaban terdapat jalan besar lintas timur Sumatera. Sementara itu ditengah-tengah perkebunan terdapat stasiun kereta api padang halaban yang akan menuju ke Medan atau Rantau Prapat.

2.1.2. Keadaan Alam

Secara umum kondisi iklim di wilayah studi dikaregorikan pada iklim tropis basah yang dicirikan adanya dua pertukaran angin. Hal ini dikarenakan adanya angin Moonson Barat yang bertiup dari arah Utara (Asia Tenggara) dan setelah lewat Selat Malaka angin tersebut akan menjadi basah oleh kandungan air yang menyebabkan musim hujan di wilayah sekitar bulan April – September. Sedangkan angin Monsoon Timur yang bertiup dari Australia pada sekitar bulan Oktober hingga April merupakan angin kering yang menyebabkan kecilnya curah hujan di wilayah studi yaitu sebanyak 19 hari hujan.

Menurut ketinggian tanahnya, Kabupaten Labuhanbatu Utara terdiri dari daerah dataran rendah dan perbukitan. Wilayah yang terletak pada ketinggian 0-10 m di atas permukaan laut (dpl) seluas 54.844 Ha (15,47%), 11-25 m di atas


(55)

permukaan laut (dpl) seluas 124.212 Ha (35,03%), 26-100 m di atas permukaan laut (dpl) seluas 61,949 Ha (17,47%) dan lebih dari 100 m di atas permukaan laut (dpl) seluas 104.859 Ha (29,57%) dan 8.716 Ha (2,46%) merupakan sungai. Menurut kemiringan tanahnya, wilayah yang berada pada kemiringan antara 0-2% seluas 218.382 Ha (61,59%), kemiringan antara 2-15% seluas 14.004 Ha (3,95%), kemiringan antara 15-40% seluas 52.011 Ha (14,67%) dan lebih dari 40% seluas 61,467 Ha (17,34%) dan seluas 8.716 Ha (2,46%) adalah sungai.

Sedangkan kondisi geologi Kabupaten Labuhanbatu Utara secara umum didominasi oleh tekstur tanah halus seluas 233.719 Ha (65,91%), tekstur tanah sedang seluas 112.145 Ha (31,63%) dan seluas 8.716 Ha (2,46%) adalah sungai. Wilayah dengan kedalaman efektif antara 30-60 cm mencapai 117.965 Ha (33,27%), kedalaman 60-90 cm mencapai 27.529 Ha (7,76%), lebih dari 90 cm seluas 102.686 Ha (28,96%), lahan gambut seluas 70.926 Ha (20%) dan seluas 8.716 Ha (2,46%) adalah sungai.

Daerah Perkebunan Padang Halaban merupakan daerah subur, dengan jenis tanah Litosol, Podsolik, Posolik merah kuning dan Regosol yang cocok untuk tanaman pangan, dan perkebunan. Terdapat juga sumber air permukaan di atas rawa-rawa dan juga sumber air bawah tanah, apalagi didukung dengan curah hujan yang tinggi. Karenanya dulu wilayah Padang Halaban menjadi wilayah penghasil tanaman pangan berkualitas.


(56)

Kabupaten Labuhanbatu Utara merupakan salah satu sentra perkebunan di Sumatera Utara. Komoditi penting yang dihasilkan perkebunan di Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah Kelapa sawit. Produksi kelapa sawit (perkebunan rakyat) tahun 2010 sebesar 819.363 ton dengan total luas tanaman 63.061 ha. Kecamatan penghasil kelapa sawit terbesar adalah Kecamatan Aek Natas, Kualuh Hulu dan Aek Kuo dimana kontribusi ketiga kecamatan tersebut masing-masing untuk produksi kelapa sawit sebesar 22,97%, 17,08%, 16,19%.

Perkembangan sektor perkebunan yang terdapat di Kabupaten Labuhanbatu Utara sangat menopang produksi karet dan kelapa sawit di Provinsi Sumatera Utara, hal tersebut dapat dilihat dari luas daerah keseluruhan kelapa sawit yang mencapai 146.980 ha dan luas lahan karet seluas 5388 ha. Produksi perkebunan tersebut merupakan pilar utama dalam pengembangan sektor industri pengolahan sawit dan karet. Besarnya potensi dapat terlihat dari pasokan bahan baku untuk industri pengolahan dan hasil tingkat produksi perkebunan kelapa sawit yang mencapai 168.504,00 ton/tahun dan tingkat produksi perkebunan karet yang mencapai 18.656,00 ton/tahun. Hal ini memberikan gambaran bahwa sector perkebunan merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Labuhanbatu Utara.


(57)

2.1.3. Asal – mula Desa

2.1.3.1.Sejarah Padang Halaban 1. Sebelum 1945

Tahun 1911, pohon kelapa sawit diperkenalkan di Sumatera Timur (sekarang Sumatera Utara). Tanah Itam Hulu dan Pulau Raja adalah lokasi pertama kali perkebunan kelapa sawit dibuka oleh perusahaan Oliepalmen Cultuur dan Huileries de Sumatera. Perkebunan kelapa sawit semakin diperluas oleh perusahaan perkebunan sawit lainnya : Seumadam Cultuur Mij, Sungai Liput Cultuur Mij, Mapoli Tanjung Genteng oleh Palmbomen Cultuur Mij, Medang Ara Cultuur Mij, Deli Muda oleh Huileries de Deli. Hingga tahun 1915 luas perkebunan sawit sudah mencapai 2.715 Ha; ditandai sebagai babak baru perkebunan sekala luas. Salah satu perusahaan perkebunan yang berdiri pada waktu itu adalah Perkebunan Padang Halaban Plantagen AG Zurich.

Dalam berproduksi perkebunan memperkerjakan buruh-buruh yang di datangkan dari pulau jawa dengan menggunakan program transmigrasi Kolonial Belanda, sebagaimana di jelaskan dalam keputusan politik Etis Belanda. Orang-orang Jawa yang didatangkan berasal dari beberapa daerah dari Jawa Tengah, diantaranya : Kebumen, Banyumas, Banjarnegara, dan Klaten. Kedatangan orang-orang Jawa ke tanah Deli akibat propaganda Belanda tentang kehidupan lebih baik di pulau emas. Dengan menggunakan kapal laut melalui laut Jawa menuju selat Malaka, masyarakat diturunkan di beberapa pelabuhan di Sumatera Timur ketika itu. Dari pelabuhan, para pendatang baru jawa ini di distribusikan ke


(58)

beberapa perkebunan dengan alat transportasi berupa trem dan mobil yang disediakan oleh kolonial Belanda.

Di perkebunan-perkebunan tersebut orang-orang Jawa ditampung dalam satu kamp penampungan yang segera setelah itu dikomandoi oleh mandor kebun untuk bekerja di setiap afdeling. Mandor-mandor kebun pada awalnya orang-orang Batak yang tunduk pada Asisten kebun yang merupakan orang-orang-orang-orang dari eropa, namun kemudian para mandor kebun diambil dari jawara-jawara yang lahir di perkebunan, baik orang Jawa, Batak maupun Madura. Buruh di kebun harus menjalankan kerja dengan kontrol penuh para mandor. Ketika bekerja mereka harus menggunakan peralatan yang sangat sederhana, pohon sawit yang ditanam harus ditanam, dirawat dan dipanen dengan sepenuhnya tenaga manusia dengan peralatan sederhana.

Politik kolonial Belanda agar mayarakat tetap bertahan di perkebunan dan tidak mengerti skema penghisapan kolonial Belanda dengan sistem kerja yang diberlakukan, membuat berbagai macam kegiatan. Ada kegiatan perjudian, prostitusi, madat dan minum-minuman keras yang hadir setiap acara rakyat, seperti : ronggeng, ludruk, wayang, kuda lumping dan tayuban. Setiap datang hari mendapatkan gaji, acara segera diadakan di perkebunan, akibatnya banyak dari para buruh kontrak yang ketarik dalam kegiatan dan habis uangnya sehingga tidak bisa pulang kembali ke daerah asal, di tanah Jawa.


(59)

2. Periode 1942-1945

Pendudukan Indonesia oleh Jepang, kondisi rakyat pada waktu itu kekurangan kebutuhan pangan, demikian juga yang terjadi dengan buruh-buruh perkebunan. Sekitar 1.000 Ha tanah dikelola oleh Jepang untuk menanam tanaman pangan. Masyarakat yang mendiami perkebunan Padang Halaban dimobilisasi untuk menjadi buruh perkebunan tanaman pangan ini. Masyarakat tunduk pada aturan main tentara jepang yang kejam dan tidak manusiawi, seperti memperkerjakan masyarakat tanpa jaminan kehidupan yang layak.

Pada pemerintahan Jepang masyarakat dikonsentrasikan dalam satu barak penampungan yang dihuni oleh puluhan bahkan ratusan kepala keluarga. Masyarakat harus menjalankan kerja wajib untuk melakukan replanting tanaman perkebunan menjadi tanaman pangan dengan waktu dan beban kerja yang tidak menentu. Diantara para pemuda diwajibkan untuk terlibat dalam tentara bentuka Jepang, seperti PETA dan HEIHO. Sedangkan perempuan dipaksa untuk menjadi budak seks orang-orang Jepang di perkebunan, yang dikenal dengan Jugun Ian Fu. Proklamasi kemerdekaan Indonesia membuat tentara Jepang keluar dari perkebunan. Bekas tanah peninggalan Jepang kemudian diduduki oleh rakyat untuk kebutuhan pangan dan membantu laskar-laskar rakyat. Sementara tanaman komoditas seperti karet dan sawit yang ditinggalkan dikelola dan dipanen oleh sebagian masyarakat desa Rembu Rempah. Seperti di wilayah Afdeling karet PT Plantagen AG Zurich di kelola oleh masyarakat dan dipanen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.


(60)

3. Periode 1945-1954

Tanah yang diduduki oleh masyarakat sebanyak 20% saja yang dimanfaatkan untuk perkampungan dan ladang pangan, sisanya menjadi semak belukar. Diatas tanah tersebut dibangun beberapa desa, diantaranya desa : Sidodadi, Karang Anyar, Purworejo, Sidomulyo, Kertosentono, dan Blungit. Terdapat beberapa perkampungan di areal perkebunan, diantaranya : Pondok Roni, Pondok Lawas, dan Sidomukti.

Beberapa tahun menduduki tanah, dikeluarkan Kartu Tanda Pendaftaran Pemakaian Tanah (KTTPT) yang dikeluarkan oleh Kantor Reorganisasi Pemakaian Tanah (KRPT) Wilayah Sumatera Timur berdasarkan UU Darurat No 08 Tahun 1954 jo UU Darurat No 01 Tahun 1956 mengenai penyelesaian pemakaian tanah perkebunan oleh rakyat. Menurut data yang dihimpun oleh perkebunan ketika itu di tahun 1967-1968 masyarakat yang mendapatkan KRPT sebanyak 403 orang yang terdiri dari : desa Sidodadi (92 orang), desa Karang Anyar (80 orang), desa Sidomulyo (139 orang), desa Kertosentono (12 orang), dan desa Blungit (6 orang).

Terjadi Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tahun 1949, di Kopenhagen, Denmark. Beberapa tahun setelah perundingan tersebut, pengusaha Belanda yang meninggalkan perkebunan setelah diusir oleh Jepang dan Revolusi Agustus 1945, kembali masuk ke areal perkebunan. Kedatangan mereka bermaksud untuk merencanakan pembangunan perkebunan kembali. Hal ini bisa dibuktikan dengan usaha dari pemilik perusahaan menanyakan kepada penduduk di Panigoran,


(61)

Karanganyar dan Sidomulyo tentang kesediaannya kembali bekerja di kebun seperti sebelum pengusaha Belanda pergi atau jika tidak bisa terlibat dalam pekerjaan kebun kembali bisa mengolah tanah yang sudah diduduki dan dimiliki oleh masyarakat.

4. 1954-1965

Di areal Perkebunan Padang Halaban tidak hanya berdiri PT.Plantagen AG, tapi juga beroprasi NV.Sumcama dan PT.Sarikat Putra. Perusahaan-perusahaan perkebunan ini beroprasi dengan memperkerjakan buruh yang berasal dari penduduk sekitar. Kondisi ekonomi, hidup masyarakat di perkebunan Padang Halaban sangat bergantung dengan kegiatan produksi mengelolah tanah. Setelah pengusiran Jepang dari tanah Indonesia dan ditandainya kemerdekaan Indonesia, masyarakat mulai bisa mengusahai tanah bekas perkebunan asing secara bebas. Tanah-tanah negara bebas mulai dikerjakan oleh masyarakat secara berkelompok untuk membuka lahan-lahan baru dan dibagi secara merata melalui kegiatan pemancengan. Rata-rata kesanggupan masyarakat ketika itu untuk mengerjakan lahan seluas 2 Ha.

Masyarakat bergantung pada kegiatan bertani, mengolah tanah untuk kebutuhan tanaman pangan berkelanjutan. Untuk mengolah tanah masyarakat bergantung pada perubahan cuaca dalam perkembangan bulan. Jika musim penghujan, tanah di kelola untuk tanaman padi. Ketika musim kemarau tanah digunakan untuk menanam jagung. Dari dua tanaman ini masyarakat di kawasan


(62)

perkebunan padang halaban memenuhi kebutuhan pangan harian. Disamping itu untuk menutupi kebutuhan pangan utama lainnya masyarakat menanam ubi jalar maupun ubi kayu di sekitar pekarangan rumah.

Masyarakat juga menanam tanaman sayur-mayur untuk kebutuhan tambahan pangan maupun diperjual belikan. Beberapa sayur yang ditanam ketika itu, ada bayam, kangkung, daun ubi, genjer, mentimun, terong, daun kemangi, paria, dan labu. Selain sayur berbagai tanaman buah juga tumbuh subur, beberapa tanaman buah seperti semangka, bengkoang, durian, pisang, nangka, mangga, rambutan mudah sekali dijumpai. Sehingga tidak heran jika setiap harinya di stasiun Padang Halaban disediakan 2 sampai 3 buah gerbong kereta api untuk mengangkut hasil pertanian masyarakat ke Rantau Prapat-Labuhan batu.

Kondisi tanah yang berbukit-bukit dengan beberapa lembah dan daratan yang luas membuat wilayah perkebunan Padang Halaban subur untuk tumbuh-tumbuhan. Lembah-lembah yang ada berubah menjadi rawa sebagai sumber air untuk kebutuhan irigasi maupun habitat bagi beberapa jenis ikan. Beberapa ikan rawa yang lazim ditangkap oleh masyarakat untuk kebutuhan lauk pauk diantaranya ikan lembat, siluang, betook, lele, sepat, gabus, dan belut. Masyarakat melakukan penangkapan ikan dengan memancing dengan metode taut atau getek, memasang bubu, dan menjala.

Kondisi kebudayaan, masyarakat dipengaruhi oleh perkembangan kegiatan ekonomi. Di sela-sela kegiatan untuk mengolah tanah beberapa kegiatan untuk meningkatkan pola pikir, sikap dan tindakan diselenggarakan. Secara moral


(63)

kegiatan keagamaan mampu memberikan motivasi kepada masyarakat untuk selalu berfikir positif dalam hubungannya antar sesama manusia atau dengan Tuhan. Kegiatan keagamaan dibangun berdasarkan keyakinan masyarakat yang mayoritas memeluk agama islam. Di setiap desa terdapat Langgar (mushola) dan satu buah masjid sebagai tempat beribadah dan menjalankan kegiatan mengaji.

Hasil dari praktek sosial masyarakat beberapa kegiatan seni dan budaya lahir, diantaranya Jaran Kepang, Ludruk, Wayang, Tari-tarian tradisional, dan kesenian reog lahir dengan sendirinya. Seperti di Aek Korsik dikenal dengan desa tempat berdirinya kesenian Ludruk dengan nama Sakerah, kesenian Jaran Kepang dengan nama Wiryaji dan seorang dalang wayang kulit dengan nama mbah Dalang. Karenanya wajar jika di tahun-tahun sebelum peristiwa 1965, kawasan perkebunan Padang Halaban aktif menyelenggarakan pentas budaya bernuansakan kearifan lokal.

Beberapa sekolah tingkat dasar berdiri di setiap desa, yang dikenal kemudian oleh rakyat dengan Sekolah Rakyat (SR). Hanya ada satu sekolah tingkat menengah di daerah Kecamatan Marbau saat ini. Sebagian kecil masyarakat yang berusia antara 7-13 tahun kala itu menyelesaikan Sekolah Rakyat dan kesulitan untuk melanjutkan ke tingkatan selanjutnya karena jarak dan keterbatasan alat trasportasi. Hanya beberapa warga yang memiliki lereng (sepeda) untuk alat trasportasi dari satu tempat ke tempat lainnya, dan termasuk alat trasportasi mewah pada kala itu.


(1)

123 Makiyah P 60 Aek Nabara

124 Suawardi L 28 Aek Korsik

125 Sampe L 57 Aek Korsik

126 Emi Susanti P 40 Panigoran

127 Yaimin L 60 Panigoran

128 Nur Fitriana P 34 Karanganyar

129 Hendrik L 32 Sidomulyo

130 Dian Yufita P 37 Malang

131 Sapari L 30 Padang Maninjau

132 Tasrek P 24 Padang Maninjau

133 Supriadi L 31 Pulo Jantan

134 Poniah P 43 Kampung Lalang

135 Saimun L 44 Sumberejo

136 Junikah P 30 Padang Maninjau

137 Sukini P 49 Padang Maninjau

138 Harianto L 29 Padang Maninjau

139 Juriyono L 38 Panigoran


(2)

141 Amat Yani L 32 Sumberejo

142 Karimin L 56 Panigoran

143 Mulinem P 59 Aek Korsik

144 Tarmuji L 63 Jawa Tengah

145 Kamaludin Dalimunthe L 74

146 Jin Efendi L 58 Karanganyar

147 Mina P P 37

148 Sukarmi P 42 Purworejo

149 Suwandi L 55 Padang Halaban

150 Budiyo L 53 Aek Korsik

151 Lasmi P 49 Rampah

152 Lasmino L 30 Aek Korsik

153 Ponidi Munthe L 48 Aek Korsik

154 Rustima Pangaribuan P 56 Sidomulyo

155 Amin Rajid L 37 Negeri Bayu

156 Sabar L 63 Aek Korsik

157 Tuhirin L 46


(3)

159 Karnadi L 47 Panigoran Panigoran

160 Rusdi L 53 Pulo Jantan

161 Suwari L 45 Tubiran

162 M Safren L 31 Kp. Slamat Padang Maninjau

163 Misran L 61 Aek Korsik Aek Korsik

164 Suraman L 47 Sidomulyo

165 Sayem L 74 Pandumaan Bangsal

166 Suprianto P 63 Panigoran Panigoran

167 Kardian L 29 Panigoran Panigoran

168 Suriadi L 51 Padang Halaban Padang Maninjau

169 Sulaiman L 35 Karang Anyar Karang Anyar

170 Boini P 20 Padang Maninjau Padang Maninjau

171 Roslianah P 46 Panigoran

172 Ponidi L 52 Tebing Tinggi

173 Solan L 38 Pematang Siantar

174 Djamiem P 70 Jawa Tengah

175 Apit Andoko L 66 Perbaungan


(4)

177 Rubinem P 75 Jawa Timur

178 Paijem P 61 Jawa Tengah

179 Gunawan L 72 Aek Korsik

180 Jait L 31 Aek Korsik

181 Turinem P 54 Tebing Tinggi

182 Firman Syah Lubis L 51 Aek Korsik

183 Tukijan L 54 Panigoran

184 Raden L 55 Panigoran

185 Abdul Koyong L 58 Aek Nabara

186 Poniyem P 74 Belungit

187 Suriati P 68 Tj. Kasau

188 Paijem P 55 Aek Korsik

189 Jubedi L 85 Aek Korsik

190 Herman L 66 Aek Korsik

191 Sumiran L 51 Dolok Masihul

192 Suriadi L 60 Simpang IV

193 Suarti P 54 Lima Pulu


(5)

195 Tutik P 55 Panigoran

196 Niarto L 41 Panigoran

197 Mesiah P 52 Panigoran

198 Idris Manurung L 55 Aek Korsik

199 Rubian L 52 Piasa Ulu

200 Parmin L 61 Purworejo

201 Suherman L 73 Aek Korsik

202 Iis Darningsih P 59 Sidomulyo

203 Sugiartik P 33 Sidomulyo

204 Dodi Wibowo L 55 Sidomulyo

205 Selamat L 25 Sidomulyo

206 Sukarnik P 59 Aek Korsik

207 Fepiyadi L 55 Aek Korsik

208 Sutresman L 30 Aek Korsik

209 Hendrik Manurung L 31 Sidomulyo

210 Eko L 33 Panigoran

211 Purwono L 59 Panigoran


(6)

213 Selamet Riyadi L 19 Sidomulyo

214 Parsiatik P 30 Simpang IV

215 Dedi Kusnadi L 36 Bejambu

216 Kamiso L 54 Panigoran

217 Samsiah P 74 Panigoran

218 Slmat Sadani L 55 Aek Kanopan

219 Nina P P 37 Medan

220 Gusmanto L 17 Pulo Jantan

221 Budi Susilo L 15 Pulo Jantan


Dokumen yang terkait

Konflik Agraria Dalam Perspektif Ham (Studi Kasus: Konflik antara masyarakat Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara dengan PT. SMART)

4 50 123

Konflik Agraria Dalam Perspektif Ham (Studi Kasus: Konflik antara masyarakat Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara dengan PT. SMART)

0 2 9

Konflik Agraria Dalam Perspektif Ham (Studi Kasus: Konflik antara masyarakat Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara dengan PT. SMART)

0 0 2

Konflik Agraria Dalam Perspektif Ham (Studi Kasus: Konflik antara masyarakat Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara dengan PT. SMART)

0 2 34

Konflik Agraria Dalam Perspektif Ham (Studi Kasus: Konflik antara masyarakat Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara dengan PT. SMART)

0 1 18

Konflik Agraria Dalam Perspektif Ham (Studi Kasus: Konflik antara masyarakat Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara dengan PT. SMART)

0 2 5

Peranan Organisasi Massa Petani Dalam Pendidikan Politik Kaum Tani di Indonesia (Studi Kasus : Organisasi Massa Petani STPHL-AGRA, Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara)

0 0 21

BAB II PROFIL LOKASI PENELITIAN 2.1 Gambaran Umum Desa Padang Halaban 2.1.1 Letak Lokasi dan Batas-batas Wilayah - Peranan Organisasi Massa Petani Dalam Pendidikan Politik Kaum Tani di Indonesia (Studi Kasus : Organisasi Massa Petani STPHL-AGRA, Padang Ha

0 0 38

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG - Peranan Organisasi Massa Petani Dalam Pendidikan Politik Kaum Tani di Indonesia (Studi Kasus : Organisasi Massa Petani STPHL-AGRA, Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara)

0 0 36

Peranan Organisasi Massa Petani Dalam Pendidikan Politik Kaum Tani di Indonesia (Studi Kasus : Organisasi Massa Petani STPHL-AGRA, Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara)

0 0 12