Reihō Elemen Dasar dalam Olahraga Kendo .1

26 Pada waktu memasuki dōjō, diharuskan melepas semua benda-benda duniawi termasuk sepatu, kaos kaki, topi, kacamata, jam, kalung, anting dan perhiasan lainnya. Merokok, minum, atau makan permen didalam dōjō sangatlah dilarang. Bersiul, bernyanyi, atau membuat berisik juga tidak diperbolehkan. Dōjō harus tetap dijaga kebersihannya. Sebelum latihan dimulai, dōjō harus disapu dan dipel sampai benar-benar bersih. Secara tradisi, anggota yang paling baru harus membersihkan lantai, tetapi siapapun yang datang lebih dulu tetap bisa membersihkannya. Membersihkan dōjō juga bagian dari pemanasan sebelum berlatih. D ōjō juga harus dibersihkan dengan rasa penuh hormat dan bangga.

2.4.2 Reihō

Kendo berakar sangat kuat pada tradisi. Menurut Tokeshi 2003:77 r eihō etika dalam kendo sama juga halnya seperti pelajaran dalam hidup, didasarkan pada akal sehat dan rasa hormat terhadap sesama. Dalam berlatih kendo yang juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak boleh ada kesombongan dalam meraih kesuksesan dan kemenangan, ataupun menghina pihak yang kalah. Berlatih reihō juga membantu kita untuk mengkontrol emosi, menanamkan rasa hormat dan kerendahan hati. Etika adalah syarat utama untuk menjadi manusia yang beradab dan salah satu kebajikan yang sangat penting dari seorang samurai. Peraturan yang ada didalam dōjō ini ditujukan untuk menciptakan harmonisasi, yang dengan demikian dalam jangka panjang aturan yang sederhana ini dapat mencegah timbulnya permasalahan antara sesama anggota klub. Para pemula yang baru memulai kendo mungkin akan sedikit terintimidasi dengan banyaknya hal- hal yang harus diingat. Rei tunduk dalam kendo menandakan rasa hormat, kemuliaan, menghargai, kerendahan hati dan ketulusan Tokeshi, 2003:78.Rei tanpa rasa Universitas Sumatera Utara 27 kerendahan hati diibaratkan sebagai badan kosong yang berjalan. Menurut Sasamori Junzo, pelatih kendo yang terkenal, siapapun harus tunduk untuk menghormati pendiri sekolah ryuso, guru shi, kakak senior senpai, rekan doryo, adik junior kohai, dan dirinya sendiri jiko. Tindakan dan ide untuk tunduk ke siapapun, termasuk diri sendiri, adalah salah satu dasar latihan untuk diri sendiri.Seorang kendoka harus tunduk kepada shinzen altar dan shōmenketika masuk atau keluar dari dōjō.Dari mulaimemasukisampaimeninggalkan dōjō, kendoka mungkin akan tunduk sebanyak enam puluh atau delapan puluh kali. Kendoka juga harus tunduk sebelum dan sesudah setiap sesi keiko latihan dengan pasangannya. Setelah latihan selesai, kendoka harus tunduk didepan semua sensei, dimulai dari tingkat yang paling tinggi.Sangat pantas untuk menaikkan kepala setelah setiap sensei menaikkan kepala mereka, baik dalam ritsurei tunduk sambil berdiri atau zarei tunduk sambil duduk. Istilah seiza dan mokuso meditasi digunakan secara bergantian.Seiza mungkin bisa diartikan sebagai berlutut dalam ketenangan ataupun duduk dalam gaya formal yang mana menjadi dasar untuk mencapai keadaan mokuso Tokeshi, 2003:78. Dalam hal ini keadaan mata setengah tertutup hangan.Di beberapa dōjō, mokuso dilakukan sebelum dan sesudah latihan.Dalam kendo juga ada ritsurei tunduk dengan posisi berdiri. Untuk melakukan ritsurei, lipatkan dagu kedalam, luruskan punggung, dorong dada kedepan secara perlahan, dan rendahkan bahu secara alami. Lihatlah tepat ke arah mata lawan, bertukar tundukan dengan lawan, bengkokkan pinggang kedepan sekitar 15 derajat sambil mempertahankan kontak mata.Kalau tidak, mata bisa difokuskan ke lutut lawan. Ini adalah bentuk dari otagainirei atau “menunduk satu sama lain”. Universitas Sumatera Utara 28 Selain itu juga ada chakuza dan zarei.Ketika mendengar perintah untuk berlutut dari posisi berdiri, “chakuza” bengkokkan lutut kiri dan tempatkan di atas lantai seperti menyapu bagian dalam kaki kiri kebelakang. Kemudian ulangi cara ini pada kaki kanan dan tangan kanan hakama sabaki. Jari kaki akan menyentuh lantai dan posisi badan akan lurus kemudian duduk seperti biasa diatas lipatan kaki. Pada waktu berlutut, posisi tangan akan berada diatas paha. Posisi badan tetap lurus, dan posisi hidung sampai pusar akan tetap sejajar. Kemudian dilanjutkan dengan zarei dimana harus selalu melihat kearah lawan atau sensei tepat di mata sebelum menunduk.Lengkukkan siku dan letakkan kedua tangan diatas lantai didepan lutut membentuk segitiga, ibu jari dan jari telunjuk saling bersentuhan. Ibu jari akan lurus dan membentuk segitiga terbalik. Menunduk secara perlahan dan sungguh-sungguh sampai siku hampir menyentuh lantai dan arahkan mata ke lantai dengan formal shin-zarei.Tidak boleh mengangkat pinggul, dan tengkuk leher harus terlihat. Dalam latihan kendo gaya lama juga ada sonkyo no rei, namun tidak biasa dilakukan dalam kendo gaya modern. Rei juga dilakukan pada waktu latihan, diharuskan melakukan ritsurei dengan shinai dengan tangan kiri sebelum memulai latihan.Selama latihan juga menunduk dengan merendahkan posisi shinai dan mengarahkannya sedikit ke kanan.

2.4.3 Ma’ai