5. Perluasan merek
Kesan kualitas bisa dieksploitasi dengan cara mengenalkan berbagai perluasan merek, yaitu dengan menggunakan merek tertentu untuk masuk ke
kategori produk baru.
2.1.7 Brand Loyalty
Loyalitas merek adalah seberapa kuat preferensi seorang konsumen terhadap sebuah merek bila dibandingkan dengan merek lainnya. Loyalitas merek
seringkali diukur dari seberapa banyak pembelian ulang repeat purchase dilakukan atau dari sensitivitas merek.
Menurut Aaker 1997 : 58, tingkatan loyalitas terdiri dari : 1.
Tingkatan loyalitas yang paling dasar adalah pembeli yang tidak loyal sama sekali tidak tertarik pada merek tersebut. Merek apapun dianggap
memadai. 2.
Tingkat kedua adalah para pembeli yang puas dengan produk, atau setidaknya tidak mengalami ketidakpuasan.
3. Tingkat ketiga juga berisi orang-orang yang puas, namun mereka memikul
biaya peralihan yaitu biaya dalam waktu, uang, atau resiko kinerja berkenaan dengan tindakan beralih merek.
Universitas Sumatera Utara
2.1.8 Pengukuran Brand Equity
Pengukuran brand equity sangat tergantung pada konseptualisasinya. Feldwick, dalam Tjiptono 2005 : 47 mengelompokkan berbagai makna brand
equity ke dalam tiga kategori berikut :
1. Brand value
Yaitu nilai total sebuah merek sebagai aset terpisah. Kebutuhan akan penilaian merek dalam konteks ini biasanya dipicu oleh dua sistem
utama: a.
Penentuan harga saat sebuah merek dijual. b.
Penentuan nilai merek sebagai aset intangible dalam laporan neraca perusahaan.
2. Brand strength
Yaitu ukuran menyangkut seberapa kuat konsumen “terikat” dengan merek tertentu. Ukuran ini sekaligus merefleksikan permintaan relatif
konsumen terhadap sebuah merek. Fokus utamanya lebih pada kemampuan merek kuat untuk membebankan harga lebih mahal harga
premium dan mewujudkan sensitivitas lebih rendah terhadap kenaikan harga dibandingkan pesaing.
3. Brand Image
Yakni deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu dan bagaimana konsumen memandang merek dengan
sangat positif.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Feldwick, dalam Tjiptono 2005 : 49, brand value lebih mencerminkan situasi transaksi bisnis aktual atau dugaan rekaan, sementara
brand strength berfokus pada konsumen. Dalam praktik, brand strength dan
brand image kerapkali disebut pula costumer brand equity. Srivastava dan
Shocker, dalam Tjiptono, 2005 : 49 berpendapat bahwa konsep brand equity mencakup dua konstruk multi-dimensional yang saling terkait: brand strength dan
brand value . Dalam hal ini, brand value merupakan ukuran finansial yang
tergantung pada kekuatan saat ini dan prospek merek di masa datang, serta kesesuaian merek sinerji atau joint effidiency dengan portofolio produk dan
tujuan perusahaan.
2.2 Prilaku Konsumen 2.2.1 Pengertian Prilaku Konsumen