t-tabel Jika T-hitung T-tabel, maka Ho diterima dan H
A
ditolak, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel independen
dan variabel dependen
Gambar 3.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Uji t Satu Arah
3.5.6 Uji Signifikansi Simultan Uji F
Uji F pada dasarnya dimaksudkan untuk membuktikan secara statistik bahwa keseluruhan variabel independen berpengaruh secara bersama-sama atau
secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:
1. Menentukan formulasi Ho dan H
A
Ho : b
1
, b
2
, b
3
, b
4
, b
5
, b
6
= 0 artinya tidak ada pengaruh dari variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
H
A
: b
1
, b
2
, b
3
, b
4
, b
5
, b
6
≠ 0 artinya ada pengaruh dari variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Sumber: Gujarati, 2003 Ho
ditolak Ho
diterima
F-tabel 2.
Tes Statistik Jika F-hitung F-tabel, maka Ho ditolak dan H
A
diterima, berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen X secara bersama-
sama terhadap variabel dependen Y. Jika F-hitung F-tabel, maka Ho diterima dan H
A
ditolak, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen X secara bersama-
sama terhadap variabel dependen Y. Menurut Gujarati 2003 nilai F dirumuskan dengan:
k n
R k
R F
− −
− =
2 2
1 1
Dimana: R² : Koefisien determinasi
k : Jumlah variabel independen
n : Jumlah sampel
Gambar 3.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Uji F
Ho ditolak
Ho diterima
Sumber : Gujarati, 2003
3.5.7 Koefisien Determinasi R
2
Koefisien Determinasi R² digunakan untuk mengukur kebenaran model analisis regresi. Dimana apabila nilai R² mendekati 1 maka ada hubungan yang
kuat dan erat antara variabel terikat dan variabel bebas dan penggunaan model tersebut dibenarkan. Sedangkan menurut Gujarati 2003 koefisien determinasi
adalah untuk mengetahui seberapa besar persentase sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat yang dapat dinyatakan dalam persentase. Namun tidak
dapat dipungkiri ada kalanya dalam penggunaan koefisien determinasi R² terjadi bias terhadap satu variabel bebas yang dimasukkan dalam model. Sebagai ukuran
kesesuaian garis regresi dengan sebaran data, R
2
menghadapi masalah karena tidak memperhitungkan derajat bebas.
45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Keadaan Administrasi Kota Semarang
Daerah otonom Kota Semarang yang juga sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah terletak di pantai utara Pulau Jawa dengan luas wilayah 373,70 Km
2
. Kota Semarang secara geografis terletak antara garis 6º50º - 7º10º Lintang Selatan dan
garis 109º35º - 110º50º Bujur Timur dengan batas wilayah sebagai berikut : •
Sebelah Utara : Laut Jawa
• Sebelah Timur
: Kabupaten Demak •
Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang
• Sebelah Barat
: Kabupaten Kendal Kota Semarang mempunyai ciri khusus karena daerahnya terdiri dari laut,
pantai, dataran rendah dan perbukitan. Kota Semarang terdiri dari 16 kecamatan dan 177 kelurahan dengan luas total 37.370,39 Ha.
4.1.2 Kondisi Topografi
Topografi Kota Semarang terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan. Adanya daerah-daerah tersebut menjadikan Kota Semarang memiliki
wilatah yang disebut sebagai kota bawah dan kota atas. Topografi Kota Semarang menunjukkan adanya berbagai macam kemiringan dan tonjolan relatif
kemiringan antara 0 persen sampai 2 persen, sedangkan di bagian selatan yang merupakan daerah dataran tinggi mempunyai kemiringan yang sangat bervariasi