4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam Teknik Pengumpulan Data ini menggunakan penelitian lapangan dan studi kepustakaan.
a. Penelitian lapangan artinya : Penelitian yang dilakukan dengan cara mengamati langsung terhadap
para pihak yang berkompeten melalui WawancaraInterview, untuk memperoleh informasi dengan bertanya langsung pada yang
diwawancarai.
30
Interview yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview bebas terpimpin, yaitu dengan mempersiapkan terlebih dahulu pertanyaan-
pertanyaan sebagai pedoman, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya variasi pertanyaan sesuai dengan situasi ketika wawancara
berlangsung. Berkaitan dengan penelitian lapangan, maka wawancara dilakukan
terhadap : 1 Ketua Majelis Pengawas Daerah Notaris Jakarta Timur, termasuk
anggotanya yang terdiri atas : a 1 satu anggota Majelis Pengawas Daerah Jakarta Timur dari
unsur Akademisi ; b 1 satu anggota Majelis Pengawas Daerah Jakarta Timur dari
Praktisi Notaris ;
30
Ronny Hanitijo Soemutro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1998, hlm 57
c 1 satu anggota Majelis Pengawas Daerah Jakarta Timur dari unsur Pemerintah;
2 Ketua Ikatan Notaris Indonesia INI Pengurus Daerah Jakarta Timur ;
3 2 dua orang Notaris di Wilayah Jakarta Timur yang dipanggil penyidik.
b. Studi Kepustakaan artinya pengumpulan data-data yang diperoleh melalui bahan pustaka yang berisikan informasi tentang bahan primer.
Studi Kepustakaan diperoleh dengan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan obyek dan permasalahan yang diteliti. Studi
Kepustakaan tersebut untuk selanjutnya merupakan landasan teori dalam mengadakan penelitian lapangan serta pembahasan dan analisa
data. Studi Kepustakaan dalam penelitian ini meliputi :
1. Bahan hukum primer yang berupa ketentuan perundang-undangan, antara lain :
a Kitab Undang-undang Hukum Perdata; b Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris;
c Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat; d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman;
e Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Mahkamah Agung;
f Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Peradilan Umum; g Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan
Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah; h Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;
i Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 2004 mengenai Pengalihan Organisasi, Administrasi dan Finansial di Lingkungan
Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usaha Negara, dan Peradilan Agama ke Mahkamah Agung;
j Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara
Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis
Pengawas; k Keputusan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor
M.39-PW.07.10 Tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas Notaris;
l Nota Kesepahaman antara Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan Ikatan Notaris Indonesia INI No. Pol. B1056V2006,
Nomor : 01MoUPP-INIV2006, tanggal 5 Mei 2006; m Nota Kesepahaman antara Kepolisian Negara Republik Indonesia
dengan Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah Indonesia IPPAT No. Pol. B1055V2006, Nomor : 01PP-IPPATV2006, tanggal 5
Mei 2006. 2. Bahan hukum sekunder adalah data yang diperoleh melalui
kepustakaan, dengan menelaah buku-buku literatur, undang- undang, brosurtulisan yang ada kaitannya dengan masalah yang
diteliti.
31
5. Teknik Analisis Data